• Tidak ada hasil yang ditemukan

Istilah Istilah dalam Sufisme Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Istilah Istilah dalam Sufisme Islam"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Istilah-Istilah dalam Sufisme Islam A. Pendahuluan

Tasawuf atau sufisme merupakan sebuah kajian yang tidak ada habisnya dikaji dan diteliti oleh banyak cendekiawan muslim dan bahkan para orientalis barat. Pada dasarnya, Al-Quran dan Hadits merupakan sumber utama dalam sufisme, yang kemudian dipahami, diamalkan oleh para sufi. Pemahaman para sufi tersebut kemudian disebarkan dan diajarkan kepada muslim lainnya sehingga sufisme menyebar ke seluruh penjuru dunia. Substansi dari ajaran sufisme sendiri adalah menekankan kepada akhlak dan muraqabatullah, menekankan kepada makna keberadaan manusia dan menyadarkan bahwa Allah-lah tujuan akhir kehidupan manusia.1 Seiring dengan banyaknya sufi dan ajaran mereka yang memiliki

keistimewaan tersendiri, muncullah beberapa istilah dalam ajaran-ajaran yang disampaikan oleh para sufi. hal ini pada akhirnya menambah khazanah keilmuan dalam dunia sufisme pada khususnya dan pada dunia islam pada umumnya.

B. Pembahasan

Sufisme merupakan jalan utama menuju hakekat. Hakekat merupakan sebuah kata yang memuat kebenaran sejati dan realitas yang nyata. Hanya dengan hakekatlah manusia bisa terbebas dari belenggu ketidaktahuan. Sufisme menjadi sebuah jalan tertinggi yang ditempuh untuk mencari pengetahuan (ma’rifat) tentang hakekat tersebut.2

Beberapa golongan menganggap bahwa sufisme merupakan sebuah ajaran yang berlebih-lebihan, bersifat diluar batas akal manusia, bentuk pelatihan menahan diri dari kesenangan dunia dengan permainan kata-kata indah. Pada dasaranya, Sufisme sendiri memiliki dasar kuat yang diambil dari Al-Quran dan Al-Hadits, meskipun ada beberapa istilah-istilah yang memang tidak dikenal dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits,

1 William C. Chittick, Sufism, A Beginner’s Guide (Oxford: Oneworld Publications, 2000), Hal. 15.

2 Seyyed Hossein Nasr, The Garden of Truth: The Vision and Promise of Sufism, Islam's Mystical Tradition

(2)

sehingga as-Sarraj menulis dalam bukunya al-Luma’satu bab khusus membahas istilah-istilah tersebut.3

Berikut beberapa istilah yang sering dibahas oleh beberapa sufi dan pengamat sufisme.

1. Wahdat al-Wujud

Benih dari paham ini bermula pada beberapa madrasah tasawuf falsafi yang terdapat di Andalusia, meskipun pada hakekatnya belum bisa disebut dengan pemahaman yang sempurna. Ibnu Masrah adalah tokoh yang dianggap mempunyai pengaruh yang sangat besar dan menyebarkan ajaran ini kepada para sufi di Andalusia. Dalam karyanya, Ibn Masrah wa madrasatuhu, dia mengkaji pemikiran barat dan timur dan juga membahas banyak hal tentang jiwa, akal, bahkan sampai padai ilmu kalam dan metafisika.4

Dalam hal ini, sebagai generasi sufi akhir, Ibn Arabi merupakan tokoh utama yang sering dihubungkan dengan paham ini. Dia merupakan sufi yang menyempurnakan ajaran Ibn Masrah yang telah dia pelajari di Andalusia.

