• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERPU0161962 combine

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERPU0161962 combine"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

NOMOR 16 TAHUN 1962

TENTANG

SUMBANGAN WAJIB ISTIMEWA TAHUN 1962 ATAS BANGUNAN

Presiden Republik Indonesia,

Menimbang : a. bahwa untuk mengatasi kebutuhan keuangan negara pada dewasa

ini, Pemerintah berpendapat,bahwa sudah selayaknya jika

golongan-golongan yang pada tahun-tahun akhir ini memiliki

bangunan memberikan pengorbanan istimewa kepada negara :

b. bahwa untuk memberikan bentuk pada pengorbanan tersebut,

Pemerintah memandang perlu menetapakan suatu Sumbangan

Wajib Istimewa bagi golongan-golongan termaksud;

c. bahwa karena keadaan yang memaksa Sumbangan wajib

istimewa tersebut perlu dengan segera diatur dengan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-undang;

Mengingat : Pasal 22 ayat (1) Undang-undang Dasar :

Memutuskan :

Menetapkan : Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang tentang Sumbangan

Wajib Istimewa tahun 1962 atas bangunan.

(2)

Pasal 1.

Peraturan Umum.

Yang dimaksud dalam Peraturan ini dengan:

ke-1: bangunan: semua pendirian diatas pondamen yang digunakan

untuk melindungi manusia atas barang-barang terhadap gangguan

dari luar, sedang dibagian atasnya ditutup dengan atap.

ke-2: pemilik: orang pribadi atau ahli warisnya, badan baik yang

bersifat badan hukum ataupun tidak, perkumpulan yayasan ,

koperasi, firma atau perseroan lainnya, perusahaan negara, atas

nama siapa bukti pemilikan dituliskan dan yang bertempat tinggal

berkedudukan baik di Indonesia maupun diluar negeri.

ke-3: perolehan: memperoleh banguna karena pendirian baru atau

karena penyerahan dalam hak milik sebagai akibat suatu

perjanjian, atau karena warisan, atau karena wasiyat istimewa.

ke-4: biaya perolehan: biaya yang dikeluarkan menurut sebenarnya

untuk mendirikan hingga selesai/memperoleh bangunan tanpa

tanah.

ke-5: saat selesainya bangunan: saat bangunan itu menurut syarat-syarat

umum dari Departemen Pekerjaan Umum(Jawatan

Gedung-gedung) dinyatakan dapat digunakan sesuai dengan tujuan atau

menurut kenyataan mulai digunakan sesuai dengan tujuan atau

menurut kenyataan mulai digunakan sesuai dengan tujuan.

(3)

Pasal 2.

Nama dan sifat pungutan Sumbangan Wajib

Istimewa tahun 1962 atas bangunan.

(1) Dengan nama Sumbangan Wajib Istimewa tahun 1962 atas Bangunan

diadakan pungutan satu kali atas bangunan yang selesai didirikan

atau diperoleh sesudah tanggal 31 Desember 1955 dan masih ada

pada tanggal mulai berlakunya Peraturan ini.

(2) Bangunan yang dirombak dan/atau ditambah sesudah tanggal 31

Desember 1955 dengan biaya sebesar 50% atau lebih dari biaya

perolehan minimum untuk tahun selesainya perombakan dan/atau

tambahan seperti dimaksud pada pasal 3 ke-1, diperlukan sama

dengan bangunan yang selesai didirikan sesudah saat tersebut.

Pasal 3.

Pengecualian.

Dikecualikan dari Sumbangan Wajib Istimewa:

ke-1.: bangunan-bangunan yang mempunyai biaya perolehan kurang

dari jumlah biaya perolehan minimum tercantum dalam daftar

terlampir.

ke-2: bangunan yang dimiliki oleh Presiden Republik Indonenesia.

ke-3: bangunan-bangunan yang dimiliki oleh perwakilan negara asing.

ke-4: bangunan-bangunan yang dimiliki oleh Pemerintah Pusat atau

Daerah.

ke-5: bangunan-bangunan yang dimiliki oleh Badan-badan

Internasional yang ditunjuk oleh Menteri Urusan Pendapatan,

Pembiayaan dan Pengawasan.

