Antara Fisika dan Islam Oleh Irma Nurmala Sari
Manusia berkedudukan sebagai khalifah di bumi ini, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an (Al-Baqarah 2:30 “Dan ingatlah ketika Tuhan-Mu berfirman kepada para malaikat, Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah disana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh Aku Mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”). Dengan demikian, dalam mempelajari ilmu fisika manusia harus memperhatikan hak-hak yang dimiliki alam.
Sederhananya fisika adalah sebuah ilmu tentang alam dalam makna yang terluas. Dalam praktiknya fisika mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang dan waktu.
Kebanyakan orang menganggap bahwa fisika adalah sesuatu yang rumit, bahkan hanya untuk sekedar mendengar kata fisika saja tentu bukan suatu hal yang diinginkan. Namun, tak sedikit pula yang mendewakan ilmu itu bahkan separuh dari hidup mereka peruntukkan demi memahami lebih jauh lagi mengenai ilmu yang orang sebut-sebut sebagai the king of sains ini.
Di dalam konteks pengajaran bagi para pendidik, hal yang perlu ditekankan pada peserta didik adalah bahwa segala ilmu yang kita pelajari pada dasarnya tidak lepas dari peran sang maha pemilik ilmu yang sesungguhnya yaitu Allah Swt. Hal ini yang sepertinya menjadi permasalahan utamanya, baik untuk anak yang sudah pandai di bidangnya maupun untuk yang belum pandai.
kurangnya motivasi spiritual yang bisa menyebabkan mereka lalai dan merasa tinggi hati karena sudah dapat menguasai ilmu tersebut dengan mudah apalagi dalam hal ini ilmu fisika yang di anggap cukup rumit oleh kebanyakan orang.
Selanjutnya, bagi mereka yang kurang dapat memahami ilmu fisika ini bahkan mungkin tidak jarang dari mereka merasa kesulitan memahami ilmu ini. Jangankan mereka dapat merasakan semangat untuk mempelajari fisika ini, hanya untuk memberi rasa suka saja sudah di rasa sulit. Oleh karena itu, setidaknya dengan diperkenalkkannya mereka pada sang pemilik alam semesta ini termasuk ilmu fisika, ketika mereka merasa kesulitan mempelajari ilmu ini, mereka tidak akan kemana-mana lagi selain berpasrah diri sambil terus berusaha memahami ilmu fisika ini.
Dalam Islam, tujuan utama dari setiap pendidikan dan ilmu adalah tercapainya ma’rifatulloh (mengenal Alloh, Sang Pencipta). Banyak ilmuwan Islam yang melahirkan penemuan-penemuan luar biasa dalam bidang fisika yang hingga dapat menginspirasi ilmuwan lainnya yang berasal dari luar Islam itu sendiri. Sebut saja pada abad ke-11, yaitu Ibn al-Haytham seorang pakar optik, pencetus metode eksperimen. Bukunya tentang teori optik, al-Manazir, khususnya dalam teori pembiasan yang oleh Snell disajikan dalam bentuk yang lebih matematis.
Esensi yang terkandung di dalamnya yang harus kita miliki dalam mempelajari sebuah ilmu (ilmu fisika), yang memang dikategorikan sebagai keberhasilan atau ketidak-berhaasilan dalam mempelajari ilmu tersebut. Kasus seperti di atas adalah salah satu kasus dari sekian banyak kasus yang terjadi di dunia ini. Namun, dengan ketawadhuan yang dimiliki para ilmuwan Islam mereka berhasil mempelajari fisika secara utuh dan menjadikannya sebagai suatu ayat (tanda) sehingga mereka mampu membaca ayat-ayat alam dengan sempurna.
terkandung di dalamnya. Mereka tidak diajarkan tentang bagaimana cara mensyukuri anugerah yang Tuhan berikan serta membaca fenomena yaag terjadi di alam ini. Sesungguhnya ilmu apa pun di dunia ini berasal dari Alloh dan kembali pada Alloh. Maka ilmu yang menjauhkan dia dari Alloh itu “menyesatkan”.
Pada akhirnya yang pendidik harus menanamkan pada setiap peserta didik bukan hanya konseptual saja. Akan tetapi, lebih dari itu, seorang Muslim melihat alam semesta sebagai ayat-ayat Alloh.
