• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 205/KPTS/1996

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 205/KPTS/1996"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 205/KPTS/1996

TENTANG

PENETAPAN LOGO IDENTITAS FLORA DAN FAUNA PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Menimbang : a. Bahwa keunikan dan keanekaragaman flora dan fauna yang merupakan kekayaan alam Indonesia yang berada di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta perlu dijaga keberadaannya dan kelestariannya;

b.

Bahwa Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta telah mengeluarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 385/KPTS/1992 tentang Penetapan Identitas Flora & Fauna Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta;

c.

Bahwa untuk memasyarakatkan Identitas Flora dan Fauna tersebut perlu dibuat Logo Identitas Flora dan Fauna Daerah Istimewa Yogyakarta.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah;

2.

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta jo. Peraturan Pemerintah Nomor 31 tahun 1950 sebagaimana telah diubah dan ditambah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 1959;

3. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup;

4.

Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;

5.

Keputusan Besama Menteri Dalam Negeri Nomor 6 tahun 1988 tentang Prosedur Penetapan Produk-produk Hukum di Lingkungan Departemen Dalam Negeri;

6.

Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 385/KPTS/1992 tentang Penetapan Identitas Flora dan Fauna Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Memperhatikan : Ketetapan Tim Pengarah Lomba Logo Flora dan Fauna Identitas Propinsi DIY tahun 1995/1996 Nomor : 660/2017/BRKSD/95.

MEMUTUSKAN Menetapkan :

PERTAMA : Logo Identitas Flora dan Fauna Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebagaimana tersebut dalam lampiran 1 dan Lampiran 2 Keputusan ini.

(2)

Ditetapkan di : Yogyakarta

Pada Tanggal : 17 Juli 1996

PEJABAT GUBERNUR

KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PAKU ALAM VIII

SALINAN keputusan ini disampaikan Kepada Yth :

1.

Bapak Menteri Dalam Negeri di Jakarta

2.

Bapak Menteri Negara Lingkungan Hidup di Jakarta

3.

Bapak Kepala BAPEDAL di Jakarta

4.

Bapak Dirjen Bangda Depdagri di Jakarta 5. Bapak Dirjen PUOD Depdagri di Jakarta 6. Sdr. Ketua Bappeda Propinsi DIY

7. Sdr. Kepala/Inspektorat Wilayah Propinsi DIY

8.

Sdr. Walikotamadya/Bupati KDH. Tk. II se-DIY

9.

Sdr. Kepala Kanwil/Dinas/Badan/Biro se DIY 10. Arsip

(3)

Lampiran 1

KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 205/KPTS/1996

TENTANG

LOGO IDENTITAS FLORA

PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Yogyakarta, 17 Juli 1996 PEJABAT GUBERNUR

KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

(4)

LOGO IDENTITAS FLORA

PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Yogyakarta, 17 Juli 1996 PEJABAT GUBERNUR

KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

(5)

Lampiran 3

KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 205/KPTS/1996

TENTANG

PENETAPAN LOGO IDENTITAS FLORA DAN FAUNA PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

I. DISKRIPSI KARYA LOGO FLORA DIY 1. Identifikasi

Kepel (stelechocarpus buraho) merupakan nama salah satu jenis pohon khas DIY. Keunikannya, selain banyak tumbuh di wilayah DIY, juga mempunyai ciri yakni buah tumbuh di sekitar batang pohon.

Buah Kepel yang tumbuh secara bergerombol di sepanjang batang pohonnya dapat dihubungkan dengan makna ikatan persatuan yang kuat antara warga dengan induknya. Ini merupakan perlambang kondisi masyarakat di DIY yang masih teguh menjunjung tinggi nilai tradisi yang menjadi akar budaya masyarakat, khususnya yang berpusat di kraton Yogyakarta.

2. Aspek Desain

Bentuk keseluruhan logo flora DIY berupa gunungan yang didalamnya terdapat Kepel. Gunungan itu sendiri di dalam dunia pewayangan dapat diartikan sebagai jagad atau wadah Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia.

