Perbandingan Tindak Pidana Penyuapan di Berbagai Negara
Yessi Nadia
Perbandingan Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Padjajaran
Jl. Dipatiukur No. 35 (022) 2509055
Abstrak
Penyuapan merupakan istilah yang dituangkan dalam undang-undang sebagai suatu hadiah atau janji (giften/beloften) yang diberikan atau diterima meliputi penyuapan aktif dan penyuapan pasif. Penyuapan tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga negara lain.
Tindak pidana penyuapan di belahan dunia ini memiliki batasan dan definisi yang berbeda di masing-masing negara. Meskipun begitu, definisi yang berbeda itu tetap memiliki persamaan.
Kata kunci: Penyuapan, Definisi, Perbedaan, Persamaan
1. Pendahuluan
Penyuapan masih menjadi salah satu bagian dari pemberantasan korupsi yang perlu digalakkan lagi. Tidak hanya di Indonesia saja, tetapi juga diseluruh negara yang ada di dunia, seperti Amerika Serikat, Inggris, Jepang, dan lain sebagainya.
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti perbandingan batasan / arti / definisi dari tindak pidana penyuapan
di berbagai Negara, yaitu Indonesia, Jepang, Amerika Serikat, dan Inggris.
Setelah itu diharapkan untuk dapat membentuk definisi baru yang dapat berguna di kemudian hari.
2. Definisi Suap.
2.1 Definisi Suap Menurut Legislasi Indonesia
diterima meliputi penyuapan aktif dan penyuapan pasif. Ada 3 unsur yang esensial dari delik suap yaitu (1) menerima hadiah atau janji, (2) berkaitan dengan kekuasaan yang melekat pada jabatan, (3) bertentangan dengan kewajiban atau tugasnya. Di dalam KUHP terdapat pasal-pasal mengenai delik penyuapan aktif (Pasal 209 dan 210) maupun penyuapan pasif (Pasal 418, 419 dan 420) yang kemudian semuanya ditarik dalam Pasal 1 ayat (1) sub c UU No. 3/1971 yang sekarang menjadi Pasal 5, 6, 11 dan 12 UU Pemberantasan Tindak Pi-dana Korupsi (PTPK) 2001. Demikian juga dengan penyuapan aktif dalam penjelasan Pasal 1 ayat (1) sub d UU No. 3/1971 (sekarang Pasal 13 UU PTPK 1999) dan delik suap pasif dalam Pasal 12B dan 12C UU PTPK 2001.
Menurut Prof Dr Indriyanto Seno Adji, atas dasar studi penelitian tentang PTPK, dari ke-seluruhan delik-delik korupsi yang bersifat multi normatif (delik penyalahgunaan kewe-nangan, delik materiele we-derrechtelijk, delik penggelapan dan
lain-lain), hanya delik suap yang sulit pembuktiannya.1
2.2 Definisi Suap Menurut Legislasi Jepang
Dalam Legislasi Jepang, penyuapan di atur dalam Unfair Competition Prevention Act (the "UCPA"), Penal Code (the "Penal Code"), National Public Service Ethics Act (the "Ethics Act") and National Public Service Ethics Code (the "Ethics Code"), Corporations Act, Prevention of Transfer of Criminal Proceeds Act.
The UCPA mengatur penyuapan kepada pejabat publik asing . The UCPA berlaku untuk : ( I ) individu kebangsaan apapun, jika pelanggaran tersebut dilakukan di Jepang ; ( II ) Warga Negara Jepang yang menawarkan uang kepada pejabat asing terlepas dimana perilaku tersebut terjadi .
Pada KUHP Jepang berlaku untuk: (I) individu kebangsaan apapun,
1 Hanny JES Leihitu, Delik
Penyuapan, dalam Harian Komentar 29 Maret
2008 diakses dari
jika pelanggaran tersebut dilakukan di Jepang; (II) Warga Negara Jepang yang menawarkan uang kepada pejabat publik ( apakah Pejabat Resmi Negara Jepang atau asing ) terlepas dimana perilaku tersebut terjadi .
Ethics Act berlaku untuk pegawai negeri di Jepang termasuk : (I) larangan pejabat publik menerima hadiah apapun , dll dari seseorang pejabat yang menjalankan kekuasaan , dan (II) bahwa setiap pejabat publik dengan pangkat asisten direktur atau lebih tinggi harus memperlihatkan hadiah , dll lebih dari JPY5,000 .
Pasal 967 dari Corporation Acts mengatur tindak pidana suap yang berkaitan dengan petugas, manajer, auditor dan lain-lain dengan otoritas untuk membuat keputusan bisnis untuk entitas yang relevan . Namun, Pasal 967 UU Korporasi membutuhkan "permintaan salah" sebagai elemen untuk membangun
kejahatan tersebut .
