• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEN DAN ARGOT MADURA ANTIBAHASA ORANG OR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEN DAN ARGOT MADURA ANTIBAHASA ORANG OR"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Studi Sastra Inggris Universitas Trunojoyo Madura ISBN 978-602—1850-62-6

KEN DAN ARGOT MADURA:

ANTIBAHASA ORANG-ORANG MARJINAL

Iqbal Nurul Azhar

Universitas Trunojoyo Madura

iqbalnurulazhar@yahoo.com/pusatbahasaalazhar.wordpress.com

Abstrak: Anti-bahasa dapat dipahami sebagai versi ekstrim dari dialek sosial. Di Madura, Anti-bahasa yang banyak dijumpai keberadaannya adalah Argot dan Ken. Dua Anti-bahasa ini banyak dijumpai dikomunitas marjinal. Argot dalam bahasa Madura setidak-tidaknya memiliki tiga karakter bahasa yang khas. Tiga karakter ini harus dipahami siapa saja yang ingin berinteraksi dalam komunitas para marjinal tersebut. Pertama, Argot dalam bahasa Madura tercipta oleh proses releksikalisasi bahasa Madura (perubahan kata dalam bahasa Madura sehingga memiliki makna baru). Kedua, tata bahasa dari bahasa Argot tetap dipertahankan, tetapi kosakata khasnya selalu berkembang. Ketiga, bagi pengguna Argot, komunikasi yang efektif bergantung pada seberapa besar bahasa itu tidak dapat diakses untuk orang-orang Madura yang berada di luar komunitas. Bentuk-bentuk Ken di Madura bervariasi. Meskipun demikian, variasi ini tidak lantas tidak bisa dipetakan. Secara umum, Ken Madura dibagi tiga yaitu Ken yang bersifat Persuasif, Ken yang bersifat Atraktif, dan Ken yang bersifat Enkriptif.

Kata-kata kunci: Anti Bahasa, orang-orang marjinal, Ken, Argot

PENDAHULUAN

Sebagai pulau yang dihuni oleh suku yang memiliki jumlah anggota termasuk lima besar di Indonesia, pulau Madura bukanlah pulau yang homogen. Di dalamnya terdapat banyak sekali lapisan-lapisan masyarakat maupun komunitas-komunitas sosial yang membentuknya. Sebagian besar lapisan-lapisan maupun komunitas-komunitas yang ada di pulau Madura membangun masyarakat yang satu, namun ada beberapa lapisan atau komunitas di Madura yang membangun cara kehidupan mereka sendiri yang terkadang berlawanan dengan cara hidup anggota masyarakat mayoritas.

Beberapa lapisan atau komunitas Madura ini berada dalam zona subkultur, sebuah kelompok yang dalam kaca mata mayoritas orang Madura dipandang sebagai kelompok marginal atau “terlabel,” sebuah kelompok yang ditempatkan di luar dari tatanan yang ada, sebuah kelompok yang tidak mengikuti mainstream yang ada, serta sebuah kelompok yang terkadang dianggap sebagai pelanggar hukum. Kita menyebut kelompok ini sebagai kelompok Anti-sosial. Kelompok Blateran, Transgender, maupun Pemadat, Penyabung ayam, adalah contoh kelompok-kelompok ini.

Sikap dan perilaku kelompok Anti-sosial di Madura kebanyakan tidak mempertimbangkan penilaian dan keberadaan orang lain ataupun masyarakat Madura secara umum di sekitarnya. Kelompok antisosial biasanya kurang menunjukkan sikap bertanggung jawab serta kurang menyesal mengenai kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan. Kelompok yang kepribadian antisosial secara persisten melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap hak-hak orang lain dan sering melanggar norma masyarakat Madura seperti memaki, berbohong, bersumpah, mengumbar aib, dan lain-lain.

▸ Baca selengkapnya: rajeh artinya madura

(2)

Studi Sastra Inggris Universitas Trunojoyo Madura ISBN 978-602—1850-62-6 besar anggota masyarakat lainnya (Smitherman, 2000).

