• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Menyimpang dan Anti Sosial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perilaku Menyimpang dan Anti Sosial"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 6

Perilaku Menyimpang dan Anti Sosial

Disusun Oleh : Fikra Abdul Razaq F (1233.006.021) – B/2011

Fakultas Hukum Universitas Krisnadwipayana

(2)

A. Latar Belakang

Membahas perilaku menyimpang bukanlah fenomena baru. Perilaku tersebut sudah ada sejak anak-anak Nabi Adam, Habil dan Qabil, menentang aturan ayahnya, homo seksualitas kaum Nabi Luth yang di laknat Tuhan, hingga tindakan anak-anak pada masa kini yang mengkonsumsi narkoba dan kejahatan antar negara. Yang patut dipertanyakan adalah mengapa masih banyak perilaku menyimpang dalam kehidupan masyarakat walaupun sudah ada tatanan nilai dan norma yang mengatur kehidupan perilaku bagi setiap orang. Membahas perilaku menyimpang bukan berarti mengajak pemelajar sosiologi menjadi menyimpang, akan tetapi lebih di arahkan pada mencari sebab musabab mengapa sekelompokorang menjadi menyimpang dan bagaimana menyelesaikannya.

Pada dasarnya permasalahannya yang menjadikan sekelompok orang menjadi menyimpang adalah cara manusia itu sendiri dalam mencapai tujuan. Semua orang memiliki tujuan dan kehendak untuk mencapai kepuasan diri. Namun tidak semua orang mendasarkan diri pada tatanan nilai dan norma yang ada dalam memenuhi kebutuhannya. Sifat cara manusia untuk mencapai titik tujuan (kepuasan) tersebut di golongkan menjadi dua macam, yaitu ; (1) tindakan yang sesuai dengan norma-norma yang di terima oleh masyarakat banyak atau norma umum. Tindakan ini di sebut konformis. (2) tindakan yang berlawanan dengan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat. Tindakan yang pertama dianggap sebagai tindakan yang benar (konformitas). Sedangkan yang ke dua di sebut tindakan yang menyimpang atau penyimpangan (delinqueen).

(3)

Perilaku menyimpang kemudian menyiratkan kesan, meskipun tidak ada masyarakat yang seluruh warganya dapat menaati dengan penuh seluruh aturan norma sosial yang berlaku tetapi apabila terjadi pelanggaran yang di lakukan oleh seseorang, maka hal itu dianggap telah mencoreng aib diri sendiri, keluarga maupun komunitasnya besarnya. Media massa sebagai kepanjangan tangan kontrol masyarakat juga sering kali menampilkan berita yang memojokkan seseorang atau sekelompok orang yang dianggap menyimpang menghujat atau bahkan mengucilkan orang-orang yang dianggap menyimpang merupakan salah satu bentuk hukuman yang cukup berat. Kontrol itu sebetulnya juga adalah reaksi masyarakat terhadap tindakan yang tidak sesuai dengan norma sosial.

B. Batasan Perilaku Menyimpang

Menyebut namanya saja kita sudah dapat menduga bahwa yang di maksud dengan perilaku menyimpang itu adalah perilaku dari para warga masyarakat yang dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan atau norma sosial yang berlaku. Secara sederhana kita dapat memang dapat mengatakan, bahwa seseorang berperilaku menyimpang apabila menurut anggapan sebagian besar masyarakat (minimal di suatu kelompok atau komunitas tertentu) perilaku atau tindakan tersebut di luar kebiasaan, adat istiadat, aturan, nilai, atau norma sosial yang berlaku. Membuat batasan perilaku menyimpang berdasarkan subjektivitas kelompok memang mudah, akan tetapi bagaimana batasan yang pas tentang penyimpangan secara objektif universal tidaklah mudah. Kesulitannya terletak pada anggapan tentang patokan tatanan perilaku masing-masing sosial tidak sama, sehingga mencari konsensus universal tentang penyimpangan sosial bagaikan menguraikan benang kusut.

