• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAP.COM - PENDEKATAN NON FARMAKOLOGIS UNTUK MENGURANGI NYERI ... - KALBEMED

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TAP.COM - PENDEKATAN NON FARMAKOLOGIS UNTUK MENGURANGI NYERI ... - KALBEMED"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Pendekatan Non Farmakologis untuk

Mengurangi Nyeri Saat Persalinan

Harry Kurniawan Gondo

Fakultas Kedokteran Wijaya Kusuma, Surabaya, Indonesia

PENDAHULUAN

Persalinan dan pelahiran merupakan kejadian fisiologi normal. Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin akan turun ke dalam jalan lahir. Pelahiran adalah proses janin dan ketuban didorong keluar me- lalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan aterm (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung sekitar 18 – 20 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin. Salah satu hal yang menyertai proses persali-nan, yang paling dirasakan tidak menyenang-kan bahmenyenang-kan menakutmenyenang-kan bagi ibu adalah nyeri persalinan.

Saat ini proses persalinan pevaginam telah ber- kembang, bertujuan memberi rasa nyaman, aman dan menyenangkan, serta dapat mengu-rangi dan bila mungkin meniadakan rasa cemas dan menegangkan. Ada beberapa metode non- farmakologis yang dapat diterapkan dalam me- ngurangi nyeri persalinan, yaitu pendampingan saat persalinan, teknik pernapasan saat persali-nan "Lamaze", hidroterapi (bersalin dalam air

"water birth", mandi), aromaterapi, audioanal- gesia, akupuntur, Transcutaneus Electric Nerve Stimulation(TENS), kompres dengan suhu dingin panas, sentuhan pijatan dan hipnotis.

Artikel ini akan membahas terutama persalinan dalam air - water birth, yang saat ini sudah mulai diperkenalkan oleh beberapa rumah sakit dan klinik di Indonesia. Pertemuan tahunan ke-3 Himpunan Obstetri dan Ginekologi Sosial Indonesia (PIT 3 HOGSI) di Bali 23-29 April 2010 juga mengadakan workshop mengenai water birth. Metode non farmakologis untuk mengu-rangi nyeri persalinan ini dapat diterapkan di semua rumah sakit dan klinik bersalin karena tidak berbahaya secara farmakologis dan dengan biaya yang relatif murah.

PENDAMPINGAN PERSALINAN

(Komunikasi Emosi, Sentuhan & Pijatan)

Pendampingan terus-menerus, setidaknya 80% dari seluruh waktu persalinan terbukti merupa-kan pendekatan non-farmakologis yang efektif mengurangi nyeri persalinan. Pendampingan ini dilakukan oleh keluarga dekat, petugas kamar bersalin, bidan atau dokter.

Pendampingan ini memberikan dukungan emo- sional kepada ibu bersalin, menimbulkan se- mangat, peneguhan positif akan kehamilan dan persalinan, menghibur dan komunikasi akurat mengenai cara bersalin, teknik bernafas saat his/kontraksi uterus, memberi informasi ke- majuan persalinan, dan menimbulkan rasa aman. Selain itu, pendamping dapat melakukan sen- tuhan, pijatan dan memberi empati; kontak langsung ini menghilangkan rasa cemas per- salinan secara bermakna.1,2

Pendampingan persalinan juga sangat efektif menurunkan angka operasi sectio caesarea dan penggunaan alat bantu pervaginam (Vakum atau Forsep/cunam) dalam persalinan, karena dukungan dalam mengedan, berkurang-nya rasa cemas dan nyeri, memberikan efek yang baik ter- hadap kemajuan persalinan dan saat mengedan.

PERSALINAN DALAM AIR (WATER BIRTH)

Water birth merupakan salah satu metode alter- natif persalinan pervaginam, berupa ibu hamil aterm tanpa komplikasi bersalin dengan cara berendam dalam air hangat (di bathtub atau kolam) dengan tujuan mengurangi rasa nyeri kontraksi dan memberi sensasi nyaman.

