• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PROJECT PROPOSAL

PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT

DAN PRODUKSI REFINE KARAGINAN

DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

(2)

BUDIDAYA

(3)

BAB I PENDAHULUAN

Luas perairan Indonesia diperkirakan mencapai 11 juta hektar atau 2/3 bagian berupa laut sebagai kawasan yang akan memberikan harapan baru bagi masyarakat pesisir khususnya bagi pengembangan komoditas unggulan nasional, diantaranya budidaya rumput laut.

Rumput laut sebagai komoditas perdagangan internasional karena komoditas ini telah diekspor ke beberapa negara dan memiliki nilai ekonomis dan prospek cukup cerah.

Usaha budidaya rumput laut merupakan salah satu usaha budidaya yang paling mudah untuk dilakukan. Dengan modal yang tidak terlalu besar, beberapa keluarga masyarakat pesisir dapat melakukan usaha budidaya rumput laut di sekitar perairan mereka. Terlebih lagi pada mayoritas daerah pesisir Kawasan Timur Indonesia khususnya di Sulawesi Tenggara, pada perairan yang berada di luar jalur transportasi umum dan tradisional, mempunyai kondisi yang sangat memungkinkan untuk melakukan usaha budidaya rumput laut. Dengan persyaratan kondisi oceanografi pada kisaran yang normal termasuk kecepatan arus dan gelombang serta tinggi pasang surut dan konsentrasi kandungan unsur hara perairan yang normal sangat memungkinkan pengembangan usaha ini terus dilakukan. Saat ini pola budidaya rumput laut yang diterapkan masyarakat pesisir umumnya telah beralih dari system rakit ke system long line yang lebih memberikan harapan peningkatan produksi yang lebih besar.

Jenis rumput laut yang dibudidayakan masyarakat Indonesia antara lain: Euchema dan Gracilaria, yang dikembangkan menjadi beberapa jenis produk, bermanfaat sebagai bahan pengental dan pemadat, misalnya untuk pembuatan bir, susu, pasta gigi, cream, dessert gels, dan lain sebagainya.

Mengingat tingginya permintaan komoditas rumput laut cukup baik bagi pasar lokal maupun ekspor, maka penduduk pesisir terdorong untuk melakukan pengembangan budidaya rumput laut. Sedangkan potensi sumber daya budidayat laut cukup besar diwilayah perairan nusantara dan biaya produksi relatif cukup murah.

(4)

BAB II

DESKRIPSI WILAYAH PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT (EUCHEUMA)

Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya tumbuh di perairan yang mempunyai rataan terumbuh karang. Ia melekat pada substrat karang mati atau kulit kerang ataupun batu gamping di daerah intertidal dan subtidal. Tumbuh tersebar hamper di seluruh perairan Indonesia. Sebaran Eucheuma dapat dilihat pada table dan peta di bawah ini.

Sebaran Eucheuma di perairan Indonesia (Atmadja & Sulistijo 1983) Jenis Rumput Laut Sebaran Perairan

Eucheuma Spinosum Kep. Riau, Selat Sunda, Kep. Seribu (Jawa Barat), Sumbawa (NTB), Ngele-Ngele, Sanana (NTT), Wakatobi dan Muna (Sulawesi Tenggara), Kep. Banggai dan Togian, P. Dua dan P. Tiga (Sulawesi Tengah), Seram Timur, Kep. Kei dan Kep. Aru (Maluku)

Eucheuma edule Kep. Seribu (Jawa Barat), Bali, Seram Timur (Maluku), P. Dua dan P. Tiga (Sulawesi Tengah), Wakatobi dan P. Muna (Sulawesi Tenggara), Tolimau, Kep. Kei (Maluku).

Eucheuma serra Bali

Eucheuma cottonii Kep. Banggai, Togian, P. Dua dan P. Tiga (Sulawesi Tengah), P. Seram Timur, Selat Alas Sumbawa.

Eucheuma crassum Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Kep. Aru (Maluku Tenggara)

Eucheuma Amoldhii Bali, Seram Timur (Maluku)

Eucheuma leewenii Nusa Kambangan (Jawa Tengah)

Eucheuma crustaeforme Kep. Sangir (Sulawesi Utara)

Eucheuma horizontal P. Selayar (Sulawesi Selatan)

Eucheuma adhaerens P. Ternate (Maluku Utara)

Eucheuma vermiculare Kep. Seribu (DKI Jakarta)

Eucheuma dichotomum Kep. Seribu (DKI Jakarta), Kep. Kei, Elat (Maluku)

Eucheuma cervicome Seram Timur (Maluku)

Eucheuma striatum Kep. Seribu (DKI Jakarta)

Eucheuma simplex Seram Timur (Maluku)

Eucheuma Spp. Seram Timur (Maluku)

Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan

(5)

BAB III

SISTEM BUDIDAYA RUMPUT LAUT

Eucheuma cottoni merupakan salah satu jenis rumput laut merah dan berubah nama menjadi Kappaphycus alvarezii karena keraginan yang dihasilkan termasuk fraksi kappa-karaginan. Umumnya Eucheuma tumbuh dengan baik di daerah pantai terumbu. Habitat khasnya adalah daerah yang memperoleh aliran air laut yang tetap, variasi suhu harian yang kecil dan substrat batu karang mati.

PERSYARATAN BUDIDAYA

Lingkungan yang cocok untuk budidaya Eucheuma adalah :

- Substrat stabil, terlindung dari ombak yang kuat dan umumnya di daerah terumbu karang

- Kedalaman air pada surut terendah 1 - 30 cm.

- Perairan dilalui arus tetap dari laut lepas sepanjang pantai. - Kecepatan arus antara 20 - 40 m/menit.

- Jauh dari muara sungai, tidak mengandung lumpur dan airnya jernih. - Suhu air berkisar 27 - 28oC, salinitas berkisar 30 - 37 ppt dan pH 6,5 - 8,5.

TEKNIK BUDIDAYA Metode Budidaya

Beberapa metode budidaya rumput laut jenis ini adalah : • Metode Lepas Dasar

digunakan pada dasar perairan berpasir atau berlumpur pasir, sehingga memudahkan menancapkan patok/tiang pancang.

• Metode Rakit Apung

dilakukan pada perairan berkarang, karena pergerakan air didominasi ombak, sehingga penanamannya dengan menggunakan rakit bambu/kayu.

• Metode Long Line

, menggunakan tali panjang 50 - 100 m yang dibentangkan, dan pada kedua ujungnya diberi jangkar serta pelampung besar. Setiap 25 m diberi pelampung utama terbuat dari drum plastik.

(6)

Proses Pengikatan dan Peletakkan Rumput Laut Pilih bibit rumput laut yang baik dengan ciri-ciri : • Bercabang banyak dan rimbun

• Tidak terdapat bercak • Tidak terkelupas • Warna cerah • Umur 25 - 35 hari

• Sebaiknya dikumpulkan dari perairan pantai sekitar lokasi dan jumlahnya sesuai dengan kebutuhan.

