• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS AKUNTANSI DAN PENGENDALIAN INTE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS AKUNTANSI DAN PENGENDALIAN INTE"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

YAYASAN DANA SOSIAL MUSTAHIQ SURABAYA)

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGAIAN PERSYARATAN TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER METODOLOGI PENELITIAN

DIAJUKAN OLEH:

M. DIMAS PUTRA CIPTA D. NIM : 041113162

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITASA IRLANGGA SURABAYA

(2)

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1 Terhadap Khasanah Ilmu Pengetahuan ... 3

1.4.2 Terhadap Penyelesaian Operasional ... 4

1.4.3 Terhadap Kebijakan ... 4

1.5 Sistematika Penulisan Proposal ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Landasan Teori ... 6

2.1.1 Filantropi ... 6

2.1.2 Zakat, Infaq, dan Shodaqoh ... 7

2.1.3 Akuntansi ... 8

2.1.4 Pengendalian Internal ... 10

2.1.5 Akuntansi zakat, infaq/shodaqoh ... 12

2.2 Penelitian Sebelumnya ... 15

2.3 Kerangka Konseptual ... 17

METODE PENELITIAN ... 18

3.1 Jenis Penelitian ... 18

3.2 Metode Pengumpulan Data ... 18

3.3 Informan Penelitian ... 19

3.4 Teknik Analisis Data ... 21

(3)

ii

DAFTAR GAMBAR

(4)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Filantropi (kedermawanan sosial) mungkin tergolong kata yang baru dan asing bagi sebagianbesar masyarakat Indonesia. Namun, praktek kedermawanan sendiri sudah dikenal dan menjadi bagian kehidupan masyarakat nusantara. Lembaga Filantropi Islam memiliki peranan yang cukup penting terutama di Indonesia, dimana mayoritas penduduknya memeluk agama Islam.. Mohammad Fuad (2005) mencatat filantropi yang berakar pada tradisi dan agama di Indonesia ini sebagai filantropi tradisional. Filantropi tradisional ini merupakan wujud awal dari kegiatan filantropi Indonesia dan berpegaruh pada perkembangan filantropi saat ini.

Berbekal tujuan untuk membantu umat Islam dalam menyalurkan dana dan zakat, dalam aktivitas pengelolaannya lembaga amil zakat yang merupakan lembaga non-profit ini melibatkan beberapa pihak yakni, pemberi, pengelola, dan penerima zakat. Tak jarang pemberi dana sama sekali atau tidak benar-benar mengetahui dan mengenal dengan pasti orang atau institusi pengelola zakat dimana mereka menyumbangkan harta mereka. Penerima dana-pun tidak serta merta menerima dana begitu saja, mereka menginginkan adanya transaparansi atas pengelolaan dana (Syafa'at, 2013).

(5)

2 keputusan. Disampig itu harus akuntasi harus didampingi oleh akuntabilitas yang baik pula.

Masalah yang selanjutnya berkembang sekarang adalah apakah entitas, organisasi, maupun lembaga-lembaga dan pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam lembaga tersebut telah benar-benar mengerti, memahami, dan menerapkan akuntansi dalam lembaganya. Agar akuntansi dapat terwujud dengan baik maka dibutuhkan pula internal control yang efektif dan memadai. The Institute of Internal Auditors (IIA) mendefinisikan pengendalian internal sebagai segala tindakan yang diambil oleh manajemen, dewan direksi, dan pihak lain untuk mengelola risiko dan meningkatkan kemungkinan bahwa tujuan akan tercapai. Pengendalian internal digunakan untuk mengawasi, menilai, dan mengevaluasi kegiatan suatu entitas, organisasi, atau lembaga dengan tujuan memastikan bahwa kegiatan sehari-hari entitas telah berlangsung sebagaimana mestinya dan tujuan serta misi organisasi yang telah direncanakan pada awal pembentukan organisasi bisa tercapai.

