• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. WorldCom terkait dengan laporan adanya tindakan tidak etis yang dilaporkan oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. WorldCom terkait dengan laporan adanya tindakan tidak etis yang dilaporkan oleh"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Memasuki abad kedua puluh, dunia dikejutkan dengan skandal Enron dan WorldCom terkait dengan laporan adanya tindakan tidak etis yang dilaporkan oleh karyawannya (Menk, 2011). Enron yang merupakan satu dari tujuh perusahaan terbesar dan terinovatif di Amerika menurut majalah Forbes, mengalami kebangkrutan dalam enam bulan. Hal ini terjadi karena Enron menyembunyikan sejumlah hutang pada laporan keuangan dan memanipulasi laporan keuangannya agar kinerjanya terlihat baik. Pelanggaran etika pada skandal akuntansi perusahaan Enron inilah yang kemudian memicu Wakil Presiden Enron, Sherron Watkins mengungkapkan skandal korporasi yang terjadi di Enron kepada publik.

Sama halnya dengan Enron, Worldcom melaporkan bahwa perusahaan telah mengklasifikasikan beban sebagai pengeluaran modal. Terungkapnya kasus tersebut diketahui berasal dari laporan Cynthia Cooper, auditor internal WorldCom kepada kepala komite audit perusahaan. Selanjutnya laporan ditindaklanjuti oleh KPMG, auditor eksternal WorldCom saat itu yang akhirnya menemukan adanya indikasi fraud yang dilakukan pihak manajemen. Tanpa karyawan yang bersedia mengungkap ke publik, tindakan tidak etis kedua perusahaan tidak akan dapat ditemukan (Menk, 2011).

Di Indonesia, kasus whistleblowing mulai popular ketika munculnya Khairiansyah dan Komisaris Jendral (Komjen) Pol. Susno Duaji yang mengungkap

(2)

2

kasus korupsi di Institiusi tempat mereka bekerja. Komjen Pol. Susno Duadji merupakan orang pertama yang mengungkap praktik mafia hukum Gayus Tambunan kepada publik. Susno Duadji mengungkapkan bahwa skandal rekayasa perkara pembebasan kasus Gayus terkait dengan pencucian uang. (Semendawai, et al,. 2011).

Kasus-kasus di atas terjadi karena adanya penyimpangan etika yang dilakukan oleh akuntan. Padahal menurut Chan dan Leung (2006) dalam Dalimunthe (2015), perilaku etis yang dimiliki oleh para akuntan profesional sangatlah penting dalam penentuan status dan kredibilitas profesi di bidang akuntansi. Maka dari itu, etika menjadi poin penting dalam setiap diskusi mengenai profesionalisme di bidang akuntansi dan audit (O'Leary & Radich, 2001), sehingga profesi akuntan sangat dianjurkan untuk melakukan whistleblowing internal (Elias, 2008)

Mengingat pentingnya etika oleh profesi akuntan, Accounting Education Change Commission mensyaratkan mahasiswa akuntansi untuk lebih menekankan keterampilan intelektual dan kemampuan untuk mengidentifikasi isu-isu etis serta menerapkan value-based reasoning system. Hal ini diharapkan agar lulusan mahasiswa akuntansi memiliki penalaran etika yang lebih baik. Selain itu, pendidikan etika harus dimasukan ke dalam program pengajaran akuntansi (Benke dan Hermanson 1993 dalam Elias 2008).

Pendidikan etika disarankan sebagai bahan ajar mahasiswa akuntansi karena pada saat itu pendidikan etika belum masuk sebagai bagian dari akuntansi. Hal ini dapat dilihat dari laporan Cohen dan Pant (1989) dalam O'Leary & Radich (2001) bahwa dari

(3)

3

144 sekolah bisnis, 20% diantaranya menawarkan kursus etika bisnis di luar program di tahun 1979 dan meningkat hingga 40% di tahun 1989. Pemberian program kursus etika bisnis tersebut merupakan bagian dari solusi jangka panjang untuk meningkatkan penalaran etika para profesional di masa depan.

Setelah diterapkannya pendidikan etika bisnis pada mahasiswa akuntansi, penelitian mengenai isu etika dan moralitas mahasiswa akuntansi mulai dilakukan di berbagai negara. Beberapa diantaranya O'Leary & Radich (2001) yang melakukan penelitian pada mahasiswa akuntansi tingkat akhir terkait etika. Lebih dari 50% mahasiswa akan menjadi whistleblower terkait fraud dengan pegawai pajak maupun shareholders, dan 8% lainya hanya akan menjadi whistleblower jika terkait dengan kasus mencontek pada saat ujian.

