I Gede Yudi Wisnawa1, Alexander Korinus Marantika2.
ABSTRACT
ABSTRAK
1. Pendahuluan
Pendahuluan meliputi Dinamika pemanfaatan ruang yang berlangsung cepat membutuhkan sistem pengelolaan ruang yang komprehensif, akurat, dan up to date. Daerah perkotaan, dinamika pembangunan yang terjadi ditunjukkan dengan tingkat urbanisasi yang sangat tinggi. Berdasarkan data World Resources tahun 2000, tercatat bahwa antara tahun 1990-1995, laju pertumbuhan penduduk perkotaan mencapai 4,76% lebih tinggi dari pertumbuhan penduduk nasional yang mencapai 1,7%. Diperkirakan pada akhir tahun 2018, sekitar setengah dari penduduk Indonesia akan tinggal di perkotaan (52%).
PELATIHAN PEMETAAN PARTISIPATIF PAKET EKOWISATA BAGI
PEMANDU LOKAL DI SEKITAR KAWASAN BENDUNGAN
TITAB-ULARAN, BULELENG.
1Jurusan Survey & Pemetaan FHIS UNDIKSHA; 2 Jurusan Budidaya Kelautan FMIPA UNDIKSHA
Email:yudiwisnawa@gmail.com
The objectives of the social services were to increase the capacity of communities in the communication tourist guide preparation of mapping, the next step to provide an understanding at the same time adapting participatory mapping technology through the training of tour guides. The method of implementation of service activities on the tour guide in the form of: Assistance in the preparation of communication planning participatory mapping, clarification of the results and preparation of the management plan; Education and Training (Training) Participatory Mapping Technique. The draft outcome of P2M there were some aspects that targeted, among others include: Increasing the skills of tourist guides in participatory mapping; Increasing the involvement of a tour guide in the preparation of participatory maps using simple tools such as compass and GPS. A high level of participation from community service program partners has a positive impact on program implementation. This is evident from the enthusiasm of non-governmental groups in following the implementation of activities. The implementation of community service activities is able to produce the outcomes expected by the implementing team and will be followed up with the next activity stage plan
Keywords: participatory mapping, travel guides, ecotourism.
Tujuan program P2M ini adalah untuk meningkatkan kapasitas komunitas masyarakat pemandu wisata dalam komunikasi persiapan pemetaan partisipatif, tahap selanjutnya untuk memberikan pemahaman sekaligus mengadaptasikan teknologi pemetaan partisipatif melalui pelatihan kepada pemandu wisata. Adapun metode pelaksanaan kegiatan pengabdian pada pemandu wisata dalam bentuk: Pendampingan komunikasi pada persiapan perencanaan kegiatan pemetaan partisipatif, klarifikasi hasil dan penyusunan rencana kelola; Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Teknik Pemetaan Partisipatif. Rancangan luaran dari P2M terdapat beberapa aspek yang disasar, diantaranya meliputi: Peningkatan keterampilan pemandu wisata didalam pemetaan partispatif; Peningkatan keterlibatan pemandu wisata dalam penyusunan peta partispatif dengan menggunakan alat bantu sederhana seperti kompas dan GPS. Produk lain dari hasil pelatihan, pendampingan, dan pembinaan Kawasan Bendungan Titab-Ularan yang dikemas dalam program P2M, juga berupa artikel ilmiah yang dipublikasikan pada jurnal nasional yang ber-ISSN. Tingkat partisipasi yang tinggi dari mitra program pengabdian pada masyarakat memberikan dampak positif bagi pelaksanaan program. Hal ini terlihat dari antusiasme kelompok swadaya masyarakatdalam mengikuti pelaksanaan kegiatan. Pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat mampu menghasilkan luaran-luaran yang diharapkan oleh tim pelaksana dan akan dilanjutkan dengan rencana tahapan kegiatan berikutnya.
