1
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN
INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN MEDIA
AUDIO-VISUAL TERHADAP KOMPETENSI
PENGETAHUAN IPA SISWA KELAS IV
Ni Luh Bella Amanda Sari
1, I Kt. Adnyana Putra
2, I Wy. Wiarta
3 1,2,3Jurusan PGSD
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
email: bella.amanda99@gmail.com
1, adnyana.putra54@gmail.com
2,
wayanwiarta.63@gmail.com
3 abstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media audio-visual dan kelompok siswa yang dibelajarkan tidak menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media
audio-visual di kelas IV SD Gugus Kapten Kompyang Sujana Denpasar Barat. Jenis penelitian
ini adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan kelompok non-ekuivalen. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV di SD Gugus Kapten Kompyang Sujana Denpasar Barat yang berjumlah 652 orang siswa. Sampel penelitian ditetapkan 2 kelas yang terdiri dari 86 orang siswa yang ditentukan dengan teknik random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan metode tes. Tes yang digunakan adalah tes objektif pilihan ganda. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis uji-t. Berdasarkan hasil analisis diperoleh thitung = 11,05 dan ttabel = 2,000 pada taraf signifikansi 5% (ɑ = 0,05)
dengan dk = 43 + 43 – 2 = 84. Oleh karena thitung = 11,05 >2,000 ttabel (ɑ = 0,05) maka H0
ditolak dan H1 diterima. Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media audio-visual dan kelompok siswa yang dibelajarkan tidak menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media audio-visual di kelas IV SD Gugus Kapten Kompyang Sujana Denpasar Barat. Nilai rerata juga menunjukkan bahwa kompetensi pengetahuan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media
audio-visual
𝑋̅
1 = 83,45 > 74,61𝑋̅
2nilai rerata kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan tidak menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media audio-visual. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media audio-visual berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SD Gugus Kapten Kompyang Sujana Denpasar Barat Tahun Ajaran 2016/2017.Kata kunci: inkuiri terbimbing, audio-visual, IPA
Abstract
This study aims to find out whether there are significant differences of competency knowledge science groups of students are taught learning guided inquiry interactions using model-assisted audio-visual media and a group of students aren’t taught learning guided inquiry interactions using model-assisted audio-visual media grade IV in SD Gugus Kapten Kompyang Sujana West Denpasar in academic year 2016/2017. This kind of this research is quasi experiment research with a non-equivalent group design. The population of this research is the whole grade IV in the SD Gugus Kapten Kompyang
2
Sujana West Denpasar of 652 students. Sample research assigned two class of 86 students are determined by random sampling technique. Data collection is done by the method of test. The test used is the test of objective multiple choice form. The data obtained were analyzed using t-test analysis. Based on the results of the analysis of the obtained tcount = 11,05 and ttable = 2,000 at 5% significance level (ɑ= 0.05) and dk = 43 + 43 – 2 = 84. Therefore tcount 11,05 > 2,000 ttablethen H0 is rejected or H1 is accepted. This
proves that there is a significant difference of competency knowledge science groups of students are taught learning inkuiri social interactions using model-assisted audio-visual media and a group of students who are taught using conventional learning in grade IV SD Gugus Kapten Kompyang Sujana West Denpasar. The average value also pointed out that the competence of the students knowledge are taught learning inkuiri social interactions using model-assisted audio-visual media
𝑋̅
1 = 83,45 > 74,61𝑋̅
2average competence of the knowledge of science groups of students who are taught using conventional learning. Thus it can be concluded that the model of learning inkuiri social interactions using the media audio-visual effect on the competence of the knowledge science grade IV in SD Gugus Kapten Kompyang Sujana West Denpasar.Keywords: guided inquiry, audio-visual, knowledge of science
PENDAHULUAN
Pendidikan berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga dapat menjamin keberlangsungan pembangunan suatu negara. Pembangunan suatu negara dikatakan berhasil apabila mampu mencetak sumber daya manusia yang berpengetahuan, terampil dan memiliki sikap-sikap ilmiah. Peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak terlepas dari peran lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan sekolah dasar terutama memegang peranan penting dalam
mencetak manusia yang
berkompeten. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, harus diimbangi dengan upaya peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan menjadi salah satu faktor yang menentukan kemajuan suatu negara. Berbagai perubahan telah dilakukan seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, salah satunya adalah perubahan dan pengembangan kurikulum. Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 pasal 3 tentang sistem pendidikan nasional, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan
tersebut dilakukanlah
pengembangan kurikulum dari kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) menjadi kurikulum tematik terpadu yang biasa dikenal dengan sebutan K13.
