• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keutamaan Amalan dan Doa bulan Syaban

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Keutamaan Amalan dan Doa bulan Syaban"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Amalan, Doa dan Zikir di dalanya

Keutamaan bulan Sya’ban

Amalan, Doa dan Zikir di dalanya

Diterjemahkan dari kitab

Mafâtihul Jinân (kunci-kunci surga)

1436 H / 2015

Penerjemah dan Penyusun

Syamsuri Rifai

(2)

Daftar Isi

Keutamaan bulan Sya’ban

Amalan, Doa dan zikir yang bersifat umum di bulan Sya’ban

Shalawat Sya’baniyah (eBook tersendiri)

Munajat Sya’baniyah (eBook tersendiri)

Amalan, Doa dan Zikir yang bersifat khusus di bulan Sya’ban

Keutamaan malam Nishfu Sya’ban

Amalan, Doa dan zikir di malam Nishfu Sya’ban

Doa-Doa Malam Nishfu Sya’ban

Doa Malam terakhir bulan Sya’ban (eBook tersendiri)

(3)

Keutamaan Bulan Sya’ban

Rasulullah saw bersabda: “…Bulan Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku…”(Mafatihul Jinan, bab 2, Sya’ban)

Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Sya’ban adalah bulanku dan Ramadhan adalah bulan Allah. Barangsiapa yang berpuasa satu hari, maka wajib baginya surga. Barangsiapa yang dua hari, maka ia akan menjadi sahabat para nabi dan shiddiqin pada hari kiamat. Barangsiapa yang berpuasa penuh satu bulan dan bersambung dengan bulan Ramadhan, maka dosa-dosa diampuni, dosa kecil maupun dosa besarnya walaupun ia berasal dari darah haram.”

Hadis ini bersumber dari Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) dari ayahnya dari bapak-bapaknya dari Imam Ali bin Abi Thalib (sa). (Fadhail Al-Asyhur Ats-Tsalatsah: 55)

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: Ketika bulan Sya’ban tiba Ali Zainal Abidin (sa) mengumpulkan para sahabatnya kemudian berkata: “Wahai sahabat-sahabatku, tahukah kamu bulan apakah ini? Bulan ini adalah bulan Sya’ban, Nabi saw bersabda: ‘Bulan Sya’ban adalah bulanku, berpuasalah kamu di bulan ini karena cinta kepada Nabimu dan mendekatkan diri kepada Tuhanmu’. Aku bersumpah, demi Zat yang diriku dalam kekuasaan-Nya, sungguh aku mendengar ayahku Al-Husein (sa) berkata: ‘Aku mendengar Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib (as) berkata: ‘Barangsiapa yang berpuasa di bulan Sya’ban karena cinta kepada Rasulullah saw dan mendekatkan diri kepada Allah, Dia mendekatkannya pada kemuliaan-Nya pada hari kiamat dan mewajibkan baginya surga’.” (Mafatihul Jinan, bab 2, Sya’ban)

Keutamaan Puasa di bulan Sya’ban

Ibnu Abbas berkata: Para sahabat menyebut-nyebut keutamaan bulan Sya’ban di dekat Rasulullah saw. Lalu beliau bersabda: “Bulan Sya’ban adalah bulan yang mulia, Sya’ban adalah bulanku. Malaikat pemikul arasy mengagungkannya dan mereka mengenal haknya. Sya’ban adalah bulan yang di dalamnya rizki kaum mukminin ditambah. Di dalamnya amal kebajikan dilipatgandakan tujuh puluh kali, keburukan dihapuskan, dosa-dosa diampuni, dan kebajikan diterima. Di dalamnya Allah azza wa jalla membanggakan hamba-hamba-Nya, memandangi mereka yang berpuasa dan melakukan qiyamul layl, lalu Dia membanggakan amal mereka pada para malaikat pemikul arasy.”

Kemudian Ali bin Abi Thalib (sa) berdiri dan berkata: “Demi ayahku dan ibuku, ya Rasulullah! Tolong jelaskan pada kami tentang keutamaannya, agar menambah semangat kami untuk berpuasa dan qiyamul layl, agar kami lebih bersungguh-sungguh di dalamnya.” Maka Rasulullah saw bersabda:

(4)

Barangsiapa yang berpuasa dua hari di bulan Sya’ban, Dia akan menghapus keburukannya yang lalu. Barangsiapa yang berpuasa tiga hari di bulan Sya’ban, Dia akan mengangkat baginya tujuh puluh derajat di surga yang terdiri dari mutiara dan permata merah. Barangsiapa yang berpuasa empat hari di bulan Sya’ban, Dia akan meluaskan rizkinya.

Barangsiapa yang berpuasa lima hari di bulan Sya’ban, Dia mencintai hamba-hamba-Nya. Barangsiapa yang berpuasa enam hari di bulan Sya’ban, Dia akan menyelamatkannya dari tujuh puluh macam bala’.

Barangsiapa yang berpuasa tujuh hari di bulan Sya’ban, Dia akan menjaganya dari iblis dan para pasukannya dalam masa dan usianya.

Barangsiapa yang berpuasa delapan hari di bulan Sya’ban, ia tidak akan keluar dari dunia kecuali ia diberi minuman dari telaga kesucian.

Barangsiapa yang berpuasa sembilan hari di bulan Sya’ban, ia akan dikasihani oleh malaikat Munkar dan Nakir saat keduanya mengajukan pertanyaan padanya.

Barangsiapa yang berpuasa 10 hari di bulan Sya’ban, Allah akan meluaskan kuburnya tujuh puluh hasta.

Barangsiapa yang berpuasa 11 hari di bulan Sya’ban, Dia akan memancarkan sebelas cahaya pada kuburnya.

Barangsiapa yang berpuasa 12 hari di bulan Sya’ban, ia akan dikunjungi kuburnya oleh tujuh puluh ribu malaikat sampai sangkakala ditiupkan (hari kiamat).

Barangsiapa yang berpuasa 13 hari di bulan Sya’ban, tujuh malaikat langit akan memohonkan ampuanan baginya.

Barangsiapa yang berpuasa 14 hari di bulan Sya’ban, semua binatang melata, binatang buas dan makhluk hidup di lautan akan memohonkan ampunan baginya.

Barangsiapa yang berpuasa 15 hari di bulan Sya’ban, Tuhan Yang Mulia akan berseru untuknya: Janganlah ia dibakar dengan api neraka.

Barangsiapa yang berpuasa 16 hari di bulan Sya’ban, tujuh puluhan lautan akan memadamkan api darinya. Barangsiapa yang berpuasa 17 hari di bulan Sya’ban, semua pintu neraka akan ditutup baginya.

Barangsiapa yang berpuasa 18 hari di bulan Sya’ban, semua pintu surga akan dibukakan baginya.

(5)

istana di surga yang terdiri dari mutiara dan permata merah.

Barangsiapa yang berpuasa 20 hari di bulan Sya’ban, ia akan diberi tujuh puluh ribu pasangan bidadari.

Barangsiapa yang berpuasa 21 hari di bulan Sya’ban, para malaikat akan mengucapkan selamat datang dan mengusap-ngusapkan sayapnya padanya.

Barangsiapa yang berpuasa 22 hari di bulan Sya’ban, ia akan dianugerahi tujuh puluh pakaian dari sutera yang halus dan sutera yang tebal.

Barangsiapa yang berpuasa 23 hari di bulan Sya’ban, maka saat ia keluar dari kuburnya datanglah padanya binatang melata dari cahaya, lalu ia menaikinya dan terbang menuju ke surga.

Barangsiapa yang berpuasa 24 hari di bulan Sya’ban, ia akan diselamatkan dari kemunafikan.

Barangsiapa yang berpuasa 25 hari di bulan Sya’ban, ia akan diberi syafaat oleh tujuh puluh ribu ahli tauhid.

Barangsiapa yang berpuasa 26 hari di bulan Sya’ban, Allah mencatatnya sebagai orang yang selamat saat melintasi shirathal mustaqim.

Barangsiapa yang berpuasa 27 hari di bulan Sya’ban, Allah mencatatnya sebagai orang yang diselamatkan dari neraka.

Barangsiapa yang berpuasa 28 hari di bulan Sya’ban, wajahnya akan seperti bulan purnama pada hari kiamat. Barangsiapa yang berpuasa 29 hari di bulan Sya’ban, ia akan memperoleh ridha Allah Yang Maha Agung.

Barangsiapa yang berpuasa 30 hari di bulan Sya’ban, ia akan dipanggil oleh malaikat Jibril dari bawah Arasy: Inilah amal yang belum pernah kamu lakukan sebelumnya, inilah amal yang baru, dosa-dosamu diampuni yang lalu dan mendatang, Allah Yang Maha Agung dan Maha Mulia berfirman: “Sekiranya dosa-dosamu sebanyak jumlah bintang-bintang di langit, sebanyak tetesan hujan dan daun-daun pepohonan, butiran pasir dan sebanyak jumlah hari di dunia, niscaya Dia mengampunimu. Itulah karunia yang kemuliaan dari Allah setelah kamu berpuasa di bulan Sya’ban.”

(6)

Puasa Rasululah saw

Aisyah berkata: “Aku tidak pernah melihat Rasulullah saw berpuasa lebih banyak di bulan yang lain daripada berpuasa di bulan Sya’ban.”

Hadis ini bersumber dari Sufyan Ats-Tsauri dari Shafwan bin Sulaiman dari Aisyah isteri Nabi saw. Hadis yang semakna juga bersumber dari Malik bin Anas dan Umar bin Harits dari Abu Salamah bin Abdurrahman dari Aisyah isteri Nabi saw (Fadhail Al-Asyhur Ats-Tsalatsah: 66)

Umar bin Hamer berkata: “Sesungguhnya puasa Nabi saw di bulan Sya’ban bersambung dengan puasa bulan Ramadhan.”

