• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYAKIT KULIT AKIBAT BAKTERI pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENYAKIT KULIT AKIBAT BAKTERI pdf"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PENYAKIT KULIT AKIBAT BAKTERI

Bakteri dalah invasi dan multiplikasi mikroorganisme (bakteri) dalam jaringan tubuh yang dapat menghasilkan gejala dan tanda seperti respon imun. Bakteri tersebut dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui gigitan serangga, ingesti, injeksi, sensual transmission dan inhalasi. Dalam kasus tingkat keparahan infeksi

bakteri, tergantung pada daya tahan tubuh, patogenesitas dan jumlah mikroorganisme. Terdapat beberapa macam jenis penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri yaitu :

1) Selulitis

a) Pengertian

Infeksi umum pada kulit dan jaringan lunak di bawah kulit. Hal ini terjadi ketika bakteri menyerang kulit yang rusak atau normal dan

mulai menyebar di bawah kulit dan ke dalam jaringan lunak. Hal ini menyebabkan infeksi dan peradangan. Peradangan merupakan sebuah proses di mana tubuh bereaksi terhadap bakteri. Peradangan dapat menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri, dan / atau terasa hangat pada perabaan.

b) Epidemiologi

Setiap orang memiliki risiko mengalami selulitis terutama bagi mereka dengan trauma pada kulit atau masalah medis lainnya seperti :

. Diabetes / kencing manis

. Peredaran darah yang kurang lancar yakni kurangnya pasokan darah ke tungkai, aliran balik vena dan drainase limfatik yang terhambat,

seperti pada varises.

(2)

. Gangguan kulit seperti eksim, psoriasis, penyakit menular yang menyebabkan lesi kulit seperti cacar air , atau jerawat yang parah. c) Etiologi

Bakteri yang menyebabkan selulitis antara lain bakteri streptococcus grup A, streptococcus grup B hemolitikus, staphylococcus aureus, bakteri batang gram negatif (Aeromonas hydrophyla), pneumococcus, haemophilus influenzae tipe B. Selulitis terjadi manakala bakteri

tersebut masuk melalui kulit yang bercelah terutama celah antara selaput jari kaki, pergelangan kaki, dan tumit, kulit terbuka, bekas sayatan pembedahan (lymphadenectomy, mastectomy, postvenectomy). Kondisi-kondisi yang berisiko terjadinya infeksi merupakan faktor penyebab dari selulitis ini, diantaranya :

. Cedera yang menembus kulit

. Infeksi yang berhubungan dengan prosedur pembedahan

. Perlukaan atau lesi kulit yang kronis seperti eksim dan psoriasis . Benda asing di kulit

. Infeksi tulang di bawah kulit d) Gejala dan tanda

Selulitis dapat terjadi di hampir setiap bagian tubuh. Paling sering terjadi

di daerah-daerah yang telah rusak atau meradang karena sebab lain, misalnya cedera meradang, luka terkontaminasi, dan daerah dengan kondisi kulit dengan sirkulasi yang buruk. Gejala yang sering muncul pada selulitis diantaranya :

. Kemerahan pada kulit yang dapat menjadi sangat luas . Pembengkakan

. Hangat pada perabaan pada kulit yang terlibat . Sakit atau nyeri

. Drainase atau bocornya cairan bening kuning atau nanah dari kulit,

(3)

. Pembengkakan Kelenjar getah bening di dekat daerah yang terkena . Demam dapat terjadi jika infeksi menyebar ke tubuh melalui darah

e) Diagnosa

Dengan melakukan cek laboratorium yaitu :

. CBC (Complete Blood Count), menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata-rata sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi bakteri

. BUN level . Creatinin level

. Kultur darah, dilaksanakan bila infeksi tergeneralisasi telah diduga . Mengkultur dan membuat apusan Gram, dilakukan secara terbatas

pada daerah penampakan luka namun sangat membantu pada area

abses atau terdapat bula.

Pemeriksaan laboratorium tidak dilaksanakan apabila penderita belum memenuhi beberapa kriteria; seperti area kulit yang terkena kecil, tidak tersasa sakit, tidak ada tanda sistemik (demam, dingin, dehidrasi, takipnea, takikardia, hipotensi), dan tidak ada faktor resiko.

Selain dengan melakukan pemeriksaan laboratorium, selulitis dapat didiagnosis dengan pemeriksaan imaging, yaitu :

. Plain-film Radiography, tidak diperlukan pada kasus yang tidak lengkap (seperti kriteria yang telah disebutkan)

. CT (Computed Tomography), Baik Plain-film Radiography maupun CT keduanya dapat digunakan saat tata kilinis menyarankan subjucent osteomyelitis.

(4)

selulitis akut yang parah, mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing fascitiis, dan infeksi selulitis dengan atau tanpa pembentukan abses pada subkutaneus.

e) Pengobatan

Karena selulitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri maka dokter akan memberikan resep antibiotik untuk mengontrol bakteri penginfeksi atau disertai juga dengan analgesik untuk mengurangi rasa sakit. Pengobatan antimikrobial antara lain :

. Ciproflocaxin (750 mg / 12 jam), aman dan efektif bagi berbagai

variasi kulit dan infeksi struktur kulit

. Moxiflocaxin (400 mg / hari), efektif pada kulit yang tidak sukar dan infeksi jaringan lunak.

. Cephalexin (500 mg 3 kali / hari), sama seperti Moxiflocaxin. . Penisilin dosis tinggi (1,2-2,4 juta unit selama 14-21 hari) . Eritromisin (4 x 1 gram selama 14-21 hari)

Jika dengan pengobatan oral tanda dan gejala selulitis tidak juga menghilang, meluas, atau menjdi demam tinggi, maka perlu perawatan rumah sakit secara intensif dan mengonsumsi antibiotik melalui intravena. Obat-obat yang digunakan antara lain :

. Levoflocaxin dosis tinggi (750 mg sekali / hari), pada kulit dengan ciri khusus yang rumit dan infeksi struktur kulit.

