TUGAS MAKALAH
“Survei perjanjian baru dua”penglihatan Petrus kisah para rasul 10:9-16
dan
Kisah Para Rasul 15: 20
Dosen Pengampu: Bpk. Gandi Wibowo M.Th
Semester Genap
Disusun oleh
Herius N. Yaas S1.TEO.041
Segalah hormat puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa didalam Yesus
Kristus dengan membuat dan selesainya makalah yang berjudul "Penglihatan Petrus Kisah Para
Rasul 10:9-16 dan Kisah Para Rasul 15: 20". Atas dukungan moral dan materi yang diberikan
dalam penyusunan makalah ini, maka saya sangat mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Saudari Ivon Rahmani selaku bimbingan belajar menjadi pemberi arahan motifasi, yang
memberikan bimbingan, saran, ide dan kesempatan untuk menggunakan fasilitas komputer.
2. Kakak Pieter M selaku mentor I, yang memberikan dorongan, semangat masukan kepada saya.
3. Kakak Sukandi selaku mentor II, yang banyak memberikan materi pendukung, masukan,
bimbingan kepada saya.
4. Kakak Gian selaku sahabat yang menambah semangat dalam membuat Tugas makalah kepada
saya. Sebab itu menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini
dalam Tugas Bahasa Indonesia semester satu.
Jakarta, 20 Mei 2017
DAFTAR ISI
Abstrak
Pengenalan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
a) Apa pengertian haram dan tidak haram
b) Apa kata Alakitab haram dan tidak haram
c) Jenis-jenis makanan haram dan Halal
d) Apa kata Alkitab jika memakan makanan Halal
e) Pengertian dari Kisah rasul 10:9-16
f) Pengertian dari Kisah rasul 15:20
B. Tujuan Penulisan
BAB II ISI
A. Pengertian haram dan tidak haram
B. Haram dan tidak haram dari pandangan Allah
C. Haram dan tidak Haram dari pandangan kebudayaan bangsa israel
D. Pengertian haram dari Perkataan Yesus Kristus di Markus 7:14-16
E. Pengertian Haram dan tidak haram dari bidang kesehatan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
ABSTRAK
Karya tantangan tradisional interpretasi Kristen penglihatan Petrus dalam Kisah Para
Rasul 10:9-16. Teks, dalam konteks alkitabiah, dan bersama dengan terkait
perkembangan dalam sejarah Gereja awal, menunjukkan secara meyakinkan
interpretasi yang tunggal bahwa bangsa-bangsa lain sudah dibasuh oleh Allah. Maka
pemahaman seperti ini Tidak meniadakan hukum-hukum makanan Yahudi atau hukum
Musa secara umum, karena tidak ada dukungan untuk interpretasi yang juga berkenaan
penyucian makanan haram. Kesimpulan ini bertentangan dengan interpretasi Kristen
tradisional bahwa hal ini mempunyai makna dua kali lipat, meskipun tidak unik dalam
literatur. Implikasi utama adalah bahwa orang Kristen perlu menilai kembali mereka
membaca Perjanjian Baru, dan terutama Paulus, hukum, dalam literature baru yang
menantang tradisional interpretasi dan berpendapat berbagai solusi sengketa kuno.1
1
Pengenalan
Petrus sedang lapar, dan sangat membutuhkan makanan. Sementara makanan
disediakan, tiba-tiba “rohnya diliputi kuasa Ilahi.” Tampak olehnya langit terbuka dan turunlah
ke tanah suatu benda berbentuk kain lebar yang bergantung pada keempat sudutnya. Di
dalamnya terdapat berbagai jenis binatang berkaki empat, binatang menjalar, dan burung.
Kedengaranlah olehnya suara berkata: “Bangunlah, hai Petrus, sembelihlah, dan makanlah!”
Petrus menolak dengan mengatakan “tidak,” karena dia “belum pernah memakan sesuatu yang
haram dan yang tidak tahir.” Kedengaran pula untuk yang kedua kalinya suara berkata: “Apa
yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram.” Hal itu terjadi sampai
tiga kali, dan segera sesudah itu terangkatlah benda itu ke langit.2
Ayat ini telah menjadi batu sandungan bagi banyak orang karena mereka menafsirkannya
sebagai pembatalan atas peraturan Allah tentang haram halal. Mengingat Pertrus sedang lapar
dan ingin makan, betapa sering para pembaca tergoda untuk menafsirkannya sebagai suatu
pernyataan resmi dari Allah bahwa apa yang selama ini (dalam Perjanjian Lama) dinyatakan
haram, tidak boleh lagi dinyatakan haram (di era Perjanjian Baru). Tetapi bukanlah demikian
maksud Allah bagi Petrus, dan bagi umat manusia di zaman ini. Sesungguhnya Allah
menggunakan kondisi Petrus yang sedang lapar untuk menggambarkan kelaparan rohani yang
terjadi di antara bangsa yang bukan Yahudi, seperti halnya Kornelius, Perwira besar itu. Alkitab
mengatakan bahwa “Petrus bertanya-tanya di dalam hatinya apa kiranya arti penglihatan yang
telah dilihatnya itu” (ayat 17). Nampaknya petrus tidak atau belum mengerti arti penglihatan dan
suara yang mengatakan “apa yang dinyatakan halal oleh Allah tidak boleh engaku nyatakan
haram,” sebelum utusan Kornelius menyampaikan pesan yang dibawanya kepada Petrus.
