• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PEMBANGUNAN PLTP GUCI 1 X 55 MW JAWA TENGAH BERDASARKAN ASPEK TEKNIS, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI PEMBANGUNAN PLTP GUCI 1 X 55 MW JAWA TENGAH BERDASARKAN ASPEK TEKNIS, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PEMBANGUNAN PLTP GUCI 1 X 55 MW JAWA TENGAH

BERDASARKAN ASPEK TEKNIS, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN.

Satrio Hanindhito, Syariffudin Mahmudsyah, Teguh Yuwono

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Kampus ITS Keputih Sukolilo Surabaya 60111 Telp 031-5947302 Email: dtoelits@gmail.com

Abstrak – Pembangunan pembangkit listrik panas bumi merupakan salah satu terobosan dalam mengantisipasi berkurangnya cadangan sumber energi fosil. Indonesia merupakan negara kepulauan yang dibentuk oleh dominan busur vulkanik-magmatik, sehingga memiliki potensi panas bumi terbesar di dunia sebesar ± 40% dari cadangan dunia yaitu 25.875 MW atau setara dengan 12,37 milyar barel minyak. Dari potensi tersebut baru ± 4% yang telah dikembangkan dan dimanfaatkan terutama untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi.

Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Guci 1 X 55 MW di Kabupaten Tegal - Jawa Tengah dijadikan sebagai unit penunjang guna menanggulangi bahaya krisis listrik di pulau Jawa. Pembangunan PLTP ditujukan untuk memenuhi pasokan energi listrik dan menjadikan listrik sebagai pemacu perekonomian serta kesejahteraan masyarakat. Dengan menekan biaya pokok pembangkitan energi listrik dimaksudkan agar harga jual energi listrik dapat dijangkau oleh daya beli masyarakat.

PLTP memanfaatkan energi yang terbarukan sehingga ramah lingkungan dan menghasilkan emisi gas karbon yang rendah. Pengoperasian PLTP memungkinkan mendapatkan kredit karbon dari “Kyoto Protocol” atau dikenal dengan Clean Development Mechanism (CDM) yang dapat menurunkan biaya pokok penyediaan energi listrik.

Kata kunci : Energi Terbarukan, PLTP, Biaya Pokok Penyediaan, Daya Beli Masyarakat, CDM

I. PENDAHULUAN

Saat ini ketersediaan sumber daya energi fosil seperti minyak bumi, gas dan batubara termasuk energi yang tak terbarukan yang terus berkurang akibat penggunaan energi yang boros. Khusus untuk daerah luar Jawa, minyak bumi merupakan bahan bakar bagi pembangkit tenaga diesel yang sampai saat ini masih merupakan tulang punggung penghasil energi listrik. Karena makin meningkatnya kesadaran bahwa pembangkit yang menggunakan energi fosil sebagai bahan bakarnya menghasilkan emisi gas karbon yang tinggi dapat menyebabkan pemanasan global.

Dengan semakin menipisnya cadangan energi tak terbarukan memberikan dorongan dalam pengembangan unit pembangkit energi listrik alternatif dengan menggunakan energi terbarukan. Unit penyedia energi listrik alternatif diharapkan memiliki karakteristik sebagai berikut,

1. Dapat mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian energi tak terbarukan.

2. Dapat menyediakan energi listrik dalam skala lokal regional.

3. Memanfaatkan potensi sumber daya energi setempat

4. Ramah lingkungan.

Potensi panas bumi Indonesia merupakan yang terbesar di dunia mencapai ± 40 % dari cadangan dunia yaitu sebesar 25.543 MW. Dari potensi tersebut yang telah dimanfaatkan hanya mencapai kisaran 4% dengan kapasitas terpasang sebesar 1.189 MW. Oleh karena itu, sangat disayangkan bila potensi panas bumi di Indonesia tidak dimanfaatkan sepenuhnya. Kelebihan dari energi panas bumi yaitu tersedia dalam 24 jam sehari, 365 hari setahun, selain itu pembangkit listrik panas bumi memiliki rata-rata ketersediaan sebesar 90% atau lebih tinggi dibanding dengan pembangkit listrik tenaga batubara yang hanya sekitar 75%.

