Peningkatan Pengetahuan Tentang Obat Melalui Kegiatan
Apoteker Kecil Untuk Siswa Sekolah Dasar Di Desa Selogiri Kecamatan
Karanggayam Kabupaten Kebumen
Tri Cahyani Widiastuti1*, Naelaz Zukhruf Wakhidatul Kiromah2, dan Ledianasari3
1,2,3
Program Studi Farmasi Program Sarjana STIKES Muhammadiyah Gombong *Email :TriCahyaniApt@gmail.com
Abstrak
Keywords:
Apoteker, Konsultasi, Informasi dan Edukasi (KIE), kesehatan, obat, siswa Sekolah Dasar
Pengetahuan masyarakat mengenai dunia kesehatan, terutama obat masih sangat terbatas, padahal obat merupakan bahan yang mudah kita temukan di sekitar kita. Obat harus selalu digunakan secara benar agar memberikan manfaat klinik yang optimal. Salah satu elemen yang memiliki keahlian dan dapat menjadi sumber informasi mengenai obat adalah apoteker atau farmasis. Peran Apoteker dalam bidang kesehatan yaitu memberikan Konsultasi, Informasi dan Edukasi (KIE), mengarahkan pasien untuk melakukan pola hidup sehat, dan melakukan monitoring. Target atau sasaran pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada kelompok atau populasi umur tertentu sangat menentukan keberhasilan suatu program kesehatan, salah satunya adalah anak usia sekolah. Pelaksanaan program Apoteker Kecil pada siswa SD Negeri 4 Selogiri kelas 5 dan 6. SD Negeri 4 Selogiri merupakan salah satu SD Negeri yang terletak di Dukuh Sipanjang Desa Selogiri, Kecamatan Karanggaram, Kabupaten Kebumen. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah meningkatkan eksistensi Apoteker dan tugasnya sehingga pelaksanaan program Apoteker kecil dapat sebagai perwujudan kader sadar obat sejak dini. Selain itu, Pengetahuan anak tentang obat semakin baik sehingga anak dapat ikut andil dalam menyampaikan informasi obat dan kepatuhan penggunaan obat secara umum kepada keluarga dan lingkungannya sejak dini. Pelaksanaan kegiatan meliputi, pengenalan apoteker, penyampaian materi mengenai penggolongan obat, jenis obat, informasi pada kemasan dan brosur obat, cara penggunaan obat, efek samping obat, cara penyimpanan obat, obat rusak dan kadaluwarsa serta praktek meracik obat. Hasil dari kegiatan tersebut adalah adanya perbedaan nilai antara pre test dan post test, dimana hasil nilai rata-rata post test lebih tinggi daripada pre test. Hal ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh hasil penyampaian materi terhadap tingkat pemahaman dan pengetahuan tentang obat dan apoteker.
1. PENDAHULUAN
Pengetahuan masyarakat mengenai dunia kesehatan, terutama obat masih sangat terbatas, padahal obat merupakan bahan yang mudah kita temukan di sekitar kita. Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dijelaskan dari tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi. Berbagai pilihan obat saat ini tersedia, sehingga diperlukan pertimbangan-pertimbangan yang cermat dalam memilih obat untuk suatu penyakit. Obat harus selalu digunakan secara benar agar memberikan manfaat klinik yang optimal. (Anidya et al., 2005)
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi manusia. Untuk memberikan fungsinya, obat dibuat menjadi bentuk sediaan tertentu yang kemudian dikenal dengan istilah obat jadi, dan obat tersebut mengandung komposisi sesuai dengan standar (Zaman-Joenoes, 2001). Obat paten merupakan obat jadi yang dikuasakan untuk diedarkan dengan bungkus asli dari produsen dan masih memiliki hak paten. Obat paten sering disebut dengan obat dagang dimana perbedaan obat dagang yang beredar terletak pada kecepatan absorpsi obat, kenyamanan penggunaan obat dalam hal rasa dan bau, serta kemudahan obat dicerna (Henry, 2004).
