• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan praktikum diaklin Dan Laporan Praktikum Lapo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan praktikum diaklin Dan Laporan Praktikum Lapo"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

A. JUDUL PRAKTIKUM

Sinyalemen, anamnesis, pemeriksaan umum dan suhu tubuh pada anjing.

B. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan klinis pada anjing 2. Untuk pemeriksaan riwayat pasien (anamnesis/ history)

C. TINJAUAN PUSTAKA

Diagnostik klinik merupakan tonggak yang paling penting bagi suatu proses pembelajaran dalam pendidikan ilmu – ilmu Kedokteran klinik disiplin kedokteran hewan. Dari diagnostik klinnik inilah langkah – langkah mengenai hewan sakit di mulai. Diagnostik klinik merangkum seluruh proses pembelajaran dari sinyalmen sampai dengan pengertian tentang terapi (Setyo widodo, 2011).

Dunia diagnostik kedokteran hewan terbagi dalam 2 (dua) kegiatan besar yaitu, diagnostik klinik dan diagnostik post – mortem. Diagnostika klinik merupakan rangkaian pemeriksaan medik terhadap fisik hewan hidup untuk mendapatkan kesimpulan berupa diagnosis sekaligus pemeriksaan dengan mengguanakan alat bantu diagnostika sebagai pelengkap untuk mendapatkan peneguhan diagnosis. Diagnostika sejatinya adalah suatu cabang ilmu tentang mengenali dan memahami penyakit atau membuat diagnosis (Setyo widodo, 2011).

Adapun tahapan – tahapan dalam melakukan diagnosa adalah sebagai berikut :

a. Sinyalemen

(2)

dokumen berasal dari tempat yang sudah tertulis pada surat jalan hewan. memudahkan petugas administrasi medik membuka kembali dokumen rekam medik untuk tujuan mempelajari sejarah penyakit hewan sebelumnya. (Setyo Widodo, 2011).

Sinyalemen pada anjing terdiri atas : 1. Nama hewan

Anamnesis atau history atau sejarah adalahberita atau keterangan atau lebih tepatnya keluhan dari pemilik hewan mengenai keadaan hewannya ketika dibawa datang berkonsultasi untuk pertama kalinya, namun dapat pula berupa keterangan sejarah perjalanan penyalit hewannya jika pemilik mengetahui dengan pasti penyakit yang diidap oleh hewannya. Suatu anamnesa dapat pula diperoleh secara aktif, dilakukan oleh dokter hewan jika dirasa informasi atau cerita yang diberikan oleh pemilik hewan belummewakili atau belum terfokus untuk suatu bentuk anamnesa kejadian penyakit (Setyo Widodo, 2011).

(3)

aktif dapatdipelajari dari pengalaman dan membaca buku-buku psikologi komunikasi.Kepiawaian untuk mendapatkan sejarah penyakit yang memuaskan, bergantungkepada pengetahuan dokter hewan tentang penyakit hewan dan pengalamanberpraktek. Namun demikian pertanyaan-pertanyaan dibawah ini biasanyasering diajukan (Setyo Widodo, 2011) :

1. Sudah berapa lama sakitnya?

2. Bagaimana gejalanya pada mulanya? 3. Bagaimana dengan nafsu makannya?

4. Apakah hewan-hewan lain yang dekat dengannya juga menunjukkangejala yang sama?

5. Apakah penyebab dari penyakitnya betul – betul diketahui ataukah barukecurigaan saja?

6. Apakah sudah pernah diobati sebelumnya, oleh siapa dan obat apa sajayang sudah diberikan?

Kegagalan dalam mendapatkan informasi sesungguhnya dari pemilikhewan dalam anamnesis aktif sering kali disebabkan oleh kekakuankomunikasi antara dokter dengan kliennya. Membangun kepercayaan dalamwaktu singkat bahwa pemilik berada di tempat yang benar dan datang kedokter hewan tepat dan sebaliknya dokter berusaha meyakinkan bahwapenyakit hewannya akan dapat di bantu di tangani sangatlah tidak mudah.Komunikasi duaarah pada tingkat atau derajat yang sama akan membangun ketidaksenagan, tetapi harus dapat melihat bibir atas yang agak dikejangkandan diangkat yang tampak sebel anjing itu menggeram atau rambut dipunggung hewan itu agak berdiri. Jika tampak tanda ketidaksenagan ini, diaharus menghentikan apa yang dikerjakan atau segera mengekang secara efektif.Seekor anjing tidak membuat ribut seribut kucing, tetapi jika mengggit,gigitannya sangat keras (Soegiri, 2007).