Salah satu daerah yang memiliki potensi untuk dikembangkan untuk pembangunan PLTP adalah daerah Guci, Kabupaten Tegal - Jawa Tengah. Pembangunan PLTP di Jawa Tengah ditujukan untuk memenuhi pasokan energi listrik regional sehingga menjadikan listrik sebagai pemacu perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di propinsi Jawa Tengah.

II. PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP)

2.1. Energi Terbarukan

Untuk memenuhi kebutuhan energi listrik yang meningkat secara signifikan membutuhkan sistem pembangkitan energi listrik yang handal dan stabil. Dengan strategi penggunaan energi terbarukan, diperlukan langkah taktis dalam penentuan penggunaan sumber energi yang tersedia. Dengan cadangan energi fosil sebagai bahan baku utama dalam hal pembangkitan energi listrik, maka diperlukan terobosan baru dalam hal pengembangan energi terbarukan.

Energi terbarukan adalah sumber energi yang dihasilkan dari sumber energi yang secara alamiah dan tidak akan habis bila dimanfaakan dan dikelola secara baik. Energi terbarukan memiliki karakteristik sebagai energi yang berkelanjutan (sustainable). Energi terbarukan tersedia dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga dapat digunakan dalam sebuah perencanaan pemanfaatan energi. Energi terbarukan juga dianggap sebagai sumber energi dan tenaga yang ramah terhadap lingkungan karena sumber-sumber

(2)

energi yang dapat diperbaharui dan tidak mencemari lingkungan.

2.2. Energi Panas Bumi

Energi panas bumi adalah energi yang terkandung dalam batuan panas dan cairan yang mengisi rekahan dan pori-pori di dalam kerak bumi. Energi panas bumi berasal dari peluruhan radioaktif jauh di dalam bumi dan dapat berupa sebagai air panas, uap, atau batuan kering panas. Panas bumi juga dapat diartikan sebagai suatu energi panas yang diperoleh dari hasil perpindahan panas dari suatu sumber panas ke sekelilingnya yang terjadi secara konduksi dan konveksi.

Panas bumi sebagaimana didefinisikan dalam Undang-undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas bumi, adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi dan untuk pemanfaatannya diperlukan proses penambangan. Panas bumi mengalir secara kontinyu dari dalam bumi menuju ke permukaan yang manifestasinya dapat berupa: gunung berapi, mata air panas, dan geyser.

2.3. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)

Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) pada prinsipnya sama seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), hanya saja pada PLTU, uap dibuat di permukaan menggunakan boiler, sedangkan pada PLTP uap berasal dari reservoir panas bumi. Metode pembangkitan listrik dengan memanfaatkan sumber panas bumi antara lain:

1. Dry Steam Power Plant

Dry steam power plant adalah metode yang dikembangkan pertama kali. Uap dari sumber panas bumi disalurkan langsung melalui pipa menuju turbin uap yang terhubung dengan generator. Uap panas dari turbin uap didinginkan pada unit kondenser yang kemudian akan disuntikkan kembali kedalam reservoir sumber panas bumi.

2. Flash Steam Power Plant

Uap dari sumber panas bumi dipisahkan dari partikel air pada unit separator. Uap panas akan disalurkan ke turbin untuk memutar turbin. Setelah memutar turbin, temperatur uap akan diturunkan melalui direct contact condenser atau

heat exchanger type condenser. Sebagian uap

akan berubah menjadi air dan disuntikkan ke dalam reservoir sumber panas bumi atau dapat digunakan secara langsung untuk keperluan yang lain.

3. Binary Steam Power Plant

Binary steam power plant adalah metode yang diterapkan untuk membangkitkan energi listrik bila temperatur fluida dari sumber panas bumi berada pada tingkat rendah. Fluida dari sumber panas bumi dialirkan langsung menuju unit heat exchanger yang akan memanaskan fluida organic

hingga menghasilkan uap. Uap dari unit heat exchanger digunakan untuk memutar turbin yang terhubung dengan generator. Setelah digunakan untuk memutar turbin, uap diubah menjadi zat cair yang kemudian digunakan kembali dalam unit heat exchanger. Fluida dari sumber panas bumi yang melalui unit heat exchanger akan diinjeksikan kembali ke dalam reservoir sumber panas bumi setelah proses pendinginan.