Di Indonesia pertama kali diprakarsai di San- Marie Family Healthcare 4 Oktober 2006, sementara di Bali populer setelah salah satu aktris Indonesia melahirkan pada 20 Juli 2007 di klinik Yayasan Bali Sehat di desa Nyuh

Keuntungan Water birth

Metode water birth lebih menguntungkan ibu dan bayi berupa pengurangan penggunaan analgesik, pemendekan persalinan kala I dan pengurangan angka episiotomi. Retrospektif dilaporkan berkurangnya nyeri dan meningkat- nya kepuasan. Water birth merupakan suatu bentuk hydrotherapy, metode penanganan nyeri yang efektif dan bermanfaat pada kondisi seperti low back pain (yang umumnya menjadi keluhan ibu saat persalinan). Evaluasi terhadap 17 Randomized Controlled Trial (RCT), 2 Contro- lled Studies, 12 Cohort Studies, dan 2 laporan kasus, menyimpulkan terdapat keuntungan

hydroterapy dalam penanganan nyeri, ber- manfaat, manjur dan memiliki efek mobilitas, kekuatan, dan keseimbangan, terutama pada ibu dengan rematik dan nyeri pinggang bawah kronik.3

Dukungan air saat kepala bayi crowning akan me- nurunkan risiko robekan perineum, dan dapat mengurangi tindakan episiotomi. Persalinan dan kelahiran di dalam air juga dapat memper-pendek proses persalinan kala I secara signifi-kan. Ibu dapat lebih mengontrol perasaannya, menurunkan tekanan darah, lebih rileks/santai, nyaman, menghemat tenaga, mengurangi ke- perluan obat dan intervensi lainnya, memberi perlindungan secara pribadi, mengurangi ke- jadian sectio caesarea, sehingga memudahkan persalinan.4,5

Wanita dengan hipertensi akan mengalami pe- nurunan tekanan darah setelah berendam da- lam air hangat selama 10 hingga 15 menit. Kecemasan yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah akan dapat dikurangi dengan berendam dalam air hangat.6

(2)

Air hangat dapat mengurangi ketegangan pe- rineum dan memberi rasa nyaman bagi ibu dan bayi, sehingga mengurangi trauma lahir (karena efek melenturkan dan meregangkan jaringan perineum dan vulva). Metode water birth dikenal sebagai persalinan yang "Easier for Mom, Better for Babies "5,7,8

Pada persalinan dan/atau pelahiran di air, ke- mampuan mengapung ibu akan menolong untuk relaksasi, sementara air hangat mem- bantu mengurangi nyeri. Penanganan nyeri persalinan dengan menggunakan media air

(hidroterapi) merupakan suatu metode relak- sasi yang aman, non-invasif, ekonomis dan dapat mengurangi rasa nyeri persalinan.4,9

Cochrane review mendukung kesimpulan bahwa berendam dalam air selama persalinan kala I mengurangi penggunaan analgesia dan nyeri maternal, tanpa memanjangkan durasi persa- linan, keluaran bayi, dan persalinan operatif. Metode persalinan water birth dengan penan-ganan yang baik dapat menjadi pilihan bagi per- salinan lama, mengurangi keperluan intervensi obstetrik, dan memberi alternatif penanganan nyeri.11

Patofisiologi Pengurangan Nyeri Bersalin Dalam Air

Berkurangnya rasa nyeri pada metode persalinan ini disebabkan oleh perbaikan sirkulasi darah uterus, berkurangnya tekanan abdomen, serta meningkatnya produksi endorfin (stress related hormone). Persalinan dalam air memberi ke- leluasaan ibu untuk bergerak bebas, dapat mem- beri rasa lebih rileks dan nyaman sehingga ibu hamil mampu berkonsentrasi pada persalinan- nya, memperbaiki sirkulasi darah dari plasenta ke janin, suhu tubuh bayi menjadi hangat sesuai suhu tubuh ibu yang akan mempengaruhi oksi- genasi bayi, dan bayi akan mampu beradaptasi ter- hadap lingkungan di luar rahim dengan baik.

Berendam dalam air selama persalinan akan mengurangi tekanan pada abdomen ibu, dan mengapung mengakibatkan kontraksi uterus lebih efisien dan sirkulasi darah lebih baik, memperbaiki sirkulasi dan oksigenasi darah otot uterus sehingga lebih banyak oksigen masuk ke bayi selama persalinan.

