TRANSFORMASI PENGGUNAAN RUANG HUNIAN AKIBAT USAHA
BERBASIS RUMAH TANGGA
Transformation Of The Space Use Due To Home Based Enterprises
Bagoes Soeprijono Soegiono, Purwanita Setijanti, Muhammad Faqih
ABSTRAK
Perekonomian disektor informal terus meningkat,walaupun ekonomi dunia sedang mengalami krisis berkepanjangan. Fenomena yang timbul dimasyarakat, menyatakan bahwa sektor informal selalu berkaitkan dengan usaha keluarga dalam penggunaan ruang maupun halaman rumah sebagai tempat usaha.Kegiatan yang menggunakan ruang hunian menimbulkan peralihan fungsi ruang, danbias fungsi antara ruang untuk aktifitas keluarga dengan kebutuhan untuk bekerja seperti, alokasi ruang dalam pemisahan kegiatan rumah tangga dengan usaha, peningkatan penggunaan lahan dan terganggunya privasi penghuni baik secara individu maupun keterkaitannya dengan mobilitas sosial ekonomi penghuninya.Hal ini mengakibatkan ruang menjadi multifungsi.
Kata kunci: Penggunaan ruang, Privasi, Peningkatan ekonomi, Tatanan ruang, Transformasi
ABSTRACTS
Informal sector economy continued to increase, although the world economy is experiencing a prolonged crisis. Phenomena that arise in the community, stating that the informal sector are always related with the family business in the use of space as well as the home page as a place of business. Activities that use the residential space raises the transition function of space, and the bias function between the space for family activities with the need for such work, the allocation of space in the separation of household activities with businesses, increased land use and disturbance to residents privacy, both individually and its association with socio-economic mobility occupants. This resulted in a multifunctional space.
PENDAHULUAN
Sektor informal diterima dimasyarakat dan sangat penting dalam menjaga kestabilan
perekonomian dunia terutama dinegara
berkembang. Permintaan tenaga kerja, barang maupun jasa di sektor informal lebih tinggi dibandingkan dengan kebutuhan di sektor
formal. Pada umumnya sektor ini
menggunakan rumah hunian sebagai tempat untuk kegiatan usaha.Hal tersebut terkait dengan penggunaan rumah hunian yang difungsikan sesuai dengan berbagai macam kebutuhan, dalam suatu kesatuan sosial seperti; proses produksi, distribusi, konsumsi, maupun reproduksi.
Usaha berbasis rumah tangga (UBR) bukan merupakan suatu fenomena baru di Indonesia, maupun dinegara berkembang lain seperti; penyewaan ruang, produk retail, jasa
khusus, yang mengakibatkan terjadinya
pengalokasian ruang privasi.Fenomena lain yang terjadi dalam usaha berbasis rumah
tangga,sehubungan dengan penggunaan
halaman rumah sebagai perluasan ruang untuk bekerja, maupun daya tarik untuk memasarkan hasil produksi. Hal ini terkait dengan lokalitas tempat usaha yang dipengaruhi oleh cuaca dan temperature.Kedua aspek tersebut menjadi faktor penentu, dalam melaksanakan kegiatan produksi yang menggunakan rumah hunian,
sebagai tempat untuk kegiatan usaha terutama
di daerah tropis. Terjadinya hal ini
menyebabkan transformasi penggunaan ruang hunian dan menimbulkan simbiotik, antara fungsi ruang privasi dan usaha. Penyesuaian (housing adaptation)dan penambahan ruang (housing adjustment), merupakan aksi dari terjadinya transformasi penggunaan ruang hunian yang digunakan untuk kegiatan usaha.Perubahan-perubahan ini mengakibatkan terjadinya konflik, antara lain; alokasi ruang,
waktu,aktifitas, ekonomi, dan lokalitas
usaha.Konsekuensinya penghuni harus
menyesuaikan perilakunya terhadap
perubahan, maupun pergeseran nilai-nilai privasi.
Berdasarkan terjadinya UBR terhadap rumah hunian yang mengunakan ruang dalam maupun halaman luar hunian, sebagai sarana penunjang untuk kegiatannya.Permasalahan ini
menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dari
fenomena diatas, yaitu:
1) Bagaimanatransformasi penggunaan
ruang rumah tinggalpengrajin, akibat usaha yang bertumpu pada rumah tangga ?
2) Faktor apa yang berpengaruh pada
transformasi penggunaan ruang rumah pengrajin?
3) Bagaimana penyelesaian konflik
penggunaan ruang rumah antara kegiatan rumah tangga dan usaha?
