• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Internasional dan Organisasi In

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hubungan Internasional dan Organisasi In"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

SMAN 1 BABELAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

MAKALAH

Jl. Kebalen Indah

Tahun Ajaran

2014/2015

HUBUNGAN INTERNASIONAL DAN ORGANISASI

INTERNASIONAL

Nama : Wisnu Dwi Pamungkas

NPM

: 131410034

Kelas

: XI IPA 2

(2)

i

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan judul “HUBUNGAN

INTERNASIONAL DAN ORGANISASI INTERNASIONAL” dengan baik.

Penulisan ini merupakan salah satu syarat untuk melengkapi dan memperoleh nilai pada mata pelajaran PKN.

Mengingat dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, penulis mengharapkan bimbingan, saran dan kritik yang membangun kepada penulis, sehingga dikemudian hari penulis dapat menciptakan karya tulis yang lebih baik lagi. Tidak lupa penulis sampaikan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan penulisan makalah ini kepada :

1. Ibu Dra. Hj. Nurhayati, MA., selaku Guru PKN SMAN 1 BABELAN. Telah sampailah penulis dalam menyelesaikan penulisan ini yang semata-mata, karena berkat rahmat Allah S.W.T yang telah memberikan kemudahan dalam setiap langkah kepada penulis menuju cita-cita yang penulis impikan. Disamping itu masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, untuk itu penulis menyampaikan maaf dan sebagai perubahan yang berarti dalam perkembangan yang positif baik dalam penulisan makalah ini maupun karya tulis lain yang akan penulis ciptakan dikemudian hari, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun.

Akhir kata penulis berharap semoga penulisan makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Bekasi, 27 Juni 2013 Penulis

(3)

ii

2.1. Hubungan Internasional ... 3

2.1.1. Definisi Hubungan Internasional ... 3

2.1.2. Sejarah Hubungan Internasional ... 4

2.1.3. Studi Hubungan Internasional ... 6

2.1.4. Teori Hubungan Internasional ... 7

2.1.4.1. Epistemoogi dan Teori HI………. 7

(4)

iii

2.1.6. Asas Hubungan Internasional……….. 14

2.1.6.1. Asas Teritorial……….. 14

2.1.6.2. Asas Kebangsaan……….. 14

2.1.6.3. Asas Kepentingan Umum………. 14

2.1.7. Bentuk Hubungan Internasional……… 14

2.1.7.1. Diplomasi……… 14

2.1.7.2. Negosiasi………. 15

2.1.7.3. Lobi……….. 15

2.2. Perjanjian Internasional ... 15

2.2.1. Definisi Menurut Para Ahli ... 15

2.2.2. Tahap – Tahapan Pembuatan PI ... 15

2.2.2.1. Perundingan (Negotiation)……….. 15

2.2.2.2. Penandatanganan (Signature)………….. 16

2.2.2.3. Persetujuan Parlemen……….. 16

2.2.2.4. Pengesahan (Ratification)……… 16

2.2.3. Berlakunya Perjanjian internasional ... 16

2.2.4. Berakhirnya Perjanjian Internasional ... 17

2.3. Perwakilan Diplomatik dan Konsuler ... 17

2.3.1. Definisi Hubungan Diplomatik………. 17

2.3.2. Sejarah Perkembangan……….. 17

2.3.3. Tingkat Kepala Perwakilan Diplomatik………… 18

2.3.3.1. Perangkat Perwakilan Diplomatik……… 19

2.3.4. Prosedur Pengiriman dan Penerimaan DuBes….. 20

2.3.4.1. Alur pengangkatan perwakilan………… 20

2.3.5. Tugas dan Fungsi Perwakilan Diplomatik……… 20

2.3.6. Fungsi Perwakilan Diplomatik……….. 21

2.4. Organisasi Internasional ... 22

2.4.1. Definisi Organisasi Internasional ... 22

2.4.2. Definisi Menurut Tokoh Hukum ... 22

(5)

iv

BAB III PENUTUP ... 24

1.1. Kesimpulan... 24

1.2. Saran ... 24

(6)

v

DAFTAR GAMBAR

(7)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hubungan kerja sama antar bangsa biasanya diresmikan ke dalam satu atau beberapa perjanjian internasional. Perjanjian internasional merupakan salah satu instrumen paling penting dalam hubungan antarbangsa. Sampai saat ini para ahli masih mempunyai sudut pandang yang berbeda-beda terhadap makna perjanjian internasional sehingga makna istilah tersebut masih beraneka ragam.Dari pendapat-pendapat para ahli tersebut kemudian dapat disimpulkan makna perjanjian internasional. Perjanjian internasional adalah kesepakatan antara dua atau lebih subjek hukum internasional (misalnya negara, lembaga internasional) yang menurut hukum internasional menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihak yang membuat kesepakatan. Perjanjian yang dilakukan oleh subjek- subjek hukum internasional tersebut mempunyai tujuan untuk melahirkan akibat-akibat hukum tertentu. Selain itu, tujuan perjanjian internasional di antaranya yaitu untuk menyelesaikan sengketa antarbangsa, memelihara perdamaian, ketertiban serta kesejahteraan manusia.

Menurut pasal 38 ayat 1 Piagam Mahkamah Internasional, dinyatakan bahwa perjanjian internasional baik yang bersifat umum maupun khusus, mengandung ketentuan-ketentuan hukum yang diakui secara tegas oleh negara-negara yang bersangkutan.