Penggunaan bentuk gunungan itu tidak bisa dipisahkan dengan makna kondisi alam dan lingkungan hidup yang aman, tenteram, terpelihara. Semua unsur yang ada di dalamnya saling mempunyai keterikatan antara satu dengan lainnya, termasuk buah Kepel sebagai salah satu simbol yang mewakili unsur flora.

3. Warna

Keseluruhan warna yang digunakan pada Logo Flora DIY ini berjumlah lima buah yang melambangkan adanya Lima Daerah Tingkat II yang ada di DIY, yakni Kotamadya Yogyakarta, Kabupaten Bantul, Kulonprogo, Gunung Kidul dan Sleman. Warna Hijau “Pare Anom” dan “Kuning Gading” yang digunakan pada logo ini merupakan warna khas Kraton Yogyakarta yang sarat dengan makna tradisi serta religi yang masih sangat kuat.

Warna Hitam yang ada di pusat Gunungan melambangkan kedalaman makna yang terkandung di dalam falsafah budaya Jawa.

Warna Coklat yang digunakan pada buah Kepel sesuai dengan warna sebenarnya buah tersebut. Selain itu, warna coklat juga mempunyai konotasi klasik sebagai salah satu ciri suasana Yogyakarta sebagai kota Budaya.

4.

Karakter Huruf (typeface)

Huruf yang digunakan pada tulisan logo dipilih jenis berkait (serif) yakni Amerigo Bold. Jenis huruf ini mempunyai karakter klasik, anggun namun juga tegas.

Tata Letak (Lay Out) diatur sedemikian rupa untuk menimbulkan kesan dengan unsur simbol (gambar) di atasnya, sehingga tercipta konfigurasi yang jelas dan mantap.

(6)

yang mempunyai ciri-ciri berbeda dengan jenis perkutut lain. Adapun ciri-ciri tersebut antara lain :

Bertubuh kecil, panjang badannya antara 20-25 cm, ekor panjang, wana abu-abu kecoklatan. Warna kulit di sekeliling mata adalah biru, warna bulu lehar, punggung, sayap dan sebagian dada bergaris-garis hitam seperti zebra. Sedangkan warna kaki keputih-putihan. Tidak seperti jenis perkutut lain yang berkepala bulat, bentuk kepala perkutut DIY ini “Njambe Nom” (seperti buah pinang yang masih muda). Perkutut DIY inii dengan istilah “Tangguh Mataram” , mempunyai kebiasaan manggung sore hari, disebut “Gedong Nginep”. Suara anggunnya panjang, bersusun-susun dan halus merdu. Jenis suara ini disebut ”widahsana gasta-gasti”. Menurut kepercayaan Jawa, bisa mendatangkan rejeki.

2. Falsafah Jawa

Falsafah Jawa “Hasta Brata” mengatakan bahwa seseorang belum akan sempurna hidupnya, apabila belum memiliki 7 persyaratan :

a. Karya (Pekerjaan) yang layak dan mapan. b. Garwo (istri) yang sempurna jasmani dan rohani.

c. Wismo (rumah) atau sering diartikan sebagai keris (senjata). d. Turonggo (kendaraan yang pantas)

e. Kukilo (Burung perkutut sebagai klangenan atau hiburan).

f. Waranggana (suara merdu seorang pesinden atau waranggana sebagai simbol ketenangan jiwa atau ketinggian cita-rasa seni budaya seseorang).

g. Pradangga (alat musik) yang merupakan simbol kemapanan seseorang dalam status sosial-ekonominya.

Bagi masyarakat Jawa, burung perkutut sendiri merupakan simbol status sosial yang tinggi. Burung perkutut, karena suaranya yang indah dan berharga sangat mahal, biasanya ditempatkan dalam sangkar yang indah dan mahal pula. Sang pemilik biasanya ikut terangkat pula status sosial, prestise dan martabatnya, karena jenis burung ini banyak dipelihara oleh kalangan bangsawan.

3. Aspek Desain Unsur Utama

Pada desain logo ini, burung perkutut sebagai unsur utama ditampilkan dua ekor dengan saling membelakangi. Posisi ini mempunyai makna sebagai penjaga, yang senantiasa “waspada” dalam menjaga kelestarian alam dan lingkungan hidup, keutuhan norma budaya serta kerukunan warga masyarakatnya. Dua ekor (sepasang) juga mengandung arti perkembangbiakan untuk menjaga kepunahan jenis satwa ini. Dari sudut pertimbangan desain, posisi demikian merupakan perwujudan dari salah satu kaidah desain yakni keseimbangan (formal balance).