Air mengurangi nyeri selama persalinan dengan jalan mengurangi beban gravitasi secara alami, sehingga ibu hamil dapat lebih mudah berubah

posisi. Air hangat dan tekanan pusaran air kolam

(jacuzzi) merangsang respon fisiologi ibu hamil termasuk redistribusi volume darah yang akan merangsang pelepasan oksitosin dan vaso- presin. Hipotesisnya bahwa air hangat akan dapat merelaksasi otot-otot dan mental, me- ningkatkan pelepasan katekolamin yang me- ningkatkan perfusi, relaksasi dan kontraksi uterus, sehingga mengurangi nyeri kontraksi dan mem- persingkat fase persalinan.11-17

Kolam bersalin harus didesain khusus dan tidak boleh digunakan selain untuk persalinan. Tem- peratur air sebaiknya sama persis dengan suhu tubuh ibu saat melahirkan. Akurasi ini penting untuk mencegah temperature shock saat bayi meluncur ke dalam kolam. Sterilitas air perlu diperhatikan agar tidak menyebabkan infeksi pada ibu maupun bayinya.

Risiko dan Komplikasi

Terdapat risiko tenggelam, bayi menghirup air atau bernapas dalam air. Bayi yang lahir dalam air harus diangkat ke permukaan sesegera mungkin.18 Lilitan tali pusat dapat menjadi

masalah. Secara teoritis risiko aspirasi air pada

water birth kira-kira 95%. meskipun sangat jarang terjadi, sebab bayi tidak akan meng- hirup udara sampai terpapar ke permukaan air.

Risiko lain yang mungkin membahayakan bayi antara lain perdarahan luas, infeksi herpes dan berbagai infeksi. Infeksi P. aeruginosa pernah didapatkan pada swab telinga dan umbilikus bayi yang lahir dengan water birth.11,16,19 Pada

bayi preterm metode water birth tidak direko-mendasikan.

Risiko diminimalkan dengan mengikuti petun-juk penting di antaranya, kehati-hatian meng-atur tempermeng-atur air, menjaga kebersihan kolam, menghindari berendam terlalu lama, memper-timbangkan penggunaan air isotonik, dan me- ninggalkan kolam pada persalinan kala III dan IV untuk dapat melakukan kala III aktif dan mengurangi risiko perdarahan.

Risiko pada ibu di antaranya adanya kemung-kinan air masuk ke aliran darah ibu.

The Royal College of Obstetricians and Gyneco- logists mempublikasikan guideline, di antaranya kontrol temperatur air, kebersihan kolam ren- daman, menghindari berendam terlalu lama, mempertimbangkan penggunaan air isotonik,

mempertimbangkan meninggalkan kolam pada

final stage, serta menggunakan protokol yang disepakati untuk mencegah komplikasi. Diper- kirakan 50% maternity unit di Inggris sekarang menyediakan fasilitas persalinan dan pelahiran di air, dan 15-60% wanita di unit tersebut me- milih menggunakan metode ini. Dari survei

NHS Maternity Unit di Inggris dan Wales selama tahun 1994-96 teridentifikasi 0,6% pelahiran di air, 9% home birth.3,6

Review beberapa literatur dan pengalaman klinis menunjukkan metode ini aman baik bagi ibu maupun janin, jika mengikuti petunjuk. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa be- rendam dalam air selama water birth memberi-kan keuntungan signifimemberi-kan pada luaran persali-nan; air hangat menghasilkan relaksasi dan digunakan sebagai menajemen pengurang rasa nyeri. Banyak ibu merasakan manfaat langsung air hangat tersebut.

Teknik Bersalin Dalam Air

Setiap maternal unit dianjurkan memiliki dan mengembangkan kebijakan penggunaan

waterbirth: 3,6,11,12,13

a. Profesionalisme

Para penolong harus mempunyai kesempatan mendapatkan pendidikan, pelatihan dan bim- bingan. Pengembangan profesionalisme terus menerus dan memenuhi persyaratan layanan perlu untuk meningkatkan mutu pelayanan

water birth.

b. Informasi (Informed Consent)

Semua ibu hamil diberi informasi tentang

water birth. Penyedia layanan wajib memberi-kan pengarahan tentang proses persalinan sampai ibu mengerti dan memahaminya.

c. Instrumentasi

Adanya kebijakan lokal tentang jawab peralatan.

