• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PEDOMAN UMUM

PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF

Deputi Menteri PPN/Kepala BAPPENAS Bidang SDM dan Kebudayaan

Disampaikan Dalam Tematic Education Dialogue on ECD

(2)

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

II. PENGERTIAN, TUJUAN, SASARAN, DAN POKOK-POKOK

PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF

III. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI, JENIS PELAYANAN

SERTA INDIKATOR CAPAIAN

IV. PENYELENGGARAAN PELAYANAN PENGEMBANGAN

ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF

V. MEKANISME KOORDINASI PERENCANAAN,

PELAKSANAAN MONITORING DAN EVALUASI

VI. LANGKAH-LANGKAH IMPLEMENTASI PEDOMAN UMUM

VII. PENUTUP

(3)

BAB I. PENDAHULUAN

(4)

4

Perlunya pengembangan anak usia dini

yang dilakukan secara holistik-integratif:

Untuk memenuhi kebutuhan esensial

anak secara utuh dan terpadu.

Melalui pelayanan yang sistematik dan

terencana.

Mencakup lingkungan mikro, meso, exo

dan makro.

(5)

5

Kelemahan dari sisi kelembagaan:

kualitas pengelolaan yang belum profesional.

keterbatasan jumlah lembaga penyelenggara.

distribusi dan kualitas tenaga.

fasilitas pelayanan yang kurang memadai.

pemahaman para pemangku kepentingan baik

pengambil kebijakan, penyelenggara,

masyarakat akan pentingnya pengembangan

anak usia dini yang holistik integratif juga masih

terbatas.

(6)

6

B. Tujuan Penyusunan

Sebagai acuan untuk:

mengkoordinasikan dan mengintegrasikan

penyelenggaraan pengembangan anak usia dini

yang holistik-integratif oleh pemerintah pusat dan

daerah, masyarakat serta lembaga penyelenggara

sesuai dengan tugas pokok dan fungsi

masing-masing;

merumuskan Pedoman/Petunjuk/Panduan Teknis

masing-masing kementerian/lembaga dan

pemerintah daerah dalam penyelenggaraan

(7)

7

C. Sasaran Pengguna

Penanggungjawab dan mitra pengembangan anak usia dini, baik di tingkat pusat maupun daerah, serta masyarakat,

termasuk lembaga penyelenggara pengembangan anak usia dini.

 Pusat: Kantor Menko Kesra, Bappenas, Depkes, Depdiknas, Depdagri, Depag, Depsos, KNPP, BKKBN, dan BPS serta mitra yang bergerak dalam pengembangan anak usia dini.

 Daerah: Dinas/Kantor Wilayah/Instansi/SKPD Provinsi, Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab dalam bidang kesehatan dan gizi, pendidikan, pengasuhan dan

(8)

D. Landasan Hukum

 Pedoman ini mengacu pada semua peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang hak-hak anak dan

undang-undang lain yang berkaitan.

(9)

9

LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN

Pencermatan referensi peraturan perundang-undangan

yang terkait; Hasil Studi Kebijakan Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-integratif; Strategi Nasional Pengembangan

Anak Usia Dini Holistik-integratif; Pedoman/Panduan dari K/L terkait.

Konsultasi dengan K/L penanggung jawab pengembangan anak usia dini.

Pencermatan hasil kunjungan lapangan di beberapa provinsi dan hasil studi banding di Philipina.

Penyusunan draft Pedoman Umum Pengembangan Anak Usia Dini di bidang Kesehatan dan Gizi, Pendidikan serta Pengasuhan dan Perlindungan.

Pematangan draft Pedoman umum melalui lokakarya Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif.

(10)

BAB II. PENGERTIAN, TUJUAN, SASARAN DAN POKOK-POKOK PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF

(11)

11

Anak Usia dini mencakup janin dalam kandungan

sampai dengan usia 6 tahun. Pengelompokan anak

usia dini: janin dalam kandungan sampai lahir; bayi

usia 0 – 28 hari; anak usia 1 – 24 bulan; anak usia 2

– 6 tahun’

Pengembangan anak usia dini holistik integratif

adalah pengembangan anak usia dini yang

dilakukan berdasarkan pemahaman untuk

memenuhi kebutuhan esensial anak yang beragam

dan saling berkait secara simultan dan sistematis.

(12)

12

B. Tujuan dan Sasaran

Tujuan

Agar seluruh kebutuhan esensial anak usia dini

dapat terpenuhi, sehingga anak dapat tumbuh

kembang secara optimal sesuai dengan tahap

perkembangan dan usianya.

