• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI HUMAS PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGEMBANGKAN OBJEK WISATA BAHARI PADA DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN SIKKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI HUMAS PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGEMBANGKAN OBJEK WISATA BAHARI PADA DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN SIKKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI HUMAS PEMERINTAH DAERAH DALAM

MENGEMBANGKAN OBJEK WISATA BAHARI PADA

DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN

KABUPATEN SIKKA

Alfian Harbiyanto

Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Nusa Ni

pa Maumere Email/gmail : Alfiancemara@gmail.com

(2)

ABSTRAK

Alfian Harbiyanto,Sesilia Bernadeth Lewar: “Strategi Humas Pemerintah Daerah Dalam Mengembangkan Objek Wisata Bahari Pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka”

Penelitian ini bertujuan untuk; 1) mengetahui strategi yang dipakai dalam mengembangkan objek wisata bahari oleh Pemerintah Daerah melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka; 2) mendeskripsikan program-program pemerintah daerah dalam mengembangkan objek wisata bahari Kabupaten Sikka. Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivisme dengan pendekatan deskripsi kualitatif. Informan penelitian adalah Kepala Bidang Pemasaran, Kepala Bidang Destinasi Wisata, Pelaku Usaha di tempat wisata dan wisatawan sendiri. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi langsung dan dokumentasi. Analisis data dilakukan berbasis teori komunikasi pembangunan. Pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan ketekunan pengamat, triangulasi dan kecukupan referensial.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa; 1) pelaksanaan strategi humas pemerintah daerah dalam mengembangkan objek wisata bahari di Kabupaten Sikka sudah berjalan baik, walaupun belum sepenuhnya optimal; 2) pengembangan objek wisata bahari di Kabupaten Sikka didukung oleh program Dinas Pariwisata dan Kebudayaan yang tercantum dalam PERDA RIPPARDA, dalam mempromosikan objek wisata bahari menggunakan media seperti media cetak, media elektronik, media tradisional dan promosi serta pameran wisata; 3) pengembangan objek wisata bahari di Kabupaten Sikka memiliki beberapa hambatan antara lain: minimnya dana atau anggaran untuk mengembangkan objek wisata bahari dan belum adanya kesadaran dari

(3)

masyarakat akan pengembangan objek wisata bahari di Kabupaten Sikka; 4) dalam mengatasi hambatan adalah dengan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak atau instansi, pihak

stakeholders dan masyarakat.

Kata kunci: Strategi Humas Pemerintah, Wisata Bahari, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

PENDAHULUAN

Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu Provinsi Kepulauan di Indonesia. Memiliki berbagai macam potensi pariwisata, baik wisata alam maupun wisata budaya, serta letak geografis Provinsi Nusa Tenggara Timur sebagai Provinsi yang memiliki keindahan alam yang menarik dalam pengembangan pariwisata.

Pengembangan potensi pariwisata telah terbukti mampu memberi dampak positif dengan adanya perubahan yang besar dalam kehidupan masyarakat. Sektor wisata lain yang menjadi kebanggaan adalah banyaknya objek wisata bahari yang tersebar diseluruh daerah di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Provinsi Nusa Tenggara Timur sendiri memiliki banyak tempat wisata bahari yang terdiri dari berbagai kabupaten. Salah satunya adalah Kabupaten Sikka. Kabupaten Sikka berdiri pada tahun 1958 dengan ibukotanya adalah Maumere. Kabupaten Sikka terletak diantara 8’22 - 8’50° Lintang Selatan dan 121’55’40 – 122’41’30° Bujur Timur. Dengan total populasi 300.328 jiwa dan luas wilayahnya 1731, 91 km2. Memiliki 21 Kecamatan, 13 Kelurahan dan 147 Desa serta terdapat 18 Pulau baik yang dihuni maupun tidak dihuni. Pulau terbesar adalah Pulau Besar dan Palue, sedangkan pulau kecil adalah Pulau Kambing (Pemana Kecil) yang luasnya tidak sampai 1 km2. Batas administrasi Kabupaten Sikka adalah: Utara berbatasan dengan Laut Flores, Selatan berbatasan dengan Laut Sawu, Timur berbatasan dengan Kabupaten Flores Timur dan Barat berbatasan dengan Kabupaten Ende. (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kabupaten _Sikka).