Gambar 1 Peta Tata Ruang Mojokerto
DUSUN JATISUMBER DAN
PERKEMBANGAN USAHA DALAM
RUMAH TANGGA
Usaha seni ukir batu di dusun
Jatisumber, desa Watesumpak merupakan peralihan dari usaha rumah tangga yang memproduksi alat keperluan bertani dan rumah tangga seperti, sabit dan pisau. Usaha ini merupakan usaha yang telah turun temurun sejak jaman Belanda, secara perlahan beralih fungsi ke seni ukir batu sejak tahun 1970, dengan alasan semakin banyak persaingan produk sejenis yang dihasilkan oleh golongan industri menengah maupun masuknya barang impor dari Cina. Peningkatan peralihan profesi ke usaha seni ukir batu meningkat sewaktu terjadinya krisis keuangan dunia pada tahun 1998.
Meninjau peralihan ketrampilan dari “pande besi” menjadi seni ukir batu, hal ini diawali dari suatu kegiatan usaha sampingan, oleh bapak Harun, Wagiran, dan bapak Wakidi pada akhir tahun 60an.Keahlian mengukir tanpa adanya bekal pendidikan khusus dari generasi sebelumnya, hal ini merupakan suatu kejadian yang sangat unik dan anugerah dari sisa kejayaan kerajaan Majapahit.
Secara geografis lokasi dusun
Jatisumber termasuk dalam wilayah kecamatan Trowulan, dikelilingi oleh candi-candi, seperti; Candi Bajang Ratu, Candi Tikus, Candi Brahu, Candi wringin Lawang, Candi Minak Jinggo, Candi Sumur Upas, maupun kawasan situs-sejarah seperti; Kawasan situs Majapahit, situs Lantai Enam, maupun makam Troloyo dan Sitihinggil. Hal ini sangat menguntungkan bagi pengrajin dusun Jatisumber, untuk menaikan tingkat inspirasi dalam mengembangkan teknik kecakapan dan keahlian dalam mewujudkan
hasil produksinya. Dusun Jatisumber
Jatisumber
Sumber: RDTRK Trowulan 2009-2029
Jatisumber Watesumpak Blenderen Kalitangi Prayan Total
2.375 Jiwa 2.216 Jiwa 831 Jiwa 426 Jiwa 987 Jiwa 6835
Tipe dinding rumah Jumlah unit rumah Rumah Tembok 512
Rumah Kayu 86 Rumah Bambu 13 Total 611 Sumber: Monografi dusun Jatisumber 2010
dalam RDTRK Kecamatan Trowulan tahun 2009-2029 termasuk dalam wilayah desa Watesumpak.
Data Monografi yang diperoleh
melalui kepala Desa Watesumpak, adalah sebagai berikut:
Luaskeseluruhan desa Watesumpak seluas
389.580 m2, yang terdiri dari persawahan
seluas 257.122 meter2 dan pekarangan seluas
132.458 m2, dengan penduduk sejumlah 6.835
Jiwa yang terdiri dari laki-laki sejumlah 3.417 jiwa dan wanita 3.418 jiwa. Sedangkan Desa Watesumpak di bagi menjadi beberapa dusun dengan jumlah penduduk, antara lain:
Sumber: Monografi Dusun Jatisumber, 2011
Penduduk Dusun Jatisumber
berjumlah 2375 jiwa dengan jumlah KK adalah 611. Dari jumlah penduduk dengan jumlah 611 KK tersebut, maka dapat diperkirakan bahwa setiap rumah tangga beranggotakan rata-rata
3,88 orang. Denganluas lahan secara
administratif yaitu 116.874 m2, maka
kepadatan penduduk di dusun Jatisumber mencapai 3,012 jiwa /Ha.
Keadaan kondisi perumahan di
kawasan ini dusun Jati Sumber dikatagorikan menjadi tiga tipe, antara lain: rumah dengan tipe pengerasan dinding bertembok, bamboo, kayu.
Tabel 2 Kondisi rumah
Tabel1 Data Penduduk
Keterangan Jumlah unit rumah Tembok 47 Tembok/kayu/bambu 15 Almari 5 Tirai 14 Jumlah 81
Sumber: Analisa Cross Tabulation, 2011
Dinding hunian yang masih belum diplaster
Dinding hunian dapur terbuat dari bilik
" #$ %&!'( $ ) *+! " #$ %&!) %$ ) #! " #$ %&!+%, #! Sumber: Hasil survey, 2010
Gambar 3 Kondisi Rumah Dusun Jatisumber
Tabel 3 Jenis Pemisah
Sumber: Hasil analisa,2011
Gambar 4 jenis pemisah ruang hunian
Rumah yang terbuat dari dinding tembok mendominasi kondisi keadaan bentuk
bangunan, walaupun keadaannya masih
tergantung dari tingkat ekonomi masing-masing hunian.