Pada saat pengangkutan bibit tetap terendam didalam air laut dengan menggunakan kotak styrofoam atau karton berlapis plastik.lalu Bibit disusun berlapis dan berselang-seling antara pangkal tallus dan ujung tallus dan antara lapisan dibatasi dengan kain yang sudah dibasahi air laut. Hindari bibit agar tidak terkena minyak, kehujanan maupun kekeringan. selanjutnya Bibit diikat dengan tali raffia pada tali penggantung.

Penanaman bisa langsung dikerjakan dengan cara merentangkan tali Ris yang telah berisi ikatan tanaman. Pada tali Ris utama, posisi tanaman sekitar 30 cm didasar perairan. Patok dari kayu berdiameter sekitar 5 cm panjang 1 m dan runcing pada ujung bawahnya. Jarak antara patok untuk merentangkan tali Ris sekitar 2,5 m. Setiap patok yang berjajar dihubungkan dengan tali Ris Polyethylen (PE) berdiameter 8 mm. Adapun jarak ideal antara tali rentang sekitar 20 - 25 cm.

Perawatan dan Pemeliharaan

Hal-hal yang perlu dilakukan dalam perawatan selama masa pemeliharaan adalah sebagai berikut :

- Bersihkan tallus dari tumbuhan liar dan lumpur yang menempel, sehingga tidak menghalangi tanaman dari sinar matahari.

- Bersihkan tali penggantung dari sampah atau tumbuhan liar.

- Periksa keutuhan tali gantungan, perbaiki jika ada yang putus atau kencangkan jika tali agak kendor atau ganti dengan tali yang baru.

- Periksa tanaman dari gangguan penyakit.

(7)

- Hama lain rumput lain yang harus diwaspadai antara lain larva bulu babi, teripang, ikan-ikan herbivora seperti baronang.

Pemanenan dan Pengeringan

Waktu pemanenan tergantung dari tujuannya. Untuk mendapatkan bibit, pemanenan dilakukan pada umur 25 - 35 hari, dan untuk produksi dengan kualitas tinggi yang kandungan keraginannya banyak, panen dilakukan pada umur 45 hari. Pemanenan dilakukan dengan mengangkat seluruh tanaman beserta tali penggantungnya. Pelepasan tanaman dari tali dilakukan di darat dengan cara memotong tali.

Setelah panen dilakukan, segera dikeringkan langsung dengan menjemur. Rumput laut dijemur dengan menggantungkan atau diletakkan pada para-para sehingga tidak tercampur pasir, tanah dan benda lainnya. Sambil penjemuran dilakukan pembersihan dari kotoran dengan mengambil benda-benda asing seperti batu, sampah dan lainnya. Jika cuaca cerah, penjemuran cukup 3 - 4 hari yang ditandai dengan warna ungu keputihan dilapisi kristal garam.

Nilai Ekonomis

Rumput laut Eucheuma mempunyai peranan penting dalam dunia perdagangan internasional sebagai penghasil ekstrak keraginan, sehingga memiliki nilai ekspor yang sangat baik. Kadar keraginan dalam setiap spesies Eucheuma berkisar antara 54 - 73 % tergantung pada jenis dan lokasi tempat tumbuhnya.

(8)

Kegunaan Produk Rumput Laut Dalam Industri Pangan dan Non Pangan

Industrial Grade Farmasi Grade Food Grade 1. Karet sintetis

2. Bahan campuran kertas 3. Komp. Textile

4. Pakan ternak 5. Finishing kulit 6. Bahan cat 7. Pengeboran

8. Ragam produk inovatif

1. Bahan pembuat gigi 2. Pelembab

3. Tablet 4. Shampoo 5. Shaving cream 6. Pasta gigi 7. Lotion

1. Minuman ringan 2. Produk coklat 3. Makanan beku 4. Ice cream 5. Pudding 6. Tepung roti 7. Kerupuk 8. Pengental sirup 9. Produk jamu 10. Saus tomat Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan

(9)

BAB IV

ASPEK HUKUM DAN PERIZINAN

4.1. Aspek Hukum

Dalam pengembangan usaha budidaya rumput laut ada beberapa aspek hukum yang perlu diperhatikan seperti penentuan lokasi budidaya, daya dukung perairan yang berkaitan dengan jumlah unit usaha serta pengembangan kawasan dan kelembagaan. Secara umum hal-hal tersebuts udah tertuang pada Pedoman Umum Budidaya Rumput Laut.

4.2. Perizinan Usaha

Perizinan usaha budidaya rumput laut telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 31. Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Kep. 02/MEN/2004 tentang Perizinan Usaha Pembudidayaan Ikan, berikut ini adalah criteria pembudidaya rumput laut yang tidak diwajibkan memiliki Ijin Usaha Perikanan (IUP), yaitu:

 Usaha budidaya rumput laut dengan menggunakan metode lepas dasar tidak lebih dari 8 (delapan) unit (1 unit berukuran 100 x 5 m2).

 Usaha budidaya rumput laut dengan menggunakan metode rakit apung tidak lebih dari 20 (dua puluh) unit (1 unit = 20 rakit, 1 rakit berukuran 5 x 2,5 m2).

 Usaha budidaya rumput laut dengan menggunakan metode long line tidak lebih dari 2 (dua) unit (1 unit berukuran 1 ha).

*) Walaupun tidak wajib untuk memiliki IUP tetap wajib untuk mencatatkan usahanya tersebut pada pihak yang membidangi kelautan dan perikanan, missal Dinas Perikanan setempat.

4.3. Kemitraan

Di tahun 2009, Departemen Kelautan dan Perikanan telah mengeluarkan Pedoman Umum Pola Kemitraan. Essensial dari Pedoman umum tersebut adalah sebagai panduan bagi selurh pelaku usaha / stakeholders di bidang pengolahan dan pemasaran hasil perikanan tentang kemitraan yang dapat diterapkan dengan saling berbagi dalam hal biaya, resiko dan manfaat dengan menggabungkan kompetensi yang dimiliki

(10)

masing berazaskan kesetaraan, saling membutuhkan, saling memperkuat, saling menguntungkan.