. Ticarcillin-clavulanate (3,1 gram / 4-6 jam), sama seperti Levoflocaxin

dosis tinggi

. Linezolid (600 mg / 12 jam), pada penderita dengan komplikasi kulit dengan lesi, penekanan immun, atau pembuluh darah yang tidak cukup . Oxacillin (2 gram / 6 jam), sama seperti Linezolid

(5)

Jika memiliki luka : . Oleskan antibiotik

. Tutupi luka dengan perban

. Sering-sering mengganti perban tersebut . Perhatikan jika ada tanda-tanda infeksi Jika kulit masih normal :

. Lembabkan kulit secara teratur

. Potong kuku jari tangan dan kaki secara hati-hati . Lindungi tangan dan kaki

. Rawat secara tepat infeksi kulit pada bagian superfisial g) Prognosis

Perawatan biasanya berlangsung selama 7-10 hari. Selulitis dapat menjadi parah jika telah kronis dan memiliki potensi mudah terserang infeksi (immunosuppressed). Namun jika selulitisnya tidak memiliki komplikasi atau tidak begitu rumit maka prognosisnya baik. Dan antibiotik memiliki keefektifan lebih dari 90% pada pasien.

2) Impetigo

Istilah impetigo berasal dari bahasa Latin yang berarti serangan, dan telah digunakan untuk menjelaskan gambaran seperti letusan berkeropeng yang biasa nampak pada daerah permukaan kulit. Impetigo adalah salah satu contoh pioderma, yang menyerang lapisan epidermis kulit . Impetigo

biasanya juga mengikuti trauma superficial dengan robekan kulit dan paling sering merupakan penyakit penyerta (secondary infection) dari Pediculosis, Skabies, Infeksi jamur, dan pada insect bites.

(6)

rusak atau terluka, ini juga dapat terjadi pada kulit yang sehat. Impetigo mengenai kulit bagian atas ( epidermis superfisial).dengan dua macam gambaran klinis, impetigo krustosa ( tnpa gelembung, cairan dengan krusta, keropeng, koreng) dan impetigo bulosa ( dengan gelembung berisi

cairan).

 Impetigo contagiosa. Merupakan bentuk paling umum dari impetigo,

yang biasanya dimulai dengan noda merah pada wajah, paling sering di sekitar hidung dan mulut. Luka dengan cepat memecah dan mengeluarkan cairan atau nanah yang kemudian membentuk kerak

berwarna kuning. Luka tersebut mungkin gatal, akan tetapi tidak terasa sakit.

 Bullous impetigo. Umumnya diderita oleh bayi dan anak dibawah usia

2 tahun. Impetigo ini tidak menyebabkan rasa sakit dan berisi cairan –

biasanya pada pinggul, lengan atau leher. Kulit disekitarnya biasanya merah dan gatal tetapi tidak terluka. Benjolan berisi cairan ini dapat pecah dan menyisakan kerak berwarna kekuningan, dapat besar atau kecil, dan dapat hilang lebih lama daripada impetigo jenis lainnya.

 Ecthyma. Merupakan jenis impetigo yang lebih serius yang terdapat di

lapisan dalam kulit (dermis). Tanda dan gejala antara lain luka berisi cairan atau nanah yang terasa sakit, biasanya pada kaki. Kemudian memecah dengan kerak yang berwarna kuning keabu-abuan dank eras. Bekas akan tertinggal setelah luka sembuh. Ecthyma dapat juga menyebabkan pembengkakan kelenjar limpa pada area yang terkena. a) Epidemiologi

Impetigo adalah penyakit infeksi kulit yang sangat menular yang

(7)

rusak atau terluka, ini juga dapat terjadi pada kulit yang sehat. Distribusi impetigo :

 Menurut Orang : Impetigo terjadi di seluruh Negara di dunia dan

angka kejadiannya selalu meningkat dari tahun ke tahun. Di Amerika Serikat Impetigo merupakan 10% dari masalah kulit yang dijumpai pada klinik anak.

 Menurut umur : Impetigo adalah infeksi kulit yang sering terjadi

pada anak-anak. Impetigo umumnya mengenai anak usia 2-5 tahun.

 Menurut tempat dan Waktu : Penderita terbanyak pada daerah

yang jauh lebih hangat, yaitu pada daerah tenggara Amerika

(Provider synergies, 2:2007).

Kelompok masyarakat yang pling banyak terkena penykit ini adalah kelompok bayi dan anak – anak. Dengan penyebab yang umum ialah bakteri gram positif, yakni streptokokus dan stafilokokus. Impetigo dapat timbul sendiri (primer) atau komplikasi dari kelainan lain (sekunder) baik

penyakit kulit (gigitan binatang, varizela, infeksi herpes simpleks, dermatitis atopi) atau penyakit sistemik yang menurunkan kekebalan tubuh (diabetes melitus, HIV)

b) Etiologi

Ada dua jenis bakteri yang menyebabkan impetigo –staphylococcus aureus dan streptococcus pyogenes. Kedua jenis bakteri ini dapat hidup di kulit anda sampai mereka masuk ke dalam tubuh melalui luka dan menyebabkan infeksi. Pada orang dewasa, impetigo biasanya disebabkan dari cedera

(8)

Impetigo berawal sebagai luka terbuka yang menimbulkan gatal, kemudian melepuh, mengeluarkan isi lepuhannya lalu mengering dan akhirnya membentuk keropeng.. Besarnya lepuhan bervariasi, mulai dari seukuran kacang polong sampai seukuran cincin yang besar. Lepuhan ini berisi

carian kekuningan disertai rasa gatal. Bisa terjadi pembengkakan kelenjar getah bening di sekitar daerah yang terinfeksi. Tanda lain nya yaitu :

 Noda merah yang dengan cepat pecah dan mengeluarkan cairan dalam

beberapa hari, kemudian membentuk bekas yang kuning kecokelatan

 Gatal

 Benjolan berisi cairan yang tidak terasa sakit

 Pada bentuk yang lebih serius, luka yang berisi cairan atau nanah yang

masuk ke dalam bisul

Hanya terdapat pada anak, tidak disertai dengan gejala umum. Keluhan

utama adalah rasa gatal dengan lesi awal berupa makula eritematosa berukuran 1-2 mm, kemudian berubah menjadi bula atau vesikel.