(4)

ke-6: bangunan-bangunan yang digunakan semata-mata untuk ibadah,

untuk sekolah, untuk asrama sekolah, untuk taman bacaan, untuk

rumah piatu, untuk perawatan orang sakit.

ke-7: bangunan-bangunan yang menurut pertimbangan Menteri Urusan

Pendapatan, Pembiayaan dan Pengawasan digunakan untuk

keperluan lembaga-lembaga amal dan sosial, atau untuk

memajukan kesenian dan ilmu, asal tidak juga dipergunakan

untuk pelepas lelah atau periang pergaulan atau untuk

mengadakan pesta-pesta musik/tarian atau lain-lain hiburan.

Pasal 4.

Besarnya Sumbangan Wajib Istimewa.

(1) Sumbangan Wajib Istimewa berjumlah 5% dari biaya perolehan

bangunan pada saat selesainya atau diperolehnya bangunan.

(2) Jika biaya perolehan tidak diketahui,maka Sumbangan Wajib

sitimewa dihitung atas dasar nilai biaya perolehannya.

(3) Dalam hal pemiliknya itu Menteri, pegawai Negeri, anggota

Lembaga-lembaga Negara, pegawai Pemerintah Daerah, anggota

Angkatan Bersenjata atau pegawai Perusahaan Negara. Sumbangan

Wajib Istimewa berjumlah 25% dari yang dimaksud pada ayat (1)

untuk satu rumah tinggal menurut pemilihan pemilik.

(4) Dalam hal pemiliknya adalah pensiunan, janda pensiunan, dari yang

tersebut pada ayat (3) diatas, maka Sumbangan Wajib Istimewa

ditetapkan seperti ayat (3) demikian itu jika mereka tidak bekerja

ataupun juka mereka bekerja sematamata dibidang Pemerintah atau

Perusahaan Negara.

(5)

(5) Dalam hal pemilik, tidak termasuk pemilik pada ayat(3) atau ayat(4) ,

menurut pertimbangan Menteri Urusan Pendapatan, Pembiayaan dan

Pengawasan dipandang dari tanda-tanda kemampuannya yang

nampak dianggap kurang mampu, maka kepadanya dapat diberikan

pengurangan sampai sebanyak-banyaknya 75% dari jumlah

Sumbangan Wajib Istimewa yang sebenarnya terutang.

Pasal 5.

Wajib Sumbang.

(1) Sumbangan Wajib Istimewa tahun 1962 atas Bangunan terutang oleh

pemilik.

(2) Dalam hal pada suatu bangunan diadakan perombakan dan/atau

penambahan seperti dimaksud pada pasal 2 ayat (2) dan biaya untuk

itu dipikul oleh penyewa, maka sumbangan wajib istimewanya

terutang oleh penyewa.

Untuk pelaksanaan pungutan Sumbangan Wajib Istimewa penyewa

tersebut diperlakukan sebagai pemilik.

Pasal 6.

Kewajiban pemberitahuan.

(1) Diwajibkan memasukkan surat pemberitahuan kepada Kepala

Inspeksi Keuangan dalam wilayah kantor mana bangunan terletak,

ialah :

a. Pemilik atau kuasanya dari bangunan yang tidak dikecualikan

menurut pasal 3, dan ia harus memasukkan surat pembertahuan

itu dalam jangka waktu dua bulan terhitung dari mulai berlakunya

peraturan ini;

(6)

b. pemilik atau kuasanya yang diminta oleh Kepala Inspeksi

Keuangan untuk memasukkan surat pemberitahuan, dalam hal

mana ia harus memasukkannya dalam jangka waktu yang

ditetapkan oleh Kepala Inspeksi Keuangan.

(2) Pemasukan surat pemberitahuan dilakukan dengan menggunakan

surat isian yang bentuknya ditetapkan oleh Kepala Jawatan Pajak dan

yang dapat diambil oleh pemilik atau kuasanya ditempat Inspeksi

Keuangan dimaksud ayat (1).