4.4. Landasan Hukum

a. UU No. 31/2004 tentang Perikanan;

b. UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah;

c. UU No. 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

d. UU No. 5/1984 tentang Perindustrian yang mengamanatkan bahwa “Kerjasama Kemitraan antara Industri Besar dan Menengah dengan Industri Kecil”;

e. UU No. 1/1987 tentang Kamar Dagang dan Industri Pasal 3; Pasal 7; Butir D, E dan F;

f. UU No. 25/1992 tentang Perkoperasian;

g. UU No. 20/2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah h. PP No. 44/1997 tentang Kemitraan

i. PP No. 32/1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil

j. Kepres No. 99 tentang Bidang/ Jenis Usaha Yang Dicadangkan Untuk Usaha Kecil dan Bidang/Jenis Usaha yang terbuka Untuk Usaha Menengah atau Usaha Besar dengan Syarat Kemitraan.

k. Keputusan Menteri BUMN No. KEP-236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

(11)

BAB V

ESTIMASI USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT SISTEM LONG LINE, SELUAS 1 HEKTAR PER MUSIM TANAM (1 SIKLUS)

5.1. Investasi

No Uraian Vol Harga Sat. Jumlah

Jml Sat

1 Tali rentang PE 4 mm 10 kg 40.000 400.000

2 Tali PE 6 mm 10 kg 40.000 400.000

3 Tali Jangkar PE 10 mm 50 kg 40.000 2.000.000

4 Patok (Pipa cor) 64 bh 200.000 12.800.000

5 Styrofoam bulat diameter 50 cm 16 bh 200.000 3.200.000

6 Botol aqua 500 ml 1000 bh 1.000 1.000.000

7 Perahu dayung (untuk 2 org) 1 bh 1.500.000 1.500.000

8 Timbangan gantung 1 bh 500.000 500.000

9 Peralatan kerja 1 pkt 500.000 500.000

10 Para-para penjemuran 1 unit 1.500.000 1.500.000 23.800.000

5.2. Biaya Produksi

No Uraian Vol Harga Sat. Jumlah

Jml Sat

1 Biaya Penanaman 9 OH 100.000 900.000

2 Biaya pemasangan konstruksi 3 OH 200.000 600.000

3 Biaya pemanenan 9 OH 100.000 900.000

4 Biaya Transportasi 1 paket 1.000.000 1.000.000

5 Bibit 6400 kg 2.500 16.000.000

6 Tali PE 1 mm 208 ball 60.000 12.480.000

7 Penyusutan Inventaris 0,15 1.250.000 187.500 32.067.500

5.3. Pendapatan

No Uraian Vol Harga Sat. Jumlah

Jml Sat

1 Panen Bibit 5600 kg 2.500 14.000.000

2 Panen Kering (Produksi) 6400 kg 15.000 96.000.000

Hasil Panen 110.000.000

3 Biaya Produksi 32.067.500

Laba Usaha 77.932.500

(12)

5.4. Kelayakan Usaha

1. R/C Ratio 3.43

2. Payback period 0.71

3. Return of Investment (ROI) 227

4. B/C 2.43

(13)

PENGEMBANGAN

PRODUKSI

(14)

BAB I PENDAHULUAN

Dalam ilmu Botani, rumput laut (seaweeds) masuk kategori macro algae, tanaman sederhana yang tumbuh di air bergaram dan lingkungan laut. Oleh Yang Maha Pencipta, manusia di dunia dianugrahi lebih dari 7000 species rumput laut yang tersebar baik di perairan tropis maupun subtropis. Secara garis besar, rumput laut dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu rumput hijau (Chlorophyta) yang biasanya hidup di laut dangkal; rumput laut coklat (Phaeuphyta) biasanya hidup di laut sedang; dan rumput laut merah (Rhodophyla) yang tumbuh di laut dalam.

Beberapa rumput laut yang terdapat di Indonesia dan memiliki nilai ekonomis yang penting adalah rumput laut penghasil agar-agar (agarophyte), yaitu Gracilaria, Gelidium, Gelidiopsis, dan Hypnea, rumput laut penghasil karaginan (Carragenophyte), yaitu Eucheuma spinosum, Eucheuma cottonii, Eucheuma striatum, rumput laut penghasil algin, yaitu Sargassum, Macrocystis, dan Lessonia

Karaginan, telah dikenal sejak abad 19 dan semula dikembangkan dari rumput laut merah kecil Irish Moss yang biasa tumbuh di perairan dingin. Industri karaginan berkembang pesat dengan ditemukannya berbagai jenis rumput laut lain yang mengandung karaginan tinggi dan dapat dibudidayakan di perairan tropis dengan biaya relatif murah. Volume pasar sckitar 15.000-20.000 ton / tahun dengan penyebaran Eropa (35 %), Asia Pasifik (25 %), Amerika Utara (25 %) dan Amerika Selatan (15 %). Penggunaan karaginan mayoritas untuk indusrri makanan dan kosmtika.

Karaginan yaitu senyawa hidrokoloid yang merupakan senyawa polisakarida rantai panjang yang diektraksi dari rumput laut jenis-jenis karaginofi, seperti Eucheuma sp, Chondrus s, Hypnea sp dan Gigartina sp. Polisakarida tersebut disusun dari sejumlah unit galaktosa dengan ikatan α (1,3) D-galaktosa dan β (1,4) 3,6 anhidrogalaktosa secara bergantian, baik mengandung ester sulfat atau tanpa sulfat.

Refine Caragenan

(15)

Didasarkan pada stereotype struktur molekul dan posisi ion sulfatnya, karaginan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu iotakaraginan, kappa-karaginan dan lamda-karaginan. Ketiganya berbeda dalam sifat gel dan reaksinya terhadap protein. Kappa-karaginan menghasilkan gel yang kuat (rigid), sedangkan iotakaraginan membentuk gel yang halus (flaccid) dan mudah di bentuk. Selain itu masing-masing karaginan juga di hasilkan oleh jenis rumput laut yang berbeda. Kelarutan karaginan di dalam air di pengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya temperatur, kehadiran senyawa organik lainnya, garam yang larut dalam air serta tipe karaginan itu sendiri. Hal yang paling penting mengontrol daya larut dalam air yaitu hidrophilicity dari molekul yang merupakan group ester sulfat dan unit galaktopiranusil dari karaginan.

Derajat kekentalan karaginan di poengaruhi oleh konsentrasi temperatur dan molekul lain yang larut dalam campuran tersebut, kekentalan larutan karaginan akan berkurang dengan cepat, siring meningkatnya temperatur. Kekentalan karaginan dalam membentuk gel ( menjedal) dibedakan dari yang kuat sampai rapuh (britle) dengan tipe yang lembut dan elastis. Tekstur tersebut tergantung dari jenis karaginan, konsentrasi, keberadaan ion-ion lain, keberadaan larutan lain dan senyawa hidrokoloid yang tidak membentuk gel. Apabila dalam larutan terdapat ion potasium, gel kappa-karaginan cenderung lebih rapuh di bandingkan iota karaginan disebabkan oleh keberadaan 2 sulfat pada polimernya.