Hal serupa juga dilakukan oleh Chiu (2002) yang melakukan penelitian pada mahasiswa MBA di China terkait dengan whistleblowing. Locus of control secara signifikan dapat memoderasi ethical judgment dalam whistleblowing intention. Penelitian lain disimpulkan oleh Elias (2008) bahwa whistleblowing perlu dilakukan jika masalah yang dihadapi serius, tetapi mahasiswa enggan untuk melakukannya sendiri karena takut sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang serupa dikemudian hari.

Menk (2011) melakukan penelitian pada mahasiswa akhir tahun keempat di Virginia Commonwealth University mengenai Materiality, Personality traits, dan Ethical Position terhadap niat mahasiswa untuk melakukan whistleblowing. Ethical position memilki pengaruh yang paling kuat terhadap niat mahasiswa melakukan

(4)

4

whistleblowing, sedangkan variabel yang lain memiliki pengaruh, tetapi tidak signifikan. Sebelumnya, Liyanarachchi dan Newdick (2009) menguji pengaruh tingkat moral reasoning mahasiswa akuntansi di New Zealand dan retaliation terhadap kecenderungan mereka untuk melaporkan kecurangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa moral reasoning dan retaliation secara signifikan berpengaruh positif terhadap kecenderungan untuk melakukan whistleblowing.

Mustapha dan Ling (2012) meneliti sebanyak 105 mahasiswa akuntansi tingkat akhir di Malaysia mengenai persepsinya terhadap whistleblowing. Hasilnya tingkat keseriusan, ras, dan academic’s performance memiliki pengaruh yang positif terhadap whistleblowing, sedangkan gender tidak mengindikasikan adanya pengaruh terhadap niat mahasiswa dalam melakukan whistleblowing.

Penelitian mengenai locus of control, penalaran moral, dan materiality terhadap whistleblowing mulai dilakukan di Indonesia, diantaranya seperti yang dilakukan oleh Banda (2012) yang meneliti mengenai pengaruh penalaran moral, sikap, norma subyektif, dan persepsi kontrol perilaku terhadap whistleblowing intention pada auditor internal Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Yogyakarta. Penelitian menunjukan bukti bahwa penalaran moral dan persepsi kontrol perilaku berpengaruh pada niat auditor internal untuk melakukan whistleblowing, sedangkan sikap dan norma subyektif secara empiris berpengaruh positif terhadap whistleblowing intention.

Dalimunthe (2015) menunjukkan hasil sedikit berbeda, penalaran moral dan kolektivisme berpengaruh secara positif terhadap whistleblowing intention. Hal ini

(5)

5

sejalan dengan penelitian Larasati (2015) yang menguji pengaruh penalaran moral, retaliasi, rasa bersalah, dan rasa malu terhadap kecenderungan individu dalam melakukan whistleblowing. Penalaran moral, retaliasi, dan rasa bersalah berpengaruh positif dalam melakukan whistleblowing intention dan individu dengan penalaran moral yang tinggi memiliki kecenderungan yang lebih besar dalam melakukan whistleblowing.

Septianti (2013) menggunakan variabel yang berbeda untuk mencari faktor yang mendorong indvidu untuk melakukan whistleblowing. Berdasar penelitiannya, status manajerial, locus of control, komitmen organisasional, personal cost, dan status pelanggar tidak berpengaruh terhadap niat mahasiswa melakukan whistleblowing, tetapi keseriusan pelanggaran dan suku bangsa berpengaruh signifkan terhadap niat melakukan whistleblowing.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat di gambarkan bahwa mahasiswa akuntansi adalah bagian dari masa depan profesi akuntan, sehingga mahasiswa akuntansi menjadi objek potensial yang harus dibekali pendidikan etika sejak dini. Maka dari itu, mahasiswa akuntansi semestinya memiliki penalaran etis yang lebih tinggi daripada mahasiswa lainnya. Dari gambaran tersebut, penulis ingin meneliti mengenai pengaruh locus of control, penalaran moral, dan materiality terhadap niat mahasiswa melakukan whistleblowing. Selain itu, penulis juga ingin menguji secara empiris mengenai perbedaan tingkat penalaran moral serta intensi untuk melakukan whistleblowing antara mahasiswa yang berlatar belakang pendidikan akuntansi dan

(6)

6

mahasiswa yang berlatar belakang pendidikan nonakuntansi di Universitas Gadjah Mada.

1.2. Rumusan Pertanyaan

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah locus of control secara signifikan berpengaruh positif terhadap niat mahasiswa melakukan whistleblowing?