Akan tetapi, kita tampaknya sepakat jika tindakan sekelompok orang yang suka minum-minuman keras, pengguna narkoba, pemerkosaan, perilaku seks bebas, orientasi seks yang salah, pencurian, kekerasan, perjudian, dan pembunuhan, dapat dikatakan sebagai bentuk penyimpangan. Tindakan menyimpang yang dilakukan tidak selalu berupa tindak kejahatan besar, seperti merampok, korupsi, menganiaya, atau membunuh. Melainkan bisa pula tindakan pelanggaran kecil-kecilan semacam berkelahi dengan teman, suka meludah di sembarang tempat, berpacaran hingga larut malam, dan makan dengan tangan kiri.

(4)

kebanyakan perilaku masyarakat pada umumnya. Bruce J. Cohen membatasi perilaku menyimpang sebagai setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat. Paul B. Horton , peyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat.

Dari berbagai batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku menyimpang pada dasarnya adalah semua perilaku manusia yang dilakukan baik secara individual maupun secara kelompok tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di dalam kelompok tersebut.

C. Relativitas Perilaku Menyimpang

Setiap orang yang baru menempati suatu wilayah sosial tertentu, baik itu baru di lahirkan maupun pendatang, akan senantiasa diarahkan atau disosialisasi oleh kelompok di wilayah itu untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku di dalam kelompok tersebut. Perilaku sosial yang selaras dengan harapan sosial (nilai dan norma sosial) atau lazim disebut conformity dengan demikian, conformity (konformitas) adalah bentuk interaksi yang didalamnya seseorang atau sekelompok orang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.

Seorang pria berperilaku sebagai pria dengan menampakkan kepriaannya (maskulin) seperti; kegagahan, kebijaksanaan, kegigihan, ketangguhan, keuletas sebagai karakter pria. Adapun seorang wanita berperilaku sebagai wanita yang menonjolkan sifat-sifat feminim seperti kelembutan, kehalusan budi, dan lemah gemulai. Jika seorang pria berperilaku menggunkan pakaian wanita, lemah gemulai, lembut, dan lebih berorientasi, suka kepada sesama pria, maka ia telah berperilaku yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada padanya, maka dengan demikian berarti ia berperilaku menyimpang, yaitu sebagai wanita pria (waria). Demikian juga sebaliknya jika seorang wanita berperilaku gagah, kuat, tangguh sebagaimana hal yang melekat pada sifat kepriaan, maka ia juga telah mengalami perilaku menyimpang yang sering disebut tomboy.

(5)

orang bertindak berdasarkan norma-norma dan nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat. Tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat atau tidak sesuai dengan nilai dan norma sosial yang berlaku tersebut disebut sebagai perilaku menyimpang. Penyimpangan akan terjadi jika seseorang atau sekelompok orang tidak mematuhi norma atau patokan dan nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat. Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai disebut deviacy (diviation), sedangkan pelaku penyimpangan baik secara individu maupun kelompok disebut devian (deviant).

Meskipun secara nyata kita dapat menyebutkan berbagai bentuk perilaku menyimpang, namun mendefinisikan arti perilaku menyimpang itu sendiri merupakan hal yang sulit karena kesepakatan umum tentang itu berbeda-beda diantara berbagai kelompok masyarakat. Ada segolongan orang yang menyatakan perilaku menyimpang adalah ketika orang lain melihat perilaku itu sebagai sesuati yang berbeda dari kebiasaan umum. Namun, ada pula yang menyebut perilaku menyimpang sebagai tindakan yang dilakukan oleh kelompok minoritas atau kelompok tertentu yang memiliki nilai dan norma sosial berbeda dari kelompok sosial yang lebih dominan. Definisi tentang perilaku menyimpang dengan demikian bersifat relatif, tergantung dari masyarakat yang mendefinisikannya, nilai budaya dari suatu masyarakat, masa zaman, atau kurun waktu tertentu.

Terjadinya perilaku menyimpang, sebagaimana perilaku yang tidak menyimpang (conform). Dipastikan selalu ada dalam setiap kehidupan bermasyarakat. Lebih-lebih pada masyarakat yang bersifat terbuka atau mungkin permisif, (serba boleh atau kontrol sosialnya sangat longgar). Pada masyarakat yang sudah semakin moderen dan gaya hidup warganya semakin kompleks berbagai penyimpangan perilaku seiring dengan perilaku normal, seperti halnya ada sifat baik dan buruk, hitam dan putih, atau surga dan neraka.