Unit peralatan seluruhnya sesuai standar keamanan

Semua peralatan harus dibersihkan dan di-keringkan setelah digunakan sesuai kebijakan penanggulangan infeksi. Penyaring disposable

harus menjamin kolam bebas dari feses dan kotoran lainnya. Penolong harus kan universal precaution dan mengikuti tunjuk penanggulangan infeksi. Pemantauan denyut jantung janin menggunakan Doppler

(3)

d. Keamanan dan kesehatan

Kebijakan kontrol infeksi lokal melindungi peng- guna water birth dan menjamin terlaksananya

universal precaution. Jika tubuh ibu hamil ter- angkat keluar dari air, menyebabkan kepala bayi terpajan udara dan tali pusat tampak, bayi harus dikeluarkan dari air untuk menghindari risiko premature gasping.

e. Masalah lain: • Suhu :

Fisiologi dasar hipertermia pada ibu dan bayi harus dipahami. Pedoman lokal menetapkan target suhu ibu untuk menghindari hiper/hipo- termia. selama persalinan di air. Suhu ibu di- periksa saat masuk kolam untuk data dasar dan diukur setiap jam selama di air, jika lebih dari 37,5°C metode persalinan ini dibatalkan.

Suhu ibu, air dan ruangan diperiksa secara reguler. Pada persalinan kala 1, suhu air yang di- rekomendasikan 34-37°C, diperiksa dan dicatat setiap 15 menit. Pada persalinan kala II suhu air 37-37,5°C, diperiksa dan dicatat setiap 15 menit.

Suhu ruangan 22-28°C, diperiksa dan dicatat setiap jam. Ibu diharapkan minum air minimal 1 liter per jam selama berendam.

• Analgesia :

Petunjuk lokal penggunaan anti nyeri dapat dikonsultasikan dengan anestesi.

• Emergensi :

Petunjuk lokal yang dapat menjelaskan secara detail langkah - langkah dalam situasi darurat. Seluruh penolong, dan ibu hamil yang meng-gunakan metode persalinan ini harus menge-tahui dan memahami langkah-langkah tersebut.

Syarat Persalinan Dalam Air5-9,13,17,19,20,21

• Ibu hamil risiko rendah

• Ibu hamil tidak mengalami infeksi vagina, saluran kemih, dan kulit.

• Tanda vital ibu dalam batas normal, dan CTG

(Cardiotocography) janin normal.

• Air hangat digunakan untuk relaksasi dan penanganan nyeri setelah dilatasi serviks mencapai 4-5 cm.

• Pasien setuju mengikuti instruksi penolong

Indikasi Persalinan Dalam Air5-9, 13,17,19,20,21

• Merupakan pilihan ibu. • Kehamilan normal > 37 minggu.

• Fetus tunggal presentasi kepala.

• Ibu tidak menggunakan obat-obat penenang. • Ketuban pecah spontan < 24 jam.

• Tidak ada komplikasi kehamilan (pre-eklampsia, diabetes tidak terkontrol, hipertensi, sakit jantung, asma, dll).

• Tidak ada perdarahan. • Denyut Jantung Janin normal. • Cairan amnion jernih.

• Persalinan spontan atau menggunakan prostol atau pitocin.

• Kriteria non-klinis, seperti : staf atau peralatan yang mendukung water birth.

Kontraindikasi 5-9, 13,17,19,20,21

• Infeksi yang dapat ditularkan melalui kulit dan darah.

• Infeksi dan demam pada ibu. • Herpes genitalia.

• Denyut jantung janin abnormal. • Perdarahan pervaginam berlebihan. • HIV, Hepatitis.

• Makrosomia. • Mekoneum.

• Kondisi yang memerlukan pemantauan terus menerus.

Prosedur Persalinan5-9, 13,17,19,20-23

Ibu masuk berendam ke dalam air saat pembu-kaan serviks 4-5 cm dengan kontraksi uterus baik. Ibu dapat mengambil posisi persalinan yang disukainya.

Observasi dan monitoring antara lain : a. Denyut Jantung Janin (DJJ) dengan Doppler atau fetoskop setiap 30 menit selama persalinan kala I aktif, kemudian setiap 15 menit selama persalinan kala II. Auskultasi dilakukan sebelum, selama, setelah kontraksi.

b. Penipisan, pembukaan serviks dan posisi janin. Pemeriksaan colok vagina (VT) dapat di- lakukan di dalam air atau diminta sementara keluar dari air.

c. Status ketuban: jika terjadi ruptur ketuban, periksa DJJ, dan periksa adanya prolaps tali pusat. Jika cairan ketuban mekoneum, pasien harus meninggalkan kolam.

d. Tanda vital ibu diperiksa setiap jam, dengan suhu setiap 2 jam (atau jika diperlukan). Jika ibu pusing, periksa tanda-tanda vital, ajarkan ibu mengatur napas selama kontraksi. e. Hidrasi ibu. Dehidrasi dicurigai dari takikardi ibu dan janin, dan peningkatan suhu badan ibu. Jika ada, ibu diberi cairan. Jika tidak ber- hasil pasang infus ringer laktat (RL).

