• Tidak ada hasil yang ditemukan

Review Teori Hubungan Internasional Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Review Teori Hubungan Internasional Indonesia"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Review Realisme

Asumsi Realis (Steans & Pettiford) Sifat manusia secara alami egois, negara layaknya seorang manusia diasumsikan berprilaku menurut kehendaknya saja, Negara adalah aktor sentral : Negara adalah berdaulat , Motivasi negara adl kepentingan nasional yang diperjuangkan melalui kebijakan luar negeri, Power adl kunci dlm memahami prilaku internasional dan motivasi setiap negara , sejatinya hubungan internasional bersifat konfliktual , ketiadaan otoritas sentral (supranasional) yang bertugas memberikan sangsi terhadap negara yang berprilaku buruk!!

Realisme pada umumnya dianggap sebagai tradisi teoritis paling berpengaruh dalam Hubungan Intermasional(HI), bahkan oleh pengkritiknya yang paling galak. Warisan filsafatnya, yakni kritiknya terhadap internasionalisme liberal dan pengaruhnya terhadap praktek diplomasi internasional telah menempatkannya dalam posisi penting walaupun tidak dominan, dalam displin ilmu HI. Tidak ada teori lain yang mewarnai begitu banyak bentuk dan struktur kajian politik internasional.

Dalam Realisme, elemen-elemen utama dalam hubungan internasional terdiri dari beberapa gagasan utama, yakni actor dominan tetap berada pada Negara-bangsa(nation-state), kepentingan nasional merupakan aspek utama yang harus diraih setiap Negara-bangsa untuk bisa tetap eksis/survive dengan fokus utama pada isu high politics seperti keamanan melalui instrument military power. Bahkan setiap Negara akan selalu berupaya untuk memaksimalkan posisi kekuatan (power) relatifnya dibandingkan negara lainnya atau setidaknya tercipta balance of power. Semakin besar keuntungan kekuatan militernya akan semakin besar pula jaminan keamanan yang dimili negara tersebut.

(2)

negara hegemon hanya akan memanfaatkan kerjasama multilateral ini untuk mencapai kepentingan (keamanan) nasional dan tujuan politik luar negerinya semata.

Menurut Realist, institusi pada dasarnya merupakan sebuah refleksi dari distribution of power dan didasarkan pada kalkulasi kepentingan nasional negara-negara besar dan oleh karenanya institusi tidak menjadi faktor penting dalam penciptaan perdamaian dunia. Realisme menyatakan bahwa konsep keamanan (nasional) merupakan sebuah kondisi yang terbebas dari ancaman militer atau kemampuan suatu negara untuk melindungi negara-bangsanya dari serangan militer yang berasal dari lingkungan eksternalnya.

Politik dunia, menurut kaum realism, berkembang berdasarkan system anarki. Sistem anarki adalah system dimana mereka menganggap tidak adanya kekuatan supranasional yang melebihi negara sehingga tidak ada dominasi kekuatan selain negara itu sendiri. Realisme merupakan penganut state centric assumptions. Mereka tidak terlalu menganggap organisasi di luar negara itu adalah sesuatu yang penting, yang mampu memberikan pemenuhan kebutuhan negara. Perspektif ini hanya menganggap dengan adanya organisasi di luar negara hanya akan menambah ‘kericuhan’ bagi hubungan internasional. Mereka memandang system anarki jauh lebih teratur dan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam negara. Pada akhirnya, mereka hanya akan mengandalkan sumber daya milik mereka sendiri.

(3)

yang bersifat preemptif, kelompok minoritas dan melakukan ekspansi untuk memasukan anggota kelompok mereka yang berada di luar batas wilayah.