Jika kita lihat Rasul petrus belum mempelajari dengan cermat bahwa perbedaan di antara
orang Yahudi dengan orang yang bukan Yahudi sesungguhnya telah ditiadakan di dalam Kristus
(Galatia 2:11-14). Sekalipun penglihatan itu diberikan dalam situasi saat Petrus sedang dalam
keadaan lapar, pernyataan Allah dalam penglihatan itu bukanlah bermakna literal, tetapi
bermakna lambang; itu bukanlah berarti menghalalkan (perintah untuk memakan) binatang yang
haram, tetapi itu mengenai manusia – mengenai orang-orang yang bukan Yahudi yang perlu
di-Injili dan mengenai jiwa-jiwa manusia dari segala bangsa di seluruh penjuru dunia yang berada
dalam keadaan kelaparan rohani, sebagaimana yang dialami oleh Petrus pada waktu itu. Petrus
akhirnya mengerti maksud Tuhan dan berkata kepada Kornelius:
“Kamu tahu betapa kerasnya larangan orang Yahudi untuk bergaul dengan orang-orang
yang bukan Yahudi atau masuk ke rumah mereka, tetapi Allah telah menunjukkan kepadaku,
bahwa aku tidak boleh menyebut orang najis atau tidak tahir. Itulah sebabnya aku tidak
keberatan ketika aku dipanggil lalu datang kemari. Sekarang aku ingin tahu, apa sebabnya
kamu memanggil aku”3
BAB 1 PENDAHULUAN
A.
LANTAR BELAKANG MASALAHDi negara kita yang religius, isu makanan bukan hanya dikaitkan dengan kesehatan,
melainkan juga dengan kekudusan. Orang Farisi dan ahli Taurat mengkritik Yesus karena para
murid makan dengan tangan yang najis karena belum dibasuh sehingga makanan mereka pun
menjadi haram. Yesus menjawab bahwa semua makanan halal(Markus 7:14-16). Ternyata
permasalahannya lebih parah daripada sekadar makanan. Hati manusia sudah najis dan tercemar.
Apa pun yang keluar dari hati yang najis, meskipun secara lahiriah tampak suci, tetap saja najis.
Kisah Para Rasul 10:1 – 11:18, kornelius, menyajikan keadaan dan maksud penglihatan
Petrus 'suatu lembar kain' penuh hewan dan oleh karena itu, di dalam studi pembelajaran Survei
Perjanjian baru II ini. Karya ini mengkaji maksud penglihatan untuk menentukan apakah
berkaitan dengan bangsa-bangsa lain bahwa mereka tidak akan dianggap sebagai najis oleh
orang-orang Yahudi, hubungannya dengan makanan haram yang ditentukan dalam hukum Musa.
Interpretasi Kristen tradisional adalah bahwa merujuk kepada bangsa-bangsa lain dalam
najisnya makanan. Ada berbagai masalah dengan penafsiran ganda ini, namun dalam teks itu
sendiri memberi kesaksian bahwa hanya penafsiran yang pertama benar: penglihatan berkaitan
penyucian bangsa-bangsa, makanan tidak Haram. Mendukung kesimpulan ini adalah banyak
bukti-bukti yang kontekstual dalam kitab Kisah Para Rasul dan seluruh perjanjian baru, serta
sejarah pasca kanonik. Pada akhirnya, bagaimanapun, dukungan kuat untuk interpretasi ini
B.
RUMUSAN MASALAHDari uraian latar belakang Masalah ini dapat di tarik rumusan masalahnya,diantaranya :
a. Apa pengertian haram dan tidak haram.
b. Apa kata Alakitab haram dan tidak haram dalam perjanjian lama.
c. Jenis-jenis makanan haram dan Halal
d. Apa kata Alkitab jika memakan makanan Halal
e. Pengertian dari Kisah rasul 10:9-16
f. Pengertian dari Kisah rasul 15:20
C.