Kurikulum tematik terpadu sebagai inovasi pembaharuan merupakan pergeseran paradigma
pendidikan yang semula
pembelajaran berpusat pada guru
(teacher centered) menjadi
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Dalam pelaksanaan kurikulum tematik terpadu proses pembelajaran di kelas menggunakan pendekatan saintifik, yaitu pendekatan yang mengedepankan aktivitas siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri secara aktif melalui kegiatan
mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, menalar, dan mengkomunikasikan hasil dari suatu proses pembelajaran. Keberhasilan suatu kurikulum dalam pelaksanaan proses pendidikan, bergantung pada pelaku pendidikan. Dalam proses pembelajaran pelaku pendidikan yaitu guru harus mampu
3 berperan sebagai fasilitator dan mediator sedangkan peserta didik harus mampu membangun dan
menggali pengetahuannya,
mengembangkan keterampilan, dan memiliki sikap-sikap ilmiah yang tidak lepas kaitannya dengan pembelajaran, terlebih pada pembelajaran yang bermuatan materi IPA. Pembelajaran yang menuntut keaktifan siswa melalui kegiatan praktikum, penyelidikan, dan penemuan untuk memaknai informasi yang didapat sehingga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Namun fakta yang ada menunjukkan bahwa, walaupun kurikulum tematik terpadu yang merangkum semua muatan materi
ke dalam sebuah tema
pembelajaran dan telah diterapkan di pendidikan sekolah dasar, masih adanya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan. Hal tersebut juga menimpa salah satu muatan materi IPA. Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 6 Januari 2017 dengan semua wali kelas IV SD Gugus Kapten Kompyang Sujana Denpasar Barat dengan jumlah siswa kelas IV secara keseluruhan adalah 652 orang siswa, diketahui rata-rata perolehan skor pengetahuan IPA siswa kelas IV pada semester I dari 7 sekolah dasar negeri adalah 69,65 dengan nilai C sebanyak 75% siswa. Perolehan skor pengetahuan IPA tersebut dapat dikatakan belum mencapai kriteria ketuntasan minimal 80,00 dengan nilai B. Hal tersebut dikarenakan masih bergantungnya siswa pada penjelasan guru dalam membangun pengetahuan, sehingga proses pembelajaran di kelas menjadi pasif dan terkesan sebagai proses pembelajaran konvensional. Apabila hal ini terus berlanjut, siswa tidak akan mampu mencapai kompetensi pengetahuan yang diharapkan khususnya pada pembelajaran
bermuatan materi IPA.
Pembelajaran yang menuntut
keaktifan siswa melalui kegiatan praktikum, penyelidikan, dan
penemuan untuk memaknai
informasi yang didapat sehingga dapat digunakan di kehidupan nyata. Kegiatan pembelajaran bermuatan materi IPA merupakan kegiatan
percobaan dan pemecahan
masalah-masalah mengenai gejala ataupun fenomena alam. Menurut Wisudawati dan Sulistyowati (2014:22) menjelaskan Ilmu Pengetahuan Alam atau yang disingkat IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu mempelajari fenomena alam yang faktual, baik berupa kenyataan atau kejadian dan hubungan sebab-akibat. Menurut pandangan Susanto (2013:167) mengenai pembelajaran bermuatan mataeri IPA menyatakan bahwa, hakikat pembelajaran bermuatan materi IPA dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu, 1) IPA sebagai produk, 2) IPA sebagai proses, dan 3) IPA sebagai sikap. Pertama, IPA sebagai produk yaitu kumpulan hasil penelitian yang telah ilmuwan lakukan dan sudah membentuk konsep yang telah dikaji sebagai kegiatan empiris dan kegiatan analitis. Bentuk IPA sebagai produk antara lain fakta-fakta, prinsip, hukum, dan teori-teori IPA. Kedua, IPA sebagai proses yaitu untuk menggali dan memahami pengetahuan tentang alam. Adapun proses dalam memahami IPA disebut dengan keterampilan proses sains (science process skills) adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan seperti mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, dan menyimpulkan. Ketiga, IPA sebagai sikap ilmiah yang harus dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan sikap yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan dalam melakukan penelitian dan mengkomunikasikan hasil penelitiannya. Pada kegiatan pembelajaran bermuatan materi IPA sikap ilmiah ini dikembangkan