III. JAWA TENGAH DAN KONDISI KELISTRIKAN

Jawa Tengah merupakan salah satu bagian provinsi di Indonesia yang memiliki peranan penting dalam perekonomian negara. Jawa Tengah dibatasi Laut Jawa di sebelah utara, Samudera Hindia dan Jogjakarta di sebelah selatan, Jawa Barat di sebelah barat, dan Jawa Timur di sebelah timur. Jawa Tengah merupakan daerah yang dilalui oleh busur api sehingga memiliki serangkaian gunung berapi. Terdapat 6 gunung berapi yang aktif di Jawa Tengah, yaitu: Gunung Merapi, Gunung Slamet, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, dan Gunung Dieng. Jawa Tengah terbagi menjadi 29 kabupaten dan 6 kota dengan jumlah penduduk tercatat pada tahun 2009 sebesar 32,86 juta jiwa. Peta geografis Jawa Tengah ditunjukkan pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Peta Geografis Jawa Tengah

3.1. Kelistrikan Jawa Tengah

Sebagian besar kebutuhan listrik di provinsi Jawa Tengah dipenuhi oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero). Energi listrik yang terjual di Jawa Tengah ditunjukkan pada tabel 3.1.

Tabel 3.1.

Energi Listrik Terjual di Jawa Tengah Tahun Pelanggan Jumlah Produksi (GWh) Tersambung Daya (MVA) Energi Terjual (GWh) 2009 6.398.562 16.735 6.466 13.395 2008 6.170.648 15.686 6.162 12.654 2007 5.955.388 15.047 5.805 12.023 2006 5.641.939 13.888 5.454 11.064 2005 5.397.011 13.168 5.149 10.570 Sumber : Data BPS Propinsi Jawa Tengah 2010

(3)

3.2. Konsumsi Listrik Kelompok Konsumen

Konsumsi energi listrik di propinsi Jawa Tengah menunjukkan pemakaian yang terus meningkat tiap tahunnya. Hal ini disebabkan jumlah penduduk yang cenderung meningkat setiap tahunnya, semakin berkembangnya sektor industri dan semakin meningkatnya kemajuan daerah di propinsi Jawa Tengah. Untuk kategori konsumsi energi listrik tingkat konsumen, konsumsi rumah tangga merupakan kelompok pengkonsumsi energi listrik terbesar dengan 6.424 GWh. Konsumsi energi listrik menurut kelompok konsumen ditunjukkan pada tabel 3.2.

Tabel 3.3.

Konsumsi Listrik Kelompok Konsumen (GWh)

Tahun Tangga Rumah Industri Usaha Sosial Kantor Jalan Jumlah 2009 6.424 4.527 1.509 383 129 423 13.395 2008 5.948 4.466 1.343 344 115 437 12.654 2007 5.728 4.256 1.165 327 111 438 12.023 2006 5.346 3.880 1.013 294 97 434 11.064 2005 5.066 3.617 1.106 274 91 417 10.571 Sumber : Data BPS Propinsi Jawa Tengah 2010

3.3. Permintaan Energi Listrik

Peningkatan permintaan konsumsi listrik secara signifikan terjadi pada saat waktu beban puncak. Permintaan energi listrik meningkat sampai mendekati kapasitas cadangan energi listrik, atau dapat disebut status cadangan operasi mengalami siaga. Besar beban puncak, daya mampu dan cadangan daya ditunjukkan pada tabel 3.3.

Tabel 3.3

Data Beban Puncak, Daya Mampu dan Cadangan Daya (MW) Tahun Puncak Beban Mampu Daya Cadangan Daya

2009 2770 2940 170 2008 2602 2940 338 2007 2590 2940 350 2006 2427 2940 513 2005 2328 2940 612 Sumber : Statistik PLN 2010

IV.ANALISA PERENCANAAN PEMBANGUNAN PLTP GUCI 1 X 55 MW

4.1. Potensi Panas Bumi di Guci – Jawa Tengah

PLTP Guci terletak di kaki Gunung Slamet, secara geografis Guci masuk ke wilayah Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal. Daerah Guci berbatasan dengan Kabupaten Brebes dan Kabupaten Pekalongan. Daerah Guci terkenal sebagai obyek wisata air panas yang dapat diindikasikan sebagai manifestasi energi panas bumi. Peta daerah Guci ditunjukkan pada gambar 4.1.