Negara yang berdaulat adalah actor utama di hubungan internasional. Negara akan selalu mencari kekuasaan dan memenuhi kepentingan nasionalnya. Karenanya, masing-masing negara ingin memenuhi kepentingan nasional dan terkadang hubungan internasional tersebut mengalami ketegangan karena adanya konflik dengan negara lain dalam memenuhi kepentingan itu. Hal ini akan membuat negara berada pada pilihan, mendominasi atau didominasi. Tentu saja, setiap negara ingin mendominasi, bukan didominasi.

Menurut Realisme, sebagaimana telah disinggung di atas, satu-satunya isntrumen untuk melindungi dan mempertahankan kepentingan keamanan nasionalnya adalah dengan meningkatkan military power yang dimiliki suatu negara-bangsa. Dalam hal ini, kuantitas dan kualitas level of arms yang patut dimiliki aktor Negara merupakan sebuah solusi rasional yang harus disediakan aktor Negara. Namun, hal ini juga akan mendorong perlombaan senjata(arms race) antar aktor negara yang juga akan semakin mendorong perlombaan senjata yang semakin anarkis yang mendorong terciptanya security dilemma.

Bagi Realis klasik seperti Hans, J Morgenthau, kepentingan keamanan yang sangat fundamental adalah Setiap negara bangsa harus mencapai kepentingan nasionalnya untuk melindungi keamanannya dan kelangsungan hidupnya. Dalam argument, Realisme, kepentingan Nasional memainkan peranan yang sangat krusial dimana melalui konsep ini, kebutuhan keamanan suatu aktor negara-bangsa memiliki kaitan yang sangat erat antara karakteristik sistem internasional, seperti anarki dan distrbusi power, dengan semua kebijakan dan tindakan yang diambil aktor negara.

(4)

system internasional. Balance of power akan mencegah terjadinya dominasi dari negara satu dengan negara yang lainnya. Selain itu, sebuah persamaan mengenai tatanan dan keamanan bisa terpelihara dengan membetuk aliansi-aliansi antar negara untuk mencegah adanya negara adikuasa yang bertindak sewenang-wenang.

Kekuatan tradisi kaum Realis terletak pada kemampuannya menyatakan argument karena kebutuhan. Tradisi kaum realis berusaha menjabarkan realitas, memecahkan masalah dan memahami keberlangsungan politik dunia. Untuk menyelesaikan tuga sini tradisi kaum realis membangkitkan tradisi filsafat, dengan Hobbes, Rosseau, dan Machiavelli yang mencoba kembali melengkapi teori dengan otoritas klasikisme. Dengan membangkitkan kembali para pendahulu intelektualnya, realisme kembali menekankan kekekalan dan pentingnya kontinuitas dalam penelitian teoritis. Perhatian Normatif dengan permasalahan sebab-sebab perang dan keadaan damai, keamanan, ketertiban,akan terus menjadi pedoman penelitian. Realisme menjelaskan Kompetisi dan konflik yang tidak bisa dihindari antar negara dengan menyoroti sifat tidak aman dan anrkis dilingkungan Internasional.

Referensi:

Hermawan, Yulius. 2007. “Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional: Aktor, Isu, dan Metodologi. Graha Ilmu. Yogyakarta

(5)

Review Neo-Realisme

Neorealisme atau realisme struktural adalah teori hubungan internasional yang dicetuskan oleh Kenneth Waltz tahun 1979 dalam bukunya,Theory of International Politics. Waltz mendukung pendekatan sistemik, yaitu struktur internasional bertindak sebagai pengekang perilaku negara, sehingga hanya negara yang kebijakan-kebijakannya berada dalam cakupan yang diharapkan dapat bertahan. Sistem ini sama seperti model mikroekonomi ketika firma menetapkan harga dan kuantitas berdasarkan pasar. Neorealisme, yang lebih dikembangkan di dalam tradisi ilmu politik Amerika Serikat, berupaya menata ulang tradisi realis klasik E.H. Carr, Hans Morgenthau, dan Reinhold Niebuhr menjadi ilmu sosial yang teliti dan positivistik.

