• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan 2.1.1. Pengertian Peranan - Peranan Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM ) Dalam Penanganan Lanjut Usia Di Jalan Marelan Gang Sepakat Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan 2.1.1. Pengertian Peranan - Peranan Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM ) Dalam Penanganan Lanjut Usia Di Jalan Marelan Gang Sepakat Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Peranan

2.1.1. Pengertian Peranan

Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan. Apabila seseorang melaksanakan hak

dan kewajiban sesuai dengan keudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Pembedaan

antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tak

dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Tak ada

peranan tanpa kedudukan . Peranan adalah suatu kompleks pengharapan manusia terhadap

caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status sosial

dan fungsinya ( Ahmadi, 2007 : 106 ).

Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola

pergaulan hidupnya . Hal itu sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang

diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh

masyarakat kepadanya. Pentingnya peranan adalah karena ia mengatur prilaku seseorang.

Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan

masyarakat. Posisi seseorang dalam masyarakat merupakan unsur statis yang menunjukkan

tempat individu dalam masyarakat.

Peranan lebih banyak menunjukkan pada fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu

proses. Jadi, seseoorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu

peranan. Peranan mencaku tiga hal, yaitu sebagai berikut :

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat

seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian

(2)

2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu

dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai prilaku individu yang penting bagi struktur

sosial masyarakat.

Peranan merupakan aspek dinamis dari suatu status . Setiap orang memiliki

macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupya. Hal ini sekaligus berarti

bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta

kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat atau lingkungannya kepadanya.

Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan status

yang dimilikinya, maka ia telah menjalankan peranannya. Peranan adalah tingkah laku yang

diharapkan dari orang yang memiliki kedudukan atau status. Peranan seseorang tidak hanya

menentukan prilaku seseorang tetapi juga keyakinan dan sikap. Pada umumnya peranan

dilakukan oleh seseorang tidak hanya untuk menyalurkan prilakunya tetapi juga membbentuk

sikapnya. Peranan juga dapat mempengaruhi nilai-nilai yang dipegang oleh orang dan

mempengaruhi arah dari pertumbuhan dan perkembangan kepribadian mereka ( Dayaksini,

2003 : 18 ).

2.2. Pekerja Sosial

2.2.1. Pengertian Pekerja Sosial

Pekerja sosial adalah orang yang melaksanakan pekerjaan sosial sebagai profesi. Jadi

pekerja sosial adalah pekerja sosial profesional, yaitu mereka yang telah mengikuti

pendidikan pekerjaan sosial disuatu lembaga pendidikan tinggi pekerjaan sosial/

kesejahteraan sosial ( Fahruddin, 2012 : 59 ).

Pekerja sosial adalah tenaga profesional yang meningkatkan atau memperbaiki

(3)

keterampilan. Kondisi ini menunjukkan agar kualitas pekerja sosial ini lebih baik lagi perlu

diberi pemahaman berbagai ilmu. Diharapkan dengan adanya pemberian wawasan tentang

pekerja sosial, dapat lebih meningkatkan kompetensi dalam pemberian pelayanan sosial.

Pekerja sosial yang memiliki kompetensi untuk membantu individu tersebut diharapkan

mampu menjalankan perannya sesuai dengan status sosial, tugas- tugas dan tuntutan norma

lingkungan sosialnya disamping individu itu memiliki permasalahan sosial yang tengah

dialaminya. Mandat utama pekerja sosial adalah memberikan pelayanan sosial baik kepada

individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat yang membutuhkannya sesuai dengan

standar kompetensi yang harus dimiliki oleh pekerja sosial.

Pekerja sosial adalah seseorang yang mempunyai kompetensi profesional dalam

pekerjaan sosial yang diperolehnya melalui pendidikan formal atau pengalaman praktek di

bidang pekerjaan sosial/kesejahteraan sosial yang diakui secara resmi oleh pemerintah dan

melaksanakan tugas profesional pekerjaan sosial (Kepmensos No. 10/HUK/2007).

Pekerja sosial sebagai penyandang keahlian pekerjaan sosial, harus memiliki kualifikasi

sebagai berikut:

1. Memahami, menguasai, dan menghayati serta menjadi figur pemegang nilai-nilai

sosio-kultural dan filsafat masyarakat.

2. Menguasai sebanyak dan sebaik mungkin berbagai perspektif teoritis tentang manusia

sebagai makhluk sosial.

3. Menguasai dan secara kreatif menciptakan berbagai metode pelaksanaan tugas

profesionalnya.

4. Memiliki mental wirausaha (Budhi Wibhawa, 2010: 53).

Menurut Asosiasi Nasional Pekerja Sosial Amerika Serikat ( NASW ) merumuskan

pekerjaan sosial sebagai kegiatan profesional membantu individu, kelompok, atau masyarakat

(4)

menciptakan kondisi sosial. Peraktik pekerjaan sosial terdiri atas penerapan profesional dari

nilai–nilai , prinsip-prinsip, dan teknik-teknik pekerjaan sosial pada satu atau lebih dari

tujuan-tujuan berikut : membantu orang memperoleh pelayanan-pelayanan nyata,

memberikan konseling dan psikoterapi untuk individu-individu, keluarga-keluarga, dan

kelompok-kelompok, membantu komunitas atau kelompok memberikan atau memperbaiki

pelayanan-pelayanan sosial dan kesehatan, dan ikut serta dalam proses-proses legislatif yang

berkaitan. Profesi pekerjaan sosial meningkatkan perubahan sosial, pemecahan masalah

dalam hubungan-hubungan manusia serta pemberdayaan dan pembebasan orang untuk

meningkatkan kesejahteraan ( Fahruddin, 2012 : 60-62 ).

Disini Walter A. Friedlander dalam bukunya yang berjudul Introduvtion to Social

Welfare mendefenisikan pekerjaan sosial sebagai suatu pelayanan profesional yang

didasarkan pada pengetahuan ilmiah dan keterampilan dalam hubungan manusia yang

membantu individu – individu, baik secara perorangan maupun dalam kelompok untuk

mencapai kepuasan dan kebebasan sosial dan pribadi ( Hermawati, 2001 : 2-3 ).