Kabupaten Sikka termasuk dalam wilayah klaster III (wilayah Kabupaten Ende, Kabupaten Sikka, Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Lembata) memiliki keunggulan pada keunikan

(4)

wisata alam, wisata bahari, wisata budaya dan religi serta wisata sejarah peninggalan Portugis. Beberapa objek wisata bahari yang sangat potensial untuk dikembangkan antara lain: Pantai Koka dan Pantai Teluk Maumere (yang meliputi: Pulau Pangabatang, Pantai Wairterang, Pantai Tanjung I dan II dan masih banyak lainnya). Keindahan objek wisata bahari di Kabupaten Sikka bahkan sudah dipublikasikan oleh media televisi nasional Trans TV yang dikemas dalam acara

My Trip My Adventure.

Berbagai penataan telah dilakukan untuk mempercantik dan menarik minat masyarakat wisata, baik bagi para wisatawan itu sendiri maupun pengusaha di bidang kepariwisataannya. Hal ini disebabkan karena sebagus apapun objek wisata akan tidak banyak manfaatnya jika tidak didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai mulai dari akses jalan, pemenuhan sarana dan prasarana yang lain, kesadaran masyarakat hingga kebutuhan komunikasi dan sebagainya.

Dalam usaha pengembangan daya tarik wisata diperlukan adanya dukungan publikasi dan promosi baik ditingkat lokal, nasional maupun internasional. Keberhasilan pengembangan maupun upaya peningkatan kualitas pariwisata tergantung pada keefektifan kegiatan promosi sehingga dibutuhkan adanya kegiatan pusat informasi wisata. Selain itu, keberhasilan peningkatan kualitas objek daya tarik wisata sangat tergantung pada keseriusan pemerintah daerah serta kesadaran masyarakat dalam pengelolaannya. Keseriusan pemerintah daerah mulai dari perencanaan, pengembangan dan pengendalian kawasan wisata bahari ini. Bahkan Kabupaten Sikka sendiri telah menetapkan Rencana Program Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2014-2018 menjadikan Kabupaten Sikka sebagai daerah pariwisata unggulan atau sebagai sektor unggulan pada SKPD Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka (Wawancara: Kepala Bidang Industri dan Ekonomi Kreatif Ferdinand Evensius Edomeko,S. Fil,

tanggal 20 Maret 2017 waktu 11.25 WITA, di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka).

Dalam meningkatkan wisatawan untuk berkunjung ke Kabupaten Sikka, tidak lepas dari usaha pemerintah dalam hal ini menggunakan aktivitas publisitas besar-besaran yang adalah bagian dari promosi, dan hal ini adalah salah satu strategi humas pemerintah. Strategi yang digunakan adalah memanfaatkan semua media yang ada seperti media tradisional berupa sosialisasi langsung kepada masyarakat dan media modern seperti media sosial, media cetak dan media elektronik. Tanpa pemasaran dan publisitas yang memadai maka informasi keberadaan objek wisata tidak akan pernah sampai pada masyarakat luas selaku peminat wisata. Dengan

(5)

peran humas pemerintah yang baik maka kepentingan para penyedia objek wisata terhadap masyarakat akan dapat terjembatani dengan baik, sehingga pembangunan di sektor ini bisa berjalan efektif dan efisien.

METODE PENELITIAN

penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivisme dengan pendekatan Dalam deskripsi kualitatif. Paradigma konstruktivisme dapat ditelusuri dari pemikiran Weber yang menjadi ciri khas bahwa perilaku manusia secara fundamental berbeda dengan perilaku alam. Manusia bertindak sebagai agen dalam bertindak mengkonstruksi realitas sosial.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Untuk memperoleh data pada saat penelitian dilakukan, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a) Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam menurut Burhan Bungin adalah “Proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama”. Tujuan wawancara dilakukan untuk mencari informasi berkaitan dengan Strategi Humas Pemerintah Daerah Mengembangkan Objek Wisata Bahari.

b) Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan, pencatatan secara sistematik dari kejadian-kejadian, perilaku, objek-objek yang di lihat dan

(6)

hal-hal yang diperlukan untuk mendukung penelitian (Iskandar, 2009: 121).