Salah satu elemen yang memiliki keahlian dan dapat menjadi sumber informasi mengenai obat adalah apoteker atau farmasis. Peran Apoteker dalam bidang kesehatan yaitu memberikan Konsultasi, Informasi dan Edukasi (KIE), mengarahkan pasien untuk melakukan pola hidup sehat, dan melakukan monitoring. Hasil terapi pengobatan yang telah dijalankan oleh pasien merupakan kerja sama dengan profesi kesehatan lain yang tentunya bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (Astika, 2003). Tetapi, dari hasil survey ternyata masyarakat masih kurang mengenal siapa apoteker dan bagaimana dunianya sehingga akses masyarakat untuk mendapatkan informasi obat juga terbatas. Karena pengetahuan mengenai obat yang terbatas tersebut maka banyak timbul permasalahan dalam penggunaan obat.
Masalah tersebut tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi juga berkaitan dengan anak-anak. Anak sering bersikap enggan untuk patuh minum obat demi kesembuhan penyakit atau gangguan yang dideritanya, karena beranggapan obat memiliki rasa yang pahit dan tidak enak. Orang tua, terutama ibu, sangat berperan dalam menjaga anak untuk patuh minum obat. Namun, problema ini akan menjadi lebih mudah lagi jika pada diri anak juga ditumbuhkan kesadaran untuk patuh minum obat sejak mereka berusia dini. Selain itu, kurangnya pengetahuan anak mengenai obat yang benar akan menyebabkan anak mudah terpengaruh untuk menyalahgunakan obat tersebut, terutama golongan narkotika dan obat terlarang (Kompas. 2011).
Target atau sasaran pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada kelompok atau populasi umur tertentu sangat menentukan keberhasilan suatu program kesehatan, salah satunya adalah anak usia sekolah. Alasannya adalah: Pertama, populasinya tergolong besar karena jumlah anak usia sekolah mencapai 30 % dari jumlah penduduk (Depkes, 2008). Kedua, mudah dijangkau karena terorganisir dengan baik di Institusi-institusi sekolah. Ketiga, pendidikan dan pelayanan kesehatan yang diberikan sejak dini jauh lebih baik daripada diberikan pada usia yang sudah agak terlambat. Keempat, anak usia sekolah merupakan generasi penerus yang potensial karena di masa depan mereka akan berumah tangga, menjadi orang tua dan mempunyai anak, maka nasib anak-anaknya dalam bidang pendidikan dan pelayanan kesehatan banyak bergantung kepada mereka. Kelima, masalah kesehatan yang dialami anak usia sekolah ternyata sangat kompleks dan bervariasi. Selain keberadaan tempat, jalur transportasinya sulit untuk dicapai.
Mitra memiliki masalah yaitu pengetahuan mengenai obat yang terbatas. Mitra juga kurang mengenal apoteker sebagai salah satu sumber informasi mengenai obat. Hal tersebut menimbulkan permasalahan pada mitra yang merupakan siswa SD yaitu anak sering bersikap enggan untuk patuh minum obat demi kesembuhan penyakit atau gangguan yang dideritanya, karena beranggapan obat memiliki rasa yang pahit dan tidak enak. Selain itu, kurangnya pengetahuan anak mengenai obat yang benar akan menyebabkan anak mudah terpengaruh untuk menyalahgunakan obat tersebut, terutama golongan narkotika dan obat terlarang. Karena kurangnya informasi, anak-anak juga tidak mengenal obat tradisional khususnya yang berasal dari tanaman. Akibatnya kecintaan anak-anak terhadap obat asli Indonesia akan berkurang. (Kurnia, Suswandari, Sari, & Suswandari, 2016)
penyalahgunaan obat. Mitra dalam kegiatan ini adalah siswa kelas 5 dan 6 SD Negeri 4 Selogiri yang terletak di Dukuh Sipanjang Desa Selogiri, Kecamatan Karanggaram, Kabupaten Kebumen. Beberapa program kegiatan yang dilaksanakan adalah:
1. Pemberian pendidikan dan pelatihan mengenai manfaat obat sehingga tumbuh kesadaran untuk patuh minum obat
2. Pemberian Pendidikan dan Pelatihan mengenai bahaya obat agar terhindar dari penyalahgunaan obat
3. Pemberian pendidikan dan pelatihan mengenai cara penggunaan dan penyimpanan obat (BPOM, 2008)
Berdasarkan gambaran lokasi atau tempat SD Negeri 4 Selogiri maka perlu diadakan edukasi mengenai obat terutama cara mendapatkan, menggunakan, menyimpan dan membuang obat dengan benar. Fenomena yang terjadi saat ini di daerah pedesaan khususnya desa Selogiri kurangnya pengetahuan tentang obat, dimana mereka bisa memperoleh obat dan dimana mereka bisa konsultasi tentang obat meliputi cara penggunaan, interaksi, dosis sekaligus salah satu cara untuk memperkenalkan profesi Apoteker dan tugasnya dalam menyampaikan informasi obat.