Penulis termotivasi untuk melakukan penelitian ini dikarenakan menjamurnya lembaga amil zakat yang sebenarnya menyimpan benih penguatan sistem sosial masyarakat yang menuju civil society (Sadili, 2007). Lembaga-lembaga ini lahir bukan hanya sekadar ikut-ikutan tren namun atas cita-cita luhur diatas. Hal ini mengindikasikan masyarakat kita yang semakin menuju ke civil society. Banyak lembaga pengelola zakat yang masih belum menerapkan PSAK No.19 dalam

accounting treatmentnya. Hal itu menyebabkan Lembaga amil zakat terkait tidak diaudit oleh akuntan publik, yang merupakan salah satu syarat pengawasan Lembaga amil zakat dalam UU No. 38 Tahun 1999 mengenai pengelolaan zakat (Presiden Republik Indonesia, 1999). Dengan tidak menerbitkan laporan yang sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku dan tidak adanya audit mejadikan akuntabilitas lembaga menjadi dipertanyakan. Penelitian ini berusaha untuk mengisi kekosongan dengan mempelajari praktik akuntansi, pengendalian internal, dan penerapan akuntansi zakat sesuai dengan PSAK No.109 pada sebuah lembaga amil zakat.

(6)

3 dengan dasar yayasan tersebut belum memiliki banyak donatur di bandingakan dengan yayasan dana sosial Al Falah, agar dapat mengetahui perbedaan apa yang menyebabkan banyaknya dana dan donatur yayasan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang yang dikemukakan diatas, maka masalah-masalah yang dapat diajukan penulis untuk diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan akuntansi dalam sebuah lembaga filantropi Islam?

2. Apakah pengendalian internal yang ada telah mendukung proses pencapaian akuntansi?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui serta menganalisis penerapan akuntansi serta pengendalian internal pada sebuah lembaga filantropi Islam. 1.4 Manfaat Penelitian

Merujuk pada tujuan penelitian yang telah diuraikan diatas, maka adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada:

1.4.1 Terhadap Khasanah Ilmu Pengetahuan

(7)

4 menggunakan penelitian ini sebagai bahan rujukan untuk penelitiannya sehingga kekurangan dalam penelitian ini dapat lebih disempurnakan.

1.4.2 Terhadap Penyelesaian Operasional

Manfaat dalam penyelesaian operasional bagi lembaga amil zakat dalam hal ini bagi Yayasan Dana Sosial Mustahiq Surabaya adalah terbantunya lembaga amil zakat dalam mengetahui seberapa efektif dan memadai akuntansi serta pengendalian internal yang telah mereka terapkan dalam lembaganya.

1.4.3 Terhadap Kebijakan

Manfaat terhadap kebijakan adalah bagi pengelola zakat diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan atau sebagai bahan pertimbangan dalam upaya memaksimalkan penerapan akuntabilitas dan pengendalian internal lembaga amil zakat. Bagi pemberi dana diharapkan dengan adanya penelitian ini tuntutan mereka atas transparansi, akuntabilitas, serta kejelasan pengelolaan dana dapat terpenuhi.

1.5 Sistematika Penulisan Proposal

Bab I : Pendahuluan

(8)

5 internal sebagai pendukung dalam praktik akuntabilitas dan belum banyak diterapkannya PSAK No.109 sebagai akuntansi zakat, infak/sedekah. Selain itu terdapat juga perumusah masalah yang ingin digali jawabanya oleh penulis berupa penerapan akuntabilitas lembaga zakat, tujuan dari penulisan penelitian, manfaat penelitian baik untuk manfaat khasanah ilmu pengetahuan yakni pengembangan teori, manfaat operasional yakni hasil penelitian yang berguna bagi lembaga dalam mengetahui akuntabilitas, dan manfaat kebijakan yakni sebagai masukan bagi lembaga amil dan pemenuhan tuntutan atas akuntabilitas bagi para pemberi dana. Serta sistematika penulisan proposal yang memuat point penting tiap bab yang ada didalam proposal.

Bab II : Tinjauan Pustaka

Dalam bab ini dijelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan zakat, akuntabilitas, pengendalian internal, dan perlakuan akuntansi zakat, infak/sedekah seseuai PSAK No.109 yang menjadi bahan utama atau inti dalam penelitian ini. Serta kerangka koseptual yang memperlihatkan alur pemikiran dari penelitian ini.

Bab III : Metode Penelitian

Dalam bab ini dijelaskan mengenai jenis penelitian yang digunakan penulis yakni kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Metode pengumpulan data dengan menggunakan wawancara mendalam dan observasi partisipasi. Informan penelitian yakni

keyperson dalam lembaga amil zakat yang dipilih penulis yakni bendahara, manajer SDM, manajer program dan pemberdayaan serta manajer penghimpunan. Teknik analisis data dengan menggunakan data yang diperoleh dari metode pengumpulan data, kemudian dilakukan triangulasi pada data untuk menguji keabsahan data dan sampai pada penarikan kesimpulan.