Posisi ibu : 10,23,24

1. Berbaring (Litotomi)

Ibu telentang dengan menggantung kedua pahanya pada penopang kursi khusus untuk bersalin. Keuntungan posisi ini, dokter bisa le- luasa membantu proses persalinan. Jalan lahir menghadap ke depan, perkembangan pem- bukaan dapat lebih mudah diukur; dengan demikian waktu persalinan bisa diprediksi lebih akurat. Selain itu, tindakan episiotomi bisa dilakukan lebih leluasa, sehingga bisa lebih bagus, terarah, serta sayatannya bisa minimal. Bayi dengan posisi kepala relatif lebih mudah dipegang dan diarahkan.

Kekurangannya, letak pembuluh besar berada di bawah posisi bayi dan tertekan oleh massa atau berat badan bayi; jika plasenta juga be- rada di bawah janin (corpus posterior uterus) tekanan pada pembuluh darah bisa memper-lambat aliran darah balik ibu. Untuk menganti-sipasi hal ini biasanya beberapa saat sebelum pembukaan lengkap, dokter dapat mengin-truksikan pasien untuk berbaring ke kiri dan atau ke kanan.

Dalam kasus tertentu, seperti persalinan per- tama, posisi berbaring berpeluang menyulit-kan ibu mengejan karena gaya berat tubuh berada di bawah dan sejajar posisi bayi. Selain itu, posisi ini diduga bisa meregangkan peri- neum (daerah di antara anus dan vagina) se- demikian rupa sehingga menyulitkan persalinan.

2. Miring

Ibu berbaring miring ke kiri atau ke kanan. Salah satu tungkai diangkat, lainnya lurus. Posisi yang akrab disebut posisi lateral ini, umumnya dilakukan bila posisi kepala bayi belum tepat, yaitu jika ubun-ubunnya berada di belakang atau di samping. Jika di kiri, ibu dianjurkan mengambil posisi miring ke kiri sehingga bayi diharapkan bisa memutar.

(4)

3. Jongkok

Posisi ini dikenal sebagai posisi bersalin alami. Beberapa suku di Papua dan daerah lain biasa melakukan persalinan dengan cara berjong-kok. Karena memanfaatkan gravitasi, ibu tidak perlu terlalu kuat mengejan, dan bayi pun lebih cepat keluar lewat jalan lahir. Beberapa RS dan Rumah Bersalin menerapkan posisi persalinan ini untuk membantu pasien. Kelemahannya, posisi ini amat berpeluang membuat kepala bayi cedera, tubuh bayi bisa meluncur cepat. Untuk menghindari cedera, biasanya ibu ber- jongkok di atas bantalan empuk yang berguna menahan kepala dan tubuh bayi. Bagi para dokter, posisi ini dinilai kurang menguntung-kan karena menyulitmenguntung-kan pemantauan perkem-bangan pembukaan dan tindakan persalinan lainnya, misalnya : tindakan episiotomi.

4. Setengah Duduk

Posisi ini merupakan posisi yang paling umum diterapkan di berbagai RS/Rumah Bersalin di tanah air. Pada posisi ini, pasien duduk dengan punggung bersandar bantal, kaki ditekuk dan paha dibuka ke arah samping. Posisi ini cukup nyaman. Kelebihannya, sumbu jalan lahir yang perlu di- tempuh janin untuk bisa keluar jadi lebih pendek. Suplai oksigen dari ibu ke janin pun berlangsung optimal. Posisi ini bisa me- nyebabkan punggung pegal, terutama bila proses persalinan berlangsung lama.

