• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINE (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINE (2)"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

JURNAL PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI SYARIAH

ECONOMICA SHARIA

SEKOLAH TINGGI EKONOMI DAN BISNIS SYARIAH (STEBIS) IGM PALEMBANG

Volume 2 Nomor 2 Februari 2017 ISSN : 2461-002X

Penanggung jawab : Dr. Ir. Hj. Neny Rostiati, M.Si Pimpinan Redaksi : H. Muhammad Siddiq, Lc., M.H.I Anggota Redaksi : Havis Aravik, S.H.I., M.S.I

Mustikawati, M.Si Saprida, M.H.I

Nova Yanti Maleha, S.E., MM

Penyunting Ahli : Dr. H. Marzuki Alie Dr. H. Heri Junaidi, MA

Dr. H. Edison Saifullah, Lc. MA Dr. Drs. A. Rifai Abun, M.Hum Dr. Sumi Amariena Hanim, MT. Dr. Tien Yustini, S.E., M.Si

H. Harsi Romli, S.E. Akt., MM., CA Hamid Halin, S.E., MM

Pelaksana Teknis : Waldi Nopriansyah, S.H.I., M.S.I

Redaksi menerima sumbangan artikel yang sesuai dengan misi jurnal Economica Sharia danbelum pernah dipublikasikan. Naskah diketik di atas kertas HVS A4

(3)

Volume 2 Nomor 2 Februari 2017 ISSN : 2461-002X

ECONOMICA SHARIA

Jurnal Pemikiran dan Pengembangan Ekonomi Syariah

DAFTAR ISI

Editorial

 KELEMAHAN SISTEM EKONOMI KAPITALISME DAN SOSIALISME

MENURUT MUHAMMAD SHARIF CHAUDHRY DALAM

KARYANYA FUNDAMENTAL OF ISLAMIC ECONOMIC SYSTEM .. 1 - 16

Oleh: Hoirul Amri

 EKSISTENSI PKL PEREMPUAN DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN EKONOMI KELUARGA MISKIN ... 17- 33 Oleh: M. Alfan Jamil, Siti Mardiah

 PENGARUH KOMPENSASI DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA DOSEN DI STEBIS ... 34 - 57 Oleh: Agustina Heryati

 SISTEM PELAKSANAAN ZAKAT PROFESI DI DESA PRAMBATAN KECAMATAN ABAB KABUPATEN PALI ... 58 - 71 Oleh: Saprida

 PERKEMBANGAN SUKUK DI INDONESIA, MALAYSIA, DAN DUNIA. . ..72 - 84 Oleh: Melis

 PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA

PEGAWAI DINAS PENYELAMATAN PEMADAM KEBAKARAN (PKK) DIKOTA PALEMBANG... ... 85 - 96 Oleh: Suryadi

 ESENSI ZAKAT SEBAGAI INSTRUMEN FINANSIAL ISLAMI DALAM

PANDANGAN MUHAMMAD NEJATULLAH SIDDIQI…………. 97 - 108

Oleh: Havis Aravik

(4)

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA

PEGAWAI DINAS PENYELAMATAN PEMADAM

KEBAKARAN (PPK) DI KOTA PALEMBANG

Suryadi

(Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Abdi Nusa Palembang) Email : Suryadi.zahra@gmail.com

ABSTRACT

The influence of leadership style to work performance of project workers at Dinas Penyelamatan Pemadam Kebakaran (PPK) at Palembang City. This reseach is made for knowing the influence of leadership style to work performance simultaneously. This reseach Usesndesign survey by collecting information from respondents using list of questionnaire structurally that depends on the needs and related with the tittle of this reseeach. The variable of this reseach are leadership style varisble (X1), and work performance variable (Y). This reseach in volves 50 respondents. The instruments for leadersip style, work performance of project worker are validatet by formula of product moment correla tion. The reability instrument is using alpha cronbach and for the analize, it,s using regression. The research results showed that leadership style variable les have positive influences for work performance of project staff at Dinas Penyelamatan Pemadam Kebakaran (PPK) at Palembang City even partially.

Kata Kunci : leadership, performance

Pendahuluan

Aktivitas manajemen di dalam sebuah organisasi selalu dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan organisasi tersebut. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kemajuan dan kelangsungan dari sebuah organisasi adalah faktor Sumber Daya Manusia (SDM). Sumber Daya Manusia merupakan unsur yang penting dalam suatu organisasi dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan baik di lembaga pemerintahan maupun pada perusahaan. Oleh karena itu Sumber Daya Manusia perlu lebih diperhatikan dan dilembagakan.

(5)

pemimpin dan mengarahkan. Bagaimanapun juga kemampuan seorang manajer untuk memimpin secara efektif akan mempengaruhinya untuk mengelola tetapi seorang pemimpin hanya membutuhkan kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Pemimpin diartikan sebagai orang yang mempunyai tugas utnuk mengarahkan dan membimbing bawahan dan mampu memperoleh dukungan dari bawahannya sehingga dapat menggerakkan mereka kearah pencapaian tujuan organisasi.

Wirawan (2003:19) mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses pemimpin menciptakan visi mempengaruhi sikap, perilaku, pendapat, nilai-nilai, norma dan sebagainya dari pengikut untuk merealisasi visi. Kepemimpinan merupakan suatu proses bukan sesuatu yang terjadi seketika. Kepemimpinan menurut Siagian (2002:63) adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain sehingga orang itu mampu melakukan kehendak pemimpin meskipun secara pribadi, hal itu mungkin tidak disenanginya. Sedangkan menurut Imam Mujiono (2002 : 45) menambahkan bahwa ada empat kepemimpinan yaitu ; Kepemimpinan direktif, Kepemimpinan konsultatif, Kepemimpinan partisipasi dan Kepemimpinan delegasi.