(9)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Filantropi

Filantropi (bahasa Yunani: philein berarti cinta, dan anthropos berarti manusia) adalah tindakan seseorang yang mencintai sesama manusia, sehingga menyumbangkan waktu, uang, dan tenaganya untuk menolong orang lain. Istilah ini umumnya diberikan pada orang-orang yang memberikan banyak dana untuk amal. Biasanya, filantropi seorang kaya raya yang sering menyumbang untuk kaum miskin.

Seorang filantropis seringkali tidak mendapatkan dukungan menyeluruh terhadap tindakannya. Tuduhan yang sering diterima adalah mengenai masalah tujuan amal (seperti mendanai seni bukannya memerangi kelaparan dunia), atau memiliki tujuan terselubung seperti penghindaran pajak dengan efek samping popularitas. Filantropi (kedermawanan sosial) mungkin tergolong kata yang baru dan asing bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Namun, praktek kedermawanan sendiri sudah dikenal dan menjadi bagian kehidupan masyarakat nusantara.

(10)

7 2.1.2 Zakat, Infaq, dan Shodaqoh

Ketentuan untuk mengeluarkan zakat sebagai salah satu bagian dari lima rukun Islam yang ada tentu telah terpatri dalam diri tiap-tiap pemeluk Islam. Telah banyak perintah Allah yang tertuang dalam ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang perintah untuk mengeluarkan zakat. Seperti dalam Al-Qur’an terjemahan Ashshiddiqi et al. (1971), “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ruku’lah beserta orang -orang yang ruku’” (QS Al-Baqarah : 43). Kedudukan zakat yang setara dengan sholat menjadikan zakat sebagai ibadah yang hukumnya wajib ditunaikan oleh muslim yang mampu. Ayat lain mengatakan “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan munyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketemtraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS At-Taubah : 103)

Berdasarkan UU No.38 tentang pengelolaan zakat yang disahkan oleh Presiden Republik Indonesia (1999) zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.” Ikatan Akuntan Indonesia (2010) melalui PSAK No. 109 mengenai akuntansi zakat, dan infaq/shodaqoh menjelaskan pengertian zakat yakni harta yang wajib dikeluarkan oleh

(11)

8 Nurhayati dan Wasilah (2009) menetapkan 7 syarat harta yang wajib untuk dikeluarkan zakatnya, yakni:

a. Halal, harta yang dikeluarkan zakatnya haruslah diperoleh dengan cara yang halal dan baik.

b. Milik Penuh, kepemilikan atas harta yang dikeluarkan zakatnya didalamnya tidak terdapat hak milik orang lain.

c. Berkembang, secara nyata dan tidak nyata harta yang akan dikeluarkan zakatnya bertambah dengan baik.

d. Mencapai Nisab, yakni jumlah minimal sebuah harta yang dikenakan zakat.

e. Haul, batas waktu minimal dikeluarkannya zakat yakni dua belas bulan Qomariah.

f. Lebih dari kebutuhan pokok, seseorang yang memiliki harta yang melebihi kebtuhannya namun kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pokoknya maka ulama menyatakan bahwa belum mencapai nisab.

Sementara itu PSAK 109 mendefinisikan Infak/sedekah adalah harta yang diberikan secara sukarela oleh pemiliknya, baik yang peruntukannya dibatasi (ditentukan) maupun tidak dibatasi (Ikatan Akuntan Indonesia, 2010).

2.1.3 Akuntansi

(12)

9 Definisi akuntansi menurut AICPA: “Accounting is the art of recording, classifying, and summarizing in a significant manner and in terms of money, transaction and events which are in part at least, of a financial character, and interpreting the results thereof”. Menurut Scott (2003 : 6) The environment of accounting is both very complex and very challenging. It is complex because the product of accounting is information – a powerful and important comodity. Sedangkan menurut Kieso (2002 : 2), akuntansi bisa didefinisikan secara tepat dengan menjelaskan tiga karakteristik penting dari akuntansi: (1) pengidentifikasian, pengukuran, dan pengkomunikasian informasi keuangan tentang (2) entitas ekonomi kepada (3) pemakai yang berkepentingan. Karakteristik-karakteristik ini telah dipakai untuk menjelaskan akuntansi selama beratus-ratus tahun. Namun, dalam 30 tahun terakhir entitas ekonomi telah berubah secara signifikan baik dari segi ukuran maupun komplekstitas, dan pemakai yang berkepentingan juga telah bertambah secara substansial baik dari segi jumlah maupun keragaman.