TUJUAN PENULISTujuan dari penulisan makalah ini antara lain :
a. Mengetahui pengertian dari makanan halal dan haram.
b. Untuk melengkapi tugas PB II tentang makanan haram dan Halal.
c. Mengetahui pengertian dalam Kisah rasul 10: 9-16 dan 15:20
BAB II ISI
a. Apa pengertian Haram dan tidak Haram
Menurut KBBI, haram berarti terlarang, tidak halal, suci, terpelihara, terlindung, terlarang
oleh undang-undang, tidak sah. Sementara menurut Kamus Thesaurus haram berarti gelap,
ilegal, liar, pantang, sumbang, tabu, terlarang. Berikut ini adalah istilah-istilah haram dalam
Kamus Global, yakni:4
dirty ks. 1 kotor, dekil. 2 kotor, cabul. 3 busuk, serong. 4 tidak murni
illegal ks. yang merupakan pelanggaran. 2 gelap, tak sah. 3 liar (occupation).
illegitimacy kb. sifat melanggar hukum / undang-undang, sifat tidak sah / sejati, kepalsuan.
illegitimate ks. haram.
illicit ks. gelap, haram.
immoral ks. tidak sopan, tunasusila, jahat, asusila.
unlawful ks. tak sah.
Sedangkan bahasa Ibrani untuk haram memakai istilah t ̣ame (taw-may) yang berarti kecurangan
atau pelanggaran peraturan agamawi; cemar, buruk, atau kotor (Imamat. 11:4 dst.). Sementara
bahasa Yunani memakai istilah koinos (koy-nos) yang berarti berhubungan dengan hukum,
kotor, tidak senonoh, tidak kudus dan cemar; dan akathartos (ak-ath'-ar-tos) yang berarti tidak
murni, kotor, kejam, jahat dan pelanggaran (Kis. 10:14-15)5
4 http://alkitab.sabda.org/lexicon.php?word=Haram (20 mei. 2017)
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa makanan haram adalah makanan yang
dilarang untuk dimakan oleh sistem hukum tertentu yang mana jika orang memakannya dianggap
sebagai pelanggaran atau kejahatan dan mendapatkan hukuman atau akibat tertentu.
b. Apa kata Alakitab haram dan tidak haram dalam perjanjian lama.
Dalam dalam soal makanan, terdapat "hukum halal dan haram" yang masih dipatuhi oleh
orang-orang israel hingga sekarang. Namun "halal & haram" untuk makanan adalah bukan istilah yang
tepat dalam kehidupan orang yahudi. Sebab mereka menggunakan istilah istilah kosher, patut
dimakan dan lo' kosher, tidak patut dimakan. Dan ini tidak berhubungan dengan keberdosaan
manusia. Makanan tidak menjadikan manusia menjadi berdosa (hanya karena mungkin ia salah
makan). Tetapi ia melakukan sesuatu yang tidak patut memakan makanan yang tidak patut:
Lo' kosher. Dan dari bahasan ini, nanti anda akan menemukan hubungannya mengapa tuhan
yesus bersabda: "bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang
keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang." (matius 15:11; band. Markus 7:18-19). Sebab
bukan makanan yang menjadikan manusia menjadi "najis." dan anda akan dapat memahami
mengapa hukum yahudi tidak memberikan istilah "halal-haram" kepada makanan.
c. Jenis-jenis makanan haram dan tidak haram dalam Alkitab perjanjian lama
Berikut adalah daftar binatang yang diharamkan untuk dimakan dalam Perjanjian Lama
Unta, pelanduk, kelinci (kelinci hutan dan marmot), babi hutan, burung rajawali, ering janggut,
elang laut, elang merah, elang hitam menurut jenisnya, setiap burung gagak menurut jenisnya,
burung unta, burung hantu, camar, elang sikap menurut jenisnya, burung pungguk, burung
dendang air, burung hantu besar, burung hantu putih, burung undan, burung erring, burung
ranggung, bangau menurut jenisnya, meragai, kelelawar, segala binatang yang tidak bersirip dan
tidak bersisik di dalam air (Im. 11:11-12). Segala binatang yang merayap dan bersayap dan
berjalan dengan keempat kakinya, kecuali yang mempunyai paha di sebelah atas kakinya untuk
melompat di atas tanah (11:20-21), yaitu belalang menurut jenisnya, yaitu
belalang gambar menurut jenisnya, belalang kunyit menurut jenisnya, dan
belalang-belalang padi menurut jenisnya. Segala binatang yang berkuku belah, tetapi tidak bersela
panjang, dan yang tidak memamah biak, segala yang berjalan dengan telapak kakinya di antara
segala binatang yang berjalan dengan keempat kakinya, tikus buta, tikus, katak menurut jenisnya,
landak, biawak, bengkarung, siput, bunglon, segala binatang yang merayap dan berkeriapan di
atas bumi, segala yang merayap dengan perutnya dan segala yang berjalan dengan keempat
kakinya, atau segala yang berkaki banyak, semua yang termasuk binatang yang merayap dan
berkeriapan di atas bumi, darah (Im. 17:14). Menurut hukum Musa binatang-binatang yang
disebut di atas tidak boleh: dimakan (Im. 11:8) bangkainya disentuh - yang menyentuh akan
menjadi najis sampai matahari terbenam bangkainya dibawa - yang membawa harus mencuci
bajunya dan menjadi najis sampai matahari terbenam bangkainya jatuh ke atas apapun, perkakas
kayu, pakaian, kulit, karung, atau barang apapun (11:32) - barang tersebut harus dimasukkan ke
dalam air dan menjadi najis sampai matahari terbenam. Setelah itu barang tersebut tahir lagi.