Manajemen kala II

a. Mengejan seharusnya secara fisiologis. Ibu diperkenankan mengejan spontan, risiko ke- tidakseimbangan oksigen dan karbon dioksida dalam sirkulasi maternal-fetal berkurang.

b. Persalinan metode "hand off' akan memini-malkan stimulasi. Tidak perlu palpasi tali pusat ketika kepala bayi lahir, karena tali pusat dapat lepas dan melonggar ketika bayi lahir. Untuk meminimalkan risiko tali pusat terputus de- ngan tidak semestinya, hindari tarikan ketika kepala bayi ke permukaan air. Tali pusat jangan diklem dan dipotong ketika bayi masih ada di dalam air.

c. Bayi seharusnya lahir lengkap di dalam air. Kemudian sesegera mungkin dibawa ke per- mukaan secara "gentle ". Kepala bayi berada di atas permukaan air dan badannya masih di dalam air untuk menghindari hipotermia. Sewaktu kepala bayi telah berada di atas air, jangan merendamnya kembali.

Manajemen kala III

a. Manajemen aktif dan psikologi tetap diberikan sampai ibu keluar kolam.

b. Oksitosin dapat diberikan.

c. Perkirakan jumlah perdarahan kurang atau lebih dari 500 ml.

d. Penjahitan perineum dapat ditunda se- kurang-kurangnya 1 jam untuk kan retensi air dalam jaringan (jika han tidak berlebihan).

Selama Mengejan dan Persalinan

a. Ibu mengambil posisi yang dirasa aman dan nyaman. Ibu leluasa bergerak dan mengambil posisi yang tepat untuk bersalin.

b. Lahirnya kepala bayi difasilitasi oleh dorongan lembut kontraksi uterus. Sokong perineum,

massage, dan tekan dengan lembut jika perlu. Ibu dapat mengontrol dorongan kepala dengan tangannya.

c. Manipulasi kepala biasanya tidak perlu karena air mampu mengapungkannya. Walaupun demikian, pasien perlu berdiri membantu mengurangi atau memotong dan mengklem lilitan tali pusat.

d. Sewaktu bayi lahir, kepala bayi dikendalikan dengan gerakan lembut, wajah ke bawah, dan keluar dari air dalam ≤ 20 detik. Janin dapat diistirahatkan di dada ibu sambil membersih- kan hidung dan mulutnya, jika perlu. kan panjang tali pusat agar tidak sampai putus. Kemudian bayi diberi selimut, dan dipantau.

e. Ibu dan bayi dibantu keluar dari air untuk melahirkan plasenta. Tali pusat diklem dan dipotong, bayi dikeringkan dengan handuk dan diselimuti, kemudian diberikan kepada penolong lain, keluarga, atau perawat. Ibu dibantu keluar dari kolam. Plasenta dapat dilahirkan di dalam air atau di luar. lbu anjurkan untuk menyusui sesegera kin setelah bayi lahir untuk membantu kontraksi uterus dan pengeluaran plasenta.

LAMAZE (Relaxation & Breathing) 10,12, 24

Teknik ini dikembangkan oleh Dr. Fernand Lamaze (Paris, 1950's); merujuk pada teknik pernapasan selama persalinan untuk mem- bantu memperkuat kontraksi dan relaksasi otot. Teknik ini bertujuan untuk merespons kontraksi dan mendapatkan kenyamanan selama persalinan. Filosofi Lamaze adalah me- mandang suatu kelahiran sebagai hal yang normal, alami dan sehat. Tujuannya agar ibu melahirkan menjadi lebih percaya diri, bebas

mendapatkan kenyamanan dengan berbagai cara, melalui dukungan emosional dan fisik dari keluarga dan tenaga profesional yang percaya proses persalinan berlangsung karena kemam-puan ibu.

Teknik ini dapat mengurangi nyeri pada saat his; meminta ibu bersalin untuk menghirup nafas sedalamnya melalui hidung dan meng- hembuskan perlahan melalui mulut. Teknik pemafasan sederhana sangat efektif mengu-rangi nyeri persalinan.

Yoga juga boleh dilatih; telah ada berbagai teknik yoga prenatal. Melenturkan otot dinding pelvis; bermanfaat mengurangi nyeri, gatal, bengkak, sulit tidur.

AKUPUNKTUR 10,12,25-27

Teknik pengobatan tradisional yang berasal dari China ini terbukti secara ilmiah dapat mengu-rangi nyeri persalinan. Akupunktur digunakan dengan 4 tujuan dalam persalinan yaitu : induksi persalinan, mengurangi mual/muntah, mengon-trol nyeri, mengubah letak presentasi bokong.