2. METODE
Realisasi kegiatan ini dilakukan mulai dari survey tempat, pelaksanaan kegiatan hingga evaluasi dan rencana tindak lanjut. Berikut adalah tabel rincian kegiatan yang dilakukan:
Tabel 1. Rincian Kegiatan Pengabdian Masyarakat
Kegiatan Metode PJ Praktik Meracik Obat Diskusi (30 Menit) Pelaksanaan pengabdian
masyarakat
Post Test dan Penutupan (30 Menit)
Evaluasi Diskusi (5 Jam)
Pembuatan laporan hasil Laporan tertulis (10 Jam)
Kegiatan dimulai dengan melakukan survey ke tempat atau lokasi yang bertempat di SD Negeri 4 Selogiri, Karanggayam, Kebumen. Didapatkan data jumlah peserta Apoteker Kecil sebanyak 61 siswa, yang merupakan siswa SD Negeri 4 Selogiri kelas 5 dan 6. Sarana prasarana yang tersedia di sana adalah ruang, meja dan kursi sedangkan LCD dan sound sistem belum tersedia. Siswa kelas 5 dan 6 dibagi menjadi 10 kelompok dimana setiap kelompok terdapat 6 siswa. Setiap kelompok didampingi oleh dosen dan mahsiswa. Setiap meja telah disediakan paket obat dalam berbagai bentuk sediaan obat lengkap dengan kemasannya, kertas perkamen, lumpang dan alu, cangkang kapsul, sudip, tepung sebagai serbuk obat, lembar kerja siswa dan bulpoint untuk masing-masing siswa. Materi diberikan dengan sistem klasikal beserta contoh penerapannya pada produk obat.
Materi sosialisasi tentang pengenalan apoteker meliputi, pengenalan apoteker, penggolongan obat, jenis obat, informasi pada kemasan dan brosur obat, cara penggunaan obat, efek samping obat, cara penyimpanan obat, obat rusak dan kadaluwarsa. Sebelum penyampaian materi, dilaksanakan pre test terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat pemahaman dan pengetahuan siswa.
Setelah dilakukan pre test, Peserta juga diberikan simulasi atau praktek langsung berdasarkan teori atau materi yang telah diberikan sebelumnya meliputi praktek mengenal golongan obat, membaca informasi pada kemasan dan brosur obat, menganalisis efek samping obat seperti yang tercantum dalam kemasan. Masing-masing siswa mendapatkan satu botol multivitamin sehingga dapat digunakan untuk mempraktekkan bagaimana cara minum obat sesuai dengan dosis yang tercantum dalam kemasan, menentukan berapa frekuensi penggunaan dalam sehari sesuai dengan aturan penggunaan yang tercantum dalam kemasan, serta bagaimana cara menyimpan obat dengan benar setelah kemasan dibuka. Evaluasi keberhasilan pemberian penyuluhan tahap pertama dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan mengenai materi yang sudah diberikan. Siswa yang menjawab pertanyaan dengan tepat mendapatkan hadiah yang sudah disiapkan oleh tim.