(3) Surat pemberitahuan memuat:

a. nama dan alamat pemilik/penyewa (pasal 5) bangunan pada

tanggal berlakunya Peraturan ini ;

b. jenis dan letaknya bangunan ;

c. tanggal diperolehnya bangunan dan dasar perolehanya

d. luasnya bangunan dalam m2, disertai uraiannya ;

e. jumlah biaya perolehan bangunan jika sub c tidak diketahui

pembuktiannya ;

f. nilai biaya perolehan bangunan jika sub c tidak diketahui

Pasal 7.

Penagihan.

(1) Sumbangan Wajib Istimewa disetor di Kas Negara dengan

menggunakan surat kuasa untuk menyetor (skum) dari Inspeksi

Keuangan dimaksud pada pasal 6 ayat (1) diatas dalam jangka waktu

tiga bulan terhitung dari tanggal surat kuasa untuk menyetor tersebut.

(2) Penundaan pelunasasan dikenakan bunga 1/2% tiap bulan dari sisa

jumlah sumbangan, Sebagian dari bulan dihitung satu bulan penuh.

(7)

(3) Untuk pemungutan Sumbangan Wajib Istimewa ini berlaku Peraturan

tentang "Penagihan Pajak Negara dengan Surat Paksa"

(Lembaga-Negara tahun 1959 No. 63).

(4) Barangsiapa tidak atau tidak pada waktunya memasukkan surat

pemberitahuan dikenakan denda sebesar 200% dari jumlah

sumbangan yang terutang.

Pasal 8.

Tagihan tambahan.

Jika ternyata bahwa oleh karena ketidak-benaran atau ketidak lengkapan

dari pemberitahuan yang dimaksud pada pasal 6 diatas diberikan surat

kuasa untuk menyetor sampai jumlah yang lebih rendah dari pada yang

sebenarnya terutang, maka dilakukan tagihan tambahan sebesar jumlah

sumbangan yang karenanya kurang dibayar ditambah denda sebesar

400%, selama sejak tanggal ditetapkannya surat kuasa untuk menyetor

belum lewat 2 tahun.

Pasal 9.

Yang bertanggung-jawab untuk pembayaran Sumbangan Wajib Istimewa

tahun 1962 atas Bangunan adalah :

1. untuk pemilik/perorangan orang yang bersangkutan, atau kuasanya,

atau ahliwarisnya

2. untuk pemilik berupa badan : pengurusnya dan/atau

perseronya ;

3. dalam hal pasal 5 ayat (2) penyewa.

(8)

Pasal 10.

Pertanggungan-jawab.

Kepala Inspeksi Keuangan mengadakan pertanggungan-jawab

administratip Sumbangan Wajib Istimewa tahun 1962 ini yang disetor

dalam Kas Negara.

Pasal 11.

Daluwarsa.

Sumbangan Wajib Istimewa tahun 1962 atas Bangunan kedaluwarsa

setelah lewat 5 tahun terhitung dari tanggal 31 Desember 1962.

Pasal 12.

Lain-lain.

(1) Kesalahan tulisan dan hitungan sewaktu membuat surat kuasa untuk

menyetor, juga kekeliruan peristiwa dapat dibetulkan oleh Kepala

Inspeksi Keuangan yang mengeluarkan surat kuasa untuk menyetor

itu.

(2) Kekuasaan tersebut pada ayat (1) tidak berlaku setelah lewat 2 tahun

terhitung dari tanggal surat kuasa untuk menyetor, kecuali jika dalam

jangka waktu itu oleh wajib sumbang dimajukan surat permohonan

supaya kekuasaan tersebut dilaksanakan.

(9)

Pasal 13.

Menteri Urusan Pendapatan Pembiayaan dan Pengawasan berwenang

mengurangkan atau membatalkan denda yang ditetapkan menurut pasal 6

ayat (4) dan pasal 8 jika oleh wajib sumbang dapat ditunjukan hingga

dapat diterima bahwa pelanggaran adalah akibat dari kekhilafan atau

kelalaian yang dapat dimaafkan.

Pasal 14.

Instansi Pemerintah atau swasta dan setiap orang atau badan yang diminta

oleh Kepala Inspeksi Keuangan wajib memberikan

keterangan-keterangan yang diperlukan untuk melaksanakan Peraturan ini.