Kata wahdatul wujud tidak pernah dijumpai dalam karya Ibn Arabi. Anak angkat Ibn Arabi, Sadr al-Din al-Kunawi-lah yang menggunakan istilah tersebut dalam setiap kajiannya.5

Berdasarkan pendapat Ibnu Arabi, semua bentuk wujud yang ada adalah satu. Segala yang diciptakan (Makhluq) pada hakekatnya adalah wujud satu dari Sang Pencipta (Khaliq). Hal yang memisahkan antara keduanya adalah terbatasnya akal dan pikiran manusia yang tidak mampu menangkap hakekat dari keduanya. Perbedaan yang ada hanyalah berupa bentuk dan rupa, bukan pada hakekatnya.6

Ibnu Arabi berpendapat bahwa perbedaan dzat antara Wajib al-wujud dengan

mumkin al-wujud merupakan sebuah ilusi, karena pada hakekatnya mereka adalah

3

،جارسلا رصن وبأ

عمللا

،ىنثملا ةبتكم :دادغب) 1960

.ص ( 21 .

4

،ينازاتفتلا يمينغلا افاولا وبأ

ياملإسلا فوصتلا ىلإ لخدام

،ةفاقثلا راد :ةرهاقلا)

1979 .ص ( 198 -199 .

(3)

satu. Hal ini bisa disumpulkan bahwa wujud segala sesuatu seperti cermin yang merupakan refleksi dari wujud yang hakiki.7 Jika alam tidak bisa disbut dengan

tuhan, maka alam bisa disebut identic dengan tuhan.8

Konsekuensi logis dari pernyataan ini adalah bahwa segala sesuatu yang ada merupakan sebuah metaforis, karena hanya Allah semata wujud tunggal tersebut. Artinya bahwa semesta yang ada diciptakan bukan dari ketiadaan, namun dari sesuatu yang sudah ada dengan cara emanasi.9

Dampak dari pendapat Ibn Arabi yang beranggapan bahwa Allah menyatu dengan alam bisa mengakibatkan kesalahpahaman yang fatal. Hal ini bisa diartikan bahwa manusia bisa menyembah apapun karena pada hakekatnya Allah menyatu dengan alam.10

Kritik tajam berdatangan terhadap pandangan Ibnu Arabi. Ibnu Taimiyyah merupakah tokoh yang paling keras dalam menentang pemahaman ini. Pendapat Ibnu Arabi merupakan sebuah tasybih atau penyamaan Allah dengan makhluknya. Seperti dalam sebuah syairnya:

ّفللكملا نم يروعش تيلاي # دبع ب

ل رلاو ب

ل ر دبعلا

ّفللكي ىنلأ ب

ل ر تلق وأ # ب

ل ر كاذف دبع تلق نإ

11

Syair yang ditulis oleh Ibnu Arabi dalam pembukaan buku Futuhat al-Makkiyyah menjelaskan posisi seorang hamba dan tuhannya. Seorang hamba adalah tuhan dan tuhan adalah seorang hamba. Ibnu Taimiyyah mengkritik pendapat ini karena menyalahi prinsip tauhid. Ide dari Ibnu Arabi secara tidak langsung mengingkari eksistensi Tuhan dan menganggap alam merupakan

7 Amal Fathullah Zarkasyi, Konsep Tauhid Ibn Taymiyyah dan Pengaruhnya di Indonesia (Gontor:

University of Darussalam Press, 2010) Hal. 207-208.

8 Zaprulkhan, Ilmu Tasawuf: Sebuah Kajian Tematik (Depok: PT. RajaGrafindo Persada, 2016) Hal. 168.

(4)

manifestasi Tuhan.12 Orang-orang yang memiliki pendapat seperti Ibnu Arabi

biasanya merasa terbebas dari taklif dan merasa berada pada derajat yang lebih tinggi dari yang lainnya. Semua hal ini dibahas dengan menyeluruh oleh Ibn Taimiyyah dalam bukunya al-Furqan baina Auliyai al-Rahman wa Auliyai as-Syaithan.13

Dalam tulisannya Nicholson mengatakan bahwa pemahaman ini berbeda dengan menyamakan tuhan dengan alam, atau tuhan adalah alam seperti paham Pantheisme. Padahal menurut kamu sufi dan termasuk Ibn Arabi sendiri, dia hanya menyiratkan bahwa alam ini secara misterius melebur dalam zat Allah.14

