• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penerimaan Grup WhatsApp Sebagai Sarana Komunikasi dan Pembelajaran dari Perspektif Mahasiswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Penerimaan Grup WhatsApp Sebagai Sarana Komunikasi dan Pembelajaran dari Perspektif Mahasiswa"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1(2017) ISSN: 2460 – 6839

Analisis Penerimaan Grup WhatsApp Sebagai Sarana

Komunikasi dan Pembelajaran dari Perspektif Mahasiswa

Tikno

Universitas Internasional Semen Indonesia; Jl. Veteran – Gresik 61122 e-mail: [email protected]

Abstrak

Pengaruh penggunaan teknologi dalam pembelajaran banyak dibahas para peneliti, termasuk penggunaan media sosial. Aplikasi grup WhatsApp (WA) sebagai salah satu media social dengan pengguna terbesar di Indonesia telah digunakan secara tidak resmi oleh beberapa dosen di Universitas X sebagai media komunikasi dan pembelajaran dengan para mahasiswa. Penelitian ini ditujukan untuk menguji faktor apa saja yang mempengaruhi mahasiswa di Universitas X untuk mau menggunakan grup WA sebagai media komunikasi dan pembelajaran dengan dosen. Penelitian ini mengadopsi Technologu Acceptance Model (TAM) sebagai kerangka kerja penelitian dan mengujinya dengan metode Partial Least Square (PLS) menggunakan SmartPLS v3.2.6. Sebanyak 122 responden dari mahasiswa Universitas X yang pernah menggunakan grup WA di kelasnya, telah berpartisipasi dalam penelitian. Hasil penelitian menunjukkan persepsi kebermanfaatan berpengaruh signifikan terhadap kebiasaan yang mengarah kepada penggunaan, yang mana merupakan variabel yang secara signifikan mempengaruhi penerimaan teknologi. Penelitian ini menunjukkan bahwa adopsi grup WA dapat diterima oleh mahasiswa karena dirasa bermanfaat untuk meningkatkan kualitas komunikasi dan pembelajaran antara dosen dan mahasiswa.

Kata kunci: Technology Acceptance Model, grup WhatsApp, Partial Least Square

Abstract

(2)

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1(2017) ISSN: 2460 – 6839

students were adopting the WA group because it is usefull to enhance the quality of communication and learning among the lecturers and their students.

Keywords: Technology Acceptance Model, WhatsApp Group, Partial Least Square

1. PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi saat ini memberikan kemudahan dalam berbagai bidang, diantaranya dalam proses pembelajaran dan komunikasi yang ada di dalamnya. WhatsApp (WA) sebagai salah satu aplikasi media sosial yang paling banyak digunakan di Indonesia setelah Facebook [1], menjadi sarana yang cukup efisien dalam hal komunikasi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh [2], menyatakan bahwa para pengajar saat ini perlu untuk menggunakan teknologi yang bermacam-macam dalam proses pembelajarannya karena para pelajar makin akrab dengan teknologi terkini.

Pengajar dianjurkan untuk melakukan transformasi dari cara pembelajaran tradisional menjadi metode pembelajaran yang mengadopsi teknologi untuk memastikan agar para pelajar tetap tertarik dan mengikuti dengan baik proses pembelajaran yang dilakukan.

Hal inilah yang menyebabkan berkembang pesatnya teknologi pembelajaran melalui media elektronik (e-learning) dan melalui media telepon pintar (m-learning), dimana teknologi menjadi faktor kunci yang menjadikan pembelajaran menjadi lebih dalam dan menarik [3]. Banyak penelitian yang menyelidiki pengaruh penggunaan teknologi terutama media social dalam pembelajaran seperti dilakukan dalam [4] [5] [6] [7] dan secara spesifik aplikasi WA seperti dalam [8]. Namun belum ditemukan penelitian yang secara khusus menyelidiki faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi diterimanya penggunaan grup WA oleh mahasiswa sebagai media komunikasi dan pembelajaran dengan dosennya. Penelitian ini akan menyelidiki bagaimana penerimaan grup WA dari perspektif mahasiswa dengan menggunakan teori

Technology Acceptance Model (TAM).