Sikap antisosial dapat dengan mudah diketahui dengan melihat ciri-ciri tanda dari sikap anti sosial antara lain sebagai berikut. Pertama adalah adanya ketidaksesuaian antara sikap seseorang dengan norma yang terdapat dalam masyarakat. Kedua adalah adanya sekelompok orang yang berusaha dalam melakukan perlawan terhadap orang yang berlaku di masyarakat. Ketiga adalah ketidakmampuan kelompok sosial dalam menjalankan norma yang di masyarakat (Halliday, 1976).

Istilah Anti-bahasa tidak hanya bersinggungan dengan istilah anti-masyarakat. Dalam kenyataannya, Anti-bahasa merupakan produk dari komunitas anti-sosial. Anti- bahasa, didefinisikan sebagai cara berkomunikasi satu kelompok masyarakat dalam satu bahasa, yang menafikan orang luar (Halliday, 1976).

Anti-bahasa berfungsi untuk menciptakan dan memelihara struktur sosial yang terbatas melalui percakapan yang tidak menggunakan bahasa sehari-hari yang kebanyakan muncul di lapangan. Karena digunakan secara terbatas, maka unsur-unsur tertentu dari kebahasaan sangat dikedepankan. Inilah yang menyebabkan anti-bahasa memiliki karakter khusus di mana model-model berekspresi yang bersifat metaforis menjadi sebuah norma. Karakter khusus ini muncul di semua tingkatan, baik fonologi, lexicogrammatikal, dan semantic (Montgomery, 1986).

Anti-bahasa dapat dipahami sebagai versi ekstrim dari dialek sosial. Anti- bahasa menggunakan tata bahasa yang sama seperti pada bahasa umumnya, tetapi orang-orang yang menuturkan Anti-bahasa menggunakan tata bahasa tersebut dengan cara yang berbeda sehingga bahasa mereka hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang berada dalam lingkaran Anti-bahasa tersebut.

Bahasa orang Blater, Transgender, maupun Pemadat di Madura adalah contoh dari Anti-bahasa. Ekspresi bahasa yang digunakan oleh tiga kelompok ini, sangat akrab di telinga penuturnya yang berjumlah minoritas namun hanya dipahami oleh „sedikit‟ orang dari kelompok masyarakat yang menjadi mayoritas yang tahu artinya. Anti- bahasa di Madura sering digunakan oleh penjahat dan orang-orang marjinal (orang- orang pinggiran), yang tidak ingin dimengerti oleh kebanyakan orang Madura. Di Madura, Anti-bahasa yang banyak dijumpai keberadaannya adalah Argot dan Ken. Dua Anti-bahasa ini banyak dijumpai dikomunitas marjinal.

PEMBAHASAN Argot Madura

Kita dapat mendefinisikan Argot Madura sebagai variasi bahasa yang bersifat rahasia yang digunakan oleh kelompok-kelompok antisosial yang anggotanya ingin atau harus menyembunyikan beberapa aspek komunikasi mereka dari nonanggota. Contoh dari variasi bahasa ini adalah variasi bahasa yang digunakan oleh para Blater, pemadat atau penjudi sabung ayam yang leksikon menunjukkan praktik kriminalitas, seksualitas, kekerasan, dan hal-hal tertutup lainnya.

Argot dalam bahasa Madura setidak-tidaknya memiliki tiga karakter bahasa yang khas. Tiga karakter ini harus dipahami siapa saja yang ingin berinteraksi dalam komunitas para marjinal tersebut.

(3)

Studi Sastra Inggris Universitas Trunojoyo Madura ISBN 978-602—1850-62-6 radikal. Lihat beberapa contoh Argot yang pernah penulis dengar seperti terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.1 Argot Madura yang tercipta melalui proses releksikalisasi Komunita Argot

Madura

Madura Standar

Arti Konteks

judi ayam pajuh dhâddi èaddhu Makna dasar: laku untuk sapah? Taroannah râmpah, Lo? (ayamnya jadi tanding? Taruhannya berapa?

judi ayam lem bulana ajâm Makna dasar: alat untuk Kardi ce’ gantengngah, blurik potè celleng yâh?

