• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI STANDAR NORDIC MODEL TERHADAP HUBUNGAN LUAR NEGERI FINLANDIA Irawati Prabowo1, Prof. Dr. H. Andrik Purwasito, DEA2 Abstrak - IMPLEMENTASI STANDAR NORDIC MODEL TERHADAP HUBUNGAN LUAR NEGERI FINLANDIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IMPLEMENTASI STANDAR NORDIC MODEL TERHADAP HUBUNGAN LUAR NEGERI FINLANDIA Irawati Prabowo1, Prof. Dr. H. Andrik Purwasito, DEA2 Abstrak - IMPLEMENTASI STANDAR NORDIC MODEL TERHADAP HUBUNGAN LUAR NEGERI FINLANDIA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Irawati Prabowo1,

Prof. Dr. H. Andrik Purwasito, DEA2

Abstrak

Di tengah skeptisme global, Finlandia berhasil membutikan bahwa penerapan standar Nordic Model berhasil menciptakan kesejahteraan serta ekonomi yang terus bertumbuh dan kuat untuk menopang sistem kesejahteraan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana standar Nordic Model diimplementasikan sebagai acuan pembangunan kesejahteraan di Finlandia dan pembinaan hubungan luar negeri Finlandia. Topik ini dipilih karena fenomena nordic model merupakan model pembangunan kesejahteraan yang cukup kontemporer dan menarik untuk dikaji lebih jauh.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa studi pustaka dan wawancara. Analisis data menggunakan analisa data kualitatif yang terdiri dari tahap pemrosesan satuan, reduksi data, kategorisasi, dan penafsiran data. Kerangka pemikiran penelitian ini berangkat dari konsep Nordic Model dan Decision Making Process.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi standar Nordic Model di Finlandia dimulai berdasarkan prinsip stateness yang diwujudkan melalui sistem pengambilan kebijakan terkait penyelenggaraan layanan publik dan sosial yang bersifat multi-level. Finlandia juga mengedepankan konsensus yang dapat terlihat dari keterlibatan berbagai komunitas dalam proses pengambilan keputusan. Selain itu, terdapat pula beberapa fitur ekonomi dan politik Nordic Model yang diterapkan oleh Finlandia , antara lain pasar bebas, welfare state, keterlibatan sektor swasta, dan perserikatan kerja. Semua fitur tersebut mendorong terciptanya kesejahteraan yang universal dan equal. Selanjutnya berkaitan dengan hubungan luar negeri, penerapan standar Nordic Model berpengaruh utamanya dalam keterlibatan Finlandia dalam organisasi regional Nordic Councils dan Uni Eropa, serta hubungannya dengan negara lain di luar organisasi tersebut.

Kata kunci: Model Nordik, Negara Kesejahteraan, Layanan Publik, Hubungan Luar Negeri

1

NIM D0412023, Mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional FISIP UNS, sebagai penulis pertama 2

(2)

THE IMPLEMENTATION OF NORDIC MODEL STANDARD TOWARDS FINLAND’S FOREIGN AFFAIRS

Irawati Prabowo1, Prof. Dr. H. Andrik Purwasito, DEA2

ABSTRACT

In the middle of global skepticism, Finland succeed in proving that the implementation of Nordic Model standard capable in creating welfare and economic that steadily growing stronger to support the implemented welfare system. This research is aimed to examine how the Nordic Model standards are being implemented as a base to develop welfare system in Finland as well as conducting its foreign affairs. This topic is being chosen considering that Nordic Model is a contemporary model in welfare developing yet interesting for further study.

This research used qualitative approach with data collecting technique that departs from library research and interview. Data analyzing used qualitative data analysis that consists of four stages, including unit processing, data reduction, categorization, data processing. Conceptual frameworks in this study used Nordic Model Concept and Decision Making Process.

The result of the research showed that the implementation standard Nordic Model in Finland started from stateness principle, in which carried out by using multi-level decision making process. Finland also puts priority in finding consensus that can be seen from the involvement of various community in decision making. Furthermore, there are some economics and political feature in Nordic Model that applied bay Finland government, including free market scheme, welfare state, private sector involvement, and labor union. All the features promote the creation of universal and equal welfare. Next, the implementation of Nordic Model standards also influence

Finland foreign relations, specifically in Finland’s involvement in Nordic Council and European Union, and Finland’s relations with the counties outside those sphere.

(3)

PENDAHULUAN

Meskipun terhitung terlambat

dibandingkan negara-negara

Skandinavia lainnya, dalam hal

transformasi ekonomi, akan tetapi di

era global ini, Finlandia mampu

bersaing dengan berbagai negara di

kawasan nordik maupun dengan

negara-negara Barat. Finladia dikenal

pula sebagai negara dengan layanan

sosial dan pendidikan yang paling baik.

Jumlah pembelanjaan yang dikeluarkan

pemerintah untuk meningkatkan

layanan publik pun dari tahun ke tahun

semakin bertambah, inilah yang

kemudian membuat relasi state-people

di Finladia sangat harmonis.

Finlandia memang tidak begitu

terlihat menonjol dalam berbagai

interaksi secara internasional bila

dibandingkan dengan Amerika serikat

atau Tiongkok, akan tetapi negara ini

mampu menunjukkan kemampuannya

untuk menciptakan tingkat

kesejahteraan yang bahkan melebihi

negara-negara Barat. Hal ini

disebabkan pula oleh implementasi

Nordic Model dalam upayanya

bertransformasi menjadi negara dengan

social security yang tinggi. Selain itu,

menggunakan Nordic Model sebagai

acuan dan landasan, Finlandia mampu

menempatkan diri di posisi yang cukup

kuat dalam pergaulan internasional

dengan menjadi promotor perdamaian

dunia dan menjadi mediator bagi

beberapa perundingan perdamaian

internasional. Hal tersebut terlihat dari

hubungan Finlandia dengan Negara

Nordik, Uni Eropa dan negara-negara

di luar kerja sama regional tadi.

Menjadi hal yang menarik untuk

membahas mengenai implementasi

Model Nordic sebagai acuan

pembangunan Finlandia beserta

faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya,

bagaimana model tersebut membentuk

keadaan masyarakat yang sejahtera dan

membentuk relasi Finlandia dengan

negara lain, baik di kawasan

Skandinavia, regional Eropa dan

negara-negara lain di luar kawasan

tersebut.