Pada prinsipnya , defenisi tersebut menekankan bahwa pekerjaan sosial merupaka

sustau profesi pelayanan sosial kepada individu, kelompok, dan masyarakat dengan

didasarkan pada pengetahuan dan keterampilan ilmiah tentang relasi manusia , serta bertujuan

untuk mencapai kepuasan pribadi, kepuasan sosial , dan kebebasan. Jadi yang menjadi inti

profesi pekerjaan sosial menurut Friedlander adalah relasi atau interaksi antar manusia.

2.2.2 Peran Pekerja Sosial

Tujuan dasar dari pekerja sosial adalah menolong klien-kien agar berdaya menolong

diri mereka sendiri atau menolong masyarakat agar dapat berdaya menolong diri mereka.

Pekerja sosial berusaha menolong mereka untuk meningkatkan pemahamannya tentang diri

(5)

sumber yang tersedia dalam masyarakat demi pemecahan masalah seseorang itu. Adapun

peranan-peranan seorang pekerja sosial dalam menolong individu maupun masayarakat

adalah :

1. Fasilitator

Dalam hal ini perlu disadari karena masyarakat seringkali dianggap sebagai pihak

yang tidak mempunyai kemampuan, baik oleh masyarakat itu sendiri maupun dari

pemerintah. Oleh karena itu, pekerja sosial harus tampil dengan pandangan yang berbeda

dengan yang lainnya tentang keadaan masyarakat, yaitu dengan sikap optimistik bahwa

masyarakat dapat dirancang unutk berkapabilitas . Masyarakat perlu di support dan dibantu

untuk mengetahui kapasitas yang mereka miliki.

2. Perantara

Peran pekerja sosial sebagai perantara berarti mampu meningkatkan kualitas

hubungan antara pihak-pihak yang terkait dengan masyarakat setempat sesuai dengan

kemampuan dasar pekerja sosial, maka pekerja sosial harus mampu mengagitasi masyarakat

bahwa kedua-duanya menghasilkan keuntungan dikedua belah pihak.

3. Pembela

Peranan pekerja sosial disini sebagai pembela adalah agar pihak-pihak yang

melakukan program kesejahteraan sosial dapat menjalankan kewajiban hukum. Perlu

dipahami bahwa pekerja sosial tidak tampil sebagai pembela dalam arti hukum atau institusi

pengadilan , tetapi tampil dengan tindakan edukatif dengan tujuan agar pihak penyelenggara

program menyadari kewajibannya terhadap masyarakat setempat demi menjalin hubungan

yang baik.

4. Pelindung

Peran pekerja sosial sebagai pelindung sangat penting , dimana hal ini merupakan

(6)

berdaya jika dihadapkan dengan pihak penyelnggara program. Oleh karena itu , perean

pekerja sosial sebagai pelindung diharapkan dapat mendukung masyarakat setempat dalam

upaya memperoleh hak-hak mereka ( Siagian, 2010 : 95-96 ).

2.2.3. Misi, Maksud dan Tujuan Pekerjaan Sosial

Misi utama profesi pekerjaan sosial menurut NASW adalah untuk meningkatkan

kesejahteraan manusia ( human well-being ) dan membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan

dasar manusia , dengan perhatian khusus pada kebutuhan-kebutuhan orang-orang yang rawan

, tertindas, dan miskin. Demikian pula Dewan Pendidikan Pekerjaan Sosial ( CSWE )

menggambarkan profesi pekerjaan sosial sebagai mempunyai komitmen untuk meningkatkan

kesejahteraan manusia dan untuk mengurangi kemiskinan dan penindasan. Pekerjaan sosial

berusaha uttuk memperkuat keberfungsian orang dan meningkatkan efektivitas

lembaga-lembaga dalam masyarakat yang meneyediakan sumber-sumber serta

kesempatan-kesempatan bagi warganya yang menyumbang kepada kesejahteraan masyarakat.

Misi pekerjaan sosial tersebut diterjemahkan menjadi tujuan pekerjaan sosial yang

memberikan arah yang lebih jelas. Tujuan praktik pekerjaan sosial menurut NASW adalah :

1. Meningkatkan kemampuan-kemampuan orang untuk memecahkan masalah,

mengatasi, perkembangan.

2. Menghubungkan orang dengan sistem-sistem yang memberikan kepada mereka

sumber-sumber, pelayanan-pelayanan, dan kesempatan-kesempatan.

3. Memperbaiki keefektifan dan bekerjanya secara manusiawi dari sistem-sistem yang

menyediakan orang dengan sumber-sumber dan pelayanan-pelayanan.

4. Mengembangkan dan memperbaiki kebijakn sosial ( dalam Zastrow, 2008 )

(7)

2.2.4. Pendekatan Pekerjaan Sosial

Peraktek pekerjaan sosial dilaksanakan dalam dua cara, yaitu secara langsung

berhadapan dnegan klien, baik secara individual maupun dalam kelompok, dan secara tidak

langsung berhadapan dengan klien , dalam arti memusatkan perhatian pada institusi kesejah

teraan sosial, pada lembaga-lembaga atau organisasi kesejahteraan sosial, pada evaluasi ,

analisis, perumusan dan pengembangan program-program kesejahteraan sosial. Pendekatan

praktek semacam ini kadang-kadang disebut juga sebgai jalur klinis dan jalur perubahan

sosial, pelayanan pada individu, keluarga , dan kelompok, dan pelayanan perubahan sosial,

pelayanan mikro dan makro.

Dalam kaitan dengan masyarakat, pekerjaan sosal pada umumnya menggunakan

peraktik tidak langsung. Tetapi ada aspek-aspek dalam bekerja dengan masyarakat yang

bersifat praktik atau pelayanan langsung. Hal ini misalnya kalau pekerja sosial memberikan

pelayanan kepada kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi masyarakat yang

memerlukan pelayanan langsung ( Gilbert, Miller, 1980 ) (Fahruddin, 2012 : 70-71 ).

2.2.5. Peranan Pekerja Sosial Dalam Menangani Masalah Sosial

Menurut Walter A Friedlander dalam Muhidin (1992:7), Pekerjaan Sosial adalah

suatu pelayanan professional yang dilaksanakan pada ilmu pengetahuan dan keterampilan

dalam relasi kemanusiaan yang bertujuan untuk membantu, baik secara perorangan maupun

didalam kelompok untuk mencapai kepuasan dan ketidaktergantungan secara pribadi dan

sosial.

