Evolusi TIK dalam Pendidikan Barnawi
Dunia terus berubah secara massif. Tidak lagi dalam hitungan abad, tahun, atau pun bulan, kini perubahan terjadi dalam hitungan detik. Di jalan raya mobil baru dengan berbagai merk hilir mudik berseliweran setiap hari. Di catwalk model-model cantik nan seksi mengenalkan tren fashion terbaru hampir setiap malam di berbagai sudut dunia. Di lapangan hijau pesepakbola yang telah menjadi selebritis memamerkan sepatu dan gaya rambut yang kemudian menjadi trend setter. Apalagi perubahan dibidang piranti lunak, smart phone, dan sesuatu yang mengandung unsur teknologi komunikasi perubahannya begitu cepat, bahkan dalam hitungan detik.
Setiap perubahan disikapi dengan berbagai macam, ada yang pesimis, ada yang optimis, dan ada pula yang tidak peduli dengan perubahan. Bagi yang pro status quo, perubahan adalah ancaman. Bagi yang pesimis, reaksi atas perubahan disikapi dengan perilaku alienatif dan reaktif, dan bagi yang optimis perubahan disikapi secara proaktif karena dalam perspektif mereka perubahan adalah peluang. Peluang untuk belajar, peluang untuk memperoleh keuntungan ekonomis, peluang untuk memudahkan kerja, dan lain sebagainya.
Secara etimologi evolusi berasal dari bahasa Latin yakni evolvo yang artinya membentang. Ada pula yang menyatakan bahwa makna evolusi sebagai perubahan secara berangsur dan pelan. Berbicara tentang evolusi tidak bisa lepas dari teori Charles Darwin meskipun teori tentang biologi evolusioner ada sejak zaman Aristoteles.
Evolusi dapat terjadi dalam semua bidang, astronomi, geografi, biologi, budaya, dan lain sebagainya. Evolusi di bidang pendidikan merupakan evolusi budaya karena pendidikan merupakan bagian dari budaya. Menurut Putri Puspitaningrum (dalam academia.edu) menyatakan bahwa dalam konteks evolusi budaya dibentuk melalui tiga tahapan. Tahap pertama adalah perkembangan unsur kebudayaan yang biasanya dicirikan oleh tingkatan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Tahap selanjutnya adalah hasil evolusi budaya dapat meningkatkan kualitas masyarakatnya. Tahapan terakhir adalah peningkatan hasil evolusi budaya itu membawa masyarakatnya pada tingkatan maju dalam perspektif masyarakat lain.
klasifikasi penggunaan TIK dibagi menjadi empat macam. Pertama; emerging, pada tahap ini orang baru menyadari akan pentingnya TIK untuk pembelajaran dan berupaya untuk menerapkannya. Kedua; applying, pada tahap ini TIK telah dijadikan objek untuk dipelajari ( mata pelajaran ). Ketiga; integrating, pada tahap ini TIK telah diintegrasikan ke dalam kurikulum ( pembelajaran ). Dan keempat; transforming, tahap ini merupakan tahap yang paling ideal dimana TIK telah menjadi katalis bagi perubahan pendidikan. TIK diaplikasikan secara penuh baik untuk proses pembelajaran ( instructional purpose ) maupun untuk administrasi (administrational purpose ).
Dalam konteks pendidikan nasional evolusi TIK berjalan dengan baik. Pada K-I3 TIK tidak lagi menjadi mata pelajaran dan kenyataan ini menjadi polemik kecil karena masalah persepsi yang berbeda. Yang menjadi persoalan adalah evolusi TIK dalam pendidikan tidak merata, namun hal ini adalah hal yang wajar karena dalam prinsip evolusi perubahan tidak terjadi secara merata. Yang terpenting adalah kesadaran akan evolusi TIK terus disadari dan dilakukan dengan perencanaan yang baik.
Sekolah sebagai lembaga yang membekali siswa untuk proaktif terhadap perubahan harus mengkreasi kurikulum khususnya dalam pemanfaatan TIK agar relevan dengan dinamika perubahan yang terjadi. Instituti yang gagap akan alienatif dan reaktif yang justru merugikan eksistensinya sendiri. Evolusi TIK dalam pendidikan harus direncanakan dan dilaksanakan secara kontinyu meskipun secara bertahap karena prinsip evolusi berjalan secara berangsung dan pelan, syukur-syukur dapat melakukan revolusi TIK dalam pendidikan.