• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN KEJANG DEMAM by nana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PENDAHULUAN KEJANG DEMAM by nana"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN KEJANG DEMAM

DI RUANG RESUSITASI RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

Oleh:

NANANG EKO PRASETYO, Amd.Kep RSUD BHAKTI DHARMA HUSADA - SURABAYA

SMF ANESTESIOLOGI DAN REANIMASI

FK UNAIR / RSUD DR SOETOMO

SURABAYA

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Pendahuluan Kejang Demam di Ruang Resusitasi IGD lantai 1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Surabaya, Februari 2015 Penulis

Nanang Eko Prasetyo, Amd,Kep.

Pembimbing Akademik

Yeti Rohalina

Pembimbing Klinik

Fathimatuz zuhroh NIP.19670315 198803 2 019

Mengetahui, Kepala Ruangan

(3)

DAFTAR ISI

COVER 1

LEMBAR PERSETUJUAN 2

DAFTAR ISI 3

BAB I (LATAR BELAKANG DAN TUJUAN)

4

BAB II (TINJAUAN TEORI) 6

2.1PENGERTIAN 6

2.2PENYEBAB 6

2.3TANDA GEJALA 7

2.4WEB OF CAUTION 7

2.5PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 11

2.6PENATALAKSANAAN 11

BAB III (KONSEP ASKEP) 13

3.1PENGKAJIAN 13

1. Identitas 13

2. Keluhan utama 13

3. Riwayat Penyakit Sekarang 13

4. Riwayat Penyakit Dahulu 13

5. Riwayat Penyakit Keluarga 13

(4)

penerus bangsa. Oleh karena itu tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih-lebih bila anaknya mengalami kejang demam.

Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses

ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan. (Ngastiyah, 1997; 229).

Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki-laki daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki. (ME. Sumijati, 2000;72-73)

Berdasarkan laporan dari daftar diagnosa dari lab./SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data adanya peningkatan insiden kejang demam. Pada tahun 1999 ditemukan pasien kejang demam sebanyak 83 orang dan tidak didapatkan angka kematian (0 %). Pada tahun 2000 ditemukan pasien kejang demam 132 orang dan tidak didapatkan angka kematian (0 %). Dari data di atas menunjukkan adanya peningkatan insiden kejadian sebesar 37%.

Bangkitan kejang berulang atau kejang yang lama akan mengakibatkan kerusakan sel-sel otak kurang menyenangkan di kemudian hari, terutama adanya cacat baik secara fisik, mental atau sosial yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. (Iskandar Wahidiyah, 1985 : 858) .

(5)

berkesinambungan serta memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-spiritual. Prioritas asuhan keperawatan pada kejang demam adalah : Mencegah/mengendalikan aktivitas kejang, melindungi pasien dari trauma, mempertahankan jalan napas, meningkatkan harga diri yang positif, memberikan informasi kepada keluarga tentang proses penyakit, prognosis dan kebutuhan penanganannya. (I Made Kariasa, 1999; 262).

1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kejang demam serta bagaimana cara penanganannya

2. Tujuan Khusus

1) Memahami tentang pengertian kejang demam 2) Memahami tentang penyebab kejang demam 3) Memahami tentang tanda gejala kejang demam 4) Memahami tentang WOC kejang demam

5) Memahami tentang pemeriksaan diagnostik kejang demam 6) Memahami tentang pelaksanaan kejang demam

7) Memahami Asuhan Keperawatan dengan diagnosa kejang demam

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN

(6)

Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh ( suhu rektal diatas 380 C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium

(Ngastiyah, 1997:229)..

Jadi kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan perubahan fungsi otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan sehingga mengakibatkan renjatan berupa kejang.

2.2 PENYEBAB

Menurut Lumbantobing,2001 Faktor yang berperan dalam menyebabkan kejang demam:

1. Demam itu sendiri

2. Efek produk toksik dari pada mikroorganisme (kuman dan virus terhadap otak).

3. Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi. 4. Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit

5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan yang tidak diketahui atau ensekalopati toksik sepintas.

6. Gabungan semua faktor tersebut di atas.

Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu tubuh yang tinggi dan cepat yang disebabkan infeksi diluar susunan saraf pusat, misalnya tonsilitis, otitis media akut (OMA), bronkhitis, dan lain – lain.