FASB mendefinisikan akuntansi secara umum adalah : “Accounting is the body knowledge and functions concered with systematic originating, recording, classifying, processing, summerizing, analyzing, interpreting and supplying of dependable and significant information covering, transaction, and event wich are, in part at least, of financial character, required for the management and operation of an entity and for report that have to be submitted there on to meet fiduciary and other responsibilities”.

(13)

10 “Accounting is a service activity. Its function is to provide quantitative information, primarily financial in nature, about economics entities that is intended to be useful in making economic decision, in making reasons choices among alternatives course of action”.Dan dapat disimpulkan bahwa

a) akuntansi menyediakan jasa yang penting di dalam lingkungan bisnis untuk membantu pengambilan keputusan alokasi sumber daya yang terbatas;

b) informasi yang disediakan akuntansi bersifat kuantitatif yang dapat digunakan dengan evaluasi kualitatif dalam pengambilan keputusan ekonomi;

c) meskipun akuntansi melaporkan apa yang telah terjadi tetapi berguna untuk pengambilan keputusan di masa mendatang (Smith, Skousen, dan Stice, 1997).

2.1.4 Pengendalian Internal

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dalam latar belakang penulisan penelitian ini bahwasanya untuk menciptakan akuntabilitas yang baik dalam sebuah organisasi, dibutuhkan sebuah pengendalian internal yang efektif dan memadai. Moeller (2009) menjelaskan tentang pengertian pengendalian internal yang disusun oleh The Institute of Internal Auditors (IIA) dimana pengendalian internal sebagai tindakan yang diambil oleh manajemen, dewan direksi, dan pihak lain untuk mengelola risiko dan meningkatkan kemungkinan bahwa tujuan akan tercapai. Pihak manajemen merencanakan, mengatur, dan mengarahkan kinerja yang dianggap memberikan keyakinan memadai bahwa tujuan dan sasaran akan tercapai. Melalui

(14)

11 semua metode serta yang terkoordinasi dan pengukuran yang diadopsi sebuah entitas dalam mengamankan asetnya, memastikan ketepatan dan keandalan data akuntansi, meningkatkan efisiensi operasional, dan mendukung keataatan terhadap kebijakan manajerial.

Jadi pengendalian internal digunakan untuk mengawasi, menilai, dan mengevaluasi kegiatan suatu entitas, organisasi, atau lembaga dengan tujuan memastikan bahwa kegiatan sehari-hari entitas telah berlangsung sebagaimana mestinya dan tujuan serta misi organisasi yang telah direncanakan pada awal pembentukan organisasi bisa tercapai.

Elemen-elemen atau komponen pengendalian internal yang disusun oleh COSO (Moeller, 2009):

1. Lingkungan Pengendalian

Dasar dari setiap struktur dan komponen pengendalian internal yang lain, lingkungan pengendalian menjelaskan bagaimana semua kegiatan terstruktur dan risiko dinilai. Unsur-unsurnya meliputi: (a) Nilai etika dan integritas, (b) Komiten terhadap kompetensi, (c) Komite dan dewan Audit, (d) Filosofi dan gaya operasional management, (e) Struktur organisasi, (f) Wewenang dan tanggung jawab, (g) Kebijakan dan praktik sumber daya manusia, (h) Perspektif lingkungan pengendalian COSO.

2. Penilaian Risiko

Perusahaan memiliki keharusan untuk mengevaluasi potensi risiko yang dapat mempengaruhi proses pencapaian tujuan. COSO menjelaskan tiga langkah dalam melakukan penilaian risiko:

a. Mengestimasi signifikansi risiko

b. Menilai kemungkinan atau frekuensi terjadinya risiko c. Mempertimbangkan bagaimana risiko harus dikelola dan

(15)

12 3. Aktivitas Pengendalian

Sebuah prosedur dan aturan yang membantu memastikan bahwa terdapat tindakan yang jelas untuk mengatasi risiko yang terjadi, berdasarkan sub-proses jaringan yang luas.