Karakteristik tersebut dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut :

1. Kepemimpinan direktif yaitu pemimpin pada umumnya membuat keputusan-keputusan penting dan banyak terlibat dalam pelaksanaanya. Semua kegiatan terpusat pada pemimpin dan sedikit saja kebebasan orang lain untuk berkreasi dan bertindak yang diizinkan.

2. Kepemimpinan konsultatif yaitu pemimpin lebih banyak melakukan interaksi dengan para staf dan anggota organisasi. Fungsi pemimpin lebih banyak berkonsultasi, memberikan bimbingan, motivasi, memberikan nasehat dalam rangka mencapai tujuan.

3. Kepemimpinan partisipatif yaitu pimpinan lebih cenderung memberikan kepercayaan pada kemampuan staf untuk menyelesaikan pekerjaan sebagai tanggung jawab mereka. Sementara itu kontak konsultatif terus berjalan.

(6)

Usaha-usaha yang dilakukan oleh pimpinan untuk memacu meningkatkan kinerja bawahan yang secara komulatif tentunya akan meningkatkan gaya dari organisasi itu sendiri. Setiap pemimpin memiliki gaya yang berbeda, apakah demokratis atau otoriter. Untuk mencapai dan membangun kinerja sumber daya manusia sesungguhnya merupakan proses panjang yang harus dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu faktor penting untuk itu adalah manajerial efektif dari seorang manajer dalam mengendalikan dan mengelola sumber daya termasuk sumber daya manusia di dalam organisasinya.

Mangkunegara (2005:67), kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Soelaiman (2007:1), menyatakan kinerja sebagai sesuatu yang dikerjakan dan dihasilkan dalam bentuk produk maupun jasa dalam periode tertentu dan ukuran tertentu oleh seseorang atau sekelompok orang yang didasarkan pada kecakapan, kemampuan, pengetahuan maupun pengalamannya. Hasibuan (2007:87), berpendapat penilaian prestasi kerja karyawan dilakukan untuk mengetahui prestasi yang dapat dicapai karyawan. Apakah prestasi yang dicapai setiap karyawan baik, sedang atau kurang, dan berguna untuk menetapkan tindakan kebijaksanaan selanjutnya.

Sedangkan Notoatmodjo (2003:23) kinerja adalah status kemampuan yang diukur berdasarkan pelaksanaan tugas sesuai uraian tugasnya. Kinerja merupakan suatu yang dicapai oleh pekerja dalam bidang pekerjaannya menurut kriteria yang berlaku untuk suatu pekerjaan tertentu dan dievaluasi oleh orang-orang tertentu. Sehingga akan tercapai tujuan yang diharapkan.

(7)

Pelatihan terhadap Kinerja pengawas, menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan.

Gaya kepemimpinan dapat disintasis dalam tiga dimensi dan indikator, yaitu: Gaya Kepemimpinan direktif yang mempunyai indikator; dalam pembuatan keputusan, peranan bawahan dalam melaksanakan tugas, dan pelaksanaan tugas sehari-hari. Gaya Kepemimpinan konsultatif mempunyai indikator; interaksi dan kerja sama, serta perhatian dan bimbingan. Gaya Kepemimpinan partisipatif mempunyai indikator; tingkat kepercayaan terhadap bawahannya, dan tanggung jawab terhadap tugas. Gaya Kepemimpinan delegatif mempunyai indikator; inisiatif bawahan, sasaran organisasi, serta pemecahan masalah.

Sedangkan yang menjadi indikator dari variabel Kinerja adalah melaksanakan tugas sehari-hari, menghadiri kegiatan lembaga, menyelesaikan tugas yang diembannya, kemampuan memecahkan masalah, sikap terhadap anggota, kerja sama tim, cara bekerja, tindakan yang dilakukan di dalam melaksanakan tugas, tingkat kesalahan dalam tugas, volume dalam melakukan kerjaan, kesanggupan mengatasi beban kerja, dan kesanggupan di dalam pemecahan masalah.

Berdasarakan fenomena di atas, maka penelitian ini dipandu oleh hipotesis: Terdapat pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai Dinas Penyelamatan Pemadam Kebakaran di Kota Palembang.

Metode Penelitian

Desain penelitian ini adalah menggunakan metode survey, Sugiono (2007:66). Sedangkan di dalam aplikasinya, penelitian ini dipakai penelitian korelasi (correlation study). Penelitian tersebut merupakan peneliti yang dirancang untuk menentukan tingkat pengaruh/hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi.

(8)

Populasi menurut Haryono (2007:98) adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memliki karakterisitik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai di lingkungan Dinas Penyelamatan Pemadam Kebakaran (PPK), Penelitian ini peneliti mengambil jumlah populasi 50 orang, karena jumlah populasi terbagi atas tingkatan atau golongan, sedangkan semua tingkatan harus mewakili, maka peneliti menggunakan teknik Stratified random sampling (secara acak). Data yang digunakan adalah data sekunder dan primer yang bearasl dari jawaban responden. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah kuesioner, selanjutnya data yang diperoleh diolah dengan bantuan program SPSS. Sedangkan teknik analisis data menggunakan teknik statistika deskriptif dan statistika inferensial.

Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Tabel. 1

DATA PENELITIAN VARIABEL KINERJA (Y)

P 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

X

4.2 3.8 3.9 4.6 4.2 3.5 3.5 3.5 3.7 3.9 4.4 4.7 4 3.9 3.2 4.2 3.6 3.4

Sumber : Perhitungan data tahun 2014

Berdasarkan analisis butir-butir instrument, dari delapan belas pernyataan nilai rata-rata yang paling rendah berkisar pada 3,2 pada butir pernyataan nomor 15 yaitu tentang pengalaman dengan indikator tingkat kesalahan dalam tugas. Sedangkan pernyataan yang yang paling tinggi terdapat pada butir pernyataan nomor 12, yaitu tentang indicator kemampuan memecahkan masalah.