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1WhatsApp dalam pembelajaran

(3)

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1(2017) ISSN: 2460 – 6839 sarana komunikasi dengan dosen dan teman sekelas untuk mendapatkan informasi yang terkait dengan akademik. Secara umum dapat dikatakan bahwa penggunaan teknologi bergerak semacam telepon genggam dan tablet dalam pembelajaran, yang dikenal kemudian sebagai m-learning, meningkat dalam lingkup lokal maupun global.

Hal ini terutama disebabkan karena m-learning memungkinkan pembelajaran yang dapat dipersonalisasi dari manapun dan kapanpun, serta memfasilitasi pengalaman belajar secara individu maupun kolaboratif dengan banyak pihak. Penggunaan teknologi ini juga memungkinkan pergeseran proses pembelajaran yang sebelumnya dibatasi oleh ruang kelas menjadi lebih luas dan bebas secara ruang [6]. Layanan pesan di Grup WA meningkatkan pengalaman pelanggan, dalam hal ini dosen dan mahasiswa, yang dipertemukan secara virtual, dimana mereka dapat langsung berkomunikasi dan melakukan aktivitas pembelajaran [7].

Fitur grup WA terkait dengan perizinan yang diberikan di dalam grup memungkinkan dosen dan mahasiswa untuk membuat grup WA khusus kelas tertentu, yang menghadirkan diskusi langsung terkait akademik dan non-akademik antara dosen dan mahasiswanya secara aman. Juga fitur untuk dapat berbagi tulisan, fitur pesan suara, dan pesan video, yang memungkinkan dosen untuk memberikan umpan balik kepada mahasiswa serta dapat digunakan untuk komunikasi sosial dengan teman-temannya [8].

Penelitian yang lain juga menemukan korelasi langsung antara kesediaan dosen dalam diskusi bersama dengan mahasiswanya terhadap peningkatan kognitif, afektif dan motivasi dari mahasiswanya [9]. Selain itu, media sosial juga menguntungkan untuk pengguna, terutama yang memiliki kepercayaan diri yang rendah, Karena mereka lebih memilih untuk menghindari pertemuan tatap muka jika merasa ada kesulitan dalam hal akademik [10]. Media ini juga dapat memotivasi anggota grup untuk lebih bersemangat belajar Karena adanya diskusi di dalam grup menggunakan telepon genggam mereka [2]. Bukti selanjutnya diberikan oleh [11], dimana siswa dapat belajar dari kelas online sebaik dalam pembelajaran tatap muka di kelas, Karena mereka tetap dapat berinteraksi secara cepat dan langsung dengan komunitas di grup WA.

(4)

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1(2017) ISSN: 2460 – 6839 Manfaat penggunaan grup WA dalam pembelajaran diantaranya: (i) dapat digunakan sebagai alat kolaborasi antara dosen dan mahasiswa dimanapun mereka berada; (ii) teknologi ini gratis dan mudah untuk digunakan; (iii) grup WA dapat digunakan secara segmentatif per kelas kuliah yang diajarkan; (iv) memiliki kapabilitas untuk mempublikasi tugas dari mahasiswa dan dikritisi oleh mahasiswa lainnya; (v) informasi dan pengetahuan dari dosen dapat dengan dimudah dibagi melalui grup WA (jain) [14]. Kolaborasi pembelajaran melalui grup WA bukan hanya menjadi kepentingan dari pengajar, namun juga bagi mahasiswanya, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Meskipun banyak keuntungan yang didapatkan dari teknologi WA, ada beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan dalam penggunaannya, antara lain masalah kognitif yang berlebihan [8], potensi awalnya yang menganggu [15], keterbatasannya dalam hal privasi dan kekhawatiran bercampurnya kehidupan professional dengan pribadi [16].

2.2Technology Acceptance Model (TAM)

TAM dikembangkan untuk merumuskan teori tentang perilaku penggunaan teknologi computer [17]. TAM diadopsi dari teori sebelumnya yang popular disebut sebagai Theory of Reasoned Action (TRA) yang berasal dari disiplin psikologi sosial yang menjelaskan perilaku seseorang berdasarkan niatan yang ditunjukkan. Niat ini dikonstruksikan menjadi dua bagian yang menentukan, yaitu kebiasaan individu yang mengarah pada suatu perilaku dan norma sosial yang dipercayai oleh individu tersebut yang menentukan apakah perilaku tersebut dapat diterima atau tidak [18]. Jika TRA sebagai teori menjelaskan tentang perilaku manusia secara umum, maka TAM lebih spesifik menyelidiki faktor yang menentukan penerimaan suatu teknologi dan kemampuan untuk menjelaskan perilaku pengguna dari berbagai latar belakang pengguna akhir teknologi computer ini dalam populasi yang diamati.