Sasaran

Sasaran langsung: anak usia dini sejak janin dalam

kandungan sampai dengan usia 6 tahun.

Sasaran tidak langsung: orang tua, keluarga, kader, tenaga

(13)

13

C. POKOK-POKOK YANG MENDASARI

(1)

1. Ekologi Tumbuh Kembang Anak Usia Dini:

(14)

2. Masa Emas Tumbuh kembang Anak:

 Pertumbuhan dan Perkembangan anak sejak dalam

rahim sampai usia 6 tahun sangat menentukan derajat kesehatan, intelegensia, kematangan emosional dan spiritual, serta produktivitas manusia di masa

berikutnya.

 Berdasarkan pengamatan teknis, periode kritis

pembentukan kemampuan anak dalam kurun waktu dua tahun pertama secara biologis berada pada tahap yang sangat prima untuk mengembangkan struktur syaraf atau keterampilan yang dipengaruhi oleh

stimulus yang tepat.

14

(15)

0 1 4 8 12 16

Usia

Sensing Pathways

(penglihatan, pendengaran)

Bahasa

Fungsi

Kognitif lebih tinggi

3 6 9

Gambar 12. Perkembangan Otak Manusia: Pembentukan

Sinaps-Sinaps

(16)
(17)
(18)

3.Pengaruh Asupan Gizi, Pola Asuh, dan Stimulasi Dini:

Asupan Gizi

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kurangnya asupan zat gizi makro dan mikro merupakan penyebab utama terjadinya gangguan tumbuh kembang anak.

Pola Asuh

Pengasuhan penuh kasih sayang merupakan hak setiap anak yang sekurang-kurangnya dipenuhi oleh satu orang dewasa.

Stimulasi Dini

Pemberian rangsangan perkembangan pada anak usia dini sangat

penting untuk melejitkan semua aspek perkembangan yang mencakup perkembangan visual, pendengaran, fisik-motorik, bahasa dan

komunikasi, sosial-emosional, moral-spiritual, dan kemampuan kognitif yang lebih tinggi dengan mengedepankan kebebasan memilih,

merangsang kreativitas, dan penumbuhan karakter.

18

(19)

4. Manfaat dan Pendekatan:

Manfaat

Berbagai evaluasi ilmiah menunjukkan bahwa pelayanan anak usia dini memberikan manfaat yang positif. Hasil studi mengungkapkan bahwa investasi yang diberikan pada

kelompok penduduk yang berusia dini akan memberikan hasil berlipat ganda di kemudian hari.

Pendekatan

Mengingat anak merupakan suatu totalitas yang utuh, maka pengembangannya harus dilakukan secara holistik (utuh

dan menyeluruh) dan tidak tersekat-sekat oleh ego sektoral.

19

(20)

BAB III. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI, JENIS PELAYANAN, SERTA INDIKATOR CAPAIAN

(21)

21

A. Arah Kebijakan

1. Peningkatan akses, pemerataan, serta kelengkapan jenis pelayanan pengembangan anak usia dini.

2. Peningkatan kualitas penyelenggaraan pelayanan pengembangan anak usia dini.

3. Peningkatan koordinasi dan kerjasama lintas sektor, serta kemitraan antar institusi pemerintah, lembaga penyelenggara layanan, dan organisasi terkait, baik lokal, nasional, maupun internasional.

4. Penguatan kelembagaan dan dasar hukum, serta

(22)

22

1.

Meningkatkan pemahaman remaja dan calon

pengantin, orang tua, keluarga, dan pengasuh

pengganti dalam melakukan pengasuhan anak

secara optimal.

2.

Menyelenggarakan pelayanan pengembangan

anak usia dini yang merata dan terjangkau.

3.

Meningkatkan kualitas pelayanan

pengembangan anak usia dini.

4.

Melakukan internalisasi nilai-nilai agama dan

budaya.

(23)

23

5. Memberdayakan masyarakat dan dunia usaha.

6. Meningkatkan komitmen, koordinasi dan

kerjasama antar institusi pemerintah, lembaga

penyelenggara layanan, dan organisasi terkait.

7. Memperkuat dan harmonisasi landasan hukum

penyelenggaraan layanan pengembangan anak

usia dini holistik-integratif.

(24)

1.

Kebutuhan Esensial Anak Usia Dini:

-

kebutuhan fisik-biomedis (asuh)

-

kebutuhan emosi/kasih sayang (asih)

-

kebutuhan stimulasi (asah)

2.

Jenis Pelayanan:

Meliputi pelayanan untuk: (a) Anak; (b) Ibu; dan

(c) Keluarga.