Tabel. 2

DATA PENELITIAN VARIABEL GAYA KEPEMIMPINAN (X1) P 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 X

4.1 3.3 3.9 4.6 4.2 3.9 3.6 3.4 3.5 3.7 4.3 4.1 4,1 3.9 4,8 3.6 3.6 3.2

Sumber : Perhitungan data tahun 2014

(9)

paling tinggi dengan rata-rata 4,8 terdapat pada pernyataan nomor 15 dengan indikator tanggung jawab bawahan terhadap tugas.

Tabel.3

Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel

Penelitian

Hasil

Perhitungan R table Keterangan Y

Sumber : Data diolah peneliti dengan program SPSS

Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai-nilai Cronabch’s Alpha untuk masing-masing variabel adalah lebih besar dari R tabel (0,312), yang berarti bahwa nilai masing-masing variabel adalah reliabel.

Tabel.4

Sumber : Data diolah peneliti dengan program SPSS

Berdasarkan tabel di atas, nilai Asymp. Sig untuk masing-masing variabel Kinerja Pegawai (Y) = 0,366, variabel Gaya Kepemimpinan (X1) = 0,958. Nilai Asymp. Sig > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data variabel Kinerja Pegawai dan variabel Gaya Kepemimpinan berdistribusi normal.

(10)

Berdasarkan tabel di atas untuk kedua variabel (Y dan X1) diperoleh masing-masing sebesar 0,231 dan 0,930 semuanya lebih besar dari α (0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa data populasi memiliki varians homogen.

Tabel.6

Hasil Pengujian Linearitas

No Variabel Asymp.

Sig. α (0,05) Keterangan

1 Y atas X1 0,715 0,05 Linear

Sumber : Data diolah peneliti dengan program SPSS

Berdasarkan tabel di atas didapat nilai Sig. pada baris Deviation fromLiniarity pada kedua ANOVA Table, diperoleh sebesar 0,715 lebih besar dari α (0,05). Maka Ho

Berdasarkan histogram di atas, terlihat bahwa Gaya Kepemimpinan yang dilakukan pada Dinas Penyelamatan Pemadam Kebakaran kota Palembang sudah baik, berikut data statistic yang diproses melelui program SPSS 12.00 :

(11)

b). Mean untuk skor Gaya Kepemimpinan adalah 70,2 c). Median adalah angka titik tengah data yaitu 70,0

d). Standar Deviasi adalah 5,508 dan Varian merupakan kelipatan standar deviasi adalah 30,341 dengan tingkat kepercayaan 95%, maka sebaran data rata-rata adalah : Rata-rata ± 2 Standar Deviasi

Jadi : 70,2 ± (2 x 5,508) = 59,184 sampai 81,216

e). Ukuran Skewness adalah -0,049 untuk analisis nilai tersebut diubah menjadi angka rasio : nilai skewness/standar error skewness.

Atau dalam kasus ini rasio skewness adalah -0,049/0,398 = -0,123, dimana jika rasio skewness berada diantara -2 dan +2 maka distribusi data adalah normal. f). Range adalah data maksimum – data minimum. Data maximum adalah 80 dan

data minimum adalah 60, sehingga range adalah 20.

g). Sum merupakan jumlah dari semua data yang diproses, yaitu 2457 h). Percentiles :

Skor Gaya Kepemimpinan 10% berada di bawah 65,70 atau juga bisa dikatakan 20% berada di bawah 73,20, dan seterusnya.

Deskripsi Kinerja Pegawai (Y)

Berdasarkan histogram di atas, kinerja pegawai sudah cukup baik, berikut data statistik yang diperoleh melelui program SPSS, untuk variabel Kinerja Pegawai :

(12)

c). Median adalah angka titik tengah data yaitu 75,00

d). Standar Deviasi adalah 3,05 dan Varian merupakan kelipatan standar deviasi adalah 11,314 dengan tingkat kepercayaan 95%, maka sebaran data rata-rata adalah : Rata-rata ± 2 Standar Deviasi

Jadi : 74,60 ± (2 x 3,05) = 68,50 sampai 80,70

e). Ukuran Skewness adalah -0,310 untuk analisis nilai tersebut diubah menjadi angka rasio : nilai skewness/standar error skewness.

Atau dalam kasus ini rasio skewness adalah -0,310/0,398 = -0,778, dimana jika rasio skewness berada diantara -2 dan +2 maka distribusi data adalah normal. f). Range adalah data maksimum – data minimum. Data maximum adalah 81 dan

data minimum adalah 68, sehingga range adalah 13.

g). Sum merupakan jumlah dari semua data yang diproses, yaitu 2616 h). Percentiles :

Skor Kinerja Pegawai 10% berada di bawah 60,00 atau juga bisa dikatakan 20% berada di bawah 60,20, dan seterusnya.

Pengaruh Gaya Kepemimpinan (X1) terhadap Kinerja Pegawai (Y)

Tabel.7

Hasil Analisis Koefesien Regresi Gaya Kepemimpinan (X1) Terhadap Kinerja (Y)

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 66.405 6.638 10.003 .000

gaya

kepemimpinan (X1)

.116 .094 .622 1.234 .026

a Dependent Variable: kinerja (Y)

Sumber : Data diolah peneliti dengan program SPSS

Berdasarkan hasil analisis koefesien regresi sederha pada tabel tersebut, maka rumus persamaan regresi sederhana Pengaruh Gaya Kepemimpinan (X1) terhadap Kinerja Pegawai (Y) adalah :

(13)

Dari rumus di atas dapat dijelaskan bahwa konstanta regresi adalah 66,405 dan koefesien regresi Gaya Kepemimpinan adalah 0,116, artinya jika tidak ada Gaya Kepemimpinan maka skor Kinerja Pegawai sebesar 66,405. Sedangkan untuk penambahan satu satuan skor Gaya Kepemimpinan akan meningkatkan skor Kinerja Pegawai sebesar 0,116.

Berdasarkan tabel di atas Gaya Kepemimpinan (X1) didapat Nilai Sig. t = 0,026 < 0,05, berarti terima H1 dan tolak H0.