Pekerjaan sosial berusaha untuk membantu individu, kelompok dan masyarakat

mencapai tingkat kesejahteraan sosial, mental dan psikis yang setinggi-tingginya.

Permasalahan dalam bidang pekerjaan sosial erat kaitannya dengan masalah fungsi sosial,

(8)

lingkungannya. Oleh karena itu, usaha-usaha untuk memberikan pelayanan social, baik

secara langsung maupun tidak langsung, juga diarahkan untuk membantu individu, kelompok

maupun masyarakat dalam menjalankan fungsi sosialnya.

Pekerja-pekerja sosial menyediakan pelayanan-pelayanan pertolongan dalam arti yang

dikenal dalam praktek pekerja sosial. Praktek pekerjaan sosial ini merupakan realisasi

daripada tugas fungsional didalam system kesejahteraan sosial guna membantu orang-orang

dalam usaha mereka memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya. Praktek pekerjaan sosial

dapat didefinisikan sebagai kontelasi nilai, tujuan, pengetahuan dan metoda. Praktek

pekerjaan sosial dikembangkan dari perangkat tujuan-tujuan professional sebagai yang

diyakini dan diakui oleh masyarakat umum dan para pekerja sosial. Dari kerangka teori

pengetahuan praktek, profesi pekerjaan social, yaitu yang berhubungan dengan

metoda-metoda petolongan, proses-proses dan peranan-peranan.

Ada beberapa defenisi praktek pekerjaan sosial :

1. Kegiatan interventif yang diarahkan pada tujuan-tujuan dan dibimbing/didasari oleh

nilai-nilai, pengetahuan, dan teknik yang secara kolektif diakui, diterima serta

dikembangkan oleh profesi pekerjaan sosial.

2. Praktek pekerjaan sosial merupakan penerapan ilmu pengetahuan mengenai tingkah

laku yang ditujukan untuk mengadakan perubahan perencana pada individu-individu,

kelompok-kelompok serta system-sistem sosial.

Tindakan-tindakan yang ditujukan kearah perubahan didasari oleh nilai-nilai metoda

serta teknik-teknik yang diakui, diterima dan dikembangkan oleh profesi pekerja sosial. Jadi,

pekerjaan sosial merupakan praktek professional dalam pengertian bahwa tindakan serta

pelayanan-pelayanan yang diberikannya dilaksanakan oleh anggota-anggota yang

berpendidikan khusus dan secara formal diakui dan diterima oleh dan didalam profesi

(9)

diperlukan bagi pemecahan masalah-masalah manusia didalam suatu bidang kompetensi yang

telah ditentukan.

Seorang pekerja sosial, mempunyai pemahaman tentang pribadi dan tingkah laku

manusia serta lingkungan sosialnya atau kondisi dimana manusia itu hidup. Menurut

pandangan Zastrow, setidaknya ada beberapa peranan yang biasa dilakukan oleh pekerja

sosial, yaitu :

1. Enabler

Sebagai Enabler, seorang pekerja social membantu masyarakat agar dapat

mengartikulasikan pola sikap kebutuhan mereka, mengidentifikasi masalah mereka dan

mengembangkan kapasitas mereka agar dapat menangani masalah yang mereka hadapi secara

lebih efektif.

2. Broker

Peranan sebagai Broker, yaitu berperan dalam menghubungkan individu ataupun

kelompok dalam masyarakat yang membutuhkan bantuan ataupun layanan masyarakat

(community service). Broker dapat juga dikatakan menjalankan peran sebagai mediator yang

menghubungkan pihak yang satu dengan pemilik sumber daya.

3. Expert

Sebagai expert (tenaga ahli), ia lebih banyak memberikan saran dan dukungan

informasi dalam berbagai hal. Misalnya saja, seorang tenaga ahli dapat memberikan usulan

mengenai bagaimana struktur organisasi yang biasa dikembangkan dalam masyarakat

tersebut dan kelompok-kelompok mana saja yang harus terwakili. Seorang expert harus sadar

bahwa usulan dan saran yang diberikan bukanlah mutlak harus dijalankan masyarakat, usulan

dan saran tersebut lebih merupakan masukan gagasan untuk menjadi pertimbangan

(10)

4. Social Planner

Seorang social planner mengumpulkan data mengenai masalah social yang terdapat

dalam masyarakat tersebut, menganalisanya dan menyajikan alternative tindakan yang

rasional untuk menangani masalah tersebut. Setelah itu perencana sosial mengembangkan

program, mencoba mencari alternative sumber dan mengembangkan consensus dalam

kelompok yang mempunyai berbagai minat maupun kepentingan.

Peran expert dan sosial planner saling tumpang tindih. Seorang expert lebih

memfokuskan pada pemberian usulan dan saran, sedangkan social planner lebih

memfokuskan tugas-tugas terkait dengan pengembangan dan pengimplementasian program.

5. Advocate

Peran advocate merupaka peran yang aktif dan terarah. Dimana community worker

menjalankan fungsi sebagai advocate yang mewakili kelompok masyarakat yang

membutuhkan suatu bantuan atau layanan. Tetapi, institusi yang seharusnya memberikan

bantuan atau layanan tersebut tidak diperdulikan. Peran advokasi dapat dilihat dari apa yang

dilakukan oleh lembaga non-pemerintah yang menyampaikan tuntutan pada pemerintah agar

pemerintah menyediakan ganti-rugi yang memadai bagi mereka yang terpuruk, atau agar

pemerintah meringankan biaya pendidikan.

6. Activist

Sebagai activist, seorang community worker melakukan perubahan institusional yang

lebih mendasar dan sering kali tujuannya adalah pengalian sumber daya ataupun kekuasaan

pada kelompok yang kurang mendapatkan keuntungan. Seorang activist biasanya

memperhatikan isu-isu tertentu, seperti ketidaksesuaian dengan hokum yang berlaku,

(11)

kelompok-kelompok yang kurang diuntungkan tersebut untuk mengorganisir diri dan

melakukan tindakan melawan struktur kekuasaan yang ada.