Untuk penolakan memenuhi kewajiban tersebut tidak dapat diberikan

sebagai alasan bahwa karena sesuatu hal pihak itu wajib memegang

rahasia, sekalipun kewajiban perahasiaan itu ditentukan oleh

Undang-undang.

Pasal 15.

Menteri Urusan Pendapatan, Pembiayaan dan Pengawasan berwenang:

ke-1: menetapkan peraturan yang perlu untuk melaksanakan Peraturan

ini ;

ke-2: dalam hal-hal yang tertentu menghapuskan ketidakadilan yang

terasa berat yang mungkin timbul dalam menjalankan

Undang-undang ini.

(10)

Pasal 16.

Penutup.

(1) Peraturan Pemerintah Penganti Undang-undang ini disebut sebagai

Peraturan Sumbangan Wajib Istimewa tahun 1962 atas Bangunan.

(2) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ini mulai berlaku

pada tanggal ditetapkan.

Agar supaya setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Peraturan Pemerintah pengganti Undang-undang ini dengan penempatan

dalam Lembaga-Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 24 September 1962

Presiden Republik Indonesia

TTD

SUKARNO.

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 24 September 1962

Sekretaris Negara

TTD

MOHD. ICHSAN

(11)

ATAS

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG

No. 16 TAHUN 1962

tentang

SUMBANGAN WAJIB ISTIMEWA TAHUN 1962 ATAS BANGUNAN.

UMUM

Berhubung dengan memuncaknya perjoangan Pembebasan Irian Barat maka

kebutuhan keuangan Negara bertambah pula. Untuk mengatasi kesulitan itu, kiranya

sudah selayaknya bahwa dari golongan masyarakat yang berada dapat diharapkan

pemberian pengorbanan istimewa kepada Negara. Pengorbanan istimewa tersebut

diwujudkan dalam bentuk Sumbangan Wajib Istimewa kepada Negara.

Sumbangan wajib istimewa itu berdiri disamping pungutan- pungutan Negara dalam

bentuk Pajak-pajak Negara.

Yang dimaksudkan sebagai golongan masyarakat yang berada, ialah mereka yang

memiliki bangunan sebagai harta kekayaan yang terlihat, yang berasal dari pendirian baru

atau dari perolehan baru.

Bukanlah maksud Pemerintah untuk dengan mengadakan pungutan Sumbangan

Wajib Istimewa tahun 1962 atas bangunan itu menahan atau mengurangi hasrat

masyarakat untuk mendirikan bangunan-bangunan baru.

Sumbangan wajib istimewa tersebut hanya dipungut untuk satu kali saja ialah untuk

tahun 1962 saja, sehingga tidak akan mempengaruhi hasrat membangun.

Bangunan yang dijadikan obyek pungutan adalah bangunan yang mempunyai biaya

perolehan sebesar biaya perolehan minimum dan lebih, sebagai ditetapkan dalam

Peraturan ini. Maka bangunan-bangunan yang biaya perolehannya kurang dari batas

minimum ialah termasuk bangunan-bangunan yang tidak mewah, tidak terkena pungutan

(12)

sumbangan wajib istimewa tersebut. Untuk rumah-rumah peristirahatan (bungalow) tidak

perlu diberikan batas minimun, karena pemiliknya dianggap termasuk golongan berada.

Ada beberapa jenis bangunan yang mengingat pemakaiannya atau pemiliknya perlu

dikecualikan dari pungutan, yalah misalnya bangunan untuk ibadah, bangunan milik

Pemerintah. Bangunan milik Perusahaan Negara tidak diberi pengecualian dari pungutan,

kecuali yang biaya perolehannya kurang dari batas minimum.

Bagi para Menteri, para anggota Lembaga-lembaga Negara, para pegawai Negeri,

para anggota Angkatan Bersenjata, para pegawai Perusahaan Negara, sebagai pemilik

bangunan, dipandang perlu mengadakan perlakuan khusus. Juga para pensiunan, janda

pensiunan, yang bekerja dalam lapangan Pemerintah atau Perusahaan Negara maupun

yang tidak mempunyai usaha lain, diwajibkan membayar sumbangan wajib istimewa sama

dengan seorang pejabat Negara. Jika mereka bekerja pada lapangan swasta, maka

sumbangan wajib istimewanya penuh. Di samping itu pula diperhatikan pemilik-pemilik

bangunan yang keadaannya menurut pertimbangan Menteri Urusan Pendapatan,

Pembiayaan dan Pengawasan kurang mampu.