Daerah Guci Kabupaten Tegal ditetapkan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia sebagai Wilayah Kerja Pertambangan

(WKP) Panas Bumi melalui Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1566 K/30/MEM/2010 Tanggal 9 April 2010 Tentang Penetapan Wilayah Kerja Pertambangan Panas Bumi Di Daerah Guci, Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes dan Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah. Adapun luas wilayah WKP panas bumi daerah Guci, Kabupaten Tegal adalah seluas 14.360 hektar dengan perkiraan potensi sebesar 79 MWe.

Gambar 4.1 Peta Daerah Guci

4.2. Analisa Aspek Teknis Pembangunan PLTP Guci 1 X 55 MW

Sumber panas bumi di daerah Guci berupa sumber panas bertemperatur rendah sehingga metode yang paling tepat sebagai pambangkitan energi listrik adalah metode binary steam power plant. Pada sistem

binary steam power plant, sumber panas bumi

digunakan untuk memanaskan fluida kerja pada unit

heat exchanger hingga menjadi uap panas. Uap dari

fluida kerja akan digunakan untuk memutar turbin yang terhubung dengan generator. Setelah digunakan untuk memutar turbin, uap panas dari fluida kerja dialirkan menuju unit condenser guna mengubah fasa uap kembali menjadi fasa cair yang kemudian dipergunakan kembali dalam unit heat exchanger. Fluida dari sumber panas bumi setelah dipergunakan dalam unit exchanger akan dipompakan kembali ke dalam tanah guna menjaga kontinuitas sumber panas bumi. Skema dari binary steam power plant ditunjukkan pada gambar 4.2.

Gambar 4.3 Skema Binary Steam Power Plant

4.3. Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)

Pembangunan PLTP Guci 1 X 55 MW sedianya menggunakan teknologi binary steam power

plant yang mana memiliki komponen utama yaitu :

(4)

a. Heat exchanger

Di dalam unit heat exchanger terdapat dua aliran fluida yaitu fluida dari sumber panas dan fluida kerja. Kedua fluida tersebut terpisah oleh pelat tipis sebagai pembatas sirkulasi fluida. Fluida dari sumber panas bumi dan fluida kerja dipompakan dari unit condenser ke dalam unit heat exchanger

b. Turbin – Generator

Tipe turbin yang akan digunakan adalah Straight

Condensing Double Flow. Turbin akan diputar

oleh uap dari fluida kerja hasil pemanasan di unit

heat exchanger. Turbin terhubung generator

yang memiliki kapasitas 55 MW dengan putaran sebesar 3000 RPM dan tegangan keluaran dari generator sebesar 13,8 kV. Spesifikasi teknis turbin dan generator ditunjukkan pada tabel 4.1.

Tabel 4.1

Spesifikasi Teknis Turbin dan Generator

TURBIN UAP GENERATOR

Tipe SCDF Kapsitas 68.750 kW

Kapasitas 55.000 kW Faktor daya 0.80 Tekanan

uap inlet 8,83 Mpa Tegangan 13,8 kV Temperatur

uap inlet 535 C Kutub 2 , 3Ø Inlet steam flow 317,000 lb/hr Frekuensi 50 Hz Kecepatan 3000 rpm Kevepatan 3000 rpm c. Transformator

Tegangan keluaran dari generator akan dinaikkan dari 13,8 kV menjadi 150 kV menggunakan transformator utama dengan pendingin minyak. Spesifikasi teknis dari transformator ditunjukan pada tabel 4.2.

Tabel 4.2

Spesifikasi Teknis Transformator

Transformator Rating Kapasitas 70000 kVA Rating Tegangan 13.8 kV / 150 kV Jumlah Phasa

Tipe Pendingin ONAN

Frekuensi 50 Hz

d. Condenser

Condenser merupakan suatu unit pendingin yang

mana digunakan untuk mendinginkan fluida kerja setelah digunakan untuk memutar turbin. Fluida pendingin berupa air dari sistem cooling

tower. e. Cooling Tower

Cooling tower digunakan untuk mendinginkan

air sebagai pendingin dalam unit condenser. Cooling tower yang digunakan adalah sistem tertutup dimana cooling tower memiliki air pendingin bersirkulasi yang mengalir melalui tabung dalam menara. Air didinginkan oleh udara melalui konveksi dari pipa.