Berkenaan dengan pasal tersebut, maka setiap negara yang mengadakan suatu perjanjian harus menjunjung tinggi dan menaati ketentuan-ketentuan yang terdapat di dalamnya. Hal ini disebabkan oleh salah satu asas yang dipakai dalam perjanjian internasional, yaitu asas pacta sunt servanda yang menyatakan bahwa setiap perjanjian yang telah dibuat harus ditaati oleh masing-masing pihak yang bersangkutan.

(8)

2 1.2. Tujuan Penulisan

Dalam penyusunan penulisan ilmiah ini penulis bertujuan untuk mengetahui tentang Hubungan Internasional dan Perjanjian Internasioal berserta dengan contoh peristiwa yang berhubungan dengan HI dan PI.

1.3. Manfaat Penulisan

Penulisan ini diharapkan memiliki dua manfaat yaitu : 1. Manfaat Praktis

Membantu memberikan pandangan mengenai hubungan internasional dan perjanjian internasional yang sedang terjadi.

2. Manfaat Teoritis

(9)

3

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Hubungan Internasinal

2.1.1. Definisi Hubungan Internasional

Hubungan Internasional (HI; sering disebut Studi Internasional (SI),

meski keduanya tidak sama) adalah ilmu yang mempelajari hubungan antarnegara, termasuk peran sejumlah negara, organisasi antarpemerintah (IGO), organisasi nonpemerintah internasional (INGO), organisasi non-pemerintah (NGO), dan perusahaan multinasional (MNC). HI merupakan sebuah bidang

akademik dan kebijakan publik dan dapat bersifat positif atau normatif, karena

keduanya berusaha menganalisis serta merumuskan kebijakan luar negeri negara-negara tertentu. HI sering dianggap sebagai cabang ilmu politik (khususnya setelah tata nama UNESCO tahun 1988), namun pihak akademia lebih suka menganggapnya sebagai suatu bidang studi interdisipliner. Aspek-aspek hubungan internasional telah dipelajari selama ribuan tahun sejak masa

Thucydides, namun HI sendiri menjadi disiplin yang terpisah dan tetap pada awal abad ke-20.

(10)

4

2.1.2. Sejarah Hubungan Internasional

Gambar 2.1. Potret resmi Raja Perancis, Spanyol, dan Polandia yang merefleksikan kerumitan politik Persemakmuran Polandia-Lituania selama

Perang Tiga Puluh Tahun

Sejarah hubungan internasional dapat ditelusuri hingga ribuan tahun yang lalu; Barry Buzan dan Richard Little, misalnya, menganggap interaksi antara beberapa negara-kota kuno di Sumeria, yang berawal pada tahun 3.500 SM, sebagai sistem internasional paling dewasa pertama di dunia.

Sejarah hubungan internasional berdasarkan negara berdaulat dapat ditelusuri hingga Perdamaian Westfalen tahun 1648, sebuah batu loncatan dalam perkembangan sistem negara modern. Sebelumnya, organisasi otoritas politik Eropa abad pertengahan masih didasarkan pada ordo keagamaan hierarkis yang tidak jelas. Berlawanan dengan kepercayaan masyarakat, Westfalen masih menerapkan sistem kedaulatan berlapis, khususnya di dalam Kekaisaran Romawi Suci. Selain Perdamaian Westfalen, Traktat Utrecht tahun 1713 dianggap mencerminkan suatu norma baru bahwa negara berdaulat tidak punya kesamaan internal di dalam wilayah tetapnya dan tidak ada penguasa luar yang dapat menjadi penguasa mutlak di dalam perbatasan sebuah wilayah berdaulat.

Tahun - tahun antara 1500 hingga 1789 menjadi masa kebangkitan negara-negara berdaulat yang merdeka, institusionalisasi diplomasi dan angkatan

bersenjata. Revolusi Perancis turut menambahkan ide baru bahwa yang dapat

(11)

5

negara, malah mempertahankan pangeran dan kerajaan, tetapi menetapkan kenegarabangsaan dalam hal etnolinguistik, sehingga menetapkan ide yang jarang terwujud bahwa semua orang yang mempertuturkan satu bahasa dimiliki oleh satu negara saja. Klaim yang sama terhadap kedaulatan dibuat untuk kedua bentuk negara-bangsa. Perlu diketahui bahwa di Eropa saat ini, beberapa negara mengikuti kedua definisi negara-bangsa: banyak yang melanjutkan sistem kerajaan berdaulat, dan sedikit sekali negara yang homogen etnisnya.

Sistem Eropa yang mengusung kesetaraan kedaulatan negara-negara dibawa ke Amerika, Afrika, dan Asia melalui kolonialisme dan "standar peradaban" mereka. Sistem internasional kontemporer akhirnya ditetapkan melalui dekolonisasi selama Perang Dingin. Tetapi, hal ini malah terlalu disederhanakan. Meski sistem negara-bangsa dianggap "modern", banyak negara belum memberlakukan sistem ini dan dianggap "pra-modern".

Lebih jauh lagi, beberapa negara telah bergerak keluar dari penuntutan kedaulatan penuh, dan dapat dianggap "pascamodern". Kemampuan kuliah HI kontemporer untuk menjelaskan hubungan antara jenis-jenis negara ini masih diragukan. "Tingkat analisis" adalah cara memandang sistem internasional, yang mencakup tingkat individual, kondisi domestik sebagai satu kesatuan, tingkat internasional berupa persoalan transnasional dan antarpemerintah, dan tingkat global.