7. Educator

Dalam menjalankan peran sebagai educator (pendidik), pekerja social diharapkan

mempunyai keterampilan sebagai pembicara dan pendidik. Pekerja social harus mampu

berbicara didepan public untuk menyampaikan informasi mengenai beberapa hal tertentu,

sesuai dengan bidang yang ditanganinya

2.3. Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM )

2.3.1. Pengertian Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM )

Adapun pengertian mengenai Pekerja Sosial Masyarakat adalah warga masyarakat

yang atas dasar rasa kesadaran dan tanggung jawab sosial serta didorong oleh rasa

kebersamaan, kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial secara sukarela mengabdi di bidang

Kesejahteraan Sosial ( Kemensos, 2012 : 4 ).

Pekerja Sosial Masyarakat mempunyai ruang lingkup pengadilan di lembaga-lembaga

Pelayanan Kesejahteraan Sosial ataupun diluar lembaga Pelayanan Kesejahteraan Sosial, baik

di Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kotamadya, Provinsi maupun Nasional. Beberapa

diantara mereka telah mengikuti suatu proses penyuluhan dan bimbingan sosial serta kursus

atau latihan bidang Kesejahteraan Sosial yang dilaksanakan oleh Departemen sosial.

Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM ) dalam melaksanakan tugasnya didasarkan atas :

1. Kesadaran dan tanggung jawab sosial.

2. Sukarela dan tanpa paksaan .

3. Pengabdian dan pengorbanan sebagai pejuang kemanusiaan, pembangunan dan

(12)

4. Tanpa pamrih dan tidak menuntut imbalan jasa, melainkan demi kepentingan

masyarakat yang dibantu.

2.3.2. Tugas Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM )

Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM ) bertugas melaksanakan usaha-usaha

Kesejahteraan Sosial sesuai dengan bidang tugas pengabdiannya berdasarkan kebijaksanaan

pemerintah dibidang Kesejahteraan Sosial. Pekerja Sosial Masyarakat yang ada di Kelurahan

Rengas Pulau terfokus kepada Pelayanan Kesehatan secara gratis dan Kesejahteraan Sosial

bagi para Lansia. Dimana ibu Romauli sebagai PSM di Kelurahan tersebut memberikan

bantuan kepada Lansia yang kurang mampu dengan memberikan Pelayan Kesehatan secara

gratis tanpa mengharapkan imbalan dari pihak manapun. Pelayan Kesehatan yang diberikan

oleh Ibu Romauli semata-mata dengan keikhlasan hatinya dengan mengabdikan diri kepada

masyarakat di Kelurahan tersebut.

Adapun fungsi dari Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM ) adalah sebagai berikut :

1. PSM berfungsi sebagai motivator yang berarti :

a. Pekerja Sosial Masyarakat memotivasi lingkungannya, termasuk para penyandang

masalah kesejahteraan sosial, sehingga mereka sadar, mau dan mampu ikut serta

secara aktif dalam kegiatan pembangunan, terutama dalam pembangunan

kesejahteraan sosial.

b. Pekerja Sosial Masyarakat menemukan potensi permasalahan kesejahteraan sosial

serta sumber daya maupun dana di masyarakat yang dapat digali, diarahkan dan

dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan kesejahteraan sosial dan dapat

meningkatkan taraf kesejahteraan sosial masyarakat.

c. Pekerja Sosial Masyarakat dapat merumuskan langkah-langkah mengatasi masalah

(13)

2. PSM berfungsi sebagai Dinamisator, yang berarti :

Pekerja Sosial Masyarakat berfikir dan bertindak dinamis, Pekerja Sosial Masyarakat

menggerakkan , mengarahkan dan mengarahkan baik perorangan, keluarga,

masyarakat keseluruhan maupun seluruh pilar pembangunan masyarakat

lingkungannya dalam mengahadapi dan mengatasi masalah Kesejahteraan Sosial,

secara berencana , terarah, konsisten dan berkesinambungan.

3. PSM sebagai pelaksana tugas-tugas pembangunan bidang Kesejahteraan Sosial dan

pembangunan pada umumnya secara melembaga dan terorganisasi yang berarti :

a. PSM melaksanakan kegiatan-kegiatan bidang usaha kesejahteraan sosial secara

profesional sesusai dengan bidang dan tingakatan pengabdiannya.

b. PSM melaksanakan kegiatan baik yang dilaksanakan oleh pemerintah, oleh

masyarakat sendiri maupun oleh pihak manapun.

c. PSM melaksanakan kegiatan usaha kesejahteraan sosial berdasarkan inisiatif dan

swadaya PSM sendiri.

Fungsi-fungsi tersebut dilaksanakan terarah, berencana, konsisten, dan

berkesinambungan, melembaga serta terorganisasikan, sehingga merupakan salah satu aspek

perwujudan adanya masyarakat yang dinamis yang memungkinkan berlangsungnya swadaya

sosial masyarakat dalam melaksanakan kegiatan usaha Kesejahteraan Sosial dan

(14)

2.3.3 Peranan Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM )

Adapun yang menjadi peranan Pekerja Sosial Masyarakat antara lain adalah :

1. Inisiator

Memprakarsai dan mengikut sertakan masyarakat dan lingkungan untuk

mencermati masalah-masalah dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat agar diambil

langkah-langkah penanganan

2. Motivator

Memotivasi masyarakat dalam lingkungannya termasuk Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial ( PMKS ), pemili sumber daya dan dana untuk terlibat

langsung dalam penanganan permaslahan Kesejahteraan Sosial

3. Dinamisator

Menggerakkan dan mengarahkan perorangan, kelompok maupun masyarakat serta

lingkungannya dalam mencegah dan menanggulangi masalah Kesejahteraan

Sosial serta berkesinambungan

4. Fasilitator

Menyediakan berbagai kemudahan agar masayarakat dapat menjangkau berbagai

sumber yang diperlukan

5. Mediator

Menghubungkan antara PMKS dengan pihak terkait dalam mendukung

(15)

2.4. Lanjut Usia

2.4.1. Pengertian Lanjut Usia

Lanjut Usia atau manusia lanjut adalah kelompok berumur tua. Golongan penduduk

yang mendapat perhatian atau pengelmpokan tersendiri ini adalah populasi berumuran 60

tahun atau lebih ( Bustan, 2002 : 213 ). Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan

merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang

mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari. Usia lanjut adalah

kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

waktu beberapa dekade ( Notoatmodjo, 2007 : 279 ).