c) Cara penularan

Impetigo merupakan penyakit menular, yang ditularkan melalui cairan yang berasal dari lepuhannya. Besarnya lepuhan bervariasi, mulai dari seukuran kacang polong sampai seukuran cincin yang besar. Lepuhan ini

berisi carian kekuningan disertai rasa gatal. Impetigo menyebar melalui kontak langsung dengan lesi (daerah kulit yang terinfeksi). Pasien dapat lebih jauh menginfeksi dirinya sendiri atau orang lain setelah menggaruk lesi. Infeksi seringkali menyebar dengan cepat pada sekolah atau tempat penitipan anak dan juga pada tempat dengan higiene yang buruk atau tempat tinggal yang padat penduduk. Anda terkena bakteri yang

(9)

kontak dengan mereka yang terinfeksi atau dengan benda yang mereka gunakan, seperti pakaian, kasur, handuk dan bahkan mainan.

d) Diagnosa

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Untuk memastikan

bahwa penyebabnya adalah stafilokokus atau streptokokus, bisa dilakukan pembiakan contoh jaringan yang terinfeksi di laboratorium. Bila diperlukan dapat memeriksa isi vesikel dengan pengecatan gram untuk menyingkirkan diagnosis banding dengan gangguan infeksi gram negative. Bisa dilanjutkan dengan tes katalase dan koagulase untuk membedakan antara Staphylococcus dan Streptococcus

e) Pengobatan

Untuk infeksi ringan, diberikan salep antibiotik (misalnya erythromycin atau dicloxacillin). Antibiotik per-oral (ditelan) bisa mempercepat

penyembuhan. Untuk melepaskan keropeng, kulit sebaiknya dicuci dengan sabun anti-bakteri beberapa kali/hari. Perawatan Umum :

1. Memperbaiki higien dengan membiasakan membersihkan tubuh dengan sabun, memotong kuku dan senantiasa mengganti pakaian. 2. Perawatan luka

3. Tidak saling tukar menukar dalam menggunakan peralatan pribadi

(handuk, pakaian, dan alat cukur)

3) Folikulitis

a) Pengertian

Folikulitis adalah peradangan yang terjadi pada folikel rambut, yaitu lubang kecil pada kulit tempat rambut tumbuh. Karena itu, penyakit

(10)

http://www.alodokter.com/folikulitis b) Epidemiologi

Folikulitis dapat terjadi pada semua golongan usia, terutama pada

anak-anak. c) Etiologi

Setiap rambut tubuh tumbuh dari folikel, yang merupakan suatu kantong kecil di bawah kulit.Selain menutupi seluruh kulit kepala, folikel juga terdapat pada seluruh tubuh kecuali telapak tangan, telapak kaki dan membran mukosa seperti bibir.

Etiologi yang paling sering menyebabkan folikulitis adalah kuman staphylococcus aureus koagulase-positif. Penyebab lainnya dapat meliputi :

Klabsiella, Enterobacter, atau Proteus (mikroorganisme ini

menyebabkan folikulitis gram negatif pada pasien yang mendapat terapi antibiotik jangka panjang)

Pseudomonas aeruginosa (mikroorganisme yang hidup dalam

lingkungan hangat dan memiliki PH tinggi serta kandungan

klorin yang rendah). d) Gejala

(11)

terbakar dan gatal juga terkadang menyertai munculnya folikulitis. Folikulitis yang ringan jarang membutuhkan penanganan khusus dan bisa sembuh dengan sendirinya. Namun, periksakanlah diri Anda ke dokter jika gejala tidak kunjung sembuh atau bertambah parah.

e) Patofisiologi

Mikroorganisme penyebab ini memasuki tubuh dan biasanya lewat retakan sawar kulit (serta tempat luka). Kemudian mikroorganisme tersebut menyebabkan reaksi inflamasi dalam folikel rambut.

f) Diagnosa

Folikulitis dapat didiagnosis melalui kondisi kulit pasien (khususnya benjolan yang muncul). Riwayat kesehatan pasien juga akan menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan diagnosis. Dokter akan mengambil sampel nanah jika inflamasi tetap berlanjut meski pasien sudah menjalani pengobatan. Langkah ini dilakukan untuk memastikan jenis bakteri yang

memicu infeksi. g) Pengobatan

Metode pengobatan untuk folikulitis ditentukan berdasarkan jenis dan tingkat keparahan kondisi pasien. Folikulitis yang termasuk ringan umumnya bisa sembuh dengan sendirinya dalam 1 minggu hingga 10 hari sehingga jarang yang membutuhkan penanganan khusus. Anda bisa mengoleskan krim pelembap dengan kandungan antibakteri. Ada juga beberapa cara sederhana lain yang bisa dilakukan di rumah untuk

(12)

antibakteri, jangan mengenakan pakaian yang ketat, dan hindari bercukur pada kulit yang terinfeksi. Kompres air hangat juga akan bermanfaat. Sementara pada folikulitis yang parah, tidak kunjung sembuh, atau

kambuhan biasanya akan ditangani dengan beberapa obat oles dan obat minum. Sejumlah obat-obatan yang mungkin dianjurkan oleh dokter adalah antibiotik, obat antijamur, dan obat untuk mengurangi inflamasi.

4) Furunkel (bisul)

a) Pengertian

Suatu radang setempat yang bernanah pada kulit dan jaringan di bawah kulit, yang secara awam disebut bisul. Kuman penyebab paling sering adalah staphylococcus. Infeksi dimulai pada sebuah folikel rambut, tunggal atau multiple dan berulang, kemudian meluas dan menjadi abses yang menipiskan dan merobek kulit di atasnya. Radang ini dapat timbul dimana

saja di kulit, tetapi paling sering di daerah yang lembab berambut seperti muka, leher, ketiak, selangkangan, tungkai dan lipatan bawah payudara. Walaupun kebanyakan dapat sembuh dengan sendirinya dan mumgkin meninggalkan parut kecil, namun kadang-kadang bernanah ini daapat menyebbar dan menimbulkan komplikasi septik, sperti yang sering

ditemukan pada penderita diabetes melitus.

http://journal-kesehatan.blogspot.co.id/2011/11/furunkel.html

(13)

Furunkel atau bisul biasnya terjadi pada anak-anak dan dewas muda. Prevalensi kejadian sama banyaknya pada pria maupun wanita dengan sumber infeksi utama adalah Staphylococcus aureus.

