• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fauziah Yulia Andriyani dan Kiswanto: Produktivitas dan Komponen Hasil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Fauziah Yulia Andriyani dan Kiswanto: Produktivitas dan Komponen Hasil"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional Serealia, 2013 ISBN:978-979-8940-37-8

51

PRODUKTIVITAS DAN KOMPONEN HASIL BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU JAGUNG DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG

Fauziah Yulia Adriyani dan Kiswanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung

ABSTRAK

Penggunaan VUB hibrida merupakan upaya peningkatan produktivitas dalam usaha yang umum dilakukan, tetapi kesesuaian varietas terhadap lingkungan tumbuh sangat bervariasi baik pertumbuhan maupun hasil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan komponen hasil dan produktivitas beberapa varietas unggul baru (VUB) jagung di kabupaten lampung tengah provinsi lampung. Penelitian merupakan penelitian on-farm yang dilaksanakan di lahan petani Desa Buyut Ilir, Gunung Sugih, Lampung Tengah pada Bulan Desember 2012-Maret 2013. Perlakuan yang diuji adalah 3 (tiga) VUB jagung hibrida (Bima 3, Bima 6 dan Bima 14) dengan 3 (tiga) ulangan. Data yang dikumpulkan meliputi parameter komponen hasil (jumlah tongkol/tanaman, berat 6 tongkol, berat pipilan, berat 100 butir dan rendemen) serta produktivitas. Data ditabulasi untuk dilakukan analisis secara deskriptif serta analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji BNT 5%. Hasil penelitian menunjukkan jumlah tongkol pertanaman tidak menunjukkan perbedaan nyata antar VUB dengan kisaran 1,02-1,06 tongkol/tanaman. Berat 6 (enam) tongkol dan berat pipilan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antar VUB, berat tongkol dan berat pipilan tertinggi pada Bima 6 yaitu (1,6 kg dan 1,2 kg). Berat 100 butir tidak berbeda nyata antar varietas demikian pula dengan rendemen tidak berbeda nyata antar varietas, rendemen tertinggi pada varietas Bima 14 (74,9%). Hasil rata-rata VUB Bima 6 yaitu

(2)

52

antara lain pemupukan, penggunaan varietas berdaya hasil tinggi, pengendalian hama dan penyakit serta penurunan kehilangan hasil.

Diantara komponen teknologi produksi jagung, varietas unggul (baik hibrida maupun bersari bebas) mempunyai peranan penting dalam upaya peningkatan produktivitas jagung. Peranannya menonjol baik dalam potensi peningkatan hasil per satuan luas maupun sebagai salah satu komponen pengendalian hama dan penyakit (BPTP Sulsel, 2007).

Jagung merupakan tanaman yang memiliki sifat heterosis yaitu pada kondisi heterozigot akan menghasilkan produksitivitas yang lebih tinggi daripada induknya. Hal ini menyebabkan penggunaan varietas jagung diarahkan pada varietas unggul hibrida. Sebagai salah satu unit Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pertanian, Balai Penelitian Serealia telah mengembangkan dan merilis beberapa Varietas Unggul Jagung Hibrida. Tetapi varietas tersebut, belum seluruhnya dikenal dan mampu beradaptasi serta berdaya saing dengan varietas hibrida jagung yang diproduksi oleh pihak swasta. Oleh karena itu, diperlukan suatu pengkajian untuk mengetahui keragaan produksi dan komponen produksi pada beberapa varietas jagung hibrida yang dirilis oleh Badan Litbang Pertanian sehingga didapatkan umpan balik bagi perbaikan dan pengembangan varietas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan komponen hasil dan produktivitas beberapa varietas unggul baru (VUB) jagung di kabupaten lampung tengah provinsi lampung.

BAHAN DAN METODE

Penelitian merupakan penelitian on-farm yang dilaksanakan di lahan petani Desa Buyut Ilir, Gunung Sugih, Lampung Tengah pada Bulan Desember 2012-Maret 2013. Perlakuan yang diuji adalah 3 (tiga) VUB jagung hibrida Badan Litbang Pertanian (Bima 3, Bima 6 dan Bima 14) dengan 3 (tiga) ulangan. Teknologi budidaya yang diterapkan sesuai dengan teknologi budidaya anjuran (BB Pengkajian, 2008). Data yang dikumpulkan meliputi parameter komponen hasil (jumlah tongkol/tanaman, berat 6 tongkol, berat pipilan, berat 100 butir dan rendemen) serta produktivitas. Data ditabulasi untuk dianalisis secara deskriptif serta analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji BNT 5%.