Riwayat ini bersumber dari Ali bin Azhar Al-Ahwazi dari Fadhel bin ‘Iyadh dari Layts dari Nafi’ dari Umar bin Hamer. (Fadhail Al-Asyhur Ats-Tsalatsah: 66)

Yunus bin Ya’qub pernah bertanya kepada Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) tentang puasa di bulan Sya’ban: Apakah salah seorang dari bapak-bapakmu berpuasa di bulan Sya’ban? Beliau berkata: “Bapak-bapakku yang terbaik adalah Rasulullah saw, beliau paling banyak berpuasa di bulan Sya’ban.” (Fadhail Al-Asyhur Ats-Tsalatsah: 51)

Puasa dan Penghidupan

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Puasa di bulan Ramadhan adalah simpanan bagi seorang hamba untuk hari kiamat. Tidak ada seorangpun yang banyak berpuasa di bulan Sya’ban, kecuali Allah memperbaiki urusan penghidupannya, melindunginya dari keburukan musuhnya. Dan yang paling sedikit adalah orang yang berpuasa satu hari di bulan Sya’ban, wajib baginya surga.” (Fadhail Al-Asyhur Ats-Tsalatsah: 44)

Puasa dan Syafaat Rasulullah saw

Rasulullah saw bersabda: “Sya’ban adalah bulanku dan Ramadhan adalah bulan Allah. Barangsiapa yang berpuasa satu hari di bulanku maka aku pemberi syafaat baginya di hari kiamat. Barangsiapa yang berpuasa dua hari di bulan Allah, maka Allah mengampuni dosa yang lalu dan yang mendatang. Barangsiapa yang berpuasa tiga hari, maka dikatakan padanya: ia telah melakukan amal yang sebelumnya belum pernah dilakukan…”

Hadis ini bersumber dari Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) dari ayahnya dari bapak-bapaknya dari Imam Ali bin Abi Thalib (sa). (Fadhail Al-Asyhur Ats-Tsalatsah: 44)

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang berpuasa tiga hari di bulan Sya’ban, maka wajib baginya surga, dan Rasulullah saw pemberi syafaat baginya pada hari kiamat.” (Fadhail Al-Asyhur Ats-Tsalatsah: 61)

(7)

jalla, Allah akan menghibur kesepiannya di kuburnya, menyambungkan kesendiriannya, ia akan keluar dari kuburnya dengan wajahnya seperti bulan purnama, menerima catatan amalnya dengan tangan kanannya…”

Hadis ini bersumber dari Muhammad bin Ahmad bin Ali Al-Hamdani, dari Al-Hasan bin Ali, Ali Asy-Syami, dari Abdullah dari Khuzaimi dari Dhahhak dari Imam Ali bin Abi Thalib (sa). (Fadhail Al-Asyhur Ats-Tsalatsah: 64)

Puasa dan Rahmat Allah

Imam Ali Ar-Ridha (sa) berkata: “Barangsiapa yang berpuasa hari pertama bulan Sya’ban, wajib baginya rahmat Allah. Barangsiapa yang berpuasa dua hari di bulan Sya’ban, wajib baginya rahmat dan maghfirah serta karamah dari Allah azza wa jalla pada hari kiamat. Barangsiapa yang di bulan Ramadhan, wajib baginya rahmat Allah. Barangsiapa yang berpuasa tiga hari dari akhir bulan Sya’ban dan bersambung dengan puasa bulan Ramadhan, Allah mencatat baginya seperti berpuasa dua bulan berturut-turut. Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena keimanan dan melakukan qiyamul layl, maka ia seperti hari dilahirkan oleh ibunya.” (Fadhail Al-Asyhur Ats-Tsalatsah: 52)

Istighfar dan Pengampunan

Imam Ali Ar-Ridha (as) berkata: “Barangsiapa yang beristighfar kepada Allah swt tujuh puluh kali di bulan Sya’ban, Allah akan mengampuni dosa-dosanya walaupun sebanyak jumlah bintang-bintang.”

Riwayat ini bersumber dari Ahmad bin Muhammad Al-Hamdani, dari Ali bin Al-Hasan bin Ali bin Fadhal dari ayahnya, dia mendengar dari Imam Ali Ar-Ridha (sa).

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Puasa di bulan Sya’ban adalah penghapus dosa-dosa besar, sehingga sekiranya seseorang dibesarkan dari darah haram lalu ia berpuasa beberapa hari di bulan Sya’ban lalu mati, maka ia diampuni.” Kemudian seseorang bertanya: Doa apakah yang paling utama di bulan ini? Beliau berkata: “Istighfar, sesungguhnya orang yang beristighfar di bulan Sya’ban tujuh puluh kali setiap hari, seperti orang yang beristighfar tujuh puluh ribu kali di bulan yang lain. Lalu ditanyai lagi: bagaimana cara aku beristighfar? Beliau berkata: “Astaghfirullâha wa as-aluhut tawbah.” (Fadhail Al-Asyhur Ats-Tsalatsah: 56)

(8)

Amalan, Doa dan Zikir

Yang Bersifat Umun di Bulan Sya’ban

Sebagaimana pada bulan Rajab, di bulan Sya’ban juga terdapat amalan umum dan amalan khusus. Amalan umum dilakukan selama di bulan Sya’ban. Amalannya sebagai berikut:

Pertama: Membaca istighfar berikut setiap hari sebanyak 70 kali:

É

řÉŗÍƏİśƅŔÊƌÊƅÉōÍŬÉŔÉ

ƏÉ

ĺ ŔũËſÍ

żÉ

śÍŬÉŔ

Astaghfirullâha wa as-aluhut tawbah

Aku mohon ampun kepada Allah dan kepada-Nya aku memohon taubat

Kedua: Membaca istighfar berikut 70 kali:

ËƌÍƔÉƅ

ËŔ Ê

Ŗ ƏÊśÉ

ŔÉ

ƏÊƇƏıƔÉƂÍƅŔıƓÉ

ţÍƅ

ŔÊƇƔţİũƅŔÊ

ƉƈÍţİũƅŔÉ

ƏÊ

ƍİƛËŔÉ

ƌƅ

ËŔƛƒŨÌƅ

ŔÉ

ĺ ŔũËſÍ

żÉ

śÍŬÉŔ

Astaghfirullâhal ladzî lâilâha illâ Huwar Rahmânur Rahîm, Al-Hayyul Qayyûm wa atûbu ilayh.

Aku mohon ampun kepada Allah, yang Tidak ada Tuhan kecuali Dia, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Yang Hidup dan Mengawasi, aku bertaubat kepada-Nya.

Tentang keutamaan berdoa dan berzikir di bulan Sya’ban disebutkan dalam beberapa riwayat, antara lain: “Barangsiapa yang membaca istighfar tujuh puluh kali setiap hari pada bulan ini, ia seperti orang yang membaca istighfar tujuh puluh ribu kali di bulan yang lain.”

Ketiga: Bersedekah sekalipun separuh biji kurma, agar Allah menselamatkan dari api neraka.

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) pernah ditanyai, apa yang paling utama diamalkan di bulan ini? Beliau menjawab: “Bersedekah dan beristighfar; barangsiapa bersedekah di bulan Sya’ban, Allah akan membimbingnya sebagaimana membimbing salah sorang dari kamu pada hari kiamat, dan ia akan diberi kecukupan.”

Keempat: Membaca zikir berikut ini (1000 kali):

É

ƉƏÊ

ƄË

ũÍ

ŮÊƈÍƅŔÉƋËũÉ

ƄÍƏÉƅÉ

ƏÉ

ƉƔ

Ìŧƅ

ŔÊ

ƌÉ

ƅ

É

ƉƔ

ŰËƆ

ŦÊƈÊƋŕÌƔËŔÌƛËŏÊŧÊŗÍŸÉƊƛÉ

ƏÊ

ĺ ŔİƛŏÉ

ƌƅ

ËŔƛ

Lâilâha illallâhu lâ na’budu illâ iyyâhu mukhlishîna lahud dîn walaw karihal musyrikûn.

Tiada Tuhan kecuali Allah, kami tidak menyembah kecuali kepada-Nya dengan ikhlas menjalankan agama-Nya walaupun orang-orang musyrik membenci.

(9)

yang beribadah seribu tahun.

Kelima: Melakukan shalat dua rakaat setiap hari Kamis. Caranya: Setiap rakaat membaca surat Fatihah dan surat Al-Ikhlash (100 kali). Kemudian setelah salam membaca shalawat kepada Nabi dan keluarganya (100 kali). Orang yang mengamalkan amalan ini Allah akan memperkenankan hajatnya yang berkaitan dengan agama dan dunia. Selain itu, disunnahkan juga berpuasa sebagaimana disebutkan di dalam hadis: “Pada setiap hari Kamis bulan Sya’ban langit dihias dan para Malaikat berdoa, ‘wahai Tuhanku, ampunilah orang yang berpuasa pada hari ini dan perkenankan doanya’.” Di dalam hadis yang lain dikatakan: “Barangsiapa yang berpuasa pada hari Senin dan Kamis, Allah akan memperkenankan baginya dua puluh hajat duniawi dan dua puluh hajat ukhrawi.”

Keenam: Memperbanyak baca shalawat kepada Nabi dan keluarganya.

Ketujuh: Membaca shalawat Sya’baniyah setiap matahari tergelincir dan pada malam Nishfu Sya’ban. (Shalawat ini eBook tersendiri)

Kedelapan: Membaca Munajat Sya’baniyah. (Munajat ini eBook tersendiri)

(10)

Amalan, Doa dan Zikir

Yang Bersifat Khusus di Bulan Sya’ban

Amalan khusus adalah amalan yang dilakukan pada hari dan malam tertentu di bulan Sya’ban. Amalan khusus di bulan Sya’ban sebagai berikut:

Malam Pertama

Disunnahkan melakukan shalat sunnah dua belas rakaat (setiap dua rakaat salam), setiap rakaat setelah Fatihah membaca surat Al-Ikhlash (sebelas kali).

Hari Pertama

Diutamakan berpuasa, puasa ini memiliki banyak keutamaan.

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang berpuasa pada hari pertama bulan Sya’ban, wajib baginya surga.”

Nabi saw bersabda: “Besar pahala bagi yang berpuasa tiga hari bulan ini, dan pada malam-malamnya melakukan shalat dua rakaat, setiap rakaat sesudah Fatihah membaca surat Al-Ikhlash (sebelas kali).”

Hari Ketiga

Hari ini adalah hari kelahiran Imam Husein bin Ali bin Abi Thalib (sa), hari Kamis. Pada hari ini dianjurkan membaca doa berikut:

ƇƔţũƅŔƉƈţũƅŔĺ ŔƇŬŗ ŧİƈÉţÊƈË¿ŊÉƏŧİƈÉţÊƈƑƆÉŷIJ¿ ÉŰİƇÊƎĔƆƅÉŔ

ËƌËśÉ

ŧƛË

ƏÉ

ƏËƌËƅ

Ɯ ÍƎËśŬÍŔÉ

¿ÍŗÉƁËƌËśÉ

ŧŕƎÉ

ŮËŗËŧƏÊ

ŷÍƏÉ

ƈÍƅ

ŔžËƇÍƏÉƔÍƅŔŔÉŨƍƓžËŧƏÊƅÍƏÉ

ƈÍƅ

Ŕ IJƀÉ

ţËŗ É

ƃÊ

ƅ

É

ŕŬÉ

ŔƓÌƊ

ËŔİƇÊƎĔƆƅÉŔ

All hum m a inn as- aluka bihaqqil m awlßdi f h dzihil yawm , al- m aw ßdi bisyah datihi qablastihl lihi wa wiladatihi.