4.4. Analisa Aspek Ekonomi

4.4.1. Biaya Pembangkitan PLTP Guci 1 X 55 MW

Guna menentukan biaya pembangkit di Guci ada beberapa parameter yang harus diperhatikan. Parameter-parameter tersebut adalah biaya modal (Capital Cost), biaya bahan bakar (Fuel Cost), biaya operasional dan pemeliharaan (Operation &

Maintenance), dan biaya lingkungan (Environtment Cost). Biaya pembangkitan dapat dihitung dengan

persamaan berikut:

BP = CC + FC + O&M + EC

Besar biaya pembangkitan ditunjukkan pada tabel 4.3. Tabel 4.3

Biaya Pembangkitan PLTP Guci 1 X 55 MW

Perhitungan Suku Bunga

6 % 9 % 12 %

Biaya Pembangunan

(USD/kW) 2.727,27 2.727,27 2.727,27

Umur Operasi (Tahun) 25 25 25

Kapasitas (kW) 55.000 55.000 55.000 Biaya Bahan Bakar

(USD/kWh) 0,0225 0,0225 0,0225 Biaya O&M (USD/kWh) 0,0070 0,0070 0,0070 Biaya Modal (USD/kWh) 0,0273 0,0356 0,0443 Biaya lingkungan (USD/kWh) 0,0028 0,0028 0,0028 Biaya Pembangkitan (USD/kWh) 0,0627 0,0719 0,0817 Biaya Pembangkitan (Rp/kWh) 533 611 694

4.4.1. Daya Beli Masyarakat Jawa Tengah

Daya beli masyarakat sangat penting untuk diketahui sebagai pembanding antara harga jual dari pembangkitan tenaga listrik dengan harga beli masyarakat Jawa Tengah. Perhitungan daya beli masyarakat mengacu pada perhitungan tarif PLN golongan R-1 dengan konsumsi pelanggan sebesar 900 VA. Besar daya aktif yang diserap adalah :

P = 900 x cos φ = 900 x 0,8 = 720 watt Konsumsi listrik perbulan :

= 0,72 x 30 x 24 x 0,69 = 357,7 / kWh

Dengan tarif dasar listrik untuk pelanggan rumah tangga sebesar Rp.533,55/kWh

Pemakaian 1 bulan :

= (357,7/kWh x Rp.533,55/kWh) + Biaya beban

= Rp. 190850,8 /kWh + Rp.20.000 = Rp. 210850,8 /kWh

Didapatkan daya beli masyarakat pelanggan rumah tangga propinsi Jawa Tengah adalah :

Rp.533,55 / 210.850,8 . / 312 . 197 . x kWh Rp kWh Rp DBM = = Rp. 499,3 / kWh = Rp. 499 / kWh

(5)

4.4.2. Subsidi Biaya Pembangunan PLTP Guci 1 X 55 MW

Dengan memfungsikan listrik sebagai prasarana publik dan mengacu pada daya beli Jawa Tengah yang tidak mampu menjangkau harga jual listrik maka perlu dilakukan pemberian subsidi pada pembiayaan modal awal oleh pemerintah. Besar biaya pembangkitan dengan subsidi pembiayaan awal dari pemerintah sebesar 50% ditunjukkan pada tabel 4.5.

Tabel 4.5

Biaya Pembangkitan PLTP Guci 1 X 55 MW

Perhitungan Suku Bunga

6 % 9 % 12 %

Biaya Pembangunan

(USD/kW) 1363.6 1363.6 1363.6

Umur Operasi (Tahun) 25 25 25

Kapasitas (kW) 55.000 55.000 55.000 Biaya Bahan Bakar

(USD/kWh) 0,0225 0,0225 0,0225

Biaya O&M (USD/kWh) 0,0070 0,0070 0,0070 Biaya Modal (USD/kWh) 0,0152 0,0198 0,0247 Biaya lingkungan

(USD/kWh) 0,0028 0,0028 0,0028

Total Cost (USD/kWh) 0,0475 0,0521 0,0570 Biaya Pembangkitan

(Rp/kWh) 404 443 485

4.4.3. Analisa Perhitungan Biaya Pokok Penyediaan Listrik

Besar BPP untuk Jawa Tengah sebelum PLTP Guci 1 X 55 MW dioperasikan adalah Rp.660,291 /kWH. Hasil perhitungan BPP untuk Jawa Tengah sebelum PLTP Guci beroperasi ditunjukkan pada tabel 4.6.