Teknik ini dilakukan untuk mengetahui Peranan Humas Pemerintah Mengembangkan Objek Wisata Bahari Pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka. Data hasil dari observasi tersebut nantinya akan diselaraskan dengan data yang lain sehingga dapat dianalisis dengan metode analisis data.

c) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pencarian data mengenai suatu hal atau variable yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, selebaran, notulen rapat, agenda dan sebagainya (Iskandar, 2009: 134).

Penelitian ini juga memerlukan sumber tertulis lainnya yang sesuai atau berhubungan dengan masalah yang diteliti dan dapat mendukung data-data yang diperlukan dalam penelitian. Hasil dokumentasi berupa hasil pressrelease, data hasil wawancara, foto dokumentasi yang diperoleh dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka nantinya akan mendukung data dan menambah validitas dari data-data yang dihasilkan.

PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Strategi Humas Pemerintah dalam Mengembangkan Objek Wisata Bahari Keindahan objek wisata bahari di Kabupaten Sikka tidak terlepas dari usaha Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan untuk melakukan berbagai usaha dalam mengembangkan dan mempromosikan objek wisata bahari agar menarik untuk dikunjungi wisatawan.

Menurut Drs Hironimus Laja selaku Kepala Bidang Pemasaran, pihaknya melakukan antara lain:

Strategi pemasaran dengan melakukan analisis SWOT terlebih dahulu kemudian menyusun Peraturan Daerah Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah (PERDA

(7)

RIPPARDA). Selanjutnya kami membagi tugas-tugas kepada seluruh staf pegawai. Hal ini dilaksanakan agar kerja-kerja pemasaran wisata bisa berlangsung optimal. (Wawancara Kepala

Bidang Pemasaran Drs. Hironimus Laja, Senin 12 Juni 2017 di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka)

Sementara itu menurut Drs. Lukas Laga Lewo selaku Kepala Bidang Destinasi Wisata menyatakan strategi dalam mengembangkan objek wisata bahari di Kabupaten Sikka dilakukan sebagai berikut:

Kalau bicara tentang objek wisata bahari tidak terlepas dari Gugusan Taman Laut Teluk Maumere yang merupakan wisata unggulan di Kabupaten Sikka. Sehingga sekarang ini Pemerintah Daerah sedang menggalakan promosi untuk pengembangan objek wisata bahari. Salah satunya adalah lomba foto bawah laut yang sudah dijalankan tahun 2016 kemarin dengan realisasi anggaran Rp 1.975.052.600 atau 99,98% dari target Rp 1.975.472.560 dan akan dilaksanakan tahun 2017 ini juga. Kegiatan ini melibatkan para fotografer dari luar negeri, baik di Asia maupun Eropa.

Jadi diharapkan dengan hal ini orang luar akan tahu tentang potensi objek wisata bahari di Kabupaten Sikka. Itu merupakan strategi dalam mengembangkan objek wisata bahari salah satunya Taman Laut Teluk Maumere ini.

Sedangkan untuk Pantai Koka sendiri kita masih saja berusaha membangun. Kita dari pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan akan membuat Design Enginering Detail (DED) dalam tahun ini. Sehingga kedepannya pengembangan objek wisata bahari Pantai Koka terarah. Dengan adanya DED itu maka tidak sembarangan membangun. Misalnya di Pantai Koka, disebelah mana membangun tempat untuk cinderamatanya, disebelah mana membangun home stay, jadi semuanya harus terarah. Selain itu kami memanfaatkan media sebagai strategi dalam mengembangkan dan mempromosikan objek wisata bahari.

Media yang digunakan pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka yaitu sebagai berikut:

1) Media Cetak

Media cetak yang digunakan adalah koran, majalah, leaflet yang dilengkapi peta wisata serta informasi objek wisata dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka.

(8)

Media elektronik yang digunakan adalah radio, televisi dan media online seperti facebook dengan alamat Pariwisata Sikka, website dengan alamat www.inimaumere.com dan www.pariwisata.sikkakab.go.id yang memuat informasi seputar Kabupaten Sikka secara keseluruhan.

3) Media Tradisional

Berupa program sosialisasi sadar wisata ke seluruh masyarakat Kabupaten Sikka. 4) Promosi, Pameran dan Pasar Wisata.

