MENGENAL “KARST”
Oleh : Heri Susanto
Kasubbid Pertambangan, Energi, Pertanian dan Kelautan Pada Bidang Perencanaan Pengelolaan SDA dan LH
(Tulisan ini didedikasikan untuk kegiatan “Menuju Biduk-biduk sebagai Ekowisata Geologi Karst di Kalimantan” yang dilaksanakan di Kec. Biduk-Biduk, Kab. Berau tgl. 5 – 6 Oktober 2016)
Secara etimologis, karst adalah nama suatu daerah di Timur Laut Kota Trieste Slovenia karena kekhasan bentang alamnya. Pada abag ke-19 seorang geologiwan Cvijic meneliti tentang daerah tersebut dan mengabadikan bentang alam didaerah tersebut dengan istilah “karst”. Kars atau dalam bahasa inggris dan jerman disebut “karst”, atau dalam bahasa italia “carso” dalam bahasa Slovenia “kras” dan dalam bahasa Indonesia disebut juga dengan istilah “curing”, kars ata kras. Dalam kamus Bahasa Inggris (Webster’s third new international dictionary, 1986), karst diuraikan sebagai : “…….is a limestone region which is marked by sinks, abrupt ridges, irregular protuberant rocks, caverns and underground stream”, yang dimaknai sebagai : “suatu kawasan batu gamping yang ditandai oleh adanya cekungan, lereng terjal, tonjolan bukit berbatu (gamping) tak beraturan, bergua dan mempunyai sistem aliran air bawah tanah”. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia “karst” diartikan sebagai : “Daerah yang terdiri atas batuan kapur yang berpori sehingga air dipermukaan tanah selalu merembes dan menghilang kedalam tanah (permukaan tanah selalu gundul karena kurang vegetasi).
Sedangkan menurut Ford dan Wiliams (1989), mendefinisikan karst sebagai kawasan yang memiliki karakteristik relief dan drainase yang khas, terutama disebabkan oleh derajat pelarutan batuan-batuannya yang intensif. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang perlindungan dan pengelolaan ekosistem karst mendefinisikan ekosistem karst sebagai tatanan bentang alam
karst dengan semua benda, daya, keadaan dan mahluk hidup yang merupakan satu kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas dan produktifitas lingkungan hidup. Sedangkan karst itu sendiri didefinisikan sebagai bentang alam yang terbentuk akibat proses pelarutan air pada batu gamping dan/atau dolomit.
Batuan dasar dari pembentukan karst adalah batu gamping atau limestone atau sering masyarakat menyebutnya dengan batu kapur atau batu putih. Batu gamping atau limestone adalah merupakan batuan sedimen yang terdiri dari mineral calcite atau calcium carbonate (CaCO3) terbentuk secara organik,
mekanik dan kimia. Organik, Pengendapan binatang karang/cangkang siput, foraminifera, koral/kerang. Mekanik, Bahan organic yang kemudian terbawa arus dan terendapkan pada lokasi yang tidak terlalu jauh dari tempat semula. Kimia, terjadi dalam kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu dalam air laut atau air tawar, umumnya pada air laut.
Foto : Bentuk dan kenampakan batu gamping atau batu kapur (Batu Hapu, Kalsel; sumber foto : Luluk, P3E Kalimantan)
Batu gamping atau lime stone tersebut kemudian mengalami proses pelarutan yang diawali dengan larutnya CO2 pada batu gamping kedalam air membentuk
H2CO3. Adapun proses pelarutan dirumuskan dengan reaksi sebagai berikut :
CaCO3 + H2O + CO2 --- Ca2+ + 2HCO3
Beberapa faktor yang mempengaruhi proses karstifikasi itu berlangsung : 1. Kondisi batuan (mudah larut, kompak, tebal dan banyak rekahan). 2. Curah hujan yang cukup.