NORDIC MODEL

Nordic Model merupakan sebuah

model kesejahteraan yang digunakan

untuk mendefinisikan situasi ekonomi,

politik, dan sosial di hampir semua

negara Skandinavia, seperti Swedia,

Denmark, Islandia, termasuk pula

(4)

dikenal sebagai negara sejahtera

melalui penggunaan belanja sosial yang

terbilang cukup signifikan.

Negara-negara di wilayah Nordik memiliki

skema pengambilan keputusan dan

distribusi kesejahteraan yang

terdesentralisasi.3 Beberapa tahun

terakhir Nordic Model mendapatkan

cukup perhatian dari pakar ekonomi

kesejahteraan di level internasional,

karena kemampuannya untuk

menciptakan hasil yang positif dalam

bidang pertumbuhan, tenaga kerja,

kesetaraan gender, perbaikan kondisi

penghidupan masyarakat dan

egalitarianisme.4

Terdapat beberapa ciri khusus

dalam sektor perekonomian di Nordic

Model, yang meliputi rendahnya

ketimpangan distribusi pendapatan,

status full employment, dan kesetaraan

gender yang baik dengan luasnya

kesempatan bagi perempuan untuk

terlibat dalam berbagai sektor

3

Kommune Kredit, MuniFin, dan

Kommuninvest, “The Nordic Model: Local

Government, Global Competitiveness in Denmark,

Finland, and Sweden,” dilihat pada 5 Mei 2017,

https://www.munifin.fi/sites/default/files/content_blo ck/field_file/nordic_model_mediumres.pdf

4

Olli Kangas dan Antti Saloniemi,”Historical Making, Present, Future, and Challenge for the

Nordic Welfare State Model in Finland,” Fafo Report, Sub Report 6 (2013), hal. 5.

pekerjaan.5 Pemerintahan yang

menggunakan model ini juga memiliki

efisiensi ekonomo yang tinggi,

didukung oleh rendahnya utang luar

negeri dan kemampuan negara untuk

mengelola sektor finansialnya dengan

baik. Menurut Valkonen dan Vihriala,

Nordic Model merupakan model

pembangunan yang mana sebuah

negara menawarkan keamanan baik

bersifat fisik maupun non-fisik bagi

masyarakatnya, dan pada saat

bersamaan menciptakan pasar produk

dan tenaga kerja yang fleksibel. Model

ini juga mengikutsertakan adanya

kegiatan investasi yang tinggi dalam

berbagai sektor melalui pembelanjaan

negara untuk memenuhi kebutuhan

pendidikan serta penelitian dan

pengembangan di dalam negeri. Secara

keseluruhan, Nordic Model,

dikembangkan dengan upaya

penciptaan kepercayaan publik

terhadap pemerintah sehingga

membuat masyarakat lebih terbuka

terhadap perdagangan internasional

(5)

dan teknologi yang memiliki potensi

membangun.6

Nordic Model tidaklah dibangun

hanya dengan menggunakan satu blue

print. Model ini dibentuk melalui

proses perubahan yang panjang dan

menyesuaikan dengan keadaan

domestik maupun internasional yang

tengah berkembang. Selama lebih dari

satu abad, spektrum partai politik yang

terdapat di negara-negara kawasan

Nordik dan berbagai organisasi sosial

memiliki kontribusi yang cukup

signifikan terhadap pengembangan

model ini.7 Kawasan Nordik

mendapatkan keuntungan dari adanya

sistem politik yang stabil yang mampu

memberikan jaminan bahwa perubahan

dalam kepemimpinan politik tidak akan

berpengaruh signifikan terhadap

kebijakan yang telah ditetapkan dalam

upaya negara untuk mencapai titik

kesejahteraan.8

Hingga saat ini, Nordic Model

merupakan salah satu model yang

memiliki tingkat resistensi yang rendah

terhadap munculnya krisis. Hal ini

dapat dibuktikan pada krisis finansial

pada tahun 1998 dan 2008, yang mana

negara-negara di kawasan Nordik

kecuali Islandia tidak mengalami gejala

penurunan ekonomi signifikan seperti

yang dialami oleh negara lainnya.9

Situasi yang demikian ini dapat

menunjukkan bahwa selama masanya

bertransformasi dari tahun ke tahun,

Nordic Model cenderung bersifat

adaptif terhadap berbagai perubahan

yang terjadi di lingkungan sekitarnya.

PENERAPAN DAN PENGARUH

STANDAR MODEL NORDIC

DALAM PEMBANGUNAN

KESEJAHTERAAN DI FINLANDIA

Meskipun terdapat banyak

pendapat yang bersifat skeptis terhadap

Nordic Model, bahwa kesejahteraan

yang dibangun berdasarkan model ini

akan mulai jatuh di era global saat ini,

akan tetapi pada faktanya model

tersebut merupakan satu dari sedikit

model kesejahteraan yang berhasil

melewati masa-masa krisis tanpa

kehilangan keseimbangan di sektor

perekonomiannya. Dibandingkan

dengan Amerika Serikat atau negara

maju lainnya di wilayah Eropa, kawasan

9

(6)

Skandinavia yang menerapkan standar

Nordic Model memperlihatkan

performa ekonomi yang jauh lebih baik.

Etos yang terdapat dalam Nordic Model

yang mengakar kuat dalam

pemerintahan negara-negara Nordik

termasuk Finlandia adalah adanya

penekanan bahwa setiap warga negara

memiliki kesempatan dan hak yang

sama.10 Prinsip standar Nordic Model

yang sejalan dengan etos ini adalah

universalism dan equality.

Universalism merujuk pada

pemberian jaminan sosial kepada

seluruh lapisan masyarakat, yang

artinya segala bentuk jaminan sosial

tersebut tidak hanya diberikan kepada

warga-warga yang masuk dalam

kategori miskin, akan tetapi juga pada

golongan kelas menengah keatas.11

Sedangkan equality merupakan kondisi

setara yang diwujudkan dengan

rendahnya kesenjangan distribusi

pendapatan, tingkat kemiskinan, dan

kesenjangan gender. Dalam upaya

mewujudkan sistem kesejahteraan yang

demikian tersebut terdapat beberapa

standar Nordic Model yang terlihat

10

Nordic Center for Welfare and Social Issues,

“The Nordic Welfare Model,” (2013, Swedia: Nordic

Center for Welfare and Social Issues), hal. 11. 11

Mati Alestalo, Sven Hort, dan Stein Kuhnle, loc. cit., hal. 3.

