• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 65. Tipikal Karakter Penanaman Tropis pada Area Masuk Perumahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambar 65. Tipikal Karakter Penanaman Tropis pada Area Masuk Perumahan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Produk Perancangan Lanskap

Pada setiap perancangan lanskap yang dihasilkan oleh BCI terdapat karakter dan keunikan tersendiri pada masing-masing proyek. Pada perancangan lanskap Elderly Community Housing, keunikan perancangan terletak pada tema tapak, yaitu “Modern Tropical Resort”. Alasan pemilihan tema Modern dan Tropical ini bertujuan sebagai ikon serta pemberi karakter pada kawasan Tin Shui Wai yang memiliki iklim sub-tropis. Tema Resort didasarkan pada pemanfaatan potensi alam disekeliling kawasan yang berupa ruang terbuka hijau, sehingga pengguna dapat merasakan kenyamanan hidup seperti di kawasan resort. Seperti yang dikatakan oleh Tan (1995) bahwa disamping budaya dan event, alam (scene) merupakan salah satu potensi lanskap yang dapat dijual pada sebuah resort.

Pada tema Modern dittitikberatkan kedalam perancangan arsitektural dan elemen keras. Sedangkan Tropical Resort dititikberatkan pada perancangan lanskap. BCI mewujudkan tema Tropical Resort dengan merancang material softscape dengan jenis-jenis tanaman tropis. Selain itu pembukaan potensi pemandangan (scenery) disekeliling ruang lanskap sebagai borrowed landscape memberikan kesan resort tersendiri. Pada perancangan penanaman tanaman tropis BCI memberikan usulan penanaman yang memiliki ciri khas tropis, terdiri dari: 1. Penanaman semak padat dan beragam.

2. Penanaman jenis pohon-pohon peneduh yang hijau sepanjang tahun. 3. Penanaman palem-paleman sebagai tanaman ornamental tropis.

(2)

Keuntungan penerapan tema Modern Tropical Resort pada tapak Elderly Community Housing adalah meningkatkan karakteristik tapak sebagai ikon di daerah Tin Shui Wai, yang sebenarnya memiliki jenis iklim sub-tropis. Tema ini dinilai unik, sehingga dapat meningkatkan daya jual terhadap calon pengguna tapak. Kekurangan pada tema ini adalah tidak adanya konsep kebudayaan lokal Cina sebagai pengikat budaya lokal Cina pada tapak. Hal ini dikarenakan permintaan klien yang mengikuti perkembangan kota Hong Kong yang mengarah kepada kota modern.

Tema tropis yang diusulkan oleh BCI tentunya memiliki kesulitan sendiri pada implementasi lapang di tapak, yaitu adaptasi tanaman tropis yang lebih sulit pada tapak sub-tropis dan membutuhkan biaya yang mahal untuk perawatan penanaman jenis tanaman tropis. Untuk mengatasi masalah ini, BCI meninjau kembali jenis-jenis tanaman dengan memberikan rekomendasi penanaman kepada konsultan lanskap lokal di Hong Kong untuk memastikan dan memeriksa jenis tanaman tropis yang umum ditanam di Hong Kong.

Selain tema perancangan, BCI juga selalu berupaya untuk menghasilkan tapak yang fungsional serta ramah terhadap lingkungan sekitarnya. BCI selalu berusaha menyelaraskan antara kebutuhan klien dengan keadaan tapak dengan mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang ada di tapak yang akan dirancang. Pada proyek Elderly Community Housing, terdapat tiga tujuan utama yang ingin dicapai dan berikut penyelesaian oleh BCI, yaitu:

1. Mengupayakan tapak yang berkelanjutan.

BCI merekomendasikan pemindahan pohon eksisting (transplanting) ke kawasan penyangga (buffer). Manfaat dari transplanting ini adalah salah satu upaya keberlanjutan (sustainability) tapak. Keuntungan dari transplanting ini adalah:

a. Mengurangi pembelian tanaman yang berasal dari lokasi lain, b. Mengurangi pembiayaan pengangkutan tanaman dari luar tapak,

c. Adaptasi pohon yang di transplanting di kawasan yang sama jauh lebih mudah pada pemeliharaan awal dalam kondisi iklim mikro yang sama, d. Sebagai salah satu pemanfaatan ulang pohon dengan mengurangi

(3)

2. Memanfaatkan ruang terbuka yang terdiri dari area aktif dan pasif yang dapat digunakan oleh pengguna tapak.

BCI merancang kawasan buffer tidak hanya dimanfaatkan sebagai kawasan penanaman pohon sebagai penyangga, namun juga dapat dapat dipakai sebagai ruang rekreasi aktif dan pasif. Dalam mewujudkan hal itu, BCI mengajukan pola penanaman pohon yang mampu membentuk ruang arsitektural pada area penyangga. Sesuai dengan yang dikatakan Booth (1983), bahwa tanaman mampu mengorganisasikan ruang yang diinginkan, seperti terbuka, tertutup, monumental, dan intim. Pola penanaman diterangkan pada gambar 66.

3. Menyediakan kawasan lanskap yang mampu memberikan aspek kesehatan. Dengan penanaman tropis yang lebat dan bervariasi serta penggunaan teknologi green wall dan roof garden merupakan hal penting untuk memaksimalkan kualitas pandangan sebagai aspek kesehatan. Penanaman ini diharapkan memberikan respon relaksasi terhadap lansia.

Sesuai dengan yang dikatakan oleh Mitrione (2005), bahwa pembukaan terhadap pemandangan alam dan penghijauan berkaitan dengan pengurangan respon terhadap stress psikologis. Respon ini terkait dengan pengobatan, bahwa semakin banyak persentase penghijauan yang berlawanan dengan perkerasan, maka semakin besar kemungkinan terjadinya relaksasi. Respon ini dipercaya tertanam di dalam sistem saraf untuk bertahan hidup di lingkungan yang disenangi. Selain itu penghijauan menciptakan ketenangan dan ruang yang tertutup untuk memfasilitasi pengalaman mediasi.

(4)

Berdasarkan produk perancangan yang telah dipelajari pada perancangan lanskap Elderly Community Housing, terdapati nilai tambah bagi BCI dalam menciptakan produk, yaitu:

1. Menciptakan tema tapak yang unik.

2. Peduli terhadap lingkungan untuk mengupayakan keberlanjutan tapak.

3. Memanfaatkan ruang lanskap dengan maksimal baik bagi ruang aktif maupun pasif.

4. Menyediakan ruang lanskap sesuai kebutuhan pengguna tapak.

6.2 Proses Perancangan

Arsitek lanskap akan bekerja dalam serangkaian analisis dan pemikiran kreatif untuk mencapai hasil integrasi yang sesuai antara elemen desain arsitektur lanskap yang satu dengan yang lainnya, antara tapak dengan kebutuhan klien. Serangkaian analisis dan pemikiran ini disebut dengan “design process” (proses perancangan). Proses perancangan ini akan membantu arsitek lanskap sampai pada penyelesaian perancangan yang secara kolektif memanfaatkan semua elemen desain untuk memenuhi kebutuhan proyek dengan cara yang efektif dan memuaskan secara estetik (Booth, 1983).

Proses perancangan lanskap di BCI memiliki beberapa tahapan terstruktur yang menjadi standar bagi perusahaan BCI. Proses ini didapat melalui pengalaman BCI selama bertahun-tahun dalam melakukan kegiatan perancangan. Proses perancangan secara berurutan dimulai dari proses mobilization, design process, working drawing, implementation, hingga proses maintenance. Proses ini memiliki persamaan dengan proses yang dinyatakan oleh Booth (1983). Meskipun pada pencapaian tiap proses berbeda-beda, namun secara garis besar alur dari proses perancangan lanskap memiliki persamaan. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Motloch (2001), setiap perancang memiliki cara yang berbeda dalam merancang, namun secara garis besar terdapat persamaan pada setiap tahap perancangan yang berupa sekuens yang berulang.

Pada proyek Elderly Community Housing, proses perancangan dilaksanaan dengan beberapa penyederhanan dari proses standar yang dimiliki BCI. Penyederhanaan proses ini sebagai strategi penghematan waktu dan biaya bagi

(5)

klien. Proses yang dilewati oleh BCI terdiri dari proses tender dan proses pemeliharaan. Proses tender tidak dilaksanakan karena proyek merupakan penunjukkan langsung. BCI juga tidak melaksanakan proses pemeliharaan awal dikarenakan pembagian lingkup kerja oleh konsultan lanskap Hong Kong, KNA yang bertindak sebagai lead consultant. Pemeliharaan awal akan dilaksanakan oleh konsultan lokal KNA sebagai strategi penghematan waktu dan biaya.

Proses yang dilewati oleh BCI sebenarnya dilaksanakan oleh konsultan KNA, sehingga dengan pembagian spesialisasi pekerjaan, dapat dikatakan proses yang dilakukan pada perancangan lanskap proyek ini telah lengkap. Dengan adanya dua konsultan lanskap yang terlibat dalam proyek menghasilkan proses perancangan lanskap yang lebih baik. KNA juga memberikan masukkan (review) terhadap proses perancangan yang dilakukan BCI. Dengan demikian proses perancangan yang dilakukan masing-masing konsultan memberikan pekerjaan yang efektif, dalam hal waktu dan tanaga menjadi lebih ringan, serta produk perancangan lebih maksimal.

Selain KNA dan BCI, proyek ini juga melibatkan konsultan arsitek bangunan, yaitu AGC dan WATG. AGC dan KNA berperan sebagai lead consultant, sedangkan BCI dan WATG berperan sebagai sub-consultant. Pada proyek ini lead consultant memiliki hubungan langsung dengan klien. Spesialisasi pekerjaan lead consultant lebih banyak berperan dalam survey dan analisis tapak serta pembuatan masterplan, sedangkan sub-konsultan mengerjakan proses perancangan studio. Proses perancangan studio oleh BCI dan WATG sebagai sub-consultant dilakukan secara bersamaan, sehingga menghasilkan proses perancangan terintegrasi antara bangunan dan lanskapnya. Hasil dari perancangan ini di selalu dikomunikasikan kepada lead consultant untuk mendapatkan masukan, hal ini memberikan keuntungan bagi sub-consultant yang tidak perlu membuat alternatif desain. Setelah perancangan studio selesai, lead consultant akan mengajukan presentasi kepada klien.

Proses perancangan studio yang dilakukan BCI tidak terlepas dari data tertulis yang diperoleh dari konsultan terkait, terdiri dari data vegetasi yang didapat dari KNA, peta dasar dan level yang didapat dari AGC, serta pemodelan 3D dan perancangan skematik didapat dari WATG. Dengan data tersebut

(6)

mempermudah BCI melakukan perancangan lanskap. BCI sebagai sub-consultant tidak melaksanakan analisis tapak biofisik dan sosial, karena telah dihasilkan oleh lead consultant. Analisis yang dilakukan oleh BCI merupakan studi ruang eksterior terhadap gambar perancangan yang dihasilkan arsitek WATG. Studi ini fungsinya sebagai dasar dari pengembangan perancangan lanskap. Analisis terdiri dari studi ruang terbuka/lanskap, studi sirkulasi/aksesibilitas dan studi peletakkan furnitur eksterior. Setelah kegiatan analisis selesai, ditentukan tema dan karakter tapak yang akan dirancang. Tema ini dihasilkan dari kesepakatan antara klien dan seluruh konsultan. Tema tapak yang didapat adalah “modern tropical resort” yang akan mempersatukan rancangan lanskap dan bangunan yang terintegrasi. Kemudian dilakukan penetapan dan tujuan fungsional lanskap yang akan di rancang oleh BCI. Ketiga komponen, yaitu data, analisis, serta konsep yang telah didapat di kembangkan kedalam gambar sketsa perancangan awal (preliminary concept design).

Perancangan arsitektur pada proyek ini sangat berpengaruh terhadap kondisi lanskap yang akan dirancang. Pemahaman tapak oleh pihak arsitek AGC sebagai lead consultant perlu mengetahui pentingnya kawasan lanskap bagi pengguna tapak. Pada pekerjaan masterplan, perancangan bangunan perlu memperhatikan kondisi lanskap yang akan disediakan. Dalam proyek ini, perancangan bangunan yang dilakukan arsitek AGC telah memperhatikan penyediaan ruang lanskap, sehingga memudahkan arsitek lanskap dalam merancang kawasan lanskapnya. Tipikal bangunan yang dirancang oleh arsitek berbentuk cluster bangunan dengan huruf “U” sebagai pembentuk ruang lanskap.

Keuntungan dalam mendesain bangunan dengan cluster bentuk U adalah menciptakan ruang lanskap semi-private atau ruang lanskap khusus bagi penghuni cluster. Hal ini membentuk ruang ketetanggaan antar penghuni, sehingga terjadi interaksi sosial yang baik. Cluster juga di arahkan ke timur laut tapak sehingga memberikan fokus pandangan kearah good view (ruang terbuka hijau). Gambar 67 menunjukkan bentuk perancangan cluster bangunan dengan huruf “U”.

(7)

Gambar 67. Cluster Bangunan Berbentuk U pada Area Domestik

McCahon (1986) mengatakan cluster unit yang dikelompokkan secara bersama-sama mendorong keramah-tamahan antar tetangga. Bentuk cluster sabit, U, atau L akan membentuk ketetanggan yang lebih kecil dalam satu lingkup perumahan dan mendefinisikan secara jelas lingkungan bersama pada grup ketetanggan. Ketetanggan yang terbentuk ini menjadi tahu satu sama lain dan berbagi rasa kebersamaan dan tanggungjawab atas kelompok rumah mereka.

Booth (1983) mengatakan bentuk cluster bangunan terbuka pada salah satu sisi akan membentuk ruang terbuka dan memberikan keuntungan fokus, arah yang kuat dan orientasi menghadap kepada fitur menonjol pada lanskap terluar.

(8)

Gambar 66. Bentuk Cluster U (Sumber: McCahon, 1986)

Gambar 67. Cluster U pada Bangunan Menciptakan Pandangan Fokus (Booth, 1983)

6.3 Pencapaian Kegiatan Magang

Mahasiswa magang dilibatkan langsung pada pengerjaan desain berbagai proyek. Kegiatan magang bertepatan dengan beberapa proyek pada tahap awal yang dikerjakan oleh BCI dengan deadline yang hampir bersamaan. Sehingga mahasiswa magang banyak terlibat pada proses perencanaan awal yaitu preliminary concept design dan final concept design. Kegiatan magang dibimbing oleh staf BCI, baik Managing Director, Associate, Project manager maupun Arsitek Lanskap.

Selain membantu proses desain pada penggambaran siteplan, mahasiswa juga mendapat tugas membuat model perspektif, skematik studi, serta penggambaran potongan (section) dan elevasi. Pada setiap proyek, penggambaran

(9)

terdiri pada tahapan preliminary concept design dan final concept design. Teknik penggambaran mengikuti standar penggambaran di BCI Singapura. Penggambaran banyak menggunakan teknik hand drawing dan dikombinasikan dengan grafis komputer.

Teknik penggambaran hand drawing pada BCI dilakukan diatas kertas tracing paper, kemudian setelah penggambaran selesai, dilakukan scanning ke komputer lalu di print diatas vellum paper untuk diwarnai dengan marker, kemudian gambar di scan kembali dan diberi pengeditan akhir di program Adobe Photoshop CS3 kemudian di lakukan layout oleh tim grafis pada Adobe InDesign untuk dijadikan bahan persentasi. Dengan alat dan bahan, serta teknologi yang dimiliki oleh BCI, proses perancangan lanskap di studio menjadi mudah. Teknik penggambaran yang diterapkan di BCI antara kombinasi hand-drawing dan komputerisasi efisien, sehingga dapat mempercepat waktu perancangan lanskap. Dengan pembagian pekerjaan pada tiap tim, memberikan hasil akhir produk persentasi yang maksimal.

Kekurangan yang didapat pada saat magang adalah pembelajaran mahasiswa terhadap pengerjaan gambar detail konstruksi tidak banyak dikarenakan deadline pekerjaan tahap preliminary concept design yang banyak pada setiap proyek. Selain itu mahasiswa tidak melakukan tinjauan lapang terhadap proyek-proyek yang sedang dilaksanakan BCI.

Gambar

Gambar 65. Tipikal Karakter Penanaman Tropis pada Area Masuk Perumahan
Gambar 66. Pola Penanaman Pada Area Buffer
Gambar 67. Cluster Bangunan Berbentuk U pada Area Domestik
Gambar 66. Bentuk Cluster U (Sumber: McCahon, 1986)

Referensi

Dokumen terkait