(16)

BAB II ANALISA PASAR

II.1 Produk

Fungsi utama dari Karaginan adalah sebagai bahan pemantap, penstabil, pengemulsi, pengental, pengisi, penjernih, pembuat gel, dan lain-lain. Karaginan pada industri makanan digunakan untuk meningkatkan viskositas sup, saus, juga fruit jelly sebagai bahan pengental (thickening agent) dan penstabil alami, memberi kehalusan dan keseimbangan es krim dan keju, permen, pada industri crackers, wafer, kue dan jenis biskuit lainnya untuk mendapatkan tekstur yang renyah perlu ditambahkan Karaginan untuk menghasilkan biskuit rendah kalori untuk program diet, yang formulanya perlu ditambahkan dengan agar-agar . Karaginan juga digunakan sebagai penjernih pada berbagai industri minuman seperti bir, anggur, kopi dan sebagai penstabil pada minuman cokelat. Dalam dunia kesehatan, seperti pada Perang Dunia II, Karaginan digunakan untuk membersihkan luka. Hal ini karena Karaginan mempunyai komponen yang dapat menghentikan pendarahan, menggumpalkan darah, sehingga luka mudah untuk dibersihkan. Karaginan juga mempunyai efek laksatif yaitu sebagai obat pencahar.

Pada bidang farmasi, Karaginan di manfaatkan dengan sangat luas karena dapat berfungsi sebagai suspending agent, emulsifer, stabilizerfilm former, binder, coating agent, thickener, gelling agent, sineresis inhibitor, christalization inhibitor, encapsulating agent, flocculating agen, protective coloid. Salah satu sifat di gunakan untuk pembuatan kapsul obat dan vitamin, campuran obat pencahar, pasta gigi, kosmetika (bahan baku sabun, lipstik, salep, lotion, dan krim), makanan ternak, campuran keramik, campuran cat, pembuatan kertas serta banyak lagi untuk pemanfaatan yang lainnya.

Refine Caragenan

(17)

II.2 Permintaan dan Penawaran

Pasar karagenan di dunia setiap tahunnya selalu meningkat. Tercatat pemanfaatan Karaginan untuk berbagai kebutuhan industri makanan, minuman, farmasi dan industri lainnya mencapai 33.000 ton dengan kebutuhan bahan baku karaginofit sekitar 165.000 ton. Terutama untuk jenis Eucheuma sp. Sementara produksi Eucheuma sp dunia hanya mencapai 149.000 ton sehingga masih terdapat kekurangan 16.000 ton. Produksi Eucheuma sp, dunia dapat di lihat pada tabel dibawah ini.

Tabel Produksi Eucheuma sp di Dunia ( Ton Kering)

Eucheuma sp Produksi Persentase

Sumber : H Porse, CP Kelco ApS,(2002);pers comm (dalam McHugh D J 2003)

Tabel Karaginan menurut pemanfaatannya di Dunia (2001)

Aplikasi Volume (Ton) Persentase

Sumber : H Porse, CP Kelco ApS,(2002);pers comm

Kebutuhan Eucheuma sp di dalam negeri dan eksport pada tahun 2005 sebesar 50.000 ton, sedangkan produksinya baru mencapai 32.000 ton. Dengan demikian masih terdapat kekurangan 18.000 ton yang belum dipenuhi dengan pegembangan budi daya jenis tersebut.

Prediksi pasar dunia dalam kurun waktu 3 tahun kedepan (2008-2010), kebutuhan produk olahan rumput laut di prediksi terus meningkat, seiring dengan kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke produk-produk hasil alam ( BACK TO NATURE ). Kecenderungan sudah terlihat dari meningkatnya ekspor

Refine Caragenan

(18)

bahan baku rumput laut ke berbagai negara untuk di olah menjadi produk siap pakai seperti dalam tabel di atas. Pada tahun 2008-2010 prediksi pasar dunia produk olahan rumput laut meningkat sekitar 10 % setiap tahun untuk Karaginan semirefine (SRC), agar dan alginat untuk industri (industrial grade). Sementara alginat untuk makanan ( food grade) sebesar 7,5% dan Karaginan refine (RC) sebesar 5%.

Tabel prediksi pasar dunia Produk Olahan Rumput laut ( Ton)

Jenis Produk 2008 2009 2010

Karaginan (RC) 28.850 30.285 31.800

Karaginan (SRC) 40.355 44.390 48.830

Agar 14.970 16.470 18.120

Alginat (Food Grade) 12.400 13.330 14.330

Alginat ( Industrial Grade) 25.090 27.600 30.360

Sumber : Jana T Anggodiredja TIM RL BPPT

Dari data diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pada setiap tahun produksi olahan rumput laut meningkat dengan signifikan, yang menyebabkan permintaan produk olahan rumput laut meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar baik lokal maupun luar negeri.

II.3 Persaingan Usaha

Industri pengolahan rumput laut kian berkembang seiring dengan berkembangnya produk turunan dari rumput laut dan permintaan pasar yang menjanjikan baik dalam negeri maupun luar negeri. Beberapa perusahaan yang bergerak dalm pengolahan rumput laut menjadi Karaginan adalah sebagai berikut :

(19)

PT Seamatec Surabaya PT Surya Indo Algas Surabaya PT Amarta Carrageenan Surabaya

PT Algalindo Surabaya

PT Agarin Murni Malang

3. Jawa Tengah

PT Michellindo Pekalongan

4. NTB/NTT

PT Phoenix Mas Lombok Barat

5. Jawa Barat / Banten

PT Galic Arta Bahari Bekasi PT Gumindo Perkasa Ind Banten 6. Bali

PT Dharma Nirmala Sakti Klungkung Sumber Tim rumput Laut BPPT

BAB III UNIT PRODUKSI

III.1 Lokasi

Penentuan lokasi proyek sangat menentukan terhadap perkembangan perusahaan karena harus di pilih daerah yang benar-benar cocok dengan jenis usaha nantinya, adapun hal-hal yang harus di perhatikan antara laian :

1. Posisi Geografis, kondisi dan kecocokan lahan.

2. Kemudahan mendapatkan bahan baku. Dan bahan pembantu lainnya

3. Mengingat industri pengolahan rumput laut ini pengeringannya sudah menggunakan alat pengering (dryer), akan tetapi untuk menjaga kelancaran produksi maka bantuan sinar matahari pun sangat membantu dalam proses

Refine Caragenan

(20)

pengeringan oleh karena itu di pilih daerah dengan tingkat intensitas sinar matahari yang tinggi.

4. Ketersediaan sumber air yang tinggi, karena usaha ini memerlukan air dalam jumlah yang besar.

5. Akses jalan yang lancar atau mudah di jangkau 6. Status lahan

7. Lokasi yang memperhitungkan aspek Analisis dampak lingkungan baik dalam lingkungan alam atau pun dalam lingkungan sosial.

8. Ketersediaan SDM yang mencukupi dalam arti memiliki pengetahuan danj keahlian ( keterampilan).

III.2 Status & Kondisi Tanah

Luas dan kondisi tanah tidak dapat di perhitungkan dengan terinci, mengingat ini adalah sebagai usulan proyek pendirian maka luas tanah disesuaikan dengan luas bangunan serta sarana dan prasarana lainnya, yang pada akhirnya luas tanah mencukupi untuk pembangunan proyek dan perluasan ke depan.