Ya Allah, aku memohon pada-Mu dengan hak Al-Husein yang dilahirkan pada hari ini, hari yang telah dijanjikan kesyahidannya sebelum hari kelahirannya.

ËŧƏÊŧÍƈÉ

ƈÍƅ

ŔžËŘÉ

ũÍŬÊÍƛŔËŧIJƔÉ

ŬÉ

ƏžËŘÉ

ũÍŗÉ

ŸÍƅ

Ŕ¿Ɣ

śÉ

Ɓ

ŕƎÍƔÉśÉŗƛÍōÉ

ųÉƔŕÌƈÉƅÉ

ƏžŕƎÍƔÉƆÉ

ŷÍƉÉ

ƈÉ

Ə Ê

ű ÍũÉÍƛŔÉ

ƏžŕƎƔ

ž

ÍƉÉ

ƈÉ

ƏÊʼnŕƈİŬƅŔÊƌÍśÉ

ƄÉŗ

Ɠž

Ê

ƌÉ

ŸÉ

ƈÉ

ŪÍƏÉſÍƅŔƏžËƌËśÉŗÍũÊśƓžÉ

ʼn ŕſIJ

Ůƅ

ŔÉ

Əž ËƌËƆÍŬÉƊÍƉËƈÉ

řİƈËœÉÍƛŔ İƉÉŔËƌËƆÍśÉƁÍƉËƈ Ë

ű İƏÉ

ŸÊƈÍƅŔžËŘİũÉ

ƄÍƅ

ŔÉƇÍƏÉƔËŘÉ

ũÍ

ŰıƊ

ƅ

ŕËŗ

ŔƏÊ

Ų ÍũÊƔÉ

Əž É

ũŕÌŝƅ

ŔŔƏÊ

ũÉ

ōÍŝÉƔÉ

Əž É

ũŕśÍƏÉÍƛŔŔƏÊƄËũÍŧÊƔƑÌśÉ

ţËƌËśÉŗÍƔÉ

ŻÉ

ƏÍƇËƎËƈËœŕƁÉŧÍŸÉŗËƌËśÉ

ũÍśË

ŷ

ƉË

Í

ƈË

ʼn ŕƔË

ŰÉ

ÍƛŔƏž ËƌËśÉŗÍƏÉŔ

Ë

ũŕƎİƊ

ƅ

ŔÉ

ƏË

¿Ɣ

İƆ

ƅ

Ŕ Ë

ŽƜËśŦÍŔÉ

ŶÉ

ƈÍƇËƎÍƔÉƆÉ

ŷÊ

ĺ ŔƑİƆÉ

۞ũŕŰÍƊ

É

ŔÉ

ũÍƔÉ

ŦŔƏÊƊ

ƏÊ

ƄÉƔÉ

Əž É

ũŕÌŗÉ

ŠÍƅ

Ŕ

(11)

wal-awshiyâimin ‘itratihi ba’dal qâimihim wa ghaybatihi, hattaâ yudrikul awtâr, wa yats-aruts tsar, wa yurdhul jabbâr, wa yakûnu khayra anshâr, shallâhu ‘alayhim ma’a ikhtilâfil layli wan nahâr.

Menangisinya langit dan semua penghuninya, bumi dan semua penghuninya. Setelah diinjak-injak ia diiarkan sebagai orang yang terbunuh dan mengenaskan. Padahal ia adalah penghulu keluarga Nabi saw, yang menyambungkan pertolongan pada hari kiamat, kepemimpinannya diteruskan oleh para imam dari keturunannya. Dalam turbahnya terdapat penyembuhan, keberuntungan bagi orang-orang yang syahid bersamanya. Para washi Rasulullah saw dari keturunannya hingga Al-Mahdi (sa) dan keghaibannya, keberadaan mereka terasing, mereka menuntut pembelaan kebenaran, mereka mencintai Yang Maha Perkasa, mereka sebaik-baik pemberi pertolongan. Semoga shalawat selalu tercurahkan pada mereka sepajang siang dan malam.

ËƌË

ŬÍƈÉŔÉ

ƏËƌË

ƈÍƏÉƔƓžÉ

ųİũÉžŕİƈËƈžËƌËŬÍſÉƊƑƅ

ËŔŒƔ

ŬÊƈŽũÉśÍŸÊƈŽũÉśÍƂÊƈÉ

¿ŔŎ Ê

ŬÊ

¿É

ōÍŬÉŔÉ

ƏÊ

¿İŬÉ

ƏÉ

śÉ

ŔÉ

ƃÍƔÉƅ

ËŔÍƇËƎIJƂÉ

ţËŗÉ

ž

İƇÊƎĔƆƅÉŔ

ËƌË

ŬÍƈÉ

ũIJ¿É

ţÉ

ƈƑƅ

ËŔÉ

řÉ

ƈÍ

Ű Ë

ŸÍƅ

Ŕ É

ƃÊ

ƅ

É

ōÍŬÉƔ

Allâhumma fabihaqqihi, ilayka atawassalu wa as-alu suâla muqtarifin mu’tarifin musîin ilâ nafsihi, mimmâ farratha fî yawmihi wa amsihi, yas-alukal ‘ishmata ilâ mahalli ramsihi.

Ya Allah, dengan hak mereka aku bertawasul kepada-Mu, dan memohon kepada-Mu permohonan orang yang mengakui keburukan dan kehinaan dirinya siang dan malam, yang memohon penjagaan-Mu sampai kematian menjemputnya.

ËřÉ

ƈŕƁ

ËƛŔİ¿É

ţÉ

ƈÉ

ƏžËřÉ

ƈŔũÉ

ƄÍƅ

ŔÉ

ũŔŧÊ

ƌÉ

ŸÉ

ƈŕƊ

ÍœIJƏÉŗÉ

ƏžËƌËśÉ

ũÍƈÊ

ŪƓž

ŕƊÍũÊ

ŮÍţŔÉ

ƏžËƌËśÉ

ũÍśË

ŷÉ

ƏŧİƈÉ

ţÊƈƑƆÉ

ŷIJ¿ É

ŰÉ

ž

İƇÊƎĔƆƅÉŔ

Allâhumma fashali ‘alâ Muhammadin wa ‘itratihi, wahsyurnâ fî zumratihi, wa bawwa’nâ ma’ahu dâral karamah, wa mahallil iqâmah.

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya, kumpulkan kami ke dalam golongannya, tempatkan kami bersamanya di tempat yang mulia.

ËƋË

ũÍƈÉÍƛÊƇIJƆÉ

ŬÊƔÍƉİƈËƈŕƊÍƆÉ

ŸÍŠŔÉ

ƏžÊ

ƌÉ

śÉ

Ƃ

ËŗŕŬÉ

ƏÊ

ƌÉ

śÉ

Ƃ

É

ž

ŔũÊƈŕƊÍƁÊ

ŪÍũŔÉ

ƏžËƌËśÉ

ſ

Íƅ

ŪËŗŕƊ

Ê

ÍƈË

ũÍƄÉ

ŕÉ

ž

ËƌËśÉ

žË

ũÍŸÉ

ƈËŗŕƊ

É

śÍƈÉ

ũÍƄÉ

ŔŕƈÉ

ƄÉ

ƏİƇÊƎĔƆƅÉŔ

ÍƑÉƊÍŝÉÍƛŔžËŧÉŧÉŸÍƅŕËŗÉ

ƃÍƊË

ƈÉ

ƉËƔ

ŧƏÊŧÍƈÉ

ƈÍƅ

ŔËƌËœŕƔ

ËſÍ

ŰÉ

ŔË

¿ÍƍÉŔÉ

ƏËƌËœŕƔË

Ű ÍƏÉŔËŶƔƈÉ

ŠƑƆÉ

ŷÉ

ƏžËƋË

ũÍƄËŨÉ

ŧÍƊË

ŷËƌÍƔÉƆÉ

ŷÉ

ŘƜ İŰƅŔÊ

ũËŝÍƄÊƔÉ

Ə

Ë

ũÉ

ŮÉŗÍƅ

ŔËŶƔ

ƈÉ

ŠƑƆÉ

ŷËşÉ

ŠÊ

ţÍƅ

ŔÉ

Əž Ë

ũƍıŪƅ

ŔËƇƏÊ

ŠÌƊ

ƅ

Ŕž É

ũÉ

ŮÉ

ŷ

Allâhumma wa kamâ akramtanâ bima’rifatihi fa-akrimnâ bizulfatihi, warzuqnâ murâfaqatahu wa sâbiqatahu. Waj’alnâ mimman yusallimu liamrihi, wa yuktsirush shalâta ‘alayhi ‘inda dzikrihi, wa ‘alâ jamî’I awshiyâihi wa ahli ashfiyâihil mamdûdîna minka bil’adadi, itsnâ ‘asyara, an-nujûmiz zuhri, wal-hujaji ‘alâ jamî’il basyar.

(12)

tali-Mu yang jumlahnya dua belas. Merekalah gemintang yang cemerlang, dan hujjah bagi semua thalibatihi kamâ wahabtal Husayn li-Muhammadin jaddihi, wa ‘âdza Futhrusu bimahdihi, fanahnu ‘âidzûna biqabrihi min ba’dihi, nasyhadu turbatahu, wa nanzhuru awbatahu. Amina Rabbal ‘âlamîn.

Ya Allah, anugerahkan pada kami hari ini karunia yang terbaik, sampaikan pada kami pada harapan kami, sebagaimana yang telah Engkau karuniakan kepada Al-Husain karena Muhammad kakeknya, dan Futhrus memohon perlindungan kepada-Mu dengan kelahirannya. Maka kami juga memohon perlindungan kepada-Mu dengan kuburnya. Kami bersaksi tentang turbahnya dan memandang kesyahidannya. Amin ya Rabbal ‘alamin.

Kemudian membaca doa Imam Husein (sa), doa ketika menghadapi musuh- musuhnya pada hari Asyura: khalâiq, ‘arîdhul kibriyâ’, qâdirun ‘alâ mâ tasyâ’, qarîbur rahmah, shâdiqul wa’di, sâbighun ni’mah, hasanul balâ’, qarîbun idzâ du’îta, muhîthu bimâ khalaqta, qâbilut tawbah liman tâba ilayka, qâdirun ‘alâ mâ aradta, wa mudrikun mâ thalabta, wa syakûrun idzâ syukirta, wa dzukûrun idzâ dzukirta, ad’ûka muhtâjan, wa arghabu ilayka faqîran, wa afza’u ilayka khâifan, wa abkî ilaykamakrûban, wa asta’înu bika dha’îfan, wa atawakkalu ‘alayka kâfiyan.