4 melalui kegiatan percobaan, simulasi, dan kegiatan proyek. Menurut Badan Nasional Standar Pendidikan atau BNSP 2006 (dalam Susanto, 2012:171) tujuan pembelajaran bermuatan materi IPA dimaksudkan untuk 1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya, 2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, 3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, 4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah, dan
membuat keputusan, 5)
meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam, 6) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan 7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
IPA sebagai muatan materi yang menuntut siswa bertindak dan berpikir ilmiah sangat relevan apabila dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Menurut Sani (2014:88), pembelajaran berbasis inkuiri adalah pembelajaran yang
melibatkan siswa dalam
merumuskan pertanyaan yang mengarahkan untuk melakukan
investigasi dalam upaya
membangun pengetahuan dan makna baru. Investigasi yang dilakukan dapat berupa kegiatan laboratorium atau aktivitas lainnya
yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi. Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan langkah-langkah pembelajaran yang menekankan proses penyelidikan (investigasi) dalam pemahaman materi dimana siswa juga diharapkan memiliki kemampuan menarik kesimpulan sebagai suatu hasil dari berbagai kegiatan investigasi sederhana dengan dibantu bimbingan dari guru. Media sebagai sarana atau alat yang
membantu dalam kegiatan
pembelajaran dapat pula diartikan menurut Sukiman (2012:29), segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta kemauan peserta didik sehingga proses belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara efektif. Media audio-visual dilihat dari arti kata audio dan visual berarti media yang dapat didengar sekaligus dapat dilihat contohnya slide suara, video, dan film. Menurut Sukiman (2012:187), video adalah seperangkat komponen atau media yang mampu menampilkan gambar sekaligus suara dalam waktu bersamaan. Keterkaitan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan media audio-visual adalah dalam proses pembelajaran pada langkah penyajian masalah media
audio-visual dapat membantu
kelancaran proses pembelajaran. Dalam langkah tersebut media audio-visual dapat disajikan dalam bentuk slide suara maupun video, sehinga menarik perhatian, minat dan memotivasi siswa untuk belajar. Berdasarkan paparan latar belakang tersebut, pemilihan model maupun media pembelajaran sangatlah
penting dilakukan dalam
merencanakan proses pembelajaran agar menarik, efektif, dan menyenangkan khususnya pada pembelajaran yang bermuatan
5 materi IPA. Namun, untuk mengkaji lebih dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing dan media
audio-visual terhadap kompetensi
pengetahuan IPA siswa, maka dengan demikian dilakukanlah penelitian yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Media Audio-Visual Terhadap Kompetensi Pengetahuan Siswa Kelas IV SD Gugus Kapten Kompyang Sujana Denpasar Barat Tahun Ajaran 2016/2017.
METODE
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media audio-visual dan kelompok siswa yang dibelajarkan
tidak menggunakan model
pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media audio-visual di kelas IV SD Gugus Kapten Kompyang Sujana Denpasar Barat
Tahun ajaran 2016/2017.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kuantitatif dengan desain
eksperimen semu (quasi
experiment). Hal ini dikarenakan kemampuan dalam mengamati objek penelitian sangat terbatas dan keterbatasan dalam memilah serta memilih sampel penelitian. Rancangan desain eksperimen semu yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Kelompok Non-ekuivalen (Setyosari, 2015:211).