Tabel 4.6

Perhitungan BPP Jawa Tengah Sebelum PLTP Guci Beroperasi Jenis

Pembangkit PLTU PLTG PLTGU PLTA PLTP Total Daya (MW) 355 40,06 1.033,9 346,64 60 1.835,6 Biaya

Pembangkitan (Rp.-)

78,165 47,425 491,95 22,453 20,298 660,291 Besar BPP untuk Jawa Tengah setelah PLTP Guci 1 X 55 MW beroperasi adalah Rp.652,529,- /kWh. Terjadi penurunan harga BPP sejumlah Rp.7.762,- atau senilai 1,18 %. Hasil perhitungan BPP untuk Jawa Tengah setelah PLTP Guci 1 X 55 MW beroperasi ditunjukkan pada tabel 4.7.

Tabel 4.7

Perhitungan BPP Jawa Tengah Setelah PLTP Guci Beroperasi Jenis

Pembangkit PLTU PLTG PLTGU PLTA PLTP Total Daya (MW) 355 40,06 978,9 346,64 115 1.835,6 Biaya

Pembangkitan (Rp.-)

78,165 47,425 465,735 22,453 38,751 652,529

4.5. Analisa Aspek Lingkungan

Sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan yang dicanangkan pemerintah dan untuk memperkirakan besar serta pentingnya dampak yang mungkin terjadi, maka perlu dilakukan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Aspek-aspek tersebut meliputi:

1. Tahap Pra Konstruksi

Persepsi negatif terhadap proyek pembangunan yang akan menimbulkan keresahan pada masyarakat. Untuk mengatasi hal tersebut maka hal yang perlu dilakukan adalah mengadakan penyuluhan kepada masyarakat dan mengadakan pendekatan terhadap tokoh-tokoh setempat.

2. Tahap Konstruksi

Terjadi pencemaran lingkungan baik udara tanah dan air yang diakibatkan oleh kegiatan pembangunan unit pembangkit, diupayakan untuk diatasi dengan jalan memproses lebih lanjut material-material hasil dari tahap konstruksi sebelum dibuang ke lingkungan.

3. Tahap Operasi

Dampak dari pengoperasian unit pembangkit dapat berupa:

1. Penurunan kualitas udara 2. Penggunaan lahan

3. Pencemaran air tanah dan sungai dengan material tertentu.

Hasil dari konferensi tingkat tinggi oleh negara-negara maju dan berkembang penghasil emisi gas karbon terbesar menghasilkan suatu prosedur tetap diberi nama “Kyoto Protocol” untuk pembangkit yang tidak menghasilkan emisi gas karbon mendapatkan kredit karbon dari pembangkit yang menghasilkan emisi gas karbon tinggi yaitu 4,5 cent/kWh.

Jenis pembangkit yang mendapatkan kredit karbon sebesar 4,5 cent/kWh adalah PLT Air, PLT Surya, PLT Angin dan PLT Biomassa dan lain-lain.Walaupun PLTP Guci ini menghasilkan emisi gas karbon yang rendah tapi PLTP juga mendapatkan kredit karbon karena mengurangi efek gas rumah kaca / pemanasan global akibat pengurangan gas CO2. Pendapatan dari CO2

Reduction adalah sebesar.

kWh cent x Credit CO 4,5 / 728 100 728 2 − = kWh cent x4,5 3,88 / 728 628 = =

Jadi PLTP akan mendapat 3,88 cent/kWh atau Rp.388/kWh. Karena kapasitas pembangkit sebesar 55 MW maka total dana yang didapatkan sebesar Rp.388/kWh x 55.000kW = Rp.213,4 juta. Hal ini dapat mengurangi biaya pokok penyediaan (BPP) tenaga listrik sehingga mengurangi harga jual kepada masyarakat Jawa Tengah.

(6)

4. Tahap Pasca Operasi

Setelah PLTP tidak dioperasikan lagi, sumur-sumur panas bumi dapat dimanfaatkan untuk penggunaan secara langsung seperti di bidang pertanian, perikanan, dan pariwisata sehingga tidak terbengkalai serta dapat mengurangi dampak terhadap lingkungan.