(13)

menerima taubat orang yang bertaubat pada-Mu, Maha Kuasa atas apa yang Engkau kehendaki, mengetahui apa yang Engkau inginkan. Engkau bersyukur bila disyukuri, mengingat bila Engkau diingat. Aku berdoa pada-Mu sebagai orang yang butuh, aku berharap pada-Mu sebagai orang yang fakir, aku takut pada-Mu sebagai orang yang takut, aku menangis pada-Mu sebagai orang yang berduka, aku memohon pertolongan pada-Mu sebagai orang yang lemah, aku bertawakal pada-Mu sebagai orang yang mengharap pertolongan.

É

ƃËŗƔ

ŗÉ

ţÊŧÉƅÉ

ƏÉ

Əž É

ƃIJƔËŗÉƊÊŘÉ

ũÍśË

ŷÊ

ƉÍţÉƊƏžŕƊƏÊƆÉśÉƁÉ

ƏŕƊ

ËŗŔƏũÉ

ŧÉ

ŻÉ

ƏŕƊ

ƏÊ

ŷÉ

ŧÉ

ŦÉ

ƏŕƊ

ƏıũÉ

ŻÍƇÊƎİƊËŕÉžŕƊËƈÍƏÉƁÉ

ƉÍƔÉŗÉ

ƏŕƊ

É

Ɗ

ÍƔ

É

ŗÍƇÊƄÍţÊŔ

ĶŠÉ

ũÉ

žŕƊË

ũÍƈÉŔÍƉËƈŕƊÉƅÍ¿É

ŸÍŠŕÉžž É

ƃËƔÍţÉ

ƏƑƆÉ

ŷÊ

ƌÉ

śÍƊÉ

ƈÉ

śÍœŔÉ

ƏžËřÉ

ƅ

ŕŬIJũƅŕËŗÊƌÉśÍƔÉſÉ

ųŰŔƒŨİƅ

ŔžËĺŔËŧÍŗÉ

ŷË

ƉÍŗËŧİƈÉ

ţÊƈ

É

ƉƔ

ƈË

ţŔÌũƅŔÉƇÉ

ţÍũÉŔŕƔÉ

ƃËśÉ

ƈÍţÉ

ũËŗĶŠũÍŦÉ

ƈÉ

Ə

uhkum baynanâ wa bayna qawminâ, fainnahum gharrunâ wa khada’ûnâ wa ghadarû binâ wa qatalûnâ, wa nahnu ‘itratu nabiyyika, wa waladu habîbika Muhammadibni ‘Abdillah, allâdzishthafaytahu bir-risâlah, wa’tamantahu ‘alâ wahyika, faj’al lanâ min amrina farajan wa makhrajan birahmatika yâ Arhamar râhimîn.

Adili di antara kami dan kaum kami, mereka telah membohongi kami, menipu kami dan membunuh kami. Kami adalah keturunan Nabi-Mu, putera kekasih-Mu Muhammad bin Abdillah, hamba-Mu yang Engkaupilih untuk menyampaikan risalah-Mu, yang Engkau percayai untuk mengemban wahyu-Mu. Maka, jadikan bagi kami dalam urusan kami kebahagiaan dan jalan keluar, dengan rahmat-Mu wahai Yang Maha Pengasih dari semua yang mengasihi.

(Mafâtihul Jinân, bab2, bulan Sya’ban)

(14)

Keutamaan

Malam Nishfu Sya’ban

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Ketika Muhammad Al-Baqir (sa) ditanyai tentang keutamaan malam Nishfu Sya’ban, beliau berkata: ‘malam Nishfu Sya’ban adalah malam yang paling utama sesudah malam Al-Qadar; pada malam ini Allah menganugerahkan karunia-Nya dan mengampuni mereka dengan anugerah-Nya, maka bersungguh-sungguhlah kamu dalam mendekatkan diri kepada Allah pada malam ini. Karena malam ini adalah malam Allah bersumpah pada diri-Nya untuk tidak menolak permohonan orang yang memohon selama ia tidak memohon kemaksiatan kepada-Nya, dan Allah menjadikan malam ini malam kami Ahlul bait sebagaimana Dia menjadikan malam Al-Qadar adalah malam Nabi kita. Karena itulah, hendaknya kamu bersungguh-sungguh dalam berdoa dan memuji Allah swt’.”

Di antara keagungan dan keberkahan malam Nishfu Sya’ban adalah malam kelahiran Imam Mahdi (aj), yaitu waktu dini hari tahun 255 H. (Mafâtih Al-Jinân, bab 2, pasal 2)

Malam Nishfu Sya’ban

Ayah Ali bin Fadhal berkata: Aku pernah bertanya kepada Imam Ali Ar-Ridha (sa) tentang malam Nishfu Sya’ban, beliau berkata: “Malam Nishfu Sya’ban adalah malam Allah membebaskan hamba-Nya dari api neraka dan mengampuni dosa-dosa.” Aku bertanya lagi: Apakah sebaiknya memperbanyak shalat sunnah di dalamnya lebih dari malam-malan yang lain? Beliau berkata: “Di dalamnya tidak ada sesuatu yang harus menjadi beban, tetapi jika kamu ingin melakukan sesuatu, maka hendaknya melakukan shalat Ja’far Ath-Thayyar (shalat tasbih). Dan Perbanyaklah di dalamnya zikir kepada Allah azza wa jalla, istighfar dan doa. Karena ayahku berkata: ‘Doa di dalamnya mustajabah.” (Fadhail Al-Asyhur Ats-Tsalatsah: 45)

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Ali bin Abi Thalib (sa) benar-benar mengosongkan dirinya pada empat malam dalam satu tahun: Malam pertama bulan Rajab, malam Idul Adhha, malam Idul Fitri, dan malam nishfu Sya’ban.”

Hadis ini bersumber dari Ahmad bin Idris dari Muhammad bin Yahya, dari Abu Ja’far Ahmad bin Abdullah dari ayahnya, dari Wahhab bin Wahhab, dari Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa). (Fadhail Al-Asyhur Ats-Tsalatsah: 46)

Shalat sunnah

(15)

ŕƔ

ƃũƔ

Żũſ

żƔ

ƛƌƊ

ŏƏƇ

Ɣ

ŴŸƅ

ŔƓŗƊ

Ũũſ

ŻŔƇ

Ɣ

Ŵŷ¿ƄƇ

Ɣ

ŴŷŕƔ

ƓŲŕƔ

ŗƏƓƊ

ŕƊ

ŠƏƒŧŔƏŬŧŠŬƃƅ

Ƈ

ƎƆ

ƅ

Ŕ

Ƈ

Ɣ

Ŵŷ

Ya Allah, kepada-Mu sujud jiwa dan ragaku, wahai Yang Maha Agung dari semua yang agung, ampuni dosaku yang besar, karena tidak ada yang dapat mengampuninya selain-Mu wahai Yang Maha Agung.

Jika ia telah melakukannya, Allah menghapus tujuh puluh dua ribu keburukannya, mencatat baginya tujuh puluh dua ribu kebaikan, dan menghapus tujuh puluh ribu keburukan kedua orang tuanya.” (Fadhail Al-Asyhur Ats-Tsalatsah: 65)

(16)

Amalan Malam Nishfu Sya’ban

Pertama: Mandi sunnah, manfaatnya agar dosa-dosa kita diringankan oleh Allah swt. Kedua: Menghidupkan malam ini dengan shalawat, doa dan istighfar.

Ketiga: Ziarah atau membaca doa ziarah kepada Imam Husein cucu Rasulullah saw. Ziarah ini merupakan amalan yang paling utama pada malam Nishfu Sya’ban, dan menjadi penyebab dosa-dosa diampuni.

Dalam suatu hadis disebutkan:

“Barangsiapa yang ingin berjabatan tangan dengan ruh para Nabi, maka hendaknya berziarah kepada Al-Husein (sa) malam ini. Ziarah yang paling singkat mengucapkan salam kepadanya, yaitu:

Ê

ƌÊśŕƄÉ

ũÉŗÉ

ƏËĺŔÊ

řÉ

ƈÍţÉ

ũÉ

ƏÉ

ƃÍƔÉƆÉ

ŷÊƇƜİŬƅŔžËĺŔËŧÍŗÉ

ŷŕŗÉ

ŔŕƔ

É

ƃÍƔÉƆÉ

ŷÊƇƜİŬƅÉŔ

Assalâmu’alaika yâ Abâ ‘Abdillâh, assalâmu’aika wa rahmatullâhi wa barakâtuh.

Salam atasmu wahai Aba Abdillah, semoga rahmat dan keberkahan Allah tercurahkan padamu.

Keempat: Membaca shalawat yang dibaca setiap matahari tergelincir. Kelima: Membaca doa Kumail.

Keenam: Membaca zikir berikut, masing-masing (100 kali), agar Allah mengampuni dosa-dosa yang lalu dan memperkenankan hajat-hajat dunia dan akhirat:

Subhânallâh Alhamdulillâh Lailâha illallâh Allâhu Akbar

Ketujuh: Melakukan shalat dua rakaat setelah Isya’. Rakaat pertama membaca surat Fatihah dan surat Al-Kafirun (sekali), rakaat kedua membaca Fatihah dan surat Al-Ikhlash (sekali). Kemudian setelah salam membaca zikir berikut masing-masing (33 kali):

Subhânallâh Alhamdulillâh Allâhu Akbar

Kemudian membaca doa keempat, lihat di bagian doa-doa di malam Nishfu Sya’ban. Kemudian sujud sambil membaca zikir berikut:

Yâ Rabbi (20 kali) Yâ Allâh (7 kali)

(17)

Lâ quwwata illâ billâh (10 kali)

Kemudian membaca shalawat kepada Nabi dan keluarganya, lalu sampaikan hajat yang diinginkan, niscaya Allah memenuhinya dengan kemulian dan karunia-Nya.

Kedelapan: Membaca doa pada dini hari, doa kelima, lihat di bagian doa-doa pada malam Nishfu Sya’ban.

Kesembilan: Berdoa setiap selesai dua rakaat dalam shalat malam, shalat syafa’ dan shalat witir.