4. Informasi dan Komunikasi

Dalam COSO framework informasi dan komunikasi jelaskan sebagai elemen yang terpisah dari pengendalian internal. Komponennya meliputi hubungan antara informasi dengan pengendalian internal serta aspek komunikasi pengendalian internal.

5. Monitoring atau Pemantauan

Tahapan ini bertujuan untuk menilai efektivitas komponen pengendalian internal yang dimiliki entitas agar dapat diambil sebuah tindakan yang korektif. Tindakan tersebut mencakup; aktivitas pemantauan yang berkelanjutan, evaluasi pengendalian internal yang terpisah, pelaporan adanya defisiensi pada pengendalian internal.

2.1.5 Akuntansi zakat, infaq/shodaqoh

Perlakuan akuntansi zakat sesuai dengan PSAK No.109 mengenai pengelolaan akuntansi zakat, infak/sedekah didalamnya dijelaskan mengenai laporan keuangan amil dan komponen laporan keuangannya (Ikatan Akuntan Indonesia, 2010). Komponen-komponen tersebut mencakup:

1. Neraca

Neraca atau laporan posisi keuangan mencakup pos-pos sebagai berikut, namun tidak ada batasan pada:

(1) Aset

(16)

13 c. Piutang

d. Aset tetap dan akumulasi penyusutan (2) Kewajiban

a. Biaya yang masih harus dibayar b. Kewajiban imbalan kerja

Penyajian laporan perubahan dana mencakup pos-pos berikut, namun tidak terbatas pada: (3) Saldo awal dana zakat (4) Saldo akhir dana zakat B.Dana Infak/Sedekah

(1) Penerimaan dana infak/sedekah

a. Infak/sedekah terkait (muqayyadah) b. Infak/sedekah tidak terkait (mutlaqah) (2) Penyaluran dana infak/sedekah

a. Infak/sedekah terkait (muqayyadah) b. Infak/sedekah tidak terkait (mutlaqah) (3) Saldo awal dana infak/sedekah

(17)

14 C.Dana Amil

(1) Penerimaan dana amil

a. Bagian amil dari dana zakat b. Bagian amil dari infak/sedekah c. Penerimaan lainnya

(2) Penggunaan dana amil

a. Beban umum dan administrasi (3) Saldo awal dana amil

(4) Saldo akhir dana amil D.Dana Nonhalal

(1) Penerimaan dana nonhalal a. Bunga bank b. Jasa giro

c. Penerimaan nonhalal lainnya (2) Penyaluran dana nonhalal

(3) Saldo awal dana nonhalal (4) Saldo akhir dana nonhalal

3. Laporan Perubahan Aset Kelolaan

Penyajian laporan perubahan aset kelolaan disajikan oleh amil tidak terbatas pada:

(1) Aset kelolaan yang termasuk aset lancer

(2) Aset kelolaan yang termasuk tidak lancer dan akumulasi

(3) Penambahan dan pengurangan (4) Saldo awal

(5) Saldo akhir 4. Laporan Arus Kas

(18)

15 5. Catatan atas Laporan Keuangan

Amil menyajikan catatan atas laporan keuangan sesuai dengan PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah dan PSAK yang relevan.

Dengan diberlakukannya PSAK No. 109 mengenai akuntansi zakat, infak/sedekah per tanggal 1 Januari 2012 ini diharapkan lembaga amil zakat menerapkan dan menyesuaikan pelaporan keuangannya sesuai dengan peraturan yang telah diberlakukan.

2.2 Penelitian Sebelumnya

Beberapa penelitian terdahulu yang mengangkat topik yang serupa dengan penelitian ini dan dijadikan sebagai referensi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Paskual dan Ansar (2012)

Penelitian yang telah dilakukan oleh Paskual dan Ansar tentang akuntabilitas LSM menunjukkan bahwa akuntabilitas merupakan kewajiban LSM terhadap donor. Disisi lain, perkembangan teknologi dan pola piker manusia menjadikan akuntabilitas sebagai sebuah tuntutan yang penting bagi keberlangsungan LSM dalam kehidupan berdemokrasi.