(dengar-dengar bulu ayam punya Kardi bagus ya? Lurik hitam putih ya?

nyateyah..jhâ’ loppaè nyambih upès..dagghi’ pas ngotangah

(ayo siap-siap yang mau nyari wanita, jangan lupa bawa uang, nanti malah maunya ngutang saja

pemadat kancèngan - Makna dasar:

kancing baju Makna Argot:

sabu-sabu

Jhâ’ sampè’lèbat polana bânnya’ ngontal kancèngan la

(jangan sampai tewas overdosis karena terlalu banyak

mengkonsumsi sabu- sabu lho!)

pemadat sayur ganja Makna dasar:

sayur,

pemadat motè nyabu Makna dasar:

menjadi putih

pemadat giga gram Makna dasar:

(4)

Studi Sastra Inggris Universitas Trunojoyo Madura ISBN 978-602—1850-62-6

pemadat bhâta sakilo Makna dasar:

bata Makna dihabiskan, bisa-bisa dia tidak keluar rumah sampai sebulan).

transgender tinta enja’ Makna dasar:

cairan untuk

transgender rèxona roko’ Makna dasar:

sejenis merk

transgender bendèra bhindhârâ Makna dasar: bendera

transgender rumania roma Makna dasar: nama negara

transgender ramayana rammèh Makna dasar: nama judul

(Sumber: Arifin (2012), Prameswari (2016), Musabbih (2014)

(5)

Studi Sastra Inggris Universitas Trunojoyo Madura ISBN 978-602—1850-62-6 Tabel 5.2 Argot Madura yang Meminjam Leksem Asing

Komunita Argot Madura

Madura

Standar Arti

Konteks

blâtèr dealer - Makna dasar: penjual mobil,

atau motor Makna Argot:

penadah

Dâ’ râmmah Dèlerrah? la dâteng lah? èdantos dâri malemmah ta’ lem dâeng komunitas. Pembatasan akses ini terjadi karena Argot pada dasarnya adalah simbol identitas komunitas yang biasanya bersifat rahasia. Pembatasan akses ini kebanyakan dalam bentuk penggunaan term baru, yaitu penggunaan sebuah kata yang benar-benar baru untuk merujuk kepada sesuatu yang sebenarnya kata yang merepresentasikannya telah ada. Tujuan penggunaan kata-kata baru ini adalah untuk menyamarkan pesan yang diinginkan penggunanya. Lihat beberapa contoh Argot yang pernah penulis dengar seperti terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.3 Argot Madura: Penggunaan Term Baru Komunita Argot

Madura

Madura Standar

Arti Konteks

blâtèr puto waset wasit La dâteng yâh putonah...? ajâmmah la siap asabung.

(6)

Studi Sastra Inggris Universitas Trunojoyo Madura ISBN 978-602—1850-62-6

blâtèr ngasrop ngènom minum minuman berlkohol

Adâ’ pèssè ta’ usa motè ghâllu, cokop ngasrop tèmbhâng tadâ’ lakona (tidak punya uang tidak perlu nyabu dulu, cukup

minum aja daripada tidak ada kerjaan

blâtèr aconi acokorco beronani Hei patè’! dârih dimmah bhâin? marèh aconi

yah..(Hei Anjing! Dari mana aja kamu, habis melakukan onani ya)

pemadat ciwèr sondhel pelacur Marèna ojhân palèng nyaman

nyarèh ciwèr

èsorbhâja..majuh (habis hujan paling enak nyari pelacur ke Surabaya, ayo!)

pemadat bede bhândhâr bandar narkoba Bede ghir tèmor cora’na la marèh è chandak silup bâri’na ya (bandar daerah timur kemarin udah dtangkap polisi ya?)

pemadat silup polisi polisi Tèngatèh...pèttobellâsân

bânnya’ silup nyarè cèpèran

kado’ (hati-hati, 17agustusan banyak polisi nyari cepran)

transgender kawanoa bâ’na kamu Billahi, tako’ bi’ kawanoa è

kabâlâ (demi Tuhan, takut sama kamu dikasih tahu ke dia)

transgender birpong bârâmpah berapa Kol birpong sè atemmowah

bi’ Sandi? (jam berapa ketemu sama Sandi?)