Kesepuluh: Sujud pada pertengahan malam sambil berdoa sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah saw, yaitu:

IJ¿Ê

ƄËƅ

ƑŠÍũÊśÊƇƔŴÉ

ŷŕƔ

žƓŬÍſ

É

Ɗ

ƑƆÉ

ŷÊ

ƌÊśÍƔÉƊÉ

ŠŕƈÉ

ƏÉ

ƒŔŧÉƔËƋËŨƍžƒŧŔŎžÉ

ƃËŗ É

ƉÉ

ƈŊÉ

ƏžƓƅ

ŕƔÉ

ŦÉ

ƏƒŧŔƏÉ

ŬÉ

ƃÉ

ƅ

É

ŧÉ

ŠÉ

Ŭ

Ƈ

Ɣ

ŴÉ

ŸÍƅ

Ŕ ıŖ İũƅŔÌƛËŏÉƇƔŴÉŸÍƅŔÉ

Ŗ ÍƊİ

Ũƅ

ŔÊ

ũËſÍ

żÉƔ

ƛÊ

ƌİƊ

ËŕÉ

ž

ÉƇƔŴÉŸÍƅŔÉ

ƓËƅ

ÍũËſÍŻËŔžƇƔŴÉ

ŷ

Sajada laka sawâdî wa khayâlî, wa âmana bika fuâdî, hâdzihi yadâya wa mâ janaytuhu ‘alâ nafsî, yâ ‘Azhîmu turjâ likulli ‘azhîm, ighfirliyal ‘azhîm fainnahu lâ yaghfirudz dzanbal ‘azhîm illar rabbul ‘azhîm.

Kepada-Mu tunduk semua keinginan dan khalayalanku, dengan-Mu merasa aman hatiku. Inilah kedua tanganku dan segala kezalimanku pada diriku, wahai Yang Maha Besar, Engkaulah yang diharapkan untuk semua keperluan yang besar, maka ampuni dosaku yang besar, sesungguhnya tak akan ada yang dapat mengampuni dosa yang besar kecuali Tuhan Yang Maha Besar.

ËƌÍƔÍƆÉ

ŷÉ

ŢÉ

ƆÉ

Ű É

Əž Ê

ŚŕƈÊ

Ɔı

Ŵƅ

ŔÊ

ƌÉ

ƅ

Í

ŚÉ

ſÉ

ŮÉ

ƄÍƊ

ŔƏž É

ƉƏÊ

Ų É

ũÉ

ÍƛŔÉ

ƏÊ

ŚŔƏŕƈİŬƅŔÊƌÉƅÍŚÉ

ʼn ŕŲÉ

ŔƒŨİƅ

Ŕ É

ƃË

ƎÍŠÉ

ƏË

ũƏÊƊ

Ê

ŗÊ

ŨƏÊ

ŷÉ

Ŕ

ƓƊ

ÍƁÊ

ŪÍũŔİƇÊƎĔƆƅÉŔž É

ƃËśÉ

ƈÍŸËƊË¿ŔƏÉ

ŪÍƉËƈÉ

Əž É

ƃËśÉƔËžŕŷË¿ƔƏÍţÉśÍƉËƈÉ

Əž É

ƃËśÉ

ƈÍƂ

ËƊ

ËŘÉ

ōÍŠÊžÍƉËƈž É

ƉƔ

ũË

ŦÍƛŔÉ

ƏÉ

ƉƔ

ƅ

İƏÉ

ÍƛŔÊ

ũƈÉ

Ŕ

ĶƔ

ËƂÉ

ŮƛÉ

ƏķũËž

ŕƄƛĶƔ

ũÉŗËƃÍũIJŮƅŔÉ

ƉË

ƈÉ

ƏžĶÌƔËƂÉƊĶÌƔËƂÉśĶŗÍƆÉ

Ɓ

A ßdzu binßri wajhikal ladz adh at lahus sam w tu wal- aradhßna, wankasyafat lahuzh zhulum tu, wa shalaha alayhi am rul awwal na wal- khir n, m in fuj- ati niqm atika, wa in tahw li fiyatika, wa m in zaw li ni m atika. All hum m arzuqn qalban taqiyyan naqiyy , wa m inasy syirki bariyy l k firan wa l syaqiyy .

Aku berlindung dengan cahaya wajah-Mu, yang karenanya langit dan bumi bercahaya, karenanya kegelapan tersingkap, dan karenanya urusan orang-orang terdahulu dan belakangan menjadi maslahat, dari datangnya azab-Mu secara tiba-tiba, berubahnya keselamatan-Mu, dan hilangnya nikmat-Mu. Ya Allah, karuniakan padaku hati yang suci dan bersih, suci dari kemusyrikan, tidak ingkar dan tidak celaka.

(18)

.

ƃÉ

É

ƅ

É

ŧÊ

Š ÍŬÉŔÍƉÉŔƓËƅİƀÊ

ţÉ

Əž Ë

Ŗ ŔÉ

ũıśƅ

ŔƓËž

ƓË

ƎÍŠÉ

ƏÊ

ŚÍũİſÉ

ŷ

‘Affartu wajhî fit turâbi, wa huqqalî an asjuda laka.

Kuletakkan wajahku di tanah (tempat sujud), dan memang selayaknya aku sujud kepada-Mu

Rasulullah saw bersabda:

“…Wahai jiwa yang bernafas panjang, tahukah kamu mala mini? Malam ini adalah malam nishfu Sya’ban, di dalamnya rizki dibagikan, di dalamnya ajal dicatat. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa hamba-Nya malam ini…, dan menurunkan para malaikat-Nya ke bumi Mekkah.” (Mafatihul Jinan, bab 1, pasal 2)

Kesebelas: Melakukan shalat Ja’far Ath-Thayyar (shalat Tasbih).

Kedua belas: Melakukan shalat empat rakaat, setiap rakaat membaca Fatihah dan surat Al-Ikhlash (100 kali). Setelah salam membaca:

ÍŧÉ

ƎÍŠÉśƛÉ

ƏžƓƈÍŬËŠ ÍũIJƔÉ

żÊśƛÉ

ƏžƓƈŬŔË

¿IJŧÉŗÊśƛİƇÊƎĔƆƅÉŔžÇ

ũƔ

ŠÉ

śÍŬÊƈÇ

ŽËœŕŦÉ

ƃŗËŔŨÉ

ŷÍƉËƈÉ

Əž Ç

ũƔ

Ƃ

É

ž

É

ƃÍƔÉƅ

ËŔƓÌƊ

ËŔİƇÊƎĔƆƅÉŔ

É

ƃŕŲ Ë

ũËŗÊ

ŨƏÊ

ŷÉ

ŔÉ

Əž É

ƃËŗŔŨÉ

ŷÍƉËƈÉ

ƃËśÉ

ƈÍţÉ

ũËŗÊ

ŨƏÊ

ŷÉ

ŔÉ

Əž É

ƃËŗŕƂË

ŷÍƉËƈÉ

ƃË

ƏÍſÉ

ŸËŗÊ

ŨƏÊ

ŷÉ

ŔžƓœŔŧÍŷÉŔƓŗ ÍŚËƈÍŮÊśƛÉ

ƏžƓœƜÉŗ

É

ƉƏÊ

Ɔ

ËœŕƂ

Íƅ

ŔÊ

¿ƏÊ

Ƃ

Ɣ

É

ŕƈÉ

ƀÍƏÉžÉ

ƏÉ

ƃË

ŬÍſ

É

Ɗ

ƑƆÉ

ŷÉ

ŚÍƔÉƊÍŝÉŔŕƈÉ

ƄÉ

ŚÍƊ

É

Ŕž É

ƃÊ

ŎŕƊ

É

ŝ İ¿É

Šž É

ƃÍƊË

ƈÉ

ƃËŗÊ

ŨƏÊ

ŷŔÉ

Əž É

ƃË

ųÉ

ŦÉ

ŬÍƉËƈ

All hum m a inn ilayka faq run, wa m in adz bika kh ifun m ustaj r. All hum m a l tubaddil ism , wa l tughayyir jism , wa l tajhad bal , wa l tusym itb a d . A ßdzu bi afwika m in iq bika, wa a ßdzu birahm atika m in adz bika, wa a ßdzu biridh ka m in sakhathika, wa a ßdzu bika m inka. Jalla tsan uka, Anta kam atsnayta al nafsika wa fawqa m yaqßlul q ilßn

Ya Allah, aku butuh kepada-Mu, aku taku pada siksa-Mu, aku memohon perlindungan-Mu. Ya

Allah, jangan ganti namaku, jangan rubah fisikku, jangan beratkan ujianku, jangan bahagiakan

musuh-musuhku dengan penderitaanku. Aku berlindung dengan maaf-Mu dari siksa-Mu, aku berlindung dengan rahmat-Mu dari azab-Mu, aku berlindung dengan ridha-Mu dari murka-Mu, aku berlindung dengan-Mu dari-Mu. Maha agung puji-Mu sebagaimana Engkau memuji diri-Mu di atas pujian yang diucapkan oleh orang-orang yang memuji.

ķũÍŧÉ

Ɓ

ʼn ƑÉ

Ů IJ¿Ê

ƄËƅ

Ê

ĺ ŔÉ

¿É

ŸÉ

ŠÍŧÉ

Ɓ

ËƋË

ũÍƈÉŔÊźËƅŕŗÉĺŔİƉËŔÊƌÊŗÍŬÉ

ţÉ

ƏÊƎÉžËĺŔƑÉƆÉ

ŷÍ

¿İƄƏÉ

śÉƔÍƉÉ

ƈÉ

Ə

Wa m ay yatawakkal alall hi fahuwa hasbuh, innall ha b lighu am rihi qad ja alall hu likulli syay- in qadr .

Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, cukuplah Dia sebagai pelindung, sesungguhnya Allah menyampaikan urusan-Nya, Allah telah menetukan takdir bagi setiap sesuatu.

Ê

ƌÍƊË

ƈÉ

ƓËƂ

É

ŗŕƈƔ

ž

ŕƊ

É

ƅ

ÍũËſÍŻŕÉžÉ

ƉŕŗÍŸÉ

Ů ÍƉËƈƑŲ É

ƈŕƈƔ

ž

ŕƊ

É

ƅ

É

ŚÍũÉſÉ

ŻÍƉÊ

ƄÉ

śÍƇÉƅÍƉËŔİƇÊƎĔƆƅÉŔ

(19)

minhu.

Ya Allah, jika Engkau belum mengampuni kami di hari-hari yang lalu di bulan Sya’ban, maka ampuni kami di hari-hari Sya’ban berikutnya.

Ketiga belas: Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa melakukan shalat seratus rakaat pada malam ini memiliki keutamaan yang banyak. Caranya: setiap rakaat membaca Fatihah dan surat Ikhlash (10 kali). Atau membaca surat Fatihah dan surat Yasin, Surat Tabarak dan surat Al-Ikhlash.