Hal yang secara eksplisit diakui sebagai teori Hubungan Internasional belum dikembangkan hingga akhir Perang Dunia I. Meski begitu, teori HI sudah lama bergantung pada karya ilmu sosial lain. Pemakaian huruf kapital "H" dan "I" dalam Hubungan Internasional bertujuan untuk membedakan disiplin akademik Hubungan Internasional dari fenomena hubungan internasional. Banyak orang merujuk The Art of War karya Sun Tzu (abad ke-6 SM), History of the Peloponnesian War karya Thucydides (abad ke-5 SM), Arthashastra karya Chanakya (abad ke-4 SM) sebagai inspirasi bagi teori realis, dengan penjelasan yang lebih dalam oleh Leviathan karya Hobbes dan The Prince karya Machiavelli.

(12)

6

daripada tipe hak asasi yang tergambar dalam hukum alam, Francisco de Vitoria, Hugo Grotius dan John Locke memberikan penejlasan langsung mengenai penetapan universal terhadap hak-hak tertentu atas dasar kemanusiaan umum. Pada abad ke-20, selain teori kontemporer internasionalisme liberal, Marxisme telah menjadi dasar hubungan internasional.

2.1.3. Studi HI

Awalnya, hubungan internasional sebagai bidang studi yang terpisah hampir sepenuhnya Britania-sentris. HI baru muncul sebagai 'disiplin' akademik formal pada tahun 1918 melalui pendirian 'ketua' (keprofesoran) pertama dalam bidang HI - Woodrow Wilson Chair di Aberystwyth, Universitas Wales (sekarang Universitas Aberystwyth[4]) atas sumbangan David Davies, dan menjadi jabatan akademik pertama dalam bidang HI. Hal ini dengan cepat diikuti oleh pembukaan studi HI di berbagai universitas Amerika Serikat dan Jenewa, Swiss. Pada awal 1920-an, departemen Hubungan Internasional London School of Economics didirikan atas sumbangan pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Philip Noel-Baker, dan merupakan institut pertama yang memiliki berbagai macam gelar dalam bidang ini. Selain itu, departemen Sejarah Internasional di LSE terus berfokus pada sejarah HI pada periode modern awal, kolonial, dan Perang Dingin.

(13)

7

Gambar 2.2. Bendera Anggota PBB

2.1.4. Teori Hubungan Internasional 2.1.4.1. Epistemoogi dan Teori HI

Teori HI dapat dibagi menjadi dua kelompok epistemologis: "positivis" dan "pascapositivis". Teori positivis bertujuan untuk mereplikasi metode -metode ilmu alam dengan menganalisis dampak kekuatan material. Teori tersebut biasanya berfokus pada fitur hubungan internasional seperti interaksi negara, ukuran pasukan militer, keseimbangan kekuasaan, dll. Epistemologi pascapositivis menolak ide bahwa dunia sosial dapat dipelajari dengan cara yang objektif dan bebas nilai. Teori ini menolak ide-ide sentral berupa neo-realisme/liberalisme, seperti teori pilihan rasional, atas dasar bahwa metode ilmiah tidak dapat diaplikasikan ke dunia sosial dan bahwa 'ilmu pengetahuan' HI mustahil ada.

Perbedaan utama antara kedua posisi tersebut adalah bahwa meski teori positivis, seperti neo-realisme, memberikan penjelasan yang bersifat sebab (seperti mengapa dan bagaimana kekuasaan dijalankan), teori pascapositivis berfokus pada pertanyaan yang konstitutif, misalnya apa yang dimaksud dengan 'kekuasaan'; hal apa saja yang menciptakannya, bagaimana kekuasaan dialami dan bagaimana kekuasaan direproduksi. Teori pascapositivis secara eksplisit sering mempromosikan pendekatan normatif terhadap HI dengan mempertimbangkan etika. Ini adalah sesuatu yang sering diabaikan oleh HI 'tradisional', karena teori positivis membuat perbedaan antara 'fakta' dan penilaian normatif, atau 'nilai'.

(14)

8

2.1.4.2. Teori Positivis 2.1.4.2.1. Realisme

Realisme berfokus pada keamanan dan kekuasaan negara di atas segalanya. Para penganut pertama seperti E.H. Carr dan Hans Morgenthau berpendapat bahwa negara adalah aktor rasional yang egois dan mengejar kekuasaan, yang berusaha memaksimalkan keamanan dan kemungkinan keselamatan mereka. Kerja sama antarnegara adalah cara memaksimalkan keselamatan masing-masing negara (berbeda dengan alasan yang lebih idealis). Sama halnya, tindakan perang apapun harus didasarkan pada kepentingan pribadi, alih-alih idealisme. Banyak realis memandang Perang Dunia II sebagai pendukung teori mereka.

Perlu diketahui bahwa penulis klasik seperti Thucydides, Machiavelli, Hobbes dan Theodore Roosevelt, sering disebut sebagai "bapak pendiri" realisme oleh para realis kontemporer.[butuh rujukan] Meski begitu, sementara karya mereka bisa mendukung doktrin realis, kecil kemungkinannya bahwa mereka telah mengelompokkan diri sebagai realis (dalam artian ini). Para realis biasanya terpisah menjadi dua kelompok: Klasik atau Realis Sifat Alami Manusia (seperti yang dijelaskan di sini) dan Struktural atau Neorealis (di bawah).

Realisme politik yakin bahwa politik, seperti masyarakat pada umumnya, dipimpin oleh hukum objektif yang berasal dari sifat alami manusia. Untuk memperbaiki masyarakat, pertama mereka perlu memahami hukum yang menjadi acuan hidup masyarakat. Pelaksanaan hukum-hukum tersebut tidak berubah dengan pilihan kita, masyarakat akan menantangnya jika muncul risiko kegagalan.