Teori neorealisme (realisme struktural) merupakan teori milik Kenneth Waltz yang merupakan upaya perombakan teori realisme yang sudah ada. Teori ini berusaha untuk lebih ilmiah dan lebih positivis. Neorealis tetap mempertahankan nilai realis bahwa hubungan internasional antarnegara merupakan hubungan yag antagonistik dan konfliktual yang disebabkan oleh struktur anarkis dalam sistem internasional. Hal yang membedakan neorealisme dengan realisme dilihat dari aktor yang berperan di dalam sistem internasional.

Jika pada realisme aktor yang menjadi kunci utama dalam sistem internasional adalah negara bangsa (nation-state), maka pada neorealisme aktornya adalah sistem itu sendiri. Sehingga meskipun negara merupakan aktor yang dominan, non-state actors memiliki peranan yang penting dalam sistem internasional. Struktur internasional dalam konsep neo realisme adalah anarki internasional, negara sebagai ‘unit serupa’, perbedaan kapabilitas negara serta adanya negara besar lebih dari satu dimana terdapat hubungan antar negara-negara tersebut. Sedangkan konsep kunci dari neo realisme adalah perimbangan kekuatan, pengulangan internasional, dan konflik internasional yang berupa perang dan perubahan internasional.

(6)

yaitu, kepentingan para penguasa, dan kemudian negara, membuat suatu rangkaian tindakan, kubutuhan kebijakan muncul dan persaingan negara yang diatur, kalkulasi yang berdasarkan pada kebutuhan-kebutuhan ini dapat menemukan kebijakan-kebijakan yang akan menjalankan dengan baik kepentingan-kepentingan negara, keberhasilan adalah ujian terakhir kebijakan itu, dan keberhasilan didefinisikan sebagai memelihara dan memperkuat negara. Hambatan-hambatan struktural menjelaskan mengapa metode-metode tersebut digunakan berulang kali disamping perbedaan-perbedaan dalam diri manusia dan negara-negara yang menggunakannya.

Asumsi-asumsi dasarnya adalah, pertama, sistem internasional bersifat anarki, karena tidak ada otoritas sentral untuk memaksakan tata tertib. Kedua, dalam sistem yang demikian, kepentingan utama negara adalah keberlangsungannya sendiri, sehingga negara akan memaksimalisasi powermereka khususnya kekuatan militer. Karena power tersebut bersifat zero-sum, negara menjadi ‘posisionalis defensif’, sehingga struggle for power adalah karakteristik permanen hubungan internasional dan konflik bersifat endemik.

Dan oleh karena itu, kerja sama antarnegara menjadi sulit atau bahkan tidak mungkin sama sekali. Kalaupun ada, itu pun di bawah kondisi hegemoni suatu negara dominan yang menggunakan power-nya untuk menciptakan dan memaksakan peraturan institusional.

Neo-Realisme pada dasarnya mengemuka sebagian kritik terhadap Realisme yang cenderung menganggap aktor Negara sebagai satu-satunya aktor dominan dalam Hubungan Internasional. Sementara itu, globalisasi yang sangat dicirikan dengan revolusi teknologi informasi, komunikasi diyakini akan mengubah secara signifikan peta hubungan internasional Realisme dengan kata lain dianggap sudah tidak mampu lagi menyediakan “usable map of the world”.

(7)

yang kedua adalah power sebagai means external. Power sebagai means internal maksdunya adalah power atau kekuatan ini digunakan sebagai cara untuk memperkuat bidang dalam atau internal suatu negara.

Misalkan untuk memajukan ekonomi. Sedangkan means eksternal diartikan bahwa power disini digunakan sebagai alat bargain untuk beraliansi dengan negara-negara kuat, sehingga negaranya akan semakin kokoh dimata musuh. Tujuan dari suatu negara adalah international security atau keamanan internasional. Sedangkan dalam kerjasama internasional pada era Neo Realisme ini kemungkinannya kecil. Kecilnya kemungkinan kerjasama internasional ini disebabkan adanya question mark di kalangan negara tentang siapa yang lebih diuntungkan dalam kerjasama itu. Sementara dalampengambilan kebijakan luar negeri suaru negara lebih disebabkan karena sistem internasional yang anarki.