3. Ketinggian batuan terekspose (memungkinan perkembangan sirkulasi air secara vertikal).
4. Temperatur. 5. Penutupan hutan.
6. H2CO3 secara fisika dan kimia membentuk bentukan – bentukan alam yang
khas yang kemudian dikenal dengan karst atau kawasan karst.
Beberapa ciri – ciri batu gamping atau lime stone yang memungkinkan terjadi proses pelarutan atau karstifikasi dengan baik diantaranya :
1. Batu gamping yang tebal 2. Curah hujan yang tinggi
3. Banyak terdapat rongga atau celah akibat adanya kekar 4. Keberadaan yang lebih tinggi daripada daerah sekitar 5. Penutupan vegetasi yang rapat.
6. Proses karstifikasi yang terjadi dalam ruang dan waktu geologi yang sangat lama.
Dikarenakan karst adalah bentang alam, sehingga berdasarkan kenampakan topografi telah dilakukan beberapa pengklasifikasian oleh beberapa pakar, dengan didasarkan pada perkembangan pembentuk karst (Cvijic, 1914), berdasarkan morfologi (Gvojdeckij, 1965) dan berdasarkan pada iklim (Sweeting, 1972). Beberapa tipe karst yang sering digunakan dan muncul dalam literatur karst diantaranya :
1. Labirynt karst, dicirikan oleh koridor-koridor atau ngarai memanjang yang terkontrol oleh kekar atau sesar.
2. Polygonal karst, berupa karst kerucut atau karst menara dari sudut pandang morfometri dolin.
Foto : Bentuk polygonal karst (sumber : Bahan ajar karst Indonesia)
3. Karst fosil, terbentuk pada masa geologi lampau dan saat ini proses karstifikasinya telah berhenti.
4. Ekso karst, bentukan morfologi karst yang berada di permukaan bumi.
5. Endo karst, bentukan morfologi karst yang berada dibawah permukaan bumi.
Beberapa bentukan morfologi eksokarst yang umum digunakan oleh para peneliti karst :
1. DOLINE
Dolline berasal dari bahasa “slavia dolina” yang berarti lembah. Doline merupakan cekungan tertutup berbentuk bulat atau lonjong dengan ukuran
beberapa meter hingga lebih kurang satu kilometer. Doline sering juga disebut dengan sinkhole, sink, swallow hole, cenote dan blue hole.
Beberapa bentukan dan istilah doline :
a. Cockpit doline (Sweeting, 1972), doline yang umum terbentuk didaerah tropis.
b. Doline mangkok (Cvijic, 1893), dicirikan perbandingan lebar dan kedalaman 10:1 dan kemiringan lereng berkisar antara 10o – 12o.
c. Doline corong (Cvijic, 1893), dicirikan dengan diameter yang mencapai dua atau tiga kali kedalamannya dengan kemiringan lereng mencapai 30o – 40o. d. Doline sumur (Cvijic, 1893), dicirikan diameter yang lebih kecil daripada kedalamannya, menyerupai sumur dengan kemiringan lereng vertikal berupa singkapan batuan.
e. Doline simetri (Williams,1985), berbentuk bulat atau elip dengan kemiringan lereng ke segala arah hampir sama.
f. Doline a simetri (Williams, 1985), dengan sisi satu dan lainnya memiliki kemiringan yang berbeda.
Foto : Bentuk kenampakan doline dari bentang alam karst (Sumber : www.slideshare.net)
2. POLJE
Berasal dari bahasa Slovenia yang berarti lading yang dapat ditanami. Ford and Williams (1992) mengklasifikasi Polje menjadi 3 kelompok yaitu Border Polje, struktural polje dan base level polje.
a. Border Polje (Polje perbatasan), terbentuk apabila sistem hidrologi didominasi oleh masukkan air dari luar sistem karst. Tipe ini berkembang apabila muka air tanah batuan non karbonat terhampar hingga ke batuan karbonat.
b. Struktural Polje (Polje struktural), terbentuk oleh control faktor struktur geologi, biasanya berasosiasi dengan graben atau sesar.
c. Baselevel Polje (Polje baselevel), terbentuk apabila muka air tanah memotong permukaan tanah. Umumnya terbentuk dibagian bawah (outflow) dari kawasan karst.