(15)

9

bukti dan dicerahkan oleh alasan, dan apa yang berupa penilaian subjektif, dipisahkan dari fakta sebagaimana adanya dan diinformasikan oleh pemikiran yang buruk sangka dan penuh harapan.

Penempatan realisme di bawah positivisme jauh dari keadaan tanpa masalah. What is History karya E.H. Carr merupakan kritik pribadi terhadap positivisme, dan tujuan Hans Morgenthau dalam Scientific Man vs Power Politics, sebagaimana judulnya, adalah menghapus semua pendapat bahwa politik internasional/politik kekuasaan dapat dipelajari secara ilmiah.

2.1.4.2.2. Liberalisme/idealisme/Internasionalisme liberal

Teori hubungan internasional liberal muncul setelah Perang Dunia I sebagai respon atas ketidakmampuan negara-negara untuk mengendalikan dan membatasi perang dalam hubungan internasional mereka. Para penganut pertamanya meliputi Woodrow Wilson dan Norman Angell, yang berpendapat keras bahwa negara dapat makmur melalui kerja sama dan bahwa perang bersifat sangat destruktif serta sia-sia.

Liberalisme belum diakui sebagai sebuah teori yang koheren sampai akhirnya secara kolektif dan mengejek disebut idealisme oleh E. H. Carr. Sebuah versi baru "idealisme" yang berfokus pada hak asasi manusia sebagai dasar legitimasi hukum internasional dikemukakan oleh Hans Köchler.

2.1.4.2.3. Neoliberalisme

(16)

10

absolutnya. Ini juga berarti bahwa bangsa-bangsa, pada dasarnya, bebas membuat pilihan mereka sendiri tentang bagaimana mereka menjalankan kebijakan tanpa adanya organisasi internasional yang menghalang-halangi hak sebuah bangsa untuk berdaulat.

Neoliberalisme juga memiliki teori ekonomi yang didasarkan pada pemanfaatan pasar terbuka dan bebas dengan sedikit intervensi pemerintah, jika ada, untuk mencegah munculnya monopoli dan konglomerat lain. Saling ketergantungan yang muncul sepanjang dan setelah Perang Dingin melalui institusi internasional mendorong penetapan neo-liberalisme sebagai institusionalisme; bagian baru dari teori ini didukung oleh Robert Keohane dan Joseph Nye.

2.1.4.2.4. Teori Rezim

Teori rezim berasal dari tradisi liberal yang berpendapat bahwa institusi atau rezim internasional mempengaruhi kelakuan negara-negara (atau aktor internasional lainnya). Teori ini berasumsi bahwa kerja sama dapat dilaksanakan pada sistem negara yang anarkis. Memang, dilihat dari definisinya, rezim merupakan contoh kerja sama internasional.

Sementara realisme memperkirakan bahwa konflik harus menjadi norma dalam hubungan internasional, teoriwan rezim mengatakan bahwa terjadi kerja sama meski bersifat anarki. Mereka sering merujuk pada kerja sama perdagangan, hak asasi manusia dan keamanan kolektif. Contoh kerja sama ini adalah rezim. Definisi rezim yang sering dikutip berasal dari Stephen Krasner. Krasner mendefinisikan rezim sebagai "institusi yang memiliki norma, aturan keputusan, dan prosedur yang memfasilitasi konvergensi harapan."[kutipan ini butuh rujukan].

(17)

11

berkata kerja sama tidak pernah terjadi, namun karena itu bukanlah normanya; kerja sama adalah perbedaan derajat).

2.1.4.3. Teori Pascapositivis/Reflektivis

2.1.4.3.1. Teori Masyarakat Internasional (Aliran Inggris) Teori masyarakat internasional, juga disebut Aliran Inggris, berfokus pada

norma dan nilai bersama negara-negara dan bagaimana mereka mengatur

hubungan internasional. Contoh-conton norma tersebut adalah diplomasi,

ketertiban, dan hukum internasional. Tidak seperti neo-realisme, teori ini

tidak positivis. Para teoriwan lebih memperhatikan intervensi kemanusiaan,

dan terbagi antara solidaris, yang lebih mendukung intervensi, dan pluralis,

yang mendukung ketertiban dan kedaulatan.

2.1.4.3.2. Konstruktivisme Sosial

Konstruktivisme sosial mencakup serangkaian teori yang bertujuan menjawab pertanyaan-pertanyaan ontologi, seperti perdebatan struktur dan lembaga, serta pertanyaan epistemologi, seperti perdebatan "material/ideasional" yang memperhatikan peran relatif kekuatan material versus ide. Konstruktivisme bukan merupakan teori HI dalam artian neo-realisme, tetapi sebuah teori sosial yang lebih bagus dipakai untuk menjelaskan tindakan-tindakan yang diambil oleh negara dan aktor besar lain, serta identitas yang memandu negara dan aktor-aktor ini.

(18)

12

interaksi negara faktanya merupakan suatu fenomena yang dibangun secara sosial dan direproduksi oleh negara.

Misalnya, jika sistem ini didominasi oleh negara-negara yang melihat anarki sebagai situasi hidup atau mati (yang disebut Wendt sebagai anarki "Hobbesian"), sistem tersebut akan ditandai dengan peperangan. Di sisi lain, jika anarki dilihat sebagai sesuatu yang membatasi (anarki "Lockean"), sistem yang lebih damai akan tercipta. Anarki dalam pandangan ini dibentuk oleh interaksi negara, alih-alih diterima sebagai fitur kehidupan internasional yang alami dan kekal sebagaimana dikatakan para teoriwan HI neo-realis.