c) Etiologi

Furunkel dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Iritasi pada kulit

2. Kebersihan kulit yang kurang terjaga 3. Daya tahan tubuh yang rendah

4. Infeksi oleh staphylococcus aureus. Berbentuk bulat (coccus), diameter 0,5- 1,5μm, susunan bergerombol seperti anggur, tidak mempunyai kapsul, nonmotil, katalase positif, pada pewarnaan

gram tampak berwarna ungu. 5. Bakteri lain atau jamur. Paling sering ditemukan didaerah tengkuk, axial, paha dan bokong. Akan terasa sangat nyeri jika timbul didaerah sekitar hidung, telinga, atau jari-jari tangan.

d) Gejala

Gejala yang timbul dari adanya furunkel bervariasi, bergantung pada beratnya penyakit. Gejala yang sering ditemui pada furunkel adalah sebagai berikut :

1. Nyeri pada daerah ruam. Muncul tonjolan yang nyeri, berbentuk halus, berbentuk kubah dan bewarna merah disekitarnya

2. Ruam pada daerah kulit berupa nodus eritematosa yang berbentuk

kerucut dan memiliki pustule

(14)

4. Setelah seminggu, umumnya furunkel akan pecah sendiri dan sebagian dapat menghilang dengan sendirinya

5. Ukuran tonjolan meningkat dalam beberapa hari dan dapat

mencapai 3-10 cm atau bahkan lebih

6. Demam dan malaise sering muncul dan pasien tampak sakit berat 7. Jika pecah spontan atau disengaja, akan mongering dan

membentuk lubang yang kuning keabuan pada bagian tengah dan sembuh perlahan dengan granulasi

8. Waktu penyembuhan kurang lebih 2 mg 9. Jaringan parut permanen yang terbentuk biasanya tebal dan jelas.

e) Patofisiologi

Infeksi dimulai dari peradangan pada folikel rambut dikulit (folikulitis) yang menyebar pada jaringan sekitarnya. Radang pus (nanah) yang dekat sekali dengan kulit disebut pustula. Pustula ini menyebabkan kulit diatasnya sangat tipis, sehingga pus di dalam dapat dengan mudah mengalir keluar. Sementara itu, bisulnya (furunkel) sendiri berada pada

daerah kulit yang lebih dalam. Terkadang pus yang berada di dalam bisul diserap sendiri oleh tubuh, tetapi lebih sering mengalir sendiri melalui lubang yang ada di kulit. Bakteri stafilokokus aureus umumnya masuk melalui luka, goresan atau robekan pada kulit. Respon primer host terhadap infeksi stafilokokus aureus adalah mengerahkan sel PMN ketempat masuknya kuman tersebut untuk melawan infeksi yang terjadi.

Sel PMN ini ditarik ketempat infeksi oleh komponen bakteri seperti formylated peptides atau peptidoglikan dan sitokolin TNF (tumor necrosis factor) dan IL (interleukin) yang dikeluarkan oleh sel endotel dan makrofak yang teraktivasi, hal tersebut menyebabkan inflamasi dan terbentuklah pus (gab sel darah putih, bakteri, dan sel kulit mati).

f) Diagnosa

(15)

Penderita datang dengan keluhan terdapat nodul yang nyeri. Ukuran nodul tersebut meningkat dalam beberapa hari. Beberapa pasien mengeluh demam dan malaise.

 Pemeriksaan

Fisik Terdapat nodul berwarna merah, hangat dan berisi pus. Supurasi terjadi setelah kira-kira 5-7 hari dan pus dikeluarkan melalui saluran keluar tunggal (single follicular orifices). Furunkel yang pecah dan

kering kemudian membentuk lubang yang kuning keabuan ireguler pada bagian tengah dan sembuh perlahan.

g) Pengobatan

Penatalaksanaan yang diberikan pada neonatus dengan furunkel bergantung pada keadaan penyakit yang dialaminya. Asuhan yang biasanya diberikan adalah sebagai berikut :

1. Kebanyakan furunkel tidak membutuhkan pengobatan dan akan sembuh dengan sendirinya

2. Jaga kebersihan daerah yang mengalami furunkel serta daerah sekitarnya

3. Berikan pengobatan topikal dengan kompres hangat untuk mengurangi nyeri dan melunakan nodul. Kompres hangat dapat dilakukan sambil menutup ruam untuk mencegah penularan ke daerah lainnya

4. Jangan memijit furunkel, terutama yang letaknya di daerah hidung dan bibir atas karena dapat menyebabkan penyebaran kuman secara hematogen

5. Bila furunkel terjadi di daerah yang tidak umum, seperti pada

hidung atau telinga, maka brkolaborasilah dengan dokter untuk melakukan insisi

(16)

 Beri penjelasan pada keluarga mengenai tindakan yang akan

dilakukan atau berikan informed consent

 Minta seseorang untuk memegangi anak

 Ambillah sebuah pisau bedah steril dan insisi furunkel dengan

segera pada puncaknya saja. Kemudian masukkan penjepit dalam luka dan bukalah penjepitnya untuk membuat jalan keluar bagi pus. Dengan cara ini, pus akan keluar tanpa

mengganggu sesuatu. Perhatikan pisau bedah, jangan sampai masuk ke dalam karena dapat melukai pembuluh darah saraf d. Berikan analgesik, misalnya aspirin atau parasetamol untuk mengatasi nyeri

5) Eritrasma

a) Pengertian

Erythrasma adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh minutissimum bakteri Corynebacterium.Penyakit ini mempengaruhi lapisan atas kulit, tidak meluas ke rambut dan kuku.Jika Anda memeriksa kulit di bawah

lampu Wood, daerah yang terkena akan merah.Paling sering mempengaruhi laki-laki erythrasma.

(17)

b) Epidemiologi

Eristrasma lebih sering terjadi pada orang dewasa daripada anak-anak dan prevalensinya akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Penelitian Trujillo dkk., (2008) dan Badri dkk., (2014) menyatakan bahwa usia rerata pasien yang diteliti berada di kisaran 43,5 sampai 44,6 tahun di mana wanita lebih banyak menderita eritrasma (83,33%) daripada pria

(16,67%). Berbeda dengan penelitian Inci dkk. (2012) yang menyatakan bahwa eritrasma lebih banyak terjadi pada pria.