Neorealisme memberikan penilaian yang meyakinkan mengenai mengapa kebijakan-kebijakan luar negeri negara-bangsa sangatlah mirip, meski sifat internal mereka jauh berbeda. Neorealisme juga memberikan penjelasan lebih rinci mengenai keberlangsungan sistem internasional. Tetapi, neorealisme melebih-lebihkan otonomi yang dinikmati negara dari kondisi domestic mereka, menekankan pentingnya struktur dan meremehkan potensi negara untuk mengubah sistem internasional.

Referensi:

Hermawan, Yulius. 2007. “Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional: Aktor, Isu, dan Metodologi. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Burchill, Scot & Linklater, Andrew. 1996. Teori-Teori Hubungan Internasional. Edisi ke 5. Diterjemahkan oleh: M.Sobirin. Bandung. Nusa Media.

(8)

Review Liberalisme

Asumsi dasar dari liberalisme adalah keyakinan terhadap kemajuan. Meskipun sebenarnya masih menjadi perdebatan dikalangan kaum liberal itu sendiri. setelah perang dunia kedua, dengan demikian, optimisme liberal telah berbubah drastis. Menurut John Locke, negara muncul untuk menjamin kebebasan warga negaranya dan kemudian mengijinkan mereka menghidupi kehidupannya dan menggapai kebahagiaannya tanpa campur tangan tak semestinya dari orang lain.

Kaum liberal mengatakan bahwa modernisasi adalah proses yang menimbulkan kemajuan dalam banyak bidang kehidupan. Potensi akan pikiran dan rasionalitas manusia adalah salah satu hal yang diyakini oleh liberalis. Modernitas membentuk kehidupan yang lebih baik, bebas dari pemerintahan otoriter, dan tingkat kesejahteraan material yang jauh lebih tinggi (Jackson & Sorensen, 2005:140).

Agenda utama dari liberalisme adalah sosial ekonomi dan kesejahteraan.Pasca perang dunia ke dua, ada empat aliran pemikiran utama liberalisme. Yaitu, liberalisme sosiologis, liberalisme interdependensi, liberalisme institusional serta liberalisme republikan.

Liberalisme sosiologis

Dalam paham liberalisme sosiologis, hubungan internaisonal merupakan sebuah hubungan-hubungan transnasional, baik itu hubungan antara masyarakat, kelompok-kelompok, dan organiasi-organisasi yang berasal dari negara yang berbeda. Pemahaman ini lebih mengedepankan pada hubungan antara rakyatnya. Karena ia berpendapat bahwa hubungan antar rakyat lebih kooperatif dan lebih mendukung perdamaian dari pada hubungan antara pemerintah nasional.

(9)

Liberalisme interdependensi

Seperti yang kita ketahui bahwa interdependensi merupakan ketergantungan timbal balik, rakyat dan pemerintah dipengaruhi oleh apa yang terjadi dimanapun, oleh tindakan rekannya di negara lain. Maka dari itu, tingkat hubungan yang paling banyak terjadi adalah hubungan interdependensi.Sepanjang sejarah, negara berupaya mencari kekuasaan dengan alat militer dan perluasan wilayah. Tetapi bagi negara-negara industrialis pembangunan ekonomi dan perdagangan luar negeri adalah alat-alat dalam mencapai keunggulan dan kesejahteraan yang lebih mencukupi dan dengan sedikit biaya. Kemudian, pembagian tenaga kerja yang tinggi dalam perekonomian internasional meningkatkan interdependensi antara negara, dan hal itu menekan dan mengurangi konflik kekerasan antar negara. Akan tetapi, masih tetap ada resiko bahwa negara modern tergelincir kembali ke pilihan militer dan memasuki konfrontasi kekerasan.