Batasan penduduk Lanjut Usia dapat dilihat dari berbagai aspek biologi, ekonomi,

sosial dan usia, jadi batasan usia tersebut adalah sebagai berikut :

a. Aspek biologi

Penduduk lanjut usia ditinjau dari aspek biologi adalah penduduk yang telah

menjalani proses penuaan, dalam arti menurunnya daya tahan fisik yang ditandai dengan

semakin rentannya tubuh terhadap serangan berbagai penyakit yang dapat menyebabkan

kematian. Hal ini disebabkan seringnya meningkat usia, sehingga terjadi perubahan dalam

struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.

b. Aspek ekonomi

Lanjut usia ditinjau dari aspek ekonomi adalah menjelaskan bahwa penduduk lannjut

usia dipandang lebih sebagai beban daripada potensi sumber daya bagi pembangunan. Warga

tua dianggap sebagai warga yang tidak produktif dan hidupnya perlu ditopang oleh generasi

yang lebih muda. Bagi penduduk lansia yang memasuki lapangan pekerjaan, produktivitasnya

sudah menurun dan pendapatannya lebih rendah dibandingkan pekerja usia produktif. Akan

tetapi, tidak semua penduduk yang termasuk dalam kelompok umur lansia ini tidak memiliki

(16)

c. Aspek sosial

Dari aspek sosial , penduduk Lansia merupakan kelompok sosial yang tersendiri. Di

negara Barat, penduduk Lansia menduduki strata sosial di bawah kaum muda . Sedangkan di

masyarakat Indonesia sendiri, penduduk Lansia menduduki kelas sosial yang tinggi yang

harus dihormati oleh masyarakat yang usia nya lebih muda.

d. Aspek umur

Dari ketiga aspek di atas , pendekatan umur atau usia adalah yang paling

memungkinkan untuk mendefenisikan penduduk usia lanjut ( Notoatmodjo, 2007 : 280-281 ).

Beberapa para ahli memberikan pendapaat mengenai batasan umur kapankah orang

disebut Lanjut Usia, sulit untuk dijawab secara memuaskan, dibawah ini dikemukakan

beberapa pendapat mengenai batasan umur.

1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO )

a) Usia pertengahan ( Middle Age ), ialah kelompok usia 45-59 tahun,

b) Usia lanjut ( Elderly ), antara usia 60-70 tahun,

c) Usia lanjut tua ( Old ), antara usia 75-90 tahun,

d) Usia sangat tua ( Very Old ), di atas 90 tahun

2. Menurut Koesoemato Setyonegoro ( dalam Nugroho, 1995 : 14 ) mengelompokkan

Lanjut Usia sebagai berikut :

a) Usia dewasa muda ( Elderly adulhood ) usia 18/20-25 tahun,

b) Usia dewasa penuh ( Middle Years ) atau maturitas usia 25-60/65 tahun

c) Lanjut usia ( Geriatric Age ) lebih dari 65/70 tahun, terbagi untuk umur

• Young Old( usia70-75 tahun )

• Old ( usia75-80 tahun )

(17)

Kalau dilihat pembagian umur dari beberapa ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan

bahwa yang disebut Lanjut Usia adalah orang yang telah berumur 65 tahun ke atas.

Secara fisik Lanjut Usia dapat dibedakan menjaddi dua jenis yaitu Lanjut Usia

potensial dan Lanjut Usia tidak potensial. Lanjut Usia potensial adalah mereka yang

mempunyai kemampuan untuk melakukan pekerjaan dan kegiatan sesuai dengan pilihannya.

Lanjut Usia potensial merupakan sumber daya bagi dirinya serta bagi masyarakat pada

umumnya yang didasarkan atas pengetahuan , pengalaman, dan keterampilan yang dimiliki.

Sedangkan yang dimaksud dengan Lanjut Usia tidak potensial adalah kurang berdaya untuk

memenuhi kebutuhannya sehingga memerlukan bantuan dari pihak lain. Kelompok inilah

yang lebih memerlukan pelayanan secara khusus. Namun demikian, bahwa sebenarnya lanjut

usia memerlukan perlindungan dan pelayanan dikarenakan menurunnya kemampuan fisik ,

psikis, dan sosial ( Departemen Sosial, 2001 : 10 ).

2.4.2. Ciri-Ciri Lansia

Menurut Hurlock ( 1999 ) , priode Lansia sama dengan priode lainnya dalam rentang

kehidupan seseorang ditandai dengan prubahan fisik dan psikologis tertentu. Adapun ciri-ciri

Lansia adalah :

a. Lansia merupakan priode kemunduran

Kemunduran yang terjadi pada Lansia berupa kemuduran fisik dan psikologis

tertentu. Penyebab kemunduran fisik merupakan suatu perubahan pada sel-sel tubuh bukan

karena penyakit khusus tapi karena proses menua. Penyebab kemunduran psikologis karena

(18)

b. Usia tua dinilai dengan kriteria yang berbeda

Arti usia tua itu sendiri kabur dan tidak jelas serta tidak dapat dibatasi pada anak

muda, maka individu cendrung menilai tua itu dalm hal penampilan dan kegiatan fisik.

Banyak individu lansia melakukan segala apa yang dapat disembunyikan atau disamarkan

menyangkut tanda-tanda penuaan fisik dengan memakai pakaian yang biasa dipakai orang

muda dan berpura-pura mempunyai tenaga muda. Inilah cara lansia untuk menutupi dari dan

membuat ilusi bahwa lansia belum berusia lanjut.

c. Sikap sosial terhadap Lansia

Pendapat klise tentang Lansia mempunyai pengaruh yang besar terhadap sikap sosial

terhadap lanisia. Kebanyakan pendapat Klise tersebut tidak menyenangkan , sehingga sikap

sosial tampaknya cendrung menjadi tidak menyenangkan.

2.4.3. Karakteristik Lanjut Usia

Beberapa karakteristik lansia yang perlu diketahui untuk mengetahui keberadaan

masalah kesehatan lansia addalah :

1. Jenis kelamin

Lansia lebih banyak pada wanita , terdapat perbedaan kebutuhan dan masalah

kesehatan yang berbeda antara lansia laki dan wanita.