Sebuah "permintaan salah" merupakan situasi di mana permintaan untuk melakukan yang sangat tidak masuk akal telah dibuat .
Prevention of Transfer of Criminal Proceeds Act, Undang-undang ini diberlakukan untuk mencegah pencucian uang di Jepang dan terutama menyangkut uang yang diterima dari kejahatan terorganisir , atau penjualan obat terlarang. 2
2.3 Definisi Suap Menurut Legislasi Inggris
Legislasi Inggris tidak menjelaskan definisi mengenai suap, tetapi menjelaskan melalui contoh kasus. Seseorang (P) melakukan pelanggaran menyuap orang lain apabila melakukan kasus:
(1.) Kasus 1 dimana―
(A) P menawarkan,
menjanjikan atau memberikan keuntungan finansial atau lainnya ke orang lain, dan
(B) P bermaksud mengambil keuntungan―
(I) untuk mendorong seseorang untuk melakukan fungsi, tugas, kewajiban yang tidak benar, atau
2 China Go Abroad, Japanese
Anti-briebery Laws, diakses dari
(II) untuk memberi imbalan kepada seseorang yang telah melaksanakan fungsi, tugas, kewajiban yang tidak benar
(2.) Kasus 2 dimana―
(A) P menawarkan,
menjanjikan atau memberikan keuntungan finansial atau lainnya ke orang lain, dan
(B) P tahu atau percaya bahwa penerimaan keuntungan untuk diri sendiri merupakan kinerja yang tidak tepat dari fungsi atau tugas, kewajiban yang relevan.
Seseorang (R) disuap apabila melakukan perbuatan.
Kasus 3 adalah dimana permintaan R, setuju untuk menerima uang atau keuntungan lainnya bahwa, akibatnya, fungsi yang relevan atau kegiatan harus dilakukan dengan benar (apakah dengan R atau orang lain).
Kasus 4 dimana―
(A) permintaan R, setuju untuk menerima uang atau keuntungan lainnya,
(B) permintaan, persetujuan atau penerimaan itu sendiri merupakan kinerja yang tidak tepat dalam pelaksanaan tugas dan fungsi yang dilakukan R
(4) Kasus 5 adalah di mana permintaan R, setuju untuk menerima uang atau keuntungan lainnya sebagai hadiah atas dilaksakannya tugas dan fungsi yang tidak benar (apakah dengan R atau yang lain orang
(5) Kasus 6 adalah di mana, untuk mengantisipasi atau konsekuensi dari R, setuju untuk menerima uang atau menerima keuntungan lainnya, dari pelaksanaan tugas yang relevan atau
Kegiatan dilakukan tidak benar―
(A) dengan R, atau
(B) oleh orang lain atas permintaan R atau dengan persetujuan R atau persetujuan.
hukum. Ketentuan ini berlaku terhadap pembayaran-pembayaran dan hadiahhadiah yang dibayar oleh perusahaan-perusahaan dan para karyawan mereka, serta para Pihak Ketiga seperti misalnya Agen-agen Penjualan. Sebagai contoh, semua pemberian kepada seorang Pejabat Pemerintah oleh seorang agen perusahaan melanggar FCPA jika dilakukan dengan imbalan pejabat tersebut melaksanakan pengaruhnya untuk membantu perusahaan tersebut
mendapatkan bisnis baru,
mempertahankan bisnis yang ada, atau mendapatkan keuntungan secara tidak semestinya – bahkan jika perusahaan tersebut tidak mengetahui mengenai tindakan agen tersebut.
2.5 Perbandingan Sistem Hukuman
Di Inggris, tersangka yang diyakini melanggar ketentuan tersebut dikurung tidak melebihi 12 bulan, atau tidak melebihi hukuman maksimum atau keduanya,
(B) seseorang yang diyakini sebagai terdakwa, ditahan tidak lebih
dari 10 tahun, atau denda, atau keduanya.
Di Jepang, Hukuman untuk penerimaan suap yang dilakukan oleh pejabat publik (atau calon pejabat publik) adalah penjara dengan bekerja untuk tidak lebih dari 5 tahun, ditambah penyitaan suap atau nilai moneter Di mana pejabat publik setuju untuk melakukan suatu tindakan dalam menanggapi permintaan, sanksi adalah penjara dengan kerja tidak lebih dari 7 tahun.