TAM membagi konstruk “attitude” pada TRA menjadi dua konstruk yang berbeda, yaitu “perceived usefulness (PU)” dan “perceived ease of use (PEOU)” dalam menjelaskan perilaku penggunaan computer [17]. PU diterjemahkan sebagai tingkat kepercayaan seseorang bahwa dengan menggunakan teknologi tersebut akan dapat meningkatkan kinerja pekerjaannya. Dalam konteks organisasi, peningkatan kinerja ini dapat diukur secara langsung maupun tidak langsung dari peningkatan manfaat finansial maupun non finansial. Sedangkan PEOU diartikan sebagai tingkat kepercayaan seseorang bahwa menggunakan teknologi tersebut sangat mudah dilakukan [19]. PU dan PEOU secara bersama akan mempengaruhi perilaku seseorang yang ingin menggunakan teknologi tersebut (behavioral intention to use/BITU) dan kebiasaan yang mengarah pada penggunaan teknologi (attitude towards using/ATU). Dan menurut teori TAM, BITU dan ATU akan memicu penggunaan sistem atau teknologi yang dimaksud (actual system use/ASU).

(5)

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1(2017) ISSN: 2460 – 6839 Gambar 1 Technology Acceptance Model

Indikator-indikator yang digunakan untuk menjelaskan konstruk dalam model di atas terutama diambil dari penelitian [20] yang menggunakan TAM untuk menginvestigasi perilaku pengguna sistem informasi. Penelitian ini bersesuaian dengan konteks yang akan diteliti dalam penelitian ini sehingga layak untuk digunakan dengan beberapa penyesuaian pada pertanyaan yang akan diajukan kepada responden.

2.3Pengembangan Hipotesis

Struktur TAM dikembangkan dengan mempertimbangkan variabel-variabel yang dapat mempengaruhi penerimaan penggunaan grup WA sebagai sarana komunikasi dan pembelajaran di Universitas X. Variabel terikat (dependent variabel)

yang digunakan adalah variabel ASU dan terdapat beberapa variabel bebas

(independent variabel) yang mempengaruhi variabel terikat yang telah didefinisikan yaitu PU, PEOU, ATU, dan BITU. Kelima variabel ini kemudian saling berhubungan untuk mengetahui bagaimana pengaruhnya satu sama lain. Dari model struktural pada Gambar 1 akan diturunkan menjadi beberapa hipotesis yang akan diuji seperti berikut ini :

Hipotesis 1 : PEOU berpengaruh secara positif terhadap PU Hipotesis 2 : PEOU berpengaruh secara positif terhadap ATU Hipotesis 3 : PU berpengaruh secara positif terhadap ATU Hipotesis 4 : PU berpengaruh secara positif terhadap BITU Hipotesis 5 : ATU berpengaruh secara positif terhadap BITU Hipotesis 6 : ATU berpengaruh secara positif terhadap ASU Hipotesis 7 : BITU berpengaruh secara positif terhadap ASU

3. METODE PENELITIAN

3.1 Responden

Sampel penelitian ini adalah mahasiswa di Universitas X dan ditujukan hanya untuk yang memiliki grup WA dengan dosennya pada kelas yang diikuti pada semester terakhir (purposive sampling). Dari dua kali pengumuman melalui grup WA

PU

PEOU

BITU

(6)

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1(2017) ISSN: 2460 – 6839 program studi yang ditujukan pada 527 mahasiswa tingkat pertama, sebanyak 144 orang yang ikut berpartisipasi dengan mengisi survey online yang disediakan. Sebanyak 112 tanggapan menyatakan memiliki grup WA di kelas, sedangkan 32 lainnya menyatakan tidak memiliki grup WA sehingga tidak diikutkan dalam analisis. Dari 112 responden, 60% berjenis kelamin perempuan dan sisanya sebanyak 40% adalah laki-laki.

3.2 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuisioner tertutup dengan mengadopsi skala Likert, dan disusun dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan indikator-indikator penelitian yang didapatkan dari hasil studi pustaka yang telah dilakukan, terutama diambil dari [20] yang telah disesuaikan dengan bahasa yang digunakan dengan konteks penelitian yang dilakukan.