Merujuk dari perkataan Schuon bahwa apa yang beberapa orang simpulkan adalah hanya sebuah paham pantheisme semata, tanpa memperhatikan kesinambungan ontologis terhadap pemahaman para sufi.15

Bagi seorang yang awam, tidak dibenarkan untuk bersandar pada argumentasi logis yang diucapkan mereka, sedangkan mereka sendiri dalam keadaan fana’.16

2. al-Wahdat al-Mutlaqah

Sufi yang dianggap paling berpengaruh dalam memutlakan kesatuan dan meniadakan banyak adalah Ibnu Sab’in. Ia mengkritisi Ibnu Masrah dan juga Ibnu Arabi dalam karya-karyanya meskipun secara tidak langsung dia belajar sufisme dari tulisan Ibnu Arabi.

Paham ini menutup rapat-rapat tentang adanya kemungkinan-kemungkinan, sehingga menghindarkan dari pensifatan, penisbatan dan penamaan. Ia berlepas diri dari pemahaman yang masih memungkinkan untuk memberi hal diatas terhadap kesatuan wujud.

12 Syamsuddin Arif, Orientalis dan Diabolisme Pemikiran (Jakarta: Gema Insani, 2008) Hal. 258. 13 Amal Fathullah Zarkasyi, Konsep Tauhid Ibn Taymiyyah dan Pengaruhnya di Indonesia, Hal. 209. 14 Reynold A. Nicholson, The Mystics of Islam (Indiana:World wisdom, 2002) Hal. 5-6.

15 Frithjof Schuon, Logic and Transcendence (Indiana: World Wisdom, 2009) Hal. 64

16 Tim Riset Majelis Tinggi Urusan Islam Mesir, Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia Islam

(5)

Wujud Allah adalah asal dari segala sesuatu yang ada, sedang ada dan akan ada. Sedangkan wujud materi berasal dari rohani wujud yang mutlak. Sehingga pengertiannya terhadap wujud bersifat spiritual dan material.17

Dalam pengertian lain, Ibnu Sab’in menjelaskan pahamnya dengan cara pengibaratan antara identitas dan esensi. Identitas adalah ketuhanan dan esensi adalah ibadah. Ketuhanan tidak bisa bediri sendiri tanpa ibadah, begitupula ibadah tidak bisa tegak tanpa ketuhanan. Inilah yang disebut dengan kesatuan mutlak.18

Kesatuan mutlak ini berkembang sampai ke bahasan filosofis. Akal dan jiwa tidak memiliki wujud sendiri, namun bersumber dari wujud yang satu. Semuanya ditandai dengan kesatuan wujud itu sendiri.19

3. Wahdat al-Syuhud

Menurut Taftazani, Ibn Farid adalah yang tokoh utama dalam paham Wahdat al-Syuhud. Dia merupakan sufi mistis cinta yang menuliskan pengalamannya dalam barisan puisi cinta.

Konsep utama dari paham ini adalah fana’. Fana’ merupakan kondisi ketika segala sesuatu menjadi sirna dalam batas penglihatan selain Allah. Dari fana’ inilah lahir konsep penyatuan dalam penglihatan (kesaksian). Kesatuan disini adalah kesatuan pandangan atau kesaksian dalam memandang segala sesuatu, bukan kesatuan dzat itu sendiri.

Pemikiran ini berbeda dengan pemikiran Ibnu arabi, karena kesatuan Ibnu Arabi merupakan kesatuan wujud, sedangkan konsep dari Ibnu Farid adalah kesatuan pandangan dengan jalan Fana’, yaitu hilangnya pandangan selain kepada Allah dan hilangnya kehendak selain menuju kepada-Nya.20

17

،ينازاتفتلا يمينغلا افاولا وبأ

ياملإسلا فوصتلا ىلإ لخدام

، 205 -209 .