Sebagai bahan acuan maka untuk proyek ini memerlukan lahan ± 2 Ha dengan harga pembelian di perkirakan ± Rp

100.000,-2 x 10.000 M 2 = 20.000 M 2 ---20.000 x Rp 100.000,- = Rp

2.000.000.000,-Bak Limbah & Pengolahan Limbah 400 M 2 314.000.000

Sumur Bor 8 L/detik 2 Buah 471.000.000

Jumlah 5.163.550.000

III.4 Peralatan

Kapasitas Produksi selama satu bulan sebanyak 30 Ton RC

Refine Caragenan

(21)

NO URAIAN KEBUTUHAN JUMLAH

1 Boiler 3 ton 1 1.256.000.000 1.256.000.000

2 Boiler 6 Ton 1 2.041.000.000 2.041.000.000

3 Tangki Proses 6 157.000.000 942.000.000

4 Tangki Penampungan Agar-agar Kotor

10,000 L 1 94.200.000 94.200.000

5 Tangki Penampungan Agar-agar Bersih 8,000 L

1 78.500.000 78.500.000

6 Tangki Penampungan NaOH / KOH 10,000 L

2 94.200.000 188.400.000

7 Filter Press 2 157.000.000 314.000.000

8 PHE 1 235.500.000 235.500.000

9 Pompa Piston 4 314.000.000 1.256.000.000

10 Tangki Penampungan H2SO4 (Carbon Steel ) 10,000 L

1 94.200.000 94.200.000

11 Hoise Crane 2 Ton 1 31.400.000 31.400.000

12 Hoise Crane 1 Ton 1 23.550.000 23.550.000

13 Hydrolic Press 2 78.500.000 157.000.000

14 Cruisell Mill 1 39.250.000 39.250.000

15 Disk Mill / Hammer Mill 2 78.500.000 157.000.000

16 Ayakan 1 31.400.000 31.400.000

17 Mixer Tepung 1 15.700.000 15.700.000

18 Dryer Rotary 2 235.500.000 471.000.000

19 Pompa Kimia H2SO4 1 11.775.000 11.775.000 Pompa Agar-agar bersih 1 15.700.000 15.700.000

Pompa Air Bersih 1 11.775.000 11.775.000

Pompa NaOH / KOH 1 11.775.000 11.775.000

Pompa Sumur 1 78.500.000 78.500.000

20 Genset 150 KVA 1 392.500.000 392.500.000

21 PLN 150 KVA

22 Sumur Bor Minimal 8 L / detik 1 235.500.000 235.500.000

(22)

Indonesia sebagai Negara Kepulauan dengan jumlah pulau 17.504 buah, dan panjang pantai mencapai 81.000 km, merupakan peluang potensi budidaya laut yang sangat besar untuk dikembangkan. Potensi budidaya laut diperkirakan mencapai luas 24,5 juta ha, dan 1.110.900 ha diantaranya merupakan areal yang potensial untuk budidaya rumput laut. Luas efektif perairan untuk pengembangan budidaya rumput laut diperkirakan mencapai 222.180 ha (20% dari luas areal potensial), yang mana jenis rumput laut yang banyak diminati pasar adalah jenis Euchema spinosum, Euchema cottonii dan Gracilaria sp. Demikian disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan, Freddy Numberi saat melakukan panen raya rumput laut di Kabupaten Yapen Waropen, Propinsi Papua (14/09/07).

Produksi rumput laut secara nasional pada tahun 2005 mencapai 910.636 ton, dan meningkat menjadi 1.079.850 ton pada tahun 2006. Angka ini merupakan angka yang cukup signifikan dalam pencapaian sasaran yang telah ditetapkan, yakni 933,000 ton untuk sasaran tahun 2005, dan 1.120.000 ton sasaran pada tahun 2006. Dalam program revitalisasi perikanan budidaya sasaran produksi rumput laut pada tahun 2009 adalah sebesar 1.900.000 ton.

Secara umum kandungan dan komposisi kimia rumput laut dipengaruhi oleh jenis rumput laut, fase (tingkat pertumbuhan), dan umur panennya. Untuk memperoleh mutu karaginan yang baik, umur panen rumput laut Eucheuma cottonii adalah lebih dari 10 minggu (Suryaningrum

et al. 1991). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen dan viskositas

karaginan tertinggi diperoleh dari Eucheuma cottonii yang dipanen pada umur 45 hari, sedangkan kekuatan gel tertinggi diperoleh dari hasil panen yang berumur 60 hari. Eucheuma cottonii mengandung kadar abu 19,92 %, protein 2,80 %, lemak 1,78 %, serat kasar 7,02 % dan karbohidrat 68,48 %

Kegunaan rumput laut sangat luas, dan dekat sekali dengan kehidupan manusia. Dari bangun pagi sampai mau tidur, manusia memerlukan produk dari rumput laut, yakni dari produk makanan, pasta gigi, kosmetik, obat-obatan, bahkan sampai produk industri besar lainnya.

Refine Caragenan

(23)

III.6 Proses Produksi

Proses produksi Karaginan ada tiga tipe yaitu kappa Karaginan, iota Karaginan dan lamda Karaginan yang dibedakan oleh jumlah dan posisi ester sulfat dan kandungan dari 3,6 anhidro galaktosa. Produk-produk kappa, iota mapun lamda Karaginan dipetoleh dari bahan baku yang berbeda dengan metode produksi yang berbeda pula. Indonesia tidak mempunyai bahan baku untuk pembuatan lamda Karaginan.

Tabel beberapa teknologi pe ngolahan Karaginan dari Eucheuma sp

Bahan Baku ProduksiTahap Jenis/TipeKaraginan Metode BentukProduk

E Spinosum Refine Iota-karaginan Metode Alkohol Powder Metode Alkohol Powder

Proses Produksi karaginan murni (refine carageenan/RC)

Untuk mendapatkan Karaginan murni dilakukan dengan mengektrasi Karaginan dari rumput laut. Ada dua metode proses produksi yaitu metode alkohol (alcohol metode) dan metode tekan (pressing metode).

a. Metode Alkohol ( alcohol method)

Metode ini dapat digunakan untuk memproduksi Karaginan dari Eucheuma spinosum yang menghasilkan iota-Karaginan dan Eucheuma cottonii yang menghasilkan kappa Karaginan. Alir proses produksi dengan metode alkohol sebagai berikut :

1) Bersihkan rumput laut kering dari kotoran yang berupa pasir, garam dan jenis-jenis rumput lainnya.

2) Perlakuan alkali: masak rumput laut bersih dengan larutan alkali

dengan konsentrasi tertentu pada temperatur 85-90 0 C selama 2 jam,

Refine Caragenan

(24)

untuk Eucheuma spinosum gunakan alkali NaOH, sedangkan untuk Eucheuma cottonii gunakan KOH.