2.1.4.3.3. Teori Kritis

Teori hubungan internasional kritis adalah penerapan 'teori kritis' terhadap hubungan internasional. Para pendukungnya seperti Andrew Linklater, Robert W. Cox dan Ken Booth berfokus pada perlunya emansipasi manusia dari negara. Karena itu, teori ini "kritis" terhadap teori HI arus utama yang bersifat negara-sentris.

2.1.4.3.4. Marximes

Teori Marxis dan Neo-Marxis HI menolak pandangan realis/liberal terhadap konflik atau kerja sama negara; mereka berfokus pada aspek ekonomi dan material. Ini menciptakan asumsi bahwa ekonomi mengalahkan masalah lainnya, sehingga memungkinkan peningkatan kelas menjadi fokus studi. Para Marxis memandang sistem internasional sebagai satu sistem kapitalis terpadu yang terus menambah modal. Jadi, masa kolonialisme membawa sumber bahan baku dan pasar terkurung untuk ekspor, sementara dekolonialisasi membawa kesempatan baru dalam bentuk ketergantungan.

(19)

13

penasihat politik, misionaris, para ahli, dan MNC untuk mengintegrasikan mereka ke sistem kapitalis demi mendapatkan sumber daya alam yang cukup dan mendorong ketergantungan.

Teoriwan Marxis kurang mendapat perhatian di Amerika Serikat, karena negara tersebut tidak memiliki partai sosialis besar. Teori ini lebih mencuat di sebagian wilayah Eropa dan merupakan salah satu kontribusi teori terpenting di kalangan akademisi Amerika Latin, misalnya melalui teologi pembebasan.

2.1.5. Pola HI

2.1.5.1. Pola Hubungan Penjajahan

Dalam pola hubungan ini, satu negara yang kuat akan menghisap kekayaan negara lain yang lemah. Negara penjajah biasanya akan membangun berbagai sarana dan prasarana di daerah jajahan yang bertujuan untuk memperlancar tujuan negara penjajah untuk mengeksploitasi sumber daya alam daerah jajahan. Pola hubungan penjajahan ini juga biasa disebut dengan kolonialisme.

2.1.5.2. Pola Hubungan Ketergantungan

Pola hubungan ketergantungan terjadi antara negara-negara dunia ketiga yang masih terbelakang dengan negara-negara maju. Sebagian negara-negara dunia ketiga yang baru merdeka setelah Perang Dunia II umumnya masih memiliki modal yang terbatas. Itulah sebabnya mengapa negara-negara dunia ketiga ini banyak yang bergantung kepada pemodal asing dari negara-negara maju untuk menjalankan roda perekonomian mereka. Pola hubungan ketergantungan ini pulalah yang pada akhirnya memunculkan apa yang disebut sebagai neokolonialisme.

2.1.5.3. Pola Hubungan Sama Derajat

(20)

14

2.1.6. Asas Hubungan Internasional

Dalam pelaksanaannya hubungan internasional memiliki asas-asa tertentu, berikut asas hubungan internasional.

2.1.6.1. Asas Teritorial

Artinya bahwa suatu negara akan mempunyai kekuasaan secara penuh untuk memberlakukan hukum atas semua orang dan barang yang berada di wilayahnya.

2.1.6.2. Asas Kebangsaan

Artinya bahwa dimanapun seseorang berada, selama seseorang masih menjadi warga negara suatu negara, maka orang tersebut masih tetap berada dibawah hukum negaranya tersebut.

2.1.6.3. Asas Kepentingan Umum

Artinya bahwa suatu negara dapat menyesuaikan diri terhadap semua keadaan untuk membela kepentingan umum. Jadi, hukum tidak terikat secara kaku pada batas-batas wilayah nasional suatu negara.

2.1.7. Bentuk HI

Dalam menjalankan hubungan internasional antara suatu subjek hukum internasional maupun negara-negara dalam taraf Internasional memiliki bentuk hubungan yang berbeda. Berikut diantaranya :

2.1.7.1. Diplomasi

(21)

15

2.1.7.2. Negosiasi

Negosiasi disebut juga dengan perundingan. Negosiasi (perundingan) dalam hubungan internasional dapat diartikan sebagai proses interaksi antar pelaku hubungan internasional untuk untuk berusaha menyelesaikan tujuan masing-masing yang berbeda dan saling bertentangan.

2.1.7.3. Lobi

Lobi adalah kegiatan politik internasional yang dilakukan untuk mempengaruhi negara lain agar sesuai dengan kepentingan negara yang melakukan loi.

2.2. Perjanjian Internasional

2.2.1. Definisi Menurut Para Ahli

Setiap orang memiliki pandangan tentang pengertian hubungan internasional, namun kami hanya bisa menemukan refrensi yang membahas mengenai pengertian hubungan internasional yang dianggap ahli dibidang ini.

2.2.1.1. Prof Dr.Mochtar Kusumaatmadja, SH. LL.M.

Perjanjian Internasional adalah perjanjian yang diadakan antarbangsa yang bertujuan untuk menciptakan akibat-akibat hukum tertentu.

2.2.1.2. Oppenheimer-Lauterpacht

Perjanjian Internasional adalah suatu persetujuan antarnegara yang menimbulkan hak dan kewajiban di antara pihak-pihak yang mengadakannya.

2.2.1.3. G. Schwarzenberger.

Perjanjian Internasional adalah suatu persetujuan antara subjek-subjek hukum internasional yang menimbulkan kewajiban-kewajiban yang mengikat dalam hukum internasional.

