• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 Prediksi Curah Hujan - Prediksi Curah Hujan Menggunakan Weighted Evolving Fuzzy Neural Network (WEFuNN)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "2.1 Prediksi Curah Hujan - Prediksi Curah Hujan Menggunakan Weighted Evolving Fuzzy Neural Network (WEFuNN)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

LANDASAN TEORI

Bab ini membahas tentang teori penunjang dan penelitian sebelumnya yang

berhubungan dengan penerapan metode weighted evolving fuzzy neural network untuk

prediksi curah hujan.

2.1Prediksi Curah Hujan

Dalam peramalan dikenal istilah prakiraan dan prediksi. Prakiraan adalah sebagai

proses peramalan suatu variabel sebagai contoh curah hujan di masa datang dengan

berdasarkan data curah hujan pada masa sebelumnya. Menggabungkan dan mengolah

data masa lampau secara sistematik dengan suatu metode tertentu untuk menghasilkan

prakiraan keadaan pada masa datang. Prediksi adalah proses peramalan suatu variabel

di masa datang dengan lebih mendasarkan pada pertimbangan intuisi daripada data

masa lampau, meskipun lebih menekankan pada intuisi, dalam prediksi juga sering

digunakan data kuantitatif sebagai pelengkap informasi dalam melakukan peramalan

(Herjanto, 2006).

Menurut sumber peramalannya, peramalan dapat dikelompokkan sebagai

berikut (Heizer, 2005):

1. Model Data Times Series atau Runtun Waktu

Model data time series adalah suatu jenis peramalan secara kuantitatif dengan menggunakan waktu sebagai dasar peramalan. Model time series sering disebut model kuantitatif intrinsik. Model peramalan deret waktu seperti itu bertujuan

untuk menemukan pola dalam deret data historis dan mengekstrapolasikan pola

dalam deret data tersebut ke pola data masa depan.

2. Model Data Causal

Model data causal adalah model peramalan yang menggunakan hubungan sebab-akibat sebagai asumsi, yaitu bahwa apa yang terjadi di masa lalu akan terulang

pada saat ini. Model ini merupakan teknik peramalan kuantitatif ekstrensik yang

(2)

3. Model Data Judgemental

Bila model peramalan time series dan causal bertumpu pada data kuantitatif, pada

model judgemental faktor-faktor kualitatif/subjektif dimasukkan ke dalam metode

peramalan. Secara khusus berguna bilamana faktor-faktor subjektif yang

diharapkan menjadi sangat penting dan data kuantitatif yang akurat sudah

diperoleh.

2.2 Intensitas Curah Hujan

Hujan merupakan jatuhnya hydrometeor yang berupa partikel-partikel air dengan

diameter 0,5 mm atau lebih. Jika jatuhnya ketanah maka disebut hujan, akan tetapi

jika apabila jatuhnya tidak dapat mencapai tanah karena menguap lagi maka jatuhan

tersebut disebut virga. Hujan juga dapat didefinisikan dengan uap yang

mengkodensasi dan jatuh ke tanah dalam rangkaian hidrologi (Sosrodarsono, 2003).

Penguapan terjadi pada tiap keaadaan suhu sampai udara diatas permukaan

menjadi jenuh dengan uap. Tetapi kecepatan dan jumlah penguapan tergantung dari

suhu, kelembaban, kecepatan angin, dan tekanan udara (Sosrodarsono, 2003).

Kelembaban merupakan massa uap yang terdapat dalam 1 udara, kerapatan

uap disebut kelembaban mutlak (absolute). Kelembaban ralatif adalah perbandingan

massa uap dalam suatu satuan volume dan massa uap yang jenuh dalam satuan

volume itu pada suhu yang sama. Kelembapan ralatif dinyatakan dalam %

(Sosrodarsono, 2003).

Intensitas curah hujan adalah besaran curah hujan dalam suatu satuan waktu.