3) Penghancuran / agitasi : hancurkan rumput laut yang telah mengalami perlakuan alkali menjadi seperti bubur dengan proses pengadukan atau agitasi.

4) Ektraksi : masak rumput laut dalam kondisi alkali/ basa pH 8-9 dengan

temperatur pemanasan sekitar 90 0 C selama 18 jam untuk Eucheuma cottonii dan 3 jam untuk Eucheuma spinosum. Selama proses ekstrasi sekali-kali aduk menggunakan mesin pengaduk.

5) Penambahan filter aid : tambahkan filter aid ( seperti celite atau perlite) ke dalam rumput laut yang telah menjadi bubur dalam kondisi panas, kemudian aduk secara merata selama 0,5 jam

6) Penyaringan/ filtrasi : saring bubur dengan cepat dalam keadaan panas menggunakan filter press sehingga filtrat dalam bentuk sol ( cairan kental) dapat terpisah dari residu/ ampas padat.

7) Bleaching : Tambahkan larutan pemutih seperti ( seperti NaOCl) pada cairan sol dengan konsentrasi tertentu lalu aduk selama 20 menit.

8) Penambahan alkohol : alkohol yang digunakan dalam industri Karaginan adalah etanol ( di labolatorium biasanya di gunakan isopropanol). Tambahkan etanol secara perlahan-lahan pada filtrat, sambil di aduk sampai terbentuk serat Karaginan yang terpisah dengan cairannya.

9) Pengeringan dan pembuatan tepung (grinding) : keringkan serat

Karaginan dalam alat pengering dalam suhu 60 0 C selama 15-20 jam, kemudian buat tepung dengan mesin grinding

10) Blending / Formulating : campurkan tepung Karaginan dengan bahan lainnya, sesuai dengan keperluan jenis industri penggunaanya

11) Pengemasan ; Kemas tepung Karaginan dalam kantong-kantong plastik atau karton untuk bisa di pasarkan.

Biaya produksi untuk metode ini sangat tinggi sehingga saat ini jarang digunakan dalam industri kecuali untuk produski iota-Karaginan

b. Metode Tekan (pressing method)

Refine Caragenan

(25)

Metode ini hanya digunakan untuk produski kapa-karaginan dengan bahan baku Eucheuma cottonii, metode ini sama dengan metode alkohol dia atas hanya berbeda teknik dalam pemisahan Karaginan dari larutan sol, alur prosesnya adalah sebagai berikut :

1) Bersihkan rumput laut kering dari kotoran yang berupa pasir, garam dan jenis-jenis rumput lainnya.

2) Perlakuan alkali: masak rumput laut bersih dengan larutan alkali

dengan konsentrasi tertentu pada temperatur 85-90 0 C selama 2 jam, untuk Eucheuma spinosum gunakan alkali NaOH, sedangkan untuk Eucheuma cottonii gunakan KOH.

3) Penghancuran / agitasi : hancurkan rumput laut yang telah mengalami perlakuan alkali menjadi seperti bubur dengan proses pengadukan atau agitasi.

4) Ektraksi : masak rumput laut dalam kondisi alkali/ basa pH 8-9 dengan

temperatur pemanasan sekitar 90 0 C selama 18 jam untuk Eucheuma cottonii dan 3 jam untuk Eucheuma spinosum. Selama proses ekstrasi sekali-kali aduk menggunakan mesin pengaduk.

5) Penambahan filter aid : tambahkan filter aid ( seperti celite atau perlite) ke dalam rumput laut yang telah menjadi bubur dalam kondisi panas, kemudian aduk secara merata selama 0,5 jam

6) Penyaringan/ filtrasi : saring bubur dengan cepat dalam keadaan panas menggunakan filter press sehingga filtrat dalam bentuk sol ( cairan kental) dapat terpisah dari residu/ ampas padat.

7) Bleaching : Tambahkan larutan pemutih seperti ( seperti NaOCl) pada cairan sol dengan konsentrasi tertentu lalu aduk selama 20 menit.

8) Penjedalan : tambahkan larutan KCL, dengan konsentrasi tertentu pada filtrat larutan sol, kemudian aduk, tuangkan larutan kedalam cetakan/loyang, diamkan pada suhu kamar samapai menjedal membentuk gel. Proses penjedalan dapat pula di lakukan dalam ruang pendingin/freezer selama 12 jam. Pada industri besar digunakan conveyor ( ban berjalan) pendingin samapai menjedal. Selain itu bisa juga mengunakan tabung pendingin yang ditekan secara sistem hidrolik.

Refine Caragenan

(26)

9) Prose tekan : keluarkan air dari gel Karaginan dengan cara tekan (press). Caranya susun gel secara berlapis-lapis, masing-masing di batasi dengan kain saring, lalu tekan dengan beban selama 12-14 jam sehingga diperoleh bentuk lembaran Karaginan. Dalam skala indsutri, pengepresan menggunakan alat yang disebut hydroextractor.

10) Pengeringan : untuk memudahkan pengeringan, potong-potong lembaran Karaginan ( memerluas permukaan ) kemudian keringkan

dengan alat pengering pada temperatur 60 0 C sampai kering. Biasanya lembaran Karaginan di bentuk dalam menjadi pelet, lalu di masukan kedalam mesin pengering tertutup untuk mengurangi kontak langsung dengan udara terbuka.

11) Pembuatan tepung : lembaran Karaginan yang sudah kering di jadikan menjadi tepung melalui proses grinding

12) Blending / Formulating : campurkan tepung Karaginan dengan bahan lainnya, sesuai dengan keperluan jenis industri penggunaanya

13) Pengemasan ; Kemas tepung Karaginan dalam kantong-kantong plastik atau karton untuk bisa di pasarkan.

BAB IV ASPEK USAHA

Produk jadi pengolahan numput laut banyak di gunakan untuk bahan baku pada indsutri-industri seperti makanan, minuman, farmasi ataupun kecantikan.

Refine Caragenan

(27)

Industri di atas berpotensi akan terus meningkat karena produk tersebut merupakan konsumsi sehari-hari masyarakat, maka industri ini akan terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk.

Potensi eksport karaginan dunia pun akan semakin meningkat siring :

1. Berkembangnya industri daging dan dairy khusus pada pasar amerika serikat. 2. Konsumsi Karaginan Jepang diperkirakan akan terus meningkat sekitar 11%

pertahun dengan pengikatan import sekitar 8% pertahun (BPPT) 3. Berkembangnya industri Pangan, Farmasi dan kosmetik dunia

Potensi penyerapan Karaginan nasional masih besar mengingat konsumsi Karaginan pada industri pemakai di indonesia masih ada yang melakukan impor ( sumber Riset Corinthian), sehingga peluang berkembangnya usaha pengolahan rumput laut menjadi Karaginan berpeluang untuk melakukan substitusi impor Karaginan nasional

Potensi penyerapan Karaginan pada negara tujuan eksport seperti china melalui hongkong masih sangat besar mengingat penduduk negara tersebut adalah yang terbesar di dunia,dan Karaginan banyak di serap oleh industri makanan jadinya seperti jelly dan daging olahan.