(3)

53

HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaan Komponen Produksi

Hasil analisis deskriptif (Tabel 1) menunjukkan berat 6 tongkol rata-rata untuk semua varietas memiliki keseragaman yang tinggi dengan nilai variance 0,0 -0,0. Sebagian besar jumlah tongkol per tanaman dalam kisaran 1,0-1,0 tongkol/tanaman (varietas Bima 3), 1,0 - 1,0 tongkol/tanaman (Bima 6) dan 1,0-1,0 tongkol/tanaman (Bima 14). Sedangkan rata-rata jumlah tongkol per tanaman varietas Bima 3, Bima 6 dan Bima 14 berturut-turut 1,0 tongkol/tanaman, 1,0 tongkol/tanaman dan 1,0 tongkol/tanaman (Tabel 1) yang tidak berbeda nyata secara statistik (Tabel 2).

Tabel 1. Analisis deskriptif komponen produksi beberapa varietas unggul hibrida jagung di Lampung Tengah.

Komponen produksi jumlah tongkol/ tanaman berat 6 tongkol (gr) berat pipilan 6 tongkol (gr) kadar air panen (%) berat 100 butir (gr) rendeman (%) Bima 3 Rataan 1,0 1.520,2 1.104,6 30,3 39,0 72,7 Simpangan baku 0,0 32,2 19,7 0,7 0,7 0,0 Ragam 0,0 1.786,4 11,4 0,6 0,4 0,0 Minimum 1,0 1.473,7 1.080,5 29,7 38,8 72,0 Maximum 1,0 1.556.2 1.120,5 31,2 39,2 73,5 Bima 6 Rataan 1,0 1.680,8 1233,0 30,2 40,5 73,2 Simpangan baku 0,0 145,4 159,81 0,49 2,1 0,98 Ragam 0,0 30.783,6 92,2 0,2 1,2 0,97 Minimum 1,0 1.532,3 1.085,5 29,9 40,1 70,8 Maximum 1,0 1.874,4 1.402,8 30,8 40,9 74,8 Bima 14 Rataan 1,0 1.521,9 1126,77 34,30 41,7 74,9 Simpangan baku 0,0 111,4 92,81 0,61 1,8 0,6 Ragam 0,0 12,4 53,58 0,35 1,0 0,3 Minimum 1,0 1.393,8 1019,6 34,00 38,3 73,2 Maximum 1,0 1.596,6 1180,6 35,00 43,8 76,8

Hasil analisis deskriptif (Tabel 1) menunjukkan sebagian besar bobot 6 tongkol dalam kisaran 1.487,935-1.552,465 gr (varietas Bima 3), 1.535,3 - 1.826,2 gr (Bima 6) dan 1.410,4 - 1.596,6 (Bima 14). Sedangkan bobot 6 tongkol berturut-turut mulai dari yang terendah adalah 1.520,2 gr (Bima 3), 1.521,9 gr (Bima 14) dan 1.680.8 gr (Bima 6) tidak berbeda nyata secara statistik (Tabel 2).

Bobot pipilan 6 tongkol setiap varietas (Tabel 1) lebih seragam dibandingkan dengan bobot 6 tongkol yang ditunjukkan oleh nilai variance bobot pipilan 6 tongkol yang lebih kecil (11,4 92,2) bila dibandingkan dengan bobot 6 tongkol (1.786,4 -30.783,6). Sebagian besar varietas jagung yang diuji memiliki bobot pipilan dari 6

(4)

54

tongkol dalam kisaran 1.084,8 - 1.120,5 gr (varietas Bima 3), 1.535,3 - 1.826,2 gr (Bima 6) dan 1.072,9 - 1.180,5 gr (Bima 14). Sedangkan rata-rata bobot pipilan 6 tongkol mulai dari yang terendah berturut-turut 1.104,6 gr (Bima 3), 1.126,7 gr (Bima 14) dan 1.233,0 gr (Bima 6) tidak berbeda nyata secara statistik (Tabel 2).