dalam beberapa fitur ekonomi dan

politik di kawasan Nordik, yang mana

hal tersebut semakin membedakan

Nordic Model dengan model-model

pengembangan kesejahteraan lainnya,

yaitu:12

a. Penerapan Mekanisme Pasar

Bebas dan Globalisasi

b. Negara Kesejahteraan

c. Peran Persekutuan Tenaga

Kerja

d. Sistem Pemerintahan

Demokrasi

e. Peran Swasta dalam Sektor

yang Bersifat Publik

Fitur-fitur yang telah disebutkan

diatas, semuanya dapat ditemukan di

Finlandia, yang sekaligus membuktikan

implementasi standar Nordic Model di

negara tersebut. Sampai dengan dekade

80-an Finlandia masihlah menjadi

sebuah negara tertutup, dengan

kebijakan ekonomi yang terpusat,

keberadaan regulasi harga, serta

beberapa perjanjian perdagangan

bilateral penting dengan Uni Soviet.13

12 Razi Iqbal da n Padma Toni, “The Nordic Model: Existance, Emergence, and Sustainability,” Procidia Economics and Finance (2015): 336-351.

13 OECD, “Regulatory Reform in Finland: Enhancing Market Openness Through Regulatory

Reform,” dilihat pada 22 Februari 2018,

(7)

Barulah pada akhir tahun 1980-an,

Finlandia mulai mengupayakan sistem

ekonomi yang lebih terbuka. Lembaga

advokasi Finnish Competition Authority

(FCA) menjadi lembaga yang

memainkan peran signifikan dalam

melakukan deregulasi terhadap pasar

Finlandia yang tertutup melalui

beberapa kebijakan seperti liberalisasi

impor dan penghilangan lisensi serta

reformasi standar teknis. Keterbukaan

perekonomian Finlandia mencapai titik

yang lebih nyata setelah akhirnya

bergabung dalam keanggotaan Uni

Eropa di tahun 1995. Sejak saat itu,

Finlandia menjadi salah satu negara

dengan lingkungan bisnis yang

kompetitif dan 35 persen GDP yang

berasal dari sektor ekspor impor.14 Hal

ini sekaligus membuktikan bagaimana

penerapan skema pasar bebas dilakukan

di Finlandia.

Selanjutnya, berkaitan dengan

negara kesejahteraan, Finlandia pun

mengimplementasikan prinsip

kesetaraan. Pemerintah Finlandia

memiliki porsi yang sangat besar dalam

mengatur kebijakan-kebijakan sosial

yang dapat dinikmati oleh seluruh

warga negaranya. Terdapat pula sebuah

14

Razi Iqbal da n Padma Toni, loc. cit.

tanggung jawab moral untuk

memberikan dukungan pada kelompok

masyarakat kurang mampu yang

diwujudkan melalui pembayaran pajak

yang disesuaikan dengan pendapatan

dan beban rumah tangga. Layanan

publik dalam sistem jaminan sosial

diperuntukkan bagi seluruh warga

negara Finlandia. Sistem yang dibiayai

oleh pajak dan kontribusi pekerja ini

menyediakan layanan kesehatan dan

sosial yang komprehensif bagi semua

warga negara tanpa memandang status

perekonomian maupun usia.15 Hal ini

bertujuan untuk mendorong

keterlibatan dan kontribusi masyarakat

dalam pembangunan sistem sosial yang

berkelanjutan.

Lembaga pemerintahan pusat

yang bertanggungjawab dalam

penyelenggaraan sistem jaminan sosial

di Finlandia adalah Kementerian

Urusan Sosial dan Kesehatan (The

Ministry of Social Affairs and

Health/MSAH). Lembaga ini juga

berperan dalam menerapkan

standarisasi dalam ranah layanan sosial

serta membuat regulasi dalam sektor

15

(8)

tersebut.16 Akan tetapi, seperti yang

telah dijelaskan dalam sub-bab

sebelumnya, tataran implementasi

layanan sosial ini sepenuhnya berada di

bawah kendali pemerintahan lokal.

Tidak seperti negara-negara maju

lainnya, negara Nordik memberikan

perhatian lebih terhadap sektor

kesejahteraan masyarakat yang

dibuktikan dengan adanya pembelajaan

negara yang besar untuk sektor ini,

termasuk di Finlandia. Pada tahun

2010, belanja sosial telah mencapai 55

milyar euro yaitu hampir 31 persen dari

total keseluruhan GDP.

Perhatian dalam sektor ini juga

ditunjukkan melalui pembentukkan

beberapa agensi yang melayani

beberapa hal berkaitan dengan jaminan

sosial secara spesifik. Finlandia

memiliki Social Insurances Institution

(Kela), yang bertugas untuk

memberikan layanan asuransi dan dana

sosial untuk pengangguran, veteran,

dana perumahan, serta dana untuk

penyandang disabilitas.17 Selain itu,

terdapat pula Finish Centre for Pensions

yang khusus memberikan layanan dana

pensiun dan Financial Supervisory

16 Ibid. 17

Ibid.

Authority yang bertugas melakukan

pengawasan terhadap distribusi dana

sosial dan skema pensiun. Semua sektor

sosial di Finlandia pada dasarnya

dibangun dengan baik untuk

kesejahteraan masyarakat yang

diwujudkan dalam berbagi tunjangan

kesehatan, pendidikan, keluarga, hingga

tunjangan bagi warga yang tidak

memiliki pekerjaan. Situasi tersebut

menunjukkan bagaimana pemerintah

sangat memfokuskan dirinya dan

memberikan intervensi yang kuat bagi

sistem kesejahteraan yang

berkelanjutan.

Selain adanya peranan

pemerintah yang kuat dalam

pembentukan negara kesejahteraan,

upaya untuk membentuk negara

kesejahteraan, Finlandia juga

menerapkan prinsip kesetaraan dan

tanggung jawab moral untuk

mendukung kelompok masyarakat yang

kurang mampu secara ekonomi. Kedua

prinsip tersebut diwujudkan dalam

skema pembayaran pajak. Tingginya

tingkat jaminan sosial yang diberikan

oleh pemerintah Finlandia ini pada

kenyatanyaan dibarengi juga dengan

tingkat pajak yang tinggi bagi

(9)

Memang harus diakui, bahwa

pajak merupakan hal yang esensial

untuk menciptakan jaminan sosial yang

berkelanjutan dan menyeluruh di

Finlandia. Dalam buklet yang

diterbitkan oleh Kementerian Urusan

Sosial dan Kesehatan Finlandia pun

dinyatakan bahwa sumber utama

pembiayaan untuk penyediaan layanan

publik dan sosial bagi masyarakat

berasal dari pajak. Dibandingkan

dengan negara-negara Nordik lainnya,

tingkat pajak di Finlandia termasuk

yang paling tinggi, dengan pendapatan

dari sektor pajak mencapai 43.5 persen

dari keseluruhan total GDP.18

Pendapatan pajak yang paling besar

berasal dari pajak penghasilan yang

mana mencapai 19 persen dari total

keseluruhan pendapatan dari sektor

pajak.19 Pendapatan dari sektor pajak

kemudian tersebut digunakan untuk

membangun sistem jaminan sosial yang

komprehensif bagi semua masyarakat.