C. Kebutuhan Esensial & Jenis Pelayanan Anak Usia Dini

(25)

25

D.KEGIATAN PENDUKUNG

1. Peningkatan kemampuan SDM pengembangan

anak usia dini.

2. Peningkatan Pemahaman masyarakat

3. Peningkatan pemahaman dan kemampuan

lembaga penyelenggara pelayanan

4. Peningkatan peran dan kemitraan dengan dunia

usaha yang mempekerjakan ibu/bapak anak usia

dini.

5. Peningkatan peran dan kemitraaan dengan

media masa

(26)

26

E. INDIKATOR CAPAIAN

(1)

1. Pelayanan untuk janin dalam kandungan sampai

bayi lahir:

a. Status gizi ibu dan cakupan gizi mikro terutama zat besi.

b. Cakupan K-4 dan cakupan penyuluhan Ibu hamil.

c. Cakupan imunisasi ibu hamil.

d. Persentase pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.

2. Pelayanan bayi usia 0-28 hari

a. Cakupan menyusu dini.

b. Cakupan ASI eksklusif.

c. Status gizi ibu dan cakupan gizi mikro.

d. Kunjungan Neonatal.

e. Cakupan Imunisasi.

f. Cakupan anak yang memperoleh stimulasi.

(27)

27

3. Pelayanan Bayi Usia 1-24 bulan

a. Cakupan ASI eksklusif

b. Persentase bayi usia 6-24 bulan yang mendapat ASI

c. Cakupan MP-ASI untuk keluarga miskin

d. Status gizi balita

e. Cakupan vitamin A

f. SKDN

g. Cakupan anak yang memperoleh stimulasi

h. Cakupan ibu/keluarga yang mendapat penyuluhan

i. Cakupan DDTK

j. Cakupan imunisasi

k. Persentase balita sakit yang dilayani

l. Presentase balita gizi buruk yang dirawat

m. Cakupan keluarga yang mengakses air bersih dan sanitasi yang layak.

n. Cakupan keluarga yang menggunakan kelambu (khusus daerah endemik malaria).

(28)

28

4. Pelayanan Anak Usia 2-6 tahun:

a. Status gizi balita

b. Cakupan vitamin A

c. SKDN

d. Cakupan anak yang memperoleh stimulasi

e. Cakupan keluarga yang mendapat penyuluhan

f. Cakupan DDTK

g. Cakupan Imunisasi

h. Persentase balita sakit yang dilayani

i. Presentase balita gizi buruk yang dirawat

j. Cakupan keluarga yang mengakses air bersih dan jamban

k. Cakupan keluarga yang menggunakan kelambu di daerah endemik malaria

l. Ketersediaan sanitasi dasar di satuan pelayanan.

m. Angka partisipasi pendidikan anak usia dini.

(29)

29

5. Pelayanan Pengasuhan dan Perlindungan

a. Cakupan keluarga yang mendapat penyuluhan

b. Cakupan keluarga miskin yang mendapat bantuan (program PKH)

c. Cakupan anak usia dini yang dilayani di TPA dan KB

d. Cakupan balita terlantar yang dilayani di PSAB

e. Cakupan anak usia dini berkebutuhan khusus di lembaga pengesuhan dan perlindungan.

(30)

30

6.

Pelayanan untuk Ibu:

a. Ibu hamil sehat, yang diindikasikan dari status gizi ibu dan cakupan gizi mikro yang diberikan.

b. Cakupan imunisasi ibu hamil

c. Cakupan penyuluhan bagi ibu hamil

d. Ibu bersalin normal, memperoleh pelayanan PONED atau PONEK, dapat melakukan inisiasi dini, dengan

indikasi presentase pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.

e. Ibu nifas sehat, menyusui secara benar, memanfaatkan KMS dan KIA

f. Ibu menyusui sehat, menyusui eksklusif.

7. Pelayanan untuk keluarga

a. Cakupan keluarga yang mendapat penyuluhan.

b. Cakupan keluarga miskin yang mendapat PKH.

(31)

31

8. Pelayanan untuk Remaja & Calon Pengantin

a. Cakupan remaja yang memperoleh penyuluhan.

b. Cakupan calon pengantin yang memperoleh layanan konseling dan penyuluhan.

9. Peningkatan kemampuan SDM

10.Peningkatan Pemahaman Masyarakat

11.Peningkatan pemahaman dan kemampuan lembaga penyelenggara dan pelayanan

12.Peningkatan peran dan kemitraan dengan dunia usaha 13.Peningkatan peran dan kemitraan dengan media masa 14.Peningkatan manajemen kelembagaan dan program

instansi/jajaran pemerintah.