transgender mèong terangsang terangsang ajhelling rowah, akika langsong mèongngah (melihat orang itu, saya langsung terangsang)

transgender tèmpong perkosa perkosa aduh jhâ’ ètèmpongngah

orèng rowa (aduh, andai bisa diperkosa orang itu)

transgender telong rèbong

tello’ tiga upèssa korang telong rèbong (uangnya kurang tiga ribu)

transgender rèti ratos ratus sèngko’ majâr lèma rèti

bâkto jiyah (saya membayar lima ratus waktu itu)

transgender asaleho sala salah rassana asalèho atemmo polè so kawanoa (rasanya salah ketemu lagi sama kamu)

transgender arum sirum agosip bergosip jhâ’ dhujân arum sirum

(7)

Studi Sastra Inggris Universitas Trunojoyo Madura ISBN 978-602—1850-62-6 transgender bradpita bârâmpah berapa bradpita arghâna? (berapa

harganya?)

transgender pèrès ngomong pura-

pura/bohong

cè’ pèrèssâ bâ’na (kamu itu

benar-benar bohong)

(Sumber: Arifin (2012), Prameswari (2016), Musabbih (2014)

Selain memiliki karakter bahasa yang khas, Argot Madura juga memiliki tujuan penggunaan yang khas pula. Berdasarkan pengamatan penulis, dijumpai setidaknya empat tujuan digunakannya Argot.

Pertama, Argot bagi komunitas di Madura digunakan sebagai alat yang membantu menghangatkan percakapan dan mempererat sosialisasi di antara mereka. Bahasa unik ini digunakan para anggotanya untuk mempererat solidaritas diantara mereka. Bahasa unik ini memiliki fungsi ganda. Pertama selain digunakan untuk memindai para anggota dan yang bukan anggota, juga dipakai sebagai penghubung satu topik yang dimaksud.

Kedua, Argot digunakan untuk menjaga rahasia ketika orang-orang dalam komunitas tidak ingin ide atau rencana mereka didengar oleh orang-orang di luar komunitas. Ini berarti bahwa tujuan menggunakan Argot adalah sebagai pengaman rencana atau gerakan, atau sebagai dinding penghalang terhadap siapa saja yang memiliki niat untuk mencuri informasi dari mereka.

Ketiga, Argot digunakan untuk melaporkan atau menginformasikan tentang situasi tertentu. Anggota kelompok yang telah ditunjuk sebagai pengaman akan memberikan informasi kepada anggota lain dengan menggunakan “kode tertentu” berupa sebuah ekspresi bahasa Argot sehingga orang-orang di dalam komunitas dapat melihat situasi dengan baik tanpa harus panik

Keempat, adalah untuk mengungkapkan perasaan/stereotipe mereka pada orang lain. Perasaan/Stereotipe disini dimaksudkan sebagai persangka yang muncul karena faktor pengalaman yang menyebabkan mereka memiliki perasaan tertentu kepada seseorang baik itu positif maupun negatif. Semisal, kelompok penegak hukum pasti akan dilabeli dengan ekspresi tertentu dengan Argot. Demikian juga sahabat atau musuh dari komunitas mereka past akan diberi label tertentu dengan Argot.

Ken Madura

Ken dikategorikan sebagai Anti bahasa karena bahasa ini diproduksi oleh komunitas pengemis yang dalam kacamata sosial ditempatkan sebagai kelompok yang berada di luar dari tatanan yang ada, serta sebuah kelompok yang terkadang dianggap sebagai kelompok pelanggar hukum karena terkadang dianggap meresahkan, memperburuk citra kota sehingga seringkali komunitas ini dikejar-kejar aparat Trantib untuk ditertibkan.