Liberalisme institusional

Dalam pembahasan ini, erat kaitannya dengan pernyataan Woodrow Wilson yang ingin mengubah hubungan internasional dari hutan politik kekuasaan yang kacau menuju kebun binatang pergaulan yang erat diatur dan damai. Bagaimanapun juga, kaum liberal institusional tidak sepakat dengan pandangan kaum realis bahwa institusi internasional hanyalah secarik kertas, dan bahwa mereka berada dalam belas kasihan sepenuhnya negara kuat. Akan tetapi mereka juga merupakan kepentingan yang independen dan mereka dapat memajukan kerjasama antara negara-negara.

Secara ringkas, institusional membantu memajukan kerjasama antara negara-negara dan oleh karena itu membantu mengurangi kepercayaan negara-negara dan rasa takut negara satu sama lain yang dianggap jadi masalah tradisional yang dikaitkan dengan anarki internasional.

Liberalisme Republikan

(10)

demokrasi itu merupakan satu sistem yang paling baik yang tidak akan pernah perang sama sekali. Bahkan dengan adanya demokrasi justru kerjasama ekonomi dan interdependensi antar negara akan semakin kuat.

Dalam pembahasan liberalisme ini memang pada dasarnya lebih terfokus pada bidang ekonomi. Apalagi sejak pasca perang dunia dua. Neoliberalisme adalah suatu perwujudan baru dari paham liberalisme yang saat ini telah menguasai sistem perekonomian dunia. Paham ini merupakan suatu sistem ekonomi yang sama dengan kapitalisme, di mana kebebasan individu lebih diutamakan dan tanpa campur tangan dari pemerintah. Yang menjadi penentu utama dalam kegiatan ekonomi adalah mekanisme pasar, bukan pemerintah.

Kritis terhadap Liberalisme

Kontradiksi antara ekonomi dan kebebasan politik

“Kritik ini ditujukan terhadap kondisi dimana pasar bebas dan institusi privat sebagai titik sentral dari liberalisme yakni konsep kebebasan dan pilihan menjadi problem.”

Pasar bebas dan privat property justru menyebabkan sentralisasi kemamakmuran hanya menjadi atau hanya terdominasi oleh kelompok tertentu.

Referensi:

Hermawan, Yulius. 2007. “Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional: Aktor, Isu, dan Metodologi. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Burchill, Scot & Linklater, Andrew. 1996. Teori-Teori Hubungan Internasional. Edisi ke 5. Diterjemahkan oleh: M.Sobirin. Bandung. Nusa Media.

Robert Jackson & Sorensen (2005) Pengantar Hubungan Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

(11)

Review Neo-Liberalisme

Neoliberalisme merupakan salah satu perspektif dalam Hubungan Internasional, Neoliberalisme memiliki pola faktor pendorong utama untuk menjalin kerja sama internasional adalah distribusi kekuatan internasional. Serta neoliberalisme ini menggambarkan konsep-konsep mengenai rasionalitas serta lebih memilih untuk bekerjasama dengan institusi dan juga organisasi – ornganisasi internasional untuk mewujudkan kepentingannya.

Neoliberalisme merupakan salah satu perspektif dalam Hubungan Internasional, yang lahir pada tahun 1980-an Neoliberalisme memiliki pola faktor pendorong utama untuk menjalin kerja sama internasional adalah distribusi kekuatan internasional. Serta neoliberalisme ini menggambarkan konsep-konsep mengenai rasionalitas serta lebih memilih untuk bekerjasama dengan institusi dan juga organisasi – ornganisasi internasional untuk mewujudkan kepentingannya.