2. Status perkawinan

Status masih pasangan lengkap atau sudah hidup janda /duda akan mempengaruhi

keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun psikologis.

3. Kondisi kesehatan

a. Kondisi umum, kemampuan umum untuk tidak tergantung kepada orrang lain

(19)

b. Frekuensi sakit, frekuensi sakit yang tinggi menyebabkan menjadi tidak produktif

lagi bahkan mulai tergantung kepada orang lain. Bahkan ada yang karena penyakit

kroninya sudah memerlukan perawatan khusus

4. Keadaan ekonomi

a. Sumber pendapatan resmi, pensiunan ditambah sumber pendapatn lain kalau

masiih bisa aktif. Penduduk lansia di daerah pertanian menunjukkan proporsi yang

lebih besar dibandingkan dengan di daerah non pertanian. Lapangan sektor

pertanian cukup banyak menyerap tenaga kerja lansia , disamping sektor

perdagangan dan sektor jasa.

b. Sumber pendapatan keluarga, ada tidaknya bantuan keuangan dari anak /keluarga

lainnya , atau bahkan masih ada anggota keluarga yang tergantung padanya.

c. Kemampuan pendapatan, lansia memerluka biaya yang lebih tinggi, sementara

pendapatan semakin menurun. Sampai seberapa beasar pendapatan lansia dapat

memenuhi kebutuhannya ( Bustan, 2007 : 216-217 )

2.4.4. Permasalahan Lanjut Usia

Masa tua merupakan masa yang menimbulkan ke kawatiran terhadap setiap insan

manusia, ketidak berdayaan , kekuatan mental yang mengalami kemunduran. Keadaan

ketidak berdayan inilah yang menyebabkan sedikitnya menimbulkan ketergantungan

terhadap orang lain, dimana ketergantungan ini membutuhkan pertolongan dari pihak lain

seperti keluarga atau masyarakat b aik itu yang bersifat moril maupun materil.

Sebagai manusia, orang lanjut usia mempunyai kebutuhan. Kebutuhan ini mempunyai

corak yang khas dan mendesak untuk dipenuhi. Bila ketergantungan dan kebutuhan yang

mendesak ini tidak diatasi atau dipenuhi akan mengakibatkan terjadinya masalah bagi lanjut

(20)

Adapun permasalahan yang dihadapi oleh para lanjut usia meliputi, antara lain :

1. Permasalahan kesehatan

Terjadinya kemuduran fungsi-fungsi fisik yang membawa dampak pada kemunduran

kesehatan dengan pola penyakit yang spesifik ( Departemen Sosial, 1997 : 1 ).

2. Permasalahan finansial

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa sumber-sumber finansial orang lanjut usia

sangat terbatas bahkan secara ekonomi golongan lanjut usia tida terjamin atau

terlantar, terutama bagi mereka yang tidak terjangkau oleh jaminan atau tunjangan

pensiun.

3. Permasalahan pekerjaan

Adanya keterbatasan kesempatan kerja bagi para lanjut usia sehingga para lanjut usia

yang tidak memiliki pekerjaan , hidup dan berada dalam kemiskinan. Disamping itu

juga karena keluarganya tidak mampu merawat sehingga mereka menjadi terlantar

( Departemen Sosial, 1997 : 1 ).

Masalah lansia bukanlah masalah kesehatan semata , bahkan lebih merupakan ,

masalah sosial ekonomi . Karena itu perlu pendekatan multidisiplin mengingat berbagai isu

yang berhubungan dengan lansia seperti :

 Perlunya menyiapkan sarana pelayanan bagi lansia.

 Perlu adanya lembaga yang dapat mengayomi para lansia untuk dapat bekerja .

 Diperlukan adanya jaminan penunjang biaya kesehatan untuk lansia.

 Pemikiran untuk kondisi sosial keluarga yang mendukung kehidupan lansia seperti

(21)

Salah satu pendekatan utama yang penting adalah pendekatan keluarga. Dimana

dalam pendekatan keluarga dianjurkan beberapa hal dalam menghadapi lansia :

1. Menghormati dan menghargai orang tua.

2. Bersikap sabar dan bijaksana terhadap prilaku usia lanjut.

3. Memberikan kasih sayang, menyediakan waktu dan perhatian

4. Jangan menganganggabnya sebagi beban.

5. Memberikan kesempatan untuk tinggal bersama.

6. Mintalah nasehat pada mereka dalam peristiwa-peristiwa penting.

7. Mengajaknya dalam acara-acara keluarga.

8. Dengan memebri perhatian yang baik terhadap oarang tua, kelak anak-anak kita akan

bersikap sama terhadap kita.

9. Membantu mencukupi kebutuhannya.

2.5. Pelayanan Sosial

2.5.1. Pengertian Pelayanan Sosial

Menurut Sainbury ( 1977 ) profesor dalam Social Administration di Inggris,

menyatakan bahwa pelayanan sosial merupakan pelayanan yang digunakan untuk semua

yang berkepentingan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial dan mengurangi

jenis-jenis masalah sosial tertentu khususnya, kebutuhan-kebutahan dan masalah-masalah yang

memerlukan penerimaan publik secara umum atas tanggung jawab sosial dan yang

tergantung pada pengorganisasian hubungan-hubungan sosial untuk pemecahannya. Menurut

Sainbury pelayanan-pelayanan sosial secara luas ini meliputi kesehatan, pendidikan ,

(22)

2.5.2. Pelayanan Sosial Personal

Pelayanan sosial personal atau pelayanan sosial umum adalah program-program yang

melindungi atau mengembalikan kehidupan keluarga, membantu individu-individu mengatasi

masalah-masalah yang berasal dari luar ataupun dari dalam diri,meningkatkan perkembangan

dan memudahkan akses melalui pemeberian informasi, bimbingan advokasi dan beberapa

jenis bantuan konkret.