Sebagian varietas jagung yang diuji memiliki kadar air panen dalam kisaran 29,5 - 31,1% (varietas Bima 3), 29,7 - 30,7% (Bima 6) dan 33,6 - 34,9% (Bima 14). Sedangkan rata-rata kadar air panen berturut-turut mulai dari yang terendah adalah 30,3% (Bima 3), 30,2% (Bima 6) dan 34,3% (Bima 14) tidak berbeda nyata secara statistik (Tabel 2). Semakin tinggi kadar air pada saat panen akan mempengaruhi waktu pengeringan untuk mencapai kadar air optimal untuk pemipilan agar biji di tongkol dapat dipipil dengan baik dan tidak mempengaruhi mutu hasil. Menurut Saenong (2007), kadar air benih yang akan dipipil merupakan faktor penentu mutu hasil pipilan. Kisaran kadar air terbaik untuk benih yang 15-17%. Kadar air yang tinggi saat pemipilan mengakibatkan benih mudah rusak.

Tabel 2. Keragaan rata-rata komponen produksi varietas unggul hibrida jagung di Lampung Tengah. Varietas Komponen Produksi jumlah tongkol/ tanaman berat 6 tongkol (gr) berat pipilan 6 tongkol (gr) kadar air panen (%) berat 100 butir rendemen (%) Bima 3 1,0 1520,2 1104,6 30,3 39,0 72,7 Bima 6 1,0 1680,8 1233,0 30,2 40,5 73,2 Bima 14 1,0 1521,9 1126,7 34,3 41,7 74,9

Berat 100 butir sebagian besar varietas jagung yang diuji berada dalam kisaran 38,8 - 31,1 gr (varietas Bima 3), 40,2 - 40,7 gr (Bima 6) dan 38,7 – 43,8 g (Bima 14). Sedangkan rata-rata berat 100 butir berturut-turut mulai dari yang terendah adalah 39,03gr (Bima 3), 40,5 gr (Bima 6) dan 41,7% (Bima 14) tidak berbeda nyata secara statistik (tabel 2). Bila dibandingkan dengan deskripsi varietasnya, Bima 3 dan Bima 6 memiliki bobot 100 biji yang lebih rendah daripada bobot biji untuk varietas Bima 3 dan Bima 6 di lokasi pengkajian. Berdasarkan deskripsi varietas (Balit Serealia, 2010) bobot 1000 biji Bima 3 adalah 359 gr atau untuk 100 biji adalah 35,9 gr. Berdasarkan deskripsi varietas bobot 1000 biji Bima 3 adalah 277 gr atau untuk 100 biji adalah 27,7 gr. Adanya perbedaan deskripsi varietas dengan penampilan varietas di lapangan kemungkinan disebabkan perbedaan lingkungan tumbuh. Hal ini sejalan dengan pendapat Hinz et al. (1977) yang menyatakan bahwa suatu genotipe akan memberikan tanggapan yang berbeda pada lingkungan yang berbeda.

(5)

55

Rendemen sebagian besar varietas jagung yang diuji berada dalam kisaran 72,27-7,13% (varietas Bima 3), 71,0 - 74,8% (Bima 6) dan 73,1 - 76,7% (Bima 14). Sedangkan rata-rata rendemen berturut-turut mulai dari yang terendah adalah 72,7% (varietas Bima 3), 73,2 (Bima 6) dan 74,1% (Bima 14) (Tabel 2).

Keragaan Produktivitas

Produktivitas varietas jagung yang diuji berada dalam kisaran 6,87-6,99 t/ha (varietas Bima 3), 6,45-8,10 t/ha (Bima 6) dan 6,60-7,82 t/ha (Bima 14). Sedangkan rata-rata produktivitas berturut-turut mulai dari yang terendah adalah 6,93 t/ha (Bima 3), 7,15 t/ha (Bima 14) dan 7,43 t/ha (Bima 6) tidak berbeda nyata secara statistik (tabel 2). Bila dibandingkan dengan deskripsi varietasnya, Bima 3 dan Bima 6 memiliki produktivitas yang lebih tinggi daripada produktivitas untuk varietas Bima 3 dan Bima 6 di lokasi pengkajian. Berdasarkan deskripsi varietas (Balit Serealia, 2010), produktivitas Bima 3 adalah 8,27 t/ha dan produktivitas Bima 6 adalah 9,36 t/ha.

Tabel 3. Analisis deskriptif produktivitas varietas unggul hibrida jagung di Lampung Tengah.