D. Penyimpangan Positif

(6)

mengikuti pola-pola kebanyak orang yang menurutnya adalah penyimpangan, maka orang yang sebenarnya berperilaku konform justru dikatakan menyimpang dari kebiasaan masyarakat kebanyakan. Hanya karna memiliki kebiasaan yang tidak sejalan dengan perilaku publik setempat, maka dia dianggap menyimpng. Perilaku minoritas yang tidak sejalan dengan perilaku mayoritas masyarakat tersebut dikategorikan juga sebagai bentuk penyimpangan, akan tetapi termasuk penyimpangan positif. Dengan demikian, penyimpangan positif adalah penyimpangan yang terarah pada nilai-nilai sosial yang ideal (didambakan) walaupun cara atau tindakan yang dilakukan tersebut seolah-olah kelihatan menyimpang dari norma-norma yang berlaku, padahal sebenarnya adalah tidak menyimpang.

E. Penyimpangan Negatif

Mencari formula penyimpangan negatif tidaklah sukar. Patokannya adalah jika terdapat perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang dianggap tercela oleh masyarakat umum, dan menjadikannya dikucilkan, dibenci, dan dihukum, maka perbuatan ini dikatan menyimpang secara negatif. Perilaku menyimpang ini biasanya berakibat merugikan, menyakiti bahkan menghilangkan nyawa orang, misalnya mencuri, membunuh, memerkosa orang, merampok, dan mencopet. Tetapi ada juga penyimpangan yang tidak merugikan atau menyakiti orang lain, tetapi perilaku ini dikategorikan sebagai tindakan menyimpang, seperti berbuat tidak sopan, melakukan tindakan asusila seperti melacurkan diri, mengonsumsi narkoba dan miras, tidak mau melaksanakan sembahyang, melanggar adat istiadat, bunuh diri dan sebagainya. Dengan deikian, penyimpangan negatif adalah kecenderungan bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang dipandang rendah dan akibatnya selalu buruk.

Ciri-ciri perilaku menyimpang

Paul Horton mengemukakan ada enam ciri-ciri perilaku menyimpang diantaranya ; 1. Penyimpangan harus dapat di definisikan, yaitu perilaku tersebut

(7)

norma subjektif mayoritas masyarakat, maka perilaku tersebut dikatakan menyimpang.

2. Penyimpangan bisa di terima bisa juga di tolak artinya tidak semua

perilaku menyimpang dianggap negatif, tetapi adakalanya perilaku menyimpang itu justru mendapat pujian. Seseorang yang memiliki kelebihan paling jenius diantara teman-temannya adalah penyimpangan, tetapi penyimpangan tersebut justru disukai. Didalam peristiwa peperangan seorang prajurit yang berkhianat memihak kepada musuh dianggap pembelot (menyimpang), tetapi di kalangan musuh ia adalah pahlawan sebab telah berjasa membeberkan kelemahan musuhnya.

3. Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak, artinya tidak ada

manusia pun yang sepenuhnya berperilaku selurus-lurusnya sesuai dengan nilai dan norma sosial (konformis) atau sepenuh-penuhnya berperilaku menyimpang. Patokan yang digunakan untuk menentukan apakah tindakan menyimpang dikategorikan sebagai penyimpangan mutlak atau relatif adalah frekuensi penyimpangan yang dilakukan. Jika perilaku penyimpangan masih dapat di toleransi oleh banyak orang, maka perilaku tersebut dianggap penyimpangan relatif, akan tetapi jika tindakan penyimpangan tersebut frekuensi lebih besar maka tindakan demikian ini digolongkan sebagai penyimpangan mutlak.

4. Penyimpangan terhadap budaya nyata dan budaya ideal. Artinya suatu

tindakan yang sangat nyata jika dilihat dari budaya yang berlaku di dalam struktur masyarakat tersebut dianggap konform, namun oleh peraturan hukum positif dianggap penyimpangan. Misalnya adat masyarakat jawa di hari-hari tertentu memilik kebiasaan tertentu membuang bunga atau sesaji di perempatan di jalan umum, sedangkan menurut perda yang mengatur tentang kebersihan maka perbuatan tersebut adalah penyimpangan sebab bunga dan sesaji yang di buang oleh masyarakat tersebut dikategorika samapah.

5. Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan, maksudnya

(8)

Agar tindakan pembungaan uang dalam proses hutang-piutang tidak dianggap haram, maka mereka menciptakan norma penghindaran, agar perilaku tidak terjebak dalam penyimpangan norma. Norma penghindarannya sering kali membuat istilah bagi hasil, bukan bunga pinjaman. Terkadang banyak gejala suap di tubuh birokrasi untuk memudahkan urusan administrasi. Akan tetapi, pelaku sering kali menolak dikatakan menerima suap, mereka sering kali itu adalah hibah, ucapan terima kasih, dan hadiah.

6. Penyimpangan sosial bersifat adaptif (penyesuian), artinya tindakan ini

tidak menimbulkan ancaman disintegrasi sosial, tetapi justru di perlukan untuk memelihara integritas sosial. Dinamika sosial merupakan salah satu produk dari proses sosial yang tidak bisa dihindari oleh siapapun. Misalnya gerakan sosial politik pro demokrasi menentang keberadaan pemerintahan yang otoriter semula dianggap sebagai bentuk tindakan menyimpang, akan tetapi gerakan tersebut justru didukung oleh banyak orang, sehingga keberadaan gerakan sosial politik anti-pemerintah justru dianggap konform. Misalnya gerakan people power di Filipina yang menggulingkan rezim pemerintahan Ferdinand Marcos pimpinan Corazon Aquino.

F. Penyimpangan Dan Norma Baru

(9)

akhirnya di ikuti oleh wanita lain, bahkan dilegalkan dalam bentuk gerakan emansipasi wanita, maka profesi tersebut yang semula sempit menjadi semakin luas dan menjadi norma yang di ikuti oleh masyarakat.

G. Jenis-jenis dan Sebab Penyimpangan sosial

Sebagaiman dikemukakan dan di paparkan sebelumnya bahwa batasan perilaku menyimpang lebih di tentukan oleh norma-norma yang berlaku di dalam kehidupan sosial. Oleh sebab itu, semua jenis tindakan yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat yang dianggap sebagai bentuk perilaku menyimpang yang keberadaannya sering kali ditolak oleh masyarakat. Beberapa diantaranya perilaku menyimpang yang ditolak oleh masyarakat pada umumnya adalah :

a. Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang. b. Perkelahian antara pelajar dan mahasiswa

c. Perilaku hubungan seks diluar nikah d. Homoseks

e. Alkoholisme

G.1 Sebab Musabab Terjadinya Perilaku Menyimpang

(10)

seseorang atau sekelompok orang yang dikategorikan sebagai kelompok orang yang tidak sehat mentalnya. Beberapa perilaku tersebut dilatarbelakangi oleh depresi, deprivasi sosial, psikopati.

b. Ketidakharmonisan dalam keluarga

c. Pelampiasan rasa kecewa

d. Dorongan kebutuhan ekonomi

e. Pengaruh lingkungan dan media massa

f. Keinginan untuk dipuji

g. Proses belajar yang menyimpang

h. Ketindaksanggupan menyerap norma

i. Proses sosialisasi nilai-nilai subkultur menyimpang

j. Kegagalan dalam proses sosialisasi

k. Adanya ikatan sosial yang berlainan

H. Antisosial

(11)

membentuk dunia mereka yang bebas dari norma-norma sosial yang ideal. Komunitas anti sosial dapat dikatakan sebagai bentuk kelompok anak-anak atau orang-orang yang memiliki gaya hidup sesuai dengan selera mereka, tanpa disadari apakah selera tersebut sejalan dengan norma-norma sosial atau tidak. Dengan kata lain, kelompok anti sosial dapat dikatakan kelompok yang bebas dari norma-norma dan nilai-nilai sosial .

Dengan demikian, perilaku anti sosial adalah kepribadian seseorang yang menunjukkan keacuhan, ketidakpedulian, dan / atau permusuhan yang seronok kepada orang lain, terutama yang berkaitan dengan norma sosial dan budaya. Orang yang anti sosial biasanya blak-blakan dan tidak memperdulikan hak dan perasaan orang lain. Istilah anti sosial secara formal disebut penyimpangan kepribadian atau (anti social personality disorder). Orang dengan penyimpangan ini kebanyakan laki-laki, memiliki pengendalian emosi negatif yang rendah, rasa empati sedikit, dan biasanya merasa kosong atau hampa. Bahkan ada sebagian orang atau image dari kelompok ini sendiri seringkali di cap sebagai kelompok “raja tega”, dikarenakan sekelompok ini kebanyakan tidak memiliki rasa belas kasihan kepada orang lain. Mereka dengan mudah menyakiti orang lain tanpa sedikitpun merasa bersalah dari yang mereka lakukan. Faktor-faktor yang mendorong terbentuknya perilaku antisosial, antara lain:

1. Adanya gangguan mental 2. Faktor keturunan

3. Stres dan sosiokultural 4. Faktor lingkungan

5. Kegagalan belajar mengenal moral dan etika dalam kehidupan awal mereka

H.1 Karakteristik seorang antisosial

a. Asosial

(12)

dengan orang lain. Orang-orang yang asosial dengan perasaan yang superior akan memilih hanya orang-orang yang ingin menjadi teman mereka.

b. Introver

Introver adalah ketertutupan, biasanya karena pilihan. Seseorang yang interover lebih suka kegiatan yang menyendiri seperti membaca, kesenian, dan menulis. Mereka tidak menemukan kebahagiaan dalam interaksi kelompok, sehingga mereka lebih memilih bergabung dengan kelompok yang kecil, atau bahkan tidak bergabung dengan kelompok apapun.Orang yang interover biasanya pendiam, sensitif, gampang terprovokasi, dan memiliki sedikit teman dari pada kerumunan orang. Selain telahaan yang tersebut diatas, kepribadian antisosial setidaknya menunjukan lima ciri kepribadian, yaitu :

1. Ketidakmampuan belajar atau mengambil manfaat dari pengalaman. 2. Emosi bersifat superficial, tidak alami

3. Irresposibility atau tidak bertanggung jawab

4. Tidak memiliki hati nurani, bersikap tegaan 5. Impulsiviness

I. Teori Anomi

Bersumsu bahwa penyimpangan adalah akibat dari adanya berbagai ketegangan dalam struktur sosial sehingga ada individu yang mengalami tekanan dan akhirnya menjadi menyimpang. Pandangan tersebut di kemukakan oleh Robert Merton pada sekitar tahun 1930-an, dimana konsep anomi itu sendiri pernah digunakan oleh Emile Durkheimdalam analisisnya tentang suicide uninique.

Munculnya keadaan anomi, oleh merton di ilistrasikan sebagai berikut :

1. Masyarakat industri modern, seperti Amerika serikat, lebih mementingkan pencapaian kesuksesan materi yang di wujudkan dalam bentuk kemakmuran atau kekayaan dan pendidikan yang tinggi.

(13)

(institutionalized means), misalnya ; sekolah, pekerjaan formal, kedudukan politik.

3. Namun ternyata , akses kelembagaan yang sah jumlahnya tidak dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, terutapa lapisan masyarakat bawah (dalam hal ini orang-orang miskin atau orang dari kelompok ras dan etnis tertentu yang sering mengalami diskriminasi di lingkungannya) 4. Akibat dari keterbatasan akses tersebut, maka muncul situasi anomi, yaitu ;

situasi dimana tidak ada titik temu antara tujuan-tujuan status / kultural dan cara-cara yang sah yang tersedia untuk mencapai tujuan-tujuan status tersebut.

5. Dengan demikian, anomi adalah keadaan atau nama dari situasi dimana kondisi sosial/situasi masyarakat lebih menekankan pentingnya tujuan-tujuan status, tetapi cara-cara yang sah untuk mencapai tujuan-tujuan-tujuan-tujuan status tersebut jumlahnya lebih sedikit.

pada dasarnya untuk mencapai tujuan status (kesuksesan hidup) seseorang harus melalui cara-cara yang sah, dan di benak setiap orang akan selalu tersirat mimpi atau keinginan untuk meraih kesuksesan tersebut. Tetapi, ironisnya memang structural social tidak dapat menyediakan kesempatan yang sama bagi semua orang atau semua lapisan masyarakat untuk dapat meraih tujuan status dan kulturalnya. Hanya, lapisan-lapisan masyarakat tertentu yang punya akses yang sah saja yang dapat meraih mimpi tersebut. Situasi anomi tersebu dapat berakibat negative bagi sekelompok masyarakat, dimana untuk mencapai tujuan statusnya mereka terpaksa melakukannya melalui cara-cara yang tidak sah, diantaranta melakukan penyimpangan atau kejahatan. Tindakan yang menyimpang atau bahkan criminal, misalnya menjadi pelacur, pengguna obat-obatan, alkoholisme, kekacauan mental, dan perampok adalah akibat dari situasi anomi tersebut.