18

،يشكرز هللا حتف لما

ةيفوصلاو نيملكتملاو ةفإسلفلا دنع ديحوتلا ةديقع ،

.ص 114 .

19 Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, Hal. 302.

20

،ينازاتفتلا يمينغلا افاولا وبأ

ياملإسلا فوصتلا ىلإ لخدام

(6)

Paham ini, menurut Taftazani, masih mengikuti al-Kitab dan Sunnah, karena memang tidak terdapat tasybih dalam ajarannya.

4. Hulul

Hulul merupakan ajaran dari al-Hallaj. Pengertian Hulul sendiri dalam tasawuf adalah paham yang meyakini bahwa Tuhan menentukan manusia-manusia pilihan untuk bersemayam di dalam tubuh mereka sehingga hilanglah sifat-sifat kemanusiaan mereka.21

Dengan peleburan sifat-sifat manusia ke dalam sifat-sifat tuhan, berarti apa yang dikehendaki manusia secara keseluruhan merupakan kehendak tuhan.karena bersemayamnya tuhan (lahut) ke dalam tubuh manusia (Lahut). Al-Hallaj masih mengakui dualisme antara manusia dengan tuhan.22

Meleburnya sifat manusia dengan sifat tuhan memang tidak lantas menjadikan manusia menjadi tuhan. Pandangan al-Hallaj tidaklah bersifat nyata, hanya pada kesadaran psikis yang terjadi saat fana’, bersatunya dua hal tadi seperti air yang bercampur dengan anggur, selamanya air tidak akan pernah bisa menjadi anggur, meskipun telah tercampur.23

Meleburnya sifat-sifat tuhan dalam diri manusia saat mencapai keadaan fana’

sangat ditentang oleh beberapa ulama salaf dan ahlussunnah. Karena terkadang para salik tidak dapat melihat dirinya selain Allah.24

Dengan dualism yang masih ada, al-hallaj tidak pernah mengakui bahwa tuhan dan manusia bisa bersatu dengan satu wujud. Pada hakekatnya hal ini terjadi pada psikis saja, bukan pada kenyataan seperti Ibnu Arabi berpendapat.

5. Ittihad

Ittihad adalah tunduknya perasaan dan akal dalam kondisi fana’ sehingga memunculkan perkataan-perkataan yang tidak bisa dimengerti dengan jelas

21 Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, Hal. 271.

22

،ينازاتفتلا يمينغلا افاولا وبأ

ياملإسلا فوصتلا ىلإ لخدام

.ص ، 123 -126 .

23Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, Hal. 274.

(7)

tentang hubungan manusia dengan tuhan.25 Perkataan yang muncul dari hakekat

yang para sufi alami ini sering disebut dengan syathahat.26Kata ini memiliki arti gerakan, karena kata ini diucapkan ketika ada gerakan hati dan naluri yang memuncak sehingga mengucapkan kata-kata ini sebagai ekspresi atas kegembiraannya.27

Dari sekian banyak sufi, Abu Yazid al-Bisthami merupakan yang paling masyhur dalam paham ini. Perkataan Abu Yazid yang memang tidak bisa dipahami oleh orang awam, namun beberapa sufi bisa memahaminya seperti al-Junaid.28

Jika dalam hulul bersatunya Tuhan dalam diri manusia, namun alam Ittihad lebih pada usaha manusia menyatukan dengan dzat ilahi, dengan jalan mencapai fana’. Fana’ disini juga mencakup kehendak dan keinginan, sehingga dalam suatu perkara Abu Yazid sempat mengatakan “Aku ingin supaya aku tidak berkehendak”. Ucapan-ucapan seperti inilah yang tidak bisa dipahami secara jelas.