(32)

BAB IV. PENYELENGGARAAN PELAYANAN PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF

(33)

33

A. PRINSIP-PRINSIP PENYELENGGARAAN PELAYANAN PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF

1.

Pelayanan yang holistik

2.

Pelayanan yang berkesinambungan

3.

Pelayanan yang tidak diskriminatif

4.

Perluasan distribusi pelayanan antarkelompok

masyarakat

5.

Partisipasi masyarakat

6.

Berbasis budaya yang konstruktif

(34)

34

B. KELEMBAGAAN

(1)

1. Struktur Organisasi Perencanaan dan Pembinaan

a. Tk Pusat: Koordinator Kantor Menko Kesra.

b. Tk Propinsi: Koordinator dan inisiator

penyelenggaraan program: Asda Bidang Kesra.

c. Tk Kab/kota: Koordinator dan inisiator

penyelenggaraan program: Asda Bidang Kesra.

d. Tk Kec: Penanggungjawab perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan: Camat.

(35)

35

2. Lembaga Penyelenggara:

a. Posyandu

b. Bina Keluarga Balita

c. Pos PAUD/Taman Posyandu

d. Kelompok Bermain

e. Taman Penitipan Anak

f. Taman Kanak-Kanak

g. Raudatul Athfal

h. Bustanul Athfal

i. Taman Pendidikan Alqur’an/Taman Kanak-Kanak

Al-Qur’an, Bina Iman Anak, Sekolah Minggu

j. Satuan layanan anak usia dini lainnya yang sejenis

(36)

C. TIPOLOGI/BENTUK PELAYANAN

1. Layanan Tidak Lengkap dan

Fragmented. 2. Layanan Lengkap dan

Fragmented.

3. Layanan Lengkap dan Terintegrasi.

4. Layanan Belum Lengkap tetapi berada pada satu lokasi.

5. Layanan Lengkap, Terintegrasi pada satu tempat.

(37)

37

TIPE PELAYANAN YANG DIHARAPKAN

TIPE PELAYANAN

LENGKAP TERINTEGRASI

TIPE PELAYANAN

(38)

38

TIPE PELAYANAN LENGKAP TERINTEGRASI (1)

Layanan Bermain sambil Belajar dan Asuhan

(Kelompok

Kesehatan dan Gizi

(Posyandu) Pendidikan Layanan

Agama (TPA/TKQ, Sekolah Minggu,

BIA/sejenis)

Layanan Asuhan dan Perlindungan (TPA/sejenis)

3-4 tahun 5-6 tahun

(39)

39

TIPE PELAYANAN LENGKAP TERINTEGRASI (2)

Pengertian:

penyelenggaraan pelayanan pengembangan

anak usia dini dengan jenis pelayanan yang

lengkap dan utuh mencakup pemenuhan

kebutuhan pelayanan kesehatan, gizi,

(40)

40

TIPE PELAYANAN LENGKAP TERINTEGRASI SATU ATAP (1)

Layanan Bermain sambil Belajar dan Asuhan

(3 - 4 tahun)

Kesehatan dan Gizi Konsultasi dan

Bimbingan Keluarga

Layanan Asuhan dan Perlindungan

(41)

Pengertian:

penyelenggaraan pelayanan

pengembangan anak usia dini dengan jenis

layanan yang lengkap dan utuh mencakup

pemenuhan kebutuhan pelayanan

kesehatan, gizi, pendidikan, pengasuhan,

serta perlindungan yang dilaksanakan oleh

satu atau beberapa lembaga

penyelenggara di satu lokasi

41

(42)

42

D. SUMBER DAYA

(1)

1. Sumber Daya Manusia:

a. Pemerintah Pusat dan Daerah: diperlukan SDM yang memahami perihal anak usia dini khususnya dan anak pada umumnya.

b. Legislatif Pusat dan Daerah: terutama pada Komisi

yang menangani bidang kesehatan dan gizi, pendidikan, pengasuhan dan perlindungan anak, perlu mempunyai komitmen dan memahami mengenai pentingnya

pengembangan anak usia dini.

c. Lembaga penyelenggara: diperlukan SDM yang memahami, memiliki latar belakang pendidikan/

(43)

43

2. Sumber Dana:

Pendanaan untuk pelayanan pengembangan anak

usia dini holistik-integratif berasal dari:

a.

UPT Pemerintah Pusat, sumber dana dari APBN.

b.