Kondisi ini telah mengakibatkan dampak yang tidak sederhana.Pemenuhan kebutuhan lahan dan infrastruktur menjadi hal yang sangat penting. Dampak dari urbanisasi yang sangat tinggi ini dalam jangka pendek (dan mungkin akan terus berlanjut) ditunjukkan dengan:
1. Terjadinya konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian yang mencapai 30,000 hektar pertahun (Kompas, 10 October, 2001).
2. Meningkatnya polusi udara terutama oleh kendaraan bermotor yang mencapai 70 % dari total polusi udara di perkotaan (Kompas, 21 September, 2002).
3. Penghunian kawasan bantaran sungai, yang seharusnya menjadi kawasan penyangga, mengakibatkan penurunan kualitas daerah aliran sungai yang mencapai 20% dari daerah aliran sungai yang ada (Dep. Kimpraswil, 2002).
Berdasarkan hal tersebut, keberadaan data dan informasi termasuk peta, yang akurat, mudah diakses dan up to date dengan dinamika pemanfaatan ruang yang terjadi menjadi sangat penting dalam mewujudkan penataan ruang yang efisien dan efektif. Dengan adanya data dan informasi tersebut, kebijakan-kebijakan penataan ruang yang dikeluarkan dapat cepat merespon kebutuhan yang ada dan valid dengan permasalahan yang muncul. Tallo (2016) menyatakan bahwa, Undang-undang Desa No. 6 Tahun 2014 mengamanatkan agar setiap wilayah memiliki kejelasan batas dalam melakukkan pemetaan batas wilayah, harus melibatkan desa berbatas sehingga mendapat consent (persetujuan), persetujuan tersebut akan dituangkan melalui berita acara antar kedua belah desa dengan melampirkan daftar titik batas disertai dengan titik koordinat patok wilayah. Dengan demikian guna menhindari terjadinya konflik ruang, maka penting dilakukan pemetaan partisipatif.
Meskipun demikian, dalam mempersiapkan peta-peta yang akurat, mudah diakses dan up to
date tersebut tidak hanya harus valid secara teknis dan hanya dilakukan oleh pemerintah saja.
Pelibatan pelaku pembangunan seperti masyarakat, organisasi profesi, dan dunia pendidikan menjadi hal yang mutlak. Tanpa adanya partisipasi dari pelaku pembangunan tersebut, duplikasi data dan ketidakcocokan informasi akan menghambat pengambilan keputusan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Di samping itu, akan memunculkan ketidakefisienan ditinjau dari pembiayaan pengadaan peta.,
Pemetaan partisipatif merupakan salah satu metode pemetaan yang menempatkan masyarakat sebagai pelaku pemetaan wilayahnya, sekaligus juga akan menjadi penentu perencanaan pengembangan wilayah mereka sendiri. Hapsari (2014) menyatakan, “Pemetaan partisipatif” merupakan metode alternatif dalam rangkapenyediaan informasi spasial. Dengan adanya perundangan-undangan yang mengatur, maka masyarakat desa dapat berpartisipasi dalam pembuatan peta di desa mereka sendiri. Karena selama ini peta menjadi acuan tata ruang dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Masyarakat juga bisa membuat peta untuk kepentingan pembelajaran budaya lokal dan pewarisan pengetahuan bagi generasi selanjutnya, terutama yang berhubungan dengan sumber daya alam dan potensi yang ada di desanya. Dewasa ini pemetaan parsipatif menjadi penting dikarenakan perlunya meningkatkan kesadaran seluruh anggota masyarakat mengenai hak-hak mereka atas tanah dan sumber daya alam. Sehingga peta ini bisa digunakan sebagai media negosiasi dengan pihak lain, karena dengan peta tersebut menjadi jelaslah bagaimana suatu wilayah akan dimanfaatkan oleh masyarakat dan siapa saja yang berhak atas wilayah tersebut.
Proses pemetaan partisipatif menumbuhkan semangat untuk menggali pengetahuan lokal, sejarah asal-usul, sistem kelembagaan setempat, pranata hukum setempat, identifikasi sumber daya alam yang dimiliki dan sebagainya. Proses pemetaan ini juga mempermudah pihak luar memahami pengurusan wilayah itu dan sekaligus mempermudah pengakuan dari pihak luar.