V. KESIMPULAN

Dari hasil analisa studi pembangunan PLTP Guci 1 X 55 MW Jawa Tengah berdasarkan aspek teknis, ekonomi, dan lingkungan BAB IV, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Mengacu pada manifestasi yang mengindikasikan suatu daerah sebagai sumber panas bumi, daerah Guci - Kabupaten Tegal layak untuk dibangun unit Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) dengan kapasitas total 55 MW dari potensi yang terduga sebesar 79 MW.

2. Pembangunan PLTP Guci 1 x 55 MW menggunakan metode Binary Steam Power Plant dengan jenis turbin adalah Straight Condensing

Double Flow (SCDF) berkapasitas 70.000 kW

dan generator berkapasitas 55.000 kW dengan jumlah putaran 3000 RPM serta tegangan keluaran 13,8 kV.

3. Dengan memfungsikan listrik sebagai prasarana harga jual listrik untuk suku bunga 12 % mencapai Rp. 694,- /kWh, sehingga tidak terjangkau oleh daya beli pelanggan rumah tangga masyarakat Jawa Tengah yang hanya sebesar Rp. 499,- /kWh. Dengan bantuan subsidi pemerintah dalam investasi awal sebesar 50%, maka harga jual dari PLTP Guci 1 X 55 MW untuk suku bunga 12% sebesar Rp. 485,- /kWh sehingga dapat terjangkau oleh daya beli masyarakat.

4. Dalam pembangunan PLTP perlu diperhatikan tentang aspek lingkungan, khususnya pada alam. Pembangunan PLT dapat meningkatkan tingkat pencemaran pada air, udara dan tanah. Perlu penanganan yang ekstra guna mencegah kemungkinan terjadinya pencemaran terhadap lingkungan sekitar. Pengoperasian PLTP Guci dapat menghasilkan kompensasi karbon kredit sebesar Rp 388 /kWh.

DAFTAR PUSTAKA

1. Abdul Kadir, 2010 “Energi, Sumberdaya, Inovasi, Tenaga Listrik dan Potensi Ekonomi”, Jakarta.

2. Badan Pusat Statistik, 2010 “Jawa Tengah Dalam Angka”, Semarang

3. Djiteng Marsudi, 2005 “Pembangkitan Energi Listrik”, Penerbit Erlangga, Jakarta.

4. Djoko Santoso Ir, 2006, “Pembangkitan Tenaga Listrik”, Diktat Kuliah, Teknik Elektro ITS, Surabaya

5. PT. PLN (Persero), 2010 ‘Statistik PLN 2009”, Jakarta

6. Syariffuddin Mahmudsyah, 2009 “Panas Bumi Indonesia”, Handout Kuliah, Teknik Elektro ITS, Surabaya.

7. Syariffuddin Mahmudsyah, 2009 “Pembangkit Tenaga Listrik-Disain Tarif Regional”, Handout kuliah, Teknik Elektro ITS, Surabaya.

8. Syariffuddin Mahmudsyah, 2009 “Clean Development Mechanism – Karbon Kredit”, Handout kuliah, Teknik Elektro ITS, Surabaya. 9. Syariffuddin Mahmudsyah, 2009 “Prinsip Dasar

BPP dan Desain Tarif”, Handout kuliah, Teknik Elektro ITS, Surabaya.

10. http://www.djlpe.esdm.go.id 11. http://www.energi.lipi.go.id 12. http://www.pln.co.id 13. http://www.undp.or.id 14. http://www.geothermalenergy.com 15. http:// www.bps.jateng.go.id. 16. http:// www.bappeda.jateng.go.id. BIOGRAFI PENULIS Penulis dilahirkan di Banyuwangi pada tanggal 26 April 1985 dari pasangan Bapak Tulus Pribadi dengan Ibu Endang Setyowati. Memulai pendidikan tingkat perguruan tinggi pada jenjang DIII di Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) Jurusan Elektro Industri. Kemudian melanjutkan pada jenjang S1 program Lintas Jalur Jurusan Teknik Elektro, Bidang Studi Sistem Tenaga, di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Referensi

Dokumen terkait