3.3 Pengolahan Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan partial least square (PLS) sebagai metode untuk pembangunan model dan dihitung dengan bantuan perangkat lunak SmartPLS V3.2.6 [21]. Dengan menggunakan metode PLS dapat diketahui kompleksitas hubungan suatu konstruk dan konstruk yang lain, serta hubungan suatu konstruk dan indikator-indikatornya. PLS dibentuk oleh dua persamaan, yaitu inner model yang menentukan spesifikasi hubungan antara konstruk dan konstruk yang lain, serta outer model yang menentukan spesifikasi hubungan antara konstruk dan indikator-indikatornya. Konstruk terbagi menjadi dua yaitu, konstruk eksogen yang merupakan konstruk penyebab dan tidak dipengaruhi oleh konstruk lainnya, serta konstruk endogen yang merupakan konstruk yang dijelaskan oleh konstruk eksogen.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengolahan data yang dilakukan dengan bantuan SmartPLS V3.2.6 untuk menganalisis struktur TAM yang digunakan dengan hasil sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 2. Selanjutnya dapat dihitung nilai validitas konvergen, validitas diskriminan, dan reliabilitas dari konstruk dan variabel yang digunakan dalam model.

(7)

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1(2017) ISSN: 2460 – 6839 Gambar 2 Hasil analisis SmartPLS Hasil iterasi algoritma PLS ditampilkan dalam

tabel 1.

Tabel 1. Nilai Validitas Konvergen

VARIABEL INDIKATOR

OUTER

LOADING KET.

PEOU

PEOU1 0,856 VALID

PEOU2 0,551 TIDAK VALID

PEOU3 0,826 VALID

PEOU4 0,873 VALID

PEOU5 0,856 VALID

PEOU6 0,842 VALID

PU

PU1 0,811 VALID

PU2 0,751 VALID

PU3 0,816 VALID

PU4 0,881 VALID

PU5 0,869 VALID

PU6 0,875 VALID

(8)

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1(2017) ISSN: 2460 – 6839

Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa hanya ada 1 indikator yang memiliki nilai kurang dari 0,7 sehingga dikatakan tidak valid, dan oleh karenanya tidak dijadikan indikator dalam kuisioner. Sedangkan semua indikator lainnya memiliki nilai di atas 0,7 sehingga dinilai valid untuk menguji konstruk dalam penelitian ini.

(9)

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1(2017) ISSN: 2460 – 6839 Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa semua konstruk memiliki nilai validitas diskriminan yang lebih besar dari 0,5 sehingga dikatakan valid untuk digunakan dalam penelitian ini.

Pengujian reliabilitas variabel dapat dilakukan dengan mengukur kriteria

composite reliability dan cronbach’s alpha. Variabel dapat dikatakan reliabel jika nilai kedua kriteria tersebut di atas 0,7. Perhitungan nilai cronbach’s alpha dan

composite reliability yang didapatkan dari SmartPLS disajikan dalam tabel 3. Dari nilai yang ditunjukkan pada tabel 3 di atas, semua indikator pada semua konstruk memiliki nilai cronbach’s alpha dan composite reliability di atas 0,7 yang artinya, seluruh indikator yang ada dinilai reliabel atau konsisten untuk dijadikan alat ukur pada kondisi yang sama.

Setelah melakukan uji validitas dan reliabilitas di atas, selanjutnya dapat dilakukan pengujian terhadap hipotesis yang telah dibuat pada perumusan masalah sebelumnya, untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel pada model TAM yang dibuat terhadap penerimaan grup WA sebagai media komunikasi dan pembelajaran.

Dari tujuh hipotesis yang diuji untuk masing-masing responden, dilakukan kalkulasi nilai t-hitung melalui fungsi bootstrapping pada SmartPLS untuk menentukan apakah variabel penerimaan memperoleh pengaruh yang signifikan dari variabel lainnya. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 5% dan tingkat kepercayaan sebesar 95%. Nilai t-table didapatkan sebesar 1,98, sehingga agar hipotesis diterima, maka t-hitung harus lebih besar dari 1,98. Hasil perhitungan dan penarikan kesimpulan disajikan dalam tabel 4 berikut:

Tabel 4. Nilai t-hitung dan Hasil Uji Hipotesis

JALUR

Hasil akhir pengujian hipotesis di atas menunjukkan beberapa hal sebagai berikut:

(10)

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1(2017) ISSN: 2460 – 6839 2. Persepsi mudah digunakan (PEOU) tidak berpengaruh signifikan terhadap

kebiasaan yang mengarah pada penggunaan (ATU)

3. Persepsi kebermanfaatan (PU) berpengaruh signifikan terhadap kebiasaan yang mengarah pada penggunaan (ATU)

4. Persepsi kebermanfaatan (PU) tidak berpengaruh signifikan terhadap kebiasaan yang menunjukkan keinginan untuk menggunakan (BITU)

5. kebiasaan yang mengarah pada penggunaan (ATU) berpengaruh signifikan terhadap kebiasaan yang menunjukkan keinginan untuk menggunakan (BITU) 6. kebiasaan yang mengarah pada penggunaan (ATU) berpengaruh signifikan

terhadap penerimaan penggunaan secara nyata (ASU)

7. kebiasaan yang menunjukkan keinginan untuk menggunakan (BITU) berpengaruh signifikan terhadap penerimaan penggunaan secara nyata (ASU)

Dari pengujian hipotesis yang telah dilakukan, mahasiswa tidak terlalu mempermasalahkan kemudahan penggunaan grup WA untuk mempengaruhi kebiasaan mereka dalam menggunakannya, namun mempersepsikan apakah aplikasi ini bermanfaat untuk mereka atau tidak. Persepsi tentang apakah grup WA ini bermanfaat atau tidak ternyata tidak terlalu berpengaruh terhadap perilaku mahasiswa yang mengindikasikan keinginan mereka untuk menggunakannya, namun lebih dipengaruhi oleh faktor kebiasaan semata. Sehingga alurnya dapat dijelaskan sebagai berikut: (i) Persepsi mudah digunakan akan mendorong persepsi bahwa teknologi ini bermanfaat; (ii) Persepsi kebermanfaatan ini memicu kebiasaan mahasiswa untuk mencoba menggunakan; (iii) Kebiasaan ini lalu mempengaruhi perilaku mahasiswa yang menunjukkan keinginan menggunakan aplikasi; (iv) Dan secara bersama atara kebiasaan dan perilaku yang menunjukkan intensi ini mempengaruhi secara signifikan penggunaan grup WA secara nyata bagi mahasiswa.

8. KESIMPULAN

Hasil penelitian ini dapat menjawab faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi diterimanya teknologi grup WA sebagai sarana komunikasi dan pembelajaran, serta membuktikan bahwa di Universitas X, teknologi tersebut dapat diterima oleh mahasiswa. Faktor paling kuat yang mempengaruhinya yaitu kebiasaan yang menunjukkan keinginan untuk menggunakan grup WA. Adapun dari uji validitas konvergen yang dilakukan, ditemukan bahwa mahasiswa merasa diskusi di grup WA belum bisa menggantikan diskusi langsung dengan dosen yang bersangkutan.

(11)

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1(2017) ISSN: 2460 – 6839 DAFTAR PUSTAKA

[1] Tikno, 2016, "Measuring Performance of Facebook Advertising Based on Media Used: A Case Study on Online Shops in Indonesia," in 8th International

Conference on Advances Information Technology, Macau, December 22.

[2] Bansal, T., and Joshi, D., 2014, "A study of students’ experiences of mobile learning," Global Journal of HUMAN-SOCIAL SCIENCE, vol. 14, no. 4, pp. 27-33.

[3] Barhoumi, C., and Rossi, P. G., 2013, "The Effectiveness of Instruction-Oriented Hypertext Systems Compared to Direct Instruction in e-learning Environments,"

Contemporary Educational Technology, vol. 4, no. 4, pp. 281-308.

[4] Johnson, L., Becker, S. A., Estrada, V., and Freeman, A., 2014, "NMC Horizon

Report: 2014 Higher Education Edition," The New Media Consortium, Austin,

Texas.

[5] Madge, C., Meek, J., Wellens, J., and Hooley, T., 2009, "Facebook, social integration and informal learning at university: ‘It is more for socialising and

talking to friends about work than for actually doing work’," Learning, Media

and Technology, vol. 34, no. 2, pp. 141-155.

[6] Rajasingham, L., 2011, "Will Mobile Learning Bring a Paradigm Shift in Higher Education?," Education Research International, Vols. Volume 2011, Article ID 528495, 10 pages, no. http://dx.doi.org/10.1155/2011/528495.

