PENERAPAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY
PROCESS) DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN
BARANG PADA PT. SUMBER REZEKI BERSAMA
S K R I P S I
Oleh :
EKO SUMARSONO NIM. 1220000254
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS POTENSI UTAMA
MEDAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer
ABSTRAK
Pengendalian besarnya nilai persediaan barang bukanlah hal yang mudah bagi perusahaan, dari mulai melakukan pencatatan harga pembelian barang, menentukan harga sampai dengan penyajian persediaan barang tersebut kedalam laporan keuangan. Untuk memudahkan pengendalian persediaan barang, maka dibutuhkan sebuah sistem pendukung keputusan yang bertujuan untuk mempermudah proses pengendalian persediaan barang yang diharapkan dapat membantu masalah-masalah yang ada pada perusahaan. Hal yang sama pula yang dibutuhkan PT. Sumber Rezeki Bersama. Perusahaan swasta yang bergerak di bidang distribusi produk makanan ini juga membutuhkan sistem pendukung keputusan yang dapat mengendalikan persediaan barang sehingga dapat mempermudah proses pengendalian persediaan barang. Sebelumnya persediaan barang pada PT. Sumber Rezeki Bersama mengalami kendala dimana perusahaan tidak memprioritaskan pemesanan barang, terutama pada barang dengan penjualan tertinggi. Sehingga ketika terjadi banyak pesan dari konsumen terhadap barang tersebut, perusahaan tidak dapat memenuhi pesanan tepat waktu, mengingat stok barang yang tidak selalu tersedia (karena tidak diprioritaskan).
Kata Kunci : Penerapan Metode AHP Dalam Pengendalian Persediaan Barang Pada PT. Sumber Rezeki Bersama. SQL Server, Visual Basic.
ABSTRACT
Control of the value of inventory is not easy for companies, from start to do the recording of the purchase price of goods, determine the price up to the presentation of such goods inventory into the financial statements. To facilitate inventory control, then it takes a decision support system that aims to facilitate inventory control process that is expected to help the problems that exist in the company. The same is also required PT. Sumber Rezeki Bersama. The private company engaged in the distribution of food products also require decision support system that can control the supply of goods so as to facilitate the process of inventory control. Previous inventory at PT. Sumber Rezeki Bersama experienced problems in which the company does not prioritize the ordering of goods, especially on goods with the highest sales. So when there is a lot of messages from the consumer to the goods, the company can not meet orders on time, given the stock of items that are not always available (it does not have priority).
Keywords: Application of AHP Method In Inventory Control On PT. Sumber Rezeki Bersama. SQL Server, Visual Basic.
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah penulis ucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beriringkan salam, semoga selalu tercurah kepada junjungan semesta alam Nabi Muhammad SAW, semoga kita mendapatkan syafaatnya kelak.
Adapun judul penulisan skripsi yang penulis buat adalah “Penerapan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process) Dalam Pengendalian Persediaan Barang Pada PT. Sumber Rezeki Bersama”.
Penulisan skripsi ini merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1), Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer jurusan Sistem Informasi pada Universitas Potensi Utama. Penulisan skripsi ini bukan hanya sekedar “syarat” belaka, tetapi juga merupakan suatu karya nyata terhadap ilmu pengetahuan yang telah penulis dapat selama mengikuti perkuliahan. Selain itu, penulisan skripsi ini juga sebagai bahan pembelajaran bagi penulis, khususnya dalam hal penulisan karya ilmiah. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis juga mengambil beberapa buah pemikiran dari buku-buku panduan yang mendukung penyusunan laporan ini.
ii
Selama proses penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan maupun bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Lili Tanti, M.Kom, selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan waktu dan saran - saran maupun kritikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan ini sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
2. Ibu Linda Wahyuni, M.Kom, selaku Dosen Pembimbing II yang telah begitu banyak memberikan bimbingan dan petunjuk serta meluangkan waktunya dalam menyelesaikan penulisan skripsi.
3. Ibu Hj. Nuriandy, B.A, selaku Pembina Yayasan Potensi Utama Medan. 4. Bapak Bob Subhan Riza, ST, M. Kom, selaku Ketua Yayasan Potensi Utama
Medan.
5. Ibu Rika Rosnelly, SH, M.Kom, selaku Rektor Universitas Potensi Utama Medan.
6. Ibu Lili Tanti, M.Kom, Selaku Wakil Rektor I Universitas Potensi Utama Medan.
7. Ibu Ratih Puspasari, M.Kom, Selaku Dekan Fakultas Teknik Dan Ilmu Komputer Universitas Potensi Utama Medan.
8. Ibu Mas Ayoe Elhias Nst, M.Kom, selaku Ketua Program Studi Sistem Informasi.
9. Bapak Abdul Meizar, M. Kom, selaku Dosen Wali Sistem Informasi Kelas C- Malam
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I : PENDAHULUAN... 1
I.1. Latar Belakang ... 1
I.2. Ruang Lingkup Permasalahan ... 3
I.2.1. Identifikasi Masalah ... 3
I.2.2. Perumusan Masalah ... 3
I.2.3. Batasan Masalah ... 4
I.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4
I.3.1. Tujuan Penelitian ... 4
I.3.2. Manfaat Penelitian ... 5
I.4. Metodologi Penelitian ... 5
I.5. Keaslian Penelitian ... 9
I.6. Lokasi Penelitian ... 11
v
BAB II : LANDASAN TEORI ... 13
II.1. Sistem ... 13
II.2. Informasi ... 13
II.3.Pengertian Sistem Informasi ... 13
II.4. Sistem Pendukung Keputusan (SPK) ... 14
II.4. Sistem Pendukung Keputusan (SPK) ... 14
II.5. Sistem Pengendalian Persediaan ... 14
II.6. Analytical Hierarchy Process (AHP) ... 16
II.6.1. Tahapan Analytical Hierarchy Proces (AHP) ... 17
II.6.2. Langkah dan Prosedur Analytical Hierarchy Proces .... 21
II.7. Microsoft Visual Studio 2010... 22
II.8. Microsoft SQL Server 2008 ... 23
II.9. Entity Relationship Diagram (ERD) ... 24
II.10. Normalisasi ... 24
II.11. Unified Modelling Language (UML) ... 25
II.11.1. Use Case Diagram ... 26
II.11.2. Class Diagram ... 26
II.11.3. Activity Diagram ... 27
II.11.4. Sequence Diagram ... 28
BAB III : ANALISA DAN DESAIN SISTEM ... 30
III.1. Analisis Masalah ... 30
vi
III.2.1. Metode Analytical Hierarchi Process (AHP) ... 35
III.3. Desain Sistem ... 43
III.3.1. Use Case Diagram ... 44
III.3.2. Class Diagram ... 45
III.3.3. Activity Diagram ... 46
III.3.4. Sequence Diagram ... 51
III.4. Desain Database ... 55
III.4.1. Kamus Data ... 55
III.4.2. Normalisasi ... 56
III.4.3. Desain Tabel ... 57
III.4.4. ERD (Entity Relationship Diagram) ... 60
III.5. Desain Sistem ... 62
BAB IV : HASIL DAN UJICOBA ... 69
IV.1. Hasil ... 69
IV.1.1. Tampilan Program ... 69
IV.2. Uji Coba Hasil ... 77
IV.2.1. Skanario Pengujian ... 77
IV.2.1.1. Pengujian Validitas Algoritma ... 79
IV.2.2. Hasil Pengujian ... 80
IV.2.2.1. Kelebihan... 80
vii
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 82 V.1. Kesimpulan ... 82 V.2. Saran ... 82
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1.Metode Waterfall ... 5
Gambar II.1. Contoh Entity Relationship Diagram ... 24
Gambar II.2. Contoh Normalisasi ... 25
Gambar II.3. Contoh Use Case Diagram ... 26
Gambar II.4 Contoh Class Diagram ... 27
Gambar II.5. Contoh Activity Diagram ... 28
Gamabr II.6. Contoh Sequence Diagram ... 29
Gambar III.1. Hirarki AHP Pengendalian Persediaan Barang ... 35
Gambar III.2. Use Case Sitem Pendukung Keputusan Pengendalian Persedian Barang ... 44
Gambar III.3. Class Diagram Sistem Pendukung Keputusan Pengendalian Persediaan Barang ... 45
Gambar III.4. Activity Diagram Login ... 46
Gambar III.5. Activity Diagram Data Barang ... 47
Gambar III.6. Activity Diagram Data Toko ... 48
Gambar III.7. Activity Diagram Kriteria ... 49
Gambar III.8. Activity Diagram Sub Kriteria ... 49
Gambar III.9. Activity Diagram Data Penilaian ... 50
Gambar III.10. Sequence Diagram Login ... 51
Gambar III.11. Sequence Diagram Data Barang ... 52
Gambar III.12. Sequence Diagram Data Toko ... 52
ix
Gambar III.14. Sequence Diagram Penilaian ... 54
Gambar III.15. Entity Relationship Diagram Sistem Pendukung Keputusan Pengendalian Persediaan Barang ... 61
Gambar III.16. Desain Halaman Halaman Login... 62
Gambar III.17. Desain Halaman Home ... 63
Gambar III.18. Desain Form Data Login ... 63
Gambar III.19. Desain Form Data Barang ... 64
Gambar III.20. Desain Form Data Toko ... 65
Gambar III.21. Desain Halaman Proses Kriteria ... 66
Gambar III.22. Desain Halaman Sub Kriteria ... 67
Gambar III.23. Desain Halaman Penilaian ... 67
Gambar III.24. Desain Halaman Laporan Data Toko ... 68
Gambar III.25. Desain Halaman Laporan Penilaian ... 68
Gambar IV.1. Tampilan Form Login ... 70
Gambar IV.2. Tampilan Form Home ... 71
Gambar IV.3. Tampilan Form Data Login... 72
Gambar IV.4. Tampilan Form Data Barang ... 72
Gambar IV.5. Tampilan Form Data Toko ... 73
Gambar IV.6. Tampilan Form Bobot Prioritas Kriteria ... 74
Gambar IV.7. Tampilan Form Sub Kriteria ... 74
Gambar IV.8. Tampilan Form Penilaian... 75
Gambar IV.9. Tampilan Laporan Data Toko ... 76
x
DAFTAR TABEL
Tabel I.1. Keaslian Penelitian ...9
Tabel II.1. Nilai RI ...21
Tabel III.1. Nilai Kriteria ...37
Tabel III.2. Matriks Perbandingan Berpasangan ...37
Tabel III.3. Hasil Matriks Perbandingan Berpasangan ...37
Tabel III.4. Hasil Matriks Perbandingan Berpasangan ...38
Tabel III.5. Perhitungan Pembagian Jumlah Kolom ...38
Tabel III.6. Hasil Nilai Pembagian Jumlah Kolom ...38
Tabel III.7. Hasil Perhitungan Pembagian Jumlah Baris ...39
Tabel III.8. Perhitungan Prioritas Kriteria ...39
Tabel III.9. Hasil Perhitungan Prioritas Kritria ...40
Tabel III.10. Perbandingan Sub Kritria Stok Gudang ...40
Tabel III.11. Bobot Nilai Dan Prioritas Sub Kriteria Stok Gudang ...40
Tabel III.12. Perbandingan Sub Kritria Pengiriman ...41
Tabel III.13. Bobot Nilai Dan Prioritas Sub Kriteria Pengiriman...41
Tabel III.14. Perbandingan Sub Kriteria Barang Rusak ...41
Tabel III.15. Bobot Nilai Dan Prioritas Sub Kriteria Barang Rusak ...42
Tabel III.16. Perbandingan Sub Kriteria Penjualan ...42
Tabel III.17. Bobot Nilai Dan Prioritas Sub Kriteria Penjualan ...42
Tabel III.18. Penentuan Kualitas ...43
xi
Tabel III.20. Tabel Login ...57
Tabel III.21. Data Login ...58
Tabel III.22. Tabel Data Barang ...58
Tabel III.23. Tabel Data Toko...59
Tabel III.24. Tabel Penilaian ...59
Tabel IV.1. Uji Coba Sistem Data Toko ...78
Tabel IV.2. Uji Coba Sistem Data Penilaian ...79
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran-1 Listing Program
Lampiran-2 Surat Pengajuan Judul Skripsi Lampiran-3 Formulir Pendaftaran Judul Skripsi
Lampiran-4 Surat Pernyataan Bersedia Membimbing Pembimbing I Lampiran-5 Surat Pernyataan Bersedia Membimbing Pembimbing II Lampiran-6 Surat Pernyataan Bersedia Membimbing Riset/Perusahaan Lampiran-7 Formulir Pendaftaran Seminar Skripsi
Lampiran-8 Berita Acara Seminar Skripsi
Lampiran-9 Formulir Pendaftaran Sidang Skripsi Lampiran-10 Lembar Pengesahan
Lampiran-11 Surat Permohonan Izin melakukan Riset dari perusahaan Lampiran-12 Surat Keterangan selesai Riset dari perusahaan
BAB I
PEDAHULUAN
BAB I
1 BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Persediaan Barang merupakan komponen utama yang sangat penting dalam suatu perusahaan, karena persediaan akan dijual secara terus menerus untuk kelangsungan hidup perusahaan. Sehingga dapat dikatakan bahwa hampir pada setiap perusahaan dagang, persediaan barang merupakan aset harta yang cukup besar jika dibandingkan dengan harta lancar lainnya.
Pengendalian besarnya nilai persediaan barang bukanlah hal yang mudah bagi perusahaan, dari mulai melakukan pencatatan harga pembelian barang, menentukan harga sampai dengan penyajian persediaan barang tersebut kedalam laporan keuangan. Untuk memudahkan pengendalian persediaan barang, maka dibutuhkan sebuah sistem pendukung keputusan yang bertujuan untuk mempermudah proses pengendalian persediaan barang yang diharapkan dapat membantu masalah-masalah yang ada pada perusahaan.
Hal yang sama pula yang dibutuhkan PT. Sumber Rezeki Bersama. Perusahaan swasta yang bergerak di bidang distribusi produk makanan ini juga membutuhkan sistem pendukung keputusan yang dapat mengendalikan persediaan barang sehingga dapat mempermudah proses pengendalian persediaan barang. Sebelumnya persediaan barang pada PT. Sumber Rezeki Bersama mengalami kendala dimana perusahaan tidak memprioritaskan pemesanan barang, terutama pada barang dengan penjualan tertinggi. Sehingga ketika terjadi banyak pesanan
2
dari konsumen terhadap barang tersebut, perusahaan tidak dapat memenuhi pesanan tepat waktu, mengingat stok barang yang tidak selalu tersedia (karena tidak diprioritaskan)
Maka dengan adanya masalah tersebut dibutuhkan sebuah aplikasi khusus yang dapat mempermudah perusahaan dalam menentukan prioritas barang dalam pemenuhan persediaan dengan menggunakan metode AHP (Analitycal Hierarcy Process). Metode AHP digunakan sebab dapat memilih kriteria-kriteria yang
saling bertentangan sehingga dari kriteria yang ada ini akan diolah dengan metode AHP untuk menghasilkan salah satu alternatif yang diinginkan. Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut (Nurhidayat: 2013).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mengambil judul: “Penerapan Metode AHP Dalam Pengendalian Persediaan Barang Pada PT. Sumber Rezeki Bersama.”
3
I.2. Ruang Lingkup Permasalahan I.2.1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan, maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1. Kurang pengendalian terhadap persediaan barang di toko.
2. Kurang memprioritaskan pemesanan barang yang paling banyak terjual (barang dengan penjualan tertinggi).
3. Sering terjadi keterlambatan pendistribusian barang ke konsumen karena stok barang yang kurang terkendali.
I.2.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana merancang dan membangun sebuah sistem yang dapat membantu PT. Sumber Rezeki Bersama dalam mengendalikan jumlah persediaan setiap barang dengan tepat?
2. Bagaimana merancang dan membangun sebuah sistem yang dapat membantu PT. Sumber Rezeki Bersama dalam memprioritaskan pemesanan barang yang paling banyak terjual (barang dengan penjualan tertinggi) dengan tepat? Bagaimana mempercepat proses pengambilan keputusan dalam memprioritaskan pemesanan barang tertentu agar pesanan barang konsumen dapat direalisasikan dengan cepat?
4
I.2.3. Batasan Masalah
Agar pembahasan masalah tidak menyimpang dari tujuan penelitian, maka berikut adalah beberapa batasan yang perlu dibuat, yaitu :
1. Penelitian ini hanya membahas tentang pengambilan keputusan dalam pengendalian persediaan barang pada PT. Sumber Rezeki Bersama.
2. Proses yang dilibatkan antara lain mengendalikan data stok toko sehingga tidak terjadi kekurangan ataupun kelebihan barang, dengan kriteria barang yakni kriteria stok gudang, pengiriman, barang rusak dan penjualan.
3. Sistem pendukungn keputusan yang akan dirancang menggunakan metode AHP (Analitycal Hierarchy Process).
4. Perancangan menggunakan bahasa pemograman Visual Studio 2010 dengan database SQL server 2008.
I.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.3.1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulis dalam pembuatan skripsi ini adalah :
1. Untuk membangun sistem pendukung keputusan pengendalian persediaan barang dengan metode AHP dan dapat dikembangkan lebih lanjut sehingga memberikan kemudahan bagi pemakainya.
2. Sistem ini dapat membantu dalam pengambilan keputusan pengendalian persediaan barang.
3. Sistem ini dapat menampilkan laporan persediaan barang menurut kriteria tertentu.
5
I.3.2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam pembuatan skripsi ini adalah :
1. Membantu perusahaan dalam mengambil keputusan untuk pengendalian persediaan barang.
2. Mempercepat proses pengambilan keputusan dalam pengendalian persediaan barang.
3. Terciptanya sistem yang mudah digunakan dalam proses pengendalian persediaan barang.
I.4. Metodologi Penelitian
Metode merupakan suatu cara atau teknik yang sistematik untuk mengerjakan suatu kasus. Teknik analisis data dalam pembuatan perangkat lunak menggunakan paradigma perangkat lunak secara Waterfall, yang meliputi beberapa proses diantaranya dapat dilihat pada Gambar 1:
Gambar I.1. Metode Waterfall Analisis Kebutuhan Perancangan Pemeliharaan Pengujian Pengkodean
6
Menurut Pressman (2010), model waterfall adalah model klasik yang bersifat sistematis, berurutan dalam membangun software. Model ini melakukan pendekatan secara sistematis dan berurutan. Disebut dengan waterfall karena tahap demi tahap yang dilalui harus menunggu selesainya tahap sebelumnya dan berjalan berurutan.
Waterfall adalah suatu metodologi pengembangan perangkat lunak yang
mengusulkan pendekatan kepada perangkat lunak sistematik dan sekuensial yang mulai pada tingkat kemajuan sistem pada seluruh analisis, desain, kode, pengujian dan pemeliharaan. Langkah-langkah yang harus dilakukan pada metodologi Waterfall adalah sebagai berikut :
1. Analisis kebutuhan perangkat lunak
Proses pengumpulan kebutuhan diintensifkan dan difokuskan, khususnya pada perangkat lunak. Untuk memahami sifat program yang dibangun, rekayasa perangkat lunak (analisis) harus memahami domain informasi, tingkah laku, unjuk kerja dan antar muka (interface) yang diperlukan.
Mengumpulkan kebutuhan secara lengkap kemudian dianalisis dan didefinisikan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh software yang akan dibangun. Hal ini sangat penting, mengingat software harus dapat berinteraksi dengan elemen-elemen yang lain seperti hardware, database, dan sebagainya. Tahap ini sering disebut dengan Project Definition.
7
2. Perancangan
Perancangan perangkat lunak sebenarnya adalah proses multi langka yang berfokus pada empat atribut sebuah program yang berbeda: struktur data, arsitektur perangkat lunak, representasi interface dan detail (algoritma) prosedural. Proses desain menerjemahkan syarat/kebutuhan kedalam sebuah representasi perangkat lunak yang dapat di perkirakan demi kualitas sebelum dimulai pemunculan kode. Sebagaimana persyaratan, desain didokumentasikan dan menjadi bagian dari konfigurasi perangkat lunak.
Proses pencarian kebutuhan diintensifkan dan difokuskan pada software. Untuk mengetahui sifat dari program yang akan dibuat, maka para software engineer harus mengerti tentang domain informasi dari software, misalnya fungsi
yang dibutuhkan, user interface, dan sebagainya. Dari dua aktivitas tersebut (pencarian kebutuhan sistem dan software) harus didokumentasikan dan ditunjukkan kepada user. Proses software design untuk mengubah kebutuhan-kebutuhan di atas menjadi representasi ke dalam bentuk "blueprint" software sebelum coding dimulai. Desain harus dapat mengimplementasikan kebutuhan yang telah disebutkan pada tahap sebelumnya. seperti dua aktivitas sebelumnya, maka proses ini juga harus didokumentasikan sebagai konfigurasi dari software.
3. Pengkodean
Pengkodean merupakan penerjemahan desain dalam bahasa yang bisa dikenali oleh komputer. Programmer akan menerjemahkan transaksi yang diminta
8
oleh User. Jika desain dilakukan dengan cara yang lengkap, pembuatan kode dapat diselesaikan secara mekanis.
Untuk dapat dimengerti oleh mesin, dalam hal ini adalah komputer, maka desain tadi harus diubah bentuknya menjadi bentuk yang dapat dimengerti oleh mesin, yaitu ke dalam bahasa pemrograman melalui proses coding . Tahap ini merupakan implementasi dari tahap design yang secara teknis nantinya dikerjakan oleh programmer.
4. Pengujian
Proses Pengujian dilakukan pada logika internal untuk memastikan semua pernyataan sudah diuji. Pengujian eksternal fungsional untuk menemukan kesalahan-kesalahan dan memastikan bahwa input akan memberikan hasil yang aktual sesuai yang dibutuhkan.
5. Pemeliharaan
Perangkat lunak yang sudah disampaikan kepada pelanggan pasti akan mengalami perubahan. Perubahan tersebut bisa karena mengalami kesalahan karena perangkat lunak harus menyesuaikan dengan lingkungan (periperal atau sistem operasi baru) baru, atau karena pelanggan membutuhkan perkembangan fungsional atau unjuk kerja.
Sesuatu yang dibuat haruslah diujicobakan. demikian juga dengan software. Semua fungsi-fungsi software harus diujicobakan, agar software bebas
9
dari error, dan hasilnya harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan yang sudah didefinisikan sebelumnya.
Pemeliharaan suatu software diperlukan, termasuk di dalamnya adalah pengembangan, karena software yang dibuat tidak selamanya hanya seperti itu ketika dijalankan mungkin saja masih ada error kecil yang tidak ditemukan sebelumnya atau ada penambahan fitur-fitur yang belum ada pada software tersebut. Pengembangan diperlukan ketika adanya perubahan dari eksternal perusahaan seperti ketika ada pergantian sistem operasi, atau perangkat lainnya.
I.5. Keaslian Penelitian
Berikut adalah beberapa jurnal penelitian terdahulu terkait judul penelitian skripsi ini pada tabel I.
Tabel I.1. Keaslian Penelitian
No Peneliti Judul Kronologis
1 Taufik Nurhidayat (2013)
Sistem Pendukung
Keputusan Dengan
Metode AHP (Analytic Hierarchy Process) Untuk Penentuan Prioritas Jenis Barang Persediaan Di PT. Luwes Group Surakarta.
Persediaan barang dagangan merupakan barang yang dibeli dalam keadaan jadi dan disimpan di gudang untuk dijual kembali ke konsumen dengan sistem antrian. Selama ini Perusahaan menggunakan analisis ABC didalam menentukan jenis barang persediaan, namun dalam perjalanannya analisis masih menemukan kendala-kendala terhadap perilaku waktu dan permintaan tak terduga, sehingga diperlukan sistem yang lebih baik untuk dapat memberikan informasi yang tepat dalam proses penentuan jenis barang yang paling mendesak untuk
10
disediakan berdasarkan peramalan kebutuhan konsumen
yang akan datang. Dengan methode AHP kiranya dapat membantu dalam mengatasi permasalahan yang ada. 2 Ahmad Rizky Aristyanto (2014) Perancangan Sistem Informasi Pengendalian Intern Persediaan Barang Pada
CV. Prima Group
Semarang
Pengolahan data dan informasi secara cepat, tepat dan efisien adalah hal penting yang dibutuhkan bagi setiap perusahaan atau instansi, seperti pada CV. Prima Group yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisa, merancang, dan membangun sistem informasi pengendalian intern persediaan barang pada CV. Prima Group Semarang. Perancangan sistem menggunakan Object Oriented Design (OOD) yang meliputi object, class, atribut, class diagram, relasi, use case, sequence diagram dan diagram state. Perancangan system informasi dibuat menggunakan bahasa pemrograman DELPHI 7 dan Appserv atau MYSQL pada CV. Prima Group. Dalam membuat system antara lain : system informasi pengolahan data pengendalian intern persediaan barang yang menggunakan komputer.
3 Eko
Sumarsono (2016)
Penerapan Metode
(AHP) Analitycal
Hierarchy Process Dalam Pengendalian Persediaan Barang Pada PT. Sumber Rezeki Bersama
Persediaan Barang merupakan komponen utama yang sangat penting dalam suatu perusahaan, karena persediaan akan dijual secara terus menerus untuk kelangsungan hidup perusahaan. Pengendalian besarnya nilai persediaan barang bukanlah hal yang mudah bagi perusahaan, dari mulai melakukan pencatatan harga pembelian barang, menentukan harga sampai dengan penyajian persediaan barang tersebut kedalam laporan
11
I.6. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dalam penyusunan skripsi ini pada PT. Sumber Rezeki Bersama yang beralamat di Jl. Pulau Sumbawa No.8 KIM II Mabar-Medan.
I.7. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang diajukan dalam tugas akhir ini adalah seagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini menerangkan tentang latar belakang, ruang lingkup permasalahan, tujuan dan manfaat, metode penelitian dan sistematika penulisan.
keuangan, dalam hal ini diperlukan metode yang tepat untuk menghitung besarnya nilai penggunaan persediaan barang pada akhir periode. Maka dengan adanya masalah tersebut dibutuhkan sebuah aplikasi khusus yang dapat membantu perusahaan untuk mengambilan keputusan dalam pengendalian persediaan barang secara tepat dan cepat. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mengambil judul : “Penerapan
Metode AHP Dalam
Pengendalian Persediaan Barang Pada PT. Sumber Rezeki Bersama.”
12
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini menerangkan tentang teori-teori dan metode yang berhubungan dengan topik yang dibahas atau permasalahan yang sedang dihadapi yaitu berupa pembahasan mengenai sistem pendukung keputusan, metode AHP (Analitycal Hierarchy Process), Visual Studio 2010, Microsoft SQL Server 2008 dan
UML (Unified Modelling Language). BAB III : ANALISIS DAN PERANCANGAN
Pada bab ini mengemukakan tentang analisa sistem yang sedang berjalan, evaluasi sistem yang berjalan dan desain sistem secara detail.
BAB IV : HASIL DAN UJI COBA
Pada bab ini menerangkan hasil dan pembahasan program yang dirancang serta kelebihan dan kekurangan sistem yang dirancang.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisi kesimpulan penulisan dan saran dari penulis sebagai perbaikan di masa yang akan datang untuk sistem.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB II
13
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1. Sistem
Menurut Churchman, sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang dikoordinasikan untuk melaksanakan seperangkat tujuan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan rangkaian bagian-bagian yang saling berhubung dan saling berpengaruh satu sama lain yang dikoordinasikan untuk melaksanakan seperangkat tujuan tertentu. (Rochmawati Daud ; 2014 : 18).
II.2. Informasi
Informasi merupakan data yang telah diproses sehingga mempunyai arti tertentu bagi penerimanya. Sumber dari informasi adalah data, sedangkan data itu merupakan suatu peristiwa yang terjadi pada waktu tertentu. Dalam hal ini informasi dan data saling berkaitan. Dengan adanya sistem yang baik diharapkan dapat menghasilkan suatu informasi yang berkualitas tinggi. ( Rochmawati Daud; 2014 : 18).
II.3. Pengertian Sistem Informasi
Suatu sistem dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi operasi organisasi yang bersifat manajerial dengan kegiatan strategi dari suatu organisasi untuk dapat
14
menyediakan kepada pihak luar tertentu dengan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan. (Rochmawati Daud; 2014 : 18).
II.4. Sistem Pendukung Keputusan (SPK)
Menurut Keen dan Scoot Morton Sistem Pendukung Keputusan merupakan penggabungan sumber - sumber kecerdasan individu dengan kemampuan komponen untuk memperbaiki kualitas keputusan. Sistem Pendukung Keputusan juga merupakan sistem informasi berbasis komputer untuk manajemen pengambilan keputusan yang menangani masalah - masalah semi struktur. (Nanda Abdurrahman Wahid ; 2014 : 93).
Sistem pendukung keputusan atau Decision Support System (DSS) adalah sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan, dan pemanipulasian data yang digunakan untuk membantu pengambilan keputusan pada situasi yang semi terstruktur dan situasi yang tidak terstruktur dimana tak seorang pun tahu secara pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat. Konsep DSS dikemukakan pertama kali oleh Scoot Morton pada tahun 1971. (Nanda Abdurrahman Wahid ; 2014 : 93).
II.5. Sistem Pengendalian Persedian
Sistem pengendalian persediaan barang dagang ataupun persediaan bahan baku harus dilaksanakan seefektif mungkin dalam suatu perusahaan untuk mencegah dan menghindari terjadinya kelebihan maupun kekurangan persediaan.
15
Menurut Harjanto (2008, h.237) Sistem pengendalian persediaan dapat didefinisikan sebagai serangkaian kebijakan pengendalian untuk menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan pemesanan untuk menambah persediaan harus dilakukan dan berapa pesanan yang harus diadakan.
Menurut Kieso, Weygandt, Warfield (2009, h.402) Persediaan (inventory) adalah pos-pos aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual dalam operasi bisnis normal, atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi. Investasi dalam persediaan merupakan aktiva lancar paling besar dari perusahaan barang dagang dan manufaktur.
Jenis persediaan yang dimiliki setiap perusahaan berbeda-beda, tergantung sifat dan tujuannya.
a. Persediaan pada Perusahaan Manufaktur
Menurut Rangkuti (2007, h.14) Jenis-jenis persediaan pada perusahaan manufaktur yaitu: persediaan bahan baku, persediaan bahan pembantu pembntu atau penolong, persediaan barang dalam /proses, dan persediaan barang jadi (siap untuk dijual).
b. Persediaan pada Perusahaan Dagang
Perusahan dagang memiliki jenis barang yang terdiri dari: Persediaan perlengkapan (Inventory Of Supplies) dan Persediaan barang dagangan (Merchandise Inventory).
Persediaan yang dimiliki perusahaan bertujuan untuk menjaga kelancaran usaha. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan pembeli. Sedangkan bagi perusahaan
16
industri, persediaan bahan baku dan barang dalam proses bertujuan untuk memperlancar kegiatan produksi, sedangkan persediaan barang jadi ditujukan untuk memenuhi kebutuan pasar. Menurut Siagian (2006, h162-163) fungsi persediaan terbagi atas empat jenis yaitu : Fungsi Pemisah Wilayah, Fungsi Decoupling, Fungsi Penyeimbang dengan Permintaan, dan Fugsi Penyangga.
Dalam sebuah perusahaan, persediaan akan mempengaruhi neraca maupun laporan laba rugi. Dalam neraca perusahaan dagang, persediaan merupakan nilai yang paling signifikan dalam aset lancar. Sedangkan dalam laporan laba rugi, persediaan bersifat penting untuk menentukan hasil operasi perusahaan dalam periode tertentu. Terdapat dua macam sistem pencatatan persediaan, yaitu: sistem persediaan periodik dan sistem persediaan perpetual.
II.6. Analytical Hierarchy Process (AHP)
Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu model pendukung
keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki, menurut Saaty, hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga
17
permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis. (Sylvia Hartati Saragih ; 2013 : 83).
Analytical Hierarchy Process merupakan salah satu metode untuk
membantu menyusun suatu prioritas dari berbagai pilihan dengan menggunakan berbagai kriteria.( Dita Monita ; 2013 : 31).
II.6.1. Tahapan Analytical Hierarchy Process (AHP)
Menurut Kadarsyah Suryadi dan Ali Ramdhani, dalam metode Analytical Hierarchy Process dilakukan langkah - langkah sebagai berikut: (Dita
Monita ; 2013 : 31).
a. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
Dalam tahap ini kita berusaha menentukan masalah yang akan kita pecahkan secara jelas, detail dan mudah dipahami. Dari masalah yang ada kita coba tentukan solusi yang mungkin cocok bagi masalah tersebut. Solusi dari masalah mungkin berjumlah lebih dari satu. Solusi tersebut nantinya kita kembangkan lebih lanjut dalam tahap berikutnya. b. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama.
Setelah menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan disusun level hirarki yang berada di bawahnya yaitu kriteria-kriteria yang cocok untuk mempertimbangkan atau menilai alternatif yang kita berikan dan menentukan alternatif tersebut. Tiap kriteria mempunyai intensitas yang berbeda- beda. Hirarki dilanjutkan dengan subkriteria (jika mungkin diperlukan).
18
c. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya. Matriks yang digunakan bersifat sederhana, memiliki kedudukan kuat untuk kerangka konsistensi, mendapatkan informasi lain yang mungkin dibutuhkan dengan semua perbandingan yang mungkin dan mampu menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan untuk perubahan pertimbangan. Pendekatan dengan matriks mencerminkan aspek ganda dalam prioritas yaitu mendominasi dan didominasi. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgment dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. Untuk memulai proses perbandingan berpasangan dipilih sebuah kriteria dari level paling atas hirarki misalnya K dan kemudian dari level di bawahnya diambil elemen yang akan dibandingkan misalnya E1,E2,E3,E4,E5.
d. Melakukan Mendefinisikan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh jumlah penilaian seluruhnya sebanyak n × [ ] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. Hasil perbandingan dari masing-masing elemen akan berupa angka dari 1 sampai 9 yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen. Apabila suatu elemen dalam matriks dibandingkan dengan dirinya sendiri maka hasil perbandingan diberi nilai 1. Skala 9 telah terbukti dapat diterima dan bisa membedakan intensitas antar elemen. Hasil perbandingan tersebut diisikan pada sel yang bersesuaian dengan elemen yang dibandingkan. Skala perbandingan berpasangan dan maknanya yang diperkenalkan oleh Saaty
19
bisa dilihat di bawah. Intensitas Kepentinga
1 = Kedua elemen sama pentingnya, Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar
3 = Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya, pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya
5 = Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya, Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya
7 = Satu elemen jelas lebih mutlak penting dari pada elemen lainnya, Satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam praktek.
9 = Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya, Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memeliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan.
2,4,6,8 = Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan, Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di antara 2 pilihan Kebalikan = Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i. e. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya. Jika tidak konsisten
maka pengambilan data di ulang.
20
g. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan.
Yang merupakan bobot setiap elemen untuk penentuan prioritas elemen elemen pada tingkat hirarki terendah sampai mencapai tujuan. Penghitungan dilakukan lewat cara menjumlahkan nilai setiap kolom dari matriks, membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks, dan menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata.
h. Memeriksa konsistensi hirarki.
Yang diukur dalam Analytical Hierarchy Process adalah rasio konsistensi dengan melihat index konsistensi. Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar menghasilkan keputusan yang mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang sempurna, rasio konsistensi diharapkan kurang dari atau sama dengan 10 %. Indeks konsistensi dari matriks berordo n dapat diperoleh dengan rumus: (Sylvia Hartati Saragih ; 2013 : 83).
dimana :
CI = Indek konsistensi (Consistency Index)
λ maksimum = Nilai eigen terbesar dari matrik berordo n
21
λ maksimum didapat dengan menjumlahkan hasil perkalian jumlah kolom dengan eigen vektor utama.
Apabila C.I = 0, berarti matriks konsisten.
Batas ketidakkonsistenan yang ditetapkan Saaty diukur dengan menggunakan rasio konsistensi (CR), yakni perbandingan indek konsistensi dengan nilai pembangkit random (RI). Nilai RI bergantung pada ordo matrik n. Nilai RI ditunjukan pada tabel II.1 dibawah ini. (Sylvia Hartati Saragih ; 2013 : 83).
Tabel II.1. Nilai RI
N RI 1 0.00 2 0.00 3 0.58 4 0.90 5 1.12 6 1.24 7 1.32 8 1.41 9 1.45 10 1.49 11 1.51 12 1.58
Sumber : (Sylvia Hartati Saragih ; 2013 : 83)
CR dirumuskan :
II.6.2. Langkah Dan Prosedur Analytical hierarchy Process
Untuk memecahkan suatu masalah dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :
(Dita Monita ; 2013 : 32).
22
1. Mendefinisikan permasalahan dan menentukan tujuan.
2. Menyusun masalah ke dalam suatu struktur hierarki sehingga permasalahan yang komplek dapat ditinjau dari sisi yang detail dan terstruktur.
3. Menyusun prioritas untuk tiap elemen masalah.
4. Melakukan pengujian konsistensi terhadap perbandingan antar elemen yang didapatkan pada tiap tingkat hierarki.
Dalam suatu kelompok yang besar, proses penetapan prioritas lebih mudah ditangani dengan membagi para anggota menjad subkelompok yang lebih kecil dan terspesialisasi, yang masing-masing menangani suatu masalah dengan bidang tertentu dimana anggotanya mempunyai keahlian khusus. Apabila subkelompok ini digabungkan, maka nilai setiap matrik harus diperdebatkan dan diperbaiki. Akan tetapi perdebatan dapat ditiadakan dan pendapat perseorangan diambil melalui kuisioner dengan membuat nilai akhir dengan menggunakan rata-rata geometric seperti dibawah ini : (Dita Monita ; 2013 : 32).
√ Keterangan :
ai = penilaian responden ke - i aw = penilaian gabungan n = banyaknya responden
II.7. Microsoft Visual Studio 2010
Visual Basic diturunkan dari bahasa BASIC. Visual Basic terkenal sebagai
23
aplikasi yang berjalan di atas platform Windows. Pada tahun 90an, Visual Basic menjadi bahasa pemograman yang paling populer dan menjadi pilihan
utama untuk mengembangkan program berbasis windows . Versi Visual Basic terakhir sebelum berjalan diatas .NET Framework adalah VB6 (Visual Studio 1998). (Erick Kurniawan ; 2011 : 1).
Visual Basic .NET dirilis pada bulan februari tahun 2002 bersamaan
dengan platform .NET Framework 1.0. Kini sudah ada beberapa versi dari Visual Basic yang berjalan pada platform .NET , yaitu VB 2002 (VB7), VB 2005 (VB8),
VB 2008 (VB9), dan yang terakhir adalah VB 2010 (VB10) yang dirilis bersamaan dengan Visual Studio 2010. Selain Visual Basic 2010, Visual Studio 2010 juga mendukung beberapa bahasa lain, yaitu C#, C++, F# (bahasa baru untuk functional programming), IronPhyton, dan IronRuby (bahasa baru untuk dynamic programming). (Erick Kurniawan ; 2011 : 1).
II.8. Microsoft SQL Server 2008
SQL Server 2008 adalah sebuah terobosan baru dari Microsoft dalam
bidang database. SQL Server adalah sebuah DBMS (Database Management System) yang dibuat oleh Microsoft untuk ikut berkecimpung dalam persaingan
dunia pengolahan data menyusul pendahuluannya seperti IBM dan Oracle. SQL Server 2008 dibuat pada saat kemajuan dalam bidang hardware sedemikian pesat.
Oleh karena itu sudah dapat dipastikan bahwa SQL Server 2008 membawa beberapa terobosan dalam bidang pengolahan dan penyimpanan data. (Wahana Komputer ; 2010 : 2).
24
II.9. Entity Relationship Diagram (ERD)
Entity Relationship Diagram atau diagram hubungan entitas dari sistem penjualan yang diusulkan berfungsi untuk menggambarkan model basis data yang akan dipakai. Model basis data yang digunakan adalah basis data relasional, dimana setiap entitas saling memiliki hubungan dengan entitas lain. (Iyan Gustiana ; 2010 : 8).
Gambar II.1. Contoh Entity Relationship Diagram (Sumber : Iyan Gustiana ; 2010 : 9)
II.10. Normalisasi
Normalisasi dilakukan agar basis data yang akan diterapkan dapat digunakan dan dioperasikan dengan efesien, mudah dan tidak mengalami anomali atau keanehan. Normalisasi dimulai dengan menganalisa tabel dalam bentuk tidak normal. (Iyan Gustiana ; 2010 : 9).
25
Gambar II.2. Contoh Normalisasi (Sumber : Iyan Gustiana ; 2010 : 9)
II.11. Unified Modelling Language (UML)
Unified Modelling Language adalah bahasa standar yang digunakan untuk
menjelaskan dan memvisualisasikan artifak darai proses analisis dan disain berorientasi obyek. UML menyediakan standar pada notasi dan diagram yang bisa digunakan untuk memodelkan suatu sistem. UML dikembangkanoleh 3 pendekar “berorientasi obyek”, yaitu Grady Booch, Jim Rumbaugh, dan Ivar Jacobson. UML menjadi bahasa yang bisa digunakan untuk berkomunikasi dalam perspektif obyek antara user dengan, antara developer dengan develop, antara developer analisis dengan developer desain, dan antara developer desain dengan developer pemrograman. (Julius Hermawan ; 2010 : 7).
Unified Modelling Language (UML) adalah suatu alat untuk
memvisualisasikan dan mendokumentasikan hasil analisa dan desain yang berisi sintak dalam memodelkan sistem secara visual. Juga merupakan satu kumpulan
Customer No_Order* NamaLengkap TanggalLahir JenisKelamin Email Alamat Kelurahan Kecamatan Kota KodePos TeleponRumah Pekerjaan NamaPerusahaan AlamatPerusahaan Kota KodePos TeleponKa ntor Fax HP Uang Muka KUM* No_Order** HargaTopi UangMuka Administrasi JumlahBayar Order List No_List* No_Order** KodeTopi** Jenis Type Status
Barang KodeTopi* Jenis Type TahunProduksi Warna Harga Gambar
26
konvensi pemodelan yang digunakan untuk menentukan atau menggambarkan sebuah sistem software yang terkait dengan objek. (Jurnal Informatika Mulawarman ; Haviluddin ; 2011 : 1).
II.11.1. Use Case Diagram
Diagram yang menggambarkan actor, use case dan relasinya sebagai suatu urutan tindakan yang memberikan nilai terukur untuk aktor. Sebuah use case digambarkan sebagai elips horizontal dalam suatu diagram UML use case. (Jurnal Informatika Mulawarman ; Haviluddin ; 2011 : 4).
Gambar II.3. Contoh Use Case Diagram (Sumber : Haviluddin ; 2011 : 4)
II.11.2. Class Diagram
Class diagram menggambarkan struktur statis dari kelas dalam sistem
27
diagram membantu dalam memvisualisasikan struktur kelas-kelas dari suatu
sistem dan merupakan tipe diagram yang paling banyak dipakai.Selama tahap desain, class diagram berperan dalam menangkap struktur dari semua kelas yang membentuk arsitektur sistem yang dibuat. (Jurnal Informatika Mulawarman ; Haviluddin ; 2011 : 3).
Gambar II.4. Contoh Class Diagram (Sumber : Haviluddin ; 2011 : 3)
II.11.3. Activity Diagram
Menggambarkan aktifitas-aktifitas, objek, state, transisi state dan event. Dengan kata lain kegiatan diagram alur kerja menggambarkan perilaku sistem untuk aktifitas. ( Haviludin ; 2011 : 4).
28
Gambar II.5. Contoh Activity Diagram (Sumber : Haviluddin ; 2011 : 4)
II.11.4. Sequence Diagram
Sequence diagram menjelaskan interaksi objek yang disusun berdasarkan
urutan waktu. Secara mudahnya sequence diagram adalah gambaran tahap demi tahap, termasuk kronologi (urutan) perubahan secara logis yang seharusnya dilakukan untuk menghasilkan sesuatu sesuai dengan use case diagram. (Haviluddin ; 2011 : 5).
29
Gambar II.6. Contoh Sequence Diagram (Sumber : Haviluddin ; 2011 : 5)
BAB III
30
BAB III
ANALISA DAN DESAIN SISTEM
III.1. Analisis Masalah
Tujuan analisa sistem dalam pembangunan aplikasi sistem pendukung keputusan ini adalah untuk mendapatkan semua kebutuhan pengguna dan sistem, yaitu mencakup masukan dan keluaran yang harus disediakan oleh system, serta informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Proses tersebut akan menjadi masukan bagi proses perancangan sistem secara keseluruhan proses pengendalian dalam menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan pemesanan untuk menambah persediaan harus dilakukan dan berapa pesanan yang harus diadakan.
Persediaan yang dilakukan selama ini tidak di manage dengan baik, perusahaan tidak memprioritaskan pemesanan barang, terutama pada barang dengan penjualan tertinggi. Sehingga ketika terjadi banyak pesanan dari konsumen terhadap barang tersebut, perusahaan tidak dapat memenuhi pesanan tepat waktu, mengingat stok barang yang tidak selalu tersedia (karena tidak diprioritaskan).
Berdasarkan hasil analisa penulis terhadap sistem yang sedang berjalan dalam proses pengendalian persediaan barang pada PT. Sumber Rezeki Bersama masih banyak kekurangan sehingga masih perlu adanya perbaikan-perbaikan yang diperlukan untuk menghasilkan hasil yang maksimal. Kekurangan-kekurangan tersebut diantaranya:
31
1. Penentuan jumlah dan waktu persediaan barang pada PT. Sumber Rezeki Bersama masih bersifat manual sehingga tidak optimal dalam mengendalikan persediaan ketika permintaan tinggi.
2. PT. Sumber Rezeki Bersama tidak memprioritaskan pemesanan barang, terutama pada barang dengan penjualan tertinggi Sehingga ketika terjadi banyak pesanan dari konsumen terhadap barang tersebut, perusahaan tidak dapat memenuhi pesanan tepat waktu, mengingat stok barang yang tidak selalu tersedia (karena tidak diprioritaskan).
3. Penentuan pemenuhan persediaan pada PT. Sumber Rezeki Bersama masih menggunakan analisa dari data stokout saja, sehingga biasanya terjadi keterlambatan pemenuhan stok barang ketika barang yang akan dipenuhi telah habis.
III.2. Penerapan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process)
Analytical Hierarchy Process (AHP) dikembangkan Dr. Thomas L. Saaty dari
Wharton School Of Business pada tahun 1970-an untuk mengorganisasikan informasi dan judgement dalam memiliki alternatif yang paling disukai. Pada dasarnya AHP adalah metode untuk memecahkan suatu masalah yang komplek dan tidak terstruktur kedalam kelompoknya, mengatur kelompok-kelompok tersebut dalam suatu susunan hierarki, memasukan nilai numerik sebagai pengganti persepsi manusia dalam melakukan perbandingan relatif dan akhirnya dalam suatu sintesis ditentukan AHP adalah sebuah metode memecah permasalahan yang komplek/ rumit dalam situasi yang tidak terstruktur menjadi
32
bagian-bagian komponen. Mengatur bagian atau variabel ini menjadi suatu bentuk susunan hierarki, kemudian memberikan nilai numerik untuk penilaian subjektif terhadap kepentingan relatif dari setiap variabel dan mensistematis penilaian untuk variabel mana yang memiliki prioritas tertinggi yang akan memppengaruhi penyelesaian dari situasi tersebut. AHP menggabungkan pertimbangan dan penilaian pribadi dengan cara logis yang di pengaruhi imajinasi, pengalaman, dan pengetahuan untuk menyusun hierarki dari suatu masalah yang berdasarkan logika, intuisi dan juga pengalaman. AHP merupakan suatu proses mengidentifikasi, dan memberikan perkiraaan interaksi sistem secara keseluruhan. (Tominanto : 2012 :2)
Pada dasarnya prosedur atau langkah-langkah dalam metode AHP meliputi : 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. Lalu
menyusun hierarki dari permasalahan yang dihadapi. Penyusuanan hirarki adalah dengan menetapkan tujuan yang merupakan sasaran sistem secara keseluruhan pada level teratas.
2. Menentukan prioritas elemen
a. langkah pertama dalam menentukan prioritas elemen dalah membuat perbandingan pasangan yaitu membandingkan elemen secara berpasangan sesuai kriteria yang di berikan.
b. Matriks perbandingan berpasangan diisi menggunakan bilangan untuk merepresentasikan kepentingan relatif dari suatu elemen terhadap elemen yang lainnya.
33
relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya. Matriks yang digunakan bersifat sederhana, memiliki kedudukan kuat untuk kerangka konsistensi, mendapatkan informasi lain yang mungkin dibutuhkan dengan semua perbandingan yang mungkin dan mampu menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan untuk perubahan pertimbangan. Pendekatan dengan matriks mencerminkan aspek ganda dalam prioritas yaitu mendominasi dan didominasi. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgment dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. Untuk memulai proses perbandingan berpasangan dipilih sebuah kriteria dari level paling atas hirarki misalnya K dan kemudian dari level di bawahnya diambil elemen yang akan dibandingkan misalnya E1,E2,E3,E4,E5.
4. Melakukan Mendefinisikan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh jumlah penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. Hasil perbandingan dari masing-masing elemen akan berupa angka dari 1 sampai 9 yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen. Apabila suatu elemen dalam matriks dibandingkan dengan dirinya sendiri maka hasil perbandingan diberi nilai 1. Skala 9 telah terbukti dapat diterima dan bisa membedakan intensitas antar elemen. Hasil perbandingan tersebut diisikan pada sel yang bersesuaian dengan elemen yang dibandingkan. Skala perbandingan perbandingan berpasangan dan maknanya yang diperkenalkan oleh Saaty bisa dilihat di bawah.
34
Intensitas Kepentingan
1 = Kedua elemen sama pentingnya, Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar
3 = Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya, pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya
5 = Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya, Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya
7 = Satu elemen jelas lebih mutlak penting dari pada elemen lainnya, Satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam praktek.
9 = Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya, Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memeliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan.
2,4,6,8 = Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan, Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di antara 2 pilihan Kebalikan = Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i. 5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya. Jika tidak konsisten
maka pengambilan data di ulang.
6. Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
35
8. Memeriksa konsistensi hirarki. Yang diukur dalam Analytical Hierarchy Process adalah rasio konsistensi dengan melihat index konsistensi.
III.2.1. Metode Analitical Hierarchy Process (AHP)
Analytical Hierarcy Process (AHP) adalah suatu metode analisis dan
sintesis yang dapat membantu proses pengambilan keputusan. AHP merupakan alat pengambil keputusan yang powerfull dan akurat karena adanya skala atau bobot yang telah ditentukan dan menggunakan hirarki yang terdiri dari tiga level yaitu tujuan atau goal, kriteria dan alternatif. Hirarki yang digunakan adalah pada gambar 1.
Gambar III.1. Hirarki AHP Pengendalian Persediaan Barang
Rumus untuk menentukan Rasio konsistensi (CR) Index Konsistensi dari matriks berordo n dapat di peroleh dengan rumus :
36
Dimana :
CI = Indek Konsistensi (Consistency Index)
λ maksimum =Nilai eigen terbesar dari matrik berordo n
λ maksimum didapat dengan menjumlahkan hasil perkalian jumlah kolom dengan eigen vector utama.
Apabila C.1 = 0, berarti matriks konsisten.
Batas ketidak konsistenan yang ditetapkan Thomas L. Saaty diukur dengan menggunakan rasio konsistensi (CR), yakni perbandingan indek konsistensi dengan nilai random (RI). Nilai RI bergantung pada ordo matriks n. Adapun proses dari perhitungan Analytichal hierarchy process sebagai berikut:
Pada tahap ini dilakukan penilaian perbandingan berpasangan antara satu kriteria dengan kriteria yang lain. Cara pengisian elemen matriks pada tabel :
1. Elemen a[i,i] = dimana i = 1,2,….n(n4) 2. Elemen matriks segitiga atas sebagai input
3. Elemen matriks segitiga bawah mempunyai rumus a[i,i] = 1/a[i,j] untuk i ≠ j
4. Kriteria yang dinilai adalah : a. Stok Gudang
b. Pengiriman c. Barang Rusak d. Penjualan
37
Jadi nilai berdasarkan kriteria diatas adalah sebagai berikut : Tabel III.1. Nilai Kriteria
Goal Stok Gudang Pengiriman Barang Rusak Penjualan
X 1 2 3 5
5. Tabel nilai matriks perbandingan berpasangan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel III.2. Matriks Perbandingan Berpasangan
Goal Stok Gudang Pengiriman Barang Rusak Penjualan
Stok Gudang 1/1 2/1 3/1 5/1
Pengiriman 1/2 2/2 2/1 3/1
Barang Rusak 1/3 1/2 3/3 2/1
Penjualan 1/5 1/3 ½ 5/5
6. Hasil Penilaian Kriteria dapat dilihat dalam table berikut : Tabel III.3. Hasil Matriks Perbandingan Berpasangan
Goal Stok Gudang Pengiriman Barang Rusak Penjualan
Stok Gudang 1 2 3 5
Pengiriman 0.5 1 2 3
Barang Rusak 0.333333 0.5 1 2
Penjualan 0.2 0.333333 0.5 1
Cara pengisian elemen-elemen matriks pada tabel III.3 :
1. Elemen α[i,i] = 1 dimana i = 1, 2, ... ..., n. (Untuk penelitian ini n = 4 ). 1/2=0.5 | 1/3=0.333333 | 1/5=0.2
1/=0.5 | 1/3=0.333333 1/2=0.5
38
Tabel III.4. Hasil Perbandingan Matriks Berpasangan
Goal Stok Gudang Pengiriman Barang Rusak Penjualan
Stok Gudang 1 2 3 5 Pengiriman 0.5 1 2 3 Barang Rusak 0.333333 0.5 1 2 Penjualan 0.2 0.333333 0.5 1 Jumlah 2.033333 3.833333 6.5 11 Diketahui : 1 +0. 5 + 0.333333 + 0.2 = 2.033333 2 + 1 + 0.5 + 0.333333 = 3.833333 3 + 2 + 1 + 0.5 = 6.5 5 + 3 + 2 +1 = 11
Setelah memasukkan hasil perbandingan matriks dihasilkan nilai pembagian jumlah kolom yang rumusnya adalah masing-masing sel pada Tabel III.4 dibagi dengan jumlah kolom masing-masing. Hasilnya ditampilkan seperti Tabel III.5.
Tabel III.5. Perhitungan Pembagian Jumlah Kolom
Goal Stok Gudang Pengiriman Barang
Rusak Penjualan Stok Gudang 1/2.033333 2/3.833333 3/6.5 5/11 Pengiriman 0.5/2.033333 1/3.833333 2/6.5 3/11 Barang Rusak 0.333333/2.033333 0.5/3.833333 1/6.5 2/11 Penjualan 0.2/2.033333 0.333333/3.833333 0.5/6.5 1/11
Tabel III.6. Hasil Nilai Pembagian Jumlah Kolom
Goal Stok Gudang Pengiriman Barang Rusak Penjualan Stok Gudang 0.49180327 0.52173913 0.46153846 0.45454545 Pengiriman 0.24590163 0.26086956 0.30769230 0.27272727 Barang Rusak 0.16393442 0.13043478 0.15384615 0.18181818 Penjualan 0.09836065 0.08695652 0.07692307 0.09090909
39 Diketahui : 0.49180327+ 0.52173913+ 0.46153846+ 0.45454545 = 1.92962632 0.24590163+ 0.26086956 + 0.30769230+ 0.27272727 = 1.08719078 0.16393442+ 0.13043478+ 0.15384615+ 0.18181818 = 0.63003354 0.09836065+ 0.08695652+ 0.07692307+ 0.09090909 = 0.35314934
Tabel III.7. Hasil Perhitungan Pembagian Jumlah Baris
Goal Stok Gudang Pengiriman Barang Rusak Penjualan Jumlah Baris Stok Gudang 0.49180327 0.52173913 0.46153846 0.45454545 1.92962632 Pengiriman 0.24590163 0.26086956 0.30769230 0.27272727 1.08719078 Barang Rusak 0.16393442 0.13043478 0.15384615 0.18181818 0.63003354 Penjualan 0.09836065 0.08695652 0.07692307 0.09090909 0.35314934 Sedangkan untuk menghitung Prioritas Kriteria digunakan rumus Jumlah Baris pada Tabel III.7 dibagi dengan banyaknya Kriteria (4). Hasilnya ditampilkan pada Tabel III.8.
Tabel III.8. Perhitungan Prioritas Kriteria
Kriteria J.Baris/n Kriteria
Stok Gudang 1.92962632/4
Pengiriman 1.08719078/4
Barang Rusak 0.63003354/4
Penjualan 0.35314934/4
Setelah melakukan perhitungan Prioritas Kriteria, maka hasil penilaian Prioritas Kriteria sebagai berikut :
40
Tabel III.9. Hasil Perhitungan Prioritas Kriteria
Kriteria Prioritas
Stok Gudang 0.48240658
Pengiriman 0.27179769
Barang Rusak 0.15750838
Penjualan 0.08828733
Setelah mengetahui hasil perhitungan Prioritas Kriteria, maka langkah selanjutnya adalah melakulan perbandingan SubKriteria Stok Gudang seperti pada Tabel III.10.
Tabel III.10. Perbandingan Sub Kriteria Stok Gudang
Stok Gudang Over Cukup Kurang
Over 1 3 5
Cukup 0.333333333 1 3
Kurang 0.2 0.333333333 1
Jumlah 1.533333333 4.333333333 9
Setelah melakukan perbandingan Sub Kriteria Stok Gudang, maka hasil penilaian SubKriteria Stok Gudang adalah sebagai berikut :
Tabel III.11. Bobot Nilai Dan Prioritas SubKriteria Stok Gudang Stok
Gudang Over Cukup Kurang Jumlah Prioritas
Prioritas Sub Prioritas Over 0.652173913 0.692307692 0.555555555 1.900037160 0.633345720 1 Cukup 0.217391304 0.230769230 0.333333333 0.781493868 0.260497956 0.3411304517 Kurang 0.130434782 0.076923076 0.111111111 0.318468970 0.106156323 0.167611969
Setelah mengetahui Bobot Nilai Dan Prioritas Sub Kriteria Stok Gudang, maka langkah selanjutnya adalah melakukan perbandingan Sub Kriteria Pengiriman seperti pada Tabel III.12.
41
Tabel III.12. Perbandingan Sub Kriteria Pengiriman
Pengiriman Sangat Cepat Cepat Lambat
Sangat Cepat 1 3 5
Cepat 0.333333333 1 3
Lambat 0.2 0.333333333 1
Jumlah 1.533333333 4.333333333 9
Setelah melakukan perbandingan Sub Kriteria Pengiriman, maka hasil penilaian Sub Kriteria Pengiriman adalah sebagai berikut :
Tabel III.13. Bobot Nilai Dan Prioritas Sub Kriteria Pengiriman
Pengiriman Sangat
Cepat Cepat Lambat Jumlah Prioritas
Prioritas Sub Prioritas Sangat Cepat 0.652173913 0.692307692 0.555555555 1.900037160 0.633345720 1 Cepat 0.217391304 0.230769230 0.333333333 0.781493868 0.260497956 0.3411304517 Lambat 0.130434782 0.076923076 0.111111111 0.318468970 0.106156323 0.167611969
Setelah mengetahui Bobot Nilai Dan Prioritas Sub Kriteria Pengiriman, maka langkah selanjutnya adalah melakukan perbandingan Sub Kriteria Barang Rusak seperti pada Tabel III.14.
Tabel III.14. Perbandingan Sub Kriteria Barang Rusak
Barang Rusak 0 – 35 36 – 75 >75
0 – 35 1 5 7
36 – 75 0.2 1 3
>75 0.142857142 0.333333333 1
Jumlah 1.342857142 6.333333333 11
Setelah melakukan perbandingan Sub Kriteria Barang Rusak, maka hasil penilaian Sub Kriteria Barang Rusak adalah sebagai berikut:
42
Tabel III.15. Bobot Nilai Dan Prioritas Sub Kriteria Barang Rusak Barang
Rusak 0 - 35 36 - 75 >75 Jumlah Prioritas
Prioritas Sub Prioritas 0 – 35 0.744680851 0.789473684 0.636363636 2.170518171 0.723506057 1 36 – 75 0.148936170 0.157894736 0.272727272 0.579558179 0.193186059 0.267013742
>75 0.106382978 0.052631578 0.090909090 0.249923648 0.083307882 0.115144693
Setelah mengetahui Bobot Nilai Dan Prioritas Sub Kriteria Barang Rusak, maka langkah selanjutnya adalah melakulan perbandingan Sub Kriteria Penjualan seperti pada Tabel III.16.
Tabel III.16. Perbandingan Sub Kriteria Penjualan
Penjualan >75 36 - 75 0 - 35
>75 1 3 5
36 - 75 0.333333333 1 3
0 - 35 0.2 0.333333333 1
Jumlah 1.533333333 4.333333333 9
Setelah melakukan perbandingan Sub Kriteria Penjualan, maka hasil penilaian Sub Kriteria Penjualan adalah sebagai berikut :
Tabel III.17. Bobot Nilai Dan Prioritas Sub Kriteria Penjualan
Penjualan >75 36 - 75 0 - 35 Jumlah Prioritas Prioritas Sub Prioritas >75 0.652173913 0.692307692 0.555555555 1.900037160 0.633345720 1 36 – 75 0.217391304 0.230769230 0.333333333 0.781493868 0.260497956 0.3411304517 0 – 35 0.130434782 0.076923076 0.111111111 0.318468970 0.106156323 0.167611969
43
Setelah mendapatkan kriteria penilaian dari masing-masing kriteria, langkah selanjutnya adalah menentukan nilai kualitas. Hasilnya dapat dilihat pada table III.18.
Tabel III.18. Penentuan Kualitas
Nilai Keterangan
>0.500 Stabil
< 0.500 Tidak Stabil
Setelah menentukan nilai kualitas, langkah selanjutnya adalah menentukan hasil akhir penilaian. Hasilnya dapat dilihat pada table III.19.
Tabel III.19. Hasil Akhir Penilaian
Kode Alternatif Nama_Brg Stok_Gudang Pengiriman Barang_Rusak Penjualan Nilai Keterangan 112000235 ACC
Sambal Asli 950
gr
Over Sangat
Cepat Baik Cukup 1.254194887375 Stabil
112000236 Kembar Jaya
Sasa N ¼
Kg Over
Sangat
Cepat Cukup Cukup 1.0694280199079 Stabil
112000237 Maju Jaya
Sambal
Asli 9 gr Cukup Cepat Cukup Cukup 0.500435413351 Stabil
112000238 Sinar Jaya
TBW 100
R Kurang Cepat Over Cukup 0.333718315762
Tidak Stabil
III. 3. Desain Sistem
Untuk membantu membangun sistem pendukung keputusan dalam pengendalian persediaan barang, penulis mengusulkan pembuatan sebuah sistem dengan menggunakan aplikasi program yang lebih akurat dan lebih mudah dalam