Menurut Sainbury pelayanan sosial personal adalah pelayanan-pelayanan yang

berkepentingan dengan kebutuhan-kebutuhan dan kesulitan-kesulitan yang menghambat

kebefungsian sosial individu secara maksimum, yang menghambat kebebasannya untuk

mengembangkan kepribadiannya dan untuk mencapai aspirasi-aspirasinya melalui

hubungannya dengan orang lain. Pelayanan sosial personal berkepentingan dengan

kebutuhan-kebutuhan yang secara tradisional diatasi dengan tindakan pribadi atau keluarga

( Fahruddin, 2012 : 53 ).

2.5.3. Pelayanan Sosial Lansia

Pelayanan Sosial lanjut usia sangat penting dilakukan oleh masyarakat baik yang

dilakukan dalam panti maupun luar panti. Pembinaan melalui luar panti memungkinkan

masyarakat untuk ikut serta dalam pelayanan lanjut usia, karena pemerintah ssampai saat ini

memiliki keterbatasan antara lain jumlah dana yang tersedia kurang seimbang dengan

kebutuhan pelayanan sosial lanjut usia, pelayanan soisal lanjut usia yang belum optimal dan

terbatasnya pengetahuan masyarakat tentang pelayanan lanjut usia ( Departemen Sosial :

2002 : 50-51 ).

Di masyarakat mereka perlu bersosialisasi dengan melakukan berbagai kegiatan sosial

seperti kegiatan keagamaan , kesehatan dan olahraga agar mereka tidak terasing dari

(23)

berpenghasilan , maka mereka mempunyai masalah sosial yang pada akhirnya berpotensi

terlantar. Oleh karena itu, perlu pemberdayaan lanjut usia agar mereka tetap melaksanakan

fungsi sosialnya dan berperan aktif secara wajar dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara (

diakses pada pukul 14.00 WIB, 17 Mei 2014 ).

2.6. Kesejahteraan Sosial

2.6.1 Penegertian Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial berasal dari kata “ sejahtera “. Sejahtera ini mengandung

pengertian dari bahasa Sansekreta “ Catera “ yang berarti Payung. Dalam konteks ini,

kesejahteraan yang terkandung dalam arti “catera “ adalah orang yang sejahtera yaitu orang

yang dalam hidupnya bebas dari kemiskinan, kebodohan, ketakutan, atau kekhawatiran

sehingga hidupnya aman dan tentram, baik lahir maupun batin. Sedangkan sosial berasal dari

kata “ Socius “ yang berarti kawan, teman, dan kerja sama. Orang yang sosial adalah orang

dapat berelasi dengan orang lain dan lingkungannya dengan baik. Jadi kesejahteraan sosial

dapat diartikan sebagai suatu kondisi di mana orang dapat memenuhi kebutuhannya dan dapat

berelasi dengan lingkungannya secara baik

Sedangkan menurut Undang-undang No. 6 Tahun 1974 Pasal 2 ayat 1 kesejahteraan

sosial ialah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, materil maupun spritual yang

diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir batin, yang memungkinkan

bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan

jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat

dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia dengan Pancasila

(24)

2.6.2. Tujuan Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan Sosial mempunyai tujuan dalam rangka membantu lasia dalam

meningkatkan kesejahteraan hidupnya , yaitu :

1. Untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dalam arti tercapainya standar kehidupan

pokok seperti sandang, perumahan, pangan, kesehatan dan relasi-relasi sosial yang

harmonis dengan lingkungannya.

2. Untuk mencapai penyesuaian diri yang baik khususnya dengan masyarakat dan

lingkungannya, misalnya dengan menggali sumber-sumber, dan mengembangkan

taraf hidup yang memuaskan.

Selain itu, Schneiderman ( 1972 ) mengemukakan tiga tujuan utama dari sistem

kesejahteraan sosial yang samapai tingkat tertentu tercermin dalam semua program

kesejahteraan sosial, yaitu pemeliharaan sistem, pengawasan sistem, dan perubahan sistem.

1. Pemeliharaan Sistem

Pemeliharaan dan menjaga keseimbangan atau kelangsungan keberadaan nilai-nilai

dan norma sosial serata aturan-aturan kemasyarakatan dalam masyarakat, termasuk

hal-hal yang bertalian denagn defenisi makna dan tujuan hidup, motivasi bagi

kelangsungan hidup seorang atau kelompok, norma-norma yang menyangkut

pelaksanaan peranan anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua dan peranan pria dan

wanita, norma-norma yang berhubungan dengan produksi dan distribusi barang dan

jasa, norma-norma yang berhubungan dengan penyelesaian konflik dalam masyarakat.

2. Pengawasan Sistem

Melakukan pengawasan secara efektif terhadap prilaku yang tidak sesuai atau

(25)

3. Perubahan Sistem

Mengadakan perubahan ke arah berkembangnya suatu sistem yang lebih efektif bagi

anggota masyarakat ( Fahruddin, 2012 : 10-12 ).

2.7. Kerangka Pemikiran

Keberhasilan suatu pembangunan membawa dampak peningkatan kesejahteraan

sosial bagi masyarakat sehingga harapan hidup semakin meningkat. Kondisi seperti inilah

yang membawa suatu konsekuensi terhadap meningkatnya jumlah lanjut usia. Adapun yang

menjadi konsekuensi dari dampak peningkatan jumlah lanjut usia ini adalah muncul berbagai

tuntutan agar dapat memenuhi kebutuhan dan mengatasi permasalahan yang dialami oleh

lanjut usia. Kondisi ini tentu membutuhkan perhatian dari berbagai pihak guna untuk

menjamin kesejahteraan sosial lanjut usia.

Sejauh ini bukan tidak ada pelayan terhadap lanjut usia , tapi sudah banyak bentuk

pelayanan yang diberikan oleh pemerintah bersama dengan berbagai elemen masyarakat.

Pelayanan lanjut usia tersebut dilaksanakan melalui pendekatan panti. Namun semua

pelayanan lanjut usia yang sudah dilakukan selama ini baik melalui panti sosial belum

sepenuhn ya mampu memenuhi kebutuhan lanjut usia.