Sistem pajak di Finlandia pun

disesuaikan dengan tingkat pendapatan

dari masing-masing orang, sehingga

pekerja dengan penghasilan yang

rendah membayar pajak yang lebih

18

Ministry of Finance, Taxation inf Finland, (Helinsiki, Edita Prima, 2009), hal. 15.

19 Ibid.

rendah pula. Selain itu, keluarga dengan

jumlah anak yang lebih banyak juga

diterapkan pajak yang lebih rendah.20

Namun hal itu sama sekali tidak

mempengaruhi kualitas layanan sosial

yang didapatkan oleh masing-masing

individu. Hal ini dapat mengindikasikan

perwujudan tanggung jawab moral

untuk mendukung kelompok

masyarakat dengan tingkat ekonomi

yang rendah. Melalui sistem pajak yang

demikian itu, dapat dilihat adanya

dukungan finansial secara tidak

langsung yang diberikan oleh

orang-orang dengan penghasilan tinggi

terhadap kelompok masyarakat dengan

pendapatan lebih rendah, sehingga

pemerintah dapat memberikan kualitas

pelayanan dan jaminan sosial yang sama

bagi semua masyarakat dari berbagai

kalangan.

Layaknya di negara Nordik

lainnya, persekutuan pekerja yang lebih

dimanifestasikan sebagai persekutuan

dagang merupakan salah satu

stakeholder yang penting dalam

pengambilan kebijakan pemerintah,

utamanya yang berhubungan dengan

20 OECD, “Taxing Wages – Finland,” dilihat pada 22 Februari 2018,

(10)

ketenagakerjaan. Di Finlandia sendiri,

persekutuan semacam ini mulai muncul

pada tahun 1896 dengan dibentuknya

Printers Union. Memasuki era modern

saat ini, keberadaan persekutuan yang

demikian tersebut semakin menjamur,

yang akhirnya dibentuklah sebuah

lembaga perwakilan persekutuan, yang

mana dalam pemerintah Finlandia saat

ini, lembaga tersebut ikut melakukan

negosiasi dan lobi dengan pemerintah

dalam berbagai kebijakan yang

berkaitan dengan sistem pajak dan

jaminan sosial.21 Beberapa persekutuan

yang terkenal di Finlandia antara lain

adalah Central Organization of Finish

Trade Unions, The Finnish

Confederation of Salaried Employees,

dan Confederation of Union for

Academic Proffesionals in Finland.

Sementara itu berkaitan dengan

demokrasi, hal tersebut sudah jelas

terlihat dalam bentuk pemerintahan

Finlandia berdasarkan Undang-Undang

yaitu demokrasi perwakilan. Selain itu,

Finlandia juga menerapkan universal

sufrage, yang memberikan hak memilih

21 Peyman Dayyani, “Labour Union in

Finland: A Brief History Overview,” dilihat pada 22

Februari 2018,

http://www.academia.edu/15290754/LABOR_UNIO NS_IN_FINLAND_A_BRIEF_HISTORIC_OVERV IEW

kepada semua warga negara Finlandia

yang usianya telah mencukupi tanpa

memandang suku, kebangsaan, maupun

perbedaan etnis lainnya.22

Sektor swasta memainkan

peranan yang cukup signifikan dalam

penyediaan layanan publik di Finlandia.

Pemerintahan lokal yang memiliki

tanggung jawab penuh dalam

penyediaan layanan publik dan sosial

seringkali bekerjasama dengan sektor

swasta untuk melaksanakan tugas

tersebut. Di Finlandia, Public-Private

Partnership utamanya dapat terlihat di

sektor kesehatan. Terdapat rumah sakit

swasta dan rumah sakit pemerintah

untuk memenuhi kebutuhan

masyarakan akan layanan kesehatan

yang layak. Kedua bidang tersebut tidak

memperlihatkan kompetisi namun

saling melengkapi satu sama lain,

terbukti dari adanya standar kesehatan

yang sama yang diterapkan baik oleh

rumah sakit swasta maupun rumah sakit

pemerintah.

Hampir tidak ada perbedaan

antara rumah sakit swasta maupun

rumah sakit pemerintah. Masyarakat

pun cenderung tidak memiliki tendensi

untuk memilih satu dari kedua rumah

22

(11)

sakit tersebut karena kualitas, akan

tetapi mereka akan memilih rumah sakit

yang paling dekat dengan tempat tinggal

mereka. Lebih jauh lagi, ketika rumah

sakit pemerintah memberikan layanan

kesehatan secara gratis, biaya untuk

rumah sakit swasta pun akan

dikembalikan oleh pemerintah melalui

skema pengembalian.23 Sehingga,

layanan kesehatan di kedua rumah sakit

tersebut dapat dijangkau oleh

masyarakat dari kalangan manapun.

Berdasarkan uraian di atas dapat

diketahui bagaimana Finlandia

mengimplementasikan standar Nordic

Model melalui fitur kebijakan ekonomi

dan politik. Pengaruh implementasi

tersebut dapat terlihat jelas dari adanya

penyediaan layanan publik dan sosial

yang universal dan equal. Semua

masyarakat diberi kesempatan yang

sama untuk mengakses layanan publik

dan mereka dapat menikmati layanan

tersebut secara komprehensif. Kebijakan

ekonomi dan politik yang diambil oleh

pemerintah pun mampu menciptakan

tatanan negara yang mampu dengan

kuat menopang kebutuhan untuk

menyediakan layanan publik. Dengan

23

Ministry of Social Affairs and Health, loc. cit.

adanya perekonomian yang kuat dan

sistem politik yang mendukung maka

akan tercipta sebuah skema layanan

publik yang berkelanjutan. Pada

akhirnya ini akan berdampak pada

kesejahteraan di Finlandia, yang lebih

baik dibandingkan dengan negara maju

lainnya. Hal ini dapat dilihat dari angka

harapan hidup yang tinggi serta

distribusi pendapatan yang merata.