2.3 TANDA DAN GEJALA

(7)

berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Kejang unilateral yang lama diikuti oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama sering terjadi pada kejang demam yang pertama.

Durasi kejang bervariasi, dapat berlangsung beberapa menit sampai lebih dari 30 menit, tergantung pada jenis kejang demam tersebut. Sedangkan frekuensinya dapat kurang dari 4 kali dalam 1 tahun sampai lebih dari 2 kali sehari. Pada kejang demam kompleks, frekuensi dapat sampai lebih dari 4 kali sehari dan kejangnya berlangsung lebih dari 30 menit.

Gejalanya berupa:

a) Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang tejradi secara tiba-tiba)

b) Pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu terjadi pada anak-anak yang mengalami kejang demam)

c) Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung selama 10-20 detik)

d) Gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya berlangsung selama 1-2 menit)

e) Lidah atau pipinya tergigit

f) Gigi atau rahangnya terkatup rapat

g) Inkontinensia (mengompol)

h) Gangguan pernafasan i) Apneu (henti nafas) j) Kulitnya kebiruan

Setelah mengalami kejang, biasanya:

a) Akan kembali sadar dalam waktu beberapa menit atau tertidur selama 1 jam atau lebih

b) Terjadi amnesia (tidak ingat apa yang telah terjadi)-sakit kepala c) Mengantuk

d) Linglung (sementara dan sifatnya ringan) 2.3.1 Kejang parsial ( fokal, lokal )

(8)

Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini :

1) Tanda – tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi tubuh; umumnya gerakan setipa kejang sama.

2) Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.

3) Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa seakan ajtuh dari udara, parestesia.

4) Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik. b. Kejang parsial kompleks

1) Terdapat gangguankesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial simpleks

2) Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap – ngecapkan bibir,mengunyah, gerakan menongkel yang berulang – ulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya.

3) Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku 2.3.2 Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi )

a. Kejang absens

1) Gangguan kewaspadaan dan responsivitas

2) Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari 15 detik

3) Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan konsentrasi penuh

b. Kejang mioklonik

1) Kedutan – kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi secara mendadak.

(9)

3) Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam kelompok

4) Kehilangan kesadaran hanya sesaat. c. Kejang tonik klonik

1) Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1 menit

2) Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih 3) Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas dan bawah. 4) Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal

d. Kejang atonik

1) Hilngnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak mata turun, kepala menunduk,atau jatuh ke tanah.

2) Singkat dan terjadi tanpa peringatan.

2.4 WEB OF CAUTION

Infeksi ekstrakranial : suhu tubuh

Difusi Na dan Ca berlebih

(10)

2.5 PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSTIK

1) Elektroensefalogram ( EEG ) : dipakai untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.

2) CT scan : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dari biasanya untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.

3) Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk

kejang

parsial umum

sederhana kompleks absens mioklonik Tonik klonik atonik

Kesadaran Gg peredaran

darah Aktivitas otot

Resiko cedera

Reflek menelan

Penumpukan sekret

hipoksi

Permeabilitas kapiler

Sel neuron otak rusak

Metabolisme

Keb. O2

asfiksia

Suhu tubuh makin meningkat

(11)

memperlihatkan daerah – daerah otak yang itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT

4) Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam otak

5) Uji laboratorium

a. Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N < 200 mq/dl)

b. BUN: Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat.

c. Elektrolit : K, Na

Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )

Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )

2.6 PENATALAKSANAAN

1) Memberantas kejang Secepat mungkin

Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan kejang, ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga secara intravena. Setelah 15 menit suntikan ke 2 masih kejang diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang sama tetapi melalui intramuskuler, diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena.