Produktivitas (t/ha)

Bima 3 Bima 6 Bima 14

Rataan 6,9 7,4 7,1

Simpangan baku 0,0 0,9 0,6

Ragam 0,0 0,9 0,3

Minimum 6,9 6,3 6,6

Maximum 7,0 8,1 7,9

Tabel 4. Keragaan produktivitas varietas unggul jagung hibrida di Lampung Tengah.

Varietas Produktivitas (t/ha)

BIMA 3 6,9 tn

BIMA 6 7,4

BIMA 14 7,1

tn = tidak nyata

Pewarisan sifat untuk hasil tanaman (produktivitas) rendah, hal ini disebabkan hasil tanaman sangat dipengaruhi oleh genetipe lainnya seperti ukuran biji, bobot biji, ketahanan penyakit dan lain-lain. Halloran et al. (1979) menyatakan bahwa mekanisme fisiologis tanaman pada kondisi lingkungan yang baru biasanya bervariasi sehingga kebutuhan gen untuk dapat mengekspresikan penampilan yang baik pada lingkungan baru tersebut biasanya juga berbeda.

(6)

56

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Varietas jagung hibrida yang diuji (Bima 3, Bima 6 dan Bima 14) di Lampung Tengah Provinsi Lampung secara statistik menunjukkan tidak berbeda nyata antar varietas untuk hasil dan setiap komponen produksi yang diamati.

2. Varietas Bima 6 memiliki keseragaman hasil dan komponen hasil (berat 6 tongkol, berat pipilan 6 tongkol, berat 100 butir, rendeman) yang lebih rendah daripada varietas Bima 3 dan Bima 14 yang ditunjukkan oleh nilai variancenya.

DAFTAR PUSTAKA

BBP2TP. 2008. Seri Buku Inovasi: Teknologi Budidaya Jagung. Badan Litbang Pertanian.

BPTP Sulsel. 2007. Brosur: Teknologi PTT pada Jagung. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian.

Balit Sereal. 2010. Deskripsi Varietas Unggul Jagung edisi keenam. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Kementerian Pertanian

Halloran, G.M. 1979. Breeding self pollinated crops. In Knight, R. (Ed.). A Course Manual in Plant Breeding. AAUCS. Brisbane

Hinz, P.N., R. Shorter, P.A. Du Bose, and S.S Yang. 1977. Probablities of selecting genotypes when testing at several locations. Crop Sci. 17:325-326.

Kasryno, F., E. Pasandaran, Suyamto, dan M.O. Adyana. 2007. Gambaran Umum

Ekonomi Jagung. Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan.

Balitsereal.litbang.deptan.go.id. diakses tanggal 4 Mei 2011.

Saenong, S., M. Azrai, Ramlah, Rahmawati. 2007. Pengelolaan Benih Jagung, dalam Buku: Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Departemen Pertanian.

Referensi

Dokumen terkait

Wujud nyata dari permasalahan pelayanan publik dapat terlihat pada pelayanan pembuatan sertifikat tanah di Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Semarang yang

Pada tugas akhir ini, diharapkan dapat menganalisa resiko yang terjadi pada kebocoran pipa bawah laut dengan menggunakan hybrid risk analysis dan juga memberikan

Adanya limbah runtuhan bahan bangunan tersebut, merupakan potensi yang sangat besar apabila digunakan kembali sebagai bahan bangunan melalui teknologi daur ulang yang tepat, yang

Tabel 2 menunjukkan perlakuan K+, T1, T2 dan T3 tidak menunjukkan pengaruh yang nyata (P>0,05) sehingga dapat diketahui bahwa penggunaan ekstrak daun belimbing

Untuk mengatasi hal tersebut, dalam penelitian ini dibuatlah rancangan program aplikasi alat bantu pembelajaran IPA/Sains untuk SDLB bagian B khususnya materi sistem

Hal ini berarti kesenian untuk berbicara baik, yang dicapai berdasarkan bakat alam (talenta) dan keterampilan teknis. Retorika juga sering diartikan sebagai

Richard Burton Simaputang, mengatakan : 2 Akibat hukum lain yang juga amat penting dari pernyataan pailit adalah seperti yang ditegaskan dalam Pasal 41 Undang-Undang

Peran petugas promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat dimana menurut Kasie Kesga Dinkes bagian tersebut berperan, masih belum muncul di beberapa Puskesmas yang