2.2.2. Tahap – Tahapan Pembuatan PI 2.2.2.1. Perundingan (Negotiation)

(22)

16

2.2.2.2. Penandatanganan (Signature)

Penandatangan dilakukan oleh wakil-wakil negara yang bersangkutan biasanya kepala negara atau kementerian luar negeri.

2.2.2.3. Persetujuan Parlemen

Setelah ditandatangani maka perjanjian tersebut harus dibahas di parlemen sebelum disahkan untuk meninjau manfaat yang dapat diperoleh dari perjanjian tersebut.

2.2.2.4. Pengesahan (Ratification)

Suatu negara mengikat diri pada suatu perjanjian dengan syarat apabila telah disahkan oleh badan yang berwenang di negaranya. Penandatanganan atas perjanjian hanya bersifat sementara dan masih harus dikuatkan dengan pengesahan atau penguatan.

2.2.3. Berlakunya Perjanjian internasional

1. Mulai berlaku sejak tanggal yang ditentukan atau menurut yang disetujui oleh negara perunding.

2. Jika tidak ada ketentuan atau persetujuan, perjanjian mulai berlaku segera setelah persetujuan diikat dan dinyatakan oleh semua negara perunding.

3. Bila pesetujuan suatu negara untuk diikat oleh perjanjian timbul setelah perjanjian itu berlaku, maka perjanjian mulai berlaku bagi negara itu pada tanggal tersebut, kecuali bila perjanjian menentukan lain.

(23)

17

2.2.4. Berakhirnya Perjanjian Internasional

1. Telah tercapai tujuan dari perjanjian internasional itu. 2. Masa berlaku perjanjian internasional itu sudah habis.

3. Salah satu pihak peserta perjanjian menghilang atau punahnya objek perjanjian itu.

4. Adanya persetujuan dari para peserta untuk mengakhiri perjanjian itu.

5. Adanya perjanjian baru antara peserta yang kemudian meniadakan perjanjian yang terdahulu.

6. Syarat-syarat tentang pengakhiran perjanjian sesuai dengan ketentuan perjanjian itu sudah dipenuhi.

7. Perjanjian secara sepihak diakhiri oleh salah satu peserta dan pengakhiran itu diterima oleh pihak lain.

2.3. Perwakilan Diplomatik dan Konsuler 2.3.1. Definisi Hubungan Diplomatik

Hubungan diplomatik adalah hubungan antarnegara dengan menggunakan alat perlengkapan negara yang dikenal dengan perutusan/perwakilan negara/ diplomatik (diplomatik mission). Dalam hubungan yang demikian perutusan diplomatik bertindak atas nama atau atas tanggung jawab negara.

2.3.2. Sejarah Perkembangan

Hingga Tahun 1815 ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan hubungan diplomatik berasal dari hukum kebiasaan. Pada Tahun 1815 diadakan Kongres Wina yang dihadiri oleh para raja. Pada kongres tersebut disepakati untuk mengkodifikasikan hukum kebiasaan tersebut menjadi hukum tertulis. Namun kongres tersebut tidak menghasilkan hal-hal yang berkenaan dengan hubungan diplomatik ini selain yang berkenaan dengan hiorarki atau tingkat-tingkat kepala perwakilan diplomatik.

(24)

18

Karena itu masalah ini disepakati untuk tidak dimasukkan dalam agenda konferensi kodifikasi di Den Hag tahun 1930.

Pada tahun 1947 lewat Resolusi Majelis Umum PBB 174 II/1947 dibentuklah komisi Hukum Internasional. Pada tahun 1947 itu juga Komisi Hukum Internasional menetapkan 14 topik pembahasan, yang salah satunya mengenai hubungan diplomatik serta kekebalan-kekebalan diplomat. Akan tetapi hal ini tidak mendapatkan prioritas pembahasan.

Pada tahun 1952 usul delegasi Yugoslavia, Majelis Umum PBB menerima resolusi yang intinya meminta Komisi Hukum Internasional agar memberikan prioritas untuk melakukan kodifikasi mengenai hubungan dan kekebalan diplomatik ini.

Mulai tahun 1954 Komisi Hukum Internasional membahas masalah-masalah yang berkenaan dengan hubungan diplomatik dan kekebalannya, dan lewat Resolusi Majelis Umum Nomor 1450 (XIV) memutuskan untuk menyelenggarakan suatu konferensi internasional guna membahas masalah ini. Konferensi yang diberi nama The United Nations Conference on Diplomatik Intercourse and Immunities ini mengadakan sidangnya di Wina sari tanggal 2 Maret sampai 14 April 1961, dan menghasilkan sejumlah dokumen yaitu (1) Vienna Convention on Diplomatik Relations (2) Optional Protocol Concerning Acquasition of \nationality, dan (3) Optional Protocol Concerning the Compulsary Settlement of Disputes. Yang terpenting dari ketiga dokumen tersebbut adalah dokumen yang pertama, yaitu Konvensi Wina mengenai hubungan diplomatik. Pada tanggal 18 April 1961 wakil dari 75 negara menandatangani konvensi tersebut. Konvensi ini secara resmi mulai berlaku pada tanggal 24 April 1964. Indonesia menjadi pihak di dalam konvensi ini setelah meratifikasinya pada tanggal 25 Januari 1982 dengan Undang-Undang No 1 tahun 1982.