Pertama, yang ditusuk adalah titik "qi" sebagai titik pembuka energi, kemudian dapat diikuti dengan pemutaran, pemanasan atau rang- sangan elektrik dengan jarum di titik tertentu; umumnya daerah punggung dan kaki. Efek aku- punktur ini adalah anestesi, relaksasi otot, dan mengurangi kecemasan dan kelelahan ibu.

AROMATERAPI1,10,12,24

Pertama diperkenalkan di Inggris pada awal tahun 1990, aromaterapi menggunakan ekstrak wewangian tertentu untuk menebar aroma dalam ruang bersalin. Efeknya dapat menenang- kan, hilangnya rasa cemas dan relaksasi ibu bersalin. Dalam penelitian di Inggris, aroma bunga mawar mempunyai efek yang paling besar, kemudian bunga lavender.

Pada pasien yang mempunyai emosi tidak sesuai dengan bau aromaterapi dapat menim-bulkan efek berbeda, seperti pusing, mual dan muntah. Efeknya juga dipengaruhi oleh ke- adaan emosional dan latar belakang kejiwaan ibu bersalin.

TRANCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMU-LATION (TENS) 10,12,24

(5)

elektrik tegangan rendah melalui baterai dengan elektode khusus yang diletakkan di daerah paravertebral T10-S1 atau S2-S4.

TENS bekerja mengalihkan rasa nyeri, karena TENS merangsang reseptor getar dan suhu, meningkatkan nilai ambang potensial elektrik saraf penghantar nyeri. TENS juga dapat me- relaksasi otot punggung, sehingga juga me- ngurangi nyeri saat persalinan akibat spasme otot.

KOMPRES (Terapi Temperatur)10,12,24

Pengunaan kompres hangat atau dingin, sangat efektif mengurangi nyeri persalinan. Suhu hangat diberikan di daerah punggung, lipat paha atau perineum; dapat menggunakan botol berisi air hangat, handuk hangat atau bantal elekrik. Kompres dingin dapat diberikan di daerah wajah, dada, punggung atau daerah yang nyaman; menimbulkan efek relaksasi, suasana segar.

Kontraindikasinya pada ibu yang hipersensitif udara dingin (misal : asma dengan pencetus suhu dingin, cold urticaria, d1l), Raynaud disease, Deep Vein Thrombosis (DVT), kelainan faktor pembekuan darah, dan Krioglobulin.

HIPNOTIS10,12,24

Terapi hipnotis ibu hamil untuk mengatur per- napasan melawan nyeri kontraksi. Selain hipno- tis diri juga relaksasi, visualisasi, metode posisi dan pernapasan khusus. Tujuannya untuk men- dapatkan relaksasi dan kenyamanan, pemen- dekan persalinan kala I, mengurangi penggu- naan analgesik, dll. Terapi hipnotis dilakukan oleh tenaga ahli terlatih, dan tidak boleh diberi- kan pada ibu dengan riwayat psikosis dan epilepsi.

SIMPULAN dan SARAN

Terapi non-farmakologis terbukti dapat me- ngurangi nyeri persalinan, terutama karena

dapat memberikan suasana mendukung, dukungan emosional, sentuhan dan pijatan, peneguhan dan semangat pada ibu hamil. Semua rumah sakit dan rumah bersalin dapat melakukannya, karena biaya terjangkau dan mudah diterapkan.

Persalinan dalam air oleh tenaga kesehatan yang profesional dapat menjadi salah satu pilihan ibu bersalin.

DAFTAR PUSTAKA

1. Cook, E. Alternative birthing methods, 2006. Available at: http://www. Accessed: Mei, 2010.

2. Singh U, Schreiner A, Macdermott R, Johnston D, Seymour J, Garland D, Davidson J. Guidelines for Water Birth within the midwifery-led unit and at home Dartford and Gravesham-NHS Trust, 2006. Available at: http://www.darentvalley hospital. nhs.uk. Accessed: June 15,2008.

3. RCOG. Draft guidelines on waterbirth, 2000. Available at: http://www.radmid.demon.co.uk/rcog.btm Accessed: Mei, 2010

4. Buckley S. Water Birth : The power of water (Australia's parents pregnancy), 1999. Available at: http://www.onyx-ii.com/birthsong/page.cfm?waterbirth. Accessed: April, 2010. 5. Chapman B. Waterbirth protocol: Five North Island hospitals in New Zealand. College of Midwives J. 2004;30;20-24.

