• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN MOTIVASI PENDAKI GUNUNG PEMULA SKRIPSI. Diajukan untuk melengkapi persyaratan. Mencapai derajat S-1 Psikologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN MOTIVASI PENDAKI GUNUNG PEMULA SKRIPSI. Diajukan untuk melengkapi persyaratan. Mencapai derajat S-1 Psikologi"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN MOTIVASI PENDAKI GUNUNG PEMULA

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi persyaratan Mencapai derajat S-1 Psikologi

Oleh SLAMET HARSODIQ F.131.14.0177 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SEMARANG SEMARANG 2019

(2)
(3)
(4)

iv

(5)
(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan atas segala nikmat dan karunia Allah SWT dan tidak lupa shalawat serta salam penulis sanjungkan kepada Nabi kita Rasulullah Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Motivasi Pendaki Gunung Pemula”.

Dalam penyusunan Skripsi ini, penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, Skripsi ini tidak akan selesai dengan baik tepat sesuai dengan waktunya, maka dalam kesempatan ini dengan penuh rasa syukur penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. L. Rini Sugiarti, S.Psi., M.Si, psikolog, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Semarang dan dosen pembimbing Skripsi yang senantiasa dengan sabar membimbing, memberikan pengarahan, saran, dan masukan serta memberikan dorongan semangat dan bantuan selama proses penyusunan hingga penyelesaian Skripsi ini.

2. Anna Dian Savitri, S.Psi., M.Si, psikolog, selaku dosen wali yang telah mengajar, membimbing, dan mengarahkan penulis dari awal hingga akhir perkuliahan.

3. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Psikologi Universitas Semarang beserta para staff yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan sehingga dapat membantu dalam penyelesaian Skripsi ini.

(7)

vii proses penyelesaian Skripsi ini.

5. Teman-teman angkatan tahun 2014/2015 Semester Genap yang telah memberikan dukungan semangat dalam pembuatan Skripsi ini.

6. Subjek penelitian yang bersedia sebagai sumber data utama dalam penelitian dan meluangkan waktunya untuk proses pengumpulan data.

7. Serta seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Skripsi yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT melimpahkan berkat dan rahmat-Nya atas segala bantuan yang diberikan dalam pembuatan Skripsi ini dan semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya. Aamiin.

Semarang,14 Maret 2019 Penulis

(8)

viii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan motivasi pendaki gunung pemula. Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan positif antara dukungan sosial dengan motivasi pendaki gunung pemula. Semakin kuat dukungan sosial maka akan semakin tinggi pula motivasi untuk mencapai puncak, dan sebaliknya. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 50 pendaki. Penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling.

Metode pengumpulan data menggunakan skala, yaitu Skala Motivasi mencapai puncak dan Skala Dukungan Sosial. Analisis data menggunakan analisis Product Moment dengan menggunakan program Statistical Packages for Sosial Science (SPSS) versi 16.0. Hasil analisis penelitian ini adalah rxy = 0,792 dimana p = 0,000 (p < 0,05) sehingga ada hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan motivasi pendaki gunung pemula. Hal ini menunjukan bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima.

(9)

ix

This study aims to determine the relationship between social support and the motivation of novice mountain climbers. The research hypothesis is that there is a positive relationship between social support and the motivation of novice mountain climbers. The stronger social support, the higher the motivation to reach the top, and vice versa. The subjects in this study were 50 climbers. This research uses accidental sampling technique.

The method of data collection uses a scale, namely the Motivation Scale reaches the peak and the Social Support Scale. Data analysis using Product Moment analysis using the Statistical Packages for Social Science (SPSS) program version 16.0. The results of the analysis of this study are rxy = 0.792 where p = 0,000 (p <0.05) so there is a very significant positive relationship between social support and the motivation of novice mountain climbers. This shows that the hypothesis in this study is accepted.

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv MOTTO ... v KATA PENGANTAR ... vi ABSTRAK ... viii ABSTRACT ... ix DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Motivasi Pendaki Gunung Pemula ... 8

1. Pengertian motivasi ... 8

2. Aspek-aspek motivasi ... 10

(11)

xi

1. Pengertian dukungan sosial ... 15

2. Jenis dukungan sosial ... 17

C. Pendaki Gunung ... 19

1. Pengertian Pendaki Gunung ... 19

D. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Motivasi Pendaki Gunung Pemula ... 20

E. Hipotesis ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 23

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 23

1. Motivasi Pendaki Gunung Pemula ... 23

2. Dukungan Sosial ... 24

C. Subjek Penelitian ... 24

1. Populasi dan Sampel ... 24

2. Teknik Pengambilan Sampel... 24

D. Metode Pengumpulan Data ... 25

1. Alat Pengumpulan Data ... 25

2. Validitas dan Reliabilitas alat ukur ... 28

E. Metode Analisis Data ... 30

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN ... 31

A. Persiapan Penelitian ... 31

(12)

xii

2. Permohon Izin Penelitian ... 33

B. Pelaksanaan Penelitian ... 34

1. Pelaksanaan Pengambilan Data... 34

2. Validitas dan Reliabilitas Hasil Penelitian ... 35

C. Analisis Data dan Hasil Penelitian ... 38

1. Uji Asumsi ... 38 2. Uji Hipotesis ... 39 D. Pembahasan ... 40 BAB V PENUTUP ... 43 A. Simpulan ... 43 B. Saran ... 43 DAFTAR PUSTAKA ... 46 LAMPIRAN ... 48

(13)

xiii

Tabel 1Blue Print Skala Motivasi Pendaki gunung ... 26

Tabel 2Blue Print Skala Dukungan Sosial ... 27

Tabel 3 Sebaran Item Skala Motivasi pendaki Pemula ... 32

Tabel 4 Sebaran Item Skala Dukungan Sosial ... 33

Tabel 5 Sebaran Item Valid dan Gugur Skala Motivasi Pendaki pemula ... 36

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Wawancara Subjek ... 49

Lampiran B Alat Ukur Penelitian ... 59

B-1 Skala Motivasi Pendaki Pemula ... 60

B-2 Skala Dukungan Sosial ... 65

Lampiran C Data Penelitian ... 69

C-1 Data Penelitian Motivasi Pendaki Pemula ... 70

C-2 Data Penelitian Dukungan Sosial ... 72

Lampiran D Uji Validitas dan Reliabilitas ... 74

D-1 Skala Motivasi Pendaki Pemula ... 75

D-2 Skala Dukungan Sosial ... 82

Lampiran E Uji Asumsi ... 87

E-1 Uji Normalitas, Uji Linieritas, Uji Hipotesis ... 88

Lampiran F Perhitungan Mean Hipotetik, Standard Deviasi Hipotetik ... 96

Lampiran G Norma Kategorisasi ... 99

Lampiran H Surat Penelitian ... 102

H-1 Surat Ijin Penelitian dan Pengambilan Data ... 103

H-2 Surat Jawaban Permohonan Penelitian dan Pengambilan Data ... 105

Lampiran I Dokumentasi ... 107

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendakian gunung atau Mountinering yang di Eropa di kenal dengan Alpinism adalah suatu olahraga profesi dan rekreasi yang di dalamnya termasuk panjat tebing dan lain sebagai-nya. Mendaki gunung adalah bentuk lebih menantang dari pada sekedar jalan kaki naik turun gunung untuk menikmati pemandangan atau hiking. Beberapa alasan mengapa para pendaki terlibat dalam kegiatan ini. Salah satunya adalah dalam olahraga ini menuntut tantangan individu pada kemampuan dan keterampilan yang dimiliki; selain itu juga dituntut kemampuan seorang pendaki dapat menyatu dengan alam.

Mendaki gunung merupakan aktivitas yang keras, penuh dengan tantangan, resiko dan kesulitan- kesulitan tertentu, oleh karena itu di butuhkan suatu keterampilan, kecerdasan dan kekuatan fisik, dan sikap mental yang baik pada suatu keompok, hal itu-lah yang dapat menentukan bahwa suatu kelompok itu berhasil ataukah maitu-lah gagal umtuk mencapai puncak gunung tersebut.

Menurut Sofyan S. Willis (2013) di dalam Faizal dkk (2017) mengatakan bahwa “motif disebut juga dorongan orang untuk bertindak”. Menurut Alderman (1974) dalam Komarudin juga menjelaskan bahwa motivasi merupakan kecenderungan pada arah dan selektivitas dari tingkah laku yang diawasi dengan koneksinya pada konsekuensinya, kecenderungan untuk mempertahankan tujuan hingga tercapai.

(16)

2

Motivasi adalah salah satu hal yang sangat mempengaruhi dalam keberhasilan seorang individu maupun tim dalam proses mendaki gunung. Sangat- lah sulit untuk membangun suatu motivasi baik itu secara individu maupun secara tim. Beberapa hal yang perlu di perhatikan seperti menilai sikap seorang individu bagaimana dia mendorong dirinya sendiri secara kuat memengaruhi perilaku motivasional, karena hal itu penting untuk memahami asumsi dan prioritas, memberi perhatian terutama pada ambisi pribadi dan tim, sehingga dapat memotivasi orang lain dengan efektif (Wibowo, 2016: 324 ).

Menurut Islamuddin (2012: 262), menyatakan bahwa motivasi ekstrinsik adalah suatu motif- motif yang aktif dan berfungsi jika ada rangsangan dari luar diri, seperti ketika seorang pendaki menempatkan tujuanya yaitu puncak utama gunung yang di daki, dan ketika saat di tengah perjalanan dia mulai melemah motivasinya , lelah fisiknya di situ adalah salah satu kendala baik dalam tim maupun individu untuk mencapai tujuan utama yaitu puncak tertinggi gunung yang di daki. Pendaki yang mengalami penurunan motivasi seperti ini biasanya yang menghambat atau kadang menggagalkan suatu pencapaian bersama untuk menggapai puncak maka untuk itu faktor motivasi sangatlah berpengaruh di dalam proses pendakian.

Menurut Sutrisno (2016: 109), Motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, oleh karena itu motivasi sering di artikan pula sebagai faktor pendorong perilaku seseorang. Kebutuhan serta keinginan seseorang itu berbeda-beda.

Dukungan sosial ini di duga berpengaruh di dalam suatu motivasi pendakian terutama bagi para pemula. Bart Smet (1994: 133-134) menyatakan bahwa kalau anda

(17)

merasa di dukung oleh lingkungan, maka segala hal dapat menjadi lebih mudah, nah lingkungan di sini bisa di artikan bisa sebagai teman pendakian, jalur yang landai dll. . Dukungan hanya dapat di pahami kalau orang tersebut mengetahui struktur jaringan yang lebih luas.

Pengertian dukungan sosial menurut Ratna, (2010:109), adalah sebuah pertukaran interpersonal bilamana seseorang memberikan bantuan kepada orang lain. Kedua orang tersebut melakukan hubungan interpersonal, maka terjadilah hal- hal mengakibatkan ke duanya saling bertukar informasi, bahkan di mungkinkan informasi yang sifatnya pribadi, sehingga keduanya melibatkan emosi untuk saling memberikan dukungan baik sekedar saran bisa jadi bantuan yang di berikan juga materi. Kalau di dalam pendakian gunung biasanya sumber sumber yang memberi dukungan sosial itu dari teman sebaya atau teman satu anggota tim tersebut.

Caplin ( 2015) di dalam Any & Rudy menyatakan bahwa dukungan adalah mengadakan atau menyediakan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan orang lain, serta memberikan dorongan atau pengobatan semangat dan nasihat kepada orang lain dalam satu situasi dalam mengambil keputusan. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Dukungan sosial adalah informasi dan umpan balik dari orang lain yang menunjukan bahwa seseorang di cintai, di perhatikan, di hargai, di hormatidan di libatkan dalam jaringan komunikasi dan kwajiban yan timbal balik. Semakin banyak orang yang meerikan dukungan sosial maka akan semakin sehat kehidupan seseorang.

Waltson, dkk ( 2016) di dalam Adriani & Abbas menyatakan bahwa survey mengenai dukungan sosial tentang seseorang yang menderita suatu penyakit, di temukan bahwa individu yang memiliki dukungan sosial akan lebih cepat mengalami

(18)

4

penyembuhan dari waktu yang di perkirakan,nah di lihat dari sini sama halnya dengan seorang pendaki yang merasa sangat lelah, kurang motivasi, badan lemas dan sudah tidak kuat untuk melanjutkan perjalanan, dia cenderung merasa lemah, di dalam psikisnya merasa bahwa dia adalah orang yang hanya bisa menyusahkan, memperlambat perjalanan bagi rekan- reka- nya sesama pendaki dll.

Menurut Andri (2010: 29), pendaki yang terkenal dan yang pertama kali menaklukan Mount Everest pada tahun 1953 oleh regu ekspedisi Inggris di bawah pengawasan Kolonel John Hunt. Dua orang anggota tersebut adalah Edmind Hillary dan Tenzing Norkey. Setelah di taklukanya Everest, olahraga mendaki gunung menjadi populer. Jumlah pendaki gunung setiap tahunya bertambah dan di sertai pendakian untuk menaklukan puncak- puncak gunung tinggi lain dengan rute yang berbeda pula.

Berdasarkan hasil wawancara yang di lakukan dengan tiga subjek pada tanggal 31 Maret dan 28 November 2018 di gunung Andonk dan Ungaran. Subjek pertama menunjukan bahwa motivasi yang di miliki pendaki yaitu sangat rendah, Subjek sadar dirinya masih pemula dalam dunia pendakian (KB: LB/ S: 1/ W: 1/ B: 25-29). Kurangnya kemampuan fisik salah satu faktor yang menghambat subjek (KB: LB/ S: 1/ W: 1/ B: 37-40). Dukungan dari internal maupun eksternal tim mempengaruhi si subjek (KB: LB/ S: 1/ W: 1/ B: 57-63). Subjek ke dua menunjukan bahwa motivasi yang di miliki juga sangat rendah. Yang pertama kali subjek keluhkan adalah rasa capek dan merasa seolah olah kog lama sekali nggak sampai sampai (KB: LB/ S: 2/ W: 1/ B: 28-33). Persepsi dari subjek adalah ketika mendaki dia akan mendapatkan view yang bagus dari puncak gunung tanpa mau tau bagaimana prosesnya (KB: LB/ S: 2/ W: 1/ B: 36-41). Subjek hampir prustasi tapi dorongan dari rekan rekan satu timnya menyulut semangat dia kembali (KB: LB/ S:

(19)

2/ W: 1/ B: 34-49). Keluhan subjek adalah perjalanan nggak sampai-sampai,badan loyo,lemes,males dll (KB: LB/ S: 2/ W: 1/ B: 52-56). Motivasi sebelum mendaki tinggi, tetapi ketika proses pendakian berlangsung moivasi turun drastis ya karena dalam proses pendakian sangat melelahkan,menguras tenaga,pikiran dll (KB: LB/ S: 2/ W: 1/ B: 61-66). Subjek ke tiga juga menunjukan bahwa motivasi yang dia rasakan sangatlah rendah ketika mendaki. Pertama kali mendaki yang di rasakan badan seperti di siksa ( KB: LB/S: 3/ W: 1/ B:10-13). Subjek merasa pesimis dan meragukan kemampuan pada dirinya sendiri (KB: LB/ S: 3/ W: 1/ B:15-29). Kurang semangat, kaki terasa berat tuk melangkah merupakan bebarapa keluhan yang di rasakan subjek ketika mendaki (KB: LB/ S: 3/ W: 1/ B: 38-43). Yang di rasakan subjek ketika mendaki dia merasa bahwa rekan satu timnya loyal atau setia menunggu dia,mensuport dia walaupun dengan cara membohongi (KB: LB/ S: 3/ W: 1/ B: 60-72).

Berdasarkan uraian di atas di temukan permasalahan pada subjek pendaki pemula yang mendaki di gunung Andonk dan Ungaran, Motivasi pendaki gunung pada subjek pertama sangat rendah di karenakan kurangnya kemampuan fisik dan si subjek sadar diri bahwa dirinya masih termasuk pendaki pemula. Pada subjek ke dua, dia mudah lelah dan dalam persepsi dia itu mendaki gunung seolah olah seperti mendaki bukit. Subjek ke tiga dia merasa kurang bersemangat karena sudah berjalan lama tapi kok nggak sampai sampai.

Berdasarkan pemikiran dan latar belakang permasalahan yaitu di mana dukungan sosial dan motivasi sangat berperan penting dalam setiap aspek kehidupan terutama ketika saat melakukan suatu pendakian dan di dalam pendakian tersebut terdapat anggota yang masih tergolong pendaki yang kategorinya masih pemula, maka dengan ini peneliti

(20)

6

menentukan untuk judul penelitian ini adalah “ Hubungan antara dukungan sosial dengan motivasi pendaki gunung pemula”.

B. Perumusan Masalah

Setiap orang pernah bahkan sering mengalami bagaimana rasa kurang bersemangat, pasrah atau motivasi rendah saat dalam melakukan sesuatu. Hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar, namun moivasi yang rendah memiliki dampak bagi pendaki pemula dimana ketika seorang pendaki pemula saat proses pendakian dirinya merasa sangat lemah, lelah, dan merasa dirinya sudah tidak mampu lagi melanjutkan pendakian. Keberhasilan di setiap melawan rasa lelah itu bisa mempengaruhi keberhasilan tim pendakian untuk mencapai puncak. Motivasi yang baik adalah individu yang telah memiliki keinginan atau dorongan dari dalam dirinya untuk melakukan sesuatu kegiatan dengan maksud memperoleh tujuan yang di inginkan.

Berdasarkan uraian latar belakang dapat dilihat bahwa secara teoritis disebutkan bahwa pendaki gunung pemula dengan dukungan sosial yang tinggi akan memiliki motivasi yang tinggi untuk mencapai puncak, namun fakta di lapangan yang ditemukan peneliti menunjukan hal yang berbeda, meskipun memiliki dukungan sosial tinggi namun motivasi yang dimiliki pendaki pemula rendah untuk mencapai puncak. Hal tersebut menarik untuk diteliti apakah ada hubungan Antara dukungan sosial dengan motivasi pendaki gunung pemula?

(21)

C. Tujuan penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris “hubungan antara dukungan sosial dengan motivasi pendaki gunung pemula.

D. Manfaat penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan teoritis untuk mengungkap kompleksitas permasalahan di bidang psikologi sosial terkait masalah dukungan sosial dengan motivasi untuk mencapai puncak gunung.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pendaki gunung pemula dan penelitian ini dapat menjadi masukan yang berharga bagi para pendaki terutama yang masih pemula agar lebih memperhatikan tentang kesiapan dan persiapan yang matang sebelum mendaki gunung. Peneliti menginginkan dari penelitian ini juga dapat dijadikan acuan terutama bagi pendaki senior agar lebih memperhatikan lagi dan memberikan dukungan bagi teman pendakianya yang tergolong pendaki gunung pemula agar selalu memberikan motivasi agar tercapai keinginanya, yaitu sampai ke puncak gunung yang sedang dia daki.

(22)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Motivasi Pendaki Gunung Pemula 1. Pengertian Motivasi

Pintrich (dalam Arends 2013: 147) mengamati bahwa motivasi berasal dari kata kerja bahasa latin movere dan merujuk pada “ apa yang menggerakan individu” kearah kegiatan dan tugas tertentu. Motivasi biasanya di definisikan sebagai proses yang merangsang perilaku dan membangkitkan kita untuk mengambil tindakan.

Menurut Malayu ( dalam Hasibuan 2007: 95) Motif adalah suatu perangsang keinginan dan daya penggerak kemauan bekerja seseorang; setiap motif mempunyai tujuan tertentu yang ingin di capai. Moekijat ( dalam Hasibuan 2007: 95) Motif adalah suatu pengertian yang mengandung semua alat penggerak alasan-alasan atau dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Harold Koontz ( dalam Hasibuan 2007: 95) Motivasi mengacu pada dorongan dan usaha untuk memuaskan kebutuhan atau suatu tujuan. Merle J. Moskowits ( dalam Hasibuan 2007: 96) Motivasi secara umum di definisikan sebagai inisiatif dan pengarahan tingkah laku serta pelajaran motivasi sebenarnya merupakan pelajaran tingkah laku.

(23)

Menurut Sutrisno (2009: 109) Motivasi adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu aktifitas tertentu, oleh karena itu motivasi sering kali di artikan pula sebagai faktor pendorong perilaku seseorang.

Siagian (dalam Sutrisno, 2009: 110) mengatakan bahwa motif adalah keadaan kejiwaan yang mendorong, mengaktifkan, atau menggerakkan dan motif itulah yang mengarahkan dan menyalurkan perilaku, sikap, dan tindak- tanduk seseorang yang selalu di kaitkan dengan pencapaian tujuan, baik tujuan organisasi maupun tujuan pribadi masing-masing anggota organisasi.Purwanto (2006: 60) menyatakan bahwa Motif adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku atau perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang.

Suryabrata (dalam Siregar 2010:49), menjelaskan bahwa motif adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu guna mencapai tujuan yang di inginkan.Winkels (1987), mengemukakan bahwa motif adalah adanya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai sebuaah tujuan tertentu. Menurut Islamudin (2012: 259) Motivasi adalah Suatu perubahan energy dari seseorang yang di tandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Lestari (2015: 97) mengatakan bahwa motivasi merupakan suatu aktivitas yang menempatkan seseorang atau suatu kelompok yang mempunyai kebutuhan tertentu dan pribadi, untuk bekerja menyelesaikan tugasnya.Jadi

(24)

10

peneliti menyimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan yang timbul baik dari dalam diri sendiri ( internal) maupun dari luar diri ( eksternal) yang membuat individu tersebut menjadi lebih ber-energi dari keadaan sebelumnya.

2. Aspek-aspek motivasi

Secara umum Purwanto (2006: 72) berpendapat bahwa motivasi mengandung tiga komponen aspek yaitu:

a. Menggerakkan

Aspek ini menunjukan bahwa motivasi menimbulkan kekuatan pada individu untuk mendorong seseorang bertindak dengan cara tertentu.

b. Mengarahkan

Aspek ini menunjukan bahwa motivasi menyediakan suatu orientasi tujuan tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu.

c. Menopang

Untuk menjaga tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas, arah dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu.

Menurut Hasibuan (2007: 96-97) aspek-aspek motivasi adalah: a. Aspek aktif atau dinamis

Motivasi tampak sebagai suatu usaha positif dalam menggerakkan dan mengarahkan sumber daya manusia agar secara produktif berhasil mencapai tujuan yang diinginkan.

(25)

b. Aspek pasif atau statis

Motivasi akan tampak sebagai kebutuhan dan juga sekaligus sebagai perangsang untuk dapat mengarahkan dan menggerakkan potensi sumber daya manusia itu ke arah tujuan yang diinginkan.

Menurut Sutrisno (2016: 115) motivasi mengandung tiga aspek yang sangat penting:

a. Motivasi berkaitan langsung dengan usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasional (mengarahkan).

b. Motivasi merupakan proses keterkaitan antara usaha dan pemuasan kebutuhan tertentu (menopang perilaku).

c. Motivasi berkaitan dalam usaha memahami kebutuhan internal seseorang, artinya suatu kebutuhan yang belum terpuaskan menciptakan ketegangan yang pada gilirannya menimbulkan dorongan tertentu dalam diri seseorang (menggerakkan).

Baldoni (dalam Wibowo, 2016: 327-329) menyatakan bahwa motivasi merupakan proses aktif yang didorong oleh serangkaian tindakan yang dapat dikelompokkan dalam tiga aspek yaitu:

a. Energize (memberi daya)

Memberi daya merupakan apa yang dilakukan pemimpin ketika mereka memberikan contoh, melakukan komunikasi dengan jelas, dan memberi tantangan dengan tepat.

(26)

12

b. Encourage (mendorong)

Mendorong merupakan apa yang dilakukan pemimpin untuk mendukung proses motivasi melalui pemberdayaan, coaching, dan pengakuan.

c. Exhort (mendesak)

Mendesak yaitu bagaimana pemimpin menciptakan pengalaman berdasarkan pengorbanan dan inspirasi yang mempersiapkan dasar bagi motivasi untuk dapat tumbuh dengan subur.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat tiga aspek motivasi, yang ketiganya sangat penting bagi individu guna mencapai suatu tujuan yang diinginkan, yaitu menggerakkan, mengarahkan, dan menopang.

3. Faktor- faktor motivasi

Menurut Sondang dan Siagian (2003: 294), menyatakan bahwa motivasi seseorang sangat di pengaruhi oleh beberapa faktor baik itu internal maupun eksternal. Faktor- faktor internal adalah:

a. Persepsi seseorang mengenai diri sendiri b. Harga diri

c. Harapan pribadi d. Kebutuhan e. Keinginan f. Kepuasan

(27)

Sedangkan faktor- faktor eksternal yang turut mempengaruhi motivasi seseorang antara lain:

a. Kelompok di mana seseorang bergabung b. Organisasi suatu tempat

c. Situasi lingkungan

d. Imbalan dan cara penerapanya.

Menurut Siregar (2010: 53-54) bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi motivasi ada enam, yaitu:

a. Cita- cita atau keinginan b. Kemampuan

c. Keadaan

d. Kondisi lingkungan e. Unsur- unsur dinamis

f. Upaya rekan dalam mensuport rekan lainya.

Lestari (2015: 106-108) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi, yaitu:

a. Faktor fisik

Faktor fisik merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi lingkungan dan kondisi seseorang,meliputi: kondisi fisik lingkungan, keadaan atau kondisi kesehatan, umur dan sebagainya.

b. Faktor Herediter

Motivasi yang di dukung oleh lingkungan berdasarkan kematangan atau usia seseorang.

(28)

14

c. Faktor intrinsik seseorang

Yaitu motivasi yang timbul dari dalam diri sendiri, d. Fasilitas (sarana dan prasarana)

Motivasi yang timbul karena adanya kenyamanan dan segala yang memudahkan dengan tersedianya sarana- sarana yang di butuhkan untuk hal yang di inginkan.

e. Situasi dan kondisi

Motivasi yang timbul berdasarkan keadaan yang terjadi sehingga mendorong memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu.

f. Program dan aktifitas

Motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang atau pihak lain yang di dasari dengan adanya kegiatan (program) rutin dengan tujuan tertentu. g. Audio fisual (media)

Motivasi yang timbul dari adanya informasi yang di dapat dari perantara sehinga mendorong atau menggugah hati seseorang untuk melakukan sesuatu

h. Umur

Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang berfikir logis dan bekerja sehingga motivasi seseorang kuat dalam melakukan sesuatu hal.

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Peneliti menggunakan faktor eksternal situasi dan kondisi yaitu di mana

(29)

motivasi yang timbul berdasarkan keadaan yang terjadi sehingga mendorong atau memaksa seseorang melakukan sesuatu. Sedangkan untuk faktor internal peneliti menggunakan faktor fisik yaitu motivasi yang ada di dalam diri individu yang mendorong untuk berindak dalam rangka memenuhi kebutuhan fisik seperti kebutuhan jasmani, raga, materi yang berkaitan dengan alam, yaitu ketika mendaki gunung.

B. Dukungan Sosial pada Pendaki gunung Pemula 1. Pengertian Dukungan Sosial

Menurut Taylor (dalam Ratna, 2010: 109) dukungan sosial adalah sebuah pertukaran interpersonal dimana seseorang memberikan bantuan kepada orang lain. Secara alami ketika kedua orang melakukan hubungan interpersonal, maka terjadilah hal-hal yang keduanya saling bertukar informasi, bahkan di mungkinkan informasi yang sifatnya pribadi, sehingga keduanya melibatkan emosi untuk saling memberikan dukungan baik berupa saran maupun sering juga lebih dari sekedar saran bisa jadi bantuan yang di berikan juga berupa materi.

Menurut Ratna (2010: 110-111) Dukungan sosial merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia ketika manusia dalam menghadapi masalah. Merupakan fungsi dari hubungan sosial, berjalan sepanjang masa karena sesungguhnya manusia saling membutuhkan. Membuat keluarga mampu melaksanakan fungsinya karena anggota keluarga memang harus saling membutuhkan.

(30)

16

Menurut Smet (1994: 136) Dukungan sosial adalah terdiri dari informasi yang menuntun orang meyakini bahwa ia di urus dan di sayangi. Dukungan sosial mengacu pada kesenangan yang di rasakan, penghargaan akan kepedulian, atau membantu orang menerima dari orang- orang atau kelompok-kelompok lain. Roberts & Greene (2009: 104), mengatakan bahwa dukungan sosial adalah suatu pemikiran terbaik sebagai suatu konstruk multi dimensional yang terdii dari komponen fungsional dan structural.Dukungan sosial merujuk kepada tindakan yang orang lain lakukan ketika mereka menyampaikan bantuan.

Chaplin (dalam Marni & Yuniawati, 2015: 3-4) dukungan sosial adalah mengadakan atau menyediakan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan orang lain, serta memberikan dorongan atau pengobatan semangat dan nasihat kepada orang lain dalam satu situasi mengambil keputusan. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Dukungan sosial ( King, 2010) adalah informasi dan umpan balik dari orang lain yang menunjukan bahwa seseorang di cintai, di perhatikan, di hargai, di hormati, dan di llibatkan dalam jaringan komunikasi dan kwajiban timbal balik. Semakin banyak dukungan sosial dari orang lain maka semakin sehat kehidupan seseorang.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial pada pendaki gunung pemula adalah salah satu dari sekian kesenangan perhatian, penghargaan, atau bantuanyang di rasakan dari orang lain ( rekan sesama pendaki dalam satu tim,rekan sesama pendaki dari tim pendaki lainya dll) untuk mendapatkan sesuatu yang positif ( semangat

(31)

menggapai puncak gunung) melalui proses kebersamaan dan keakraban sosial .

2. Jenis-jenis dukungan sosial

Winnubust dkk (dalam smet 1994: 136-137) Membedakan empat jenis atau dimensi dukungan sosial :

a. Dukungan emosional: mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan (misalnya: umpan balik, penegasan)

b. Dukungan penghargaan: terjadi lewat ungkapan atau penghargaan positif untuk orang itu, dorongan atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu, dan perbandingan positive orang itu dengan orang lain, misalnya orang- orang yang kurang mampu atau lebih buruk keadaanya.

c. Dukungan instrumental: mencakup bantuan langsung, seperti kalau orang memberi pinjaman uang kepada orang itu atau menolong dengan pekerjaan pada waktu mengalami stress

d. Dukungan informative: mencakup memberi nasehat, petunjuk-petunjuk, saran dan umpan balik

Roberts & Greene (2009: 104), menyatakan bahwa ada beberapa jenis dukungan sosial yang berbeda, seperti:

a. Dukungan emosional yaitu ketika ada seseorang yang mendengarkan perasaan anda, menyenangkan hati anda, atau memberikan dorongan.

(32)

18

b. Dukungan informasional yaitu ketika ada seseorang yang mengajarkan anda sesuatu, memberikan informasi atau nasehat, atau bahkan membuat suatu keputusan utama.

c. Dukungan konkret adalah seseorang yang membantu anda dengan cara yang kasat mata, meminjamkan sesuatu, memberi informasi, membantu menyelesaikan tugas dll.

Menurut Ratna (2010: 112) menyatakan bahwa jenis dukungan sosial akan memiliki arti bila dukungan itu bermanfaat dan sesuai dengan situasi yang ada. Contoh Ketika terjadi gempa pada hari- hari di minggu pertama, misalnya unuk yang selamat dan tidak terkena trauma fisik, maka jenis dukungan yang di butuhkan adalah kebutuhan hidup sehari- hari seperti makanan, pakaian, air bersih, tempat berlindung yang layak dll.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dukungan sosial terdapat empat jenis yang sangat penting yaitu dukungan emosional, penghargaan, instrumental dan informatif. Peneliti berpendapat dari empat jenis-jenis tersebut bahwa dukungan secara emosional,terus memberikan penghargaan seperti kata kata penyemangat kalau sampai di puncak nanti sangatlah indah, lalu bantuan instrumental seperti membawakan barang bawaan biar sedikit meringankan, serta memberikan informasi tntang ,waktu dan jalan yang akan di lewati untuk mencapai puncak.

(33)

C. Pendaki Gunung 1. Pengertian Pendaki Gunung

Menurut Andre (2010: 28), menyatakan bahwa mendaki gunung adalah salah satu cabang olahraga rekreasi yang mempunyai resiko sangat tinggi dan menuntut ketahanan fisik yang prima, belajar mendaki gunung pada awalnya hanya untuk penyelamatan orang dan sapi yang tersesat di hutan belantara dan pegunungan. Faisal dkk (2017: 147) pengertian daripada pendakian gunung/mendaki gunung dalam Olahraga, profesi, dan rekreasi wisata alam bertujuan untuk menggapai tempat tertinggi untuk menikmati keindahan alam. Ghufron dan Rini (di dalam Faisal dkk, 2017: 148) mengatakan motif yang ada pada diri seseorang akan mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan.Dapat disimpulkan bahwa motif adalah suatu penggerak, alasan, dorongan dalam diri seseorang yang mempunyai peran utama dalam setiap tindakan atau perbuatan seseorang atau dapat diartikan sebagai latar belakang yang mendasari orang tersebut untuk melakukan suatu tingkah laku yang mempunyai tujuan.

Peneliti menyimpulkan bahwa mendaki gunung adalah salah satu olah raga yang sangat menantang di mana tidak hanya fisik yang di butuhkan melainkan skill,anggota yang saling mengerti dan saling mensuport satu sama lain dan motivasi yang tinggi.

(34)

20

D. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Motivasi Pendaki Gunung Pemula

Motivasi sangat dibutuhkan pada para pendaki gunung pemula, karena disini akan menentukan semangat juang mereka untuk mmenggapai suatu puncak gunung. Setidaknya untuk tetap bertahan dalam beberapa waktu, namun itu tergantung pada kuatnya penggerak tingkah laku sesuai dengan faktor-faktor motivasi yang dikemukakkan oleh Arends (2013: 148) membedakan dua faktor yang mempengaruhi motivasi yaitu faktor intrinsik meliputi : fisik, keinginan dalam diri, kematangan usia dan faktor ekstrinsik yang meliputi : seperti hadiah, tekanan sosial maupun dukungan sosial.

Dukungan sosial yang diterima oleh pendaki pemula akan memotivasi untuk kembali dalam keadaan pulih, sesuai dengan jenis-jenis dukungan sosial yang kemukakkan oleh House (dalam kurniawati, 2008: 29) dukungan emosional seperti empati, kepedulian dan perhatian, dicintai, timbul rasa percaya diri, kompeten dan sebagainya. Dukungan informatif seperti pemberian nasehat, pengarahan, serta saran dari orang-orang terdekat yang mendukung dan memperkuat motivasi untuk pulih bagi para pendski. Dukungan penghargaan seperti pemberian penghargaan positif, dorongan maju agar menambah harga diri pada pendaki pemula.

Menurut Ratna (2010: 117) yang mengemukakan bahwa pengaruh dukungan sosial dengan individu yaitu menggambarkan hubungan-hubungan dari seseorang keluarga, teman- teman sehingga dukungan dari pihak keluarga, maupun teman-teman adalah hal yang penting, bahkan dapat membantu proses

(35)

dalam memotivasi diri, dan sebaliknya. Pada dasarnya secara alami setiap manusia mempunyai kemampuan beradaptasi dan mengelola maupun menyelesaikan masalah. Teman, asosiasi kerja, tetangga, jaringan kerja komunitas, jaringan kerja profesional, saudara, kelompok sosial tertentu, merupakan pemberi dukungan sesuai dengan kemampuannya. Semakin banyak teman semakin semngat dan silaturakhmi memperpanjang umur.

Berdasarkan dari pernyataan tersebut maka peneliti menyimpulkan bahwa dukungan sosial adalah salah satu hal yang dapat mmpengaruhi suatu perubahan motivasi seorang individu.dukungan sosial dari sesama pendaki, terutama rekan satu tim pendakian. Dan Motivasi yang di dapat dari luar diri lebih banyak kemungkinan di dapatkan dari pada motivasi dari dalam diri sehingga dapat dikatakan bahwa dukungan sosial dapat mempengaruhi motivasi pada pendaki gunung pemula.

(36)

22

E. Hipotesis

Jadi untuk hipotesinya peneliti menyatakan bahwa ada hubungan antara dukungan sosial dengan motivasi para pendaki gunung pemula di mana semakin kuat dukungan sosial untuk pendaki pemula maka semakin besar pula motivasi dan keinginan mereka untuk mencapai apa yang mereka inginkan (puncak gunung).

(37)

23 BAB III

METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian

Pengajuan hipotesis penelitian dilakukan setelah dikemukakan terlebih dahulu identifikasi variabel-variabel penelitian ini. Variabel penelitian menurut Brown (dalam Sarwono, 2006: 53) menyatakan bahwa variabel ialah sesuatu yang berbeda atau bervariasi. Penekanan kata sesuatu diperjelas dalam definisi menurut Davis (dalam Sarwono, 2006: 53) yaitu simbol atau konsep yang diasumsikan sebagai seperangkat nilai-nilai. Adapun variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel tergantung : Motivasi pendaki gunung pemula 2. Variabel bebas : Dukungan Sosial

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu variabel di ukur, sehingga peneliti dapat mengetahui baik buruknya pengukuran tersebut. Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Motivasi Pendaki Gunung Pemula

Motivasi pendaki pemula adalah suatu dorongan yang timbul baik dari dalam diri ( internal) maupun dari luar diri ( eksternal) pendaki pemula yang membuat pendaki tersebut menjadi lebih ber-energi dari keadaan sebelumnya.

(38)

24

24 2. Dukungan Sosial Pendaki Gunung Pemula

Dukungan sosial pada pendaki gunung pemula adalah salah satu dari sekian kesenangan perhatian, penghargaan, atau bantuan yang di rasakan dari orang lain ( rekan sesama pendaki dalam satu tim,rekan sesama pendaki dari tim pendaki lainya dll) untuk mendapatkan sesuatu yang positif ( semangat menggapai puncak gunung) melalui proses kebersamaan dan keakraban sosial.

C. Subjek Penelitian 1. Populasi dan Sampel

Populasi didefinisikan sebagai seperangkat unit analisis yang lengkap yang sedang diteliti (Sarwono, 2006: 111). Dalam menentukan sampel terlebih dahulu harus menentukan luas dan sifat populasi, juga memberi batasan-batasan tegas. Populasi dalam penelitian ini adalah para pendaki gunung pemula yang maksimal baru mendaki gunung tidak lebih dari tiga kali dan untuk sample penelitian adalah 50 sample.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling yaitu metode dengan cara pengambilan sampel secara kebetulan. Anggota populasi yang secara kebetulan dijumpai oleh peneliti pada saat penelitian di gunung ungaran, maka itulah menjadi sampelnya (Zainuddin, 2008: 178).

(39)

D. Metode Pengumpulan Data 1. Alat Pengumpulan Data

Guna mencapai tingkat objektifitas yang tinggi, penelitian ilmiah mensyaratkan penggunaan prosedur pengumpulan data yang akurat dan terpercaya. Kualitas data di tentukan oleh kualitas alat pengumpulan data atau alat pengukurnya. Alat pengumpul data yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan skala, yang terdiri dari skala motivasi untuk mencapai puncak gunung dan skala dukungan sosial. Penyusunan skala didasarkan pada stimulus berupa pertanyaan atau pernyataan secara tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan (Azwar, 2012: 1).

a. Skala Motivasi Untuk Para Pendaki Gunung Pemula

Pada penelitian ini alat pengumpulan data yang digunakan adalah metode skala artinya metode penskalaan yang menggunakan distribusi respon sebagai penentuan nilai skalanya, dimana setiap responden akan diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan dirinya dan beberapa alternatif jawaban yang tersedia yaitu “Sangat Sesuai” (SS), “Sesuai” (S), “Tidak Sesuai” (TS), “Sangat Tidak Sesuai” (STS).

Subjek diminta untuk memilih satu jawaban yang tersedia. Skala terdiri dari item yang bersifat Favorable (pernyataan mendukung) dan Unfavorable (pernyataan tidak mendukung). Untuk soal Favorable nilai 4 diberikan untuk jawaban “Sangat Sesuai” (SS), nilai 3 untuk jawaban “Sesuai” (S), nilai 2 untuk

(40)

26

jawaban “Tidak Sesuai” (TS), nilai 1 untuk jawaban “Sangat Tidak Sesuai” (STS), sebaliknya untuk soal Unfavorable nilai 1 diberikan untuk jawaban “Sangat Sesuai” (SS), nilai 2 untuk jawaban “Sesuai” (S), nilai 3 untuk jawaban “Tidak Sesuai” (TS), nilai 4 untuk jawaban “Sangat Tidak Sesuai” (STS).

Tabel 1

Blue Print Skala Motivasi mencapai puncak gunung

No. Aspek Item Total Favorable Unfavorable 1 Menggerakkan 6 6 12 2 Mengarahkan 8 8 16 3 Menopang 6 6 12 Total 20 20 40

b. Skala Dukungan Sosial

Pada penelitian ini alat pengumpulan data yang digunakan adalah metode skala artinya metode penskalaan yang menggunakan distribusi respon sebagai penentuan nilai skalanya. Dimana setiap responden akan diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan dirinya dan beberapa alternatif jawaban yang tersedia yaitu “Sangat Sesuai” (SS), “Sesuai” (S), “Tidak Sesuai” (TS), “Sangat Tidak Sesuai” (STS).

Subjek diminta untuk memilih satu jawaban yang tersedia. Skala terdiri dari item bersifat Favorable (pernyataan mendukung) dan Unfavorable

(41)

(pernyataan tidak mendukung). Untuk soal Favorable nilai 4 diberikan untuk jawaban “Sangat Sesuai” (SS), nilai 3 untuk jawaban “Sesuai” (S), nilai 2 untuk jawaban “Tidak Sesuai” (TS), nilai 1 untuk jawaban “Sangat Tidak Sesuai” (STS), sebaliknya untuk soal Unfavorable nilai 1 diberikan untuk jawaban “Sangat Sesuai” (SS), nilai 2 untuk jawaban “Sesuai” (S), nilai 3 untuk jawaban “Tidak Sesuai” (TS), nilai 4 untuk jawaban “Sangat Tidak Sesuai” (STS).

Tabel 2

Blue Print Skala Dukungan Sosial

No. Jenis-jenis Item Total

Favorable Unfavorable 1 Dukungan emosional 4 4 8 2 Dukungan penghargaan 4 4 8 3 Dukungan instrumental 4 4 8 4 Dukungan informatif 4 4 8 Total 16 16 32

(42)

28

2. Validitas dan Reliabilitas alat ukur a. Validitas

Menurut Azwar (2015 : 173-174) validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya.

Suatu tes dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksut dikenakannya tes tersebut. Suatu tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan diadakannya pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah.

Sisi lain yang sangat penting dalam konsep validitas adalah kecermatan pengukuran. Suatu tes yang validitasnya tinggi tidak saja akan menjalankan fungsi ukurnya dengan tepat akan tetapi juga dengan kecermatan tinggi, yaitu kecermatan dalam mendeteksi perbedaan-perbedaan kecil yang ada pada atribut yang diukurnya. Adapun rumus yang digunakan dalam korelasi Product Moment menurut Arikunto (2002: 240-246) sebagai berikut :

∑ (∑ )(∑ )

√* ∑ (∑ ) + * ∑ (∑ ) +

Keterangan :

: Koefisien validitas

∑ : Jumlah skor pada item tertentu ∑ : Jumlah skor total

(43)

∑ : Jumlah hasil kali antara skor butir item dengan total skor N : Jumlah subjek

b. Reliabilitas alat ukur

Menurut Azwar (2015 : 180-181) reliabilitas diterjemahkan dari kata reliability, pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi maksudnya adalah pengukuran yang dapat menghasilkan data yang reliabel.

Walaupun reliabilitas mempunyai berbagai nama lain seperti keterpercayaan, keterandalan, keajegan, konsistensi, kestabilan, dan sebagainya namun ide pokok dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil ukur adalah dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, kalau aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Pengertian relatif menunjukkan bahwa ada toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil di antara hasil pengukuran. Bila perbedaan-perbedaan itu besar dari waktu ke waktu, maka hasil pengukuran itu tidak dapat dipercaya atau tidak reliabel.

Pengujian terhadap item-item yang valid alat ukur yang digunakan dengan menggunakan teknik uji reliabilitas Alpha Cronbach. Adapun rumus koefisien Alpha Cronbach menurut Azwar (2015: 185) sebagai berikut :

[ ]

Keterangan :

α : Koefisien alpha : Varian belahan 1

(44)

30

: Varian belahan 2 : Varian skor skala

E. Metode Analisis Data

Hubungan antara dukungan sosial mempengaruhi motivasi pendaki gunung pemula dianalisa dengan menggunakan teknik analisis korelasi Product Moment.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

∑ (∑ )(∑ )

√* ∑ (∑ ) + * ∑ (∑ ) +

Keterangan :

: Koefisien korelasi antara dukungan sosial dengan motivasi pendaki gunung

∑ : Jumlah skor dukungan sosial

∑ : Jumlah skor dukungan sosial kuadrat ∑ : Motivasi untuk mencapai puncak

∑ : Motivasi untuk mencapai puncak kuadrat

∑ : Jumlah perkalian antara skor dukungan sosial dengan motivasi untuk mencapai puncak

(45)

BAB IV

PELAKSANAAN PENELITIAN A. Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Penelitian

Salah satu tahap yang harus dilakukan sebelum dilaksanakan penelitian adalah menentukan kancah penelitian. Tujun menemukan kancah penelitian adalah untuk memberikan gambaran singkat secara menyeluruh mengenai kondisi dari tempat penelitian serta segala persiapan penelitian yang dilakukan. Salah satu tahap yang harus dilalui yaitu mempersiapkan segala sesuatu yang berkenaan dengan kelancaran penelitian. Peneliti memilih kancah penelitian di Base camp mawar gunung Ungaran. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan motivasi pendaki gunung pemula.

Populasi penelitian dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan. Populasi penelitian adalah para pendaki gunung Ungaran terutama di base camp mawar Semarang. Base camp mawar sendiri terletak di Jl Goa Jepang Km 5, Kluwihan, Sidomukti, Bandungan, Kab Semarang, Provinsi Jawa Tengah.

a. Skala Motivasi Pendaki Pemula

Skala Motivasi untuk pendaki pemula terdiri dari 40 item yang disusun berdasarkan aspek-aspek motivasi pendaki pemula, antara lain a) menggerakkan, b) mengarahkan, c) menopang. Sebaran item skala motivasi pendaki pemula dapat dilihat pada tabel 3.

(46)

32

Tabel 3

Sebaran Item Skala Motivasi Pendaki Gunung Pemula

No

Aspek-aspek Motivasi

Pendaki Pemula

Perilaku Yang Di Ukur

Item

Total

F UF

1 Menggerakkan Upaya dalam mencari informasi proses pendakian

1, 21 11, 31 4 Upaya dalam mencari

informasi mengenai kebutuhan dalam pendakian

12, 32 2, 22 4

Upaya dalam mencari informasi kendala-

kendala dalam pendakian 3, 23 13, 33 4 2 Mengarahkan Rajin menjaga pola

makan 14, 34 4, 24 4

Rajin melakukan olahraga 5, 25 15, 35 4 Membaca buku pendakian 16, 36 6, 26 4

Rajin beribadah 7, 27 17, 37 4

3 Menopang Adanya kepedulian dari

sekitar 18, 38 8, 28 4

Adanya perhatian dari

sekitar 9, 29 19, 39 4

Adanya nasehat dari

sekitar 20, 40 10, 30 4

Total 20 20 40

b. Skala Dukungan Sosial

Skala Dukungan Sosial terdiri dari 32 item yang disusun berdasarkan jenis-jenis dukungan sosial yaitu a) dukungan emosional, b)

(47)

dukungan penghargaan, c) dukungan instrumental, d) dukungan informatif. Sebaran item skala dukungan sosial dapat di lihat pada tabel 4.

Tabel 4

Sebaran Item Skala Dukungan Sosial

No

Jenis-jenis Dukungan

Sosial

Perilaku Yang Di Ukur

Item Total F UF 1 Dukungan emosional Adanya kepedulian 1, 17 9, 25 4 Adanya perhatian 10, 26 2, 18 4 2 Dukungan penghargaan Berpikir positif 3, 19 11, 27 4

Adanya rasa hormat 12, 28 4, 20 4 3 Dukungan instrumental Bentuk nyata 5, 21 13, 29 4 Materi 14, 30 6, 22 4 4 Dukungan informatif Nasehat 7, 23 15, 31 4 Pengetahuan 16, 32 8, 24 4 Total 16 16 32

2. Permohon Izin Penelitian

Salah satu syarat terlaksananya penelitian adalah harus mendapatkan izin dari pihak-pihak terkait. Langkah awal, peneliti menunjukan surat inzin penelitian kepada dekan Fakultas Psikologi Universitas Semarang yang menyatakan bahwa peneliti benar-benar mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Semarang yang akan melakukan penelitian untuk kepentingan penyusuan skripsi. Surat izin penelitian dari Dekan Fakultas Psikologi dengan nomor surat 177/USM.H4.F.Psi/I/2019 bertanggal 31 Januari 2019 ditunjukan kepada Koordinator Base Camp Mawar Ungaran Semarang untuk menjadikan

(48)

34

Para Pendaki sebagai subjek dan penelitian secara lisan kepada pendaki yang saya berikan kuesioner untuk pengambilan data di area base camp Semarang.

B. Pelaksanaan Penelitian 1. Pelaksanaan Pengambilan Data

Pengambilan data penelitian dilakukan pada Sabtu 2 Feb 2019 mendapatkan sample 21 subjek, tanggal 9 Feb 2019 mendapat sample 17 subjek dan untuk tanggal 10 Feb 2019 sample yang di dapat adalah 14 subjek. Penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling yaitu metode dengan cara pengambilan sampel secara kebetulan. Anggota populasi yang secara kebetulan dijumpai oleh peneliti pada saat penelitian, maka itulah menjadi sampelnya (Zainuddin, 2008: 178).

Penelitian dilakukan dengan cara membagikan skala kepada responden secara langsung ditempat, peneliti meminta waktu sebentar kepada responden untuk pengisian skala penelitian. Peneliti memberikan penjelasan kepada subyek mengenai tata cara pengisian skala kepada masing-masing subyek. Peneliti juga memberikan kesempatan untuk menanyakan ketidakjelasan atas petunjuk pengisian dan setelah mengerti, maka peneliti kemudian memberikan skala kepada masing-masing subyek. Selama proses pengisian skala, peneliti menunggu hingga subyek selesai mengisinya dan memastikan respon yang diberikan adalah respon sesungguhnya.

Pengambilan data dilakukan oleh peneliti dengan mendatangi pendaki yang sedang berada di tenda tepatnya di area base camp mawar Semarang.

(49)

Adapun proses pengambilan yang telah berlangsung dengan berkoordinasi dengan pengelola\koordinator base camp mawar.

2. Validitas dan Reliabilitas Hasil Penelitian

Pengujian validitas menggunakan teknik Product Moment dan pengujian reliabilitas menggunakan Teknik alpha dengan penghitungannya dibantu dengan menggunakan Program Statistical Packages for Sosial Science (SPSS) versi 16.0. berdasarkan proses analisis uji validitas dan reliabilitas di peroleh hasil sebagai berikut.

a. Uji Validitas

Pengujian validitas item menggunakan teknik Product Moment. Uji validitas bertujuan untuk mengetahui item-item mana yang valid dan nantinya akan digunakan dalam penyusunan alat ukur penelitian.

1). Skala Motivasi Pendaki Gunung Pemula

Penyusunan skala motivasi pendaki pemula berjumlah 40 item. Terdapat 10 item yang gugur sehingga tersisa 30 item yang valid. Koefisien validitas item berkisar antara 0,344 sampai dengan 0,807. Data item valid dan gugur dapat dilihat pada tabel 5.

(50)

36

Tabel 5

Sebaran Item Valid dan Gugur

Skala Motivasi Untuk Pendaki Gunung Pemula

No Aspek-aspek Motivasi Pendaki Pemula Perilaku Yang Di Ukur Item Item Total F UF Valid Gugur

1 Menggerakkan Upaya dalam mencari informasi proses pendakian 1, 21 11, 31 4 - 4 Upaya dalam mencari informasi mengenai kebutuhan dalam pendakian 12, 32 2, 22 4 - 4 Upaya dalam mencari informasi kendala- kendala dalam pendakian 3, 23 13, 33 4 - 4

2 Mengarahkan Menjaga pola makan 14, (34) 4, 24 3 1 4 Rajin melakukan olahraga 5, (25) 15, 35 3 1 4 Membaca buku pendakian 16, 36 6, 26 4 - 4 Rajin beribadah 7, 27 (17) , (37) 2 2 4 3 Menopang Adanya kepedulian dari sekitar 18, 38 8, 28 4 - 4 Adanya perhatian dari sekitar 9, (29) (19) , 39 2 2 4 Adanya nasehat dari sekitar (20) , (40) (10) (30) - 4 4 Total 20 20 30 10 40 Keterangan :

Dalam tanda () : item tidak valid Tanpa tanda () : item valid

(51)

2). Skala Dukungan Sosial

Penyusunan skala dukungan sosial yang semula berjumlah 32 item. Terdapat 12 item yang gugur sehingga tersisa 20 item yang valid. Koefisien validitas item berkisar antara 0,250 sampai dengan 0,765. Data item valid dan gugur dapat di lihat pada tabel 6.

Tabel 6

Sebaran Item Valid dan Gugur Skala Dukungan Sosial

No Jenis-jenis Dukungan Sosial Perilaku Yang Di Ukur Item Item Total F UF Valid Gugur 1 Dukungan emosional Adanya kepedulian 1, 17 (9), 25 3 1 4 Adanya perhatian (10), 26 2, 18 3 1 4 2 Dukungan penghargaan Berpikir positif (3), 19 (11), 27 2 2 4 Adanya rasa hormat (12), 28 4, 20 3 1 4 3 Dukungan instrumental Bentuk nyata 5, 21 13, (29) 3 1 4 Materi (14), 30 (6), (22) 1 3 4 4 Dukungan informatif Nasehat (7), (23) (15), 31 1 3 4 Pengetahuan 16, 32 8, 24 4 - 4 Total 16 16 20 12 32 Keterangan :

Dalam tanda () : item tidak valid Tanpa tanda () : item valid

(52)

38

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik Apha Cronbach. Uji reliabilitas dilakukan menggunakan program SPSS (Statistical Packages for Social Science) versi 16.0. Hasil uji reliabilitas item skala dukungan sosial diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,909 dan skala motivasi untuk sembuh 0,930 adapun hasil uji validitas dan reliabilitas skala dukungan sosial dan skala motivasi pendaki gunung pemula selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D.

C. Analisis Data dan Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi

Sebelum melakukan analisis data menggunakan teknik korelasi Product Moment terlebih dahulu dilakukan uji asumsi normalitas sebaran untuk mengetahui normal tidaknya skor variabel dukungan sosial dan motivasi untuk pendaki gunung pemula. Selain itu uji asusmsi untuk mengetahui linieritas hubungan antara Dukungan Sosial dan Motivasi untuk mencapai puncak gunung.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan terhadap variabel dukungan sosial dan motivasi pendaki gunung pemula dengan tujuan untuk mengetahui normal tidaknya skor variabel masing-masing variabel penelitian. Hasil uji normalitas menunjukan:

(53)

1). Variabel motivasi pendaki gunung pemula berdistribusi normal dengan nilai Kolmogorov-Smirnov a Z = 0,120 p = 0,067 (p > 0,05). 2). Variabel dukungan sosial berdistribusi tidak normal dengan nilai

Kolmogorov-Smirnov a Z = 0,158 p = 0,003 (p > 0,05).

Perhitungan uji normalitas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran E-1. b. Uji Linieritas

Pengujian linieritas dilakukan terhadap variabel motivasi pendaki gunung pemula dan dukungan sosial untuk mengetahui sifat hubungan antara keduanya. Hasil uji linieritass antara variabel motivasi pendaki gunung pemula dan dukungan sosial menunjukan bahwa Fliner Sebesar 151,660 dengan p = 0,000 (p < 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara dukungan sosial dengan motivasi pendaki gunung pemula adalah ada hubungan yang bersifat linier antara data variabel. Perhitungan uji linieritas dapat dilihat pada lampiran E-1.

2. Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa rxy= 0,792 dan p = 0,000 (p < 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan motivasi pendaki gunung pemula artinya semakin kuat dukungan sosial maka akan semakin tinggi pula motivasi pendaki gunung pemula untuk mencapai puncak gunung, dan sebaliknya. Hipotesis yang diajukan peneliti dapat diterima. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran E-1.

(54)

40

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang dilakukan diperoleh rxy = 0,792 dan p = 0,000 (p < 0,05). Hal ini menyatakan bahwa ada hubungan positif antara dukungan sosial dengan motivasi pendaki gunung pemula. Semakin kuat dukungan sosial maka akan semakin tinggi pula motivasi pendaki gunung pemula untuk mencapai puncak gunung, dan sebaliknya. Hipotesis yang diajukan peneliti dapat diterima. Subjek penelitian ini adalah pendaki gunung Ungaran. Dukungan sosial sebagai tempat awal bagi pendaki gunung pemula dan sangat memberikan motivasi untuk mencapai puncak gunung. Menurut Sutanto (dalam Junita, 2017: 44) menjelaskan dukungan sosial merupakan informasi verbal atau non-verbal berupa pemberian saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek didalam lingkungan sosialnya.

Berdasarkan hasil analisis perhitungan menggunakan program SPSS (Statistical Packages for Social Science) versi 16.0 diketahui bahwa pengujian hipotesis diterima ada hubungan antara dukungan sosial dengan motivasi pendaki gunung pemula untuk mencapai puncak

Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa salah satu faktor-faktor motivasi pendaki gunung pemula adalah dukungan sosial. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Aridhona, dkk (2017: 49)menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara dukungan sosial dengan motivasi pendaki pemula yang diberikan oleh teman satu tim ataupun teman dari tim lain sesame pendaki atau orang yang berpengaruh menyebabkan dia sampai puncak. Hubungan antara

(55)

kedua variabel menunjukkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial maka semakin tinggi pula motivasi untuk sampai puncak.

Dari hasil uji korelasi dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa mean empirik pada variabel motivasi pendaki pemula adalah sebesar 101,90 ada di area +2SD dan mean hipotetik sebesar 75 dengan standar deviasi hipotetiknya (SDh) = 15. Hal ini menunjukan bahwa motivasi pendaki pemula untuk mencapai puncak tergolong pada kategori tinggi. Hasil norma kategorisasi skala motivasi pendaki pemula terhadap 50 subjek, menunjukkan bahwa sebanyak 4 subjek (8 %) memiliki motivasi untuk mencapai puncak kategori sangat rendah, 13 subjek (26%) kategori rendah, 9 subjek (18%) berada pada kategori sedang, 22 subjek (44 %) berada pada kategori tinggi dan 2 subjek (4%) termasuk dalam kategori sangat tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar sampel penelitian memiliki motivasi pendaki gunung pemula dengan kategori tinggi.

Variabel dukungan sosial diperoleh mean empirik sebesar 68,34 berada pada area +2SD dan mean hipotetik sebesar 50 dengan standar deviasi Hipotetiknya (SDh) = 10. Hal ini membahwa dukungan sosial tergolong pada kategori tinggi. Hasil norma kategorisasi skala dukungan sosial terhadap 50 subjek, menunjukkan sebanyak 4 subjek (8 %) memiliki dukungan sosial kategori sangat rendah, 13 subjek (26%) kategori rendah, 9 subjek (18%) berada pada kategori sedang, 22 subjek (44%) berada pada kategori tinggi dan 2 subjek (4%) termasuk dalam kategori sangat tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar sampel penelitian memiliki dukungan sosial kategori tinggi. Hasil norma kategorisasi dapat dilihat pada lampiran G.

(56)

42

Dukungan sosial yang diterima dapat membuat individu merasa tenang, diperhatikan, dicintai, timbul rasa percaya diri, kompeten dan sebagainya. Hal ini mendorong timbulnya motivasi pendaki gunung pemula.

Penelitian ini tidak terlepas dari beberapa kelemahan yang ada diantaranya yaitu, berkaitan dengan pengisian skala penelitian. Pada saat pengisian, terdapat beberapa subjek dalam mengisi skala penelitian sekedarnya saja, hal ini ditunjukkan dengan hasil pengisian skala terlihat pilihan jawaban beberapa subjek tidak merata dan mengisi secara asal pilihan jawaban yang tersedia, sehingga membuat validitas dan reliabilitas alat ukur kurang baik. Penelitian ini meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitian ini disebut penelitian populasi atau disebut juga sampling jenuh atau sensus (Sugiyono, 2010: 85). Kondisi subjek saat mengisi skala penelitian mempengaruhi jawaban subjek terhadap pernyataan yang diberikan sehingga ada kemungkinan terjadi bias. Rata-rata subjek yang sedang di tenda biasanya sedang istirahat sehingga kondisi tersebut juga menyebabkan subjek memerlukan waktu yang lama dalam mengisi skala penelitian ini.

(57)

43 BAB V PENUTUP A. Simpulan

Berdasarkan pada hasil analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian dapat diterima yaitu ada hubungan positif antara dukungan sosial dengan motivasi pendaki gunung pemula. Semakin kuat dukungan sosial maka akan semakin tinggi pula motivasi pendaki gunung pemula untuk mencapai puncak.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan setelah melihat hasil penelitian, pembahasan dan simpulan yang telah dikemukakan adalah sebagai berikut:

1. Bagi pendaki pemula

Sebaiknya bagi pendaki pemula benar benar mempersiapkan poin-poin penting sebelum mendaki seperti,pengetahuan tentang gunung,pengetahuan teman seberangkatan mendaki, jangan lupa olahraga,dan persiapan persiapan lainya seperti perbekalan,selimut,senter dll.

(58)

44

2. Bagi pendaki senior

Bagi pendaki senior harus bisa memahami rekan rekan sesama pendaki, bisa saling mengerti satu sama lain,bisa saling membantu, saling mensuport saling tanggap sehingga tanpa di mintapun, seharusnya kita sudah mengerti bahwa rekan kita sedang membutuhkan bantuan. Hal itu perlu dilakukan para pendaki yang sudah senior, sebab dukungan sosial yang diberikan dapat meningkatkan motivasi pada pendaki gunung pemula.

3. Bagi peneliti mendatang

Bagi peneliti mendatang untuk dapat mengembangkan penelitiannya berkaitan dengan motivasi pendaki gunung pemula, sebab penelitian yang peneliti lakukan masih terbatas di area base camp mawar. Peneliti mendatang dapat melakukan penelitian yang lingkupnya lebih luas lagi seperti Jawa Tengah atau bahkan bisa semua gunung di Negara kesatuan Republik Indonesia ini.

(59)

46

.Abbas, A. K. 2016. Dukungan Keluarga, Spritual, Motivasi Dengan Kondisi Psikologis Remaja Pengguna Narkoba Di Kota Payakumbuh. Bukittinngi: Jurnal Human Care. Vol. 1, No. 1: 1-7.

.Arends, R. I. 2013. Belajar Untuk Mengajar. Jakarta: Salemba Humanika.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Asnawi, Sahlan. 2002. Teori Motivasi (Dalam Pendekatan Psikologi) Industri Dan Organisasi. Jakarta: Studio Press.

Azwar, Saifuddin. 2015. Tes Prestasi Fungsi Dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Greene, G. J., dan Roberts, A. R. 2009. Buku Pintar Pekerja Sosial. Jakarta: Gunung Mulia.

Islamuddin, Haryu. 2012. Psikologi Pendidikan. Jember: Pustaka Pelajar.

Hasibuan, Malayu. S. P. 2007. Organisasi Dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Kurniawati, N. D., dan Nursalam. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Pasie Terinfeksi Hiv/Aids. Jakarta: Salemba Medika.

Lestari, Titik. 2015. Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Nara, Siregar., dan Siregar, Eveline. 2011. Teori Belajar Dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.

(60)

47

Purwanto, M. N. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Ratna, Wahyu. 2010. Sosiologi Dan Antropologi Kesehatan Dalam Perspektif

Ilmu Keperawatan.Yogyakarta: Pustaka Rihama.

Rismawaty. 2008. Kepribadian Dan Etika Profesi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sukmana, Teddie. 2008. Menjadi Pecinta Alam. Jakarta:Raih asa sukses

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

.Smet, Bart. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Grasind.

Siagian, Sondang. P. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara.

.Smet, Bart., dan Clerq, Linda De. Psikologi Kesehatan: Suatu Pendahuluan. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata.

Sobur, Alex. 2016. Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia.

Suhariadi, Fendy., dan Isnawati, Dian. 2013. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penyesuaian Diri Persiapan Pensiun Pada Karyawan PT Pupuk Kaltim. Surabaya: Jurnal Psikologi Industri Dan Organisasi. Vol. 2, No. 1: 1-6.

Sutrisno, Edy. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Prenadamedia Group.

Wibowo. 2016. Manajemen Kinerja. Depok: PT Rajagrafindo Persada.

.Yuniawati, Rudy., dan Marni, Ani. 2015. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penerimaan Diri Pada Lansia Di Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta. Yogyakarta: Jurnal Fakultas Psikologi. Vol. 3, No. 1: 1-7.

(61)
(62)

LAMPIRAN A

Referensi

Dokumen terkait

diperoleh p=0,399 yang berarti tidak ada hubungan antara beban kerja fisik dengan kebugaran jasmani pada karyawan konstruksi Jasmani. karyawan

Pada kasus anak autis yang memasuki masa puber, orang tua dituntut untuk dapat menciptakan komunikasi yang baik agar dapat membantu perkembangan sang anak dalam

Uji t dilakukan untuk menguji signifikansi dari setiap variabel independen akan berpengaruh terhadap variabel dependen. Jika thitung lebih besar dibandingkan dengan ttabel

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan usahatani kentang industri varietas Atlantik yang dilakukan petani di Desa Cigedug pada pola kemitraan dan

Bar and Rod of Stainless Steel Dengan penampang silang lingkaran, tidak dikerjakan lebih lanjut selain dicanai panas, ditarik panas atau

(3) Apabila Bupati melalui Kepala Dinas Pendapatan Kabupaten Banyuwangi tidak menerbitkan surat keputusan hingga melampaui jangka waktu sebagaimana dimaksud pada

Salah satu tanaman yang memiliki aktivitas antibakteri adalah bawang putih (Allium sativum L), Aplikasi bawang putih pada wajah juga mempunyai beberapa manfaat

Hal ini sekaligus juga sesuai dengan hasil penelitian Morgan dan Hunt (2004 ) yang membuktikan bahwa kepercayaan akan mengurangi keinginan untuk menghentikan