bangkainya jatuh ke dalam belanga tanah (pot) - segala sesuatu di dalamnya menjadi najis dan
demikian pula minuman yang boleh diminum dalam belanga tersebut. bangkainya jatuh ke atas
pembakaran roti atau anglo - benda-benda pembuat makanan tersebut harus diremukkan.
bangkainya jatuh ke atas benih yang telah dibubuhi air - benih tersebut menjadi najis.
e. Pengertian dari Kisah rasul 10:9-16
Kisah Rasul 10:15: Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan
haram. Memang ayat ini bercerita bahwa Tuhan menyuruh Petrus memakan makanan haram,
dan Tuhan menyatakan makanan tersebut sebagai makanan halal.6 Tapi kalau kita lihat bahwa ini
hanya perumpamaan bahwa Petrus tidak boleh menganggap bangsa non-Yahudi sebagai bangsa
haram.
Dalam Mrk. 7:4 kita melihat bahwa ketika pergi ke pasar, dimana dijual daging babi
(kesukaan orang Romawi & Yunani) dan makanan najis lainnya, sehingga di pasar orang saling
memegang barang dagangan menjadikan barang-barang dapur termasuk tangan menjadi ikut
najis/kotor, dan kenajisan dan kotoran itulah yang harus dibersihkan agar tidak masuk mulut
kalau makan.
Kemudian, Yesus menyebut bahwa semua makanan itu sebenarnya halal (Mrk. 7:19), dan
para murid termasuk Petrus mendengar juga ajaran itu. Tetapi, para murid tidak segera
mencernanya karena adat istiadat Yahudi begitu melekat. Petrus masih mengikuti adat lama
dengan tidak makan makanan yang diharamkan nenek moyang (Kis. 10:14), karena itu Tuhan
Yesus memberi Petrus visiun makanan halal-haram dalam kaitan dengan orang asing yaitu
Kornelius (Kis.11:5-10).“Aku sedang berdoa di kota Yope, tiba-tiba tiba-tiba rohku diliputi
kuasa ilahi dan aku melihat suatu penglihatan: suatu benda berbentuk kain lebar yang bergantung
pada keempat sudutnya diturunkan dari langit sampai di depanku. Aku menatapnya dan
didalamnya aku lihat segala jenis binatang berkaki empat dan binatang liar dan binatang
menjalar dan burung-burung. Lalu aku mendengar suara berkata kepadaku: Bangunlah hai
Petrus, sembelihlah dan makanlah! Tetapi aku berkata: Tidak, Tuhan, tidak, sebab belum pernah
sesuatu yang haram dan yang tidak tahir masuk ke dalam mulutku. Akan tetapi untuk kedua
kalinya suara dari sorga berkata kepadaku: Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh
engkau nyatakan haram. Hal itu terjadi sampai tiga kali, lalu semuanya ditarik kembali ke
langit.” (Kis. 11:5-10).
Bagi Taurat Yahudi, agama Yahudi hanya untuk orang Yahudi saja, namun Yesus
menghidupkan agama Kristen (mengikuti namanya Kristus) dimana tidak ada perbedaan antara
bangsa Yahudi dan bangsa lain dalam nama Yesus, dan ini diidentikkan dengan tidak adanya
perbedaan antara makanan haram dan halal dalam agama.