Promosi dan pameran wisata bahari berupa lomba foto bawah laut bulan Agustus 2016. Sedangkan pasar wisata mengenai transaksi jual beli. (Wawancara Kepala Bidang Destinasi

Wisata Drs. Lukas Laga Lewo, Rabu 14 Juni 2017 di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka)

Berdasarkan pernyataan diatas dapat diketahui bahwa Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka telah melakukan strategi dalam mengembangkan objek wisata bahari secara tradisional dan modern. Media promosi yang lebih menjadi nilai jual adalah Pasar Wisata. Sedangkan yang menjadi kelemahan adalah promosi melalui media cetak. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam mendukung tugas dan fungsinya. Hal tersebut tentu lebih efektif dan efisien dilakukan di era globalisasi seperti sekarang ini.

B.Faktor Pendukung dalam Mengembangkan Objek Wisata Bahari

Berdasarkan analisis SWOT dan penyusunan PERDA RIPPARDA yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka berhasil dipetakan beberapa hal penting. Dalam melakukan strategi untuk mengembangkan objek wisata bahari menemui beberapa faktor pendukung.

Menurut Drs. Lukas Laga Lewo selaku Kepala Bidang Destinasi Wisata, menyatakan antara lain:

Untuk wisata bahari, adanya fasilitas pendukung objek wisata bahari. Disini memang belum maksimal dan memadai tetapi kedepannya pihak kami berusaha membangun semacam jeti

(9)

atau dermaga dan menambah perahu motor atau kapal wisatawan. Disamping itu juga kami merencanakan pengadaan fasilitas pendukung seperti glass bottom boat merupakan perahu atau kapal yang dibawahnya terbuat dari kaca jadi kita bisa melihat alam bawah laut.

Berdasarkan pernyataan diatas faktor pendukung dalam mengembangkan objek wisata bahari lebih ditekankan pada sarana dan prasarana transportasi. Sehingga kegiatan pengembangan objek wisata bahari dilakukan bisa berjalan dengan maksimal. (Wawancara

Kepala Bidang Destinasi Wisata Drs. Lukas Laga Lewo, Rabu 14 Juni 2017, di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka)

C.Faktor Penghambat dalam Mengembangkan Objek Wisata Bahari

Dalam melaksanakan pengembangan objek wisata bahari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka juga menemui beberapa kendala. Menurut Drs. Lukas Laga Lewo selaku Kepala Bidang Destinasi Wisata, pihaknya menemui beberapa kendala sebagai berikut:

Yang pertama membangun pariwisata itu mahal jadi kita membutuhkan anggaran yang banyak. Yang kedua kita juga harus membangun kesadaran masyarakat, karena tanpa kesadaran masyarakat wisata bahari kita juga pasti akan rusak. Misalnya tindakan masyarakat yang menangkap ikan menggunakan bahan peledak. (Wawancara Kepala Bidang Destinasi Wisata

Drs. Lukas Laga Lewo, Rabu 14 Juni 2017, di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka)

Berdasarkan pernyataan Bapak Drs. Lukas Laga Lewo diketahui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka menemui kendala berupa minimnya dana atau anggaran untuk mengembangkan objek wisata bahari. Selain itu perlu dibangun kesadaran masyarakat akan pengembangan objek wisata bahari daerah ini.

D.Langkah yang di Tempuh untuk Mengatasi Hambatan dalam Mengembangkan Objek Wisata Bahari.

(10)

Hambatan-hambatan yang ditemui oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka dalam mengembangkan objek wisata bahari perlu dicarikan langkah penyelesaiannya agar tidak mengganggu program pengembangan objek wisata bahari yang sudah dibuat oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka.

Menurut Drs. Lukas Laga Lewo selaku Kepala Bidang Destinasi Wisata, langkah yang sudah ditempuh jajarannya sebagai berikut:

Upaya yang kami lakukan untuk mengatasi hambatan kegiatan pengembangan objek wisata bahari di Kabupaten Sikka adalah dengan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak atau instansi, pihak stakeholder dan masyarakat. (Wawancara Kepala Bidang Destinasi Wisata Drs.

Lukas Laga Lewo, Rabu 14 Juni 2017, di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka)

Pernyataan diatas membuktikan bahwa Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka sangat terbuka mendengarkan saran dan masukan dari pihak luar serta berinisiatif berkomunikasi dengan berbagai pihak dalam usaha membangun dunia pariwisata termasuk objek wisata bahari di Kabupaten Sikka.