Berdasarkan studi geografis, pada saat iklim tropis, sebanyak 20% subjek penelitian menderita eritrasma yang terlihat melalui pemeriksaan lampu

Wood. Selain itu, terdapat beberapa faktor lain yang berperan pada eritrasma seperti higienitas yang buruk, hiperhidrosis, obesitas, pasien imunokompromais, dan diabetes melitus. Dari 13 pasien yang menderita eritrasma, 8 pasien terbukti menderita diabetes. Trujillo dkk. (2008) menemukan bahwa dari 24 pasien eritrasma, 3 pasien terbukti menderita diabetes (dengan risiko relatif 1,6) dan 12 pasien termasuk dalam kategori

obesitas.

c) Gejala

Sering ditemukan di daerah dimana kulit bersentuhan dengan kulit, misalnya di bawah payudara dan ketiak, sela-sela jari kaki dan daerah kelamin (terutama pada pria, dimana kantung zakar menyentuh paha). Infeksi menyebabkan terbentuknya bercak-bercak pink dengan bentuk

(18)

d) Diagnosa

Mendiagnosis erythrasma atas dasar pemeriksaan pasien dan lesi radiografi bawah lampu Wood. Di bawah sinar daerah yang terkena lampu yang karang-rona merah karena evolusi bakteri porfirin yang larut dalam air.Perlu diingat bahwa sebelum erythrasma diagnosis menggunakan lampu Wood tidak dapat dicuci atau sesuatu untuk menangani daerah-daerah,

sebagai pigmen pewarna, yang diisolasi mikroorganisme dapat dicuci off. Tentukan pangkal paha erythrasma dapat dicirikan oleh proyeksi di tepi.Kulit demikian maserasi diamati, peradangan, lecet muncul. selangkangan erythrasma harus dipisahkan dari pangkal paha rubromikoza.Gejalanya mirip, tapi tepi rubromikoze intermiten dan erythrasma inguinal memiliki tepi lesi solid.

e) Pengobatan

Untuk mengobati erythrasma digunakan desinfektan salep, seperti sulfat atau eritromitsinovaya Tar. pengobatan erythrasma menggunakan salep

berlangsung tujuh hari, selama periode ini harus dua kali sehari untuk menggosok salep ke tempat-tempat yang terkena.Ketika Anda bergabung infeksi dapat diobati lesi 5% alkohol salisilat atau 2% tingtur alkohol yodium.

Jika penyakit ini luas daerah yang terkena, melakukan erythrasma pengobatan dengan antibiotik. Untuk mencapai efek terbaik dalam pengobatan erythrasma merekomendasikan tanning di bawah sinar matahari atau ultraviolet belanja radiasi. Mereka berkontribusi pengeringan kulit dan penyembuhan lebih cepat. Dalam mengidentifikasi erythrasma

(19)

mencegah infeksi ulang setiap hari selama satu bulan setelah pemulihan harus diperlakukan lipatan 2% alkohol salisilat dan taburi bedak.

6) Acne Vulgaris

a) Pengertian

Acne merupakan inflamasi yang paling sering terjadi pada kelenjar keringat pilosebaceous yang dikarakteristikkan dengan produksi berlebihan sebum dan keberadaan komedo, papul, pustul, dan kista. Inflamasi kronis Acne vulgaris terpengaruh pada daerah seborrheic, terutama pada dada (15%), wajah (99%), dan punggung (60%). Lesi yang muncul ditandai

dengan keberadaan komedo, erupsi papular, erupsi pustular, kista purulen, dan skar.

https://www.dermquest.com/image-library/image/5044bfd0c97267166cd65677

b) Epidemiologi

Acne vulgaris adalah penyakit kulit yang paling sering diderita oleh

(20)

di Jerman (Ghodsi 2009) memperlihatkan secara umum prevalensi Acne pada murid sekolah menengah atas sebesar 93,3% dengan 94,4% merupakan siswa laki-laki dan 92% pada siswa perempuan. Tingkat keparahan sedang hingga keparahan yang berat ada 14%.

c) Etiologi

Akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papula, pustula, dan kista pada daerah-daerah

predileksi seperti muka, bahu, bagian atas dari ekstremitas superior dada dan punggung. Akne vulgaris menjadi masalah pada hampir semua remaja. Acne minor adalah suatu bentuk akne yang ringan dan dialami oleh 85% remaja. Gangguan ini masih dapat dianggap sebagai proses fisiologik. 15% remaja menderita acne major yang cukup hebat sehingga mendorong mereka untuk berobat ke dokter. Etiologi (penyebab) pasti dari jerawat ini

belum diketahui tetapi banyak faktor yang berpengaruh yaitu : sebum, bakteria, herediter, hormon, diet, iklim, psikis, kosmetika, bahan-bahan kimia.

d) Gejala

Tempat pembentukan jerawat adalah di muka, bahu, dada bagian atas dan

punggung bagian atas. Lokasi kulit lain, misalnya leher, lengan atas dan glutea

kadang – kadang terkena. Erupsi kulit polimorfi, dengan gejala komedo, papul

yang tidak berkembang, dapat juga disertai rasa gatal. Komedo adalah gejala bagi

jerawat berupa papul miliar yang ditengahnya merupakan sumbatan sebum, bila

berwarna hitam akibat mengandung melanin disebut komedo hitam atau komedo

terbuka. Bila berwarna putih karena letaknya lebih dalam sehingga tidak

(21)

e) Patofisiologi

Akne Vulgaris mulai timbul pada masa pubertas, pada wanita antara 14-17 tahun dan pada pria antara 16-19 tahun. Penyebab yang pasti tidak

diketahui, tetapi terdapat 4 hal yang ada hubungannya dengan patofisiologi dari akne vulgarius.

1. Kenaikan eksresi dari sebum atau sebore. Hal ini mungkin disebabkan karena konversi dari hormon testosteron ke bentuk

yang lebih aktif 5 alfa dihidrotes-tosteron. 2. Hiperkeratinisasi dari saluran pilosebasea.

3. Proliferasi dari kuman proprionibakterium Aknes.

4. Adanya keradangan yang disebabkan karena dihasilkannya faktor-faktor kemotaktik, protease dan aktivasi dari komplemen.