Satuan yang digunakan mm/jam. Keadaaan curah hujan dan intensitas curah hujan

(3)

Tabel 2.1 Keadaan curah hujan dan intensitas curah hujan (Sosrodarsono, 2003)

Keadaan curah hujan Intensitas curah hujan (mm)

1 jam 24 jam

Hujan sangat ringan <1 <5

Hujan ringan 1-5 5-20

Hujan normal 5-20 20-50

Hujan lebat 10-20 50-100

Hujan sangat lebat >20 >100

Nama dari butiran hujan berdasarkan dari ukurannya. Dalam meteorologi,

butir hujan dengan diameter lebih besar dari 0,5 mm disebut hujan dan diameter antara

0,50-0,1 mm disebut gerimis (drizzle). Makin besar ukuran butir hujan, makin besar

kecepatan jatuhnya. Kecepatan yang maksimum adalah kira-kira 9,2 m/det. Pada

Tabel 2.2 menunjukkan jenis curah hujan , ukuran-ukuran butir hujan, massa dan

kecepatan jatuh butir hujan.

Tabel 2.2 Ukuran, massa dan kecepatan jatuh butir hujan(Sosrodarsono, 2003).

Jenis Diameter bola

Fuzzy logic merupakan salah satu cara untuk memetakan suatu ruang input ke ruang output. Konsep fuzzy logic yang sangat sistematis pertama kali diusulkan oleh Lotfi A. Zadeh (Palit, 2005). Pada himpunan crisp, anggota himpunan memiliki batasan yang kaku. Sebagai contoh suatu himpunan konvensional didefinisikan sebagai berikut:

A = {x | x > 6}

Pada persamaan di atas terlihat batasan yang jelas yaitu 6 sehingga jika x lebih

(4)

himpunan A. Berbeda dengan himpunan crisp, himpunan fuzzy adalah suatu himpunan

tanpa batasan yang kaku. Oleh karena itu transisi dari “anggota himpunan” ke “bukan anggota himpunan” terjadi secara bertahap dan transisi ini diimplementasikan dengan

fungsi keanggotaan himpunan fuzzy (membership function).

2.3.1 Himpunan Fuzzy

2. Nol (0), yang berarti bahwa suatu item tidak menjadi anggota dalam suatu

himpunan.

Himpunan fuzzy memiliki 2 atribut (Kusumadewi, 2010), yaitu:

1. Linguistik, yaitu penamaan suatu grup yang mewakili suatu keadaan atau

kondisi tertentu dengan menggunakan bahasa alami, seperti: Hujan sangat

ringan, Hujan ringan, Hujan Normal, Hujan Lebat, Hujan sangat lebat.

2. Numeris, yaitu suatu nilai (angka) yang menunjukkan ukuran dari suatu

variabel seperti : 5, 20, 50, 100, dsb.

2.3.2 Fungsi Keanggotaan

Derajat keanggotaan merupakan suatu kurva yang menunjukkan pemetaan titik-titik

input data ke dalam nilai keanggotaannya sering juga disebut dengan fungsi keanggotaan (membership function) yang memiliki interval antara 0 sampai 1 (Kusumadewi, 2010). Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan nilai

keanggotaan adalah dengan melalui pendekatan fungsi. Ada beberapa fungsi yang bisa

digunakan seperti fungsi linear, kurva segitiga, kurva trapesium, dan lain sebagainya.

1. Representasi Linear

Pada representasi linear, pemetaan input ke derajat keanggotannya membentuk suatu garis lurus. Bentuk ini paling sederhana dan menjadi pilihan yang baik

untuk mendekati suatu konsep yang kurang jelas (Kusumadewi, 2010).

(5)

kanan menuju ke nilai domain yang memiliki derajat keanggotaan lebih tinggi

(Kusumadewi, 2010). Bentuk grafiknya dapat dilihat pada Gambar 2.1.

0 1

a b

Derajat Keanggotaan

µ[X]

Gambar 2.1 Representasi Linear Naik (Kusumadewi, 2010) Fungsi Keanggotaan:

[ ] {

(2.1)

Contoh 1:

Fungsi keanggotaan untuk himpunan linear naik pada variabel temperature ruangan seperti terlihat pada Gambar 2.2.

μPANAS[32] = (32-25)/(35-25) = 7/10 = 0,7

0 1

25 35

Derajat Keanggotaan

µ[X]

Temperatur (°C) 32

0.7

Gambar 2.2 Himpunan Fuzzy untuk Temperature Naik (Kusumadewi, 2010)

Kedua, merupakan kebalikan yang pertama. Garis lurus dimulai dari nilai domain

dengan derajat keanggotaan tertinggi pada sisi kiri, kemudian bergerak menurun

ke nilai domain yang memiliki derajat keanggotaan lebih rendah (Kusumadewi,

(6)

0 1

a b

Derajat Keanggotaan

µ[X]

domain

Gambar 2.3 Representasi Linear Turun (Kusumadewi, 2010)

Fungsi Keanggotaan:

[ ] {

Contoh 2:

Fungsi keanggotaan untuk himpunan linear turun pada variabel temperature ruangan seperti terlihat pada Gambar 2.4.