Rumah hunian yang dijadikan tempat usaha sejumlah 81 unit rumah terbukti, kondisinya jauh lebih baik dari yang tanpa dijadikan tempat untuk berusaha.
Hal ini sesuai dengan pandangan Silas (2000) dengan adanya UBR, telah menunjukan keadaan dan kondisi rumah hunian jauh lebih baik, dari pada rumah yang tanpa melakukan kegiatan usaha.
Hal ini dapat dilihat pula pada jenis pemisah ruang yang dipergunakan baik untuk pemisah ruang hunian maupun ruang untuk kegiatan usaha. Dari hasil cross tabulattion menunjukan jenis pemisah ruang yaitu pada table 2 berikut ini :
Pemisah ruang hunian dengan menggunakan dinding tembok banyak yang masih berbentuk tanpa plesteran dan rata-rata bagian dapur masih menggunakan dinding yang terbuat dari bambu.
Tahapan kedua adalah melengkapi dengan furniture yang rata-rata terbuat dari penutup kain, seperti sofa dengan komposisi 2:3:1, perlengkapan mesin cuci, perangkat audio maupun video. Hal ini lebih diutamakan dari pada penutupan dasar pada permukaan
lantai bangunan.Keputusan terhadap
pengembangan rumah hunian ditentukan oleh
(Turner,1972:165) antara lain,rumah merupakan bagin yang utuh dari suatu permukiman. Bukan hasil fisik sekal jadi melainkan suatu proses yang terus berkembang dan terkit dengan social ekonomi penghuninya dalam suatu kurun waktu. Dalam hal ini kondisi rumah mengalami suatu perubahan tetapi kaidah maupun nilai dasar akan rumah layak huni masih belum terpenuhi, seperti
factor kelembaban lebih
meningkat,dikarenakan lantai yang belum
tertutup, ruang yang gelap, kurangnya
pembukaan seperti jendela atau angin-angin.
Landasan Teori Tentang Rumah
Rumah sebagai suatu lembaga, adat, kebiasaan, dan sebagai dasar dalam kebutuhan manusia. Bukan hanya sebagai struktur yang diciptakan dan digunakan secara kompleks. Karena membangun rumah merupakan suatu
phenomena budaya, bentuk maupun
organisasinya sangat dipengaruhi oleh
lingkungan budaya (cultural milieu), dan tergantung dari perkembangan dimana rumah tersebut berada (Rapoport, 1969:46).
Dalam hal kebutuhan sosial, rumah memberi peluanguntukmengadakan interaksi dan aktifitas dan saling terkait dengan lingkungannya. Hal ini dipengaruhi oleh fisik maupun nonfisik.Rumah yang dipengaruhi oleh aspek non fisik dan fisik, terkait dengan
penggunaan maupun peningkatan nilai rumah yang didasari oleh faktor ekonomi.Hal ini
dikemukakan(Turner,1972:175) bahwa
standarisasi rumah tidak dilihat dari kualitas fisiknya saja, tetapi bagaimana rumah tersebut
dapat memenuhi kepentingan ekonomi
keluarga yang berkelanjutan.
Kegiatan industri kerajinan di dusun Jatisumberyang menggunakan rumah hunian sebagai aktifitas kegiatan usaha seni ukir
batu,memberikan banyak peluang bagi
masyarakat untuk mengembangkan usaha dan meningkatkan ekonomi. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Turner (1972) bahwa, aktifitas maksimal dapat dicapai dalam fungsi rumah tangga dan terkait dengan perubahan
tingkat pendapatan ekonomi.Konsep ini
disebut sebagai “Housing is a Process” yang melandasi tiga hal penting yaitu; nilai rumah, fungsi ekonomi,dan wewenang atas rumah.
Rumah Produktif
Rumah tinggal yang mengalami
perubahan fungsi, akibat pengaruh usaha atau ekonomi disebut sebagai rumah produktif. Fungsi rumah tersebut harus dapat menampung dua kegiatan yang bebeda antara lain; kegiatan berumah tangga dan kegiatan produksi.Hal ini diperjelas oleh Silas (2000) menyatakan rumah dalam fungsinya, dibagi dalam dua katagori:
• Rumah yang dipergunakan sebagai tempat tinggal tanpa kegiatan lain. Pada rumah jenis ini biasanya dimanfaatkan oleh golongan menengah keatas, sedikit sekali golongan yang berpenghasilan rendah menggunakan.