Dikarenakan hal tersebut maka diperlukan suatu program penanganan yang dapat

membantu memenuhi kebutuhhan lanjut usia. Penanganan terhadap lanjut usia dapat

dilaksanakan oleh masyarakat dan pekerja sosial masyarakat. Dalam hal ini, Pekerja Sosial

Masyarakat menjalankan program-programnya dengan tujuan membantu para lansia untuk

meningkatkan kemampuan lanjut usia mengembangkan diri dalam menghadapi proses

ketuaan, membentuk hubungan dan kerjasama harmonis antara sesama lanjut usia, keluarga

(26)

Dengan adanya program dari PSM tersebut banyak memberikan peranan ataupun

kontribusi terhadap lansia di kelurahan Rengas Pulau seperti lansia yang tidak memiliki

biaya diberikan pengobatan gratis oleh PSM, dan juga bagi lansia yang mengalami penyakit

kaki diberikan pengobatan khusus oleh PSM. Maka dengan adanya peranan PSM tersebut

(27)

Bagan 2.1 Kerangka Pemikiran

Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM )

Kel. Rengas Pulau, Kec. Medan Marelan

Program Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM ) :

1. Pemeriksaan Kesehatan dan Pengobatan Gratis

2. Bimbingan Rohani

Warga Binaan PSM

Hasil yang Diharapkan :

1. Lanjut usia mendapatkan kesehatan yang baik

2. Lanjut usia memiliki semangat hidup

(28)

2.8. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.8.1. Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan para ahli dalam upaya

menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang akan dikaji. Sebagai konsekwensi lagis

dari salah pengertian yang terjadi dalam memaknai suatu konsep , maka terbuka pula

kemungkinan salah penggunaan atas konsep tersebut. Untuk menghindari salah pengertian

atas makna konsep – konsep yang dijadikan obyek penelitian , maka seorang peneliti harus

menegaskan dan membatasi makna konsep – konsep yang diteliti. Proses dan upaya

penegasan dan pembatasan makna konsep dalam suatu penelitian disebut dengan defenisi

konsep.

Secara sederhana defenisi ini diar tikan sebagai batasan arti. Dalam hal ini, perumusan

defenisi konsep dalam suatu penelitian menunjukkan bahwa peneliti ingin mencegah salah

pengertian atas konsep yang diteliti. Dengan kata lain, peneliti berupaya menggiring para

pembaca hasil penelitian itu untuk memaknai konsep itu sesuai dengan yang diinginkan dan

dimaksudkan oleh sipeneliti., jadi defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu

konsep yang dianut dalam suatu penelitian ( Siagian, 2011 : 136-138 ).

Konsep merupakan suatu unsur yang paling penting dalam penelitian. Suatu konsep

merupakan sejumlah pengertian atau ciri – ciri yang berkaitan dengan berbagi peristiwa,

objek, kondisi, situasi, dan hal – hal lain yang sejenis. Defenisi konsep bertujuan untuk

merumuskan sejumlah pengertian yang digunakan secara mendasar dan menyamakan

persepsi tentang apa yang diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat

(29)

Untuk memfokuskan penelitian ini , maka peneliti memberikan batasan konsep

sebagai berikut :

1. Peranan merupakan suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu

harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status sosial dan

fungsinya.

2. Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM ) merupakan warga masyarakat yang atas dasar

rasa kesadaran dan tanggung jawab sosial serta didorong oleh rasa kebersamaan,

kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial secara sukarela mengabdi di bidang

kesejahteraan sosial.

3. Lanjut usia merupakan kelompok berumur tua. Golongan penduduk yang mendapat

perhatian atau pengelompokan tersendiri ini adalah populasi berumuran 60 tahun atau

lebih.

2.8.2. Defenisi Operasional

Ditinjau dari proses atau langkah – langkah penelitian, dapat dikemukakan bahwa

perumusan defenisi operasional adalah langkah lanjutan dari perumusan defenisi konsep. Jika

perumusan defenisi konsep ditujukan untuk mencapai keseragaman pemahaman tentang

konsep – konsep , baik berupa obyek, peristiwa maupun fenomena yang diteliti, maka

perumusan operasional ditujukan dalam upaya trasformasi konsep ke dunia nyata sehingga

konsep – konsep penelitian dapat diobservasi ( Siagian, 2011 : 141 ).

Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau operasi

lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya dengan memiliki

(30)

melaksanakan kegiatan penelitian dilapangan. Maka perlu operasionalisasi dan konsep –

konsep untuk menggambarkan tentang apa yang harus diamati ( Silalahi, 2009 : 120 ).

Adapun yang menjadi defenisi operasional dalam penelitian ini dapat diukur dari

indikator-indikator sebagai berikut :

1. Bimbingan kesehatan , meliputi :

a. Kegiatan Senam yang dilakukan setiap hari minggu

b. Pemeriksaan kesehatan

c. Perawatan dan pengobatan kesehatan gratis

d. Terapi kaki bagi Lansia yang stroke setiap bulan jumat minggu ke-3

2. Bimbingan rohani, meliputi :

Referensi

Dokumen terkait

5) Al-’A lim al-Fadil Guru Haji Muhammad Rafi’i 6) Al-’A lim al-Fadil Guru H.M. Muhammad Syarwani Abdan. Khairuddin, Murid K.H. Muhammad Zaini Abdul Ghani, “Wawancara”

Selain Sosialsiasi, pembentukan tim siaga bencana, pembuatan peta evakuasi di Dusun Diwek sudah dilakukan simulasi bencana untuk memberikan pelatihan kepada warga agar

Hasil analisa kuisioner menunjukkan permasalahan yang teridentifikasi meliputi kebutuhan lahan, overlapping wilayah pemanfaatan, ancaman pencemaran dan degradasi

Polusi termal dapat terjadi secara alami, misalnya pada sumber air panas dan karena kegiatan manusia, misalnya melalui pembuangan air yang telah digunakan untuk

kekurangan yang ia miliki. Tetapi setelah Windy mengikuti konseling client centered ini, ia mengalami perubahan. Ia mulai berintropeksi diri untuk memperbaiki dirinya

Disertasi REVITALISASI MITOS MARADINDO PADA MASYARAKAT ADAT LINDU..

Sebelum permainan dimulai siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, kemudian setiap kelompok membuat teka-teki silang dengan penomoran, yaitu 10 mendatar dan 10

Selanjutnya, nilai fitur ini akan menjadi data masukan pada proses klasifikasi menggunakan SVM, sehingga sangat baik jika dilakukan normalisasi nilai pada nilai fitur untuk