Kesimpulan : Terdapat pengaruh positif antara Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai.

Koefesien Korelasi dan Determinasi (R2) Tabel. 8

a Predictors: (Constant), gaya kepemimpinan b Dependent Variable: kinerja

Sumber : Data diolah peneliti dengan program SPSS

Kemudian untuk melihat besarnya pengaruh antara variabel tersebut dapat

diketahui melalui koefesien determinasi (R2) antara Gaya Kepemimpinan (X1) terhadap Kinerja Pegawai (Y) yaitu sebesar (R2) = 0,622. Artinya variabel Kinerja Pegawai dapat dipengaruhi oleh variabel Gaya Kepemimpinan sebesar 62.2%.

Kriteria penilaian untuk nilai R adalah sebagai berikut (Haryono, 2007:190) : Tabel. 9

(14)

 Jika ada data yang membentuk pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu dan teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka telah terjadi heteroskedastisitas.

 Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Uji Heteroskedastisitas

Berdasarkan gambar di atas maka terdapat pola yang jelas serta titik-titik yang terkumpul rapi di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan terjadi heteroskedastisitas.

Simpulan Dan Saran 1. Simpulan

Terdapat pengaruh positif Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai Dinas Penyelamatan Pemadam Kebakaran (PPK) di Kota Palembang.

2. Saran

Bagi Pimpinan Dinas Penyelamatan Pemadam Kebakaran kota Palembang agar meningkatkan Gaya Kepemimpinan dengan baik terhadap pegawainya. Selain itu juga agar meningkatkan kemampuan para pegawai dalam melaksanakan tugasnya demi mencapai kinerja yang baik.

Normal P-P Plot of Regression Standard

Dependent Variable: Kinerja Pegaw ai (Y

Observed Cum Prob

1. 00 . 75

. 50 . 25

0. 00 1. 00

. 75

. 50

. 25

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Bahri, Samsul, 2001. Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Pelatihan Terhadap Kinerja Pengawas. Jurnal Tesis, Pascasarjana Universitas Sriwijaya, Palembang.

Haryono, Siswoyo, 2007. Statistik Penelitian Manajemen dengan Program SPSS.

Hasibuan, Malayu, S.P, 2007. Organisasi dan Dasar Peningkatan Produktivitas. Cetakan kedua, Bumi Aksara, Jakarta.

Mangkunegara, Anwar Prabu, 2005. Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Penerbit Refika Aditama, Bandung.

Mujiono, Imam, 2002, Kepemimpinan dan Organisasi, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia, PT. Ranika Cipta, Jakarta.

Nusyirwan, 2002. Kepemimpinan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Sondang P. Siagian, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta, Bumi Aksara. Soelaiman Sukmalana, 2007. Manajemen Kinerja (P erformance Manajemen).

.

Sugiono, 2007, Metodologi Penelitian Administrasi, CV. Alfabeta, Bandung.

Wirawan, 2003. Kapita Selekta Teori Kepemimpinan jilid I dan II, Yayasan Bangun Indonesia dan Uhamka press, Jakarta.

(16)

ESENSI ZAKAT SEBAGAI INSTRUMEN FINANSIAL ISLAMI

DALAM PANDANGAN MUHAMMAD NEJATULLAH SIDDIQI

Havis Aravik

Dosen Sekolah Tinggi Ekonomi dan Bisnis Syariah Indo Global Mandiri (STEBIS IGM) Palembang

Email : havis@stebisigm.ac.id

Abstrak

Studi ini membahas tentang esensi zakat sebagai instrumen finansial Islami dalam pandangan Muhammad Nejatullah Siddiqi. Hasil studi ini memperlihatkan bahwa Muhammad Nejatullah Siddiqi merupakan salah satu ekonomi Islam kontemporer dari golongan mainstrem. Pemikiran tentang zakat senantiasa terkait dengan ekonomi Islam. Zakat merupakan kewajiban orang-orang kaya, hak orang-orang miskin, dan negara mempunyai peran penting dalam pengelolaannya. Di dalamnya mengandung aspek moral, sosial, dan ekonomi. Zakat adalah poros dan pusat keuangan negara. Kedudukannya satu sisi dapat menjadi sumber potensial untuk mengentaskan kemiskinan di sisi lain dapat menjadi modal kerja bagi orang miskin agar dapat membuka lapangan pekerjaan. Bahkan dapat dipergunakan sebagai perisai terakhir bagi perekonomian agar tidak terpuruk ketika kemampuan konsumsi mengalami stagnasi.

Kata Kunci; Muhammad Nejatullah Siddiqi, Zakat, dan Ekonomi Islam

Dasar Pemikiran

(17)

Sedangkan penghapusan riba merupakan keniscayaan. Menurut al-Ghazali mempraktekkan riba itu sama artinya dengan memenjarakan uang sedemikian rupa sehingga uang tidak dapat memainkan fungsi-fungsi utamanya. Di masyarakat, praktek ini tentu membawa implikasi yang serius pada terciptanya penipuan, kezaliman, dan ketidakadilan sosio-ekonomi. Maka, salah satu argumentasi mengapa Islam melarang praktek ekonomi riba ialah untuk menghilangkan semua ketidakadilan ekonomi tersebut (Hoetoro, 2007: 147).

Tulisan berikut ini akan mengkaji esensi zakat sebagai instrumen finansial islami dalam pandangan Muhammad Nejatullah Siddiqi. Sebagai salah satu tokoh ekonomi Islam kontemporer dari madzhab mainstrem, pandangannya tentang zakat penting untuk diketengahkan untuk melihat lebih jauh posisi pemikiran dan sumbangsihnya terhadap ekonomi Islam dalam konteks kekinian.