Bahasa Ken juga berbeda dengan bahasa masyarakat Madura kebanyakan. Ken dalam konteks ini adalah variasi dari bahasa Madura yang digunakan oleh pengemis yang penggunaannya berbeda dengan penggunaan kebanyakan bahasa masyarakat Madura, ditandai dengan adanya ekspresi rengekan, berpura-pura, serta terkadang mengandung unsur pemaksaan. Kata-kata yang digunakan terkadang tidak masuk akal, berlebih-lebihan dan cenderung tidak mematuhi kaidah privasi persona dengan menceritakan masalah personal kepada khalayak ramai.

Bentuk-bentuk Ken di Madura bervariasi. Meskipun demikian, variasi ini tidak lantas tidak bisa dipetakan. Secara umum, Ken Madura dibagi tiga yaitu Ken yang bersifat Persuasif, Ken yang bersifat Atraktif, dan Ken yang bersifat Enkriptif.

(8)

Studi Sastra Inggris Universitas Trunojoyo Madura ISBN 978-602—1850-62-6 ditujukan kepada masyarakat yang akan dimintai amal, masyarakat yang lewat disekitar tempat mereka mangkal, atau masyarakat yang menurut mereka memiliki potensi untuk memberikan derma. Variasi bahasa ini ditandai dengan adanya rengekan, suara yang dibuat mendayu dayu dan mengundang simpati, terkadang berpura-pura, tekadang bersuara lantang ataupun memelas. Variasi bahasa jenis ini lebih banyak ditemukan dari pada variasi Ken jenis lainnya. Ken yang bersifat persuasif dapat pula dibagi menjadi lima jenis berdasarkan kata kunci proposisi yang digunakan dalam rengekannya yaitu finansial, cacat fisik, disintegrasi keluarga, usia tua, dan ibadah

Ken yang bersifat persuasif yang pertama adalah Ken dengan kata kunci finansial. Ekspresi-ekspresi seperti tidak punya uang, habis kecopetan, tidak dinafkahi orang tua atau suami adalah kata kunci yang berhubungan dengan kemiskinan. Kemiskinan merupakan salah satu faktor yang bagi orang Madura “dimaklumi” untuk dijadian alasan pembenar seseorang menjadi pengemis. Meskipun pada faktanya, tidak semua pengemis di Madura termotivasi untuk menghasilkan uang karena faktor kemiskinan. Beberapa kelompok pengemis bahkan menjadikan pengemis sebagai matapencaharian serta untuk mengumpulkan kekayaan. Contoh dari Kan jenis ini adalah: Mènta sadekanah mik, sèngko’ la tello arèh ta’ ngakan ta’ andi’ pèssè atau (Minta sedekah bu, saya tiga hari belum makan, atau ingin sekolah pa, minta uang beli buku, kasihanilah saya)

Ken yang bersifat persuasif yang kedua adalah Ken dengan proposisi Cacat fisik. Ekspresi-ekspresi seperti kasihanilah saya kaki saya patah, saya buta tidak bisa bekerja, saya tidak punya tangan belaslah kepada saya, adalah kata kunci yang berhubungan dengan cacat fisik. Contoh dari Kan jenis ini adalah Nyo’on sadâka bu, rèng cacat ta’ bisa ajhâlân. Nyo’on bellâs pak, rèng butah ta’ andi’ lakoh (minta sedekah bu, orang cacat tidak bisa jalan, minta belasmu pak, orang buta tidak punya pekerjaan)

Ken yang bersifat persuasif yang ketiga, Ken dengan proposisi disintegrasi keluarga, yang terjadi karena salah satu oranag tua meninggal atau karena faktor perceraian. Ekspresi-ekspresi seperti saya anak yatim berikan uang, orang tua saya kecelakaan dan mati, saya sendiri adalah kata kunci yang berhubungan dengan kematian. Pengemis yang biasa menggunakan ekspresi ini adalah pengemis anak-anak. Ekspresi-ekspresi seperti orang tua meninggalkan saya, saya sebatang kara, saya dicerai suami dan suami mengusir juga adalah kata-kata kunci yang berhubungan dengan Disintegrasi. Contoh dari Kan jenis ini adalah: Mentah pèssè buk...ghâbây mellè naseè’...tang bapa’ la tada’. (minta uang bu, buat beli nasi, bapak saya sudah tiada)