Dalam persidangan di Yerusalem (Kis. 15) kita melihat ajaran soal makanan halal-haram
disadari para Rasul sehingga mereka dapat makan segala macam makanan kecuali (waktu itu)
mereka masih membatasi pada makanan yang tidak tercemar berhala dan daging binatang yang
tercekik dan darah, namun kita melihat dalam ajaran Paulus kemudian, soal inipun sudah lebih
maju lagi (1 Kor. 8). Dalam surat Paulus ajaran Yesus mengenai semua makanan halal menjadi
lebih jelas. Sekalipun Petrus sudah memperoleh penglihatan jelas dalam kasus Kornelius dan
kemudian diperteguh dalam persidangan Yerusalem, kita melihat sikap Petrus masih sering
lemah yang ikut-ikutan adat Yahudi pengikut Yakobus (Kis. 21:15-26) hingga dikritik Paulus
Berbeda dengan penganut kesucian makanan yang melarang orang minum anggur, Rasul Paulus
menyuruh Timotius meminum anggur agar tidak lemah tubuh dan pencernaannya (1 Tim. 5:23).
Jadi, umat Kristen tidak perlu membedakan makanan karena semua diciptakan untuk manusia,
dan Tuhan Yesus sudah mengubah pengertian lahir menjadi rohani, tetapi itu tidak berarti bahwa
kita dapat dengan bebas makan-minum. Kita harus bertanggung jawab menjaga tubuh kita yang
adalah Bait-Allah (1 Kor. 6:19-20) dengan menahan diri dalam hal makanan dengan demikian
kita memuliakan Allah dengan tubuh kita.
d. Pengertian dari Kisah rasul 15:20
Dewasa ini, cukup banyak Gereja masih memberikan larangan yang keras terhadap
makan darah dan makan makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala. Apakah hal
tersebut benar adanya Mari kita melihat beberapa bagian Alkitab mengenai hal tersebut.
Tetapi kita harus menulis surat kepada mereka, supaya mereka menjauhkan diri dari makanan
yang telah dicemarkan berhala-berhala, dari percabulan, dari daging binatang yang mati
dicekik dan dari darah. (Kis. 15:20)
Bagian ayat di atas merupakan ayat yang seringkali dikutip seorang pengkhotbah dalam
mengajarkan larangan untuk memakan persembahan yang telah dicemari oleh berhala. Larangan
tersebut memiliki suatu pengaruh yang besar hingga zaman Gereja masa kini, mungkin sekali
dikarenakan larangan tersebut berasal dari sidang sinode Gereja mula-mula yang pertama kali.
Hal tersebut diperkuat juga oleh ayat 29 “Kamu harus menjauhkan diri dari makanan yang
percabulan. Jikalau kamu memelihara diri dari hal-hal ini, kamu berbuat baik. Sekianlah,
selamat."(Kis. 15:29)
Tetapi, beberapa bagian dalam Alkitab juga menyatakan bahwa tidak ada makanan yang
haram. Paulus mengatakannya dalam 1 Kor. 10:23, 27-28 (Menurut saya ketiga ayat ini mungkin
yang paling eksplisit). 23 "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu
berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun.
Ayat ini, merupakan ayat yang paling mudah dimengerti dan dapat menjadi prinsip makanan
yang universal bagi setiap orang Kristen. Yaitu kebebasan untuk makan dan minum apa pun bagi
setiap orang Kristen. Paulus dalam hal ini, tidak menekankan haram dan halalnya makanan
seperti yang tercantum dalam hukum peribadatan Taurat, tetapi menekankan tujuan daripada
makan dan minum itu sendiri, yaitu “harus berguna”. Apakah hal tersebut juga termasuk dalam
konteks memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala?.
Kalau kamu diundang makan oleh seorang yang tidak percaya, dan undangan itu kamu
terima, makanlah apa saja yang dihidangkan kepadamu, tanpa mengadakan pemeriksaan
karena keberatan-keberatan hati nurani.Tetapi kalau seorang berkata kepadamu: "Itu
persembahan berhala!" janganlah engkau memakannya, oleh karena dia yang mengatakan hal
itu kepadamu dan karena keberatan-keberatan hati nurani.
Ayat 27 menjelaskan kepada kita, sebenarnya tidak haram untuk memakan makanan yang telah
dipersembahkan kepada berhala! Tetapi ayat 28 menjelaskan kepada kita, janganlah kita makan
apabila ada seseorang yang mengatakan kepada kita bahwa, “Itu adalah persembahan berhala!”
Mengapa? “Karena keberatan-keberatan hati nurani seseorang tersebut.” Jelas sekali, dalam dua
ayat ini, Paulus tidak mengajarkan suatu hal yang bertentangan dengan ayat 23, yaitu bahwa
untuk memakan makanan persembahan berhala tersebut, karena tujuan kegunaan, yaitu supaya
tidak mengganggu hati nurani dari saudara-saudara disekitarnya. Perhatikan, ia tidak melarang
karena makan makanan persembahan berhala itu haram!