Mengingat subyek dan obyek pungutan tersebut, maka banyak yang memiliki

bangunan tidak mewah terkena sumbangan wajib istimewa tersebut. Tanggal 31

Desember 1955 diambil sebagai batas, karena soal itu dianggap sebagai permulaan masa

pembangunan' setelah masa rehabilitasi.

PASAL DEMI PASAL.

Perihal 1 :

ke 1: Dengan diadakannya pengertian ini maka yang termasuk bangunan menurut

Peraturan ini tidak saja rumah untuk tempat tinggal, bungalow, tetapi juga

kantor, gudang dan bangunan-bangunan lainnya lagi.

ke-2: Uraian tentang arti pemilik ini perlu oleh karena sumbangan wajib istimewa

terutang oleh Pemilik. Istilah Perusahaan Negara adalah seperti yang

dimaksud dalam Undang-undang No. 19/Prp tahun 1960.

(13)

ke-3: Memperoleh bangunan dapat dengan jalan mendirikan bangunan baru atau

dengan mendapatkannya dari pemilik lain.

Ke-4: Dalam hal orang membeli rumah beserta tanahnya, maka sebagai biaya

perolehan diambil harga rumahnya saja.

ke-5: Saat ini perlu ditetapkan untuk dapat menetapkan biaya perolehannya.

Pasal 2.

(1) Yang dijadikan obyek pungutan sumbangan wajib istimewa ialah :

(a) bangunan-bangunan yang berasal dari pendirian baru dan selesai sesudah

tanggal 31 Desember 1955;

(b) bangunan-bangunan yang diperoleh sesudah tanggal 31 Desember 1955;

Bangunan-bangunan tersebut harus masih ada pada saat mulai berlakunya

Peraturan ini. Bangunan yang pada saat mulai berlakunya Peraturan ini belum

selesai dibangun tidak terkena pungutan tersebut.

(2) Banyak terdapat bangunan-bangunan yang berasal dari sebelum tahun 1956 atau

yang selesai dibangun sesudah tanggal 31 Desember 1955, kemudian sesudah

itu dirombak dan/ atau ditambah dengan biaya yang besarnya 50% atau lebih

dari biaya perolehan minimum dari tahun selesainya perombakan/tambahan

tersebut.

Dalam hal demikian itu maka bangunan ybs. diperlukan seperti bangunan

pendirian baru.

Pasal 3.

Cukup jelas.

Pasal 4.

(2) Nilai biaya perolehan adalah penilaian dari biaya perolehan bangunan pada saat

selesainya/diperolehnya bangunan itu.

(14)

(3) Yang dimaksud dengan Lembaga-lembaga Negara adalah antara lain Majelis

Permusyawaratan Rakyat (Sementara), Dewan Perwakilan Rakyat Gotong

Royong, Dewan Pertim- bangan Agung, Dewan Perancang Nasional dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah.

(4) Pemilik yang menurut pertimbangan Menteri Urusan Pendapatan, Pembiayaan

dan Pengawasan dianggap sebagai kurang mampu diberikan pengurangan

jumlah sumbangan wajib istimewa, akan tetapi jumlah sumbangan wajib yang

harus mereka bayar tidak akan lebih rendah daripada yang harus dibayar oleh

golongan dimaksud pada ayat (3) diatas. Pengurangan diberikan oleh Menteri

Urusan Pendapatan, Pembiayaan dan Pengawasan.

Pasal 5.

(2) Dalam hal ini biaya perombakan/penambahan dipikul oleh penyewa, maka

sudah sewajarnya jika penyewa itu yang dibebani kewajiban membayar

sumbangan wajib istimewa. Untuk selanjutnya mengenai pelaksanaan Peraturan

ini penyewa diperlakukan sebagai pemilik, berarti bahwa kewajiban-kewajiban

dari pemilik menjadi kewajiban penyewa. Sumbangan wajib istimewa dihitung

atas biaya untuk perombakan/tambahan itu.