(7)

Latar Belakang

Latar membelakangi unsur utama (burung perkutut) ini adalah yang di dalam dunia pewayangan sering diartikan sebagai lambang jagad beserta isinya yang merupakan wadah Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia.

Gunungan ini juga mempunyai makna suatu kondisi lingkungan yang aman, tenteram dan damai. Hutan rimba yang tergambar pada gunungan itu melambangkan kemakmuran dan kesuburan alamnya. Berbagai jenis satwa hidup rukun dan tidak saling bermusuhan.

Pintu gerbang yang dilambangkan sebagai rumah senantiasa terjaga keamanan dan ketentramannya oleh dua sosok raksasa yang bersenjatakan pedang dan perisai. Pada logo fauna DIY ini, gunungan tidak digambarkan secara detail, melainkan hanya ditampilkan bentuk luarnya (outline) saja.

Warna

Keseluruhan warna pada logo fauna DIY ini berjumlah lima buah yang menggambarkan Lima Daerah Tingkat II yang ada di DIY, yakni Kotamadya Yogyakarta, Kabupaten Bantul, Kulonprogo, Gunungkidul dan Sleman. Warna yang terdapat pada unsur latar belakang (gunungan) berjumlah tiga buah yaitu : hijau, kuning dan hitam, merupakan simbol dari tiga predikat DIY, yaitu sebagai Kota Pelajar, Kota Budaya dan Kota Pariwisata.

Warna hijau “Pare Anom” dan “Kuning Gading” pada logo ini merupakan warna khas Kraton Yogyakarta yang sarat dengan makna tradisi dan religi yang masih sangat kuat. Sedangkan warna yang ada pada bagian pusat gunungan ini melambangkan kedalaman makna yang terkandung dalam falsafah Jawa.

Warna abu-abu yang terdapat pada burung perkutut merupakan warna netral yang harmoni melambangkan harmonisnya hubungan antar agama, ras dan suku dari masyarakat Yogyakarta yang sangat majemuk.

Karakter Huruf (Type Face)

Huruf yang dipilih pada logo fauna DIY adalah jenis berkaki (serif) Amerika Bold. Jenis huruf ini mempunyai kesan klasik dan anggun, sesuai dengan karakter budaya masyarakat Yogyakarta.

Tata letak diatur sedemikian rupa untuk membangun kesatuan komposisi yang harmonis antar desain logo yang ada.

Yogyakarta, 17 Juli 1996 PEJABAT GUBERNUR

KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Referensi

Dokumen terkait

b. Memberikan pelayanan kepada pihak-pihak yang memerlukannya dalam bentuk keterangan, bahan, publikasi dan lain-lain serta menelusuri segala bentuk informasi untuk kepentingan

bahwa sebagai pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1979 tersebut, dengan Berita Acara pada tanggal 17 Desember 1980 telah dilaksanakan Serah Terima secara nyata dari

Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Santul tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Selanja Daerah Tahun Anggaran 201 O dan Rancangan Peraturan Bupati Bantul

Maksud dari kegiatan ini agar para Duta Museum DIY dapat menjalankan tugas-tugas yang diemban yaitu sebagai agen yang menyokong program permuseuman Dinas

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b perlu menetapkan Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta tentang Petunjuk Teknis

Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 56 Tahun 2001 tentang Penanganan Arsip Dinamis Inaktif Tidak Teratur di Lingkungan Pemerintah Propinsi

Membaca : Laporan hasil penilaian Seleksi Tilawatil Qur’an dari Hakim Cabang Tilawatil Qur’an golongan Dewasa, golongan Anak-anak Cabang Tahfidzul Qur’an golongan 1 Juz

Sebagai instrumen lingkungan yang berfungsi untuk mendukung upaya pengendalian pencemaran udara, maka Baku Mutu Emisi bagi kendaraan bermotor perlu ditetapkan secara yuridis