Keempat belas: membaca doa-doa malam Nishfu Sya’ban

Hari Nishfu Sya’ban (15 Sya’ban) adalah hari raya yang mulia, hari lahirnya Shahibuz zaman

imam Mahdi Al-Muntazhar (‘Ajjalallahu farajahu). (Disarikan dari kitab Mafâtihul Jinân, bab 2, pasal 2)

(20)

Doa-Doa

pada Malam Nishfu Sya’ban

Doa Pertama

Doa ini dibaca sesudah ziarah atau membaca doa ziarah kepada Imam Husein (sa)

ƇƔţũƅŔƉƈţũƅŔĺ ŔƇŬŗ ŧƈţƈ¿ŊƏŧƈţƈƑƆŷ¿ŰƇƎƆƅŔ

ĶƁ

ÍŧË

Ű É

ƃÊśÉ

ƈËƆ

ƄÍ

É

ŚİƈɜɞÆ

Ɯ Í

ŲÉ

ž

ŕƎËƆÍ

ŲÉ

ž

Ƒƅ

ËŔ É

ŚÍƊÉ

ũÉ

Ɓ

Ɠśİƅ

ŔžŕƍËŧƏÊ

ŷÍƏÉ

ƈÉ

ƏÉ

ƃËśİŠÊ

ţÉ

ƏžŕƍËŧƏÊ

ƅ

ÍƏÉ

ƈÉ

ƏŕƊ

ËśÉ

Ɔ

ÍƔ

É

ƅ

IJƀÉ

ţËŗİƇÊƎĔƆƅÉŔ

Ɠž

Ê

ũƏıƊ

ƅ

ŔÊƇÉƆÉŸÍƅŔÉ

Əž Ê

ƀË

ũÍ

ŮÊƈÍƅŔÉ

ƃÊ

ŎŕƔË

Ų É

Əž Ê

ƀIJƅ

É

ŕÉ

śÊƈÍƅŔÉ

ƃÊ

ũƏÊƊžÉ

ƃËśŕƔ

Ëƛ É

Ŗ IJƂÉ

ŸÊƈƛÉ

Əž É

ƃËśŕƈËƆ

ƄËƅ

É

É

¿IJŧÉŗÊƈƛÆ

ƛÍŧÉ

ŷÉ

Ə

žÊƋÊŧIJƔÉ

Ŏ ÊƈÉ

ƏÊƋÊ

ũË

ŰŕƊ

Ê

ĺ ŔÉ

ƏžÊƋÊŧİƎÊ

ŮÊ

řÉ

ƄËœƜ É

ƈÍƅ

ŔÉ

ƏžÊƋÊŧËśÍţÉ

ƈÉƇũÉƄÉ

ƏÊƋÊŧËƅÍƏÉ

ƈİ¿É

Šž Ê

ũƏÊśÍŬÉ

ƈÍƅ

Ŕ Ê

Ŗ ËœŕżÍƅ

Ŕž Ë

ũƏÊ

ŠÍƔİŧƅ

ŔË

ʼn ŕƔÍ

ŦÉ

ų

ƒŨİƅ

ŔËƇÍƆË

ţÍƅ

ŔƏÊ

ŨÉ

ƏžƏÊŗÍŦÉƔƛƒŨİƅ

ŔÊƋÊ

ũƏÊƊÉ

ƏžƏÊŗÍƊÉƔƛƒŨİƅ

Ŕĺ Ŕ Ê

ŽÍƔÉ

ŬžÊƋÊŧŔŧÍƈÉŔÊřÉ

ƄËœƜ É

ƈÍƅ

ŔÉ

ƏžÊƋÊŧŕŸƔƈƉŊŔŨËŔ

ž Ë

ũÍŧÉ

Ƃ

Íƅ

ŔËřÉ

Ɔ

ÍƔ

É

ƅ

Ɠž

Ê

¿İŪÉ

Ɗ

śÉƔŕƈÍƇËƎÍƔÉƆÉ

É

ŷÊ

¿İŪÉ

Ɗ

ƈÍƅ

Ê

ŔÉ

Əž Ë

ũÍƈÉÍƛŔÊŘƛÊƏÉ

Əž Ë

ũÍ

Ű É

ŸÍƅ

Ŕ Ê

ūƔ

ƈŔƏÉ

ƊÉ

Əž Ë

ũÍƍŧİƅ

ŔÊ

ũŔŧÉ

ƈžƏÊŗÍ

ŰÉƔƛ

ËƌËƔ

ÍƎÉ

ƊÉ

ƏËƋË

ũÍƈÉŔÊŘƛÊƏÉ

ƏžËƌËƔÍţÉ

ƏÉ

řÉ

ƈË

ŠŔũÉ

śž Ë

ũÍ

ŮİƊ

ƅ

ŔÉ

ƏË

ũÍ

ŮÉ

ţÍƅ

Ŕ Ê

Ŗ ŕţÍ

ŰÉ

ŔÉ

Ə

žÊ

ƌÉ

ƈŕƔ

ËƁÉ

ƏÊƋÉ

ũƏÊƎÊ

ŴÉ

ƏÊ

ƌÉ

ƈŕÌƔÉŌŕƊËŗÉ

ƃË

ũÍŧÉŔÉ

ƏİƇÊƎĔƆƅÉŔžÍƇËƎËƈËƅŔƏÉ

ŷË

ũƏÊśÍŬÉ

ƈÍƅ

ŔÍƇËƎËƈËœŕƁÉ

ƏƇ

ƎË

ƈËśŕŦƑƆÉ

ŷIJ¿ É

ŰÉ

žİƇÊƎĔƆƅÉŔ

ž É

ƉƔ

ƈË

ŷŕƊ

ËƌËśÉ

ƅ

ÍƏÉ

ŧƓž

ŕƊ

ËƔÍţÉŔÉ

Əž ËƌËœŕŰÉ

ƆÊ

ŦÉ

ƏËƌËƊ

ŔƏÍŷÉŔƓžŕƊÍŗÊśÍƄŔÉ

ƏžËƋË

ũŕŝËŗŕƊÉ

ũŕŝ ÍƉËũÍƁŔÉ

ƏžËƋË

ũŕŰÍƊ

É

Ŕ ÍƉËƈŕƊ

ÍƆ

ŸÍŠŔÉ

É

Ə

É

ƉƔ

ƈÉ

ƅ

ŕŸÍƅ

Ŕ IJŖ É

ũËĺÊŧÍƈÉ

ţÍƅ

ŔÉ

Əž É

ƉƔ

ƈË

ţŔÌũƅŔÉƇÉ

ţÍũÉŔŕƔžÉ

ƉƔ

ƈËƅ

ŕŬË

ʼn ƏıŬƅŔÉ

ƉË

ƈÉ

Əž É

ƉƔ

ƈËœŕƁ

ËƌIJƂÉ

ţËŗÉ

ƏÉ

ƉƔ

ƈËƊ

ŕŻËƌËśÉŗÍţÊ

ŰËŗÉ

Ə

ž É

ƉƔ

ƂË

ųŕÌƊ

ƅ

ŔÉ

ƌËśÉ

ũÍśË

ŷÉ

ƏÉ

ƉƔ

Ɓ

ËŧŕÌ

Űƅ

ŔËƌËśÍƔÉŗË¿ÍƍÉŔƑƆÉ

ŷÉ

Əž É

ƉƔ

ƆÉ

ŬÍũÊƈÍƅŔÉ

ƏÉ

ƉƔ

ÌƔ

ËŗİƊ

ƅ

ŔËƇÉ

śŕŦŧİƈÉ

ţÊƈŕƊËŧIJƔÉ

ŬƑƆÉ

ŷÊ

ƌÊśŔƏÉ

ƆÉ

Ű É

Ə

É

ƉƔ

ƈË

ƄŕţÍƅ

ŔÉƇÉƄÍţÉŔŕƔÍƇÊƎÉƊÍƔÉŗÉ

ƏŕƊ

É

Ɗ

ÍƔ

É

ŗÍƇÊƄÍţŔƏž É

ƉƔ

ƈËƅ

ŕÌ

Ŵƅ

ŔÉ

ŶƔ

ƈÉ

Š ÍƉÉ

ŸÍƅ

ŔÉ

Ə

Allâhumma bihaqqi laylatinâ wa mawlûdiha, wa hujjatika wa maw’ûdika, allatî qaranta ilâ fadhlihâ fadhlâ, fa tammat kalimatuka shidqaw wa ‘adlâ, lâ mubaddila likalimâtika wa lâ mu’aqqiba liâyâtika, nûrukal mutaalliq, wa dhiyâukal musyriq, wal-‘alaman nûru fî thaghyâid dayjûr, alghâibul mastûr, jalla mawliduhu wa karama mahtiduhu, wal-malâikatu syuhdahu, wallâhu nâshiruhu wa muayyiduhu, idzâ âna mi’âduhu. Wal-malâikatu amdâdhu, sayfullâhil ladzî lâ yanbû, wa nûruhul ladzî lâ yakhbû, wa dzul hilmil ladzî lâ yashbû, madârud dahri wa nawâmisul ‘ashri, wa wulâtul amri, wal munazzilu ‘alayhim mâ yatanazzalu fî laylatil qadri, wa ashhâbul hasyri wan-nasyri, tarâjimata wahyihi, wa wulâtu amrihi wa nahyihi.

(21)

Ya Allah, dengan hak malam kami ini dan yang dilahirkan pada malam ini, dan hak Hujjah-Mu yang dijanjikan, yang telah Kau hubungkan semua keutamaan dengan keutamaannya. Sungguh sempurna kalimat-Mu sebagai kebenaran dan keadilan, tiada perubahan pada kalimat-Mu dan tiada pergantian pada ayat-ayat-Mu. Dilah cahaya-Mu yang bersinar dan sinar-Mu yang memancar, cahaya yang memancar dalam kegelapan yang gulita, keghaibannya yang tertutupi. Sungguh agung kelahirannya dan mulia asal kejadiannya. Para Malaikat menjadi saksinya, Allah menjadi Penolong dan Pembelanya ketika tiba saat yang dijanjikannya. Para Malaikat menjadi pasukannya, pedang Allah yang tak akan terpatahkan, cahaya-Nya yang tak terpadamkan, penyantun yang tak mengenal kasihan. Dialah pusat peredaran masa, pemilik rahasia zaman, dan pemimpin pemerintahan Ilahi. Kepada mereka diturunkan apa yang diturunkan pada malam Al-Qadar. Mereka Ashhabul hasyri wan-nasyr, pemimpin pada hari kiamat dan hari kebangkitan. Merekalah penerjemah wahyu-Nya, dan pemandu perintah dan larangan-Nya.