2) Pengobatan penunjang

Sebelum memberantas kejang tidak boleh Dilupakan perlunya pengobatan penunjang

a. Semua pakaian ketat dibuka.

b. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung. c. Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen,

(12)

d. Penghisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen.

e. Beri penahan gigi supaya tidak tergigit. 3) Pengobatan rumat

a. Profilaksis intermiten

Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran anti konvulsan dan antipietika. Profilaksis ini diberikan sampai kemungkinan sangat kecil anak mendapat kejang demam sederhana yaitu kira - kira sampai anak umur 4 tahun.

b. Profilaksis jangka panjang Diberikan pada keadaan

a) Epilepsi yang diprovokasi oleh demam b) Kejang demam yang mempunyai ciri :

1. Terdapat gangguan perkembangan saraf seperti serebral palsi, retardasi perkembangan dan mikrosefali

2. Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, bersifat fokal atau diikuti kelainan saraf yang sementara atau menetap

3. Riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik 4. Kejang demam pada bayi berumur dibawah usia 1 bulan 4) Mencari dan mengobati penyebab

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

3.1 PENGKAJIAN

(13)

1. Identitas

Identitas pasien meliputi: nama, jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, agama, kebangsaan, suku, alamat, tanggal dan jam MRS, no register, serta identitas yang bertanggung jawab.

2. Keluhan utama

Pada umumnya pasien panas yang meninggi disertai kejang 3. Riwayat penyakit sekarang dirawat dimana, tindakan apa yang dilakukan, penderita pernah mengalami kejang sebelumnya, umur berapa saat kejang.

5. Riwayat penyakit keluarga

Tanyakan pada keluarga pasien tentang apakah didalam keluarga ada yang menderita penyakit yang diderita oleh pasien seperti kejang atau epilepsi. 6. Pemeriksaan fisik

1) B1(Breath) : Keadaan umum tampak lemah, tampak peningkatan frekuensi nafas sampai terjadi gagal nafas.Dapat terjadi sumbatan jalan nafas akibat penumpukan sekret

2) B2 (Blood) : TD normal, nadi, perfusi, crt<2" , suhu panas, kemungkinan terjadi gangguan hemodinamik

3) B3 (Brain): Kesadaran komposmentis sampai koma

4) B4 (Bladder): monitor produksi urine dan warnanya(jernih,pekat) 5) B5 (Bowel): Inspeksi : tampak normal, auskultasi : terdengar suara

bising usus normal, palpasi : turgor kulit normal, perkusi : tidak ada distensi abdomen

6) B6 (Bone): pada kasus kejang demam tidak ditemukan kelainan tulang akan tetapi saat kejang berlangsung akan terdapat beberapa otot yang mengalami kejang.

(14)

a. Pemeriksaan laboratorium a) Darah lengkap b) Urine lengkap c) Serum elektrolit

b. EEG: didapatkan gelombang abnormal berupa gelombang-gelombang lambat fokal bervoltase tinggi, kenaikan aktivitas delta, relatif dengan gelombang tajam (Soetomenggolo, 1989) c. CT Scan: pada pemeriksaan ini dapat menunjukan adanya lesi

pada daerah kepala. 8. Terapi

1) Bebaskan jalan napas 2) Berikan oksigenasi

3) Berikan posisi sligh head up 300

4) Pasang IV line

5) Pemberiap terapi sesuai advis dokter

6) Longgarkan pakaian yang dipakai oleh pasien

3.2 DIAGNOSA

1. Aspirasi berhubungan dengan adanya penumpukan sekret di saluran pernapasan

2. Resiko cedera berhubungan dengan terjadinya penurunan kesadaran 3. Gangguan rasa nyaman (peningkatan suhu tubuh) berhubungan dengan

dampak patologi dari penyakitnya.

4. Kebutuhan oksigen meningkat berhubungan dengan kejang

3.3 INTERVENSI

1. Dx: Aspirasi berhubungan dengan adanya penumpukan sekret di saluran pernapasan

Tujuan: Tidak terjadi aspirasi

KH: jalan napas bebas, tidak ada suara napas tambahan, tidak ada sekret yang menumpuk

(15)

a) Berikan posisi miring pada pasien R/ agar jalan napas tetap terbuka b) Lakukan suction

R/ membersihkan jalan naapas c) Lakukan nebulizer

R/ untuk mengencerkan sekret d) Observasi tanda-tanda vital pasien

R/ mengetahui tingkat perkembangan pasien

e) Kolaborasi dengan tim medis/ dokter dalam pemberian terapi R/ melaksanakan fungsi independent

2. Dx: Resiko cedera berhubungan dengan terjadinya penurunan kesadaran Tujuan: cedera pada saat terjadi kejang dapat dicegah