3. UVALA
Merupakan gabungan dari doline – doline dengan ukuran berkisar antara 500 – 1000 meter dan kedalaman antara 100 – 200 meter.
Gambar : Tipe – tipe Polje menurut Ford and Williams, 1989.
Beberapa bentukan endokarst yang umum dijumpai : 1. Aliran sungai bawah permukaan
2. Speleoterm/ornamen – ornamen di dalam gua :
a. Stalaktit merupakan sebuah kata yang dalam bahasa Yunani artinya adalah menetes. Stalaktit ini merupakan suatu jenis speleothem atau mineral sekunder yang letaknya menggantung berada di langit- langit gua
b. Stalagmit merupakan pembentukan gua secara vertikal atau atas bawah. Stalagmit ini dapat terbentuk dari kumpulan kalsit. Kalsit- lasit ini berasal dari air- air yang menetes. Stalagmit ini dapat kita temukan di lantai gua
Gambar : sketsa pengertian stalaktit dan stalagmite (https://kutukamus.wordpress.com/2013/08/13/stalaktit-stalagmit)
c. Pilar / Tiang
Stalaktit dan stalakmit yang menyatu dari dasar hingga atap goa (istilah umumnya column) atau stalakmit tipis yang menjulang tinggi tetapi tidak mencapai atap goa. Pada gambar disebelah mereka masih kecil dan baru bertemu dan yang dilingkar merah adalah bentuk penyatuan menjadi pilar/tiang.
d. Flowstone
Endapan kalsium karbonat yang terkumpul di dinding atau dasar goa dimana air menetes atau mengalir di atas batuan. Flowstone terlihat juga seperti air terjun dari batu.
e. Gourdam
f. Helictites
Bentukan kalsium karbonat yang melengkung atau menonjol ke samping dengan lubang kecil ditengahnya. Tumbuh kesegala arah mirip akar serabut. Tidak seperti stalaktit yang satu arah.
g. Shield
Daerah – daerah yang dicirikan sebagai kawasan karst sebagai berikut : 1. Banyak terdapat gua atau berupa cekungan-cekungan.
Foto Gua Si Gending, Biduk-biduk Kab. Berau, Kaltim (Sumber : Lukman POKDARWIS Biduk-biduk)
2. Ditemukan adanya telaga atau mata air.
Foto : Air terjun Bidadari, Biduk-biduk Kab. Berau (Sumber foto : Lukman POKDARWIS Biduk-biduk)
3. Terdapat aliran sungai yang masuk kedalam tanah.
Foto gua Sigending, biduk, Kab. Berau (Sumber Foto : Lukman, Pokdarwis Biduk-biduk)
4. Permukaan yang terbuka nampak kasar, berlubang-lubang dan runcing.
Foto Permukaan karst di Biduk-biduk, Kab. Berau (Sumber Foto : Lukman POKDARWIS Biduk-biduk)
5. Terdapat bukit – bukit kecil yang sambung menyambung 6. Terdapat sungai bawah tanah.
7. Adanya endapan sedimen lempung berwarna merah sebagai akibat dari pelapukan batu gamping.
Sumber Referensi :
1. Kawasan karst di Indonesia, Potensi dan pengelolaannya, 1999, Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
2. Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
3. Karst Hidrogeology and Geomorfology, 1989, Derek Ford and Paul Williams. 4. Bahan ajar Geomorfology dan Hidrology Karst, oleh Eko Haryono dan Tjahyo
Nugroho Adji, Kelompok Studi Karst Fakultas Geografi UGM.
5. Bahan presentasi Mengenal kawasan karst dan tindakan preventif sederhana pelestariannya, 2015, Tjahyo Nugroho Adji.