Memang konteks seperti itu sulit ditemui di zaman sekarang. Karena pada zaman itu,
Gereja terdiri dari orang-orang Yahudi yang melakukan Taurat, dan orang-orang non-Yahudi
yang bahkan tidak mengenal Taurat (kebanyakan orang Yunani). Orang-orang Yahudi yang telah
mengenal Taurat pada saat itu, sangat tidak terbiasa dengan makanan-makanan yang haram
menurut Taurat (mereka dari kecil telah di didik untuk tidak makan makanan tersebut), apalagi
makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala. Maka, sulit sekali untuk merubah
paradigma orang Yahudi yang sudah sedemikian jijik akan makanan-makanan yang diharamkan
Taurat.
Melalui konteks tersebut, apa yang dituntut Paulus dari Gereja di kota Korintus menjadi
jelas, yaitu bukan untuk mengharamkan makanan-makanan tertentu dan kembali ke zaman
Taurat, melainkan untuk menjadi dewasa dalam iman, sehingga memilih untuk tidak menjadi
batu sandungan yang menimbulkan perpecahan dengan kaum Yahudi yang baru percaya.
Mungkin sebagian saudara berpikir, “Seharusnya Paulus mengajarkan orang-orang Yahudi itu
dong untuk tidak lagi jijik terhadap makanan-makanan yang diharamkan Taurat, termasuk
makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala?” Hal tersebut memang benar, tetapi
banyak kesulitan untuk mencapai hal tersebut. Pertama, orang Yahudi telah dididik untuk
mengharamkan makanan-makanan tertentu dari sejak kecil, seorang yang mengerti ilmu
Kedua, banyak juga orang-orang Yahudi yang baru percaya. Mereka yang baru percaya inilah
yang sebenarnya menjadi titik tolak Paulus dalam menuntut jemaat Korintus untuk tidak makan
makanan yang dipersembahkan kepada berhala tersebut. Sebagai orang Kristen baru, tentu saja
mereka belum dewasa dalam iman, dan Paulus mengharapkan, jemaat Korintus yang telah lama
mengikut Kristus harusnya bisa bersikap dewasa dan memahami mereka yang baru percaya
tersebut.
Ketiga, dengan memakan apa yang haram bagi orang Yahudi, jemaat Korintus akan
kesulitan untuk memberitakan Injil kepada kaum Yahudi. Mereka akan mengalami cultural-gap
yang besar dan akan menghambat pemberitaan Injil kepada kaum Yahudi.
1 Kor. 10:31
31 Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan
sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.
Paulus memberikan ayat 31 ini, sebagai suatu landasan dasar bagi Teologi Kristen, yaitu
lakukanlah segala sesuatu untuk kemuliaan Allah! Sebenarnya bertolak dari landasan teologi
inilah Paulus menekankan kegunaan dalam makan dan minum, bukannya haram dan halal.
Bukankah haram dan halal dalam Taurat harus ditaati karena diperintahkan Allah? Demikian
juga halal dalam segala hal harus ditaati karena Allah telah membatalkan segala ketentuan
Taurat. Maka, dalam makan dan minum yang halal dalam segala hal tersebut, tetap ada makanan
yang dilarang, yaitu makanan yang tidak berguna, karena tidak memuliakan dan untuk
memakannya merupakan suatu perlawanan terhadap perintah Allah.
1) Penampakan malaikat untuk Kornelius di Caesarea, memerintahnya untuk mengirim
untuk Petrus;
2) Penglihatan Petrus 'lembar' selama tinggal dengan Simon, tanner, di Joppa;
3) Petrus kunjungan dan berkhotbah kepada bangsa-bangsa (Kornelius dan keluarganya) di
Caesarea;
bangsa-bangsa lain penerimaan Injil dan baptisan dalam Roh Kudus dan air di bawah
pengawasan Petrus;
4) Petrus pertahanan tindakannya itu untuk orang-orang Yahudi percaya di Yerusalem,
mengakibatkan mereka menerima Wahyu yang Tuhan memanggil bahkan bangsa-bangsa
lain ke dalam kerajaannya.
Jadi Petrus membuka mulutnyadan berkata, ' sebenarnya saya memahami bahwa Allah
bukanlah orang yang menunjukkan keberpihakan, tetapi dalam setiap bangsa yang
takut dia dan siapa yang melakukan apa tepat berkenan kepadanya. Untuk pesan yang
ia dikirim ke anak-anak Israel, menyatakan Kabar baik dari perdamaian melalui
Jahshua Kristus — ini adalah Tuhan atas semuanya...'