Neoliberalisme lebih percaya pada kerjasama secara optimis. Neo-liberalisme memandang bahwa negara memiliki interest untuk bekerjasama (Mingst, 2004 dalam Jones, 2007). Namun, pandangan neo-liberalisme mengenai interest negara untuk kerjasama kurang tepat (Jones 2007). Contoh yang terjadi adalah di mana Amerika Serikat yang tidak ikut serta dalam Protokol Kyoto karena hal itu akan memengaruhi Amerika Serikat secara finansial. Neo-liberalisme memandang bahwa kerjasama akan sulit terjadi bila tidak ada common interests(Wardhani, 2014).

Meskipun negara merupakan aktor yang dominan, faktor non-state actors juga memiliki peranan yang penting dalam sistem internasional pada teori neoliberalisme, sehingga neoliberalisme mempercayai bahwa institusi dan interedepedensi mengarah kepada proses kerjasama yang sempurna dalam hubungan internasional.

(12)

hegemoni ini bertujuan untuk menciptakan stabilitas internasional yang dicapai dengan pengaturan penghegemon dalam bidang politik, ekonomi, maupun militer.

Jadi teori ini lebih mementingkan pada hasil perbuatan manusia, bukan perilaku manusia tersebut. Dalam neoliberalis, lebih memusatkan perhatian pada isu –isu politik dan ekonomi yang bersifat kooperatif dibanding konflik. Serta bagi neoliberalis kooperasi internasional bersifat positive sum yang berarti kedua belah pihak saling diuntungkan dalam kooperasi tersebut. Oleh karena itu, teori neoliberalisme bisa dkatakan lebih kearah ekonomi dan politik. Bukan hanya politik saja seperti teori liberalisme klasik.

NeoLiberal Institutionalism

Akar paling awal munculnya versi dari neoliberalisme ini (neoliberal institusionalisme) adalah dengan adanya para sarjana yang mengkaji dan terintegrasi pada tahun 1940an dan 1950an serta adanya “integration studies” pada tahun 1960an. Kajian ini menyarankan bahwa cara untuk menciptakan kedamaan dan kesejahteraan adalah dengan menciptakan wadah bagi negara-negara beserta sumber dayanya bahkan menyerahkan sebagian kedaulatan negara agar tercipta sebuah komunitas yang terintegrasi dengan tujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memecahkan masalah yang muncul pada tingkat regional.

Selanjutnya, proses terbentuknya Uni eropa yang di awali dari komunitas regional yang melakukan kerjasama multilateral dalam produksi batu bara dan baja hingga bertranformasi menjadi komunitas yang terintegrasi—utamanya dalam bidang ekonomi—yang menantang pandangan tradisional pemikiran realist dengan—argumentasi dua perang dunia—terhadap institusi dan kerjasama.

(13)

menciptakan global governance dengan berusaha membentuk dan menciptakan mekanisme untuk melanggengkan sebuah institusi terkait dengan proses globalisasi yang sedang terjadi.

Core Assumption dari neo liberal Institutional antara lain dapat dijabarkan sebagai berikut: Aktor Negara merupakan unit sentral analisis. Non state aktor merupakan sub ordinat dari aktor negara (ini merupakan kebalikan dari Liberalisme tahun 1970an).Struktur Anarki merupakan struktur dari sistem internasional. Hal ini dikarenakan negara yang merupakan unit sentral analisisnya saling berinteraksi dalam upayanya mendapatkan tujuannya masing-masing.

Oleh karena itu maka pendistribusian power atau kapabilitas menjadi hal yang penting dalam struktur sistem.Kerjasama masih dapat dimungkinkan terjadi melalui adanya suatu rezim internasional serta institusi internasional. Karena dengan adanya suatu rezim internasional, maka negara-negara industri dapat difasilitasi guna mencapai kepentingan mereka. Proses Integrasi pada tingkatan regional serta global semakin meningkat. Hal ini dikarenakan perkembangan proses modernisasi yang kemudian menciptakan permasalahan bersama.