Dalam suatu penelitian terdapat populasi dan sampel yang memiliki hubungan saling berkaitan. Populasi merupakan kelompok yang digunakan sebagai subjek penelitian. Menurut Setyosari (2015:221), populasi merupakan keseluruhan dari objek, orang, peristiwa, atau sejenisnya yang menjadi perhatian
dan kajian dalam penelitian. Menurut Hadi (2001:220), populasi juga memiliki arti seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk diselidiki. Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012:80). Populasi dalam penelitian yang dilaksanakan ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Gugus Kapten Kompyang Sujana Tahun Ajaran 2016/2017 yang terdiri dari tujuh Sekolah Dasar Negeri dengan jumlah siswa secara keseluruhan adalah 652 orang siswa. Dari tujuh Sekolah Dasar Negeri tersebut keseluruhan kelas IV berjumlah 16 kelas. Sampel adalah bagian dari jumlah/karakteristik yang dimiliki dan menjadi perwakilan dari populasi. Menurut Koyan (2012:30), sampel penelitian adalah bagian dari populasi. Sampel juga dimaksudkan sebagai bagian yang menjadi cerminan dari populasi. Sampel pada penelitian ini adalah kelas IVA SD Negeri 12 Padangsambian sebagai kelompok kelas eksperimen dan kelas IVC SD Negeri 9 Padangsambian sebagai kelompok kelas kontrol. Kelas IVA SD Negeri 12 Padangsambian sebagai kelompok kelas eksperimen dibelajarkan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media audio-visual dan
kelas IVC SD Negeri 9
Padangsambian sebagai kelompok kelas kontrol dibelajarkan tidak menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media audio-visual. Pemilihan sampel tersebut dilakukan dengan cara menggunakan teknik sampling jenis probability sampling. Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih
6 menjadi anggota sampel. Cara demikian sering disebut dengan Random Sampling atau cara pengambilan sampel secara acak. Dalam penelitian ini yang diacak adalah kelas. Tahap pertama pengambilan sampel secara random/acak pada penelitian ini dilakukan dengan cara undian. Cara undian merupakan cara yang dilakukan sebagaimana jika mengadakan undian. Tahap kedua, setelah dua SD terpilih yang terdiri dari 5 - 6 kelas melalui pengundian, maka dua SD tersebut akan diberikan pretest dan hasil pretest digunakan untuk uji kesetaraan agar diketahui tingkat kesetaraan tiap-tiap kelas yang ada. Sebelum dilakukan pengujian uji kesetaraan dengan menggunakan uji-t, dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas sebaran data menggunakan rumus Chi-kuadrat dan uji homogenitas varians menggunakan rumus uji Fisher.
Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak. Hasil perhitungan uji normalitas menunjukkan bahwa nilai X2
hitung
lebih kecil dari nilai X2
tabel untuk
semua kelompok yang lolos tahap pertama. Maka H0 diterima (gagal
ditolak) ini berarti kedua data berdistribusi normal. Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang diperoleh dari uji-t benar-benar berasal dari perbedaan antar kelompok, bukan disebabkan perbedaan di dalam kelompok. Kriteria pengujian homogenitas menggunakan uji Fisher yaitu data homogen jika nilai Fhitung ≤ nilai Ftabel.
Hasil perhitungan uji homogenitas
kelompok-kelompok kelas
menunjukkan bahwa nilai Fhitung lebih
kecil dari nilai Ftabel. Hal itu berarti
varians data kelompok-kelompok kelas adalah homogen. Untuk pengujian kesetaraan kriteria uji-t yang digunakan adalah kelompok
kelas dinyatakan setara jika thitung ≤
ttabel, dengan derajat kebebasan dk =
n1 + n2 – 2 dan taraf signifikansi 5%. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t diperoleh 9 kelompok kelas yang setara. Selanjutnya kelompok kelas yang setara tersebut di undi yang kedua kalinya untuk menentukan kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol. Hasil undian tersebut jatuh pada kelompok 4 yaitu kelas IVA SD Negeri 12 Padangsambian sebagai kelompok kelas eksperimen dan kelas IVC SD Negeri 9 Padangsambian sebagai kelompok kelas kontrol dengan perolehan thitung = 0,27 sedangkan
ttabel = 2,000. Ini berarti thitung lebih
kecil dari ttabel (0,27< 2,00) maka H0
diterima dan H1 ditolak, dengan kata
lain kedua kelompok setara.
Kontrol validitas internal dan eksternal merupakan cara menghadapi berbagai pengaruh atau ancaman yang terjadi pada penelitian ini. Validitas internal bersumber dari perlakuan penelitian itu sendiri, sedangkan validitas eksternal bersumber dari luar penelitian yang dilakukan. Data yang diteliti dalam penelitian ini adalah kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV. Kegiatan pengumpulan data dilaksanakan pada siswa kelas IV SD Gugus Kapten Kompyang Sujana Denpasar Barat Tahun Ajran 2016/2017. Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode tes. Tes yang digunakan adalah tes objektif yaitu pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban (A, B, C, D) yang mengandung satu jawaban yang paling tepat. Soal pilihan ganda dalam penelitian ini dibuat sebanyak 40 butir soal yang menyesuaikan dengan indikator dari kompetensi dasar IPA yang diteliti. Sebelum diujikan kepada siswa yang lebih tinggi (siswa kelas V SD) terlebih dahulu dilakukan uji jugdement. Setelah diuji judgment kemudian soal tersebut diuji cobakan di SD.