Selain itu dapat tingkat pengangguran di

Finlandia juga rendah yang disertai

dengan baiknya tingkat kesejahteraan

pekerja.

TANTANGAN YANG DIHADAPI

FINLANDIA DALAM UPAYA

IMPLEMENTASI STANDAR

NORDIC MODEL

Implementasi standar Nordic

Model telah berhasil menciptakan

kesejahteraan bagi masyarakat

Finlandia. Tentunya, dalam upaya untuk

terus mempertahankan model yang

demikian tersebut, Finlandia

dihadapkan oleh beberapa tantangan

yang antara lain dijabarkan sebagai

berikut:24

24

(12)

1. Meningkatnya biaya untuk

menyediakan layanan publik

dan sosial. Hal utama yang

dalam penerapan standar

Nordic Model bahwa

penyediaan layanan

kesehatan, pendidikan,

maupun tunjangan-tunjangan

lainnya adalah bagian dari

tanggung jawab negara yang

pembiayaannya diambil dari

pajak. Kualitas pelayanan

yang diberikan kepada

masyarakat juga harus tinggi,

tidak hanya sekedar

memenuhi standar minimum

saja. Ketika produktivitas dan

upah riil mengalami

peningkatan, maka hal ini

akan mendorong

meningkatnya standar hidup

material. Masyarakat

mengharapkan peningkatan

kualitas layanan publik ketika

standar hidup mengalami

peningkatan, sehingga terjadi

kenaikan permintaan layanan

dalam ekonomi, meskipun

jumlah populasi mengalami

stagnansi.

Model yang saat ini

diterapkan sangatlah mahal

dan hal itu memaksa

pemerintah untuk memotong

sebagian anggaran yang

ditujukan bagi penyediaan

tunjangan. Namun tentu saja

ini akan berdampak pada

relasi antara masyarakat

dengan pemerintahnya.

Selama ini, masyarakat

terbiasa dengan adanya

tunjangan serta layanan

publik yang ekstensif, dengan

adanya kebijakan

pemotongan anggaran tentu

ingin akan sangat

berpengaruh terhadap jumlah

tunjangan yang bisa

disediakan oleh pemerintah.

Dalam jangka panjang,

apabila pemerintah tidak

segera mendapatkan solusi

yang baik bagi kenaikan biaya

untuk penyediaan layanan

publik, maka bukan tidak

mungkin model yang

diterapka oleh Finlandia ini

akan mengalami

(13)

2. Imigrasi serta dampak yang

terjadi terhadap

perekonomian dalam jangka

panjang. Salah satu kunci

sukses dari implementasi

standar Nordic Model adalah

kompisisi penduduk.

Negara-negara Nordik termasuk juga

Finlandia memiliki komposisi

populasi yang homogen, yang

mana hal ini merupakan salah

satu hal yang memudahkan

terciptanya kepercayaan dan

kohesi sosial. Tingkat imigrasi

di Finlandia mengalami

peningkatan yang cukup

signifikan, tercatat hingga

tahun 2016 jumlah penduduk

Finlandia mencapai angka 5,5

juta. Terdapat penambahan

penduduk sejumlah 16 ribu

dibandingkan dengan tahun

sebelumnya.25 Akan tetapi

berdasarkan data statistik,

pada tahun yang sama

Finlandia memiliki tingkat

kelahiran yang sangat rendah,

sehingga dalam hal ini dapat

disimpulkan bahwa

25 Ministry of the Interior, “International Migration 2016-2017: Report for Finland,” (Helinski, 2017, Government Administration Unit), hal. 31.

penambahan jumlah

penduduk yang signifikan

tersebut bukanlah

penambahan secara alami,

melainkan karena

peningkatan jumlah imigrasi

dari negara lain. Pada

dasarnya peningkatan jumlah

penduduk ini dapat

berdampak positif bagi

Finlandia yang penduduknya

mulai menua, akan tetapi

dalam jangka panjang jumlah

imigran yang terus bertambah

juga menjadi ancaman

terhadap nilai-nilai yang

selama ini mendukung

terimplementasinya standar

Nordic Model. Penduduk

imigran akan menambah

variasi demografi sehingga

tidak lagi memiliki kompisis

yang homogen. Selain itu,

keberadaan imigran juga akan

dalam jangka pendek

memberikan tekanan bagi

perekonomian karena

menimbulkan peningkatan

beban negara. Tentunya

imigran yang datang ke

(14)

begitu saja dapat menjadi

warga Finlandia, mereka

harus melalui proses integrasi

yang pembiayaannya tentunya

dibebankan pada negara.

3. Perubahan demografi di

Finlandia yang ditandai

dengan adanya elder wave.

Seperti kebanyakan

negara-negara maju lainnya,

Finlandia juga dihadapkan

pada permasalahan populasi

yang menua. Dengan tingkat

natalitas yang rendah,

Finlandia tidak memiliki

kemampuan untuk

mengimbangi jumlah

penduduk yang terus menua

dan produktivitas ekonomi

yang mulai menurun.

Kesejahteraan yang terdapat

di Finlandia saat ini dibangun

oleh pajak, penduduk

memperoleh layanan publik

dan sosial yang memadai

karena mereka membayar

pajak. Kompisisi demografi

yang terus mengalami

penuaan, akan berakibat pada

jumlah pendapatan yang

diperoleh dari pajak yang

mana hal ini akan

berpengaruh pada

kemampuan negara untuk

menyediakan layanan yang

terus berkelanjutan.

Berdasarkan uraian diatas, maka

implementasi standar Nordic Model

memang tentunya harus terus

mengalami penyesuaian agar dapat

terus bertahan. Pemerintahan Finlandia

pun harus segera dengan sigap dan

cepat menangani masalah yang agaknya

mulai timbul dan mengancam

keberadaan kesejahteraan yang telah

dibangun selama bertahun-tahun.

Kerjasama regional melalui Nordic

Council juga harus terus digalakkan

untuk menjadikan standar Nordic

Model sebagai model pembangunan

kesejahteraan yang berkelanjutan.