Ken yang bersifat persuasif yang ketiga keempat adalah Ken dengan proposisi usia tua. Usia tua adalah tahap terakhir dalam proses kehidupan seseorang. Ini adalah kelompok atau generasi yang terdiri dari segmen anggota tertua dalam populasi. Ketika manusia sudah tua, mereka tidak mampu melakukan pekerjaan berat dan kondisi kadang-kadang digunakan oleh pengemis untuk menghasilkan uang. Ekspresi-ekspresi seperti kasihanilah orang tua ini, saya sudah tua dan gak bisa apa-apa adalah kata kunci yang berhubungan dengan usia tua. Contoh dari Kan jenis ini adalah: Parèngè bellas mi,’ kulâ la towah ta’ bisa alakoh...kanèserrè orèng towah nèkah me....’(berikan belasmu bu, saya sudah tua, tidak kuat bekerja, kasihanilah orang tua ini bu)

Ken yang bersifat persuasif yang kelima adalah Ken dengan proposisi ibadah. Ekspresi-sekpresi seperti berikan saya uang, semoga jadi ibadah dan kamu mendapat pahala, adalah kata-kata kunci yang berhubungan dengan ibadah. Contoh dari Kan jenis ini adalah: Ghâ-mogâh sampiyan èparèngè rejekkèh....dâri panapa sè èparèngè dâ’ kulâh, Ghâ-mogâh dhâddiyah ibadah dâ’ sampèyan, barokah dâlem odi’....torèh abâgi kak tuan... (mudah-mudahan anda diberi rejeki, dari apa-apa yang anda berikan ke saya, mudah-(mudah-mudahan menjadi ibadah pada anda, berkah dalam hidup, mari berbagituan)

(9)

Studi Sastra Inggris Universitas Trunojoyo Madura ISBN 978-602—1850-62-6 variasi ini biasanya ditujukan kepada masyarakat yang akan dimintai amal. Yang membedakan dari variasi jenis pertama adalah pola bahasa yang digunakan, yang cenderung lebih intelektual, lebih elegan, karena mengandalkan retorika dan logika. Seringkali suaranya bersuara lantang, bahkan dengan pengeras suara. Penulis pernah beberapa kali menjumpai Ken jenis ini diucapkan oleh pengemis cacat di alun-alun Bangkalan, pada waktu Bulan Romadhon. Pengemis, dan beberapa pengemis lainnya seringkali menggunakan Papareghan atau menyitir ayat-ayat Al-quran. “Kanèserrè orèng kènè.’ Sè ta’ andi’ tanang duwâ.’ Moghâ-moghâ eghânjhâre. Roma Rajâ dalem Sorghâ.

Ken bentuk ketiga adalah Ken yang bersifat Enkriptif (berkode). Ken ini biasanya ditujukan kepada anggota kelompok pengemis, untuk menyamarkan maksud atau topik pembicaraan, seperti membicarakan tentang perugas Trantib atau kepolisian, ciri-ciri orang yang bisa dimintai uang, dan untuk keperluan lainnya. Kebanyakan, kosa- kata Ken jenis ini memiliki kemiripan dengan kosakata blater maupun penjudi, seperti silup yang merujuk pada kata polisi, dan lain sebagainya.

SIMPULAN

Anti-bahasa dapat dipahami sebagai versi ekstrim dari dialek sosial. Anti- bahasa menggunakan tata bahasa yang sama seperti pada bahasa umumnya, tetapi orang-orang yang menuturkan Anti-bahasa menggunakan tata bahasa tersebut dengan cara yang berbeda sehingga bahasa mereka hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang berada dalam lingkaran Anti-bahasa tersebut. Bahasa orang Blater, Transgender, maupun Pemadat di Madura adalah contoh dari Anti-bahasa. Ekspresi bahasa yang digunakan oleh tiga kelompok ini, sangat akrab di telinga penuturnya yang berjumlah minoritas namun hanya dipahami oleh „sedikit‟ orang dari kelompok masyarakat yang menjadi mayoritas yang tahu artinya. Anti- bahasa di Madura sering digunakan oleh penjahat dan orang-orang marjinal (orang- orang pinggiran), yang tidak ingin dimengerti oleh kebanyakan orang Madura. Di Madura, Anti-bahasa yang banyak dijumpai keberadaannya adalah Argot dan Ken. Dua Anti-bahasa ini banyak dijumpai dikomunitas marjinal.