• Rumah yang digunakan untuk usaha atau
kegiatan ekonomi. Konsekuensi yang
ditimbulkan berupa hubungan antara aspek
produksi didalam rumah dan
pemeliharaannya. Perbandingan atau
proporsi rumah produktif terdapat tiga macam, antara lain:
o Campuran
Fungsi rumah tinggal menjadi satu dengan tempat kerja. Penggunaan rumah dominan sebagai tempat tinggal dan masih menjadi fungsi utama.
o Berimbang
Fungsi rumah tinggal dipisah dengan tempat bekerja. Akses ketempat kerja
kadang-kadang dipertegas dan
dipisahkan.
o Terpisah
Fungsi rumah sebagai tempat bekerja
menjadi dominan dan mengambil
sebagian besar dari seluruh ruangan. Kemungkinan tempat tinggal diletakkan pada bagian belakang atau dialokasikan pada tempat yang terpisah sama sekali. Perubahan dan perkembangan rumah tinggal, merupakan akibat dari kegiatan ekonomi. Fungsi pemilik sebagai aktor dalam
pengambilan keputusan (decision) merupakan faktor penentu terjadinya perubahan maupun
perkembangan rumah hunian. Hal ini
diperjelas (Turner,1972:160) menyatakan,
proses pengadaan rumah tergantung terhadap motivasi pemilik dalam mengambil keputusan dan aspek-aspek lain yang mempengaruhinya, antara lain; keuntungan komersil, kekuatan
politik, dan penggunaan pribadi yang
diharapkan rumah dapat mencapai suatu nilai, bukan terhadap materialnya saja. Oleh sebab itu, nilai rumah harus ditinjau dari beberapa hal penting, seperti; bagaimana rumah tersebut dibangun, dirancang, digunakan dan dirawat.
Landasan Teoritis Tentang Usaha Berbasis Rumah Tangga (UBR)
Usaha berbasis rumah tangga
merupakan bagian dari sektor informal. Prinsip ini dapat diaplikasikan dalam konsep Usaha Berbasis Rumah Tangga (Silas, 2000:286), antara lain:
• Adanya Overlap antara penyedia modal dan
tenaga kerja pada setiap usaha.
• Meratanya persaingan.
• Secara umum usaha tersebut tidak
teroganisir dan tidak berbadan hukum,
dimana pembatasan pekerja menurut
hukum tidak diterapkan. (Litton, 1980) Sedangkan dari jenis usahanya, Silas (2000) merumuskan lima tipe UBR, antara lain:
1. Manufaktur.
2. Jasa.
3. Distribusi dan penjualan ; toko untuk
menjual hasil kerajinan
4. Retail.
5. Farming keterkaitan dengan pertanian,
misalnya ternak dan sebagainya
Usaha berbasis rumah tangga
dipengaruhin oleh backward linkage (bahan dan tenaga kerja) dan forward linkage (pemasaran). Hal ini akan dipengaruhi dan dipengaruhi oleh suatu proses produksi dari kegiatan tersebut. Kegiatan yang dilakukan masyarakat di dusun Jatisumber tergolong tipe 1,2,dan 4.
Akibat yang ditimbulkan dengan adanya usaha berbasis rumah tangga, pada umumnya ruang yang dipergunakan sangat sempit, jika dibandingkan dengan aktifitasnya.
Sehingga terjadi permasalahan yang
ditimbulkan, (HBE,2002) antara lain:
• Ruang berfungsi untuk bekerja dapat
bergabung atau bercampur dengan hunian.
• Sangat sedikit yang memisahkan kegiatan
kerja dengan rumah tangga seperti; memisahkan struktur, merubah, atau memperbaiki tempat.
• Menyebabkan terjadinya konflik ruang,
jika terjadi pergeseran ruang privasi menjadi ruang untuk berkegiatan.
• Menyebabkan penggunaan lahan di
sekitar rumah, sebagai perluasan usaha
atau suatu kegiataan yang membutuhkan sinar matahari maupun ventilasi.
• Sebagai suatu strategi untuk mengurangi
tekanan pada sebuah ruang, ketika masuknya suatu kegiatan ekonomi (HBE, 4-37)
Landasan Teoritis Tentang Transformasi Penggunaan Ruang
Rumah hunian yang dipergunakan untuk kegiatan usaha, akan mempengaruhi fungsi ruang dalam menampung kegiatan dan aktifitas manusia. Hal ini menyebabkan
terjadinya perubahan atau transformasi
penggunaan ruang dalam hunian, sehingga perlu diindentifikasikan menjadi beberapa
kategori, menurut (Hall dalam Lang.
1987:119), antara lain:
1. Fixed-feature space, suatu ruang yang di batasi dengan elemen dan tidak mudah mengalami perubahan.
2. Semifixed-feature space, suatu ruang terdapat perabot dan dinding pemisah yang mudah dipindah sesuai kebutuhan. 3. Informal space, terjadi perubahan terhadap
fixed dan semi fixed feature space,
melibatkan lebih banyak manusia
didalamnya terhadap fungsi ruang
pengawasan akan fungsi ruang tersebut tidak akan maksimal.