Perbedaan:

a. Pada penelitian yang dilakukan oleh Paskual dan Ansar, subjek penelitian yang digunakan oleh keduanya adalah Lembaga Swadaya Masyarakat.

b. Pada penelitian ini subjek yang digunakan oleh penulis yakni Lembaga Amil Zakat

Persamaan:

Baik penelitian ini maupun penelitian yang telah dilakukan oleh Paskual dan Ansar memiliki tujuan yang sama yakni untuk mengetahui

(19)

16 2. Kristin P dan Umah (2011)

Kristin P dan Umah melakukan penelitan mengenai penerapan akuntansi zakat pada sebuah lembaga amil zakat di Indonesia. Dimana dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh keduanya diketahui bahwa lembaga amil zakat yang bersangkutan masih menggunakan akuntansi konvensional sebagai penerapan akuntansinya, padahal di Indonesia sendiri telah ditetapkan PSAK No. 109 tentang akuntansi zakat, infaq/shodaqoh.

Perbedaan :

a. Fokus penelitian keduanya berada pada penerapan atau treatment akuntansi zakat sesuai dengan PSAK No.109 mengenai akuntansi zakat, infaq/shodaqoh.

b. Sedangkan pada penelitian ini lebih difokuskan pada penerapan akuntabilitas dan pengendalian internal pada sebuah lembaga amil zakat.

Persamaan:

Baik penelitian ini maupun penelitian yang dilakukan Kristin P dan Umah memiliki acuan yang sama untuk akuntansi zakat-nya yakni PSAK No.109 mengenai akuntansi zakat. Infaq/shodaqoh.

3. Fikri (2010)

Penelitian yang dilakukan oleh Fikri bertujuan untuk memahami praktik akuntabilitas Non-Governmental Organization (NGO). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa lembaga terkait tidak mempublikasikan laporan keuangan dengan alasan bahwa masyarakat lebih membutuhkan akuntabilitas dalam hal tindakan dari pada pelaporan.

Perbedaan:

a. Subjek penelitian Fikri yakni non-governmental organization. b. Sedangakan untuk penelitian ini yang dijadikan subjek adalah

lembaga amil zakat. Persamaan:

(20)

17 2.3 Kerangka Konseptual

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui serta menganalisis penerapan akuntansi serta pengendalian internal pada sebuah lembaga amil zakat. Dengan adanya akuntabilitas dalam kegiatan operasional tentunya akan memberikan dampak yang positif dimana transparansi, profesionalitas, dan tanggung jawab menjadi unsur penting bagi lembaga amil zakat dalam meningkatkan kepercayaan publik kepada lembaganya.

Bedasarkan hasil penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan atau korelasi yang positif antara akuntabilitas dan pengendalian internal pada lembaga amil zakat. Sehubungan dengan pernyataan-pernyataan diatas, kerangka pemikiran yang dapat dikembangkan dalam penelitian ini adalah:

Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran Zakat dan Akuntansinya.

 Pembelajaran & Perbaikan  Kemitraan

 Non-proselitis

(21)

18

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan metode studi kasus. Studi kasus merupakan sebuah metode analisis data kualitatif yang menggunakan kasus-kasus khusus sebagai bahan penekanan terhadap objek analisis (Bungin, 2007). Pada studi kasus ini peneliti berusaha untuk menjelaskan secara jelas dan menyeluruh terkait dengan permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian yang akan dilakukan pada sebuah lembaga amil zakat yang merupakan subjek bagi penelitian ini dan penerapan akuntabilitas serta pengendalian internal sebagai objeknya.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data yang akan dianalisis pada penelitian ini, terdapat beberapa proses dan metode pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis. Proses awal yang dilakukan peneliti adalah mencari informan penelitian. Untuk mendapatkan informan penelitian yang akan dimintai informasi terkait dengan masalah akuntabilitas dan pengendalian internal, pemberian izin dari subjek penelitian sangatlah diperlukan demi kelancaran pengumpulan data penelitian. Peneliti mencoba mendapatkan izin dari subjek dengan terlebih dahulu melakuakan perizinan baik secara lisan maupun izin tertulis.