2. Metode
Kegiatan pengabdian pada masyarakat menyasar kepada pemandu wisata. Dengan harapan mampu meningkatkan kapasitas pengetahuan dan kemampuan pemandu wisata bersama-sama komunitas masyarakat membuat pemetaan partisipatif. Untuk mendorong maksimalisasi keberhasilan program pengabdian masyarakat ini maka dilaksanakan dalam beberapa tahapan dan kategori
kegiatan. Adapun metode pelaksanaan kegiatan pengabdian pada pemandu wisata dalam bentuk: 1) Pendampingan komunikasi pada persiapan perencanaan kegiatanpemetaan partisipatif, klarifikasi hasil dan penyusunan rencana kelola. 2) Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Teknik Pemetaan Partisipatif.
Tahapan pertama, peningkatan kapasitas komunitas masyarakat bersama pemandu wisata dalam komunikasi persiapan pemetaan partisipatif melalui cara melakukan pertemuan desa yang difasilitasi pemandu wisata dengan turut mengundang komunitas masyarakat untuk mendiskusikan urgensi kajian seputar batas desa adat, rawan bencana, inventarisasi objek budaya, inventarisasi kondisi jaringan infrastruktur, dan sebagainya.
Tahapan kedua, pelibatan pemandu wisata bersama komunitas masyarakat dalam praktek membuat peta partispatif berupa penggambaran hasil survey lapangan dengan menggunakan alat bantu sederhana seperti kompas dan GPS, mengingat ketersediaan hardware dan software yang belum memadai sehingga dalam menginput data lebih tepat jika menggunakan teknik survey lapangan.
Gambar 1. Alur Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat 3. Hasil dan Pembahasan
Tahapan kegiatan pengabdian dilakukan berdasarkan analisis situasi mitra untuk berkumpul bersama menerima tahapan kegiatan baik oleh narasumber maupun oleh tim pelaksana. Sebelum kegiatan pengabdian dilksanakan sebelumnya telah dilakukan penentuan lokasi pelatihan dan
Perencanaan Sosialisasi Ide Pemetaan
Partisipatif
Focus Group Discussion
Pengukuran dan Survey
PenggambaranHasil Survey
Klarifikasi Hasil
Penyusunan Rencana Kelola dan Tindak Lanjut PENDAMPINGAN
PENDAMPINGAN DIKLAT
TAHAPAN KEGIATAN METODE KEGIATAN
pendampingan berdasarkan kalender kerja dan kesepakatan tim pelaksana dengan mitra sehingga sehingga pelaksanaan kegiatan dapat berjalan efektif mengingat anggota kelompok pemandu wisata atau kelompok sadar wisata bekerja atas dasar pesanan dari pihak agen perjalanan ataupun hotel dimana wisatawan menginap.
Pada dasarnya kegiatan P2M ini ditujukan mengintegrasikan teknik pemetaan dengan pelibatan partisipasi masyarakat. Integrasi ini berlandaskan bahwa penataan ruang tidak bisa dilaksanakan hanya oleh inisitif pemerintah atau perencana saja, akan tetapi dalam prosesnya pelibatan masyarakat, terutama masyarakat pariwisata yang sekaligus sebagai pengguna menjadi sangat penting.
a. Pendampingan Sosialisasi, Focus Group Discussion, dan Perencanaan.