Patologi (hormonal,stres,genetik,bakteri) –> masa pubertas –> Hormon androgen menstimulasi kelenjar sebasea –> kelenjar sebasea membesar dan mensekresikan sebum –> sebum merembas naik hingga puncak folikel rambut –> mengalir keluar pada pemukaan kulit –> duktus pilosebaseus tersumbat sebum –>lesi obstruktif –>di latasi folikel sebasea dampaknya dibagi 2 yaitu : 1. penipisan dinding folikular 2. –>penipisan dinding

folikular –> pecah –>isi folikular keluar dan mengiritasi dermis –> lesi baru –>infeksi berulang–>risiko infeksi –> mikro komedo dibagi 2 yaitu : –> komedo terbuka, hitam akibat akumulasi lipid, bakteri dan debris epitel –> komedo tertutup –>perembasan isi folikel ke dermis –> inflamasi –lesi akne dampak lesi akne di bagi 3: –>papula eritematosa \\ ====> gangguan integritas kuli, gangguan citra tubuh, ansietas –> kista inflamatorik // –>

(22)

htp://diseaseinfonow.blogspot.co.id/2016/09/patoisiologi-acne-vulgaris-untuk.html

f) Diagnosa

 Anamnesis

Dari anamnesis dapat ditemukan keluhan yang bersifat subjektif, biasanya pasien mengeluh timbul bintik – bintik merah, rasa sakit, dan sangat menganggu dalam hal estetika.

 Pemerikasaan Klinis

Pada pemeriksaan klinis dapat ditemukan lesi yang khas berupa komedo, dan bila terjadi peradangan akan terbentuk ruam berupa

papul, pustul, nodul dan kista di tempat predileksinya.

 Pemeriksaan Histopatologi

(23)

 Pemeriksaan Lain

Pemeriksaan mikrobiologis terhadap jasad renik yang mempunyai

peran pada etiologi dan patogenesis penyakit dapat dilakukan di laboraturium mikrobiologi yang lengkap untuk tujuan penelitian, namun hasilnya sering tidak memuaskan.

 Pemerikasaan susunan dan kadar lipid permukaan kulit ( skin surface

lipids ) dapat pula dilakukan untuk tujuan serupa. Pada acne vulgaris

kadar asam lemak bebas ( free fatty acid ) meningkat dan karena itu pada pencegahan dan pengobatan digunakan cara untuk menurunkannya.

g) Pengobatan

Acne vulgaris merupakan penyakit multifaktorial yang memberi efek signifikan pada masyarakat. Modifikasi gaya hidup, termasuk konseling diet, memiliki hubungan dengan perkembangan Acne. Kombinasi terapi topikal biasanya diperlukan pada pasien yang memiliki inflamasi

campuran dan Acne komedo, sementara medikasi oral biasanya pada kasus yang lebih berat dan luas seperti pada dada ataupun punggung (Bowe & Kober 2014).

Ada beberapa terapi yang bisa digunakan untuk mengatasi Acne (Vyas et

al. 2014):

 Terapi topikal: terdiri dari antibiotik, retinoid, dan kombinasinya.

Terapi topikal secara konvensional dapat berupa lotion yang mengandung benzoyl peroxide, clindamycin, tretinoin,

(24)

dan dapsone. Sediaan emollient sebagai terapi topikal contohnya, sodium sufacetamide-sulfur.

 Terapi sistemik : termasuk antibiotik oral, retinoids, terapi

hormonal. Terapi sistemik diindikasikan untuk penanganan Acne dengan tingkat keparahan sedang/moderat dan berat. Terapi sistemik juga dipakai untuk Acne yang resisten dengan penanganan topikal ataupun Acne yang sudah menyelimuti sebagian besar permukaan tubuh. Terapi sistemik dapat berupa antibiotik oral tetracyclines (doxycycline, minocycline,

lymecycline) dan macrolides (erithromycin dan azithromycin). Sementara untuk terapi hormonal dexamathasone, dapat berupa cyproterone spironolactone, acetat/ethinyl prednisone, estradiol(oral contraceptives), levonorgestrel/ethinyl estradiol.

 Terapi lainnya : di luar dua kategori di atas, seperti pembentukan

permukaan chemical baru (resurfacing, peels), xenografts, pengelupasan heterograft, (dermabrasion autograft, dan transplantasi lemak. Dalam penelitian yang sama juga disampaikan mengenai pengobatan berbasis pembawa

(Carrier-based drug) sebagai pengobatan baru pada Acne. Pengobatan ini melibatkan liposome, niosome, liposphere, microsponge, microemulsion, microsphere, solid lipid nanopraticles, hydrogel,dan aerosol foams.

7) Karbunkel

a) Pengertian

(25)

subkutan yang padat. Perkembangan dari furunkel menjadi karbunkel bergantung pada status imunologis penderita. Karbunkel merupakan nodul inflamasi pada daerah folikel rambut yang lebih luas dan dasarnya lebih dalam daripada furunkel.

b) Epidemiologi

Insidensi karbunkel agak jarang. Insidensinya terutama pada usia setelah pubertas yaitu remaja dan dewasa muda. Karbunkel jarang didapatkan

pada anak-anak kecuali terdapat keadaan imunodefisiensi (misalnya dapat muncul pada anak wanita dengan sindrom stafilokokal hiperimunoglobulin E [sindrom Job]). Insidensi pada laki-laki sama dengan perempuan. Berdasarkan statistik Departemen Kesehatan Inggris, pada tahun 2002 dan2003 terdapat sekitar 0,19% atau 24.525 penderita yang berobat ke Rumah Sakit Inggris dengan diagnosa furunkel abses kutaneus dan

karbunkel. Dari 24.525 pasien tersebut terdapat 90% yang memerlukan rawat inap. 54% dari pasien yang berobat tersebut adalah laki-laki dan 46% pasien adalah perempuan. Usia rata-rata dari pasien yang berobat adalah 37 tahun. 72% berusia 15-59 tahun dan 6% berusia diatas 75 tahun. c) Etiologi

Karbunkel biasanya terbentuk ketika satu atau beberapa folikel rambut terinfeksi oleh bakteri stafilokokus (Stafilokokus aureus). Bakteri ini, yang merupakan flora normal pada kulit dan kadang-kadang pada tenggorokan

(26)

memiliki susunan bergerombol seperti anggur, tidak memiliki kapsul, nonmotil, katalase positif dan pada pewarnaan gram tampak berwarna ungu. Bakteri ini bertanggung jawab untuk sejumlah penyakit penyakit serius seperti pneumonia, meningitis, osteomielitis dan endokarditis.