Biografi Muhammad Nejatullah Siddiqi

Muhammad Nejatullah Sidiqi merupakan salah satu tokoh ekonomi Islam dari mazhab Mainstream yang berkontribusi besar dalam perkembangan ekonomi Islam, terutama pada periode kontemporer ini (Chamid, 2010: 340). Ia lahir di Gorakhpur, India pada tahun 1931. Siddiqi menempuh pendidikannya di Aligarh Muslim University, India. Ia tercatat sebagai murid dari Sanvi Darsgah Jamaat-e-Islami Hind, Rampur. Ia juga mengeyam pendidikan di Madrasatul Islah, Saraimir, Azamgarh (http://www.siddiqi.com/mns/mns_cv3.html di akses tanggal 15 Desember 2016, jam 21. 00 WIB).

Karir Siddiqi dimulai saat ia menjabat sebagai Associate Professor Ekonomi dan Profesor Studi Islam di Aligarh University dan sebagai Profesor Ekonomi di Universitas King Abdul Aziz Jeddah dan menjadi salah satu pelopor yang mendirikan International Centre For Research In Islamic Ekonomic. Kemudian Ia juga mendapat jabatan sebagai

fellow di Center for Near Eastern Studies di University of California, Los Angeles. Setelah itu, ia menjadi pengawas sarjana di Islamic Research & Training Institute, Islamic Development Bank, Jeddah.

(18)

Faizal Internasional Prize dalam bidang studi Islam tahun 2001. Ia juga mendapat beberapa penghargaan di bidang pendidikan seperti Shah Waliullah Award in New Delhi (2003), A Prolific Writer in Urdu on Subjects as Islami Adab (1960), Muslim Personal Law (1971), Islamic Movement in Modern Times (1995).

Karya ilmiah Siddiqi yang berhasil dipublikasikan secara luas dan dicetak dalam beberapa bahasa terutama bahasa Inggris antara lain : Recent Theories of Profit, A Critical Examination (1971), Muslim Personal Law (1972), Some Aspects of the Islamic Economy (1972), Economic Enterprise in Islam (1972), Contemporary Literature on Islamic Economics (1972), Muslim Economic Thinking (1981), Issues in Islamic Banking (1983), Banking Without Interest (1983), Partnership and Profit-Sharing in Islamic Law (1985), Insurance in an Islamic Economy (1985), Teaching Economics in Islamic Perspective (1996), Role of State in Islamic Economy (1996), Economics, An Islamic Approach (2001), Islamic Public Economics (2001), Dialogue in Islamic Economics (2002), Riba, Bank Interest and the Rationale of its Prohibition (2004), dan

Islamic Banking and Finance in Theory and Practice: A Survey of the Art (2006) (http://www.siddiqi.com/mns/mns_cv3.html di akses tanggal 15 Desember 2016, jam 21. 00 WIB).

Esensi Zakat Sebagai Instrumen Finansial Islami Menurut Muhammad Nejatullah Siddiqi

Muhammad Nejatullah Siddiqi termasuk salah satu ekonom Islam kontemporer yang digolongkan ke dalam aliran mainstrem dalam pemikiran ekonomi Islam. Hal ini karena pendekatan ekonomi Siddiqi pada dasarnya adalah neoklasik yang dimodifikasi, dengan mencoba untuk menekankan kebutuhan akan adanya persatuan antara fiqh dan ilmu ekonomi sebagaimana pendekatan neo klasik berbasis fiqh lainnya.

(19)

sepanjang waktu, namun untuk menunjang penerimaan zakat, negara diperbolehkan memungut pajak lain jika diperlukan (Siddiqi, 1983: 45).

Zakat secara bahasa berarti an-numu wa az-ziyadah (tumbuh dan berkembang). Kadang-kadang dipakai dengan makna ath-thaharah (suci), al-barakah (berkah). Zakat dalam pengertian suci, adalah membersihkan diri, jiwa, dan harta. Seseorang yang mengeluarkan zakat berarti dia telah membersihkan diri dan jiwanya dari penyakit kikir, membersihkan hartanya dari hak orang lain. Sementara itu, zakat dalam pengertian berkah adalah sisa harta yang sudah dikeluarkan zakatnya secara kualitatif akan mendapatkan berkah dan akan berkembang walaupun secara kuantitatif jumlahnya berkurang (QS. At-Taubah [9]: 103). Dan jika pengertian itu dihubungkan dengan harta, maka, zakat adalah bagian dari harta yang wajib diberikan oleh setiap muslim yang memenuhi syarat kepada orang-orang tertentu, dengan syarat-syarat tertentu pula agar dapat bertambah karena suci dan berkah (membawa kebaikan bagi hidup dan kehidupan yang punya) (Sholahuddin, 2014: 265).

Dalam al-Qur’an terdapat 32 buah kata zakat, bahkan sebanyak 82 kali diulang sebutannya dengan memakai kata-kata yang sinonim dengannya, yaitu sedekah dan infak. Pengulangan tersebut mengandung maksud bahwa zakat mempunyai keduduakn, fungsi dan peranan yang sangat penting. Dari 32 kata yang terdapat di dalam al-Qur’an, 29 kata di antaranya bergandengan dengan kata shalat seperti surah al-Muzammil [73]: 20, al-Bayyinah [98]: 5; Maryam [19]: 31; al-Baqarah [2]: 43, 83, 227; al-Anbiya [21]: 73, dan al-Maidah [5]: 12,55. Hal ini memberi isyarat tentang eratnya hubungan antara ibadah zakat dengan ibadah shalat (Qadir, 2007: 43).

Dalam perspektif fiqh, zakat merupakan mengeluarkan bagian tertentu dari harta tertentu yang telah sampai nisabnya untk orang-orang yang berhak menerimanya (mustahiq zakat) dengan syarat-syarat tertentu. Orang yang menjadi mustahiq zakat berdasarkan surah At-Taubah [9] ayat 60 adalah fakir, miskin, amil, para muallaf, hamba sahaya (riqab), orang-orang yang berhutang (gharimin), fi sabililah, dan para musafir (ibn sabil) (Rozalinda, 2014: 248-262).