PENGARUH STANDAR MODEL

NORDIK TERHADAP HUBUNGAN LUAR NEGERI FINLANDIA

A. HUBUNGAN FINLANDIA DENGAN

UNI EROPA

Sebelum penerapan standar

Nordic Model, Finlandia merupakan

sebuah negara yang tertutup. Seperti

(15)

sebelumnya, hubungan bilateral hanya

terjalin dengan Rusia atau Uni Soviet

pada masa itu melalui beberapa

penjanjian dagang yang penting.

Memasuki pertengahan tahun 1980,

Finlandia perlahan-lahan mulai

melakukan liberalisasi yang dimulai dari

sektor telekomunikasi. Lain halnya

dengan sektor ekonomi lain yang masih

ada penetrasi tangan pemerintah yang

kuat, sektor telekomunikasi tidak

pernah didominasi oleh negara, akan

tetapi tercipta sebuah persaingan sehat

antar operator telekomunikasi lokal.26

Finlandia mulai melakukan liberalisasi

pasar pada sektor ini di pertengahan

tahun 1980, meskipun pada masa-masa

itu Finlandia masih menerapkan aturan

regulasi yang cenderung kaku. Fase

utama liberalisasi di Finlandia terjadi

antara tahun 1987 hingga tahun 1994.

Percepatan liberalisasi di bidang

telekomunikasi ini telah membawa

pengaruh yang cukup signifikan

terhadap restrukturisasi ekonomi yang

lebih berorientasi pasar. Pemerintah

mulai mengubah prioritas

26Antti Pelkonen, “Reconsidering The Finnish Model – Information Society Policy and Modes of

Governance,” TRAMES (2008): 400-420.

perekonomian untuk meningkatkan

kekompetitifan dan inovasi.27

Upaya Finlandia untuk

mengintegrasikan dirinya dalam

perekonomian global terlihat semakin

nyata dengan bergabungnya Finlandia

dalam keanggotaan Uni Eropa pada

tahun 1995. Seperti kita ketahui,

bahwasanya Finlandia menjadi

satu-satunya negara Nordik yang bergabung

dengan zona Euro. Langkah ini

memberikan pengaruh yang cukup

signifikan dalam berbagai kebijakan

Finlandia karena adanya keharusan

mengkoordinasikan proses pembuatan

kebijakan dengan Uni Eropa. Akan

tetapi, bergabungnya Finlandia dengan

Uni Eropa telah membawa sebuah

dimensi baru dalam berbagai hubungan

luar negeri yang dijalin oleh negara ini,

utamanya dengan Rusia. Finlandia dan

Rusia saling berbatasan sepanajang

13000 kilometer, dan sebagai

satu-satunya negara anggota Uni Eropa,

Finlandia merupakan jaringan utama

(16)

Rusia melewati Finlandia atau sampai di

Finlandia. Situasi ini membuka peluang

kerjasama dagang yang lebih besar.

Sejak tahun 2001, mitra dagang

Finlandia telah bertambah meliputi

Jerman, Inggris, Swedia, Perancis,

Jepang, Italia, dan Cina. Hal ini pada

akhirnya menjadikan Finlandia sebagai

negara yang lebih terbuka dengan iklim

bisnis yang kompetitif bahkan untuk

stakeholder asing.

B. HUBUNGAN FINLANDIA DENGAN

NEGARA-NEGARA NORDIK

Dengan munculnya upaya

implementasi standar Nordic Model di

kawasan Nordik, maka dibentuklah

sebuah organisasi regional yang disebut

sebagai Nordic Councils, yang mana

Finlandia juga menjadi anggota tetap di

organisasi tersebut. Utamanya, Nordic

Councils membuat berbagai kebijakan

ekonomi dan sosial yang dapat

mendorong keberlanjutan sistem

kesejahteraan yang dibangun di

negara-negara anggotanya. Selain itu juga,

Nordic Councils juga menjadi satu

organisasi yang mewakili satu suara di

Nordic. Sehingga dalam hal ini,

kebijakan dan tindakan yang diambil

oleh Nordic Councils dengan negara lain

merupakan upaya untuk mencapai

kepentingan negara anggotanya,

termasuk Finlandia. Sebagai salah satu

konsekuensi dari implementasi standar

Nordik adalah menjadi bagian integral

dari kawasan tersebut, yang mana

dengan demikian, Finlandi juga harus

menyesuaikan sebagian kepentingan

luar negerinya dilebur menjadi sebuah

kepentingan bersama dalam kerjasama

regional Nordik.

Negara-negara Nordik

membentuk sebuah entitas politik yang

unik yang didasarkan pada nilai-nilai

bersama dan pada kerjasama

antar-pemerintah dan parlemen yang

dibangun dengan baik. Secara internal,

keberadaan Nordic Council merupakan

salah satu upaya untuk memenuhi

kepentingan negara anggota termasuk

Finlandia, yang utamanya berkaitan

dengan pembangunan sistem

kesejahteraan yang berkelanjutan.

Berbagai kerjasama regional yang juga

melibatkan Finlandia telah digalakkan

dalam upaya menanggapi beberapa isu

penting seperti pembangunan

berkelanjutan, lingkungan, hingga isu

kontemporer saat ini yang berkaitan

dengan energi alternatif. Sementara

untuk area eksternal, Nordic Councils

(17)

keamanan, yang mana ini juga bisa

disebut sebagai kepentingan Finlandia,

karena keputusan untuk fokus pada

sektor tersebut merupakan konsensus

bersama. Negara-negara Nordik melalui

Nordic Council telah melakukan

berbagai kontribusi yang kuat terhadap

keamanan internasional. Upaya

negara-negara Nordik untuk meningkatkan

kerjasama berkaitan kebijakan luar

negeri dan keamanan didasarkan pada

konsep keamanan yang komprehensif.29

Selama bertahun-bertahun,

negara-negara Nordic telah menjalin

berbagai bentuk kerjasama militer.

Namun, di era modern saat ini, Nordic

Council terlihat mengurangi praktik

keamanan tradisional tersebut dan

mulai memberikan prioritas dalam

upaya membangung keamanan melalui

peningkatan pencegahan dan resolusi

konflik, upaya kooperasi jangka panjang

untuk membangun demokrasi, serta

penghormatan terhadap hak asasi

manusia dan kesetaraan gender.