Selanjutnya, pejabat publik di mana seperti konsekwensinya bertindak secara ilegal atau menahan diri dari bertindak dalam pelaksanaan tugas nya, sanksi tersebut penjara dengan kerja untuk jangka waktu dalam kisaran satu sampai 20 tahun.
Sanksi untuk menawarkan atau menjanjikan untuk memberikan suap kepada seorang pejabat publik adalah penjara dengan kerja tidak lebih dari 3 tahun, atau denda tidak lebih dari 2,5 juta yen.
lebih. Penyuapan komersial sering membawa hukuman yang lebih ringan dan mungkin kejahatan ringan (di kebanyakan negara, pelanggaran ringan yang dihukum sampai satu tahun di kabupaten atau penjara lokal).
Konsekuensi lainnya. pejabat publik atau karyawan yang menerima suap juga dipaksa dari kantor atau dari pekerjaan mereka dan mungkin tidak memenuhi syarat untuk bekerja untuk pemerintah atau melayani dalam posisi yang dipilih atau diangkat.
Di Indonesia, UU No. 11 Tahun 1980 tentang Tindak Pidana Suap (“UU 3/1980”). Pasal 3 UU 3/1980 menyebutkan:
“Barangsiapa menerima sesuatu atau janji, sedangkan ia mengetahui atau patut dapat menduga bahwa pemberian sesuatu atau janji itu dimaksudkan supaya ia berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam tugasnya, yang berlawanan dengan kewenangan atau kewajibannya yang menyangkut kepentingan umum, dipidana karena menerima suap dengan pidana penjara selama-lamanya 3
(tiga) tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp.15.000.000.- (lima belas juta rupiah).
Pasal 11 UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi(“UU Tipikor”) juga mengatur:
“Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya.”
3. Persamaan
Konvensi OECD, negara-negara harus memerangi suap.
Perusahaan baik secara langsung ataupun tidak langsung tidak diperbolehkan untuk menawarkan, menerima, atau meminta suap atau tindakan yang tidak pantas untuk memperoleh atau mempertahankan bisnis atau tindakan yang tidak pantas lainnya. Secara khusus perusahaan harus;
1. Tidak menawarkan
atau dengan
maksud meminta, untuk membayar pejabat publik atau pekerja dari rekan
bisnis agar
menerima bagian dari pembayaran kontrak bisnis. Mereka dilarang menggunakan sub kontraktor, order pembelian atau perjanjian
konsultasi sebagai perantara untuk melakukan suap
kepada pejabat publik, kepada pekerja dari rekan bisnis atau keluarga mereka atau juga asosiasi bisnis. 2. Memastikan bahwa
upah agen telah sesuai dan untuk kepentingan jasa saja. Jika relevan, daftar nama dari
agen yang
dipekerjakan dalam hubungannya dengan transaksi dari badan publik dan BUMN harus dapat diperlihatkan dan dapat dibuka bagi pejabat yang berwenang.
3. Meningkatkan
transparasi kegiatan perusahaan sebagai
bagian dari
perlawanan
Termasuk
didalamnya terlibat dalam komitmen bersama melawan
suap dan
pemerasan dan keterbukaan atas manajemen
perusahaan sebagai
bagian dari
penghargaan atas komitmen yang telah dilakukan. Perusahaan juga
harus selalu
mengembangkan prinsip keterbukaan dan dialog dengan
publik untuk
meningkatkan
kesdaran dan
kerjasama dalam memberantas suap dan pemerasan.
4. Mempromosikan
kesadaran pekerja untuk mematuhi kebijakan
perusahaan
melawan suap dan pemerasan melalui penyebaran
informasi mengenai kebijakan tersebut melalui program pelatihan dan peraturan
kedisiplinan. 5. Mengadopsi sistem
kontrol manajemen untuk memerangi praktek suap dan korupsi dan juga mengadopsi
akuntansi keuangan dan perpajakan serta praktek audit untuk mencegah terjadinya ‘diluar catatan’ atau rekening rahasia atau pembuatan dokumen yang tidak layak serta
secara jujur
6. Tidak memberikan sumbangan yang melawan hukum pada calon pejabat publik atau partai
politik atau
organisasi politik lainnya.
Sumbangan
seharusnya sejalan dengan prinsip perusahaan atas keterbukaan publik
dan harus
dilaporkan pada manajemen senior. 4. Perbedaan
Perbedaannya adalah
1. Sanksi hukuman yang diterapkan masing-masing negara berbeda.
2. Sistem Hukum yang dianut membuat penjelasan yang berbeda terkait penyuapan itu sendiri
5. Definisi di Kemudian Hari Sebagai kesimpulan dan penutup di kemudian hari, definisi yang paling tepat mengenai Penyuapan