μDINGIN[20] = (30-20)/(30-15) = 10/15 = 0,667

0 1

15 30

Derajat Keanggotaan

µ[X]

Temperatur (°C)

DINGIN

20 0.667

Gambar 2.4 Himpunan Fuzzy untuk Temperature Turun (Kusumadewi, 2010)

2. Representasi Kurva Segitiga

Kurva segitiga pada dasarnya merupakan gabungan antara 2 garis (linear) seperti

(7)

0 1

a b

Derajat Keanggotaan

µ[X]

domain c

Gambar 2.5 Kurva Segitiga (Kusumadewi, 2010) Fungsi Keanggotaan:

[ ] {

(2.3)

Contoh 3:

Fungsi keanggotaan untuk himpunan kurva segitiga pada variabel temperature ruangan seperti terlihat pada Gambar 2.6.

μNORMAL[23] = (23-15)/(25-15) = 8/10 = 0,8

0 1

15 25

Derajat Keanggotaan

µ[X]

35 Temperatur (°C)

23 0.8

NORMAL

(8)

3. Representasi Kurva Trapesium

Kurva trapesium pada dasarnya seperti bentuk segitiga, hanya saja ada beberapa

titik yang memiliki nilai keanggotaan 1 seperti terlihat pada Gambar 2.7.

0 1

a b

Derajat Keanggotaan

µ[X]

domain c d

Gambar 2.7 Kurva Trapesium (Kusumadewi, 2010)

Fungsi Keanggotaan:

[ ] {

(2.4)

Contoh 4:

Fungsi keanggotaan untuk himpunan kurva trapesium pada variabel temperature ruangan seperti terlihat pada Gambar 2.8.

μNORMAL[23] = (35-32)/(35-27) = 3/8 = 0,375

(9)

2.3.3 Sistem Inferensi Fuzzy

Sistem inferensi fuzzy adalah sebuah kerangka kerja perhitungan yang berdasar pada

konsep teori himpunan fuzzy, aturan fuzzy if-then, dan pemikiran fuzzy. Sistem

inferensi fuzzy ini telah berhasil diaplikasikan pada berbagai bidang, seperti control

otomatis, klasifikasi data, analisis keputusan, sistem pakar, prediksi time series,

robotika, dan pengenalan pola. Sistem inferensi fuzzy juga dikenal dengan

berbagainama seperti fuzzy rule based system (sistem berbasis aturan fuzzy ), fuzzy

expert system (sistem pakar fuzzy), fuzzy model, fuzzy associative memory, fuzzy

logic controller (pengendalian logika fuzzy), sistem fuzzy sederhana (Jang et al. 1997).

Struktur dasar dari sistem inferensi fuzzy berisi tiga komponen koseptual :

1. Dasar aturan yang mana berisi sebuah pemilihan aturan fuzzy.

2. Database yang mendefinisikan fungsi keanggotaan yang digunakan dalam

aturan fuzzy.

3. Mekanisme pemikiran yang mengerjakan prosedur inferensi terhadap aturan

dan kenyataan yang diketahui untuk menurunkan output atau kesimpulan yang

masuk akal (Castillo et al. 2008).

Sistem inferensi fuzzy dapat mengambil input fuzzy ataupun crisp, tetapi ouputnya

hampir selalu menghasilkan himpunan fuzzy. Untuk mendapatkan nilai crisp

diperlukan suatu metode defuzzifikasi. Secara umum, suatu sistem yang berbasis

fuzzy logic diawali dengan fuzzifikasi yaitu konversi input crisp menjadi fuzzy berdasarkan fungsi keanggotaan. Pada proses selanjutnya adalah proses inferensi, proses ini akan memperhitungkan semua aturan pada basis aturan dan menghasilkan

himpunan fuzzy. Proses terakhir adalah defuzzifikasi, proses ini akan menentukan nilai

(10)

Gambar 2.9 Fuzzy Inference System (Jang et al. 1997) 2.3.3.1Model Fuzzy Mamdani

Sistem inferensi fuzzy mamdani sebagai usaha awal untuk mengendalikan mesin uap

dan kombinasi boiler dengan sebuah himpunan aturan kendali linguistik yang

diperoleh dari pengalaman operator manusia. Gambar 2.10 mengilustrasikan

bagaimana dua aturan sistem inferensi mamdani menurunkan semua output z ketika

ditunjuk oleh dua input crisp x dan y (Kusumadewi, 2010).