C. Penutup

Dunia sufisme sangat berpengaruh dalam perkembangan peradaban dunia Islam. Istilah-istilah seperti Wahdat al-Wujud (Ibnu Arabi), al-Wahdat al-Mutlaqah (Ibnu Sab’in) Wahdat Syuhud (Ibnu Farid), Hulul (Hallaj) dan Ittihad (Abu Yazid al-Bisthami) merupakan ajaran yang terkenal di dunia Tasawuf sehingga pada dasarnya mereka melaluinya dalam kondisi fana’.

(8)

Anwar, Rosihon, 2010, Akhlak Tasawuf, Bandung: CV. Pustaka Setia.

Arif, Syamsuddin, 2008, Orientalis dan Diabolisme Pemikiran, Jakarta: Gema Insani.

Bosworth, et.al., 1995, The Encyclopaedia of Islam Leiden: J. E. Brill.

Chittick, William C., 2000, Sufism, A Beginner’s Guide, Oxford: Oneworld Publications.

Nasr, Seyyed Hossein, 2001, The Garden of Truth: The Vision and Promise of Sufism, Islam's Mystical Tradition, New York: HarperCollins Publishers C.E.

Nicholson, Reynold A., 2002, The Mystics of Islam, Indiana:World wisdom.

Schuon, Frithjof , 2009, Logic and Transcendence, Indiana: World Wisdom.

Tim Riset Majelis Tinggi Urusan Islam Mesir, 2015, Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia Islam, Cipinang: Pustaka al-Kautsar.

Zaprulkhan, 2016, Ilmu Tasawuf: Sebuah Kajian Tematik,, Depok: PT. RajaGrafindo Persada.

Zarkasyi, Amal Fathullah, 2010, Konsep Tauhid Ibn Taymiyyah dan Pengaruhnya di Indonesia, Gontor: University of Darussalam Press.

،جارسلا رصن وبأ

عمللا

،

1960

،

ىنثملا ةبتكم :دادغب

.

،ينازاتتتفتلا يتتمينغلا اتتفاولا وتتبأ

1979

تت،

ىصصلإ لخدصصام

ياملإسلا فوصتلا

ةفاقثلا راد :ةرهاقلا

.

أ

،يتتشكرز هتتللا حتف لم

2009

تت،

دصصنع دصصيحوتلا ةديقع

ةيفوصلاو نيملكتملاو ةفإسلفلا

ةتتعماج :روتنوك

ةيملاسلا املسلا راد

.

تتبرع نتتبا

،ي

ةصصيكملا تاصصحوتفلا

،

1999

راد :تورتتيب ،

.ةيملعلا بتكلا

Referensi

Dokumen terkait

Based on the explanations above, the writer conducted a research entitled “The influence of Using Snake and Ladder game t owards Students’ present continuous

Program GIM diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten/kota secara lintas sektoral dan melibatkan berbagai organisasi sosial, kemasyarakatan, keagamaan, profesi, satuan

Jika dilihat berdasarkan tiap tingkat kemampuan siswa (atas, menengah, bawah), pembelajaran Reciprocal Teaching memberikan peningkatan terbesar komunikasi matematis

Hal ini meunjukkan bahwa tidak ada perbedaan median data pening- katan kemampuan pemecahan masa- lah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran discovery learning

Desentralisasi mengasumsikan bahwa penduduk lokal memiliki hak untuk memilih pemimpinnya yang mereka anggap dapat dipercaya, dan kehadiran aparat pemerintah terpilih ini akan

Adapun syarat-syarat yang dimaksud adalah dinding sumur kedap air sedalam 3 meter dari permukaan tanah, bibir sumur setinggi 80 cm dari lantai, lantai yang kedap air

Berangkat dari niat untuk melakukan uji coba kategori layanan IAAS (sehingga kelak user dapat meng- install web/ mail/ printer/ DNS server dan lainnya secara luas) yang kelak akan

Perawatan dan/atau pengobatan yang berkaitan dengan kosmetik, termasuk bedah plastik kecuali untuk bedah plastik rekonstruksi fungsional akibat Kecelakaan atau Penyakit yang