7 Hasil jawaban siswa tersebut kemudian diuji validitas, reliabilitas, daya beda, dan indeks kesukaran. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mendapatkan gambaran secara empirik kualitas instrumen yang dibuat. Kemudian soal-soal yang valid dalam kategori baik, sedang, dan cukup digunakan sebagai soal posttest. Hasil pengujian validitas, reliabilitas, indeks kesukaran, dan daya beda butir tes diperoleh 28 butir tes yang layak digunakan untuk soal posttest.
Selanjutnya pada tahap
pelaksanaan eksperimen, kegiatan
yang dilakukan adalah
melaksanakan eksperimen yaitu memberikan perlakuan sebanyak 6 kali pada 1 tema pembelajaran, baik pada siswa kelompok kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media audio-visual dan pada siswa kelompok kelas kontrol dengan tidak menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media
audio-visual. Pada tahap akhir
eksperimen dilakukan posttest baik siswa pada kelompok kelas eksperimen maupun siswa pada kelompok kelas kontrol Kemudian hasil dari posttest diuji analisis deskriptif beserta analisis terhadap hipotesis. Data yang diperoleh dari kegiatan posttest tersebut terlebih dahulu dideskripsikan untuk mengetahui deskripsi atau gambaran persentase data dari tiap
kelompok kelas. Setelah
dideskripsikan data kompetensi pengetahuan IPA siswa tersebut kemudian dianalisis untuk
mengetahui sebaran data
berdistribusi normal atau tidak dengan menggunakan rumus Chi-kuadrat. Sedangkan uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui perbedaan yang terjadi pada pengujian hipotesis benar-benar terjadi akibat perbedaan kelompok, bukan sebagai akibat perbedaan
dalam kelompok. Rumus yang digunakan untuk pengujian homogenitas varians adalah Uji Fisher. Setelah melalui tahap uji prasyarat tersebut dilakukan uji hipotesis menggunakan uji-t dengan kriteria jika data berdistribusi normal dan homogen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan rerata data kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV baik pada kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol diperoleh nilai rerata pengetahuan IPA kelompok kelas eksperimen 𝑋̅ = 83,45 dengan varians S2 = 16
sedangkan nilai rerata pengetahuan IPA kelompok kelas kontrol 𝑋̅ = 74,61 dengan varians S2 = 11,57.
Data kompetensi pengetahuan IPA yang diperoleh dari siswa kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol kemudian dianalisis untuk menguji kebenaran hipotesis penelitian. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan analisis uji-t, terlebih dahulu harus dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. Berdasarkan hasil analisis diperoleh thitung = 10,20
untuk siswa pada kelompok kelas eksperimen. Nilai tersebut kemudian dikonsultasikan dengan nilai ttabel
dengan dk = 5 dan taraf signifikasi 5% sehingga diperoleh ttabel = 11,07.
Setelah dikonsultasikan diperoleh thitung = 10,20< 11,07 ttabel. Hal
tersebut menyatakan bahwa data kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok kelas eksperimen berdistribusi normal.Sedangkan pada siswa kelompok kelas kontrol diperoleh nilai thitung = 7,99.
Kemudian nilai tersebut
dikonsultasikan dengan nilai ttabel =
11,07 dengan dk = 5 dan taraf signifikansi 5%, diperoleh nilai thitung
= 7,99 < 11,07 ttabel. Hal tersebut
menyatakan bahwa data kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok
8 kelas kontrol berdistribusi normal. Uji homogenitas varians data kompetensi pengetahuan IPA kelompok kelas eksperimen dengan kelompok kelas kontrol diperoleh
Fhitung = 1,38. Nilai tersebut
kemudian dikonsultasikan dengan Ftabel = 1,69 yang mempunyai dk
42,42 dengan taraf signifikansi 5%. Karena Fhitung = 1,38< 1,69 Ftabel
maka, dapat dinyatakan data kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol mempunyai varians yang homogen.