Pada tahapan kegiatan ini tim pelaksana mengadakan kegiatan sosialisasi, focus grup discussion, dan perencanaan yang ditujukan kepada kelompok mitra agar terjadi penyamaan persepsi terhadap pemetaan partisipatif dan identifikasi masalah. Kelompok mitra mengikutsertakan 10 orang anggotanya ke dalam diklat ini
Dalam kegiatan diklat ini para peserta dari kalangan pemandu wisata lokal nampak antusias dengan materi yang tim berikan, karena selama ini telah banyak cara yang ditempuh dalam upaya mencarikan pola kemasan atraksi wisata serta jalur rute wisata. Dengan metode yang tim tawarkan, terdapat solusi dalam bentuk distribusi jalur dan atraksi wisata yang dapat dipetakan. Sebagai upaya mengadaptasikan ketrampilan pemetaan partisipatif, maka pemandu wisata diberdayakan dalam hal pemberian akses dan partisipasi langsung dalam pembuatan peta skala detil, tahap selanjutnya para para pemandu wisata perlu dilatihkan dan dilakukan pendampingan untuk dapat peta partispatif dengan tema menyesuaikan dengan urgensi pemberdayaan ekowisata di wilayah setempat.
b. Pelatihan pembuatan sketsa wilayah dan praktek survey lapangan dengan menggunakan alat bantu sederhana.
Setelah pemaparan materi diklat diberikan kepada peserta, kegiatan dilanjutkan pada tahap pelatihan pembuatan sketsa wilayah dengan praktek survey lapangan dengan menggunakan alat bantu sederhana seperti kompas dan GPS.. Hal ini ditujukan agar diperoleh implementasi awal program dalam bentuk desain sketsa wilayah yang nantinya akan dikembangkan dan ditata sebagai rute/jalur ekowisata, kegiatan pelatihan dan
Dalam tahapan kegiatan ini, tim bersama dengan mitra melakukan kegiatan praktek survey dengan cara penelusuran dan tracking GPS agar semua rute yang potensial untuk jalur ekowisata dapat terekam koordinat dan jalurnya dengan akurat. Operasional alat dipandu oleh tim, sedangkan mitra bertugas untuk memandu perjalanan dan membantu memberikan informasi mengenai tiap titik lokasi dan jalur. Dari hasil kegiatan, diperoleh beberapa jalur potensial yang dapat dikembangkan sebagai jalur tracking ekowisata dengan potensi panorama (sight seeing) yang menarik, karena tepat berada di lereng Sungai Saba yang menjadi aliran utama bagi Bendungan Titab-Ularan. Berikut rekapitulasi hasil survey yang berhasil dituangkan oleh tim pasca survey bersama mitra (gambar 3).
Gambar 3. Hasil survey dalam bentuk plot peta potensi tema kawsan wisata di kawasan wisata di kawasan bendungan Titab
4. Simpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat Penerapan IPTEKS ini adalah:
a. Tingkat partisipasi yang tinggi dari mitra program pengabdian pada masyarakat memberikan dampak positif bagi pelaksanaan program. Hal ini terlihat dari antusiasme kelompok swadaya masyarakatdalam mengikuti pelaksanaan kegiatan.
PETA POTENSI TEMA KAWASAN WISATA
DI KAWASAN BENDUNGAN TITAB
b. Pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat mampu menghasilkan luaran-luaran yang diharapkan oleh tim pelaksana dan akan dilanjutkan dengan rencana tahapan kegiatan berikutnya.
Daftar Rujukan
Hapsari, Hepi; Agung Budi Cahyono. 2014. Pemetaan Partisipatif Potensi Desa (Studi Kasus: Desa Selopatak, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto. GEOID Vol. 10, No. 01, Agustus 2014 (99-103).
Hidayat., 2005. Seri Panduan Pemetaan Partisipatif No. 2 - Mengenalkan Pemetaan Partisipatif,Garis Pergerakan, Bandung
Kals, William., 1983. Survey Land Navigation Handbook : The Sierra Club Guide to Map and Compass. UK-Paperback.
Prihandito, Aryono. 1998. Kartografi. Yogyakarta: Mitra Gama Widya.
Tallo, Amandus Jong. 2016. Pemetaan Partisipatif, Solusi Pembangunan Desa Kerengas Secara Berkelanjutan. Prosiding: Seminar Nasional Peran Geospasial dalam Membingkai NKRI 2016 :139 – 148.