Setelah mendapatkan ijin, proses selanjutnya adalah melakukan wawancara mendalam. Metode wawancara mendalam (in depth interview)

(22)

19 menyeluruh. Wawancara dilakukan untuk mencari data terkait objek penelitian, alat bantu yang digunakan yakni voice recorder. Data penelitian berupa hasil wawancara yang nantinya di ubah dalam bentuk transkrip wawancara yang akan digunakan sebagai sumber data dalam teknik analisis data. Proses wawancara ini diikuti oleh metode observasi partisipasi

(participant observer) dimana peneliti melakukan pengamatan pada lembaga terkait sehubungan dengan tujuan penelitian yakni mencari tahu praktik akuntabilitas dan pengendalian internal lembaga amil zakat. Peran serta peneliti dalam subjek penelitian sangat mendukung observasi ini. Peneliti melakukan pengamatan kemudian melakukan pencatatan, dalam hal ini peneliti ditunjang dengan alat bantu berupa kamera untuk merekam pengamatan dalam bentuk gambar. Data hasil observasi partisipasi berupa dokumen hasil pencatatan dan gambar sebagai sumber data bagi teknik analisis data.

3.3 Informan Penelitian

Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa subjek penelitian ini adalah sebuah lembaga amil zakat dengan belum banyaknya masyarakan yang tergabung kepada lembaga. Pencarian informan yakni dengan mencari

keyperson yang ada dalam subjek penelitian, yakni pihak manajemen dan pemberi dana (muzakki). Pihak manajemen yang meliputi ketua lembaga, bendahara, dan staf dijadikan informan oleh penulis dengan harapan informasi yang didapatkan penulis dari pihak manajemen dapat digunakan sebagai bahan untuk menganalisis praktik akuntabilitas dan pengendalian internal yang ada dalam lembaga terkait. Sedangkan pemberi dana dipilih untuk memberikan informasi terkait dengan kepuasan pemberi dana terhadap transparansi yang dilakukan lembaga terkait.

(23)

20 informan) adalah orang-orang yang memahami atau sebagai pelaku objek penelitian. Informan-informan tersebut, yakni:

1. Bendahara Lembaga Amil Zakat

Kedudukannya sebagai bendahara lembaga yang memiliki otoritas dengan segala yang berhubungan dengan keuangan lembaga menjadikan penulis memilih bendahara sebagai informan penelitian. Informasi mengenai keuangan dan praktik akuntansi akan didapatkan dari informan ini.

2. Manajer Sumber Daya Manusia

Manajer SDM memilki informasi terkait dengan perekrutan staf dan karyawan yang ada dalam lembaga. Masalah ini menjadi konsen dari peneliti dikarenakan peneliti ingin mengetahui kesepadanan tingkat pendidikan dengan jabatan yang diemban oleh para karyawan. Selain informasi tersebut, peneliti juga akan mendapatkan informasi mengenai sistem pengendalian internal lembaga.

3. Manajer Program dan Pemberdayaan

Informan ini memiliki informasi yang berhubungan dengan program-program dan proses pembentukan program-program lembaga. Hal ini menjadi begitu penting bagi penulis untuk mengetahui keikutsertaan dan keterlibatan para pemangku kepentingan serta para donatur dengan program-program yang dibuat oleh lembaga.

4. Manajer Penghimpunan

(24)

21 3.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data mempunyai hubungan yang tidak dapat dielakkan dari metode pengumpulan datanya. Karena pada dasarnya metode pengumpulan data itu sendiri juga sekaligus menjadi metode dan teknis analisis data. Karena baik prosedur analisis data ataupun prosedur metodis telah disediakan pula oleh sebuah teori (Bungin, 2007).

Langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan teknik analsis data pada penelitian ini adalah:

1. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yakni wawancara mendalam dan observasi partisipasi. Peneliti melakukan wawancara dengan informan secara mendalam dengan melakukan pencatatan hasil wawancara dan menggunakan alat bantu berupa voice recorder. Data hasil wawancara yang berupa catatan dan hasil rekaman tersebut selanjutnya akan ditranskrip menjadi sebuah dokumen wawancara dengan tujuan akan memudahkan kerja peneliti dalam penelitian. Selanjutnya transkrip dokumen wawancara tersebut dijadikan sebagai sumber informasi bagi peneliti dalam menganalisis akuntabilitas dan pengendalian internal pada subjek penelitian.

(25)

22 2. Triangulasi

Pengujian keabsahan data dapat dilakukan dengan triangulasi, yakni dengan menggunakan data hasil penelitian untuk melakukan pengecekan terhadap hasil metode yang digunakan apakah keduanya telah berjalan dengan baik (Bungin, 2007). Hal ini dilakukan sesuai pedoman yang Bungin (2007) kemukakan, yakni:

a. Karena metode yang digunakan adalah wawancara mendalam dan observasi partisipasi maka yang dibandingkan adalah data hasil dari keduanya.