Tabel 2. Lembar Kerja Siswa
Pada saat mengisi lembar kerja, siswa sangat antusias dan pendamping kelompok atau tutor membantu untuk menjawab pertanyaan dari siswa. Sehingga siswa paham apa yang mereka baca di kemasan dan yang akan mereka tulis di lembar jawab. Metode ini sangat relevan untuk diterapkan pada siswa SD.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan ini berupa penyuluhan mengenai pengenalan profesi apoteker dan obat. Penyuluhan dilaksanakan di SD 4 selogiri. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan pengetahuan siswa mengenai obat dan profesi apoteker sehingga akan meningkatkan kepatuhan siswa untuk
minum. Sebelum penyampaian materi, dilaksanakan pre test terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat pemahaman dan pengetahuan siswa. Hasil pre-test ini akan dibandingkan dengan hasil post-test yang akan dikerjakan setelah siswa mendapatkan penyuluhan. Setelah pre-test siswa diajak berkenalan terlebih dahulu dengan para pemateri, tujuannya agar siswa dapat lebih mudah berinteraksi sehingga materi yang diberikan dapat diterima dengan baik. Dosen sebagai pemateri menyampaikan materi selama 1 jam yang diselingi dengan tanya jawab dan permainan.
Peserta juga diberikan simulasi atau praktek langsung berdasarkan teori atau materi yang telah diberikan sebelumnya meliputi praktek mengenal golongan obat, membaca informasi pada kemasan dan brosur obat, menganalisis efek samping obat seperti yang tercantum dalam kemasan. Masing-masing siswa mendapatkan satu botol multivitamin sehingga dapat digunakan untuk mempraktekkan bagaimana cara minum obat sesuai dengan dosis yang tercantum dalam kemasan, menentukan berapa frekuensi penggunaan dalam sehari sesuai dengan aturan penggunaan yang tercantum dalam kemasan, serta bagaimana cara menyimpan obat dengan benar setelah kemasan dibuka.
Evaluasi keberhasilan pemberian penyuluhan tahap pertama dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan mengenai materi yang sudah diberikan. Siswa yang menjawab pertanyaan dengan tepat mendapatkan hadiah yang sudah disiapkan oleh tim. Kegiatan terakhir adalah evaluasi yaitu siswa dibagikan lembar post test dan kemudian dikumpulkan untuk dinilai. Hasilpre testdanpost testsiswa untuk kelas 5 dan kelas 6 dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. HasilPre testdanPost testSiswa Kelas 5
K
1 Adit Suryanuloh 60 70 1 Adam Maulana 80 80
2 Agus 60 80 2 Aditira 50 100
3 Agus Rohman 60 70 3 Ahmad Akbar 90 100
4 Ana Saputri 90 80 4 Andri Setiawan 90 70
5 Ardi Setiawan 50 70 5 Apriningsih 90 90
6 Arif
Hidayatuloh
70 80
6 Arianto 90 100
7 Dias Nofariyan 70 60 7 Budi Lesmana 90 80
8 Deni Wahyu Irawan
70 60
8 Daryo 100 90
9 Devi Haryanti 70 70 9 Eling Saputra 90 100
10 Endang Sulastri 80 80 10 Eka Hidayat 90 90
11 Fefririastuti 80 80 11 Eli Nurjanah 90 100
12 Firman Syah 80 80 12 Erika Melani 90 90
13 Gilang Ramadan
70 90
13 Herlino Rionaldo 70 80
14 Hoerun Marsel 60 80 14 Iis Maulana 100 100
15 Ikhsan Hamid 70 70 15 Ilham Ramadhani 90 90
16 Karsini 50 70 16 Jefri Setiawan 90 90
18 May Felani 90 90 18 Mohamad Rifai 80 80 19 Maytri Nindi
Sari
80 80
19 Nur Widi yanti 60 80
20 Nendian Saputra 80 80 20 Rafasemi Saputra 90 100
21 Novellia 90 90 21 Santi 100 100
22 Nur Fauzi 50 70 22 Sarmini 90 90
23 Nur Fita Sari 80 90 23 Selfiyah 80 80
24 Putri Lestari 80 60 24 Siti Fahijah 80 80
25 Ragil 80 70 25 Susi Wahyuni 100 100
26 Saeful Fahri 80 80 26 Umi Nur Kholifah 80 90
27 Solehin 70 80 27 Farizal Naim 100 100
28 Sukur Refi Yanto
90 90
28 Wahyuni Siti
Fadilah 90 100
29 Toto Prayoga 90 80
30 Wahyono 100 80
31 Wahyu Hidayat 80 80
32 Yusuf Hidayat 90 90
33 Zahra Olivia 80 80
Rata – Rata 75,75 80.90 Rata – Rata 86.42 90.71
Siswa kelas 5 yang mengikuti kegiatan apoteker kecil sejumlah 33 siswa, dimana nilai rata-rata pre test adalah 75,75 sedangkan nilai rata-rata post test adalah 80,90. Jumlah siswa kelas 6 yang mengikuti sebanyak 28 siswa, dimana nilai rata-rata pre test sebesar 86,42 sedangkan nilai post test sebesar 90,71. Pada tabel 1 menunjukkan bahwa adanya perbedaan nilai antara pre testdanpost test, dimana hasil nilai rata-rata post test lebih tinggi daripada pre test. Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian penyuluhan mengenai obat dan dapat diterima dengan baik oleh siswa. Materi penyuluhan yang diberikan dapat meningkatkan pengetahuan siswa mengenai profesi apoteker dan informasi terkait obat terbukti dengan peningkatan nilai post test yang diperoleh siswa. Hal ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh hasil penyampaian materi terhadap tingkat pemahaman dan pengetahuan tentang apoteker dan obat sebelum dan sesudah materi dilaksanakan dalam kegiatan ini.