UPT Pemerintah Daerah, sumber dana dari APBD,

dana non reguler (sesuai peruntukan) dari

sumber APBN dan donasi/kemitraan.

c.

Lembaga Penyelenggara milik masyarakat,

sumber dana dari Lembaga yang bersangkutan,

orangtua, dan dapat saja dari bantuan APBN,

APBD, APB Desa, atau donatur.

(44)

44

SARANA DAN PRASARANA

PRASARANA

 Bangunan tempat pelayanan, sesuai dengan fungsi setiap jenis pelayanan, ruang rawat, ruang periksa, kamar tidur, sesuai standar minimum masing-masing pelayanan

 Lahan bermain (play-ground)

 Taman bermain

 Perpustakaan

SARANA

 Sarana bermain seperti APE, alat bermain di dalam dan luar ruangan

 Sarana belajar seperti kurikulum, buku, materi bahan ajar, KKA, peralatan, furnitur,

 Sarana kesehatan seperti anhopometer kit, buku KIA, DDTK, KMS,

(45)

45

A. Mekanisme Koordinasi dan Integrasi

1. Mekanisme Koordinasi

Mekanisme koordinasi dimulai sejak tahap

perencanaan, tahap pelaksanaan, hingga tahap

pemantauan dan evaluasi.

2. Mekanisme Integrasi Lembaga Pelayanan

Mencakup mekanisme integrasi pada pelayanan

Tipe Lengkap Terintegrasi dan mekanisme

pengintegrasian pelayanan Lengkap Terpadu

Satu Atap.

(46)

46

B. MEKANISME KOORDINASI MONITORING DAN

EVALUASI

Mengatur mekanisme koordinasi monitoring dan

evaluasi dari tingkat pusat dan daerah dan tingkat

penyelenggara layanan.

C. MEKANISME PELAPORAN

Mengatur mekanisme pelaporan dari tingkat

lembaga penyelenggara hingga tingkat pusat.

D. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

(47)

E. PERAN PEMANGKU KEPENTINGAN

47

Pemerintah

Pusat

Pemda Provinsi

dan Kb/Kota

Kecamatan

Desa/Kelurahan

Masyarakat

Lembaga Sosial

Kemasyarakatan

(48)

48

BAB VI. LANGKAH IMPLEMENTASI PEDUM PAUD

A.

Sosialisasi

B.

Konsolidasi dan Pengaturan Pelaksanaan

C.

Penyelenggaraan Kegiatan

(49)

49

VII. PENUTUP

 Pembangunan SDM memiliki peran yang sangat penting dalam mencapai kemajuan dan kemakmuran suatu bangsa.  Agar semua kebutuhan esensial anak dapat dipenuhi,

maka diperlukan pendekatan holistik-integratif dalam pengembangan anak usia dini.

 Penyelenggaraan pelayanan anak usia dini dapat memilih bentuk/ tipologi pelayanan Lengkap dan Terintegrasi atau Pelayanan Lengkap dan Terintegrasi Satu Atap.

 Mengingat penyelenggaraan pengembangan anak usia dini dilaksanakan oleh berbagai pihak, maka diperlukan kejelasan peran keluarga, pemerintah, masyarakat,

(50)

Gambar

Gambar 12. Perkembangan Otak Manusia: Pembentukan Sinaps-Sinaps

Referensi

Dokumen terkait

Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah Model Learning Cycle dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis dan peningkatan Kemampuan koneksi

terhadap kesiapsiagaan, oleh karena itu sekolah dapat meningkatkan perannya dalam perubahan persepsi unsur komunitas untuk menjadi lebih baik dengan meningkatkan kontribusi guru

Keputusan tersebut tidak diambil secara sepihak oleh korban maupun pelaku, melainkan secara bersama-sama dihadapan mediator atau penyidik di Polres Bener

You are cautioned not to place undue reliance on those forward-looking statements, which are based on current view of management on future events.... PT PELAYARAN TEMPURAN

General Certificate of Education Advanced Level General Certificate of Education Advanced Subsidiary Level. Advanced International Certificate

OCB merupakan perilaku yang berkaitan dengan kontribusi di luar peran formal yang ditampilkan oleh seorang karyawan dan tidak mengharapkan imbalan atau hadiah formal

Penelitian dengan judul pengaruh model pembelajaran Novick terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa kelas XI MIA pada pembelajaran biologi di SMA Negeri 2 Purwokerto

1) meminimalkan dampak negatif alam (Hawkes, Yeang, Van der Ryn & Cowan); meminimalkan pemakaian energi yang tidak dapat diperbarui (Yeang, Freestone, Vale); ) meminimalkan