Bakteri ini juga merupakan penyebab utama infeksi nosokomial dan penyakit yang didapat dari makanan.

Bakteri stafilokokus yang menyebabkan furunkel atau karbunkel umumnya masuk melalui luka, goresan, atau robekan pada kulit. Respon primer host terhadap infeksi S.aureus adalah pengerahan sel PMN ke tempat masuk

kuman tersebut untuk melawan infeksi yang terjadi. Sel PMN ini ditarik ke tempat infeksi oleh komponen bakteri seperti formylated peptides atau peptidoglikan dan sitokin TNF (tumor necrosis factor) dan interleukin (IL) 1 dan 6 yang dikeluarkan oleh sel endotel dan makrofag yang teraktivasi. Hal ini menimbulkan inflamasi dan pada akhirnya membentuk pus (gabungan dari sel darah putih, bakteri dan sel kulit yang mati).

d) Faktor Resiko

Setiap orang termasuk orang yang sehat dapat terkena furukel atau

karbunkel, beberapa faktor ini dapat meningkatkan resiko terjadinya karbunkel :

 S.aureus kronik (pada hidung, aksila, perineum, vagina)

 Diabetes. Pada diabetes terjadi gangguan fungsi leukosit sehingga

membuat tubuh sulit untuk melawan infeksi

 Higiene yang buruk

 Pakaian yang ketat. Iritasi yang terus menerus dari pakaian yang

(27)

 Kondisi kulit tertentu. Karena kerusakan barier protektif kulit,

masalah kulit seperti jerawat, dermatitis, scabies, atau pedukulosis membuat kulit rentan menjadi karbunkel

 Penggunaan kortikosteroid. Hal ini terkait dengan efek

kortikosteroid berupa supresi sistem imun tubuh

 Defek fungsi netrofil seperti pada pasien yang mendapatkan obat

kemoterapi atau mendapat obat omeprazole

 Penyakit imunodefisiensi primer seperti penyakit granulomatosa

kronik, sindrom Chediak-Higashi, defisiensi C3, hiperkatabolisme C3, hipogammaglobulinemia transient, timoma dengan imunodefisiensi, dan sindrom Wiskott-Aldrich

e) Gambaran Klinis

Karbunkel biasanya pertama muncul sebagai tonjolan yang nyeri, permukaannya halus, berbentuk kubah dan berwarna merah. Tonjolan

tersebut biasanya juga indurasi. Ukuran tonjolan tersebut meningkat dalam beberapa hari dan dapat mencapai diameter 3-10 cm atau bahkan lebih. Supurasi terjadi setelah kira-kira5-7 hari dan pus dikeluarkan melalui saluran keluar yang multipel (multiple follicular orifices). Demam dan malaise sering muncul dan pasien biasanya tampak sakit berat. Karbunkel

yang pecah dan kering kemudian membentuk lubang yang kuning keabuan ireguler pada bagian tengah dan sembuh perlahan dengan granulasi. Walaupun beberapa karbunkel menghilang setelah beberapa hari, kebanyakan memerlukan waktu dua minggu untuk sembuh. Jaringan parut permanen yang terbentuk biasanya tebal dan jelas

f) Pemeriksaan laboratorium

Karbunkel biasanya menunjukkan leukositosis. S.aureus merupakan

(28)

Pada karbunkel, abses multipel yang dipisahkan oleh trabekula jaringan ikat menyusup dermis dan melewati sepanjang pinggir folikel rambut, mencapai permukaan melalui lubang pada epidermis yang terkikis.

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang dikonfirmasi dengan pewarnaan gram dan kultur bakteri. Pewarnaan gram akan menunjukkan sekelompok kokus berwarna ungu (gram positif) dan kultur bakteri pada medium agar darah domba memberikan gambaran koloni yang lebar (6-8 mm), permukaan halus, sedikit cembung, dan warna kuning keemasan.

g) Diagnosa Banding

Diagnosa banding yang paling utama dari karbunkel adalah kista epidermal

yang mengalami inflamasi. Kista epidermal yang mengalami inflamasi dapat dengan tiba-tiba menjadi merah, nyeri tekan dan ukurannya bertambah dalam satu atau beberapa hari sehingga dapat menjadi diagnosa banding karbunkel.

Diagnosa banding berupa kista epidermal yang mengalami inflamasi ini

dapat disingkirkan berdasarkan terdapatnya riwayat kista sebelumnya pada tempat yang sama, terdapatnya orificium kista yang terlihat jelas dan penekanan lesi tersebut akan mengeluarkan masa seperti keju yang berbau tidak sedap sedangkan pada karbunkel mengeluarkan material purulen. Diagnosa banding seperti hidradenitis suppurativa (apokrinitis) juga sering membuat salah diagnosis karbunkel. Berbeda dengan karbunkel, penyakit ini ditandai oleh abses steril dan sering berulang. Selain itu, daerah predileksinya berbeda dengan karbunkel yaitu pada aksila, lipat paha, pantat atau dibawah payudara. Adanya jaringan parut yang lama, adanya

(29)

Diagnosa banding yang lain antara lain sporotrikosis, blastomikosis dan aknekonglobata. Sporotrikosis merupakan infeksi kronik dari jamur Sporotrichum schenkii dan ditandai oleh nodula berjejer sepanjang aliran limfe. Blastomikosis ditandai nodula kronik dengan multipel fistula. Akne

konglobata ditandai oleh nodul-nodul merah hitam dengan kebanyakan berada pada daerah punggung daripada wajah dan lengan

h) Komplikasi

Masalah utama pada karbunkel adalah penyebaran bakteremia dari infeksi dan masalah rekurensi. Bakteri dari karbunkel dapat masuk kedalam aliran darah dan berkelana menuju bagian tubuh yang lain. Manipulasi pada lesi dapat memfasilitasi penyebaran infeksi ini melalui aliran darah. Infeksi yang menyebar, umumnya diketahui sebagai septikemia dapat dengan cepat mengancam nyawa.