V.1 Resiko Usaha

Setiap bidang usaha yang dijalankan pasti memiliki resiko usaha yang dipengaruhi baik dari faktor internal maupun eksternal yang dapat mempengaruhi pendapatan laba perusahaan, resiko-resiko usaha itu antara lain:

1. Resiko pasokan bahan baku dan perdagangan.

Perusahaan memperoleh bahan baku utama berupa rumput laut hasil kelautan dari para pengumpul dan petani yang sangat di pengaruhi oleh hasil penan petani serta persaingan dengan pembeli lainnya baik domestik maupun internasional. Keterbatasan penyediaan bahan baku rumput karena para petani rumput lebih menyukai menjual rumput kering untuk di eksport karena dengan daya beli yang tinggi.

2. Resiko persaingan.

Persaingan yang di hadapi perusahaan dengan para pesaing dari dalam maupun dari luar negeri mengakibatkan berkurangnya pangsa pasar dan menurunnya harga jual barang dagangan perusahaan yang pada gilirannya juga akan mengurangi pendapatan perusahaan.

Refine Caragenan

(28)

3. Resiko fluktuasi harga bahan baku dan barang dagangan.

Sebagian bahan baku dan barang dagangan perusahaan merupakan produk internasional dengan harga berfluktuatif yang dipengaruhi oleh tingkat penawaran dan permintaan dipasar domestik dan internasional, kualitas hasil panen dunia dan fluktuasi nilai tukar mata uang asing yang terkait dengan transaksi barang dagangan.

4 Resiko kerusakan dalam proses pengolahan yang berakibat penurunan mutu barang jadi

5 Resiko bahan baku dan barang dagangan yang tidak memenuhi standar.

Perusahaan akan mengalami kerugian bila bahan baku dan barang dagangan yang dibelinya tidak memenuhi standar mutu seperti : Rumput laut yang jelek sehingga kadar tepungnya yang sedikit. Hal ini menyebabkan berkurangnya hasil produksi perusahaan. Semua hasil produk jadi dan barang dagangan perusahaan memiliki harga jual yang tergantung dengan mutu / kualitas.

6. Resiko perekonomian dan sosial politik

Krisis ekonomi yang melanda negara – negara Asia termasuk Indonesia sejak tahun 1997 telah mengakibatkan kondisi perekonomian yang tidak menentu baik domestik maupun regional. Memburuknya kondisi ekonomi yang mengakibatkan menurunnya daya beli masyarakat yang pada akhirnya akan mempengaruhi perdagangan internasional sehingga pedapatan perusaahan ikut terpengaruh. Tingginya suku bunga pada tahun 2006 dan dampak dari kenaikan BBM pada akhir 2005 sangat mempengaruhi kelangsungan usaha di Indonesia. Hal ini belum diambah dengan belum stabilnya kondisi keamanan dan politik.

7. Resiko kebijakan pemerintah

Kegagalan dan mengantisipasi kebijakan pemerintah pusat dan daerah dalam rangaka otonomi daerah termasuk di bidang moneter serta fiskal dapat mempengaruhi kegiatan dalam kinerja perusahaan.

Refine Caragenan

(29)

8. Resiko kebijakan negara tujuan ekspor

Dengan adanya perubahan kebijakan fiskal pada negara tujuan ekspor dapat mempengaruhi perolehan pendapatan laba.

9. Resiko pemogokan karyawan

Industri pengolahan rumput laut menjadi tepung karagenan, merupakan perusahaan yang mengoptimalkan sumber daya manusia, sehingga sumber daya manusia merupakan asset penting bagi perusahaan yang dapat menghambat proses produksi, apabila terjadi pemogokan karyawan.

Adapun kendala yang dialami ketika memasuki industri ini (Entry Barrier), adalah :

1. Membutuhkan modal kerja yang besar karena pembelian rumput secara tunai, serta peralatan yang memadai untuk menghasilkan karaginan dengan kualitas ekspor ( kualitas baik)

2. Butuh pengetahuan dan pengalaman untuk mempertahankan hasil produksi yang sesuai dengan standar mutu yang baik.

3. Butuh pengalaman pada perdagangan internasional karena produk jadi berorientasi eksport

4. Kepercayaan pengguna produk olahan / konsumen masih lebih tinggi terhadap produk impor dari pada produk dalam negeri.

5. kontinuitas dan kualitas produksi dalam negeri belum terjamin.

6. Beberapa industri dalam negeri tidak mampu memproduksi sesuai kapasitas permintaan pasar karena kesulitan mendapatkan bahan baku yang berkualitas. Hal ini merupakan akibat dari persaingan dengan industri pengolah di luar negeri, dengan kata lain harga ekspor bahan baku lebih menarik bila di bandingkan dengan daya beli bahan baku dalam negeri

V.2 Strategi Usaha

Penanggulangan kendala perusahaan yang dijelaskakan diatas, dapat kita antisipasi dengan menggunkanan strategi usaha sebagai berikut :

Refine Caragenan

(30)

1. Letak perusahaan diusahan dekat dengan sentra produsen rumput laut, dengan maksud mampu menekan biaya produksi. Selain itu menjalin hubungan yang khusus dengan para mitra tani penghasil rumput laut agar terbina hubungan yang harmonis yang saling menguntungkan., dari hal di atas di harapkan mampu meningkatkan kualitas dan kuntitas bahan baku. 2. Memiliki SDM yang berpengalaman dalam usaha pengolahan rumput laut

karagenan dan di dukung oleh para pekerja yang terampil yang dapat memperkecil resiko kegagalan produsksi.

3. Memiliki pengatahuan dan teknologi dalm pengolahan rumput laut yang efektif dan efisien dengan standar mutu internasional.

4. Memiliki tim pemasaran yang tangguh yang mampu memberikan akses perdagangan lokal maupun luar negeri dan membidik pangsa pasar yang luas.

5. Menjaga reputasi perusahaan dengan senantiasa memenuhi permintaan konsumen dengan tiangkat kualitas yang tinggi dan konsisten serta menjaga distribusi barang selalu tepat waktu.

6. Membangun tim management yang tangguh, Meningkatkan kinerja industri dalam upaya meningkatkan produksi

7. Meningkatkan dan menguatkan lembaga – lembaga penelitian dan pengembangan ( litbang ) dalam pengembangan produk akhir.

8. Memanfaatkan Lembaga – lembaga pemerintahan daerah hingga pusat, guna memudahkan akses birokrasi.

9. Pembentukan tim Humas untuk Ekstern maupun Intern Perusahaan, guna untuk menampung output maupun input dari berbagai pihak.