Strategi ini sangat efektif sehingga jumlah kunjungan wisatawan baik wisatawan lokal maupun mancanegara selama lima tahun terakhir mengalami peningkatan secara signifikan.

Pembahasan

Berdasarkan hasil interview dan data yang diperoleh, dapat diketahui bahwa strategi humas pemerintah daerah dalam mengembangkan objek wisata bahari pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka. Dalam menentukan strategi yang tepat untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke Kabupaten Sikka, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan melakukan analisis SWOT yaitu Strenght (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities (peluang) dan

Treath (ancaman).

(11)

(KEKUATAN) (KELEMAHAN) (PELUANG) (ANCAMAN) 1. Letak wisata bahari Kabupaten Sikka yang sangat strategis karena berada diantara Kabupaten Flores Timur sampai Kabupaten Manggarai Barat. Fasilitas belum memadai.

Salah satu objek wisata bahari Kabupaten Sikka yakni Taman Laut Teluk Maumere masuk dalam nominasi wisata selam seluruh dunia. Terjadi bencana alam, seperti gempa bumi dan tsunami. 2. Menjadi kawasan konservasi Rendahnya sumber daya masyarakat dalam mengelolah wisata bahari. Kemudahan akses transportasi seperti perluasan bandara Frans Seda. Adanya kompetitor lain dalam bidang wisata bahari. 3. Potensi alam laut memiliki nilai promosi Masih sering terjadi pengeboman dalam menangkap hasil laut. Tersedianya amunitas, seperti adanya penginapan, restoran dan sebagainya. Terjadinya bencana sosial, seperti kesadaran masyarakat dalam membuang sampah sembarangan.

Diharapkan bahwa Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka mampu menyusun rencana dan strategi dalam memajukan dan mengembangkan objek wisata bahari

(12)

secara maksimal. Analisis SWOT difokuskan untuk memprediksi sejauh mana sumber kekuatan dan kelemahan yang dimiliki objek wisata bahari Kabupaten Sikka, serta peluang dan ancaman yang timbul bagi pengembangan objek wisata bahari.

Selain melakukan analisis SWOT, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka merumuskan langkah-langkah yang ditempuh untuk mengelola kegiatan pengembangan objek wisata bahari. Strategi yang dilakukan tercantum dalam Peraturan Daerah Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah (PERDA RIPPARDA). RIPPARDA difokuskan karena berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sikka, telah memposisikan Kabupaten Sikka sebagai pusat kegiatan nasional karena memiliki kriteria industri pariwisata dan pelayanan jasa transportasi yang baik dan lancar (memiliki bandar udara dan pelabuhan laut yang memadai), namun demikian dalam proses pembangunan kepariwisataan tersebut belum optimal jika dibandingkan dengan daya dukung prasarana yang tersedia.

Dalam menjalankan strategi mengembangkan objek wisata bahari, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka menggunakan media sebagai sarana komunikasi dan melakukan kegiatan promosi. Media yang digunakan adalah media cetak, media elektronik, media tradisional dan melakukan promosi serta pameran wisata bersama.

Selain itu ada beberapa kendala yang dihadapi adalah kesadaran masyarakat akan objek wisata bahari dan terbatasnya dana yang dianggarkan sehingga belum dapat memaksimalkan pengembangan dan promosi objek wisata bahari secara besar-besaran.

Sedangkan faktor yang mendukung kegiatan strategi pengembangan objek wisata bahari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka adalah lebih ditekankan lagi pada sarana dan prasarana serta fasilitas pendukung.

Langkah kedepan pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka akan lebih meningkatkan kinerja dan berkoordinasi dengan dinas lain, pemerintah daerah, stakeholder pariwisata serta masyarakat terkait demi memperbaiki aspek infrastruktur, konektivitas dan pelayanan. Karena ketiga aspek ini berperan penting untuk meningkatkan kedatangan dan pergerakan wisatawan, baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara.

(13)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan dari hasil pembahasan, strategi humas pemerintah daerah dalam mengembangkan objek wisata bahari pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka yaitu:

1. Strategi dalam mengembangkan objek wisata bahari di Kabupaten Sikka didasari dengan pemetaan masalah pariwisata yang berupa melihat kekuatan potensi wisata bahari yang bisa dikembangkan, kemudian melihat sisi kelemahan yang ada dan melihat peluang yang baik dalam kepariwisataan serta melihat ancaman yang akan mengganggu dalam pariwisata khususnya objek wisata bahari Kabupaten Sikka.