c. Restrain pada Anjing

(4)

serta sebagai pasien dapat di perrcaya sepenuhya. Yang lainnya jahat dan harus menjaga jarak dengan jerat atau tongkat. Anjing yang sudah tua, sebagaimana manusia usia lanjut, sesuai dengan umurnya mempunyai keaggunan dan harus diperlakukan dengan hormat. Harus hati – hati agar tidak mencedrainya. Beberapa anjing dapat menjadi takut sehingga menurut untuk diperiksa hanya dengan menempatkannya di atas meja (Soegiri, 2007).

Kita terutama harus menjaga agar jangan mengejutkan seekor anjing. Kita harus yakin bahwa anjing tidak hanya melihat kita mendekatinya, tetepi juga mendengar kita. Pada anjing tua yang penglihatannya mungkin kurang baik, hal ini sangat penting. Hampir merupakan suatu keharusan, bahwa kita harus berbicara dengan menenangkannya. Sebaiknya biarkan anjing melakukan pemeriksaan pendahuluan sendiri dengan mencium – cium sepuasnya yang ditempatkan di depan moncongnya.

Kita tidak boleh mengadakan gerakan tiba – tiba pada waktu menyentuh anjing itu kita harus menggerakkan tangan secara perlahan serta hati – hati di sepanjang tubuh hewan tersebut (Soegiri, 2007). Pada umumnya anjing – anjing Jenis Herder, Doberman, dan Chow – Chow akan segera memberitahu kita apakah mereka mau atau tidak untuk diperiksa. Jenis Terrie dan Cokcer spaniel sering kali nampak ramah dan tenang, tetapi dapat menggigit tanpa peringatan lebih dahulu, jika penanganannya tidak berkenaan. Jenis Beagle dan Hound agak tenang dan mudah di tangani. Juga jenis Setter biasanya dapat dipercaya, tetapi dapat sangat keras kepala (Soegiri, 2007).

(5)

Salah satu strain tali pada hewan yaitu simpul Blood Knot

(6)

d. Tata Cara Pemeriksaan

Tata cara dapat juga disebut sebagai tahapan yang dipakai untuk menemukan atau mengenali gejala-gejala penyakit adalah bervariasi. Pemeriksaan fisik hewan dapat dilakukan dengan menggunakan catur indera pemeriksa, yakni penglihatan, perabaan, pendengaran, serta penciuman. Untuk lebih jelasnya tata cara tersebut diuraikan dibawah ini (Setyo Widodo, 2011):

1. Inspeksi

Inspeksi atau peninjauan atau pemantauan dapat dilakukan dengan cara melihat hewan atau pasien secara keseluruhan dari jarak pandang secukupnya sebelum hewan didekati untuk suatu pemeriksaan lanjut. Yang di inspeksi adalah permukaan luar dari badan hewan dari daerah kepala, leher, badan samping kiri dan kanan, belakang dan kaki – kaki/ekstremitas, aspek kulit, aspek rambut, orifisium eksternum mulut, anus, vulva/vagina atau preputium. Ketegasan (konformitas) dan kompaksitas dari petulangan juga dapat di temukan dengan cara inspeksi ini. Kesan yang dapat diperoleh pada waktu inspeksi dicata, misalkan punggung kiposis atau lordosis, telinga kiri jatuh, kaki depan adductio, dan lain – lain (Setyo Widodo, 2011).

(7)

Pemeriksaan permukaan luar ragawi dapat dilakukan dengan cara palpasi atau perabaan dengan tangan. Di setiap bagian – bagian ragawi baik bagian tengkorak, leher, bagian rongga dada, atau thoraks, bagian perut atau abdomen, bagian panggul atau pelvis dan alat – alat gerak atau ekstremitas dapat dinilai kualitasnya dengan cara palpasi. Untuk ragawi bagian luar dapat diperiksa adanya pulsus-pulsus arteria subkutanea, kelenjar getah bening atau limfonodus, trachea, pertulangan dada (ossa costae), lekuk liku pertulangan kaki-kaki dan konformitas tulang dahi dengan mudah dipalpasi. Palpasi demikian disebut perabaan permukaan atau palpasi superfisialis. Namun demikian sebagian organ hanya dapat dipalpasi dengan lebih intensif untuk mendapatkan hasilnya. Palpasi demikian disebut palpasi dalam atau palpasi profundal. Contoh palpasi profundal yaitu untuk mendapatkan ada tidaknya batuk dilakukan penekanan menggunakan telapak tangan di daerah trachea sepertiga atas region cervikalis atau penekanan tulang-tulang costae kiri dan kanan secara bersamaan (Setyo Widodo, 2011).