[7] Herrington, J., Revees, T. C., and Oliver, R., 2010, A Guide to Authentic

e-Learning, Routledge, New York.

[8] Church, K. and Oliveira, R. d., 2013, "What's up with whatsapp?: comparing mobile instant messaging behaviors with traditional SMS," in 15th international

conference on Human-computer interaction with mobile devices and services,

Munich, Germany.

[9] Bower, M., 2008, "Affordance analysis – matching learning tasks with learning technologies," Educational Media International , vol. 45, no. 1, pp. 3-15.

[10] Ellison, N. B., Steinfield, C., and Lampe, C., 2007, "The Benefits of Facebook

(12)

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1(2017) ISSN: 2460 – 6839 Sites," Journal of Computer-Mediated Communication, vol. 12, pp. 1143-1168.

[11] Holmes, K., Preston, G., Shaw, K., and Buchanan, R., 2013, "Follow me: Networked professional learning for teachers," Australian Journal of Teacher

Education, vol. 38, no. 12.

[12] Cheung, W. S., Hew, K. F., and Ng, C. S. L., 2008, "Toward an Understanding of Why Students Contribute in Asynchronous Online Discussions," Journal of

Educational Computing Research, vol. 38, no. 1, pp. 29-50.

[13] Bertelsen, O. W. and Bødker, S., 2003, "Activity theory," HCI models, theories,

and frameworks: Toward a multidisciplinary science, pp. 291-324.

[14] Jain, J., Luaran, J. @. E., and binti Abd Rahman, N., 2016, "Learning Beyond the Walls: The Role of WhatsApp Groups," in Envisioning the Future of Online

Learning, Singapore.

[15] Yeboah, J. and Ewur, G. D., 2014, "The Impact of Whatsapp Messenger Usage on Students Performance in Tertiary Institutions in Ghana," Journal of Education

and Practice, vol. 5, no. 6, pp. 157-164.

[16] Rambe, P. and Bere, A., 2013, "Using mobile instant messaging to leverage learner participation and transform pedagogy at a South African University of Technology," British Journal of Educational Technology, vol. 44, no. 4, pp. 544-561.

[17] Davis, F. D., 1989, "Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and User Acceptance of Information Technology," MIS Quarterly, vol. 13, no. 3, pp. 319-340.

[18] Ajzen, I., and Fishbein, M., 1980, Understanding attitudes and predicting social

behavior, Englewood Cliffs, Prentice-Hall, New Jersey.

[19] Venkatesh, V., and Davis, F. D., 2000, "A Theoretical Extension of the

Technology Acceptance Model: Four Longitudinal Field Studies," Management

Science, vol. 46, no. 2.

[20] Wibowo, A., 2014, "Kajian Tentang Perilaku Pengguna Sistem Informasi Dengan Pendekatan Technology Acceptance Model (TAM) [Online]. Available:

(13)

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1(2017) ISSN: 2460 – 6839 Mei 2017].

[21] Ringle, C. M., Wende, S., and Becker, J.-M.,2015, "SmartPLS 3. Bönningstedt: SmartPLS," http://www.smartpls.com.

[22] Ghozali, I., 2014, Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial

Gambar

Gambar 1 Technology Acceptance Model
Tabel 1. Nilai Validitas Konvergen
Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa hanya ada 1 indikator yang memiliki nilai
Tabel 4. Nilai t-hitung dan Hasil Uji Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian deskriptif kualitatif dilakukan karena peneliti ingin mengetahui Analisis Penggunaan Diksi Dan Simile Pada Lirik Lagu Grup Musik Tajul Album Melamar

Tingkat kepuasan informasi pada mahasiswa Telkom University angkatan 2017/2018 dalam penggunaan situs igracias.telkomuniversity.ac.id dengan skor rata-rata 3.0173 dan

92 | Jurnal Ketahanan Energi | Volume 4 Nomor 2 Tahun 2018 ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PELET KAYU ECENG GONDOK SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DALAM RANGKA PENINGKATAN KETAHANAN ENERGI

SSN: 2614-6754 print ISSN: 2614-3097online Halaman 6295-6304 Volume 5 Nomor 3 Tahun 2021 Jurnal Pendidikan Tambusai 6295 Penggunaan Model Inkuiri Terbimbing Guided Inquiry