Awalnya, septikemia memberikan tanda dan gejala seperti menggigil, demam disertai gelisah, denyut jantung yang cepat dan perasaan menderita sakit sangat berat. Tetapi kondisi ini dapat dengan cepat berkembang menjadi syok, yang ditandai dengan turunnya tekanan darah dan

temperatur tubuh, bingung, serta manifestasi kelainan pembekuan dan pendarahan pada kulit.

Septikemia merupakan keadaan emergensi medis yang bila tidak ditangani dapat menyebabkan kematian. Invasi bakteri kedalam aliran

darah biasanya terjadi kapan saja, tidak dapat ditebak, menyebabkan infeksi metastasis seperti endokarditis, vertebralosteomyelitis/discitis, septik arthritis, abses splenik, mycotic aneurysms, meningitis, atau abses jaringan.

(30)

jarang. Infeksi metastasis seperti endokarditis merupakan akibat tersering dari bakteremia akibat S.aureus. Insidensi endokarditis disebabkan S.aureus meningkat selama 20 tahun terakhir dan sekarang menjadi penyebab utama endokarditis diseluruh dunia, terhitung sekitar 25-30%

kasus. Peningkatan ini disebabkan karena peningkatan penggunaan alat TEE (Transesophageal Echocardiography) yang dikatakan memiliki insidensi 25% dari seluruh kasus S.aureus bakteremia dan penggunaan kateter intrvasular.

Faktor lain yang terkait dengan peningkatan resiko endokarditis adalah

penggunaan obat injeksi, hemodialisa, penggunaan alat prosetetik intrvaskular dan keadaan system imun tubuh yang lemah. Lesi pada bibir dan hidung menyebabkan bakteremia melalui vena-vena emisaria wajah dan sudut bibir yang menuju sinus kavernosus.

Komplikasi yang jarang berupa trombosis sinus kavernosus dapat terjadi. Masalah serius lainnya adalah timbulnya resistensi obat pada strain Stafilokokus aureus. Stafilokokus aureus yang resisten methicillin (methicillin-resistant Staphylococcus aureus/MRSA) sekarang meningkat jumlahnya, terutama didapatkan pada siswa militer, penghuni penjara,

atlet, bahkan anak-anak.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention, sekitar 1 persen orang amerika membawa MRSA pada tubuh mereka. MRSA sangat menular dan menyebar dengan cepat pada daerah yang padat atau tidak higienis atau dimana handuk atau peralatan atletik dipakai bersama-sama.

Walaupun MRSA memiliki respon baik terhadap beberapa antibiotik, MRSA resisten terhadap penisilin dan sulit untuk diobati. Furunkulosis rekuren menjadi masalah yang dapat berlanjut betahun-tahun

(31)

Pengobatan karbunkel sama saja dengan pengobatan furunkel. Karbunkel atau furunkel dengan selulitis disekitarnya atau yang disertai demam, harus diobati dengan antibiotik sistemik. Untuk infeksi berat atau infeksi pada area yang berbahaya, dosis antibiotik maksimal harus diberikan dalam

bentuk perenteral. Bila infeksi berasal dari methicillin resistent Streptococcus aureus (MRSA) atau dicurigai infeksi serius, dapat diberikan vankomisin (1 sampai 2 gram IV seiap hari dalam dosis terbagi). Pengobatan

anibioik harus berlanjut paling idak selama 1 minggu.

Tabel pengobatan karbunkel

* Mencuci tangan dan menjaga kebersihan penting dalam semua regimen

Bila lesi besar, nyeri dan fluktuasi, insisi dan drainase diperlukan. Bila infeksi terjadi berulang atau memiliki komplikasi dengan komorbiditas,

(32)

1. Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC

2. Edward T. Bobe, MD., Rick D. Kellerman. Conn’s Current Therapy. 2016.

3. Dipiro, J., 2008, Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach Sevent Edition: Hypertension, The McGraw-Hill Companies Inc., USA

4. Katzung, B. G. 2007. Basic & Clinical Pharmacology, Tenth Edition. United

States : Lange Medical Publications

5. Guyton, A.C. and Hall, J.E., 2006. Textbook of Medical Physiology. 11 th ed. Philadelphia, PA, USA: Elsevier Saunders.

6. Ganong, W.F. 2010. Review of Medical Physiology, Ganong’s. 23rd edition. New York: The McGraw-Hill Companies.Inc

7. Putz, R and Pabst, R, 2006. Sobotta Atlas of Human Anatomy Volume 2: Trunk, Viscera and Lower Limb 14th Edition.

Gambar

Tabel pengobatan karbunkel

Referensi

Dokumen terkait

Masing-masing kebudayaan suku bangsa memiliki corak khas yang akan dapat dilihat dengan jelas oleh masyarakat di luar kelompok tersebut. Dalam kenyataan konsep suku bangsa

Penerapan standar ideal ANC juga akan dicoba yaitu untuk TW 1 sampai UK 28 minggu (kunjungan tiap 1 bulan) jadi ada 7x kunjungan, UK >28 minggu sampai UK 36 minggu (kunjungan

Untuk tujuan itu, senario perumahan khasnya perumahan kos rendah secara umum dikupas bagi menjadi dasar kepada hujah-hujah yang dikemukakan disamping melihat kepada permasalahan

Data untuk mengidentifikasi kesiapan guru mata pelajaran IPS SMP Negeri se-kecamatan Bawang Kabupaten Banjarnegara dalam mendukung kurikulum 2013 diungkapkan dengan

dianggap Galileo ah rnedan digabung nghasilkan rnungkin gravitasi ng diukur pad a kenyataannya gaya gravitasi tersebut bekerja ka ena adanya "star" (suatu

Melalui pendekatan saintifik dengan menggunakan metode cooperative learning siswa dapat menerapkan fungsi sosial, struktur, teks interaksi transaksional lisan dan

Akan tetapi, karena kewajiban itu hanya berlaku satu tahun, maka bagi mereka yang tidak memiliki kelebihan dalam bidang bahasa Arab dan kajian-kajian Islam harus meninggalkan