Memastikan data hasil wawancara dengan informan telah sesuai dengan observasi yang telah dilakukan. Memeriksa kembali catatan-catatan hasil pengamatan yang dilakukan pada dokumen pegamatan yang berupa laporan kegiatan program maupun laporan keuangan lembaga dengan data hasil wawancara berupa pertanyaan mengenai keduanya apakah terdapat ketidaksamaan atau telah sesuai. Hasil perbandingan data tersebut nantinya akan dijadikan sebagai sumber data yang akan diolah dalam penelitian.

b. Jika diketahui data ternyata tidak relevan maka harus ada konfirmasi kepada informan, kemudian dilakukan pengujian ulang atas data konfirmasi tersebut.

c. Kalau ternyata hasil masih saja menunjukkan data yang tidak relevan maka peneliti harus mencari sumber data baru yang didapat dari informan yang berbeda latar belakanganya. Selama proses pengumpulan dan analisis data, triangulasi harus dilakukan peneliti secara terus-menerus sampai tidak ada perbedaan yang ditemukan maupun konfirmasi ulang pada informan. Memang jarang sekali ditemukan data yang benar-benar sama dalam

(26)

23 3. Penarikan Kesimpulan

(27)

24

DAFTAR PUSTAKA

American Institute of Certified Public Accountants. 1949. Statement on Auditing Standards No.1.

Syafa'at, Abdul Kholiq. 2013. Potensi Zakat, Infaq, Shodaqoh Pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Di Kabupaten Banyuwangi. Penelitian. Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2010. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 109.

Karim, Adiwarman A & A. Azhar Syarief. 2009. Fenomena Unik Di Balik Menjamurnya Lembaga Amil Zakat (LAZ) Di Indonesia. Jurnal Pemikiran dan Gagasan, Vol I

Kieso, Donald E, et al. 2011. Intermediate Accounting (Vol. 1). United States of America: John Wiley & Sons.

Lawton, Alan & Aidan G Rose. 1994. Organisation and Management In The Public Sector (2 ed.). London: Pitman

Moeller, Robert R. 2009. Brink’s Modern Internal Auditing (Seventh ed.). New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Presiden Republik Indonesia. Undang-Undang RI No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. 1999. Jakarta: Baznas.

Reeve, James M, et al. 2011. Principles of Accounting (24 ed.). United States of America: Cengage Learning.

Sadili, Muhtar. 2007. Relevansi Zakat dengan Civil Society, (Online),

(http://www.infoanda.com/followlink.php?lh=XA9UBQIHAQZT, diakses

(28)

Gambar

Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Semakin jauh jarak pelanggan dari sentral, maka akan semakin kecil nilai SNR (Signal to Noise Ratio) yang dihasilkan. Hal ini membuktikan bahwa jarak berbanding

Perbedaan dari ketiga video profile tersebut dengan Perancangan Video Profil sebagai Media Informasi Pada Lorin Solo Hotel adalah dilihat dari konsep video dengan

Gaya kepemimpinan yang ada pada seorang pemimpin dalam suatu perusahaan atau organisasi mempunyai perbedaan dalam penerapan gaya kepemimpinannya masing-masing, yang

A.4.9.2 Agar berfungsi sebagaimana dimaksud, sistem pembuangan bangunan memerlukan bukaan saluran masuk udara segar dalam jumlah besar mencukupi pada level bawah. Itu

Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa dari 3 sub keterampilan proses sains AUD, yang paling banyak dikuasai oleh siswa dimana siswa yang mencapai kategori

Setelah Presiden Hosni Mubarak jatuh, militer Mesir menghadapi tantangan serius bagaimana mereka menstranformasikan diri menjadi organisasi militer yang profesional dan

Sebagaimana kita tau pasar adalah sebuah tempat bertemunya pembeli dengan penjual guna melakukan transaksi ekonomi yaitu untuk menjual atau membeli suatu barang

Dilihat dari rentang perubahan nilai PSNR citra noisy image dan citra hasil denoising, jenis noise yang paling cocok digunakan dalam simulasi metode Maximum Aposteriori-Gaussian