· Perkembangan masa depan dari Uni Eropa merupakan ujian yang paling penting bagi neo liberalisme. Karena melalui Uni Eropa, konsep neo liberal institutionalisme tentang pembentukan rezim internasional oleh negara-negara dalam mencapai kepentingan bersama dapat terlihat apakah berhasil atau tidak. Motivasi Negara-negara akan bergabung dalam hubungan kerjasama bahkan jika negara lain memperoleh keuntungan yang lebih banyak dari interaksi tersebut. Absolute gains lebih penting dibandingkan relative gains. Negara fokus pada individual absolute gains serta tidak tertarik akan gain akan negara lain.

Complex Interdependence

(14)

aktor-aktor yang ada telah banyak terlibat kedalam interaksi internasional dimana diantara aktor-aktor satu sama lain menjadi saling ketergantungan (dependent) lebih dari sebelumnya.

Complex interdependence mengasumsikan dunia pada saat ini kedalam empat karakteristik (core assumption), yaitu:meningkatnya hubungan diantara negara dan non-state actor agenda-agenda yang ada dalam hubungan internasional sudah tidak lagi di bedakan kedalam high and low politics di kenalinya berbagai saluran interaksi diantara aktor lintas negara menolak keampuhan kekuatan militer sebagai alat pemerintahan. Di tambah dengan fenomena globalisasi yang tengah terjadi dewasa ini sebagai bentuk meningkatnya jumlah hubungan dan saluran interaksi serta meningkatnya interkonektivitas maka keadaan “complex interdependence” membuat sistem yang anarki dan kepentingan negara (self interested) yang ada tetap menyediakan ruang bagi kemungkinan adanya kerjasama, baik dalam bentuk institusi maupun rezim internasional. Hal ini di sebabkan kondisi dimana negara atau aktor non-negara akan sangat terpengaruh dengan keputusan yang diambil oleh pihak lain di tempat lain. Misalnya, kebijakan menaikan suku bunga perbankan di Amerika Serikat akan sangat mempengaruhi tingkat suku bunga di negara lainnya. Dari gambaran contoh itu terlihat bagaimana interdependensi yang terjadi di bentuk oleh “efek resiprokal” diantara negara dan aktor di negara-negara berbeda. Arus barang, orang dan jasa meningkat secara dramatis.

Referensi:

Hermawan, Yulius. 2007. “Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional: Aktor, Isu, dan Metodologi. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Burchill, Scot & Linklater, Andrew. 1996. Teori-Teori Hubungan Internasional. Edisi ke 5. Diterjemahkan oleh: M.Sobirin. Bandung. Nusa Media.

Robert Jackson & Sorensen (2005) Pengantar Hubungan Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Referensi

Dokumen terkait

The purpose of the Project is to assist BAPPENAS and other key Indonesian ministries and agencies to develop their self sustaining capacities to formulate, plan,

Promosi KADARZI adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan keluarga melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar dapat mengenal, mencegah dan mengatasi

bahwa dengan adanya penyesuaian jenis dan tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Lembaga Administrasi Negara sebagaimana telah diatur dalam

At right, a 2-way flow of data and information that connects the firm to its environment – The Firm's Control Mechanism: The elements that enable the firm to operate as a

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 2 ayat (2) dan ayat (3) serta Pasal 3 ayat (2) Undang- Undang Nomor 20

Panas yang bersumber dar s artificial, yang dalam hal ini bersumber dari ou di titik sumber (outlet) memiliki nilai yang lebih ti a terjadi kondisi dimana

 Etika yang berarti Mengenai filsafat etika Al-Ghazali secara sekaligus dapat kita lihat pada teori tasawufnya, Maksudnya adalah agar manusia sejauh kesanggupannya meniru

Kronologis atas kasus penyadapan alat komunikasi yang dilakukan oleh Myanmar sebagai negara penerima terhadap perwakilan diplomatik Indonesia adalah pelanggaran