Pasal 6.

Cukup jelas.

Pasal 7.

(1) Yang dimaksud dengan Kas Negara termasuk Kantor Pos/ Pembantu Kas

Negara.

(2) Penundaan pelunasan dapat terjadi atas permintaan atau tanpa permintaan wajib

sumbang.

(15)

(3) Jika sumbangan wajib istimewa yang terutang setelah dilakukan

tindakan-tindakan penagihan biasa oleh Inspeksi Keuangan belum juga dilunasi,maka

penagihan dengan paksa seperti dimuat dalam Undang-undang No. 19 tahun

1959 (L.N. tahun 1959 No. 63) dilakukan.

Pasal 8.

Surat kuasa untuk menyetor sumbangan wajib istimewa ditetapkan berdasarkan

keterangan-keterangan yang dimuat dalam surat pemberitahuan dari wajib sumbang.

Maka jika ternyata bahwa pemberitahuan itu tidak benar sehingga jumlah

sumbangan wajib istimewa yang ditetapkan itu lebih rendah daripada yang

sebenarnya terutang, ditetapkan tagihan tambahan dengan denda 400% dari selisih

jumlah sumbangan wajib istimewa itu.

Pasal 9 sampai dengan pasal 11.

Cukup jelas.

Pasal 12.

Cukup jelas.

Pasal 13.

Apabila wajib sumbang dapat mengemukakan keterangan- keterangan yang dapat

diterima oleh Menteri Urusan Pendapatan, Pembiayaan dan Pengawasan bahwa

pelanggaran yang berakibat ditetapkannya denda dimaksud pada pasal 6 ayat (4) dan

pasal 8, adalah disebabkan karena kekhilafan atau kelalaian yang dapat dimaafkan

maka denda dikurangkan atau dibatalkan.

Surat permohonan yang diajukan oleh wajib sumbang harus bermeterai Rp. 3,- serta

dilampiri meterai tempel Rp. 3,- untuk surat keputusan.

(16)

Pasal 14.

Untuk menjamin dapat berlangsungnya pelaksanaan Peraturan ini sebagaimana

diharapkan maka para pihak-pihak lain ialah instansi Pemerintah atau Swasta,

perorangan dan badan-badan, dibebani kewajiban untuk membantu memberikan

keterangan- keterangan yang diperlukan oleh Inspeksi Keuangan.

Pasal 15 dan pasal 16.

Cukup jelas.

Diketahui

Sekretaris Negara,

TTD

MOHD. ICHSAN

(17)

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI

UNDANG-UNDANG NO. 16 TAHUN 1962

Tahun selesainya Biaya perolehan

diperolehnya bangunan minimum

1956 ... Rp.

175.000,-1957 ... Rp.

200.000,-1958 ... Rp.

250.000,-1959 ... Rp.

250.000,-1960 ... Rp.

350.000,-1961 ...

Rp.1.000.000,-1962 ...

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak adalah dengan melakukan “tax reform”, yaitu dengan melakukan reformasi

Date: 04/16/17 Time: 17:58 Sample: 1 88. Included

1) Mengingat negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang dapat dipastikan masyarakat membutuhkan transportasi laut, terlebih lagi pulau- pulau terpencil yang hanya

Metode ini mendukung pola pengembangan yang iteratif dan inkremental sehingga proses pengembangan dapat dilakukan lebih sesuai dengan kebutuhan dan dapat mengakomodasi

Persepsi Masyarakat Melayu Tentang Pendidikan Seks bagi Remaja di Lingkungan III Kelurahan Tanjung Pura. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Pemain akan lebih mudah dalam mengenal kota pontianak baik dari budaya dan sejarah karena pemain tersebut secara langsung bisa melihat bentuk dan jenis makanan khas

Dari hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan di MTs Sunan Kalijaga Kranding, dapat diketahui bahwa dalam melaksanakan pembelajaran guru mata pelajaran

KEEMPAT : Izin dimaksud diktum KESATU diberikan untuk jangka waktu 6 bulan, dan selama jangka waktu tersebut pemegang harus telah memasukkan seluruh bibit/benih yang diizinkan