(20)

Maryam [19]: 31, At-Taubah [9]: 60). Mengingat kedudukan zakat sebagai rukun Islam ketiga dan memiliki dampak sosial ekonomi yang baik dan efektif. Bahkan, Abu Bakar Shiddiq, khalifah pertama setelah Nabi Muhammad SAW wafat, memerangi orang-orang yang enggan membayar zakat (Zuhri, 2000: 9).

Di dalam zakat mengandung aspek moral, sosial, dan ekonomi. Dalam aspek moral, zakat mengikis habis ketamakan dan keserakahan kelompok orang kaya. Dalam aspek sosial, zakat bertindak sebagai alat khas yang diberikan Islam untuk menghapuskan kemiskinan dalam masyarakat dengan menyadarkan kelompok kaya akan tanggungjawab sosial yang mereka miliki. Sementara dalam aspek ekonomi, zakat mencegah penumpukan kekayaan dalam tangan segelintir orang, memungkinkan kekayaan utuk disebarkan sebelum sempat menjadi besar, dan sangat berbahaya di tangan para pemiliknya. Zakat merupakan sumbangan wajib kaum muslimin untuk perbendaharaan negara (Mubarak, 2014: 118-119, Huda, dkk, 2015: 10).

Zakat disebut pula sebagai salah satu karakteristik ekonomi Islam mengenai harta yang tidak dimiliki dalam bentuk perekonomian lain, karena sistem perekonomian di luar Islam tidak mengenal tuntutan Allah kepada pemilik harta agar menyisihkan sebagian harta tertentu sebagai pembersih jiwa dari sifat kikir, dengki, dan dendam (Huda, dkk, 2015: 10). Maka dari itu, Islam menjadikan instrumen zakat untuk memastikan keseimbangan pendapatan di masyarakat. Hal ini mengingat tidak semua orang mampu bergelut dalam kancah ekonomi. Dengan kata lain, sudah menjadi sunatullah jika di dunia ini ada yang kaya dan miskin. Pengeluaran dari zakat adalah pengeluaran minimal untuk membuat distribusi pendapatan menjadi lebih merata (Rozalinda, 2014: 249).

(21)

aspek ekonomi (QS. an-Nahl [16]: 90; An-Nisa [4]: 58, al-An’am [6]: 152, al-A’raf [7]: 28, dan al-Hadid [57]: 25).

Menurut Siddiqi zakat selain harus dilihat sebagai alat manajemen bagi keadilan ekonomi, juga harus mempertimbangkan apresiasi atau depresiasi terhadap nilai uang yang ditentukan pasar (Kamil, 2016: 45). Karena zakat merupakan sumber utama penerimaan negara, namun tidak dipandang sebagai pajak melainkan lebih sebagai kewajiban agama, yaitu sebagai salah satu rukun Islam. Karena itulah maka zakat merupakan poros keuangan negara Islam.

Zakat bersifat tetap dan para penerimanya juga sudah ditentukan (asnaf delapan). Zakat tidak menyebabkan terjadinya efek negatif atas motivasi kerja. Justru zakat menjadi pendorong kerja, karena tak seorangpun ingin menjadi penerima zakat sehingga ia rajin bekerja agar menjadi orang yang senantiasa membayar zakat. Selain itu, jika seseorang membiarkan hartanya menganggur, maka ia akan semakin kehilangan hartanya karena dikurangi dengan pengeluaran zakat tiap tahun. Ia harus bekerja dan hartanya harus produktif.

Kedudukan zakat dalam kebijakan fiskal perlu dikaji lebih mendalam. Salah satunya dengan melakukan penelusuran sejarah masyarakat muslim sejak masa Rasulullah saw sampai sekarang. Hal itu penting karena zakat memiliki dua fungsi, yaitu fungsi spiritual dan fungsi sosial (fiskal). Fungsi spiritual merupakan tanggungjawab seorang hamba kepada Tuhannya yang mensyariatkan zakat. Sedangkan fungsi sosial adalah fungsi yang dimainkan zakat untuk membiayai proyek-proyek sosial yang dapat juga diteruskan dalam kebijakan penerimaan dan pengeluaran negara. Maka zakat tidak dapat dipahami hanya sekedar kedermawanan (charity) yang tidak memiliki implikasi terhadap peningkatan kualitas pertumbuhan ekonomi, kendati faktanya memang hingga saat ini, instrumen zakat masih terkesan dianggap sebagai instrumen kelas dua dalam konteks kebijakan fiskal (fiscal policy) (Iswanto, 2013: 81).

(22)

pertentangan kelas karena ketajamannya perbedaan pendapatan. Pelaksanaan zakat oleh negara akan menunjang terbentuknya keadaan ekonomi yang “growth with equality”; peningkatan produktifitas yang dibarengi dengan pemerataan pendapatan serta peningkatan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

Berkaitan dengan zakat itu, Islam memandang; pertama, akumulasi kekayaan seseorang dibangun di atas keringat orang-orang miskin, karena di dunia ini tidak ada seorang kaya pun, baik pedagang, petani, pengusaha konglomerat, dan pejabat sekalipun yang bisa beraktivitas,tanpa kehadiran orang-orang yang berekonominya lemah. Karena itu, Zakat Infak dan Sedekah adalah bentuk ucapan terima kasih dan kerja sama kalangan kaya dan miskin. Kedua, kesenjangan ekonomi akan mengakibatkan hancurnya sendi-sendi tatanan sosial dan peradaban (Kamil, 2016: 50).

Zakat merupakan sumber potensial untuk mengentaskan kemiskinan bahkan menjadi salah satu tumpuan utama umat Islam dalam mengentaskan kemiskinan (Jasafat, 2015: 1). Zakat dapat berfungsi sebagai modal kerja bagi orang miskin agar dapat membuka lapangan pekerjaan. Dia bisa berpenghasilan dan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Atau sebagai tambahan modal bagi seseorang yang kekurangan modal sehingga usahanya dapat berjalan lancar, penghasilannya pun bertambah, dan dapat mencukupi kebutuhan hidupnya. Dengan demikian, beban negara dalam masalah pengangguran dan kemiskinan bisa terkurangi (Rozalinda, 2014: 271).

Secara riil zakat menekan tingkat pengangguran dapat dilihat pada dua keadaan. (a) implementasi zakat membutuhkan tengaga kerja dalam pengelolaannya. (b) perubahan mustahik yang awalnya tidak memiliki akses pada ekonomi menjadi golongan yang lebih baik secara ekonomi, tentu saja meningkatkan angka partisipasi tenaga kerja (Sakti, 2007: 188).

(23)

dalam perekonomian Islam. Jadi, zakat sangat signifikan perannya dalam ekonomi dalam tingkat velocity dalam perekonomian (Rozalinda, 2014: 272).

Pada sisi makro ekonomi, fungsi utama zakat tidak dapat dipisahkan sebagai variabel utama peningkatan sisi permintahan (demand) dalam sistem ekonomi. Peningkatan angka konsumsi selanjutnya secara keseluruhan mendorong peningkatan kinerja perekonomian yang otomatis mendukung pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Pada sisi produksi, mekanisme zakat menjaga transaksi di pasar agar barang hasil produksi terus dapat diserap oleh pasar. Par produsen yang berperan sebagai muzakki dalam mekanisme zakat akan memastikan dirinya akan selalu memberikan hak kaum miskin berupa zakat. Untuk itu, terhadap biaya produksi, zakat mempunyai pengaruh yang signifikan.

Hal ini dapat dilihat dari dua aspek; pertama, pengaruh kewajiban membayar zakat terhadap perilaku penawaran. Zakat yang dikenakan kepad hasil produksi dijual dan hasil penjualan telah mencapai nisab dan haul. Bila nisab dan haul telah terpenuhi, maka dikenakan zakat sebanyak 2.5 %. Pengenaan zakat terhadap barang perniagaan tidak berpengaruh terhadap biaya produksi, karena zakat dikeluarkan terhadap keuntungan sehingga produsen tidak membebankannya kepada biaya produksi. Berbeda halnya dengan pajak yang dikenakan terhadap barang produksi (pajak tambahan nilai) yang mengakibatkan komponen biaya meningkat.

Kedua, pengaruh zakat terhadap perilaku mustahik. Di mana jika zakat dialokasikan untuk kegiatan produktif akan membuka peluang kepada mustahik untuk melakukan kegiatan produksi. Mustahik yang produktif dengan dana zakat yang ada dapat menawarkan barang dan jasa yang lebih kompetitif (Rozalinda, 2014: 274).

Analisa dan Kritik Konstruktif

(24)

sunnah, seperti larangan riba dan kewajiban membayar zakat dalam sistem ekonomi Islam (Ulum, 2013: 2).

Dalam masalah zakat, Siddiqi melihat zakat sebagai rukun Islam yang sangat strategis, dan masih banyak umat Islam, bahkan ulama yang keliru memahami zakat. Di tambah lagi kitab-kitab fiqh zakat lama banyak mengemukakan segi-segi perbedaan pendapat dan belum mengemukakan persoalan kontemporer seperti jenis kekayaan potensial yang wajib dizakati, hasil jasa, dan berbagai komoditi yang mempunyai nilai ekonomi lainnya (Qadir, 2007: 70).

Islam memberikan tuntutan untuk tidak hanya memenuhi kebutuhan jangka pendek (duniawi) melainkan juga harus memenuhi kebutuhan jangka panjang (akhirat). Permintaan harus dihentikan setelah kebutuhan dunia terpenuhi, karena ada kebutuhan akhirat yang harus dibayarkan, yaitu zakat (Aravik, 2016: 115).

Menurut Siddiqi konsep kekayaan (al-Ghany) dalam Islam merupakan karunia dan pemberian dari Allah. Manusia sifatnya hanya memiliki ‘hak guna’ (amanat), atas kekayaan yang dimilikinya. Karena pemilik yang sebenarnya adalah Allah SWT (Chamid, 2010: 344). Sedangkan kedudukan harta dalam Islam, mempunyai nilai strategis, di satu sisi sebagai alat dan sarana untuk memperoleh berbagai manfaat, dan di sisi lain sebagai alat dan sarana untuk mencapai kesejahteraan hidup manusia sepanjang waktu (Qasim bin Salam, 1975: 17).

Zakat merupakan salah satu alat dan sarana untuk mencapai kesejahteraan hidup manusia, karena dengan berzakat seseorang telah membersihkan diri dan jiwanya dari penyakit kikir, serta membersihkan hartanya dari hak orang lain. Dengan tujuan agar dapat mencapai derajat ibadurrahman, yakni; rendah hati (QS. al-Furqan [25]: 63), apabila membelanjakan (harta), mereka tidak israf (berlebihan) dan tidak (pula) iqtar

(kikir), melainkan berada di tengah-tengah (QS. Al-Furqan [25]: 67), serta tidak pula boros (QS. al-Isra’ [17]: 26) (Chamid, 2010: 342). Mencapai derajat ibadurrahman

(25)

Ditinjau dari aspek agama, kewajiban berzakat adalah salah satu sendi Islam yang sangat strategis yang ditempatkan pada posisi tengah antara pilar yang lima. Hal ini merupakan indikator atas kebenaran keimanan dan kesilaman seseorang, karena ibadah zakat sebagai barometer harmonisasi hubungan vertikal seseorang dengan Allah SWT, dan hubungan horizontal dengan sesama manusia. Ibadah zakat memiliki wawasan yang multi dimensi, yaitu suatu kewajiban spiritual kepada Allah (ibadah mahdhah), kewajiban mengemban amanah Allah dalam menjalankan fungsi harta benda milik mutlak-Nya dalam kaspasitas sebagai khalifah-Nya di muka bumi dan kewajiban sosial (mu’amalah) dalam membantu dan mendorong golongan ekonomi lemah, fakir miskin dan para delapan ashnaf lainnya dalam meningkatkan kualitaf hidupnya (Qadir, 2007: xx).