Dengan adanya transformasi dalam penggunaan ruang, hal ini menyebabkan
terjadinya penyesuaian perilaku manusia
terhadap perubahan tersebut. Turner (1972) mengemukakan, antara lain:
• Housing Adaptation. Usaha penghuni
dalam menyesuaikan perilakunya, sebagai tanggapan atas kebutuhan ruang untuk melakukan aktifitas pada rumahnya, hal ini disebut “ bersifat pasif.”
• Housing Adjusment. Usaha memenuhi
kebutuhan, ketika penghuni merasakan kekurangan ruang untuk beraktifitas pada rumahnya. Bentuk tindakannya dapat berupa; pindah rumah, pengubahan atau melakukan penambahan ruang terhadap rumahnya, agar tingkat privasi lebih dapat tercapai.
Setelah latar belakang dan rumusan masalah, timbul fenomena di masyarakat
mengenai adanya perubahan fungsi
penggunaan ruang pada rumah tinggal yang dijadikan kegiatan usaha di dusun Jatisumber. Dengan adanya kegiatan tersebut factor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya perubahan tersebut. Hal ini tersirat dalam hipotesa sebagai berikut:
Hipotesa
Kegiatan usaha seni ukir batu
meningkatkan faktor ekonomi masyarakat didesa Jati Sumber, sehingga mengakibatkan transformasi penggunaan ruang hunian secara fisik maupun non fisik.
Hasil Analisa dan Pembahasan
Hasil survey menunjukan bahwa populasi bersifat homogen dengan keseluruhan mengerjakan seni ukir batu dan menggunakan ruang hunian sebagai tempat untuk kegiatan usaha. Sekitar 63 rumah hunian tergolong menggunakan ruang rumah dan pekarangannya sebagai tempat tinggal dan usaha. Sedangkan ke 18 rumah pengrajin lainnya hanya menggunakan rumah sebagai tempat tinggal saja, dengan kegiatan usahanya dilakukan di halaman sekitar.
Dalam mengklasifikasikan
transformasi penggunaan ruang kepada 81 pengrajin, survey 2011 di dusun Jatisumber desa Watesumpak. Digolongkan menjadi 3 macam rumah produktif dari 10 tipe rumah hunian yang ditentukan oleh penggunaan ruangnya, antara lain:
Golongan Tipe rumah Penggunaan ruang
Berimbang
1 Teras depan, halaman ; depan, belakang,samping
2 Teras depan,halaman; depan, halaman samping
3 Teras depan, halaman samping
4 Teras depan, halaman depan
Campuran
5 Teras depan, ruang tamu, ruang makan,halaman;
depan,belakang, samping
6 Teras depan, ruang tamu, halaman ; depan, belakang,
samping
7 Teras depan, ruang tamu, halaman; depan ,belakang
8 Teras depan, ruang tamu, halamam; depan
Terpisah 9 Halaman depan
10 Halaman samping
Tabel 4 Golongan Rumah Produktif
Sumber: Hasil survey, 2011
Dari sejumlah 81 rumah produktif terdapat 57 rumah yang tergolong berimbang. Hal ini menujukan bahwa adanya toleransi antara ruang untuk bekerja dan ruang hunian, pemisahan akses masuk kedalam ruang hunian yang dimulai dari halaman depan hingga kedalam rumah yang tergolong semi privat. Sedangkan tipe campuran sejumlah 6 hunian,
dan18 hunian yang tergolong terpisah.
Golongan terpisah sebagian ada yang
menyewa lahan untuk aktifitas kegiatan yang terpisah sama sekali atau adanya lokalitas
tempat usaha, hal ini dikarenakan lahan yang kurang mencukupi untuk jumlah pekerja bagi golongan mampu.
Sedangkan untuk golongan yang
termasuk kurang mampu biasanya
menggunakan rata-rata hanya pada lahan depan atau halaman samping.
Sumber: Hasil survey, 2011
Gambar 5 Tipe rumah produktif
Penggunaan ruang hunian terutama teras dan halaman depan yang biasanya untuk bersosialisasi dapat berubah fungsi menjadi sarana untuk melakukan kegiatan usaha.
Usaha dengan sewa lahan tetangga
Teras depan berfungsi maksimal untuk kepentingan hunian
Ruang tamu berfungsi sessuai dengan kepentingan huni an
!
!