Refine Caragenan

(31)

BAB V ANALISIS USAHA

Pembahasan dalam bab ini meliputi analisis usaha ditingkat produksi Refine karagenan, analisis usaha pengolahan ini meliputi : Biaya proses produksi, Analisis rugi laba, Play back period ( jangka waktu pengembalian modal ), Analisis R/C dan Break Event Point ( BEP ). Adapun penjabarannya adalah sebagai berikut :

RANCANGAN ANGGARAN BIAYA OPERASIONAL PRODUKSI REFINE CARAGINAN

V.1 Biaya Proses Produksi

N

O JENIS BAHAN BAKU

QUANTITY HARGA JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH

PER I KALI

PROSES PER KG 1 KALI PROSES

2 KALI PROSES

4 KALI

PROSES 5 KALI PROSES

( Kg ) ( 1 SHIFT ) ( 1 SHIFT ) ( 2 SHIFT ) ( 2 SHIFT )

1 Rumput laut Cottoni 700 13.000 9.100.000 18.200.000 36.400.000 45.500.000

(32)

V.2 Estimasi Rugi / Laba

NO KEGIATAN Qty

HARGA

JUAL/kg JUMLAH

BIAYA

PRODUKSI SELISIH HARI KERJA

(Kg) ( Rp ) ( Rp ) ( Rp ) ( Rp ) (25)

1. Satu kali proses

(yield 20%) 140

173.00 0

24.220.00 0

18.703.00 0

5.517.00 0

137.925.00 0

2. Dua kali proses(yield 20%) 280 173.000 48.440.000 34.256.000 14.184.000 354.600.000

3. Empat kali proses (yield 20%) 560 173.000 96.880.000 66.912.000 29.968.000 749.200.000

4. Lima kali proses(yield 20%) 700 173.000 121.100.000 82.465.000 38.635.000 965.875.000

Keterangan : - 20% adalah nilai Yield

- Kurs Dollar = Rp 11.000 Harga Penjualan $13 USA

- Tangki proses sebanyak 6 unit dengan kapasitas tampung 700.kg rumput laut Cottoni.

(33)

V.3 Biaya Produksi

A). Total Biaya Produksi

o Modal Produksi ( 25 hari kerja ) Rp.

2.061.625.000,-( Rp. 82.465.000,- x 25 hari )

o Biaya Tetap Rp.

Jumlah Rp.

1.932.786.561,-B). Penjualan

5 kali proses menghasilkan tepung 700 kg (700 x 25 hari = 17.500kg)

( Jumlah tonase x harga jual )

17.500 kg x Rp. 143.000,-/ kg = Rp.

2.502.500.000,-C). Keuntungan / Laba

 Penerimaan Penjualan = Rp.

2.502.500.000,- Total Biaya produksi = (Rp.1.932.786.561,-)

Keuntungan = Rp

569.731.439,-D). Jangka Waktu Pengembalian modal ( Pay Back Period )

JumlahInvestasi

Keuntungan xBulan

(Jumlah investasi = pembelian lahan + peralatan + Total biaya produksi selama 1 bulan)

Rp. 18.840.000.000,- x1 Bulan = 33 Bulan ( 2 Tahun 9 bulan )

Rp

(34)

E). Analisis R/C dan BEP

1. Analisis Revenue Cost Ratio

=

Penerimaan(penjualan) BiayaTotalProduksi

=

Rp. 2.502.500.000,- = Rp. 1.29,

= Rp.

1.932.786.561,-Di ketahui nilai R/C = Rp. 1.29, berarti usaha produksi tepung Karagenan

layak dan menguntungkan, karena dari setiap uang yang di keluarkan untuk

usaha sebesar Rp 1,- akan di peroleh hasil sebesar Rp. 1.29,

2. Titik Impas ( Break Even Point )

=

BiayaTetap

1

Biaya

var

iable

Penjualan

= BEP

= Rp.

128.838.439,-1- Rp. 1.932.786.561,- = Rp. 565.080.000,-Rp.

2.502.500.000,-BEP dalam rupiah = Rp.

565.080.000,-BEP dalam Kg = Rp. 565.080.000 = 3266 Kg

Rp. 173.000,-

Dari perhitungan tersebut di atas dapat di ketahui bahwa proses Produksi

karaginan tidak akan memperoleh keuntungan atau kerugian alias mencapai

titik impas saat di peroleh pendapatan sebesar Rp. 565.080.000,- dari hasil

penjualan tepung karaginan sebanyak 3266 Kg perbulan.

(35)

BAB VI

PENUTUP

Demikianlah rancangan proposal produksi Refine karagenan ini kami buat, semoga dengan penjelasan dan penjabaran didalam proposal ini mendapatkan sambutan yang positif dan menarik dengan dilihat dari prospek pasar yang masih terbuka luas.dan menjanjikan, Selain itu mampu membantu mewujudkan stabilitas ekonomi daerah dan nasional menuju kehidupan masyarakat yang sejahtera.

(36)

Gambar

Tabel Karaginan menurut pemanfaatannya di Dunia (2001)
Tabel prediksi pasar dunia Produk Olahan Rumput laut ( Ton)
Tabel beberapa teknologi pe ngolahan Karaginan dari Eucheuma sp

Referensi

Dokumen terkait

Bachman dkk pada suatu seminar perimenopause, yaitu suatu fase sebelum menopause yang umumnya terjadi antara umur 40-50 tahun, dimana terjadi transisi dari siklus

Sedangkan dari hasil penelitian yang diperoleh dapat dibuktikan bahwa program IPM berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengentasan kemiskinan di Kecamatan Buleleng,

Simpulan penelitian ini adalah melalui pembelajaran kontekstual dengan metode snowball throwing dapat meningkatkan karakter rasa ingin tahu dan hasil belajar

Sebagai salah satu pusat penjualan Sawo di Kabupaten Kediri, Dusun Bunut dikelilingi oleh lahan pertanian dan perkebunan yang tidak hanya menjadi pundi ekonomi masyarakat, akan

Hukum dan masyarakat bagaikan dua sisi mata uang, Ubi Societs Ibi Ius (dimana ada masyarakat di sana ada hukum) keduanya tidak dapat dipisahkan. Hukum yang tidak dikenal dan

Data sekunder meliputi topografi, su- hu, letak desa, jumlah penduduk, kepa- datan penduduk, sumberdaya vegetasi de- sa, pemilikan lahan, kondisi pemukiman, sarana dan

Kawasan rawan bencana gempa bumi di Provinsi Jawa Timur berada di wilayah: Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Blitar, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Jember, Kabupaten Jombang,

Sebagai hasil penelitian penulis dengan judul Analisis Sengketa Kepemilikan Tanah Dalam Perspektif Politik Agraria Indonesia (Dalam Kasus Sengketa Kepemilikan