Gambar 2.10 Sistem Inferensi Fuzzy Mamdani (Jang et al. 1997)

Pada proses defuzzifikasi mengacu pada cara nilai crisp diekstrak dari sebuah

(11)

Gambar 2.11 Defuzzifikasi dari sistem inferensi fuzzy mamdani (Jang et al. 1997) 1. Centroid of area :

(2.5)

Dimana adalah output MF teragregasi.

2. Bisector of Area

∫ ∫ (2.6)

Dimana dan . z = membagi daerah

antara z = , z = , y = 0 dan y = ke dalam dua daerah yang sama.

3. Mean of Maximum

adalah rata-rata dari maksimalisasi z pada MF yang mencapai maksimum

(2.7)

4. Smallest of Maximum

adalah minimum dari maksimasi z. 5. Largest of Maximum

adalah maksimum dari maksimasi z.

2.3.3.2Model Fuzzy Sugeno

Takagi, Sugeno dan Kang mengusulkan model fuzzy Sugeno dalam usaha membangun

(12)

Gambar 2.12 Sistem inferensi Fuzzy Sugeno (Jang et al. 1997)

Fungsi crisp dalam consequent merupakan himpunan fuzzy dalam antecedent, dapat dilihat pada Gambar 2.12. Sedangkan z = f(x,y). Biasanya f(x,y) adalah sebuah

polynomial dalam variabel input x dan y, tetapi ini dapat menjadi suatu fungsi selama

dapat menjelaskan output model dalam daerah fuzzy yang telah ditentukan oleh aturan

antecedent secara sesuai. Ketika f(x,y) adalah polynomial orde satu, menghasilkan system inferensi fuzzy disebut model fuzzy Sugeno orde satu. Model fuzzy Sugeno orde

nol ketika f adalah konstan (Kusumadewi, 2010).

2.3.3.3Model Fuzzy Tsukamoto

Dalam model fuzzy Tsukamoto, consequent dari masing-masing aturan fuzzy if-then direpresentasikan oleh satu set fuzzy dengan MF monoton. Menghasilkan output yang terinferensi dari masing-masing aturan yang didefinisikan sebagai nilai crisp diinduksikan oleh aturan firing strength. Mengambil Output keseluruhan sebagai

rata-rata terbobot dari tiap aturan output (Kusumadewi, 2010).

(13)

2.4Evolving Connection System (ECOS)

Walaupun metode computational intelligence seperti jaringan saraf tiruan (JST), sistem fuzzy, komputasi evolusioner, sistem hibrida, serta metode lainnya telah berhasil dikembangkan dan diterapkan. Ada beberapa masalah saat menerapkan

metode ini dalam proses pengembangan yang kompleks (kasabov, 2007), seperti:

1. Kesulitan dalam preselecting arsitektur sistem. Umumnya model kecerdasan

buatan memiliki arsitektur tetap seperti jumlah neuron dan koneksi tetap. Hal ini

membuat sistem sulit untuk beradaptasi dengan data baru yang dengan distribusi

yang tidak diketahui sebelumnya.

2. Adanya kemungkinan sistem akan melupakan beberapa besar pengetahuan lama

ketika melakukan pembelajaran terhadap data yang baru.

3. Membutuhkan banyak waktu untuk pelatihan. Pelatihan JST dalam mode batch

umumnya melakukan perulangan pada saat proses propagasi data di dalam

struksur JST. Hal tersebut sangat tidak cocok pada pembelajaran on-line dimana sistem membutuhkan proses adaptasi yang cepat.

4. Kurangnya fasilitas repersentasi pengetahuan. Banyaknya arsitektur komputasi

cerdas menemukan beberapa parameter statistik selama pelatihan. Tetapi tidak

memfasilitasi ekstraksi dari aturan-aturan yang ada ke dalam bentuk informasi

linguistik yang mudah dimengerti.

Untuk mengatasi masalah tersebut, dibutuhkan metode hybrid dan connectionist dalam hal pembelajaran algoritma maupun pengembangan sistem.