2.3.3. Tingkat – Tingkat Kepala Perwakilan Diplomatik

Berdasarkan keputusan kongres Wina 1815 disepakati adanya tiga tingkat kepala perwakilan diplomatik, yaitu :

1. Duta Besar (Ambassador)

(25)

19

2.3.3.1. Perangkat Perwakilan Diplomatik

Berdasarkan Konggres Wina tahun 1815 dan Konggres Aux La Chapella 1818 (Konggres Achen), perangkat diplomatik adalah:

1. Duta besar berkuasa penuh (ambassador) adalah tingkat tertinggi dalam perwakilan diplomatik yang mempunyai kekuasaan penuh dan luar biasa. Ambassador biasanya mewakili pribadi kepala negara dan bangsa serta rakyatnya.

2. Duta (gerzant) adalah wakil diplomatik yang pengangkatannya lebih rendah dari ambassador. Seorang duta dalam menyelesaikan persoalan kedua negara harus berkonsultasi dengan pemerintahannya.

3. Menteri residen, dianggap bukan wakil pribadi negara. Ia hanya mengurus urusan negara. Ia pada dasarnya tidak berhak mengadakan pertemuan dengan kepala negara tempatnya bertugas.

4. Kuasa usaha (charge de affair), kuasa usaha tidak diperbantukan kepada kepala negara. Kuasa usaha dapat dibedakan menjadi: Kuasa usaha tetap yang menjabat sebagai kepala dari suatu perwakilan. Kuasa usaha sementara yang melaksanakan pekerjaan dari kepala perwakilan, yaitu ketika pejabat kepala perwakilan belum atau tidak ada di tempat.

5. Atase adalah pejabat pembantu dari duta besar berkuasa penuh. Atase terdiri dari dua bagian, yaitu :

• Atase pertahanan, biasa dijabat oleh seorang perwira TNI yang diperbantukan kepada Deplu dengan pangkat perwira menengah dan ditempatkan di KBRI serta diberikan kedudukan sebagai diplomat. Tugasnya adalah memberikan nasehat di bidang militer dan pertahanan kepada duta besar berkuasa penuh.

(26)

20

2.3.4. Prosedur pengiriman dan penerimaan duta besar

Persyaratan yang harus dipenuhi dalam pembukaan atau pertukaran perwakilan diplomatik dengan Negara lain adalah sebagai berikut :

1. Harus ada kesepakatan antara kedua belah pihak (mutual conceat) yang akan mengadakan pembukaan dan pertukaran diplomatik maupun konuler. Kesepakatan tersebut berdasar Pasal 2 Konvensi Wina 1961, dituangkan dalam bentuk persetujuan bersama (joint agreement), dan komunikasi bersama (joint declaration).

2. Prinsip-prinsip hukum internasional yangberlaku, yaitu setiap Negara dapat melakukan hubungan atau pertukaran diplomatik berdasarkan prinsip-prinsip hubungan yang berlaku dan prinsip timbale balik (resiprositas).

2.3.4.1. Alur pengangkatan perwakilan diplomatic

1. Kedua belah pihak saling menukar informasi akan dibuatnya perwakilan (oleh departemen luar negeri masing-masing negara) 2. Mendapat persetujuan (demende aggregration) dari negara yang

menerima.

3. Diplomat yang akan ditempatkan, menerima surat kepercayaan (lettre de credence) yang ditandatangani oleh kepala negara pengirim.

4. Surat kepercayaan diserahkan kepada kepala negara penerima (lettre de roplle) dalam suatu upacara dimana seorang diplomat tersebut berpidato.

2.3.5. Tugas dan Fungsi Perwakilan Diplomatik

Tugas umum seorang perwakilan diplomatik mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Representasi, yaitu selain untuk mewakili pemerintah negaranya, ia juga dapat melakukan protes, mengadakan penyelidikan pertanyaan dengan pemerintah negara penerima, ia mewakili kebijaksanaan politik pemerintah negaranya.

(27)

21

3. Observasi, yaitu untuk menelaah dengan teliti setiap kejadian atau peristiwa di negara penerima yang mungkin dapat memengaruhi kepentingan negaranya.

4. Proteksi, yaitu untuk melindungi pribadi, harta benda, dan kepentingan-kepentingan warga negara yang berada di luar negeri.

5. Persahabatan, yatu untuk meningkatkan hubungan persahabatan antara negara pengirim dengan negara penerima, baik di bidang ekonomi, kebudayaan maupun ilmu pengetahuan dan teknologi.

Bagi Indonesia, sesuai dengan Keputusan Presiden RI Nomor 51 tahun 1976, tugas pokok perwakilan diplomatik adalah mewakili Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan hubungan diplomatik dengan negara penerima atau organisasi internasional serta melindungi kepentingan negara dan warga negara RI di negara penerima, sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah yang ditetapkan dengan berdasar perundang-undangan yang berlaku.

2.3.6. Fungsi Perwakilan Diplomatik

1. Mewakili Negara RI secara keseluruhan di Negara penerima atau pada organisasi internasional.

2. Melindungi kepentingan nasional Negara dan warganegara RI di Negara penerima.

3. Melaksanakan usaha peningkatan hubungan persahabatan dan melaksanakan perundingan antara Negara Republik Indonesia dengan Negara penerima dan organisasi internasional serta memperkembangkan hubungan dibidang ekonomi,kebudayaan dan ilmu pengetahuan.

4. Melaksanakan pengamatan, penilaian dan pelaporan.

5. Menyelenggarakan bimbingan dan pengawasan terhadap warga Negara Republik Indonesia yang berada di wilayah kerjanya.

6. Menyelenggarakan urusan pengamanan, penerangan, konsuler, protocol, komunikasi dan persandian.

(28)

22

2.4. Oraganisasi Internasional

2.4.1. Definisi Organisasi Internasional

Istilah organisasi internasional mempunyai pengertian ganda. Pertama istilah Organisasi Internasional dapat digunakan dalam arti luas, sedangkan yang kedua digunakan dalam arti sempit. Dalam arti luas dapat digunakan untun menunjukkan setiap organisasi yang luas lingkupnya dan cakupannya melintasi batas-batas negara. Di sini mencakup organisasi internasional yang bersifat publik maupun organisasi yang bersifat privat. Organisasi internasional dalam arti sempit menunjuk pada organisasi yang bersifat publik saja.