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Al-Mahdi Ahlul bait Nabi saw yang terakhir, tonggak mereka yang terhijabi dari pandangan mata manusia umumnya. Ya Allah, perkenalkan kepada kami hari-harinya, kehadiran dan kebangkitannya. Jadikan kami pasukannya, hubungkan pembelaan kami dengan pembelaannya. Catatlah kami sebagai penolong dan pengikutnya yang sejati. Hidupkan kami sebagai orang-orang yang memperoleh kenikmatan dalam pemerintahannya, beruntung dalam persahabatannya, membela haknya, dan selamat dari semua keburukan yâ Arhamar râhimîn. Segala puji bagi Allah Rabbul ‘âlamîn. Semoga shalawat senantiasa tercurahkan kepada junjungan kami Muhammad penutup para nabi dan rasul, dan kepada keluarganya Ash-Shâdiqîn dan keturunannya An-Nâthiqîn. Laknatlah semua mereka yang berlaku zalim, dan adili di antara kami dan mereka yâ Ahkamal hâkimîn, wahaiYang Maha Adil dari semua yang menghakimi.

Doa Kedua

Doa ini diajarkan oleh Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa)

ƇƔţũƅŔƉƈţũƅŔĺ ŔƇŬŗ

(22)

wa lakal jûd, wa lakal karam, wa lakal amru, wa lakal majdu,wa lakasy syukru, wahdaka lâ syarîka laka. Yâ Wâhidu, yâ Ahadu, yâ Shamadu, yâ Man lam yalid wa lam yûlad wa lam yakul lahu kufuwan ahad. Shalli ‘alâ Muhammadin wa âli Muhammad, waghfirlî warhamnî, wakfinî mâ ahammanî, waqdhi daynî, wa wassi’ ‘alayya fi rizqî, fainnaka fî hâdzihil laylah kullu amrin tafruqu, wa mana tasyâu min khalqka tarzuqu, farzuqnî wa Anta khayrar râziqîn, fainnaka qulta wa Anta khayral qâilînan nâthiqîn: “Was-alullâha min fadhlihi”. Famin fadhlika as-alu, wa iyyâka qashadtu, wabna nabiyyika a’tamadtu, wa laka rajawtu, farhamnî yâ Arhamar râhimîn.

(23)

man ‘âdânâ, wa lâ taj’al mushibatanâ fî dîninâ, wa lâ taj’alid dun-yâ akbara hamminâ, wa lâ mablagha ‘ilminâ, wa tushallith ‘alaynâ man lâ yarhamanâ, birahmatika yâ Arhamar râhimîn.

Ya Allah, karuniakan kepada kami

rasa takut pada-Mu, rasa takut yang menghalangi kami dari maksiat pada-Mu

ketaatan pada-Mu, ketaatan yang menyampaikan kami pada ridha-Mu

dan keyakinan yang meringankan bagi kami bencana dunia

Ya Allah, karuniakann pada kami kesempatan untuk menggunakan pada yang bermafaat pendengaran kami, pandangan kami dan kekuatan kami selama Kau hidupkan kami. Jadikan semua itu pewaris dari kami

Jadikan hak tuntutan kami terhadap orang yang menzalimi kami Bantulah kami terhadap orang yang memusuhi kami

Jangan jadikan bencana kami di dalam agama kami

Jangan jadikan dunia cita-cita utama kami dan tujuan ilmu kami Jangan jadikan pemimpin kami orang yang tidak menyayangi kami

dengan rahmat-Mu wahai Yang Maha Pengasih dari semua yang mengasihi

Doa Keempat

Doa ini dibaca sesudah melakukan shalat sunnah dua rakaat bakdah Isya’.

(24)

Wahai Yang kepada-Nya bersandar hamba-hamba-Nya dalam kesulitan, Yang kepada-Nya berlindung makhluk-Nya dalam penderitaan. Wahai Yang Mengetahui yang tampak dan yang tersembunyi. Wahai yang tak tersembunyi atas-Nya segala lintasan hati dan perubahannya. Wahai Pemelihara makhluk dan manusia. Wahai Yang di tangan-Nya malakut bumi dan langit. Engkaulah Allah tiada Tuhan selain Engkau. Aku kembalikan diriku pada-Mu dengan Lailaha illa Anta wahai Lailaha illa Anta, jadikan aku pada malam ini orang yang kau perhatikan lalu Kau kasihi, Kau dengar doanya lalu Kau ijabahi, Kau ketahui beratnya keperluannya lalu Kau ringankan dan Kau ampuni kesalahan masa lalunya dan besarnya dosa-dosanya. Sungguh aku berlindung kepada-Mu dari dosa-dosaku dan aku bersandar kepada-Mu sehingga Kau tutupi semua aibku.

ËźËŗŕŬËŗËřÉƆ

ÍƔ

İƆ

ƅ

ŔËƋ

ËŨƍƓž

ƓƊ

ÍŧİƈÉ

żÉ

śÉ

Əž É

ƃË

ƏÍſÉ

ŷÉ

ƏÉ

ƃË

ƈÍƆË

ţËŗ É

ƒŕƔ

ŕųÉ

ŦÍ

ųÊ

ųÍţŔÉ

Əž É

ƃËƆÍ

ŲÉ

žÉ

ƏÉ

ƃË

ƈÉ

ũÉ

ƄËŗ İƓÉƆÉ

ŷÍŧÊ

ŠÉ

ž

İƇÊƎĔƆƅÉŔ

É

ƃÉ

śÉ

ŰËƅ

ŕŦÍƇÊƎÉśÍƆÉŸÉ

ŠÉ

Əž É

ƃËśÉ

ŧŕŗË

ŸËƅ

ÍƇÊƎÉśÍũÉśÍŦŔƏž É

ƃËśÉ

ŷŕųËƅ

ÍƇÊƎÉśÍƔÉŗɜ͊ŔÉ

ƉƔ

Ũİƅ

ŔÉ

ƃËœŕƔ

Ëƅ

ÍƏÉ

ŔÍƉËƈŕƎƔ

ž

ƓƊ

ÍƆ

ŸÍŠŔÉ

É

Əž É

ƃËśÉ

ƈŔũÉ

Ƅ

ž É

ƃÉ

śÉ

ƏÍſË

Ű É

Ə

Allâhumma fajud ‘alayya bikaramika wa fadhlika, wahthuth khathâyâya bihilmika wa ‘afwika, wa taghammadnî fî hâdzihil laylah bisâbighi karâmika, waj’alnî fîhâ min awliyâika alladzîna ijtabaytahum lithâ’atika, wakhtartahum li’ibâdatika, wa ja’altahum khâlishatika wa shafwatik.

Ya Allah, muliakan aku dengan kemuliaan-Mu dan karunia-Mu. Hapuskan kesalahanku dengan santuan-Mu dan maaf-Mu. Jadikan aku pada malam ini tergolong kepada para kekasih-Mu yang Kau pilih karena ketaatannya pada-Mu, yang Kau pilih karena ibadahnya pada-Mu, dan Kau jadikan mereka kekasih-Mu dan pilihan-Mu.

žÉƇËƊɿɞÉ

ŪŕžÉ

ƏžÉƇËŸÉƊÉžÉƇËƆÉ

ŬÍƉİƈËƈƓƊÍƆÉ

ŸÍŠŔÉ

ƏžÊ

ƌıŴÉ

ţ Ë

ŚŔũÍƔÉ

ŦÍƅ

Ŕ É

ƉË

ƈÉ

ũİžÉ

ƏÉ

śÉ

ƏžÊƋıŧÉ

ŠÉ

ŧÉ

ŸÉ

ŬÍƉİƈËƈƓƊÍƆÉ

ŸÍŠŔİƇÊƎĔƆƅÉŔ

É

ƃÍƊË

ƈƓƊ

Ê

ŗIJũÉƂÊƔŕƈÉ

ƏÉ

ƃÉ

śÉ

ŷŕų İƓÉƅËŔÍŖIJŗÉ

ţÉ

Əž É

ƃËśÉƔË

Ű ÍŸÉ

ƈƓž

ËŧŕƔ

ËŧŪÍƛŔÉ

ƉË

ƈƓƊ

ÍƈË

Ű ÍŷŔÉ

Əž Ê

ŚÍſ

É

ƆÍŬÉŔŕƈİũÉ

ŮƓƊ

ËſÍ

ƄŔÉ

Ə

Ê

¿ËƔ

ÍƂ

É

śÍŬÊƈÍƅŔÊ

¿IJƏÉ

ŸÊƔÉ

ƃË

ƈÉ

ũÉ

ƄƑƆÉ

ŷÉ

Əž Ê

Ŗ Ëƅ

ŕÌ

ųƅ

Ŕ Ê

ū Ë

ƈÉ

śÍƆ

É

Ɣ

É

ƃÍƊË

ƈÉ

Əž Ê

Ŗ Ë

ũŕƎÍƅ

ŔÊ

ōÉ

ŠÍƆ

É

Ɣ

É

ƃÍƔÉƅ

ËŔƒŧIJƔÉ

Ŭž É

ƃÉ

ŧÍƊË

ŷƓƊ

Ê

ſ

ËƅÍ

ŪÊƔÉ

Ə

žÊƇƔţũİƅŔÊũƏÊſÉżÍƅŔÉ

ŚÍƊ

É

ŔÉ

ƏÉ

ƃÉ

ŧŕŗË

ŷË

ƏÍſÉ

ŸÍƅ

ŕËŗ É

ŚÍũÉ

ƈÉ

ŔÉ

Əž É

ƉƔ

ƈÉ

ũÍƄÉ

ÍƛŔÊƇÉ

ũÍƄÉ

Ŕ É

ŚÍƊ

É

ŔÉ

Ə

ËƇıũÉ

Ƅİśƅ

ŕŗ É

ƃÉ

ŧŕŗË

ŷÉ

ŚÍŗİŧÉŔž Ê

Ŗ ËœŕÌśƅ

Ŕ

Allâhummaj’alnî mimman sa’ada jadduhu, wa tawaffara minal khayrâti hazhzhuhu, waj’alnî mimman salima fana’ima, wa fâza faghanima. Wakfinî syarra mâ aslaftu, wa’shimnî minal izdiyâdi fî ma’shiyatika, wa habbib ilayya thâ’athaka wa mâ yuqarribunî minka wa yuzlifunî ‘indaka. Sayyidî ilayka yaljaul hâribu, wa minka yaltamisuth thâlibu, wa ‘alâ karamika yu’awwilul mstaqîlut tâibu, addabta ‘ibâdaka bittakarrumi wa Anta Akramul akramîn, wa amarta bil-afwi ‘ibâdaka wa Antal ghafûrur rahîm.