Tabel 1. Hasil Analisis Data Kompetensi Pengetahuan IPA
No. Sampel
N
Dk
𝑋̅
𝑆
2t
hitungt
tabel1.
Kelompok kelas
eksperimen
43
84
83,45
16
11,05
2,000
2.
Kelompok kelas
kontrol
43
74,61
11,57
Berdasarkan hasil analisis uji-t diperoleh thitung = 11,05. Nilai
tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai ttabel dengan dk = 43 +
43 – 2 = 84 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh ttabel = 2,000.
Karena thitung = 11,05 > 2,000 ttabel(ɑ = 0,05, 84) maka H0 ditolak dan H1
diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media audio-visual dan kelompok siswa
yang dibelajarkan tidak
menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media audio-visual di kelas IV SD Gugus Kapten Kompyang Sujana Denpasar Barat Tahun Ajaran 2016/2017. Berdasarkan hasil analisis data penelitian pada kedua kelompok diperoleh bahwa nilai rerata kompetensi pengetahuan IPA siswa pada kelompok eksperimen 𝑋̅ = 83,45, dan pada kelompok kelas kontrol 𝑋̅ = 74,61. Selanjutnya data kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol diperoleh hasil perhitungan uji-t dan diperoleh thitung = 11,05 > 2,000 ttabel sehingga
hasil pengujian menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti
terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media audio-visual dan kelompok siswa
yang dibelajarkan tidak
menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media audio-visual di kelas IV SD Gugus Kapten Kompyang Sujana Denpasar Barat Tahun Ajaran 2016/2017. Dari data perolehan kompetensi pengetahuan kedua kelompok tersebut, dapat diketahui kompetensi
pengetahuan siswa yang
dibelajarkan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media audio-visual lebih baik daripada kompetensi
pengetahuan siswa yang
dibelajarkan tidak menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media audio-visual. Perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok kelas eksperimen dengan kelompok kelas kontrol dapat diketahui dari perlakuan yang diberikan dan perolehan hasil posttest siswa.
Hal tersebut disebabkan karena model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media
audio-visual dapat membuat siswa
termotivasi untuk belajar, aktif, dan
9 pengetahuan serta informasi dalam proses pembelajaran. Aktivitas belajar dengan adanya penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media audio-visual ini dapat membuat siswa senang disamping menumbuhkan tanggung jawab, peduli, dan rasa percaya diri.
Model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media
audio-visual merupakan pembelajaran
yang secara menyeluruh melibatkan aktivitas belajar seperti mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, menalar, dan
mengkomunikasikan yang
dipadupadankan dengan kegiatan pengajuan hipotesis untuk mengetahui tingkat atau cara berpikir siswa mengenai suatu permasalahan. Selain itu, adanya kegiatan penyelidikan atau
penemuan dalam proses
pembelajarannya membuat siswa harus bertanggung jawab, peduli dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi untuk menemukan secara langsung permasalahan yang dicari pemecahan masalahnya. Media audio-visual yang digunakan dalam proses pembelajaran sangat membantu untuk memusatkan perhatian, minat serta motivasi siswa untuk belajar. Dengan adanya media berupa video atau film, siswa yang berkemampuan sedang ataupun
rendah dapat mengikuti
pembelajaran karena media yang digunakan dapat dilihat dan didengar sehingga sesuatu yang ingin disampaikan terlihat jelas. Dengan penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media audio-visual siswa mudah untuk memahami dan mengetahui materi yang sedang dipelajari. Hal ini
menyebabkan siswa dapat
menerima pembelajaran dengan baik, terlebih lagi pada pembelajaran IPA yang menuntut siswa untuk menemukan pengalaman belajar secara langsung melalui
kegiatan-kegiatan langsung berupa penemuan, penyelidikan dan pratikum.