3. Perkusi Atau Mengetuk

Prinsip perkusi adalah mengetuk atau memukul alat untuk mengeluarkan denting atau gema. Pada pemeriksaan dengan cara perkusi ini adalah mendengarkan pantulan gema yang ditimbulkan oleh alat pleximeter yang diketuk oleh palu (hammer) atau jari pemeriksa (Setyo Widodo, 2011).

(8)

4. Auskultasi Atau Mendengar

Melakukan suatu auskultasi adalah mendengarkan suara – suara yangada yang ditimbulkan oleh kerja dari organ – organ baik pada saat sehatfungsional maupun pada kasus-kasus tertentu. Prinsip penggunaan alatauskultasi adalah mendengarkan suara yang ditimbulkan oleh aktifitasorgan ragawi kemudian dievaluasi untuk mendapatkan keterangan kejadian pada organ – organ yang mengeluarkan suara tersebut. Auskultasidapat dilakukan dengan cara langsung yaitu telinga diletakkan diatasdaerah atau organ yang diduga mengeluarkan suara dimaksud, atau dengancara tidak langsung dengan menggunakan stetoskop.

Secara prinsip padapemeriksaan tidak langsung ujung objek pada alat stetoskop dilapisimembran yang bertujuan untuk memfokuskan atau mengumpulkangelombang suara (vibrasi) yang timbul dari daerah yang dicurigai,diteruskan oleh slang khusus yang tidak memecahkan atau mengurai suarasampai diterima telinga pemeriksa melalui ujung slang satunya. Suarayang dapat ditangkap pada saat melakukan auskultasi dapat berasal darigerak paru – parupada saat inspirasi maupun ekspirasi, suara katup –katup jantung, suara peristaltik lambung, dan suara peristaltik usus – usus(Setyo Widodo, 2011)

5. Pemeriksaan laboratorium klinik

(9)

Pemeriksaanlaboratorium klinik dapat dilakukan atas sampel asal hewan/pasien untuktujuan pemeriksaan-pemeriksaan seperti histology-patologis, bakteriologis,parasitologis, serologis-immunologis, mikologis, dan hematologis. Sampelatau contoh yang dapat dikirim ke laboratorium klinik berasal darijaringan, darah, serum, sekreta, ekskreta, sampel pungsi pembuktian,sampel biopsi, pungsi liquor cerebri, potongan organ, feses, dan urin sertarambut (Setyo Widodo, 2011).

6. Pemeriksaan Dengan Alat Diagnostik Lain

Pada bidang kedokteran klinis banyak dikembangkan penggunaan alat endoskopi (laringoskopi, bronchoskopi, rektoskopi ), Ultrasonografi, X-Ray, Elektrocardiografi, Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau Computed Tomography Scanning (CT Scan). Untuk mendapatkan kualitas organ-organ yang lebih lembut digunakan pelacak pembuluh dalam organ atau system ragawi seperti misalnya : angiografi, bronkhosgrafi, urografi, dan sebagainya (Setyo Widodo, 2011).

b. Melakukan anamnesa atau memberikan pertanyaan kepada pemilik anjing. c. Catatlah sinyalemen dari kucing tersebut (Nama, Ras, Sex, Jenis kelamin,

(10)

d. Kemudian lakukan restrain pada anjing yang akan dilakukan pemeriksaan yang bertujuan untuk mempermudah jalannya pemeriksaan.

e. Lakukan pemeriksaan klinis seperti inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi, serta menghitung atau mengukur anjing tersebut yang dimulai dari depan ke belakang.