2. Apakah penalaran moral secara signifikan berpengaruh positif terhadap niat mahasiswa melakukan whistleblowing?

3. Apakah faktor materiality secara signifikan berpengaruh positif terhadap niat mahasiswa melakukan whistleblowing?

4. Apakah ada perbedaan tingkat penalaran moral yang signifikan antara mahasiswa yang memiliki latar belakang pendidikan akuntansi dan mahasiswa yang memiliki latar belakang pendidikan nonakuntansi?

5. Apakah ada perbedaan tingkat whistleblowing intention yang signifikan antara mahasiswa yang memiliki latar belakang pendidikan akuntansi dan mahasiswa yang memiliki latar belakang pendidikan nonakuntansi?

1.3. Tujuan Penelitian

Bardasarkan latar belakang serta pertanyaan penelitian yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penulisan penelitan ini adalah sebagai berikut:

(7)

7

1. Menguji secara empiris pengaruh locus of control mahasiswa terhadap niat melakukan whistleblowing.

2. Menguji secara empiris pengaruh penalaran moral mahasiswa terhadap niat melakukan whistleblowing.

3. Menguji secara emipris pengaruh faktor materiality terhadap niat melakukan whistleblowing.

4. Menganalisis dan memperoleh bukti empiris mengenai perbedaan tingkat penalaran moral antara mahasiswa yang memiliki latar belakang pendidikan akuntansi dan mahasiswa yang memiliki latar belakang pendidikan nonakuntansi.

5. Menganalisis dan memperoleh bukti empiris mengenai perbedaan tingkat whistleblowing intention antara mahasiswa yang memiliki latar belakang pendidikan akuntansi dan mahasiswa yang memiliki latar belakang nonakuntansi.

1.4. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritik

Bagi peneliti lanjutan maupun akademisi yang ingin memperoleh pengetahuan dibidang whislteblowing, penelitian ini dapat menjadi bahan referensi untuk melanjutkan penelitian berikutnya, maupun sekedar untuk menambah wawasan.

(8)

8 2. Manfaat Praktis

Manfaat bagi perusahaan, sebagai tambahan pengetahuan dan bahan pertimbangan untuk memutuskan menggunakan whistleblowing system sebagai bagian dari sistem pengendalian internal (SPI). Selain itu, hasil penelitian juga dapat dijadikan sebagai evaluasi bagi pendidikan etika di jurusan akuntansi.

1.5. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab 1 berisi uraian latar belakang masalah pemilihan topik penulisan, rumusan pertanyaan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Bab II berisi uraian landasan teori-teori yang menjadi dasar analisis penelitian, yaitu berupa kajian literatur baik secara teoritis maupun empiris dari penelitian terdahulu dan pengembangan hipotesis disertai kerangka penelitian.

BAB III METODA PENELITIAN

Bab III berisi uraian tentang desain penelitian, pemilihan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel, dan metode analisis data berupa uji kualitas data yaitu uji validitas, dan uji reliabilitas, uji asumsi klasik, dan pengujian hipotesis

(9)

9

Bab IV berisi uraian mengenai proses pengujian data, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil survei sesuai dengan alat statistik yang diperlukan.

BAB V PENUTUP

Bab V berisi simpulan dari hasil penelitian yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya, keterbatasan, dan saran-saran.

Referensi

Dokumen terkait

KAJIAN TUGAS AKHIR STRATA SATU (S1)  FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS INDONESIA Shinta T. Effendy 1 , Rahmat M. Samik­Ibrahim 2

Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini peneliti ingin meneliti lebih lanjut dengan membuat sebuah penelitian dengan judul “Pengaruh Kampanye Pada YouTube Web

Terkait dengan dokumen KK dan Akta kelahiran baru yang bertanda tangan palsu, pihaknya akan menarik Dokumen tersebut dan akan menerbitkan lagi yang baru “Saya sudah keluarkan

a. Studi Dokumenter, yaitu Penulis memperoleh bahan hukum primer dari dokumen berupan salinan putusan yang dikeluarkan dari Pengadilan Agama Pelaihari. Bahan hukum

Untuk membuat suatu aplikasi identifikasi bibit pada tanaman lahan gambut memanfaatkan pengolahan citra digital dengan proses ekstraksi fitur bentuk menggunakan metode

data dan penerapan metode WebQual 4.0 sebagai metodologi dengan menggunakan empat dimensi yaitu kegunaan, kualitas informasi, kualitas interaksi dan kepuasan

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Noor Auliya Istiqomah dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti ialah jika Noor Auliya Istiqomah fokus kepada tipe

Pada penilaiaan sistem, jawaban yang bernilai tinggi adalah jawaban yang mengandung kata kunci yang diberikan oleh dosen, memiliki jumlah kata kunci yang hampir sama,