(25)

berlindung orang yang lari ketakutan, kepada-Mu berharap orang yang menyimpan harapan, dan kepada kemuliaan-Mu merintih orang yang bertaubat. Engkau bimbing hamba-hamba-Mu dengan kemuliaan dan Engkau Maha Mulia dari semua yang mulia. Engkau perintahkan hamba-hamba-Mu untuk memaafkan dan Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

É

ƃË

ƈÍŬËƁË¿ƔŪÉ

Š ÍƉËƈƓƊÍŗIJƔÉ

ŦÊśƛÉ

Əž É

ƃË

ƈÉ

ŸËƊ

ËźËŗŕŬÍƉËƈƓƊÍŬËƔÍŎÊśƛÉ

Əž É

ƃË

ƈÉ

ũÉ

ƄÍƉËƈÊ

ŚÍƏÉ

ŠÉ

ũŕƈƓƊ

ÍƈË

ũÍţÉśƜÉžİƇÊƎĔƆƅÉŔ

É

ŚÍƊ

É

ŕÉ

ž

É

ƃËƅ

ŨË

¿ÍƍÉŔÍƉËƈÍƉÊ

ƄÉ

ŔÍƇÉƅ

ÍƉËŔ IJŖ É

ũž É

ƃËśİƔËũÉŗËũŔũËŮ ÍƉËƈřİƊÊ

ŠƓž

ƓƊ

ÍƆ

ŸÍŠŔÉ

É

Əž É

ƃËśÉ

ŷŕų Ë

¿ÍƍÉË

ƛËřÉ

Ɔ

ÍƔ

İƆ

ƅ

ŔËƋ

ËŨƍƓž

É

ƀİƂÉ

ţÉ

śÉ

Əž É

ƃËŗƓÌƊÉ

Ŵ É

ƉÊ

ŬÉ

ţÍŧÉ

Ƃ

É

ž

žÊ

ƌıƂË

ţÉ

śÍŬÉŔŕƈËŗƛÊƌÊƆÍƍÉŔÉ

ŚÍƊ

É

ŔŕƈËŗ İƓÉƆÉ

ŷÍŧÊ

ŠÉ

ƏžËŘÉ

ũËſÍ

żÉ

ƈÍƅ

ŔÉ

ƏË

ƏÍſÉ

ŸÍƅ

ŔÉ

ƏËƇÉ

ũÉ

ƄÍƅ

ŔÊ

¿ÍƍÉŔ

ž É

ƉƔ

ƈÉ

ũÍƄÉ

ÍƛŔÊƇÉ

ũÍƄÉ

ŔÉ

ƏÉ

ƉƔ

ƈË

ţŔÌũƅŔÊƇÉ

ţÍũÉŔÉ

ŚÍƊ

É

ŕÉ

ž

ž É

ƃË

ƈÉ

ũÉ

ƄËŗƓŬÍſ

Ɗ

É

Í

ŚÉ

Ƃ

ËƆÉ

ŷÉ

Əž É

ƃÉ

ƅ

ƓœŕŠÉ

ũ

Allâhumma falâ tahrimbî mâ rajawtu min karamika, wa lâ tu’yisnî min sâbighi ni’amika, wa lâ tukhayyibnî min jazîli qismika fî hâdzihil laylah liahli thâ’atia. Waj’alnî fî junnati min syirâri bariyyatika. Rabbi illam akun min ahli dzâlika fa Anta ahlul karami wal-‘afwi wal-maghfirah, wa jud ‘alayya bimâ Anta ahluhu lâ bimâ astahiqquhu, faqad hasuna zhannî bika, wa tahaqqaqa rajâî laka, wa ‘aliqat nafsî bikaramika, fa Anta Arhamur rahimîna wa Akramal akramîn.

Ya Allah, jangan Kau halangi harapanku dari kemuliaan-Mu. Jangan Kau cemaskan daku dari curahan nikmat-Mu. Jangan sia-siakan daku dari limpahan pemberian-Mu pada malam ini sebagaimana yang telah Kau berikan kepada hamba-hamba-Mu yang taat pada-Mu. Jadikan aku berada dalam lindungan-Mu dari keburukan hamba-Mu. Tuhanku, jika aku tidak layak untuk

meraih semua itu, maka Engkaulah layak memberi kemuliaan, maaf dan maghfirah. Anugerahkan

padaku kedermawanan-Mu sebagaimana yang layak bagi-Mu bukan yang layak bagiku. Sungguh aku berbaik sangka pada-Mu, dan berharap pada-Mu, aku menyandarkan diriku dengan kemuliaan-Mu, dan Engkau Maha Pengasih dari semua yang mengasihi, Maha Mulia dari semua yang mulia.

ƒŨİƅ

Ŕ É

Ŗ ÍƊ

Ũİƅ

Ŕ É

ƓËƅ

ũËſÍ

ŻŔÉ

Əž É

ƃËśÉŗƏÊƂÊ

ŷÍƉËƈÉ

ƃË

ƏÍſÉ

ŸËŗÊ

ŨƏÊ

ŷÉ

ŔÉ

Əž É

ƃË

ƈÍŬËƁË¿ƔŪÉ

ŠËŗ É

ƃË

ƈũÉ

ƄÍƉËƈƓƊÍ

Ű Ê

Ű ÍŦŔƏİƇÊƎĔƆƅÉŔ

É

ŧÉ

ŸÍŬÉŔÉ

Əž É

ƃËœŕųÉ

ŷË

¿Ɣ

ŪÉ

ŠËŗÉƇÉŸÍƊÉŔÉ

Əž É

ƃŕŲ Ë

ũËŢËƅ

ŕŰËŗÉƇƏÊƁÉŔƑśÉ

ţž É

ƀÍŪIJũƅŔİƓƆÉ

ŷÊ

ƀIJƔÉ

ŲÊƔÉ

Əž É

ƀÊ

ƆÊ

ŦÍƅ

ŔİƓÉƆÉ

ŷÊ

ūËŗÍţÉƔ

ÍƉËƈÉ

ƃË

ƈÍƆË

ţËŗÉ

Əž É

ƃËśÉŗƏÊƂÊ

ŷÍƉËƈÉ

ƃË

ƏÍſÉ

ŸËŗ Ê

ŚÍŨÉ

ŸÉ

śÍŬÉŔƏž É

ƃË

ƈÉ

ũÉ

ƄËƅ

Ê

Ś Í

Ų İũÉ

ŸÉ

śÉ

Əž É

ƃË

ƈÉ

ũÉ

ţËŗ Ê

ŚÍŨÊ

ƅ

ÍŧÉ

Ƃ

ž

É

ž É

ƃËœŕƈÍŸÉƊËźËŗŕŬËŗ

É

ƃÍƊË

ƈÊƇÉ

ŴÍŷÉŔÉ

ƏÊ

ƍʼn ƓÉ

ŮËŗƛÉ

ƃËŗ É

ƃÊ

ƅ

É

ŕŬÉ

Ŕž É

ƃÍƊË

ƈÊ

ŚÍŬÉ

ƈśÉ

Íƅ

ŔŕÉ

ƈÍ

¿ËƊ

É

ŔÉ

ƏÉ

ƃÊśÍƅ

É

ōÉ

ŬŕƈËŗÍŧÊ

ŠÉ

ž

ž É

ƃËŗÉ

Ų É

Ż

Allâhumma wakhshushnî min karamika bijazîli qismika, wa a’ûdzu bi’afwika min ‘uqûbatika, waghfirliyadz dzanbal ladzî yahbisu’alayyal khuluq, wa yudhayyiqu ‘alayyar rizqa, hattâ aqûma bishâlihi ridhâka, wa an’ama bijazîli ‘athâika, wa as’ada bisâbighi na’mâika. Faqad ludztu biharamika, wa ta’arradhtu likaramika, wasta’adztu bi’afwia min ‘uqûbatika, wa bihilmika min ghadhabika, fajud bimâ sa-altuka wa anil maltamastu minka. As-aluka bika lâ bisyay-in huwa a’zhama minka.

(26)

nikmat dengan limpahan pemberian-Mu, dan bahagia dengan curahan nikmat-Mu. Sungguh aku berlindung dengan kemuliaan-Mu, mencari kemuliaan-Mu, berlindung dengan maaf-Mu dari siksa-Mu dan dengan santunan-Mu dari murka-Mu. Anugerahkan padaku apa yang kumohon pada-Mu dengan kedermawanan-Mu, sampaikan aku pada cita-cita yang kuharapkan dari-Mu. Aku memohon kepada-Mu dengan-Mu bukan dengan sesuatu yang tak akan lebih besar dari-Mu.

Kemudian sujud sambil membaca zikir berikut:

Yâ Rabbi (20 kali) Yâ Allâh (7 kali)

Lâ hawla wa lâ quwwata illâ billâh (7 kali) Mâ syâa Allâh (10 kali)

Lâ quwwata illâ billâh (10 kali)

Kemudian membaca shalawat kepada Nabi dan keluarganya, selanjutnya sampaikan hajat yang diinginkan, niscaya Allah memenuhinya dengan kemulian dan karunia-Nya.

Doa Kelima

Doa ini dibaca waktu dini hari di malam Nishfu Sya’ban

ƇƔţũƅŔƉƈţũƅŔĺ ŔƇŬŗ

(27)

Ilahi, pada malam ini kepada-Mu dating orang-orang yang menyimpan harapan. Kepada-Mu menuju orang-orang yang punya dambaan. Mengharap karunia dan kebaikan-Mu orang-orang yang berharap. Pada malam ini bagi-Mu pemberian, karunia dan anugerah, yang Kau berikan kepada orang yang Engkau kehendaki dari hamba-hamba-Mu, dan Engkau tahan dari orang yang tidak didahului oleh pertolongan-Mu. Inilah aku, hamba-Mu butuh kepada-Mu, mengharapkan karunia dan kebaikan-Mu. Duhai Junjunganku, Jika malam ini Engkau mengistimewakan salah seorang dari hamba-Mu dan memberinya karunia, maka sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad yang baik dan suci, yang baik dan utama, dan anugerahkan padaku karunia dan kebaikan-Mu ya Rabbal ‘alamin. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Muhammad penutup para nabi dan keluarganya yang suci. Sesungguhnya Allah Maha Terpuji dan Maha Dermawan. Ya Allah, aku berdoa kepada-Mu sebagaimana Engkau perintahkan, maka perkenankan doaku sebagaimana yang Engkau janjikan, sesungguhnya Engkau tidak mengingkari janji.

(Doa-doa ini diterjemahkan dari kitab Mafatihul Jinan, bab 2, pasal 2)

Referensi

Dokumen terkait