Berbeda dengan pembelajaran yang
tidak menggunakan model
pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media audio-visual yang digunakan pada kelompok kelas kontrol. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan cara tanya jawab, penyampaian materi dan pemberian tugas secara individu, dapat membuat siswa jenuh dan merasa
bosan dengan suasana
pembelajaran yang terkesan
monoton. Dengan adanya
pembelajaran seperti ini, siswa tidak mempunyai kesempatan untuk
mengembangkan kemampuan
berpikir dan berkreatifitas sesuai dengan tingkat kecerdasan siswa. Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Dwi (2014), dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan siswa yang dibelajarkan dengan strategi inkuiri terbimbing dan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar IPA yaitu nilai rerata siswa pada kelompok eksperimen 80,57 dibandingkan rerata siswa pada kelompok kontrol 61,14. Penelitian yang dilakukan Jumi’ati (2015), pada siswa kelas VA SDN Gisikdrono 03 Semarang tentang peningkatan kualitas pembelajaran IPA melalui inkuiri terbimbing berbantuan media audio-visual. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kualitas pembelajaran IPA dengan hasil belajar siswa siklus I memperoleh rerata skor 62,56, siklus II memperoleh rerata skor 71,61 dan siklus III memperoleh rerata skor 78,22. Penelitian yang dilakukan Arik (2016) dengan hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan rerata hasil belajar IPS kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol yaitu = 74,45 > = 57,74.
10
SIMPULAN dan SARAN
Berdasarkan hasil perhitungan, kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok kelas eksperimen dapat dikelompokkan dalam distribusi frekuensi bergolong dengan perolehan rerata pengetahuan IPA 𝑋̅ = 83,45 dan rerata persentase pengetahuan IPA M% = 83,45%. Rerata persentase kompetensi pengetahuan IPA tersebut kemudian dikonversikan pada penilaian acuan patokan dan berada pada predikat baik. Berdasarkan hasil perhitungan, kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok kelas kontrol dapat dikelompokkan dalam distribusi frekuensi bergolong dengan perolehan rerata pengetahuan IPA 𝑋̅ = 74,61 dan rerata persentase pengetahuan IPA M% = 74,61%. Rerata persentase kompetensi pengetahuan IPA tersebut kemudian dikonversikan pada penilaian acuan patokan dan berada predikat cukup. Hasil analisis uji-t diperoleh thitung =
11,05. Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai ttabel
dengan dk = 43 + 43 – 2 = 84 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh ttabel = 2,000. Karena thitung
= 11,05> 2,000 ttabel(ɑ = 0,05, 84) maka
H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini
berarti terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media audio-visual dan kelompok siswa yang dibelajarkan
tidak menggunakan model
pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media audio-visual di kelas IV SD Gugus Kapten Kompyang Sujana Denpasar Barat Tahun Ajaran 2016/2017.
Adapun saran yang dapat disampaikan ditujukan kepada 1) siswa, dengan adanya penelitian ini disarankan kepada siswa hendaknya dalam proses pembelajaran lebih antusias dalam memotivasi diri, sehingga kompetensi pengetahuan
dapat mencapai KKM serta bermanfaat bagi kehidupannya dengan cara bersemangat mengikuti pembelajaran, 2) guru, dengan adanya penelitian ini disarankan
kepada guru-guru dapat
menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media
audio-visual dalam upaya
merancang kegiatan pembelajaran terutama untuk mengembangkan pembelajaran khususnya pada pembelajaran bermuatan materi IPA agar menarik, efektif dan menyenangkan sesuai dengan karakteristik anak didik, 3) kepala sekolah, dengan adanya penelitian ini disarankan kepada kepala sekolah hendaknya menyediakan
sarana khususnya media
pembelajaran secara maksimal
untuk menunjang proses
pembelajaran sehingga kualitas pembelajaran di SD lebih optimal, siswa semakin semangat belajar dan hasil kompetensi pengetahuan siswa meningkat, serta mutu sekolah menjadi semakin meningkat, dan 4) peneliti lain, dengan adanya penelitian ini disarankan kepada peneliti lain hendaknya hasil penelitian ini dapat dijadikan kajian yang relevan dalam menyusun sebuah rencana penelitian. Khususnya dapat dijadikan acuan untuk melakukan penelitian lebih
mendalam tentang model
pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media audio-visual dan faktor lain yang berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan khususnya pada pembelajaran bermuatan materi IPA.
DAFTAR RUJUKAN
Arik Antini, Ni Kadek. 2014. “Model
Pembelajaran
Inkuiri
Terbimbing
Berbantuan
Media
Audio-Visual
Berpengaruh Terhadap Hasil
Belajar IPS Siswa Kelas V
11