Di dalam membicarakan organisasi internasional ini, terutama ditekankan pada organisasi internasional publik. Namun tidak berarti bahwa organisasi internasional privat tidak dibicarakan. Untuk organisasi internasional privat sekurang-kurangnya akan dibicarakan pada saat membahas organ-organ pokok PBB, dalam hal ini Dewan Ekonomi dan Sosial.

2.4.2. Definisi Menurut Tokoh Hukum

Ada banyak tokoh hukum yang memberikan pendapat tentang pengertian organisasi internasional. Beberapa di antaranya sebagai berikut :

1. D.W. Bowett berpendapat bahwa organisasi internasional adalah organisasi permanen (misalnya di bidang postel atau administrasi kereta api) yang didirikan atas dasar suatu traktat yang lebih bersifat multilateral daripada yang bersifat bilateral dan dengan kriteria tujuan tertentu.

2. N.A. Maryam Green berpendapat bahwa organisasi internasional adalah organisasi yang dibentuk berdasarkan suatu perjanjian ketika tiga atau lebih negara menjadi peserta.

3. Boer Mauna berpendapat bahwa organisasi internasional adalah suatu perhimpunan negara-negara yang merdeka dan berdaulat yang bertujuan untuk mencapai kepentingan bersama melalui organ-organ dari perhimpunan itu sendiri.

(29)

23

pengertian organisasi internasional. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa organisasi internasional pada umumnya lahir berdasarkan perjanjian internasional yang bersifat multilateral.

Organisasi internasional dapat meningkatkan hubungan internasional antarnegara. Di dunia ini ada banyak organisasi internasional, seperti PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa), ASEAN, AA dll. Negara Indonesia juga menjadi anggota PBB dan ASEAN.

indonesia sebagai salah suatu negara juga melakukan hubungan internasional, melakukan kerjasama bilateral maupun multilateral dan juga menjadi anggota beberapa organisasi internasional seperti PBB dan ASEAN.

(30)

24

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya, penulis mencoba untuk menarik kesimpulan mengenai Hubungan Internasional dan Organisasi Internasional, yaitu sebagai berikut:

1) Organisasi internasional dapat meningkatkan hubungan internasional antarnegara. Di dunia ini ada banyak organisasi internasional, seperti PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa), ASEAN, AA dll. Negara Indonesia juga menjadi anggota PBB dan ASEAN.

2) indonesia sebagai salah suatu negara juga melakukan hubungan internasional, melakukan kerjasama bilateral maupun multilateral dan juga menjadi anggota beberapa organisasi internasional seperti PBB dan ASEAN.

3) Melakukan Hubungan Internasional dapat meningkat kerja sama antar Negara yang satu dengan yang lainnya.

3.2. Saran

Saran-saran yang dapat diberikan oleh penulis dalam hal yang berkaitan dengan perancangan wireless bridging point to point dengan Router TP-Link MR3220, yaitu sebagai berikut:

1) Dalam melakukan suatu Hubungan kita harus mengetahui tentang asas – asas yang tentang Hubungan Internasional.

(31)

25

DAFTAR PUSTAKA

Aim Abdulkarim. 2012. Advanced Learning Civic Education 2 for grade Senior High School. Bandung: Grafindo

Bambang Suteng. 2007. Pendidikan Keawganegaraan untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga

Wikipedia Ensiklopedia Bebas. 2015. Hubungan Internasional. http://www.wikipedia.org/wiki/Hubungan_internasional.htm E – Learning PKN UNY. 2015. Organisasi Internasional.

http://pknh.unycommunity.com/Organisasi_internasional.htm E – Learning PKN UNY. 2015. Perwakilan Diplomatik.

Gambar

Gambar 2.1. Potret resmi Raja Perancis, Spanyol, dan Polandia yang
Gambar 2.2. Bendera Anggota PBB

Referensi

Dokumen terkait

Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai ujung daun terpanjang Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai ujung daun terpanjang untuk jagung dan

Dilihat dari konteksnya, penulis merasakan adanya perasaan berupa rasa simpulan, menyimpulkan dan rasa simpulan atas apa yang dirasakan seorang tokoh atas

Bila fakta yang disajikan berupa fakta umum yang obyektif dan dapat dibuktikan benar tidaknya serta ditulis secara ilmiah, yaitu menurut prosedur penulisan ilmiah, maka karya

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kelayakan dan kepraktisan modul tematik berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk peserta didik kelas V

PO adalah sebcar 0,525 dengan R2 sebesar 0,452, hal ini menunjukkan bahwa pendanaan defisit {DEF} mempunyai pengaruh yang cukup hsar terhadap penggunaan

Simpan pinjam yaitu bentuk fasilitas yang diberikan KUD Tunas Harapan bagi masyarakat menjadi anggota KUD Tunas Harapan. Simpanan pokok bagi para anggota yaitu

Hal ini sesuai dengan pendapat dari Manuaba (2007) yang menyatakan bahwa ibu dengan umur terlalu muda kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,

Berfungsi sebagai penerima hasil transmisi hydraulic fluid bertekanan tinggi dari power pack menjadi gerakan naik turun untuk mengangkat rangkaian sucker rod pump dibawah