Pada umumnya, sistem informasi akan membantu menentukan dan memahami

model proses secara dinamika, aturan-aturan yang terus berkembang untuk mengambil

jalan pintas dalam memecahkan masalah, serta meningkatkan kinerja proses yang

berkembang sepanjang waktu. Kebutuhan tersebut merupakan bagian dari artificial intelligence (AI) yang disebut evolving intelligence system (EIS). EIS merupakan sistem informasi yang mengembangkan struktur, fungsi, dan pengetahuan dengan cara

terus menerus, adaptif, dan interaktif terhadap informasi yang masuk dan melakukan

beberapa tugas cerdas yang dilakukan manusia pada umumnya (Kasabov, 2007).

(14)

menggunakan teknik lain computational intelligence yang beroperasi secara terus menerus dan mengadaptasikan struktur dan fungsinya melalui interaksi terhadap

lingkungan dan sistem lainnya (Kasabov, 2007). Proses adaptasi tersebut dilakukan

melalui:

1. Aturan-aturan yang terus berkembang.

2. Parameter-parameter yang dapat berubah selama sistem beroperasi.

3. Informasi yang datang terus menerus, terutama pada distribusi data yang tidak

diketahui sebelumnya.

4. Kriteria tujuan yang diterapkan untuk mengoptimalkan kinerja sistem dari waktu

ke waktu.

Pada Gambar 2.14 merupakan ilustrasi yang menggambarkan bagian-bagian

EIS yang memproses berbagai informasi dengan cara yang adaptif dan terus menerus.

Pengolahan online dari semua informasi memungkinkan ECOS untuk berinteraksi terhadap pengguna dengan sistem (Kasabov, 2007). Proses interaksi ECOS dapat

dilihat pada Gambar 2.14.

(15)

2.5Weighted Evolving Fuzzy Neural Network

Weighted Evolving Fuzzy Neural Network merupakan pengembangan dari metode Evolving Fuzzy Neural Network walaupun memiliki struktur yang mirip tetapi memiliki aturan aturan yang beda pada prosesnya. Weighted Evolving Fuzzy Neural Network mengadopsi faktor bobot pendukung untuk menghitung setiap faktor penting dari fungsi fuzzy distance diantara aturan-aturan yang berbeda (Chang et al, 2009).

2.5.1 Arsitektur Weighted Evolving Fuzzy Neural Network

Weighted Evolving Fuzzy Neural Network memiliki lima struktur layer seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.15. Dimana setiap node dan koneksinya dibentuk atau dikoneksikan berdasarkan data sampel yang ada satu per satu (Chang et al, 2009).

Gambar 2.15 Arsitektur WEFuNN (Kasabov, 1998)

Pada layer pertama merupakan input layer yang menggambarkan input dari variabel-variabel yang akan digunakan dalam proses training. Pada penelitian ini

(16)

Pada layer kedua setiap node mempersentasikan persamaan fuzzy dari

masing-masing variabel input. Fungsi keanggotaan fuzzy dapat ditambahkan untuk mendapatkan derajat keanggotaan pada setiap variabel input. Jumlah dan jenis fungsi

keanggotaan tersebut dapat secara dinamis dimodifikasi.

Pada layer ketiga setiap node berisi aturan-aturan yang dikembangkan melalui

metode pembelajaran terawasi atau pembelajan tidak terawasi. Aturan di setiap node mempersentasikan prototype dari kumpulan data input-output dalam bentuk grafik sebagai hyper- spheres (nilai maximum dari fungsi keanggotaan) dari fuzzy input dan fuzzy output.

Pada layer keempat dilakukan kuantisasi variabel fuzzy output. Kuantisasi adalah operasi pemotongan atau pembulatan nilai data dengan suatu presisi tertentu

untuk mendapatkan nilai luas kurva. Pada layer ini masukan bobot fungsi

penjumlahan untuk menghitung derajat keanggotaan yang mana vector output yang terhubung dengan input vector yang diberikan masing-masing fungsi keanggotaan output.

Pada layer kelima mempersentasikan nilai dari variabel output. Di layer ini fungsi aktivasi linier digunakan untuk menghitung nilai defuzzifikasi variabel output.