Argot dalam bahasa Madura setidak-tidaknya memiliki tiga karakter bahasa yang khas. Tiga karakter ini harus dipahami siapa saja yang ingin berinteraksi dalam komunitas para marjinal tersebut. Pertama, Argot dalam bahasa Madura tercipta oleh proses releksikalisasi bahasa Madura (perubahan kata dalam bahasa Madura sehingga memiliki makna baru). Kedua, tata bahasa dari bahasa Argot tetap dipertahankan, tetapi kosakata khasnya selalu berkembang. Ketiga, bagi pengguna Argot, komunikasi yang efektif bergantung pada seberapa besar bahasa itu tidak dapat diakses untuk orang-orang Madura yang berada di luar komunitas.

Bentuk-bentuk Ken di Madura bervariasi. Meskipun demikian, variasi ini tidak lantas tidak bisa dipetakan. Secara umum, Ken Madura dibagi tiga yaitu Ken yang bersifat Persuasif, Ken yang bersifat Atraktif, dan Ken yang bersifat Enkriptif.

REFERENSI

Arifin, Samsul (2012) The Language Variations Used By Transgender (A Study In Sofa’s Salon At Blega District Of Bangkalan). Skripsi Tidak Diterbitkan. Program Studi Sastra Inggris Universitas Trunojoyo Madura

Halliday, M. A. K. (1976) "Anti-Languages". American Anthropologist 78 (3) pp. 570–584 Montgomery, Martin (1986), An Introduction to Language and Society. Routledge,

(10)

Studi Sastra Inggris Universitas Trunojoyo Madura ISBN 978-602—1850-62-6 Prameswari, Novita Ayu (2016) An Analysis Of Drug Users’ Argot In Kamal District

Bangkalan. Skripsi Tidak Diterbitkan. Program Studi Sastra Inggris Universitas Trunojoyo Madura

Gambar

Tabel 5.1 Argot Madura yang tercipta melalui proses releksikalisasi
Tabel 5.2 Argot Madura yang Meminjam Leksem Asing

Referensi

Dokumen terkait

Berbeda halnya dengan sunat perempuan di Madura yang berkembang melalui wacana dominan kiai, tradisi kejawen yang masih mengakar kuat di kalangan masyarakat Yogyakarta, sekaligus

Sebagaimana bahasa-bahasa daerah lainnya, BM juga berfungsi sebagai: (1) lambang kebanggaan daerah, dalam hal ini lambang kebanggaan masyarakat Madura; (2)

Peta,025 memperlihatkan penggunaan dan penyebaran kata rebuan yang berarti ribuan'. Kata ribmn diucapkan oleh masyarakat penutur bahasa dengan variasi kata yang berbeda, yaim

Pada umumnya dalam tutur kata Madura terutama Penduduk sumenep yang diketahui memiliki tiga tingkatan kata dalam penggunaan bahasa, yaitu tingkatan kata dengan bahasa enja’

Masalah yang timbul dari penggunaan kata belanja apabila makna bahasa Melayu iaitu makna mengeluarkan wang untuk orang lain digunakan dalam konteks penggunaan bahasa Indonesia

Namun, pada beberapa bahasa lokal di Indonesia, dalam hal ini pada kasus bahasa Jawa, Madura, dan Bawean, terjadi perulangan yang berbeda dari sejatinya proses

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggunaan kosakata gaul sesuai dengan konteks penggunaannya serta bentuk kosakata gaul yang digunakan pada

Dalam berkomunikasi, para pengguna jejaring sosial tersebut menggunakan variasi bahasa tertentu yang berbeda dengan bahasa sehari-hari karena bahasa yang digunakan