Sering diabaikan adalah kenyataan bahwa 'lembar' Petrus juga melihat binatang-binatang halal
yang terkandung; Hal ini tersirat dalam rujukan kepada ' Semua berkaki empat atau hewan...
bumi '. Mengapa Tuhan mengucapkan binatang yang tidak Haram untuk memulai dengan? Ada
jauh lebih persuasif untuk menafsirkan campuran binatang halal dan Haram yang terkandung
masing-masing, bersama-sama dalam tubuh Kristus-terutama mengingat bahwa orang-orang Yahudi
yang percaya kepada Kristus dibersihkan dari dosa dengan cara yang sama seperti bangsa-bangsa
lain. Kisah Para Rasul 10:34-35 membuatnya jelas, belum lagi, bahwa visi mengajar Petrus
bahwa Allah tidak parsial untuk orang Yahudi, tetapi menerima orang dari segala bangsa
yangtakut padanya dan melakukan apa benar. Perlu dicatat bahwa pembersihan Tuhan itu tidak
universal pembersihan semua orang terlepas dari perilaku mereka; orang-orang yang tidak takut
akan Tuhan atau melakukan apa yang benar tidak secara otomatis dihapuskan.7
7
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Segala jenis makanan apa saja yang ada di dunia halal untuk dimakan sampai ada dalil yang
melarangnya. Makanan yang enak dan lezat belum tentu baik untuk tubuh, dan boleh jadi
makanan tersebut berbahaya bagi kesehatan. Dari seluruh ciptaan Allah yang luar biasa
banyaknya itu, ada hal-hal yang dapat dikonsumsi oleh umat-Nya, ada yang yang tidak untuk
dikonsumsi. Yang dapat dikonsumsi itu ialah makanan, sedangkan yang tidak untuk dikonsumsi
ialah yang bukan makanan. Yang Allah katakan secara khusus tentang haram dan halal ialah
segala jenis bintang ciptaan-Nya (Kejadian 7:1,2). Kita boleh membaca Alkitab dari Kejadian
sampai Wahyu, dan secara pasti tidak akan kita dapati perintah untuk memakan segala jenis
binatang. Allah sangat mencintai manusia ciptaan-Nya sehingga Ia menyediakan makanan yang
terbaik bagi kita, dengan tujuan agar makanan yang kita makan itu tidak mencemari tubuh kita
yang adalah kaabah-Nya. Bukankah kita telah mempersembahkan tubuh kita sebagai
persembahan yang hidup dan yang kudus kepada Tuhan? Tuhan ingin agar persembahan yang
hidup ini tetap berkenan kepada-Nya, dan tentunya tetap dalam keadaan kudus, sebagaimana
Adalah merupakan rencana Setan sejak semula untuk menyesatkan manusia, dan ia terus bekerja
untuk mewujudkan rencananya tersebut, sehingga ia telah menuntun manusia kepada
pelanggaran terhadap perintah dan peraturan Tuhan, termasuk peraturan tentang yang haram dan
yang halal, sehingga sekarang ini tidak dapat disangkal bahwa ulat, ular, biawak, cacing, babi,
kerang, bekicot, tikus, dan bahkan kecoa, telah menjadi santapan manusia. Allah kita adalah
Allah yang teguh pada pendirian-Nya, sehingga Ia berfirman: “Mereka yang menguduskan dan
mentahirkan dirinya untuk taman-taman dewa, dengan mengikuti seseorang yang ada di
tengah-tengahnya, yang memakan daging babi dan binatang-binatang jijik serta tikus, mereka semua
Daftar referensi
Wolf, Herbert. Pengenalan Pentateukh. Malang: Gandum Mas. 1998
Paterson, Robert M. Kitab Imamat. __
Aplikasi e-Sword
__Aplikasi KBBI Offline
http://alkitab.sabda.org/lexicon.php?word=Haram (15 mei. 2017)
Pdt. Budi Asali, golgotha_ministry
Bauckham R 1999. James: kebijaksanaan James, murid Yesus Sang resi. London: Routledge.
___ 2008. Yesus dan Allah Israel: Tuhan yang disalibkan dan lainnyastudi tentang perjanjian
baru Kristologi identitas ilahi. Grand Rapids: Eerdmans.
Bivin D 2007. Cahaya baru pada kata-kata sulit Yesus: wawasan dari konteksnya Yahudi.
Holland: En-Gedi Resource Center.
Bock DL 2007. Kisah Para Rasul. Grand Rapids: Baker akademik.
Boyarin D 2006. Garis perbatasan: partisi Judaeo-Kristen. Philadelphia: University of
Pennsylvania Press.
Menjawab keberatan Yahudi kepada Yesus: baruPerjanjian keberatan. Grand Rapids: Baker
60 pertanyaan orang Kristen bertanya tentang kepercayaan Yahudi danpraktek. Bloomington:
Baker buku.