2.5.2 Parameter Weighted Evolving Fuzzy Neural Network

Weighted Evolving Fuzzy Neural Network memiliki beberapa parameter di dalam algoritmanya. Parameter-parameter tersebut digunakan sebagai batas kesalahan dalam

melakukan pembelajaran, batas minimum dari sebuah fungsi aktivasi, dan control

ukuran pada sebuah bobot. Parameter yang digunakan pada Weighted Evolving Fuzzy

Neural Network adalah sebagai berikut (Kasabov, 2001):

1. Sensitive threshold (sThr) adalah parameter yang digunakan untuk mendefinisikan nilai minimum aktivasi. Nilai sensitive threshold harus lebih besar dari 0 dan lebih

kecil sama dengan 0,9. Apabila nilai sensitive threshold lebih besar dari 0,9 maka

fungsi aktivasi akan menjadi chaotic dimana pola data akan semakin acak sehingga sulit untuk diprediksi.

(17)

3. Learning rate 1 (lr1) dan learning rate 2 (lr2) adalah parameter yang digunakan untuk mengontrol nilai bobot antara layer kedua dengan layer ketiga dan antara

layer ketiga dengan layer ke empat. Nilai parameter learning rate lebih besar dari

0 dan lebih kecil sama dengan 1.

2.5.3 Algoritma Weighted Evolving Fuzzy Neural Network

Algoritma Weighted Evolving Fuzzy Neural Network yang digunakan untuk memprediksi data runtun waktu (Chann et al, 2006 ).

1. Melakukan fuzzifikasi terhadap data training menggunakan fungsi keanggotaan.

Dimana : = indeks data.

= data training ke .

= jumlah data yang akan detraining.

= hasil dari fuzzifikasi data ke .

= fungsi keanggotaan.

2. Membangun rule node pertama r(1) untuk mempersentasi data yang pertama dan mengisi nilai bobot satu dan bobot dua.

(inpFi) dan fuzzy input vector yang berada di tempat penyimpanan sementara

pada saat rule node (rj), j=1…R, dimana R adalah nilai rule node pada saat ini.

( ) ∑ | |

b. Menghitung nilai aktivasi ) dari rule node (rj) dengan menggunakan

fungsi radial basis (radbas).

(18)

( ( ))

c. Cari rule node (rj*) yang memiliki nilai aktivasi tertinggi.

d. Jika nila lebih besar dari sThr maka menuju langkah (e). Sebaliknya, jika

nila lebih kecil dari sThr, maka:

Ulangi dari langkah (a).

e. Melakukan propagasi terhadap aktivasi dari rule node (rj*)

(2.15) f. Menghitung fuzzy ouput error.

(2.16) g. Cari action node (k*) dengan nilai aktivasi tertinggi dari A2.

h. Jika Err(k*) lebih kecil dari errThr atau r sama dengan i maka menuju ke langkah (i). Sebaliknya, jika Err(k*) lebih besar dari errThr atau r tidak sama dengan i maka:

Metode prediksi telah banyak dilakukan dengan berbagai cara baik dengan metode

statistik maupun softcomputing. Metode-metode tersebut telah diimplementasikan untuk memprediksi berbagai hal, termasuk memprediksi curah hujan.

Pada tahun 2010 Tresnawati, Nuraini, dan Hanggoro melakukan penelitian

prediksi curah hujan dengan menggunaknan metode Kalman Filter dengan Prediktor

SST NINO 3.4. Adapun langkah-langkah dari metode Kalman Filter dengan Prediktor

(19)

1. Memproses variabel model menggunakan SST NINO 3.4.

2. Memilih data terbaik dari data prediksi SST NINO 3.4.

3. Data divalidasi menggunakan 3 persamaan yaitu : ARMAX, BOX Jenkins (BJ),

dan Out Error (OE).

4. Output prediksi berupa data pada persamaan terbaik berdasarkan nilai koefisien korelasi tertinggi.

Pada tahun 2007 Linda melakukan penelitian prediksi curah hujan menggunakan

metode Adaptive Neuro-Fuzzy Inference System (ANFIS). Adapun langkah-langkah dari metode ANFIS (Linda, 2007) adalah :

1. Menentukan label lingualistik pada data input dan menjadi parameter premis.

2. Mempersentasikan kuat penyulutan dari sebuah aturan.

3. Mengkalkulasi rasio kuat penyulutan aturan ke-I dan jumlah kuat penyulutan

semua. Output yang dihasilkan disebut penyulutan ternormalisasi.