Tipe Terpisah Tipe Campuran
Meninjau teori Lang (1987) yang menyatakan bahwa, fungsi teras sebagai semi privat dan halaman depan sebagai public spacedari suatu ruang hunian. Hal ini mengalami pembauran secara halus antara dua heriarki tersebut, hampir tidak menimbulkan konflik terhadap penghuni
Faktor-faktor yang Berhubungan dan Berpengaruh dalam Penggunaan Ruang
Transformasi penggunaan ruang yang terjadi pada tipe rumah produktif; berimbang, campuran dan terpisah, dipengaruhi oleh faktor– faktor yang berhubungan, antara lain :
• Alokasi ruang
Merupakan pemindahan fungsi ruang dari kepentingan rumah tangga menjadi tempat
untuk kegiatan usaha. Faktor yang
berhubungan seperti penggunaan ruang antara tipe rumah produktif, dengan penggunaan ruang dan halaman untuk usaha maupun jenis pemisah ruang.
• Waktu
Faktor-faktor yang berpengaruh meliputi waktu kerja perhari, system settings pada saat musim order dan pada saat hari-hari bias.
• Aktifitas
Merupakan proses produksi yang
menggunakan ruang untuk kegiatan usaha,
yang terkait dengan jumlah pekerja dengan waktu yang terkait dalam suatu proses produksi.
• Ekonomi
Faktor-faktor yang berpengaruh seperti pendapatan, jumlah pekerja, pemahat, jarak ketempat kerja.
• Lokalitas usaha.
Pemindahan tempat kegiatan usaha yang
melibatkan tingkat kenyamanan yang
dihubungkan dengan ruang untuk usaha.
Faktor-faktor yang berpengaruh
berpedoman pada teori Turner (1972) yang menyatakan, bahwa dapat terjadi penyesuaian prilaku (adaptations) terhadap ruang yang telah terbentuk atau terbangun (fixed-feature
space) dengan melibatkan elemen-elemen
(semi fixed-feature elements), seperti; partisi atau penyekat ruangan. Sedangkan perubahan dengan menambah ruang (adjustments) untuk
kegiatan usaha, terjadi jika penghuni
merasakan kekurangan ruang untuk
beraktifitas.
Alokasi ruang
Dari analisa cross tabulation, 2011 dalam penggunaan ruang untuk usaha meliputi teras depan, ruang tamu, ruang makan, ruang keluarga, halaman depan, halaman samping, dan halaman belakang, dengan tipe rumah produktif seperti; tipe berimbang, campuran
Keterangan Halaman depan Halaman samping Halaman Belakang Jumlah Tipe Berimbang 47 14 1 62 Tipe Campuran 6 3 4 13 Tipe Terpisah 10 8 18 Jumlah 63 25 5 93
Golongan Teknik Pengalaman Tahun) Hasil (Juta rupiah) A Pahatan tangan 15 - >25 5-15 B Pahatan tangan >10-<15 2-3,5 C Pahatan tangan <10 1,5 - 2 Sumber: Hasil sur vey, 2011
Keterangan Jumlah Pribadi 41 Keluarga 30 Warisan 4 Sewa 6 Total 81
Sumber: Hasil survey, 2011
Struktur keluarga Jumlah
Nucleared Family 45
Multiple Family 9
Extended family 27
Total 81
Sumber: Hasil survey, 2011 dan terpisah. Hasil tersebut didominasi dalam
penggunaan ruangnya, antara lain:
Tabel 5. Penggunaan Ruang Hunian
Sumber: Hasil analisa crosst tabulation,2011
Penggunaan ruang untuk kegiatan usaha didominasi oleh halaman depan,
dikarenakan beberapa faktor yang
mempengaruhi seperti, kepemilikan lahan yang tergolong kurang luas, pendapatan, pemilihan lokasi untuk suatu proses pruduksi yang tergantung kepada besarnya produk dan kemudahan proses pengangkutan, maupun ditinjau dari segi pemasaran dan proses penyimpanan.
Tabel. 6 Pendapatan pengrajin
Faktor pendapatan memegang peranan penting dalam mengalisa penggunaan ruang untuk
kegiatan usaha. Pendapatan digolongkan
menjadi A,B,dan C. Hal ini tergantung pengalaman yang dicapai.
Sedangkan factor ketrampilan tidak tergantung pada pendidikan formal, hal ini didominasi oleh lulusan sekolah menengah atas (SMA) sejumlah sekitar 41%. Sehingga factor-faktoryang mempengaruhi kecakapan dalam
mengukir adalah; keluarga yang telah
melakukan pekerjaan mengukir secara turun temurun, lingkungan dan kecintaan akan pekerjaan.
Faktor kepemilikanlahan yang tergantung pada jenis keluarga, antara lain:
Tabel .7 kepemilikan lahan
Halaman depan Halaman Belakang Halaman samping " #$ %&!' ()* %+,!$ (- .%/,! /#%0!1( /,%$ %- !2%3%1!4!5 ! /%- !!1(6#%)+%!7)%- +! '#%- 8%!