Terdapat sebuah pandangan baru yang

dikembangkan oleh negara-negara

29 Stjornarradi,”Join Statement of Nordic

Foreign Policy and Security Policy,” dilihat pada 22

Februari 2018,

https://www.stjornarradid.is/media/utanrikisraduneyti -media/media/oryggismal/Joint-Nordic-Statement-12FEB2014.pdf

Nordik, termasuk Finlandia, melalui

Nordic Council bahwa pengembangan

lingkungan, sosial, dan ekonomi yang

didasarkan pada prinsip

keberlangsungan merupakan bagian

dari keamanan global. Kerjasama untuk

mengatasi perubahan iklim, manajamen

sumber daya air dan udara, serta

berupaya untuk mengatasi

pertumbuhan penduduk yang cepat

serta migrasi internasional dianggap

sebagai langkah-langkah yang vital

untuk dilakukan.

Maka dari itu, Nordic Council

telah mengembangkan beberapa strategi

yang berkaitan dengan keamanan global

untuk tahun 2011-2018. Strategi

tersebut dituangkan dalam sebuah

joint-agreement antara lima negara Nordik,

yang mana hal ini sekaligus

mengindikasikan bahwa kepentingan

luar negeri Finlandia pun juga

sepenuhnya tertuang dalam strategi

yang dijabarkan sebagai berikut:30

a. Meluaskan kerjasama dalam

bidang manajemen krisis militer

dan kontribusi negara-negara

Nordik dalam operasi

perdamaian Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB). Melanjutkan

(18)

koordinasi terkait isu kebijakan

luar negeri yang berhubungan

dengan situasi konflik serta

meningkatkan kerjasama Nordik

dalam bidang mediasi.

b. Mengembangkan kerjasama

pertahanan Nordik.

c. Melanjutkan koordinasi dengan

organisasi multilateral, termasuk

dengan lembaga keuangan

internasional. Memberikan

kontribusi dalam penguatan PBB

melalui joint candidatures, joint

statement, maupun joint

resolution.

d. Memastikan pengembangan

kebijakan dan program yang

memberikan kontribusi demi

tercapainya Millenium

Development Goals

(Tujuan-Tujuan Pembangunan

Milenium).

e. Berkoordinasi lebih jauh dan

melakukan dialog dengan

negara-negara ketiga dalam mendorong

penguatan peran di International

Criminal Court (ICC).

f. Berpartisipasi dalam berbagai

aktivitas yang berkaitan dengan

perubahan iklim, seperti

konservasi dan managemen

sumber daya alam yang

berkelanjutan, konsumsi dan

produksi yang berkelanjutan,

energi berkelanjutan, dan

membiayai upaya pembangunan

berkelanjutan dan transisi

ekonomi hijau.

g. Menguatkan kerjasama terkait

cyber issues dan

mengembangkan kesiapan untuk

menghadapi tantangan

keamanan yang bersifat cyber.

h. Megembangkan hubungan

dengan negara-negara partner

seperti Nordic-Baltic

Cooperation dan Nordi-US

Security Dialogue.

C. HUBUNGAN FINLANDIA DENGAN

RUSIA

Seperti sudah dijelaskan

sebelumnya, Finlandia merupakan

perpanjangan tangan Uni Eropa untuk

tetap menjalin kerja sama dengan Rusia.

Oleh karenanya, Finlandia tetap

menjaga hubungan baik dengan negara

yang pernah menjajahnya tersebut.

Hubungan keduanya terbilang cukup

harmonis bila dibandingkan dengan

(19)

telah bergabung dengan Uni Eropa.

Salah satu prinsip yang dipegang oleh

Finlandia berkenaan dengan Standar

Nordic Model adalah netralitas. Hal ini

menjadikan kedudukan Finlandia

menjadi unik baik untuk Uni Eropa

maupun Rusia di mana Finlandia dapat

menjalin hubungan baik dengan

keduanya tanpa harus membatasi

hubungan dengan salah satu pihak.

Pada masa Uni Soviet, Finlandia

menjadi negara kapitalis pertama yang

menandatangani kerja sama di bidang

ilmu pengetahuan dan teknis dengan

negara komunis tersebut.31 Memang

pada masa tersebut Finlandia berada di

bawah pengawasan ketat Uni Soviet,

namun karena kenetralan dan standar

yang diterapkannya membuat Finlandia

mampu mempertahankan

kedemokratisannya di bawah rezim

komunis-sosialis, dan juga pergaulannya

dengan negara-negara blok barat pada

masa itu. Agaknya penerapan Standar

Nordic Model oleh pemerintah

Finlandia telah berhasil menyelamatkan

negara tersebut dari ancaman dan

kekacauan yang banyak terjadi selama

perang dingin berlangsung.

31 U.S. Library of Congress, “Soviet Union,” Dilihat pada 31 Juli 2018, http://countrystudies.us/fainland/138.htm

D. HUBUNGAN FINLANDIA DENGAN

PBB DAN NEGARA DUNIA KETIGA

Sebagai negara yang menerapkan

standar Nordic Model, Finlandia

berkomitmen untuk menjadi negara

yang menjunjung tinggi perdamaian dan

netralitas. Apalagi sejak tergabung

dengan organisasi tingkat dunia, PBB,

Finlandia semakin aktif menyuarakan

gerakan perdamaian dan netralitas aktif.

Karena keaktifannya memperjuangkan

nilai-nilai tersebut, Finlandia sempat

hampir diganjar sebagai ketua dewan

keamanan tidak tetap PBB pada masa

perang dingin, hanya saja hal tersebut

urung terwujud karena adanya

keberatan dari beberapa anggota dewan

keamanan PBB.

Selain dua nilai tadi. Ada dua hal

yang menjadi pokok agenda Finlandia

dalam keanggotaannya di PBB. Pertama,

Finlandia menghindari konfrontasi

politik dan ekonomi yang mana

biasanya negara-negara superpower

memiliki campur tangan secara

langsung. Kedua, FInlandia bertindak

sebagai bagian dari Negara Nordik

dalam organisasi tersebut. Maksudnya,

FInlandia akan memiliki suara yang

sama saat voting, dan bekerjasama

(20)

menjadi program kerja PBB, seperti

program pemberian bantuan pada

negara dunia ketiga melalui UNDP

ataupun menjadi bagian dalam misi

keamanan PBB untuk dikirim ke

kawasan yang tengah bergejolak.32

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas dapat

dilihat bagaimana pengaruh

implementasi standar Nordic Model

terhadap hubungan luar negeri yang

dijalin oleh Finlandia. Pertama, terdapat

fitur ekonomi penting yang diterapkan

dalam standar Nordic Model, yaitu

implementasi pasar bebas. Bagi

Finlandia, yang hingga tahun 1980

masih menjadi yang negara yang cukup

tertutup dengan melakukan relasi

dagang dengan Rusia, strukturisasi

ekonomi menjadi market-oriented ini

memberikan dampak yang cukup

signifikan bagi relasi Finlandia di level

internasional. Hal ini semakin terlihat

jelas setelah keikutsertaan Finlandia

dalam keanggotaan Uni Eropa. Terdapat

sebuah dimensi baru dalam perspektif

hubungan luar negeri Finlandia yang

32 U.S. Library of Congress, “

UN and Third world,” Dilihat pada 31 Juli 2018,

http://countrystudies.us/finland/142.htm

pada akhirnya membuat negara ini

memperluas hubungan dagangya

dengan negara-negara lain. Kedua,

penerapan standar Nordic Model ini

juga memiliki pengaruh yang kuat

dalam keikutsertaan Finlandia di

organisasi regional Nordic Council.