Kegiatan ini mendapatkan tanggapan yang positif dari semua pihak, baik pihak sekolah yang diwakili para guru dan kepala sekolah maupun dari pihak siswa. Siswa sangat bersemangat ketika mengikuti materi, mereka juga saling berebutan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan. Hal tersebut menunjukkan antusiasme siswa yang sangat besar. Siswa juga sangat tertarik ketika mereka dapat praktek membaca leaflet/brosur obat maupun cara minum obat. Diharapkan kegiatan ini dapat memberikan manfaat yang besar, baik untuk siswa sendiri maupun pihak sekolah
4. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan pengabdian ini adalah masih rendahnya pengetahuan siswa sekolah dasar tentang profesi apoteker, jenis dan golongan obat beserta cara penggunaan dan penyimpanannya, serta jenis obat. Pemberian penyuluhan terbukti dapat meningkatkan pengetahuan siswa. Kegiatan ini mendapatkan sambutan yang positif dari pihak guru dan kepala sekolah serta diikuti dengan sangat antusias oleh seluruh siswa. kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan citra positif profesi apoteker di masyarakat sehingga tercipta suasana lingkungan yang menyehatkan bagi semua orang.
Gombong yang telah memberikan kontribusi sehingga kegiatan pengabdian berjalan dengan lancar. Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada segenap pihak-pihak terkait dalam kegiatan meliputi instansi pemerintah daerah kabupaten kebumen dan Sekolah dasar yang turut mendukung berjalannya kegiatan ini.
REFERENSI
Anidya, C. M., Taufikurrakhman, A., Akbar, Z., Ningsih, S., Farmasi, P. S., & Indonesia, U. I. (2005). Upaya Membangkitkan Eksistensi Profesi Apoteker Dan Sistem Interpersonal Education, 35–40.
Astika, S.L., dalam Charles, S., dan Lia, A., 2003,Farmasi Rumah Sakit : Teori Dan Terapan, EGC, Jakarta, 177-178.
Barnes, J., Anderson, L.A., Phillipson, J.D. (2005).Herbal medicines. London:Pharmaceutical Press.
BPOM. (2008). Pengetahuan Tentang Obat: Perlunya Pendekatan dari Perspektif Masyarakat. Majalah Info POM Vol. 9 No. 4
Depkes RI. (2008). Pedoman Pelatihan Dokter Kecil. Direktorat Bina Kesehatan Anak. Depkes RI
Kurnia, N., Suswandari, M., Sari, N. K., & Suswandari, M. (2016). Effektivitas Program Apoteker Kecil ( Apcil ) Terhadap Pengetahuan Tanaman Obat Tradisional Keluarga Di Sekolah Dasar Negeri 2 Sukoharjo Tahun Ajaran 2015 / 2016. (Kurnia, Suswandari, Sari, & Suswandari, 2016)
Kompas. 2008. Hampir Empat Ribu Anak SD Terkena Narkoba. Diakses 16 April 2017. http://nasional.kompas.com/read/2008/02/14/16413551/hampir.empat.ribu.anak.sd.teren a.narkoba