6. Duley LMM. Birth in Water (RCOG Statement no.1), 2001. Available at: http://www.birthbalance.com/article/RCOGstatement.pdf. Accessed: Mei, 2010

7. Hariyasa Sanjaya IN, Workshop Water Birth : labor management. Pertemuan Ilmiah Tahunan Himpunan Obstetri Ginekologi Sosial Indonesia III (PIT HOGSI III), 26-27 April, Denpasar, 2010. 8. Hariyasa Sanjaya IN, Workshop Water Birth : introduction waterbirth. Pertemuan Ilmiah Tahunan Himpunan Obstetri Ginekologi Sosial Indonesia III (PIT HOGSI III), 26-27 April, Denpasar, 2010. 9. Garland D, Cook S. In labour and birth - is the use of water in labour an option for woman following a previous LSCS MIDIRS. Midwifery Digest 2004;14;1:63-67

10. Simkin P, Bolding. Update on Nonpharmologic Approaches to Relieve Labor Pain and Prevent Suffering. J Midwifery Womens Health 49(6):489-505k 2004. Elsevier Science, Inc. Available at: http//www.birth balance.com/. Accessed: April, 2010

11. Garland D, Choo YP, Coe M. In the use of water in labour and birth. The Royal College of Midwives., 2000. Available at:http://www.rcm.org.uk/info /docs/RCOG– RCM_ Birth in water _Final _Copy. pdf . Accessed: Mei, 2010.

12. Garland D. In collaborative waterbirth audit-supporting pratice with audit MIDIRS Midwifery Digest. 2002;12;4:508-11

13. Guidelines for water birth at OHSU. Oregon health and sciences university water birth guidelines, 2001. Available at: http://www.data.memberclicks. com/site/wi /OHSU-2001- guidelines.PDF. Accessed : Mei, 2010

14. Harper B. In taking the plunge: reevaluating waterbirth temperature guidelines MIDIRS, 2003. Available at: http://data.memberclicks.com/ site/wi/ Midirs_ article_BH. pdf. Accessed: Mei, 2010 15. History of waterbirth (Birth balance), 2007. Available at: http//www.birth balance.com/. Accessed: Mei, 2010.

16. Johnson A, Stromberg. Water births: serenity versus safety, 2007. Available at: http://www.birthbalance.com/stories/serenity.pdf. Accessed: Mei, 2010

17. Kitzinger S. Explorating birth movement in water (The complete book of pregnancy and childbirth), 2000. Available at: http://www.waterbirth.org. Accessed: Mei, 2010 18. Cluett E, McCandlish R, Burns E, Nikodem. In underwater birth and neonatal respiratory distress. BMJ 2005;330:1447-48

19. Roberts D. Guidelines for the use of water during labour and in the event of deliveries. Liverpool womens hospital NHS trust, 2002. Available at: http://www. Accessed: Mei, 2010. 20. Nicoll A, Hoggins K, Winters P. Waterbirth-changing attitudes. AIMS journal. 2007;14;2:1-3

21. Seputra DA, Workshop Water Birth : Techinical aspect water, pool and others. Pertemuan Ilmiah Tahunan Himpunan Obstetri Ginekologi Sosial Indonesia III (PIT HOGSI III), 26-27 April, Denpasar, 2010. 22. Alfirevic Z. et al. Immersion in water during labour and birth (Royal College of Obstetricians and Gynaecologists /Royal College of Midwives joint statement no.1; 2006. Available at: http://www.

rcm.org.uk/info/docs/RCOG_RCM_ Birth–in _ Water–Final–Copy_l.pdf. Accessed: Mei 2010.

23. Use of water for labor and birth. Family birth center, 2005. Available at: http://www. awborn of.org/resources/WaterBirthPolicy.pdf. Accessed: April, 2010 24. Tiran D, Mack S. Complementary Therapies For Pregnancy And Childbirth. Baillere Tindall, United of Kingdom, 2005.

25. Perera SM, Acupunture : An alternative treatment for pos dural puncture headaches following obstetric epidural or spinal. Acupunture in Medicine J. 1998;16(November). 26. Zharkin NA, Acupunture in obstetric. J. Chinese Med. 1999;33(May).

Referensi

Dokumen terkait