Kemudian solusi yang ditempuh tertuang dalam Peraturan Daerah Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah (PERDA RIPPARDA).

Selain itu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka dalam mempromosikan objek wisata bahari menggunakan alat atau media, seperti media cetak, media elektronik, media tradisional dan promosi serta pameran wisata.

Penggunaan media sebagai promosi tersebut menghasilkan data jumlah kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun. Data yang ada terhitung dari tahun 2012 sampai tahun 2016, jumlah kunjungan wisatawan baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara mengalami peningkatan dan ini sangat berdampak bagi pendapatan daerah.

2. Faktor yang mendukung strategi humas pemerintah daerah dalam mengembangkan objek wisata bahari Kabupaten Sikka adalah lebih ditekankan lagi pada pengadaan sarana dan prasarana atau fasilitas pendukung agar pengembangan objek wisata bahari lebih optimal dan memadai.

3. Faktor yang menghambat strategi humas pemerintah daerah dalam mengembangkan objek wisata bahari Kabupaten Sikka adalah:

a. Terbatasnya dana yang dianggarkan sehingga belum dapat memaksimalkan promosi wisata bahari.

b. Belum adanya kesadaran masyarakat akan potensi wisata bahari.

c. Objek wisata bahari yang belum dikelola dengan baik, termasuk belum terpenuhnya sarana dan fasilitas pendukung bagi wisatawan.

(14)

4. Upaya untuk mengatasi hambatan dalam mengembangkan objek wisata bahari Kabupaten Sikka adalah: menjalin kerjasama dengan berbagai pihak atau instansi, pihak stakeholder dan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Dilla, S.2007. Komunikasi Pembangunan: Pendekatan Terpadu. Bandung.

Ibid. 2003. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi: Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Rosady Ruslan. 2002. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Scott M.Cultip. 2006. Effective Public Relations. Jakarta: Kencana.

Widyasti, Robithoh Farida. 2013. Strategi Promosi Wisata Pada Dinas Kebudayaan,

Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Temanggung. Yogyakarta. Skripsi online.

Widyasmi, Kartika. 2012. Strategi Pengelolaan Pariwisata Bahari. Banten. Skripsi online.

Jurnal

Putra, Kadek Dwi Cahaya. 2008. “Strategi Public Relations Pariwisata Bali”. Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol.5 No. 1, Juni 2008

Internet

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kabupaten _Sikka

http://yusidaimran.Wordpress.com/2010/12/15/kriteria-dan-teknik-keabsahan-data/,tanggal

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Dari apa yang diungkapkan oleh latalibe sangat jelas bahwa pesta adat Mappadendang bagi masyarakat Desa Pationgi selain bermakna rasa syukur terhadap tuhan atas

Dalam menjawab masalah yang akan dikaji terutama mengenai pergeseran pratik upacara adat mandi belimau di Dusun Limbung, peneliti berusaha mengidentifikasi kondisi

Hasil analisis 8 SNP terlihat perbedaan persentase terbesar pada Standar Proses dan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, perlu adanya peningkatan terhadap pemantauan

Pada Gereja Katolik Palasari terdapat dua buah pintu masuk yang memiliki garis lintas yang berbeda yang menyatu pada satu titik yang kemudian dari titik

Hasil analisis menunjukan bahwa Kinerja Keuangan BPPKAD Kota Surakarta dilihat dari (1) Rasio Kemandirian Keuangan Daerah dianggap tinggi yang termasuk dalam

Tujuan khusus penelitian adalah dapat diketahui partisipasi ibu menyusui pada Kelompok Pendukung ASI di wilayah kerja Puskesmas Kasihan II Bantul; dapat diketahui keber-

Terdapat lima nilai budaya dalam novel Anak Rantau karya Ahmad Fuadi, yakni (1) hubungan manusia dengan Tuhan, yang salah satunya adalah melalui bersyukur (2) hubungan

Uraian latar Belakang ini penting untuk dikaji, maka dalam tulisan ini penulis akan mengangkat pembahasan mengenai “Salat dan Kesehatan” dalam gerakan salat untuk bisa