J. Teori Kontrol

(14)

Salah satu ahli yang mengembangkan teori ini adalah Hirschi. Ia mengajukan beberapa proposisi teoritisnya, yaitu :

1. Bahwa berbagai bentuk pengingkaran terhadap aturan-aturan social adalah akibat dari kegagalan mensosialisasi individu warga masyarakat untuk bertindak conform terhadap aturan atau tata tertib yang ada.

2. Penyimpangan dan bahkan kriminalitas atau perilaku criminal, merupakan bukti kegagalan kelompok sosial konvensional untuk mengikat individu agar tetap conform, seperti : keluarga, sekolah atau institusi pendidikan dan kelompok dominan lainnya.

3. Setiap individu seharusnya belajar untuk conform dan tidak melakukan tindakan menyimpang atau criminal.

4. kontrol internal lebih berpengaruh dari pada kontrol eksternal.

5. Masih berdasarkan proposisi Hirschi, kurang lebih ada empat unsure utama di dalam kontrol social internal, yaitu attachment (kasih sayang);

commitment (tanggung jawab); involvement (keterlibatan atau partisipasi);

dan believe (kepercayaan keyakinan). Keempat unsure ini dianggap merupakan social bonds yang berfungsi untuk mengendalikan perilaku individu.

K. Teori Konflik

(15)

1. Pikiran Marx tentang penyimpangan

Banyak pemikiran dari kontemporer, khususnya yang berbasis perspektif konflik, mengambil dasar pemikiran dari pada ahli teori sosiologi klasik, seperti Karl marx, George Simmel, dan yang lebih baru adalah Lewis coser dan Ralf Dahrendorft. Perspekti konflik klasik melihat terbentuknya masyarakat tidak didasarkan atas consensus terhadap nilai-nilai, tetapi karena perjuangan diantara kelas-kelas yang social yang ada.

Marx melihat masyarakat di bentuk pertama kali ari dua kelompok dengan pertentangan ekonomi; kelompok borjuis adalah kelas pemegang peraturan. Mereka adalah orang-orang kaya/makmur yang mengontrol sarana/alat-alat produksi ekonomi, memiliki pengaruh besar pada lembaga-lembaga ekonomi dan politik masyarakat, serta memiliki jatah kekuasan untuk melayani kepentingan mereka. Di sisi lain, kaum proletar diatur dan bekerja secara tereksploitasi oleh kaum borjuis. Negara dalam pemikiran ini bukanlah pihak yang netral. Peran Negara terutama untuk melayani dan melindungi orang-orang yang membuat peraturan dan serta menghindarkan mereka dari ancaman orang atau kelompok lain.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang dihasilkan, menemukan adanya kaitan tokoh utama SAO yaitu Kirito, dengan motif yang digunakan dalam kostum berdasarkan sifat, karakter,

Penelitian ini bertujuan untuk : 1) mengembangkan jenis media pembelajaran makharijul h}uruf hijaiyyah berbasis Adobe flash CS6 yang layak digunakan untuk umat

Sedangkan pada tahun ini perolehan untuk laba bersih diperkirakan tumbuh sekitar 96,5 persen menjadi Rp160,1 miliar dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya sebesar

Jika kamu percaya kebohongan bahwa Tuhan marah padamu dan muak denganmu dan bahwa Ia akan menghukummu dan bahwa kamu tidak berpengharapan dan kesempatan telah

Dengan menggunakan teknik ini semua modul- modul ataupun komponen-komponen yang mempunyai kemampuan akses melalui jalur bus terhubung menjadi satu dalam jalur tersebut sehingga jumlah

Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa perlakuan rasio bahan : pelarut dan lama ekstraksi memberikan pengaruh nyata ( α=0 .05) terhadap kadar total fenol ekstrak daun

Bahasa tersebut sejak lama digunakan sebagai bahasa perantara (lingua franca) atau.. Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional C 5 bahasa

Pada organisasi, aset pengetahuan tersebut disimpan dengan bantuan komputer dan informasi teknologi (Uriatre, 2008). 2006) Knowledge adalah proses menerjemahkan informasi