f. Melakukan pemeriksaan fisis berupa menghitung pulsus, dengan cara meletakkan jari pada daerah arteri femoralis. Kemudian hitung denyutnya g. setelah itu hitung suhu tubuhnya dengan cara memasukkan thermometer

pada lubang anus lihat jumlah suhunya kemudian kurangkan dengan 0.5 h. Menghitung jumlah respirasi berapa jumlah tarikan nafas (inspirasi)

i. Menghitung denyut jantung dengan cara menggunakan stetoskop dengan menghitung jumlah denyut per menit

j. Selanjutnya melakukan inspeksi yaitu dengan melihat gerak gerik dari anjing tersebut

k. Lalu melakukan palpasi, dengancara meraba daerah- daerah superficial dan profundal

l. Melakukan perkusi pada rongga perut dan dada

m. Selanjutnya melakukan aukultasi mendengarkan denyut jantung apakah denyutnya normal atau tidak..

n. Lalu melakukan pembauan terhadap rongga hidung, mulut

o. Kemudian catatlah jika terjadi kelainan-kelainan pada anjing tersebut. E. HASIL

a. Konsultasi Pemeriksaan Umum Tanda-Tanda Menciri

Pemilik (1) : I Wayan Dika Wahyu Hendrawan

Alamat (2) : Jl. Tukad buaji, gang teratai jingga, panjer Spesies (3) : Anjing sherpd mix

Ras (4) : German

Jenis Kelamin (5) : Jantan

Umur (6) : 4 bulan

(11)

Pola warna (8) : Coklat

Tipe Rambut (9) : Panjang,halus dan lembut Bentuk Telinga (10) : Berdiri

Tato (11) : Tidak

Ekor (12) : Alami

Warna Kuku (13) : Hitam Cacat Permanen (14) : Tidak

Sket/Foto :

Keadaan tubuh (skor) 16 : Normal, gemuk Sikap hewan (17) : Siaga

Postur (17) : Kepala/leher diangkat tinggi tinggi Cara berjalan (18) : Normal

(12)

Abdomen (20) : Setangkup Genitalia jantan (21)

Ada leleran pada kulup : tidak

Palpasi (os ) penis: normal

Palpasi skrotum : normal

Amati mukosa glans penis : normal

Saraf (22)

 Baringkan hewan,bisa bangkit : bisa

 Reflex tendo : normal (refleks)

 Bisa mendengar : bisa

 Tonus antar kaki : tidak melawan (normal)

 Refleks sensoris : normal (refleks)

 Bisa melihat : bisa

Rongga mulut (23)

 Ada halitosis (napas yang bau)? Tidak

Gusi dan lidah :

 warna mukosa merah muda

 Ada radang : tidak

 Gigi susu/tetap : iya

 Saliva : normal

Dada (jantung) (24)

Teramati degup jantung normal Auskultasi apeks jantung normal Degup jantung/menit 70 / menit Irama jantung normal

Kualitas suara jantung normal Terdengar suara abnormal tidak

(13)

Perilaku tidak normal (25) : Tidak ada Suhu tubuh (26) : 38,7 C

Bobot badan : 4 kg

Suhu kulit dan tungkai : Hangat Pulsus (27)

 Arteri Femoralis : 91 denyut/menit

 Irama : Teratur

 Kualitas/amplitude : Jelas/normal

Respirasi (28)

Suara nafas apakah terdengar? Tidak terdengar Laju napas(29) : Eupnoea

Tipe (30) : Kosta

Irama (31) : Teratur

Hidung dan lubang hidung (32) : Setangkup Mata (33)

 Apakah bola mata dan kelopak mata setangkup? Ya setangkup

 Konjugtiva dan sclera: vasa injeksio

 Kornea : bening

 Air mata : cukup

 Refleks pupil : ada

Telinga (34) : Tidak ada leleran dan parasit b. Konsultasi Pemeriksaan Riwayat Pasien(Anamnesis/History)

Riwayat Sekarang (Berikut ini disajikan contoh-contoh pertanyaan , mohon dikembangkan sehingga membuat pemilik bersedia berbicara tentang

hewannya)

1. Apakah hewan Ibu/Bapak masih mau makan ? Masih 2. Apakah hewan Ibu/Bapak masih mau minum ? Masih 3. Apakah Ibu/Bapak melihat hewan ini berak ? Iya melihat 4. Apakah tinjanya encer/seperti air/keras ? Normal

(14)