RumahkediamanBapakS. DenganjeniskeluargaMultiple
Nuclear family Extended Family
Multiple Family
Menyingkap hasil hubungan kedua analisa antara jenis kepemilikan lahan dengan struktur keluarga disimpulkan bahwa rata-rata kepemikikan pribadi di huni ole keluarga inti (nuclear family) yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.Sedangkan extended family merupakan keluarga inti yang telah berkeluarga dan mendiami lahan bersama berjumlah 27 hunian dengan kepemikikan lahan atas kepemilikan keluarga.
Hal ini mempengaruhi pola tatanan dalam penggunaan ruang , antara lain dapat :
Sumber: Hasil survey, 2011
Gambar 6. Struktur family
Kepemilikan lahan pribadi dengan struktur nuclear family dan termasuk dalam
golongan A yang berpenghasilan diatas Rp 5.000.000,-- sampai dengan Rp. 15.000.000,--
pola penggunaan ruangnya untuk
memproduksi, bersifat berpindah-pindah
sesuai dengan jenis produk. Sedangkan
extended family kecenderungan memakai lahan
bersama dan menggunakan halaman depan maupun belakang.
Multiple Family menggunakan
halaman hampir memakai kesuluruhan lahan, baik halaman depan, samping, belakang, maupun teras depan, akses masuk keruang hunian menjadi terganggu karena adanya aktifitas pekerjaan dan bangunan sementara untuk usaha
Waktu
Faktor-faktor yang berpengaruh
meliputi waktu kerja perhari, proses pruduksi, jenis produk, dan system settingsyang menggunakan ruang untuk usaha pada saat musim order maupun pada hari-hari biasa.
System settings yang terjadi pada ruang yang
dipergunakan untuk bekerja adalah tetap, hanya aktifitas kegiatan yang berubah-ubah sesuai dengan proses produksi. System settings mengalami perubahan pada ruang hunian jika ruang semi privat, yaitu teras depan maupun ruang-ruang didalam rumah hunian terpakai untuk aktifita kegiatan.
Gambar 7 Proses Produksi
Tabel.9 Waktu kerja perhari pada halaman rumah hunian
Halaman depan maupun samping
dipergunakan lebih sering dari pada halaman belakang, dikarenakan penggunaan halaman depan lebih mudah dilakukan untuk jalannya proses produksi. Ukuran produk juga menentukan letak penggunaan ruang untuk proses produksi.
Tabel. 10 Waktu kerja perhari pada ruang hunian Waktu bekerja Teras depan Ruang Tamu Ruang Keluarga Ruang Makan Total 3-5 2 1 0 1 4 5-7 1 0 0 0 1 7-9 56 0 0 0 56 >9 2 0 0 0 2 Total 61 1 0 1 63
Sumber: Hasil survey , 2011
Dari ke 81 rumah hunian 61 hunian menggunakan teras depan, dengan waktu kerja 7-9 jam per hari. Sekitar 56 rumah hunian menggunakan teras depan sebagai ruang publik (public space).
Sumber: Hasil survey, 2011
Penggunaan ruang public berkaitan erat dengan fungsi teras depan (semi private
space). Hubungan ini hampir tidak terasa,
sehingga terjadi penyatuan fungsi penggunaan ruang, antara ruang public dengan ruang semi private. Penggunaan ruang tergantung dari waktu yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk. Dalam suatu proses produksi
memerlukan waktu yang berbeda-beda
tergantung dari kemampuan pengrajin.
Patung yang sering dipesan dengan ukuran rata-rata 75 cm Dalam proses pengerjaannya membutuhkan satu orang pekerja dengan waktu sekitar 14 hari, dengan total waktu kerja
Waktu bekerja (jam) Halaman depan (hunian) Halaman samping (hunian) Halaman belakang (hunian) Total (hunian) 7-9 56 23 4 81
Halaman rumah tanpa aktifitas Halaman rumah dan teras depan dengan aktifias 7-9 jam per hari. Sedangkan patung dengan
ukuran 200 cm membutuhkan waktu yang lebih lama, terkadang dikerjakan oleh dua atau tiga orang, tergantung dari desain, jumlah, dan kualitasnya.
Aktifitas
Aktifitas yang terjadi dalam
penggunaan ruang baik diruang yang bersifat
semi private maupun ruang public,
dipengaruhi oleh jumlah pekerja.Hal ini pun terkait dengan suatu system yang dapat membentuk beberapa aktifitas dalam suatu ruang yang dipengaruhi oleh organisasi waktu
dan ruang (Rapoport, 2005). Dalam
penggunaan ruang sementara (tidak permanen) untuk kegiatan suatu proses produksi yang menggunakan halaman sekitar. Keterkaitan dengan organisasi waktu lebih dipergunakan dari pada organisasi ruang.Pengaturan waktu
dalam tahapan proses produksi sangat
menentukan penggunaan ruang halaman. Hubungan antar halaman (public space) dengan ruang teras (semi private) menjadi sulit
untuk di bedakan tingkat hirarkinya.