KH: tidak terjadi cedera, pederita tidak jatuh, lidah pasien tidak tergigit Rencana tindakan:

a) Jaga kepala terhadap benda-benda yang dapat menimbulkan cedera

R/ menghindari cedera saat kejang

b) Rawat pasien dengan posisi tidur kepala miring R/ sekret dapat keluar

c) Observasi tanda-tanda vital pasien tiap 15 menit selama fase akut R/ mengetahui tingkat perkembangan pasien

d) Buka pakaian yang menekan

R/ membuka saluran nafas agar nafas pasien tidak tertekan e) Berikan pengamanan pada tempat tidur

R/ menghindari cedera atau jatuh f) Minimalkan terjadi cedea pada pasien

R/ meminimalkan terjadi cedea pada pasien

3. Dx: gangguan rasa nyaman (peningkatan suhu tubuh) berhubungan dengan dampak patologi dari penyakitnya.

Tujuan: suhu tubuh normal dalam waktu 30 menit - 1 jam

(16)

a) Berikan penjelasan pada keluarga pasien tentang penyebab peningkatan suhu tubuh

R/ keluarga pasien dapat mengerti tentang penyebab demam b) Ganti pakaian pasien dengan pakaian yang tipis dan mudah

menyerap keringat

R/ untuk mengurangi penguapan c) Berikan kompres dingin pada pasien

R/ dapat mengurangi suhu panas pasien d) Observasi tanda-tanda vital pasien

R/ mengetahui tingkat perkembangan pasien

e) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat antipiretik R/ menurunkan demam dan melaksanakan fungsi independent

3.4 IMPLEMENTASI

Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan realisasi dari pada rencana tindakan yang telah ditetapkan meliputi tindakan independent, depedent, interdependent. Pada pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan, validasi, rencan keperawatan, mendokumentasikan rencana keperawatan, memberikan asuhan keperawatan dan pengumpulan data (Susan Martin, 1998)

3.5 EVALUASI

Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa masalah selanjutnya ( Santosa.NI, 1989;162).

NO. Diagnosa/Masalah Evaluasi

1. Aspirasi berhubungan dengan adanya penumpukan sekret di saluran pernapasan

Klien tidak mengalami aspirasi Kriteria :

1. Jalan napas bebas

2. Tidak ada suara napas tambahan 3. Tidak ada sekret yang

(17)

2

3.

Resiko cedera berhubungan dengan terjadinya penurunan kesadaran

Gangguan rasa nyaman (peningkatan suhu tubuh) berhubungan dengan dampak patologi dari penyakitnya 3. Lidah pasien tidak tergigit Rasa nyaman terpenuhi

4. Tidak keluar keringat dingin

DAFTAR PUSTAKA

1. Betz Cecily L, Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC.

2. Sacharin Rosa M. (1996). Prinsip Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa : Maulanny R.F. Jakarta : EGC.

3. Arjatmo T.(2001). Keadaan Gawat Yang Mengancam Jiwa. Jakarta : gaya baru

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam petualangan kamu dari level ke level kamu dapat mengembangkan skill kamu, setelah level kamu mencapai level 11 kamu bisa melakukan digivolution dan kalau perkembangan level

Dioda bersifat menghantarkan arus listrik hanya pada satu arah saja, yaitu jika kutub anoda kita hubungkan pada tegangan positif dan kutub katoda kita hubungkan dengan

sebuah istilah yang terdiri dari kata mikro yang berarti kecil dan hidro yang berarti air. Salah satu keunggulan mikrohidro, yakni tidak menimbulkan kerusakan lingkungan

Pada model pembelajaran kolaboratif kewenangan dan fungsi guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar, sebaliknya peserta didiklah yang harus lebih aktif. Guru

Di sisi lain, mereka juga menggunakan produk perawatan wajah agar tetap terlihat segar dan demi menambah rasa percaya diri sehingga jelas bahwa lelaki masa kini

sil ini menunjukkan bahwa konsentrasi tersebut diduga menyebabkan kematian ikan yang tinggi pada kedua perlakuan tersebut sehingga memba- hayakan saat pengangkutan

Kinerja yang dihitung adalah dari keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan, sehingga jika pada tahun tertentu kinerja tidak sesuai dengan rencana maka perlu dilakukan

selaku ketua Departemen Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, serta sebagai dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan kepada penulis