6. Apakah Ibu/Bapak melihat hewan ini kencing ? Melihat

7. Apakah anjing Ibu/Bapak masih bisa berlari-lari atau masih mau diajak berjalan-jalan ? Iya Masih

8. Apakah anjing Ibu/Bapak seing ngos-ngosan atau napasnya tersengal-sengal (jika anjing tersebut tampak seperti itu) ? Iya ngos-ngosan

Berikut ini informasi yang berkaitan dengan pembedahan,terapi,atau langkah-langkah pencegahan

9. Kapan ekornya dipotong ? Tidak Pernah

10. Kapan hewan ini dikebiri atau disteril ? Belum pernah dikebiri 11. Kapan rambut hewan ini dicuci/dicukur ? Seminggu yang lalu 12. Kapan anjing manis ini divaksin ? 7 Bulan yang lalu

13. Jenis vaksin apa yang diberikan ? Vaksin lengkap 14. Kapan diberikan obat cacing ? Sudah Lama

15. Berapa jumlah hewan yang dipelihara bersama hewan ini ? Tidak ada

16. Berapa yang sakit ? Tidak ada

F. PEMBAHASAN

Dari hasil sinyalemen didapatkan data bahwa anjing tersebut adalah anjing sherpd mix jantan yang berumur sekitar 4 bulan. Dari hasil data pada saat pemeriksaan fisik diperoleh pulsus (denyut Nadi) anjing 91kali/menit. Bagian yang mudah digunakan dalam menghitung pulsus adalah kaki belakang kiri dengan dua tangan yaitu disekitar arteri femoralis (region os. Femur). Frekuensi pulsus normal pada anjing kacil/mini adalah 90 – 120 kali/menit, jadi hasil pemeriksaan pulsus anjing dinyatakan normal.

(15)

Saat perkusi, rongga dada dan rongga perut diketuk. Di rongga dada terdengar bunyi nyaring hal ini disebabkan karena rongga dada berisi gas atau udara yang apabila diketuk dinding rongganya akan terdengar suara nyaring ini berarti bahwa rongga dada dalam keadaan normal. Tidak terdapatnya cairan atau benda padat yang mengisi. Lain halnya denganrongga perut, dirongga perut terdengar suara peka’ karena yang mengisimerupakan cairan apabila terdengar suara nyarig berarti terdapat kelainan. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya udara yang mengisi rongga perut atau benda asing.

Pada saat Aukultasi(menghitung denyut jantung) didapatkan hasil 70/menit dengan irama teratur. Sedangkan untuk perbandingan denyut arteri femoralis dam degup jantung adalah 91:70

G. KESIMPULAN

Tahapan dalam mendiagnosa hewan yaitu sinyalmen, anamnesis dan melakukan pemeriksaan fisik.

Anjing yang telah diperiksa pada saat praktikum diagnosa klinik ini tidak ada gejala – gejala klinis yang abnormal yang mengarah ke suatu penyakit tertentu.

Referensi

Dokumen terkait

Dari research gap di atas, tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis pengaruh deviden, pertumbuhan asset, ukuran perusahaan, dan leverage terhadap volatilitas

sulfur  dalam  biomassa  mikroba  dapat  mencapai  sekitar  8  g/kg  bahan  kering  mikroba  dan  sebagian  besar  terdapat  dalam protein (Bird, 

Pelatihan pembuatan seni mozaik ini akan diterapkan di SD Negeri Kemandungan 03 Kota Tegal dimana disekolah tersebut belum ada pembelajaran seni mozaik. Pelatihan seni mozaik

Maka yang menjadikan tujuan kami dalam membuat PKM-P ini yaitu untuk mengetahui dan menganalisa dampak orkes dangdut terhadap moral dan pola pikir remaja

sapi  di  Desa  Koto  Benai.  Berarti  tingkat  pendapatan  bukanlah faktor  yang  mempengaruhi  motivasi betemak sapi di  Desa  Koto  Benai.  Hal  ini 

Kadar serat kasar yang didapat pada penelitian ini memberi pengaruh tidak nyata menurun dengan penambahan feses sapi dan feses kerbau pada level 5%, diharapkan

Dari data pengkajian didapatkan karakteristik dari kedua klien sama, mengalami penurunan motivasi dalam merawat diri sehingga muncul diagnosa defisit perawatan diri

|jejakseribupena.com, Soal dan Solusi Simak UI Matematika Dasar, 2011 3.. SIMAK UI Matematika