Pembauran ini kadang kaldirasakan kurang nyaman dalam kehidupan berumah tangga.
Sumber: Hasil Survey, 2011
Gambar 8. Aktifitas dengan penggunaan ruang.
Halaman depan lebih banyak di fungsikan sebagai kegiatan seni ukir batu, sekitar 63 rumah hunian yang digunakan untuk kegiatan produksi. Hal ini memberikan pengaruh terhadap fungsi teras, yang biasanya digunakan
sebagai tempat atau ruang untuk
bersosialisasi. Aktifitas yang terjadi tergantung pada jumlah pekerja dengan tipe pemahatnya yang menggunakan ruang untuk kegiatan usaha.
Ekonomi
Tabel 11 Golongan pengrajin Golongan Pengrajin (Orang) Pendapatan ( Rp) A 3 > 3.000.000 B 4 2.499.000-2.999.000 C 74 500.000-2.498.000
Gambar 9 Proses produksi
Pengrajin dengan golongan C merupakan lebih banyak menggunakan teras depan dan halaman depan dengan jumlah sekitar 43 pengrajin, sedangkan halaman depan saja sejumlah 10 rumah hunian. Hal ini dikarenakan luas halaman berdekatan dengan teras depan sehingga penggunaan ruang menjadi satu tanpa ada pembatasan yang jelas antara rruang semi privat dengan publik.
Lokalitas Usaha
Proses lolakitas Usaha merupakan
perpindahan suatu proses produksi
(forwardlinkages) atau tempat penyimpanan barang ( backward linkage)
Dalam penggunaan halaman depan
kemungkinan terjadi perpindahan proses
produksi, dengan satu proses produksi
melibatkan beberapa tahapan. Hal ini
tergantung dari bahan dasar yang akan diukir dan memudahkan proses pengangkutan.
Sumber : Hasil Survey, 2011
Sumber: Hasil Survey, 2011
Gambar 10 Proses Pengangkutan
Sarana pengangkutan hasil produksi yang melibatkan pengusaha angkutan sekitar dusun Jatisumber, khususnya truk angkut. Sistem pengangkutan produk keatas truk masih menggunakan sistem konvensional, kecuali ukuran batu melebihi 1000 kg.
Kesimpulan
Kegiatan yang berbasis rumah tangga di dusun Jatisumber kecamatan Trowulan tidak hanya tertuju pada peningkatan ekonomi semata tetapi merupakan suatu kegiatan yang terkait dengan wisata sejarah dan pelestarian budaya lokal dalam hal seni ukir batu.
Keunikan dusun Jatisumber adalah penggabungan antara unsur budaya dan ekonomi masyarakat. Hal ini berjalan secara harmonis dan terarah, dukungan Pemerintah, komunitas budayawan, lembaga pendidikan tetap antusias dalam mendukung masyarakat
Mojokerto pada umumnya dan masyarakat Jatisumber pada khususnya.
Pada umumnya ketrampilan penghasil seni ukir batu dusun Jatisumber menggunakan pekarangan rumah dan sebagian ruang
huniannya untuk kegiatan berproduksi.
Keadaan seperti ini sangat menunjang dalam
hal peningkatan budaya local dan
pemberdayaan masyarakat dalam
menghasilkan dan meningkatkan produk lokal. Sedangkan Alokasi ruang dalam penggunaan ruang kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, peletakan bahan dan tenaga kerja, peralatan, peletakan barang jadi. Jumlah pekerja yang terdiri dari anggota keluarga, teman, dan pekerja dari kampung sekitar, mempengaruhi penggunaan ruang hunian. Hal ini tergantung dari pada tingginya aktifitas kegiatan masing-masing pengrajin.
Saran
Dusun Jatisumber bukan hanya merupakan kawasan wisata penghasil seni ukir batu. Melainkan suatu desa yang terkait dengan kejayaan Majapahit. Perlu perbaikan infra struktur seperti sarana dan prasarana, jaringan air bersih. Pusat informasi mengenai produk seni ukir batu sangat kurang di kantor-kantor pemerintah.
Daftar Pustaka
Laboratory for Housing and Humant
Settlement, 2002, Home-Based Enterprises, ITS, Surabaya
Lang, Jon,1987, Creating Architectural
Theory,Van Nostrand Reinhold Company, New York.
Rapoport, Amos, 1969, House, Form
and Culture, Prentice Hall, Englewood Cliffs,
New York.
Silas, Johan, 2000, Rumah Produktif,
Laboratorium Perumahan dan Permukiman, Surabaya.