Melalui kerjasama regional ini, maka

Finlandia harus mengedepankan

konsensus bersama dalam hal

kepentingan luar negerinya. Nordic

Council dibentuk berdasarkan nilai-nilai

bersama yang lebih mengutamakan

kepentingan bersama sehingga

hubungan antar negara dalam

organisasi regional ini cenderung sangat

dekat. Sehingga dalam hal ini,

keputusan luar negeri yang diambil oleh

Nordic Council, secara tidak langsung

mewakili juga kepentingan yang diambil

oleh Finlandia.

Selain prinsip ekonomi, netralitas

Finlandia dalam bidang politik juga

telah membawa pengaruh yang cukup

baik bagi posisi Finlandia dalam

berbagai perundingan, di mana

Finlandia dapat menjadi pihak

penengah maupun penghubung bagi

pihak-pihak yang tengah berseteru.

Selain itu posisi netral Finlandia juga

(21)

keamanan nasional Finlandia dari

ancaman karena adanya permasalahan

aliansi dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Alestalo, Matti, Sven E.O. Hort, dan

Stein Kuhnle. 2009. ”The

Nordic Model: Conditions,

Origins, Outcomes, and Lessons.

HsoG Working Papers.Dalam

format PDF.

Dayyani, Peyman. “Labour Union in

Finland: A Brief History

Overview.” Dilihat pada 22

Februari 2018,

Iqbal, Razi da.n Padma Toni, “The

Nordic Model: Existance,

Emergence, and Sustainability,”

Procidia Economics and

Finance (2015): 336-351.

Kangas, Olli dan Antti Saloniemi. 2013.

“Historical Making, Present and

Future Challenges for the

Nordic Welfare State Model in

Finland.” Fafo-report,

Sub-report 6.

Kommune Kredit, MuniFin, dan

Kommuninvest. “The Nordic

Model: Local Government,

Global Competitiveness in

Denmark, Finland, and

Sweden.” Dilihat pada 5 Mei

2017,

https://www.munifin.fi/sites/de

fault/files/content_block/field_

file/nordic_model_mediumres.

pdf

Ministry of Finance. 2009. Taxation in

Finland. Helinski: Edita Prima,

2009.

Ministry of Social Affairs and Health.

2013. Charactersitic of Social

Security System in Finland.

Helinski: Finnish University

Print.

Ministry of the Interior. 2007.

International Migration

2016-2017: Report for Finland.

Helinski: Government

Administration Unit.

Nordic Center for Welfare and Social

Issues. 2013. “The Nordic

Welfare Model.” Swedia: Nordic Center for Welfare and Social

Issues.

OECD. “Regulatory Reform in Finland:

Enhancing Market Openness

Through Regulatory Reform.”

(22)

https://www.oecd.org/finland/2

510156.pdf

OECD. “Taxing Wages –Finland.”

Dilihat pada 22 Februari 2018,

https://www.oecd.org/finland/t

axing-wages-finland.pdf

Pelkonen, Antti. “Reconsidering The

Finnish Model – Information

Society Policy and Modes of

Governance,” TRAMES (2008):

400-420.

Stjornarradi.”Join Statement of Nordic

Foreign Policy and Security

Policy.” Dilihat pada 22 Februari 2018,

https://www.stjornarradid.is/m

edia/utanrikisraduneyti-

media/media/oryggismal/Joint-

Nordic-Statement-12FEB2014.pdf

U.S. Library of Congress, “Soviet Union,” Dilihat pada 31 Juli

2018,

http://countrystudies.us/fainla

nd/138.htm

U.S. Library of Congress, “UN and Third

world,” Dilihat pada 31 Juli

2018,

http://countrystudies.us/finlan

d/142.htm

Valkonen, Tarmo dan Vesa Vihriala.

“The Nordic Model –

Challenged but Capable

Reform.” Norden, dilihat pada 5

Mei 2017,

http://norden.diva-portal.org/smash/get/diva2:715

Referensi

Dokumen terkait

Setelah pengukuran awal, aset keuangan tersedia untuk dijual selanjutnya diukur dengan nilai wajar dengan keuntungan atau kerugian yang belum terealisasi diakui sebagai laba

Terjadi peningkatan yang signifikan terhadap pengembangan kemampuan siswa dalam pemahaman dan pembuatan mind mapping dengan penerapan pembelajaran dengan strategi

Proyek terdiri terdiri dari dari aktifitas aktifitas - - aktifitas aktifitas non non - - rutin rutin yang yang harus. harus diatur

Sintesa mechanical milling pada lingkungan argon (Ar) 3 bar antara serbuk magnesium dan nikel dengan komposisi penambahan nikel 29, 31, 33 dan 35 at% Ni belum menghasilkan

Terlaksananya pelatihan kewirausahaan dan akutansi dagang bagi pelaku usaha mikro. 150 Usaha Mikro 75.000.000 - -

Hal ini lebih dari sekedar karena RCTI merupakan stasiun televisi swasta pertama di Indonesia yang sampai saat ini selalu menjadi pelopor teknologi terdepan dan RCTI telah

GRVLVSXSXN0J3OXVPLNUR3XSXN GRVLVUHNRPHQGDVLSXSXNWXQJJDOGLVDMLNDQ SDGD 7DEHO GDQ GRVLV SHUODNXDQ SHPXSXNDQ0DJQHVLXPSOXVGLVDMLNDQSDGD 7DEHO 3XSXN8UHD63.&OGDQ.LHVHULWH

Hasil uji-t terhadap koefisien jalur pada hubungan ini sebesar2,684 dengan nilai analisis jalur 0,231adalah signifikan (sig,t = 0,000), sehingga individu