4. Membuat kuat penyulutan ternormalisasi menjadi parameter konsekuen.

5. Menghitung output keseluruhan sebagai penjumlahan dari semua sinyal yang masuk.

Pada tahun 2012 Rizki, Usadha, dan Widjajati melakukan penelitian prediksi

curah hujan menggunakan metode Fuzzy Inference System. Adapun langkah-langkah dari Fuzzy Inference System (Rizki et al, 2012) adalah :

1. Membentuk variabel input dan variabel output.

2. Membentuk himpunan fuzzy pada data histori.

3. Membentuk himpunan semesta pembicaraan masing-masing variabel.

4. Menentukan fungsi keanggotaan tiap-tiap variabel.

5. Mengkombinasikan semua variabel input dengan menerapkan t-norm.

6. Membentuk basis aturan fuzzy.

7. Melakukan defuzzyfikasi terhadap output prediksi.

8. Validasi hasil prediksi menggunakan nilai Brier Score.

Pada tahun 2007 Warsito dan Sumiyati melakukan penelitian prediksi curah hujan

(20)

Feed-Forward Neural Network dengan Algoritma Quasi Newton BFGS dan Levenberg-Marquard (Warsito dan Sumiyati, 2007) adalah :

1. Inisialisasi bobot awal, Epoch 0, MSE ≠ 0

2. Menetapkan nilai maksimum Epoch dan Target Error.

3. Membuat kondisi pemberhentian.

4. Menerima target pola yang berhubungan dengan pola input pelatihan.

5. Menggunakan fungsi line search untuk penampungan output sementara.

6. Menghitung perubahan bobot dan bias.

7. Mengulangi langkah keempat sampai kondisi pemberhentian terpenuhi.

Pada tahun 2008 Warsito, Torno, dan Sugiharto melakukan penelitian prediksi

curah hujan dengan menggunakan Model General Regression Neural Network. Adapun langkah-langkah dari Model General Regression Neural Network (Warsito et

al, 2008) adalah :

1. Menentukan vector input berdasarkan terminology outoregresif.

2. Pada neuron pola mempersentasikan neuron pola i dan σ.

3. Pada neuron jumlahan output neuron pola ditambahkan.

4. Jumlah yang dihasilkan neuron jumlahan dikirim ke neuron output dan membentuk pembagian yang menghasilkan output prediksi.

Dari beberapa penelitian terdahulu menghasilkan hasil yang berbeda-beda.

Adapun hasil yang telah dihasilkan peneliti terdahulu dirangkum pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu

(21)

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No. Peneliti Tahun Metode Penelitian Keterangan

2. Linda 2007 Adaptive

Neuro-Berdasarkan penelitian sebelumnya penulis akan melakukan penelitian tentang

prediksi curah hujan dengan menggunakan Weighted Evolving Fuzzy Neural Network

(WEFuNN), dimana WEFuNN merupakan salah satu metode softcomputing yang

memiliki struktur hybrid dari fuzzy inference system dan jaringan saraf tiruan yang mana didalam jaringannya menerapkan prinsip-prinsip evolving connectionist system

(22)

sampel masukan. Dengan cara ini, WEFuNN dapat melakukan pelatihan secara online

Gambar

Tabel 2.2 Ukuran, massa dan kecepatan jatuh butir hujan(Sosrodarsono, 2003).
Gambar 2.1 Representasi Linear Naik (Kusumadewi, 2010)
Gambar 2.3 Representasi Linear Turun (Kusumadewi, 2010)
Gambar 2.5 Kurva Segitiga (Kusumadewi, 2010)
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Ucapat terikamasih juga tidak lupa disampaikan kepada Ketua dan seluruh Komisioner KPU Kota Jakarta Timur dan seluruth Sekretariat KPU Kota Jakarta yang selalu

Sehubungan dengan pelaksanaan evaluasi dokumen kualifikasi dan pembukt ian kualifikasi dari perusahaan yang saudara/ i pimpin, maka dengan ini kami mengundang dalam

[r]

Pada hari ini Senin, tanggal Dua Puluh Tujuh, bulan Maret, tahun Dua Ribu Tujuh Belas, kami selaku Pokja ULP Pengadaan ATK dan Kebutuhan Rumah Tangga Tahun

Evaluasi terhadap data administrasi hanya dilakukan terhadap hal-hal yang tidak dinilai pada saat penilaian kualifikasi. penawaran dinyatakan memenuhi

[r]

[r]