Kewajiban tersebut jika dilihat secara filosofis maka akan menghasilkan kesimpulan bahwa kedudukan kaya dan miskin harus dipahami sebagai kerangka rencana Tuhan dalam menciptakan keseimbangan yang harmonis dan mewujudkan keadilan yang hakiki serta mendidik manusia supaya menghayati dan menerapkan sikap dan perilaku yang berkeadilan (ummatan wasatan) (QS. an-Nisa [4]: 32; az-Zukhruf [43]: 32; an-Nahl [16]: 71, dan al-Hasyr [59]: 7). Sedangkan dari sisi sosiologis, zakat adalah refleksi dari rasa kemanusiaan, keadilan, keimanan serta ketakwaan yang mendalam yang harus muncul dalam sikap orang kaya. Karena tidaklah etis sebagai seorang makhluk sosial mau hidup sendiri tanpa memperhatikan kesulitan orang lain (Qadir, 2007: 55-56).

(26)

Penutup

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Muhammad Nejatullah merupakan tokoh ekonomi Islam kontemporer dari golongan mainstrem. Siddiqi tentang zakat senantiasa terkait dengan ekonomi Islam. Karena baginya, ciri utama sistem ekonomi Islam adalah implementasi zakat dan penghapusan riba. Keduanya disebutkan secara eksplisit dalam al-Qur’an dan Sunnah. Zakat bukanlah amal kemurahan hati orang-orang kaya, melainkan hak orang-orang miskin dan negara mempunyai peran penting dalam pengelolaan agar zakat dapat dioptimalkan keberadaannya.

(27)

Daftar Pustaka

Al-Khayyath, Abdul Aziz, t.th, al-Zakah wa al-Dhaman al-Ijtima’i, Mesir: Dar al-Salam. Aravik, Havis, 2016, Ekonomi Islam; Konsep, Teori, dan Aplikasi, serta Pandangan

Pemikir Ekonomi Islam dari Abu Ubaid sampai al-Maududi, Malang: Empat Dua Intranspublishing.

Chamid, Nur, 2010, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Huda, Nurul, dkk, 2015, Zakat; Perspektif Mikro-Makro Pendekatan Riset, Jakarta: PT. Kencana Prenada Media Group.

Kamil, Sukron, 2016, Ekonomi Islam, Kelembagaan, dan Konteks Keindonesiaan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Mubarok, E. Saefuddin, 2014, Ekonomi Islam; Pengertian, Prinsip dan Fakta, Bogor: In Media. Qadir, Abdurrachman, 2001., Zakat (dalam Konteks Mahdah dan Sosial), Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Qasim bin Salim, Abu Ubaid, 1975, Kitab al-Amwal, Cairo: Dar al-Fikr.

Rozalinda, 2014, Ekonomi Islam; Teori dan Aplikasinya Pada Aktivitas Ekonomi, Jakarta: . Raja Grafindo Persada.

Sakti, Ali, 2007, Analisis Teoritis Ekonomi Islam; Jawaban Atas Kekacauan Ekonomi Modern, Jakarta: Aqsa Publishing.

Sanrego, Yulizar D, dan Ismail, 2015, Falsafah Ekonomi Islam, Jakarta: CV. Karya Abadi. Sholahuddin, M., 2014, Lembaga Keuangan dan Ekonomi Islam, Yogyakarta: Penerbit Ombak. Siddiqi, M. N, 1983, Banking Without Interest, Leicester: Islamic Foundation.

Sudarsono, Heri, 2007, Ekonomi Islam; Suatu Pengantar, Yogyakarta: Ekonisia Zuhdi, Saifudin, 2000, Zakat Kontekstual, Semarang: CV. Bima Sejati.

Jurnal dan Penelitian

Fahrur Ulum, 2013. “Dinamika Konstruksi Sistem Ekonomi Islam; Studi Komprarasi Pola Pemikiran Beberapa Tokoh Ekonomi Islam Kontemporer”, dalam Laporan Penelitian, Surabaya: Fakultas Syariah UIN Sunan Ampel.

Iswanto, Bambang, 2013, “Ekonomi Islam dan Politik Hukum di Indonesia”, dalam Jurnal Mazahib, Vol. XII Nomor 2 Desember 2013.

Jasafat, 2015, “Manajemen Pengelolaan Zakat, Infaq dan Sadaqah Pada Baitul Mal Aceh Besar”, dalam Jurnal al-Ijtimaiyyah, UIN Ar-Raniry: Prodi Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry.

Internet

Gambar

Tabel. 1 DATA PENELITIAN VARIABEL KINERJA (Y)
Tabel. 9 Kriteria Nilai

Referensi

Dokumen terkait

Persamaan regresi linear berganda menghasilkan persamaan Y= 6,591+0,109+0,311, Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel citra merek dan harga memiliki pengaruh yang

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul :

Bila lengan depan sulit dilahirkan maka harus diputar menjadi lengan belakang yaitu lengan yang sudah lahir di sekam dengan kedua tangan penolong sedemikian rupa sehingga kedua

Masyarakat Desa Mergosari Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo yang mengangkat anak disebabkan dalam pernikahannya tidak dikaruniai anak. Kondisi tersebut

Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini untuk meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an sesuai makhraj huruf dan tajwid pada siswa kelas VIII SMPN 4 Amuntai

Proses degenerasi pada lansia menyebabkan waktu tidur yang efektif semakin berkurang, dan menyebabkan tidak tercapainya kualitas tidur yang adekuat dan menyebabkan

Menurut saya, program ini bagus sih. Hasil dari program Sistem Informasi Kesehatan adalah mulai dari pemeriksaan gratis sampai obat-obat yang diberikan juga