Bruce FF 1988. Kitab Kisah Para Rasul (rev. ed.). Grand Rapids: Eerdmans.
___ 1952. The Kisah Para Rasul: teks Yunani denganpengenalan dan komentar. London:
Tyndale tekan.
Calvin J 1585. Komentar atas Kisah Para Rasul. Diterjemahkan oleh H Beveridge. Grand
Rapids: Kristen klasik halus Perpustakaan. Artikel online. Diakses dari www.ccel.org,
15-05-2017.
Carson DA dan Moo DJ 2005. Pengantar perjanjian baru
Cosgrove CH 1997. Sulit dipahami Israel: teka-teki pemilihan dalam Roma. Louisville:
Westminster John Knox tekan.
Dunn hakim 1990. Yesus, Paulus dan hukum: studi dalam Markus danGalatia. Louisville:
Westminster John Knox tekan.
___ 2006. Parting cara: antara Kristen danYudaisme dan signifikansi mereka untuk karakter
Harvey R 2009. Teologi Yahudi Mesianik pemetaan: membangunpendekatan. Milton Keynes:
Paternoster.
Henry M 1994. Matius Henry komentar pada seluruh Alkitab:lengkap dan lengkap di satu
volume. Peabody: Hendrickson.
Jamieson R, Fausset AR, dan coklat D 1997. Komentar kritis danjelas pada keseluruhan Alkitab
(Logo ed.). Oak Harbor: logo.
Juster DC 1995. Yahudi akar: dasar teologi. Shippensburg: Destiny gambar penerbit.
Kinzer M 2005. Postmissionary Mesianik Yudaisme: mendefinisikan ulang Kristen keterlibatan
dengan orang Yahudi. Grand Rapids:Brazos.
Lancaster DT 2011. The Suci Surat kepada jemaat di Galatia: khotbah padaPendekatan Yahudi
Mesianik. Marshfield: buah pertama Sion.
Leman D 2005. Paulus tidak makan babi: reappraising Paulus Farisi.
Moxton JRL 2011. Petrus Halakhic mimpi buruk: visi hewanKisah Para Rasul 10:9-16 dalam
perspektif Yahudi dan Graeco-Romawi. Durham:Universitas Durham. Online tesis. Diakses
dari etheses.dur. AC.uk/3288/, 19-05-2017.
Pelukis J 2001. Yang adalah Yakobus? B Chilton dan J Neusner, saudara Yesus: Yakobus yang
adil dan misinya, 10-65. Louisville: John Knox Westminster Press.
Rudolph DJ 2011. Yahudi untuk orang Yahudi: Yahudi kontur Paulinefleksibilitas dalam 1
Korintus 9:19-23. Tübingen: Mohr Siebeck.
Metode Runge SE 2008a. The Lexham wacana Perjanjian Baru bahasa Yunani (Logo ed.).
Bellingham: logo.
Safrai C [2012]. Chana Safrai merespon. Di M Wilson, hukum-hukum Yahudi kemurnian Yesus
hari. Artikel online. Diakses dari jerusalem perspective.com/%5Cdefault.aspx?tabid=27 &
ArticleID = 1456, -20-05. 2017
Skarsaune O 2002. Dalam bayangan Bait Suci: Yahudi pengaruh terhadapKekristianan awal.
Downers Grove: IVP.
Smith JE 1992. Nabi-nabi besar. Perjanjian lama survei seri (logo ed.). Joplin: College Press.
Soulen RK 1996. Allah Israel dan Teologi Kristen. Minneapolis: Fortress Press.
Stein RH 2011. Panduan dasar untuk menafsirkan Alkitab: bermain denganaturan. Grand Rapids:
___ 2007. Mesianik Yudaisme: gerakan modern denganmasa lalu purba. Tübingen: Penerbit
Yahudi Mesianik.
Stott JRW 1990. Roh, gereja, dan dunia: pesanKisah Para Rasul. Downers Grove: IVP.
Tomson PJ 1990. Paulus dan hukum Yahudi: halakha dalam Surat-suratRasul kepada
bangsa-bangsa. Assen: Uitgeverij Van Gorcum.
Witherington B 1998. The Kisah Para Rasul: sosio-retoriskomentar. Grand Rapids: Eerdmans.
Zetterholm M 2005. Kemurnian dan kemarahan: bangsa-bangsa lain dan keberhalaan di Antioch.
Interdisipliner jurnal penelitian pada agama 1. Diaksesdari www.religjournal.com,
20-05-2017.
___ M 2009. Pendekatan kepada Paulus: panduan mahasiswa ke haribeasiswa . Minneapolis: