• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi, IT Telkom Jl. D. I. Panjaitan No. 128, Purwokerto, *

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi, IT Telkom Jl. D. I. Panjaitan No. 128, Purwokerto, *"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISA PERENCANAAN KAPASITAS JARINGAN TRANSPORT OPERATOR X

UNTUK MENDUKUNG PROYEK ROLL OUT AREA JOMBANG RAWA

PLANNING ANALYSIS TRANSPORT NETWORK CAPACITY X OPERATOR TO

SUPPORT ROLL OUT PROJECT JOMBANG RAWA AREA

Erna Temmerman Simanihuruk1*, Alfin Hikmaturokhman2, Ade Wahyudin3

1 2 3 Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi, IT Telkom

Jl. D. I. Panjaitan No. 128, Purwokerto, 53147

*Email: 14101088@st3telkom.ac.id

ABSTRAKS

Kualitas layanan komunikasi yang berkecepatan tinggi saat ini menjadi kebutuhan bagi pengguna layanan LTE (Long

Term Evolution), sehingga terjadi kebutuhan kapasitas trafik yang tinggi. Jombang Rawa merupakan salah satu daerah

yang memiliki kapasitas trafik yang tinggi. Untuk mengatasi masalah tersebut, operator X menggelar project jaringan seluler yang bernama roll out project yang bertujuan untuk menyediakan kapasitas yang cukup bagi pelanggan operator X. Pada project tersebut dilakukan perencanaan kapasitas jaringan transport menggunakan backhaul

microwave yang bertujuan untuk mendukung layanan site baru LTE sehingga tidak terjadi kekurangan bandwidth microwave. Metode yang digunakan adalah perhitungan link budget pada jalur site baru menggunakan Pathloss 5.0

dan metode overbooking calculation untuk perhitungan kapasitas trafik setelah adanya penambahan jalur site baru pada jalur eksisting. Pada perhitungan kapasitas trafik terdapat perbandingan kapasitas trafik yang melalui jalur eksisting pada kondisi sebelum adanya penambahan site baru dengan kapasitas trafik yang melalui jaringan eksisting pada kondisi setelah ditambahkan trafik pada jalur site baru. Dengan adanya perhitungan kapasitas jaringan transport

microwaveI, diharapkan jaringan microwave daerah Jombang Rawa menjadi optimal untuk mendukung site baru pada roll out project dan tidak ada masalah kekurangan bandwidth microwave ke depannya.

Kata kunci : LTE (Long Term Evolution), Roll Out, Microwave, Jaringan Transport

ABSTRACT

The high quality of high-speed communications services present is a requirement for LTE (Long Term Evolution) users, so need for high traffic capacity. Jombang Rawa is one area that has a high traffic capacity. To overcome this problem, X operator create mobile network project called roll out project that aims to provide sufficient capacity for X operator customers. In the project, the capacity of the transport network using microwave backhaul is aimed to support the new LTE site so it does not happen lack of microwave bandwidth. The method used is link budget calculation on the new site path using Pathloss 5.0 and overbooking calculation method for traffic capacity calculation after the addition of new site path on the existing path. In the calculation of traffic capacity there is a comparison of traffic capacity through the existing path on the condition before the addition of new site with traffic capacity through existing network on condition after added traffic on new site path. With the calculation of microwave transport network capacity, it is expected that microwave network Jombang Rawa area be optimal to support new site on roll out project and there is no problem of lack of microwave bandwidth in the future.

Keywords: LTE (Long Term Evolution), Roll Out, Microwave, Transport Network

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era modernisasi Telekomunikasi menjadi tulang punggung teknologi komunikasi yang memegang peran penting dalam komunikasi yang terjadi pada manusia. Sebagai penunjang berhasilnya pembangunan nasional, peranan Telekomunikasi sangat dibutuhkan dalam proses bertukar informasi baik berupa voice, text, maupun video tanpa memandang jarak secara fisik maupun jarak secara geografis. Untuk mendukung sampainya informasi kepada yang dituju dibutuhkan dukungan jaringan komunikasi seluler. Pada saat ini teknologi seluler memiliki perkembangan yang begitu pesat mulai dari layanan teknologi 2G sampai dengan 4G. Dengan perkembangan teknologi seluler hingga 4G maka dapat dipastikan bahwa semakin canggih dan semakin banyak kemudahan yang diperoleh pengguna. Seperti halnya kecepatan akses data yang disediakan oleh teknologi 4G dengan bandwidth yang tinggi mengakibatkan meningkatnya kapasitas pengguna teknologi 4G tersebut.

Dalam arsitektur teknologi 4G terdapat layer transport yang menghubungkan jaringan dengan user. Dimana kualitas layanan komunikasi juga ditentukan oleh okupansi kapasitas layanan 4G tersebut. Operator X menggelar jaringan seluler yang yang bernama Roll Out Project, yaitu penambahan site baru untuk 4G di Jakarta area Jombang Rawa. Area Jombang Rawa merupakan salah satu area yang memiliki kapasitas jaringan yang tinggi dan memiliki beberapa link yang mengalami overbooking traffic yang tinggi, sehingga diperlukan perencanaan jaringan backhaul yang efektif. Tujuan dari adanya proyek Roll Out tersebut adalah

(2)

2

untuk menyediakan kapasitas yang cukup untuk pelanggan 4G operator X. Dengan meningkatnya kapasitas pengguna jaringan 4G perlu dianalisa di sisi jaringan transport microwavenya apakah mencukupi untuk menampung kapasitas jaringan 4G operator X tersebut.

Untuk dapat memperhitungkan overbooking traffic tersebut, sehingga diperlukan perancangan jaringan backhaul yang efisien dengan menggunakan software Pathloss 5.0. Pathloss 5.0 berfungsi sebagai alat bantu yang digunakan untuk komunikasi radio microwave baik dalam perhitungan link budget. Penelitian tersebut terinspirasi oleh penelitian mahasiwa Universitas Telkom Bandung yang berjudul “Analisis Perencanaan Backhaul Microwave Untuk Radio Komunikasi Pada Kawasan Wisata Kepulauan Seribu” dimana pada penelitian tersebut membahas perencanaan media transport backhaul agar jaringan LTE dapat menjangkau Kepulauan Seribu demi terciptanya layanan data berkecepatan tinggi di wilayah

tersebut. Sehingga atas dasar tersebut penulis mengambil judul “PERENCANAAN DAN ANALISA KAPASITAS JARINGAN TRANSPORT OPERATOR X UNTUK MENDUKUNG PROYEK ROLL OUT AREA JOMBANG RAWA”. Perencanaan dan analisa ditujukan agar proyek Roll Out menjadi lebih baik untuk mendukung kapasitas jaringan transport yang dapat terpenuhi.

1.2 Tinjauan Pustaka

a. Long Term Evolution (LTE)

Long Term Evolution (LTE) adalah jaringan akses radio evolusi jangka panjang keluaran dari 3rd Generation Partnership Project (3GPP). LTE merupakan kelanjutan dari teknologi generasi ketiga (3G)

WCDMA-UMTS. LTE diperkenalkan dalam satu rangkaian dengan System Architecture Evolution (SAE) sebagi inti jaringan generasu keempat menurut standar 3GPP. LTE dikenal juga sebagai Envolved

Universal Terresterial Radio Access Network (E-UTRAN) sementara SAE juga memiliki nama lain Envolved Packet Core (EPC) [1].

Gambar 1. Arsitektur LTE b. Backhaul

Backhaul merupakan suatu media jaringan transport jaringan radio akses seluler yang menghubungkan Base Station (BS) dengan controller-nya. Controller yang dimaksud pada hal tersebut

adalah Evolved Packet Core (EPC) pada jaringan LTE, dimana di dalam jaringan LTE terdapat MME, S-GW, dan P-GW. Namun secara umum, backhaul diartikan sebagai jalur ataupun jaringan yang digunakan untuk menyalurkan (transport) data dan informasi dari sumber ke tujuan[2].

Gambar 2. Backhaul[2] c. Sistem Komunikasi Gelombang Mikro (Microwave)

Pada sistem komunikasi golombang mikro (microwave) diharapkan informasi dapat sampai ke tujuan dengan jelas. Karena sistem komunikasi golombang mikro (microwave) bertujuan untuk dapat mengirimkan suatu informasi dari satu tempat ke tempat lain tanpada ada gangguan dan hasil yang diterima jelas. Dalam transmisi gelombang mikro frekuensi yang digunakan adalah frekuensi 2 Ghz

(3)

3

sampai dengan frekuensi 24 Ghz, sesuai dengan yang telah direkomendasikan oleh CCIR (Commite

Colsultative International Radio).[3] d. Perhitungan Link Budget

1. Gain Antena

Gain antena berfungsi untuk mengukur kemampuan antena untuk mengirimkan gelombang

yang diinginkan ke arah yang dituju. Pada jenis antena parabola, efisiensi tidak mencapai 100% karena beberapa daya yang hilang oleh spillover pada tepi antena ketika dipenuhi oleh gelombang tetap pada pusatnya. Hal tersebut juga dapat disebabkan karena pabrikasi dalam pembuatan antena kurang sempurna. Secara komersial, efisiensi pada antena parabola antara 50% hingga 70%. Besarnya gain antena dapat dicari dengan menggunakan persamaan 1[4].

G = 20 log f + 20 log d + 10 log 𝜂 + 20,4 (1)

dengan,

G = Gain atau penguatan antena (dBi) d = Diameter antena (m)

𝜂 = Efisiensi antena (55%) f = Frekuensi antena (GHz) 2. Free Space Loss (FSL)

Free Space Loss (FSL) atau biasa disebut dengan redaman ruang bebas didefenisikan sebagai

rugi-rugi propagasi di ruang bebas antara dua antena isotropic akibat energi yang tersebar. Besarnya Lfs menyatakan besarnya energi yang dipancarkan sebagai gelombang elektromagnetik yang berjalan

dari sumber transmisi. Besar dari Lfs tergantung pada frekuensi yang digunakan dan panjang lintasan.

Untuk dapat menemukan nilai dari Free Space Los, dapat menggunakan persamaan 2[5].

Lfs = 92,45 + 20 log D + 20 log f (2)

dengan,

FSL = Free Space Loss (dB)

D = panjang lintasan (km)

f = frekuensi kerja yang digunakan (GHz) 3. EIRP (Effective Isotropic Radiated Power)

Effective Isotropic Radiated Power (EIRP) merupakan daya maksimum gelombang sinyal

mikro yang keluar dari sisi antena pemancar atau untuk menunjukkan nilai efektif daya yang dipancarkan oleh antena pemancar, dalam arti daya tersebut sudah mengalami penguatan. EIRP dapat diperoleh dengan cara menjumlahkan daya output dari sisi antena pemancar dengan gain antena lalu dikurangkan oleh loss atau dapat dituliskan dengan persamaan 3[4,5].

EIRP = PTx + Gant – LTX (3)

dengan,

EIRP = Effective Isotropic Radiated Power (dBm) PTx = daya pancar (dBm)

Gant = Gain antenna (dBi)

LTX = Transmitter loss (dB)

4. Isotropic Received Level (IRL)

Isotropic Received Level (IRL) didefenisikan sebagai nilai level isotropic yang diterima oleh

antena stasiun penerima. Besar dari IRL bukan merupakan nilai daya yang diterima oleh sistem atau rangkain decoding, namun besaran tersebut merupakan nilai level daya terima antena stasiun penerima. Untuk mendapatkan nilai daya terima pada antena stasiun penerima, maka terlebih harus mendapatkan nilai IRL. Besar dari nilai IRL dapat ditemukan dengan menggunakan persamaan 4[5].

𝐼𝑅𝐿 = 𝐸𝐼𝑅𝑃 − 𝐹𝑆𝐿 (4)

dengan,

IRL = Isotropic Received Level (dBm)

EIRP = Effective Isotropic Radiated Power (dBm) FSL = Free Space Loss (dB)

5. Received Signal Level (RSL)

Received Signal Level (RSL) adalah level daya yang diterima oleh piranti pengolah decoding.

Nilai RSL dipengaruhi oleh rugi-rugi pada sisi antena penerima dan gain antena penerima. Untuk dapat menemukan besar dari nilai RSL dapat dihitung menggunakan persamaan 5[5].

𝑅𝑆𝐿 = 𝐼𝑅𝐿 + 𝐺𝑅𝑥− 𝐿𝑅𝑥 (5)

dengan,

RSL = Received Signal Level (dBm) IRL = Isotropic Received Level (dBm) GRx = Gain antenna (dBi)

(4)

4

6. Fading Margin

Fading merupakan fluktuasi daya sinyal terima akibatnya adanya proses propagasi gelombang

radio yang mengakibatkan turunnya daya terima dan rusaknya kualitas transmisi. Untuk mengatasi

fading, maka dibutuhkan cadangan daya yang digunakan agar dapat mempertahankan level daya

terima di atas level batas ambang (theshold). Cadangan daya tersebut sering dinamakan dengan fading

margin. Fading margin dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 6[1].

𝐹𝑀 = 30 log 𝐷 + 10 log(𝑎 × 𝑏 × 2,5 × 𝑓) − 10 log 𝑈𝑛𝐴𝑣𝑝𝑎𝑡ℎ− 60 (6)

dengan,

FM = Fading Margin (dB) D = panjang lintasan (km) f = frekuensi (GHz) a = faktor kekasaran bumi

a : 4 = untuk daerah halus, laut, danau, dan gurun a : 1 = untuk daerah kekasaran rata-rata, dataran a : ¼ = untuk pegunungan dan dataran tinggi b = faktor iklim

b : ½ = untuk daerah panas dan lembab

b : ¼ = untuk daerah normal

b : 1/8= untuk daerah pegunungan (sangat kering) 7. Availability

Availability merupakan ukuran kehandalan. Semua sistem idealnya harus memiliki ukuran availability 100%. Namun hal tersebut tidak mungkin dipenuhi karena dalam sistem pasti terdapat

kegagalan sistem dalam memberikan pelayanan atau sering disebut dengan ketidakhandalan (unavailability). Istilah lain dari availability ialah reliability yaitu kemampuan sistem dalam memberikan pelayanan[6].

Faktor utama yang menyebabkan terjadinya unavailability pada sistem adalah adanya

multipath fading dan pengaruh redaman karena hujan. Pertimbangan untuk perhitungan unavailability

sistem karena adanya faktor-faktor yang sangat mempengaruhi seperti adanya multipath fading dan pengaruh redaman karena hujan tersebut.

Adapun availability dapat dinyatakan dengan persamaan 7:

𝐴𝑣𝑝𝑎𝑡ℎ= (1 − 𝑈𝑛𝐴𝑣𝑝𝑎𝑡ℎ) × 100% (7)

Sedangkan unavailability dapat dinyatakan dengan persamaan 8:

𝑈𝑛𝐴𝑣𝑝𝑎𝑡ℎ= 𝑎 × 𝑏 × 2,5 × 𝑓 × 𝐷3× 10−6× 10−𝐹𝑀/10 (8)

e. Penggunaan Pita Frekuensi Radio Microwave Link Point to Point

Pita frekuensi merupakan bagian dari spektrum frekuensi radio yang mempunyai lebar tertentu. Penggunaan pita frekuensi harus tergantung pada jarak. Oleh sebab itu penggunaan pita frekuensi radio

microwave link point to point telah diatur dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika

Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2015 tentang Perencaan Penggunaan Pita Frekuensi Radio

Microwave Link Titik ke Titik (Point to Point). Adapun tabel referensi jarak antar stasiun radio microwave link titik ke titik (point to point) adalah seperti pada Tabel 1[7].

Tabel 1. Referensi jarak antar stasiun radio microwave link titik ke titik (point to point)[7]

No. Pita Frekuensi Radio (GHz) Jarak (Km)

1 4/6 >20 2 7/8 >8 3 11/13/15 >2,5 4 18/23/28 >1 5 32/38/70/80 >0 f. Overbooking Calculation

Overbooking Calculation (OB) merupakan perhitungan untuk menentukan perangkat BTS masih

ideal atau tidak untuk melayani trafik yang ada. Perhitungan OB diambil dari trafik serta kapastitas perangkat per-level. Untuk melakukan perhitungan OB pertama menghitung jumlah trafik per agregat atau level seperti yang sudah dinyatakan pada persamaan 9[8].

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑡𝑟𝑎𝑓𝑖𝑘 = 𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 1 + 𝑎𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 2 + ⋯ 𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝑛 (9)

Selanjutnya untuk perhitungan OB real, untuk nilai OB yang menjadi standart operator dan Alita adalah 1,4. Dan nilai 1.4 tersebut berasal dari standar yang dibuat untuk menilai bahwa kapasitas link sudah ideal. Untuk Overbooking Calculation (OB) dapat dinyatakan dengan persamaan 10[8].

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑂𝐵 𝑟𝑒𝑎𝑙 = 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐿𝑉−𝑛

(5)

5

Namun jika dalam perhitungan nilai OB sudah dibawah 1,4 maka tidak ada lagi penambahan kapasitas link, namum jika nilai OB di atas 1,4 maka dilakukan perhitungan lagi dengan rumus pada persamaan (10).[8]

6.1 Standart Nilai Pada Overbooking Calculation[8]

Pada perhitungan OB, sebuah link tersebut disebuut mengalami kelebihan beban trafik jika, nilai OB dari link tersebut melebihi dengan standart yang ditentukan. Pada OB ini nilai standar bahwa suatu link masih sanggup menangani trafik adalah 1.4. jika melebihi 1.4 maka ada beberapa aturan yang diterapkan yaitu:

a. Jika OB kurang dari atau sama dengan 1.4 maka nilai purpose-nya adalah 1+1/1+0 maka kapasitas bandwidth sebesar 150 Mbps. dan tidak perlu melakukan upgrade, tetapi jika perangkatnya MLTN diganti IPASO.

b. Jika OB lebih dari 1,4 dan kurang dari atau sama dengan 2.8 maka nilai purpose-nya adalah 2+0 maka kapasitas bandwidthnya diupgrade menjadi 300 Mbps. Agar nilai yang didapatkan sesuai dengan standar.

c. Jika OB lebih dari 2,8 kurang dari atau sama dengan 4.2 maka nilai purpose-nya adalah 3+0 maka kapasitas bandwidthnya diupgrade menjadi 450 Mbps. Agar nilai yang didapatkan sesuai dengan standar.

d. Jika OB lebih dari 4,2 dan kurang dari atau sama dengan 5.6 maka nilai purpose-nya adalah 4+0 maka kapasitas bandwidthnya diupgrade menjadi 600 Mbps. Agar nilai didapatkan nilai ideal kapasitasnya dan sesuai dengan standar.

Dan jika OB lebih dari 5.6 maka nilai purpose-nya adalah purpose fiber maka kapasitas

bandwidthnya diupgrade menjadi 1000 Mbps. Agar nilai didapatkan nilai ideal kapasitasnya dan

sesuai dengan standar[8]. 1.2 Metodologi Penelitian

Gambar 3. Flowchart Perencanaan Jaringan Microwave

Pada rencana kerja penulis, hal pertama yang penulis lakukan adalah penambilan data titik koordinat dan data lookup Equipment Pathloss. Setelah itu penulis melakukan perancangan link microwave site eksisting dan link microwave site baru. Pada perancangan link microwave site eksisting penulis akan membuat topologi jaringan di software Pathloss 5.0 serta melakukan perhitungan overbooking pada jalur site eksisting. Sementara itu pada perencanaan link microwave site baru, hal yang pertama yang dilakukan adalah mencari kandidat jalur far end dan menentukan jalur far end. Setelah mendapatkan jalur far end maka hal yang dilakukan selanjutnya adalah penulis mengatur seluruh parameter seperti transmission analysis, terrain

data, dan antenna height, serta melakukan perhitungan dan simulasi link budget. Selanjutnya penulis

melakukan penghitungan ulang overbooking pada jalur eksisting setelah adanya penambahan jalur pada site baru. Dan hal yang terakhir adalah melakukan analisa terhadap hasil perhitungan overbooking setelah penambahan jalur site baru tersebut. Kemudian penulis memberikan solusi untuk optimasi jaringan. 2. PEMBAHASAN

(6)

6

Penetuan Far End berdasarkan keadaan LOS (Line of Sight) dan kapasitas site eksisting. LOS (Line

of Sight) merupakan keadaan dimana antara pemancar dan penerima mengikuti garis pandang (saling

terlihat) tanpa adanya penghalang (obstacle). Terdapat beberapa cara untuk melihat keadaan LOS diantaranya adalah menggunakan software Pathloss dan Google Earth. Tabel 3.1 menunjukkan ID site baru yang akan dihubungkan dengan Far End Site. Untuk masing-masing jalur Near End Site dengan Far End

Site akan diberikan penamaan sesuai jalur masing-masing hop. Untuk mengetahui keadaan LOS pada

Pathloss adalah dengan melihat dari tinggi antena pada sisi TX dan RX, jika antara TX dan RX obstacle yang diinputkan tidak bertabrakan dengan pancaran sinyal yang dipancarakan antena berati keadaan link tersebut LOS. Salah satu contoh jalur yang LOS pada pada Google Earth adalah seperti Gambar 4, yaitu LOS pada Jalur 14. Dan untuk identitas LOS dari keseluruhan Jalur adalah pada Tabel 2.

Gambar 4. Gambaran LOS (Line of Sight) pada Jalur 14 (3G Batan Indah – Puspitek Serpong) Tabel 2. Titik Koordinat Near End Site dan Far End Site

No SITE ID SITE NAME ASSIGNMENT LONGITUDE LATITUDE FE JALUR

1 3473016G9 3G_MANUNGGAL_PERIGI 106 40 52.29 E 06 16 14.19 S 1143 Jalur 1 2 3473014G9 3G_POLSEK_CISAUK 106 38 24.44 E 06 19 52.37 S 3226 Jalur 2 3 3471566G9 3G_GEDUNG_FROGGIES 106 38 39.70 E 06 17 58.04 S 241358 7 Jalur 3 4 3471565G9 3G_LANDMARK_GATE 106 39 03.23 E 06 18 14.73 S 592 Jalur 4 5 3473018G9 3G_GREEN_COVE 106 39 31.19 E 06 18 00.42 S 592 Jalur 5 6 3471294G9 3G_EMINEN_PAGEDANGAN 106 38 09.60 E 06 17 26.38 S 241358 7 Jalur 6 7 3473006G 3G_ARIA_PUTRA_BAKTI 106 43 07.57 E 06 18 27.00 S A226 Jalur 7 8 3473001G9 3G_HUTAMA_KARYA 106 40 04.54 E 06 20 34.73 S 684 Jalur 8 9 3473010G9 3G_SAMPORA_CISAUK 106 40 05.19 E 06 19 06.35 S 1467 Jalur 9 10 3471289G9 3G_FIORE_RAYA 106 38 24.18 E 06 17 39.88 S 241358 7 Jalur 10 11 3471291G9 3G_FORESTA_ARIA 106 38 45.60 E 06 17 18.85 S 3241 Jalur 11 12 3473011G9 3G_KOMPLEKS_AVANI 106 39 14.40 E 06 19 14.12 S 1467 Jalur 12 13 3471317G9 3G_JAKARTA_NANYANG_SC HOOL 106 39 07.20 E 06 17 11.40 S 1466 Jalur 13 14 3473013G9 3G_BATAN_INDAH 106 40 04.80 E 06 19 44.15 S 1468 Jalur 14

2.2 Analisa Hasil Perhitungan Sistem Dan Simulasi

2.2.1 Analisa Hasil Perhitungan Link Budget Sistem Dan Simulasi 1. Received Signal Level (RSL)

Untuk nilai standart minimal dari RSL adalah sebesar -39 dBm. Dari hasil perhitungan

Received Signal Level (RSL) pada jalur 14 dihasilkan nilai RSL sebesar -28,12 dBm, sedangkan

hasil RSL pada report link budget Pathloss 5.0 dihasilkan sebesar -30,38 dBm. Dari nilai kedua hasil RSL tersebut, maka nilai RSL telah memenuhi standart. Dari hasil Link Budget secara perhitungan dan secara sistem (Pathloss 5.0), terdapat perbedaan nilai RSL sebesar -2,26 dBm, perbedaan nilai tersebut diakibatkan oleh pembulatan pada perhitungan, namun perbedaan nilai tersebut tidak terlalu mempengaruhi sehingga dapat diabaikan. Dapat diperhatikan Tabel 3 untuk nilai RSL perhitungan dan nilai RSL antena pada Pathloss 5.0 untuk seluruh jalur.

(7)

7

Tabel 3. Nilai RSL perhitungan dan report Link Budget Pathloss 5.0

NO Jalur RSL (dBm) Perhitungan Pathloss 1 Jalur 1 -28,6409396 -30,96 2 Jalur 2 -31,0808678 -32,57 3 Jalur 3 -38,1135982 -38,86 4 Jalur 4 -34,591773 -36,16 5 Jalur 5 -32,6360432 -34,12 6 Jalur 6 -32,9800838 -33,59 7 Jalur 7 -31,9041671 -33,35 8 Jalur 8 -31,3117178 -31,9 9 Jalur 9 -29,3735176 -29,86 10 Jalur 10 -35,2654353 -35,89 11 Jalur 11 -31,1049011 -31,69 12 Jalur 12 -24,0284862 -26,11 13 Jalur 13 -27,0850652 -29,33 14 Jalur 14 -28,1034967 -30,38 2. Availability

Availability merupakan kemampuan atau kehandalan suatu sistem dalam memberikan

pelayanan. Untuk nilai ideal dari Availability adalah 100%. Namun nilai ideal tersebut tidak mungkin terpenuhi karena ada yang dinamakan dengan unAvailability atau ketidakhandalan sistem dalam memberikan pelayanan. Batas toleransi nilai Availability yang diizinkan adalah sebesar 99,999%. Availability juga sangat berperan dalam menentukan kualitas dari suatu hubungan komunikasi.

Berdasarkan pada link budget calculation tersebut, nilai availability yang dihasilkan secara sistem adalah sebesar 100%. Sedangkan berdasarkan persamaan perhitungan diperoleh

Availability perhitungan adalah sebesar 99,99999353%. Dari kedua nilai availability tersebut

dapat disimpulkan bahwa kehandalan sistemnya adalah sama, meskipun berbeda hasil perhitungan namun dianggap wajar karena perbedaan alat hitung. Berarti kualitas layanan yang diberikan untuk saling berkomunikasi berada di cakupan ideal. Berdasarkan pada link budget

calculation, nilai Availability yang dihasilkan untuk keseluruhan jalur secara perhitungan dapat

diperhatikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Nilai Availability perhitungan NO Jalur Availability Perhitungan (%) 1 Jalur 1 99,9999911 2 Jalur 2 99,99998473 3 Jalur 3 99,99997739 4 Jalur 4 99,99997122 5 Jalur 5 99,99999085 6 Jalur 6 99,99999886 7 Jalur 7 99,99999405 8 Jalur 8 99,99999957 9 Jalur 9 99,99999986 10 Jalur 10 99,99999573 11 Jalur 11 99,99999961 12 Jalur 12 99,99999941 13 Jalur 13 99,99999643 14 Jalur 14 99,99999353

(8)

8

3. Fading Margin (FM)

Dari hasil perhitungan Fading Margin pada jalur 14 dihasilkan nilai Fading Margin sebesar 43,48 dB sedangkan untuk Fading Margin dengan menggunakan link budget calculation dihasilkan sebesar 40,62 dB. Untuk standart Fading Margin sistem komunikasi yang baik adalah minimal 30 dB. Dengan hasil Fading Margin yang dihasilkan kedua perhitungan maka sistem komunikasi pada jalur 14 tergolong kedalam sistem komunikasi yang baik dan sudah memenuhi standart. Semakin besar nilai Fading Margin yang dihasilkan maka sistem komunikasi akan semakin baik. Dapat diperhatikan Tabel 5 untuk nilai Fading Margin perhitungan dan nilai RSL antena pada Pathloss 5.0 untuk seluruh jalur.

Tabel 5. Nilai Fading Margin perhitungan dan report Link Budget Pathloss 5.0

NO Jalur Fading Margin (dB)

Pathloss Perhitungan 1 Jalur 1 40,04 40,04 2 Jalur 2 38,43 38,43 3 Jalur 3 32,14 32,14 4 Jalur 4 34,84 34,84 5 Jalur 5 36,88 36,88 6 Jalur 6 37,41 37,41 7 Jalur 7 37,65 37,65 8 Jalur 8 39,1 39,1 9 Jalur 9 41,14 41,14 10 Jalur 10 35,11 35,11 11 Jalur 11 39,31 39,31 12 Jalur 12 44,89 44,89 13 Jalur 13 41,67 41,67 14 Jalur 14 40,62 40,62

2.2.2 Overbooking Calculation setelah penambahan site baru

Dengan adanya penambahan site baru maka kapasitas trafik akan meningkat sehingga

Overbooking-pun akan meningkat sesuai dengan arah link dari site baru tersebut yang menginduk

ke site eksisting.

Tabel 6. Sample nilai Overbooking setelah penambahan site baru

Site baru yang sudah ditambahkan pada routepath (berwarna hijau) tidak memiliki nilai Overbooking diatas 1,4 karena site-site baru tersebut berperan sebagai last mile dan site-site baru

tersebut menginduk ke levels sebelum site baru atau site eksisting. Oleh sebab itu trafik dan

overbooking yang lebih tinggi akan terjadi pada site eksisting. Adapun salah satu contoh routepath

yang memiliki Overbooking dengan perubahan lebih tinggi dari perhitungan Overbooking site eksisting adalah routepath 1435<>0589.

(9)

9

Pada perhitungan Overbooking pada Tabel 5 nilai Overbooking dari routepath 1435<>0589 sebesar 9,89 sedangkan untuk perhitungan Overbooking dari routepath 1435<>0589 setelah penambahan trafik site baru adalah sebesar 11,43. Hal ini dikarenakan routepath 1435<>0589 mendapat tambahan beban trafik dari dua site baru yaitu dari site 3473013G9 dengan routpath-nya adalah 1435<>0589<>0684<>1468<>3473013G9 dan site 3473001G9 dengan routepath-nya 1435<>0589<>0684<>3473001G9. Dari kedua routepath tersebut dapat dilihat bahwa kedua site tersebut menginduk ke routepath 1435<>0589 dengan masing-masing nilai overbooking sebesar 0,77. Adapaun perhitungan Overbooking dari kedua site baru adalah sebagai berikut:

1. Perhitungan Overbooking 1435<>0589<>0684<>1468<>3473013G9 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑂𝐵 = 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐿𝑉−𝑛 𝐶𝑎𝑝𝑎𝑐𝑖𝑡𝑦 𝐿𝑖𝑛𝑘 = 97,2 126 = 0,77 2. Perhitungan Overbooking 1435<>0589<>0684<>1468<>3473013G9 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑂𝐵 = 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐿𝑉−𝑛 𝐶𝑎𝑝𝑎𝑐𝑖𝑡𝑦 𝐿𝑖𝑛𝑘 = 97,2 126 = 0,77

Selain perhitungan dari Overbooking kedua routepath diatas, berikut perhitungan dari

routepath 1435<>0589. 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑂𝐵 = 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐿𝑉 − 𝑛 𝐶𝑎𝑝𝑎𝑐𝑖𝑡𝑦 𝐿𝑖𝑛𝑘 = 1440,8 126 = 11,43

2.2.3 Solusi untuk Overbooking Calculation setelah penambahan site baru

Selain dalam kondisi LOS atau bebas dari obstacle suatu komunikasi antar antena pengirim dan antena penerima dapat berjalan baik jika trafik link antena pengirim dan antena penerima juga harus terpenuhi supaya tidak terjadi overbooking atau trafik yang lebih besar daripada kapasitas link yang tersedia. Sesuai standart PT Alita Praya Mitra besar trafik link yang dapat dilewati adalah sebesar 126 Mbps. Sedangkan standart nilai overbooking maksimal adalah sebesar 1,4.

Tabel 7. Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi Overbooking

Tabel 7 merupakan tabel yang berisi site dan link yang mengalami overbooking serta solusi yang ditawarkan untuk mengatasi overbookings. Kolom Capacity Link Proposed merupakan besar trafik yang ditawarkan untuk mengatasi overbooking. Routepath 1435<>0035 dalam keadaan

overbooking eksisting memiliki nilai overbooking diatas 1,4. Keadaan overbooking tersebut terjadi

dikarenakan banyaknya jumlah site yang menginduk ke 1435<>0035 dan hal tersebut menyebabkan kebutuhan trafikpun akan semakin besar. Oleh karena itu routepath 1435<>0035 di-propose menjadi 300 Mbps dan di-upgrade 2+0 pada sistem dan perangkat yang digunakan. Propose tersebut bertujuan untuk mengurangi nilai overbooking dari routepath 1435<>0035. Dengan propose yang dilakukan sebesar 300 Mbps maka nilai overbooking pada routepath 1435<>0035 dihasilkan sebesar

(10)

10

0,70. Dengan nilai sebesar 0,70maka link komunikasi pada routepath 1435<>0035 sudah optimal dan tidak terjadi trafik yang berlebihan.

Routepath 1435<>0189 dalam keadaan overbooking eksising, memiliki nilai overbooking

diatas 4,1. Keadaan overbooking tersebut terjadi dikarenakan banyaknya jumlah site yang menginduk ke 1435<>0189 dan hal tersebut menyebabkan kebutuhan trafikpun akan semakin besar. Oleh karena itu routepath 1435<>0189 di-propose menjadi 450 Mbps dan di-upgrade 3+0 pada sistem dan perangkat yang digunakan. Propose tersebut bertujuan untuk mengurangi nilai

overbooking dari routepath 1435<>0189. Dengan propose yang dilakukan sebesar 300 Mbps maka

nilai overbooking pada routepath 1435<>0189 dihasilkan sebesar 1,5. Dengan nilai sebesar 1,50 maka link komunikasi pada routepath 1435<>0189 sudah optimal dan tidak terjadi trafik yang berlebihan.

Routepath 1435<>0589<>0684 dalam keadaan overbooking eksising memiliki nilai overbooking diatas 6,55. Keadaan overbooking tersebut terjadi dikarenakan banyaknya jumlah site

yang menginduk ke 1435<>0589<>0684 dan hal tersebut menyebabkan kebutuhan trafikpun akan semakin besar. Oleh karena itu routepath 1435<>0589<>0684 di-propose menjadi 600 Mbps dan di-upgrade 4+0 pada sistem dan perangkat yang digunakans. Propose tersebut bertujuan untuk mengurangi nilai overbooking dari routepath 1435<>0589<>0684. Dengan propose yang dilakukan sebesar 300 Mbps maka nilai overbooking pada routepath 1435<>0589<>0684 dihasilkan sebesar 1,5. Dengan nilai sebesar 1,50 maka link komunikasi pada routepath 1435<>0589<>0684 sudah optimal dan tidak terjadi trafik yang berlebihan.

Namun dari propose yang dilakukan terdapat beberapa routepath yang memiliki nilai

overbooking lebih besar yaitu 1435<>0589, 1435<>1143, 1435<>1143<>3241, 1435<>1437,

1435<>1466, 1435<>3226 dan 1435<>A226 sehingga menyebabkan propose 600 Mbps tidak cukup untuk mengatasi overbooking yang terjadi. Hal ini disebabkan oleh lebih banyaknya site yang menginduk ke routepath yang tidak cukup untuk propose 600 Mbps. Untuk solusi yang ditawarkan dalam kasus tersebut adalah upgrade Fiber. Dengan melakukan upgrade Fiber, maka overbooking

routepath dapat teratasi dan trafik yang ditampungpun akan semakin besar. 3. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan analisa perhitungan Link Budget dan Overbooking yang dilakukan dalam Perencanaan dan Analisa Kapasitas Jaringan Transport Operator X Untuk Mendukung Proyek Roll Out Area Jombang Rawa maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil perhitungan Received Signal Level (RSL) pada jalur 14 dihasilkan nilai RSL sebesar -28,12 dBm, sedangkan hasil RSL pada report link budget Pathloss 5.0 dihasilkan sebesar -30,38 dBm dengan demikian standart RSL terpenuhi.

2. Berdasarkan hasil perhitungan Fading Margin pada jalur 14 dihasilkan nilai Fading Margin sebesar 43,48 dB sedangkan untuk Fading Margin dengan menggunakan link budget calculation Pathloss 5.0 dihasilkan sebesar 40,62 dB. Dengan demikian standart Fading Margin terpenuhi.

3. Berdasarkan pada link budget calculation jalur 14, nilai Availability yang dihasilkan secara sistem adalah sebesar 100%. Sedangkan berdasarkan persamaan perhitungan Availability diperoleh sebesar 99,99999353%. Dengan demikian kualitas layanan yang diberikan untuk saling berkomunikasi berada di cakupan ideal. 4. Berdasarkan hasil perhitungan Overbooking sebesar 1,4 sampai dengan 2,8 harus melakukan upgrade kapasitas

sebesar 300 Mbps, 2,8 sampai dengan 4,2 kapasitas di-upgrade menjadi 450 Mbps, 4,2 sampai dengan 5,6 kapasitas upgrade menjadi 600 Mbps sedangkan untuk nilai overbooking yang lebih besar dari 5,6

di-proposed menjadi Fiber atau HUT baru. PUSTAKA

Alfin Hikmaturokhman, “Diktat Kuliah Komunikasi Radio Gelombang Mikro,” 2007.

Alfin Hikmaturrokhman, "Analisa Pengaruh Interferensi Terhadap Availability pada Jaringan Transmisi Microwave Menggunakan Software PATHLOSS 5.0 Studi Kasus di PT. Alita Praya Mitra." Jurnal ECOTIPE 1.2 (2014). F. B. Wicaksono, “Analisis Perencanaan Backhaul Microwave Untuk Radio Komunikasi Pada Kawasan Wisata

Kepulauan Seribu,” Universitas Telkom, 2016.

Hanif R. Pambudi, “Analisis Perencanaan Backhaul Microwave U900 Project di Area Pisangan Baru Menggunakan Perhitungan Overbooking,”, Institut Teknologi Telkom, 2017.

Intan T. Widyawati, “Perancangan Jaringan Bakchaul Untuk Sistem Komunikasi 4G Long Term Evolution (LTE) di Jakarta Area Kalideres,” Institut Teknologi Telkom, 2017.

Lingga Wardana, B. F. Aginsa, A. Dewantoro, I. Harto, G. Mahardika dan A. Hikmaturokhman, 4G Handbook Bahasa Indonesia, Jakarta Selatan: www.nulisbuku.com, 2014.

R. L. Freeman, Radio System Design for Telecomunications (1-100 GHz), New York: Wiley Interscience, 1987. R. L. Freeman, Telecomunication Transmission Handbook, Canada: John Wiley & Sons, Inc, 1998.

Gambar

Gambar 1. Arsitektur LTE  b.  Backhaul
Tabel 1. Referensi jarak antar stasiun radio microwave link titik ke titik   (point to point)[7]
Gambar 3. Flowchart Perencanaan Jaringan Microwave
Gambar 4. Gambaran LOS (Line of Sight) pada Jalur 14 (3G Batan Indah – Puspitek Serpong)  Tabel 2
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil kajian secara keseluruhan menunjukkan tahap kepimpinan pentadbir di sekolah adalah tinggi; pengurusan organisasi guru besar sekolah adalah tinggi; tahap

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka untuk mengetahui pengaruh simultan antara disiplin kerja, motivasi kerja dan kompensasi, pengaruh yang signifikan secara

pengadaan barang atau pengadaan jasa harus diusahakan untuk mendapatkan hasil yang optimal dan terbaik dalam waktu yang cepat dengan menggunakan sumber daya

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat akurasi pada peringkasan dokumen berita berbahasa Indoneisa menggunakan metode Latent Semantic Analysis dan teknik

Pemilihan variabel untuk mengetahui status gizi bayi kemungkinan belum dapat menggambarkan secara keseluruhan permasalahan yang ada karena terdapatnya faktor lain

Pengetahuan Masyarakat Desa Bakung, Jogonalan, Klaten tentang asam jawa untuk menyembuhkan batuk Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum tingkat pengetahuan

Kata Kunci : kemauan membayar pajak, kesadaran membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman akan peraturan pajak, persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan,

Dengan mempertimbangkan segi ketajaman masalah dari beberapa masalah yang mempengaruhi prestasi belajar akuntansi siswa dan agar supaya permasalahan dan pembahasan