ANALISIS FENOMENA RIVALITAS SUPPORTER KLUB
SEPAK BOLA VIKING DENGAN THE JACK
MENGGUNAKAN TEORI LEWIS A. COSER
Paper ini disusun untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester (UAS) pada Mata Kuliah Teori Sosiologi Modern
Dosen Pengampu : Dr. Argyo Demartoto M.Si
Khabib Bima Setiyawan (D0314042)
Sosiologi FISIP UNS
Pendahuluan
anak-anak. Dengan kuantitas yang hanya satu tribun VIP, lemparan batu diarahkan Viking pada lokasi mereka menonton. Singkat cerita pada tahun 1997, muda-mudi Jakarta mulai membentuk perkumpulan supporter. Hingga saat ini perseteruan atara kedua kelompok itu masih terus belanjut.
Belum hilang ingatan kita konflik yang berkepanjangn dan tak pernah bisa terselesaikan antara dua pendukung fanatik dari masing-masing kedua klub “Viking” dari klub Persib Bandung dan “Jack Mania” dari Persija Jakarta, walaupun sempat diberitakan beberapa waktu yang lalu sudah tercapai perdamaian atau Islah, tapi sepertinya Islah itu hanya berlaku bagi kalangan elit pimpinan masing-masing supporter saja sementara hal itu tidak berlaku bagi pendukung fanatik yang berada di level akar rumput atau “grass roots” dimana seperti yang kita ketahui baru saja terjadi lagi bentrok antara kedua supporter tanggal 8 mei 2014 di Tol Cikampek, sesuai yang diberitakan sekitar 2000 Jakmania yang berniat mendampingi Persija Jakarta saat laga melawan Persib Bandung, namun pihak panitia pelaksana (Panpel) Persib Bandung ternyata tidak menyediakan tiket pendukung tim tamu padahal sebelumnya sudah sempat terjadi islah.
Persib saat ini tercatat sebagai salah satu klub yang paling banyak mendapat hukuman dari komisi disiplin PSSI yang sebagian besar disebabkan oleh ulah dari para pendukung Persib alias Bobotoh “Viking” Kalau di total ada lima hukuman denda yang harus diterima Persib antara lain :
(1) diwajibkan untuk membayar denda sebesar Rp50 juta sebagai buntut dari penilaian komdis PSSI terhadap kinerja panitia pelaksana pertandingan yang dianggap melakukan tingkah laku buruk dan tidak patut karena gagal menyelenggarakan laga Persib-Persija
(2) Nyanyian lagu rasis "wasit goblok" dan pelemparan botol air mineral yang dilakukan Bobotoh pada laga Persib kontra Semen Padang, 16 Februari lalu, mengakibatkan panpel Persib dijatuhi sanksi denda Rp250 juta.
(4) Denda Rp10 juta karena dianggap lalai menjaga pendukungnya untuk mematuhi hukuman dari komdis. Sebelumnya Bobotohmendapatkan sanksi tidak boleh mendampingi timnya saat menjalani laga tandang selama 12 bulan, dampak perselisihan dengan pendukung Persija di Sleman, 28 Agustus 2013. Atas kejadian itu, hukuman ditambah enam bulan.
(5) Aksi Bobotoh yang melakukan pelemparan botol ke bangku cadangan tim lawan, menyalakan flare, dan membunyikan peluit yang menyebabkan pertandingan terhenti dua menit pada laga Persib lawan Arema (13 April 2014). Persib sekali lagi harus menanggung denda sebesar Rp 50 juta, akibat ulah suporter mereka.
Dari semua denda sanksi itu kalau ditotal persib berkewajiban membayar Rp 385 juta sesuai dengan apa yanag telah ditentukan oleh pihak komdis PSSI selama perhelatan kompetisi 2014.
Dalam kajian ilmu sosiologi, fenomena konflik supporter klub sepak bola PERSIB dengan PERSIJA tersebut merupakan salah satu konflik antara kelompok sosial. Supporter merupakan contoh tipe kelompok sosial asosiasi. Menurut Robert Biestedt, kelompok sosial asosiasi adalah kelompok sosial yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan ada persamaan kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para anggotanya melakukan hubungan sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki ikatan organisasi formal. Masing-masing memiliki persamaan kepentingan pribadi dan kepentingan bersama yaitu mendukung klub idolanya dan juga nama ikatan yang formal, dikatakan formal karena setiap supporter telah mengakui nama ikatan dari masing-masing klub
Pembahasan
Setelah kita mengetahui kasus rivalitas antara supporter klub sepak bola VIKING dan THE JACK, maka hal tersebut akan dikaji menggunakan gagasan-gagasan yang dimiliki oleh Lewis A. Coser antara lain :
1. Kelompok mengikat fungsi-fungsi konflik (group binding functions of conflict)
Disini Coser sependapat dengan Marx maupun Sumner yakni bahwa individu-individu memiliki posisi umum, objektif dalam masyarakat. Tetapi, mereka akan menyadari lingkungan dari kepentingan mereka di dalam dan lewat konflik. Coser memperkuat gagasan tentang in group, out group-we group, dan posisi hierarkis. Semuanya akan dipelihara dalam dan lewat konflik. Dalam hal ini dapat diketahui bahwa konflik yang berlangsung antara VIKING dan THE JACK yang berjalan dalam kurun waktu yang lama telah membentuk posisi-posisi di masing-masing supporter yaitu mengenai siapa yang bertugas sebagai ketua, koordinator lapangan, serta pemabgian divisi sesuai dengan kebutuhan saat akan mendukung tim sepak bola di stadion. 2. Kelompok memelihara fungsi konflik dan arti penting lembaga katup
penyelamat
Coser berpendapat bahwa konflik tidak selamanya harus dimaknai sebagai hal negatif. Menurut Coser konflik benar-benar mengubah waktu hubungan dari perilaku sedangkan perasaan bermusuhan tidak memiliki peran penting dan meninggalkan pengertian ketidakberubahan hubungan. Konflik tidak selalu mengarah pada permusuhan, tetapi bisa digeser pada pemuasan kebutuhan yang ditunjukan oleh penemuan objek pengganti tersebut. Teori konflik Coser oleh Margaret Poloma menyatakan bahwa safety value atau katup penyelamat merupakan mekanisme khusus yang digunakan kelompok untuk mencegah konflik sosial terutama konflik yang lebih besar yang berpotensi merusak struktur keseluruhan. Safety value mampu mengakomodasi luapan permusuhan menjadi tersalur tanpa menghancurkan seluruh struktur.
berujung bentrok dan sebagainya, tapi konflik tersebut dapat menjadi dorongan untuk lebih meningkatkan kreativitas dalam mendukung supporter agar lebih menarik dan tentunya tidak kalah dari supporter klub lawan.
3. Konflik Tidak Realistis
Sekalipun melibatkan dua orang atau lebih dan tidak diakhiri dengan permusuhan dari lawan, namun ada keinginan untuk membebaskan ketegangan setidak-tidaknya pada salah satu dari mereka. Dibandingkan dengan konflik realistik, konflik non realistik kurang stabil. Pilihan-pilihan fungsional bukan sebagai alat tetapi objek itu sendiri. Kepentingan yang berbeda bersatu dengan kenginan untuk melakukan aksi permusuhan yang sebenarnya merupakan konflik realistis. Namun tidak sedikit elemen non realistik bercampur dengan perjuangan yang dilakukan bersama-sama atau medorong adanya peran tertentu.
Dalam hal ini supporter VIKING dan THE JACK terdiri dari berbagai macam latar belakang setiap anggotanya, sehingga VIKING dan THE JACK akan lebih diketahui keadaanya dalam pertandingan sepak bola namun dalam kehidupan sosial maka baik VIKING maupun THE JACK bukanlah menjadi sebuah identitas utama.
4. Permusuhan dan Hubungan Sosial yang Erat
Coser menyatakan bahwa prilaku bermusuhan terjadi lebih siap pada kelompok yang memiliki hubungan sosial yang erat. Hubungan yang dekat dikarakteristikan oleh interakasi yang berulang-ulang dan melibatkan kepribadian total dari anggota dan struktur motivasi. Misalnya, konflik yang cukup hebat dalam keluarga besar bangunan hubungan sosial yang dikembangkan bersifat keseluruhan dengan melibatkan emosi dan hubungan-hubungan yang akrab. ketika konflik terjadi, seluruh energi pun dilibatkan.
sesame supporter. Dari ini lah interaksi terus berlangsung dan ikatan hubungan sosial terus menguat sehingga jika terjadi konflik maka tidak jarang bukan hanya akan merusak hubungan sosial antar supporter namun korban harta dan nyawa menjadi hal yang tidak sekali dua kali terjadi.
5. Konflik dengan Kelompok lain meningkatkan kohesi internal
Ikatan-ikatan dalam sebuah kelompok ditegakkan lewat konflik dengan kelompok lain, sehingga kelompok mendefinisikan dirinya sebagai perjuangan dengan kelompok lain. simmel kemudian meneruskan bahwa konflik dengan kelompok luar akan memperkuat kohesi internal kelompok dan meningkatkan sentralisasi. Konflik membuat anggota kelompok lebih sadar tentang ikatan mereka dan meningkatkan partisipasi mereka. Konflik dengan kelompok luar memiliki pengaruh yang juga menggerakkan pertahanan kelompok yang menegasjan sistem nilai mereka atas musuh luar.
Kesimpulan
Konflik yang terpelihara antara VIKING dan THE JACK merupakan hal yang hampir sulit untuk terselesaikan. Walaupun pada 2014 silam sempat diberitakan tercapai perdamaian atau Islah, tapi sepertinya Islah itu hanya berlaku bagi kalangan elit pimpinan masing-masing supporter saja namun rivalitas antar anggota supporter masih saja berlangsung.
Dari peristiwa rivalitas antara VIKING dan THE JACK tidak selamanya hubungan yang seringkali berakibat konflik selalu diartikan sebagai hal yang nagatif, Coser dalam perspektif sosiologi berusaha memaknai konflik dari sisi positif, konflik membantu mempertahankan struktur social dan mencegah pembekuan sosial. Konflik sebagai proses sosial dapat merupakan mekanisme di mana kelompok-kelompok dan batas batasnya dapat terbentuk dan dipertahankan.
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Susilo, Rachmad. 2008. 20 Tokoh Sosiologi Modern. Yogyakarta : Ar Ruz Media.
Poloma, Margaret M. 2010. Sosiologi Kontemporer. Jakarta : Rajawali Pers. Soerjono Soekanto. 1990. Sosiologi Suatu Penngantar. Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada
Sumber Internet :
http://www.kompasiana.com/hr76211/viking-vs-jack-mania-konflik-yang