TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Penyakit Pokahbung (F. moniliforme)
Menurut Agrios (1996), penyakit pokahbung dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
juga sangat tersebar luas, dan diketahui sebagai penyebab penyakit pada tanaman.
Keragaman spesies pada Fusarium, antara lain dipengaruhi oleh peningkatan suhu
tanah, menyebabkan antarspesies Fusarium sukar untuk dibedakan
(Widodo & Budiarti, 2009).
Jamur ini membentuk makrokonidium bengkok seperti bulan sabit yang
mempunyai 3-7 sekat, berukuran 25-60 × 2,5-4 µm, tergantung dari banyaknya
sekat. Disamping itu, jamur ini mempunyai mikrokonidium bersel satu, berbentuk
umparan atau jorong berukuran 14-18 × 4,5-6 µm. dalam biakan murni jamur yang
masih muda mempunyai miselium dan hialin, sedangkan yang sudah tua berwarna
kecoklatan (Semangun, 2008).
dan tongkol, terutama biji. Patogen F. moniliforme menghasilkan spora aseksual, misellia terbagi atas 3-7 sekat berukuran 2,4 - 4,9 x 150 x 160 µm. Konidia
dihasilkan dari rantai potongan hipa, berdiameter 25-50 x 3-9 µm
(Pakki & Talanca, 2007).
Gambar 1. Mikroskopis patogen F. moniliforme dengan perbesaran 400x; (a) Makrokonidia (b) Mikrokinidia (Putri, 2014)
Gejala Serangan Penyakit Pokahbung (F. moniliforme)
Gejala pokahbung dibagi menjadi tiga tingkat, yang lazimnya disebut pb 1, pb 2, dan pb 3. Pada pb 1 gejala hanya terdapat pada daun. Helaian daun yang baru
saja membuka pangkalnya tampak klorotis. Pada bagian ini kelak timbul titik-titik
atau garis merah. Kalau penyakit meluas ke dalam, maka daun-daun yang belum
membuka akan terserang juga. Daun-daun ini akan rusak dan tidak dapat membuka
dengan sempurna. Pada pb 2 jamur juga menyerang ujung batang yang masih
muda, tetapi tidak menyebabkan pembusukan. Pada batang yang muda ini terjadi
garis-garis merah kecoklatan yang dapat meluas menjadi rongga-rongga yang
dalam. Rongga-rongga ini mempunyai sekat-sekat melintang hingga tampak seperti
tangga. Jika ujung batang dapat tumbuh terus akan terjadi hambatan (stagnasi)
pertumbuhan, dan pada bagian yang berongga tadi batang membengkok. Pada pb 3 (a)
jamur menyerang titik tumbuh dan menyebabkan pembusukan. Busuknya tunas
ujung sering disertai dengan timbulnya bau tidak sedap (Semangun, 2008).
Gambar 2. Stadia serangan pokahbung
(a) Stadium pb 1 (b) Stadium pb 2 (c) Stadium pb 3 (Vishwakarma et al., 2013)
Faktor yang Mempengaruhi Penyakit Pokahbung (F. moniliforme)
Penyakit yang disebabkan oleh F. moniliforme ini, hampir sama dengan penyakit yang disebabkan oleh jamur lainnya, pokahbung dibantu oleh cuaca yang
lembab. Penyakit ini dibantu oleh hujan. Tebu yang subur cenderung lebih rentan
ketimbang yang kurus. Penambahan pupuk amoniak sulfat sampai batas tertentu
menyebabkan bertambahnya pb 3 (Semangun, 2008).
Mutasi Genetik Mikroorganisme
Mutasi genetik adalah perubahan mendadak material genetik dari sel,
dimana terjadi perubahan turun temurun dalam keturunannya. Mutasi dapat terjadi
secara spontan atau secara alami di seluruh kehidupan organisme, dapat
bereproduksi hanya secara seksual atau aseksual. Mutasi dapat juga terjadi pada
laju buatan yang tinggi dengan mengekspose organisme ke agen fisik lainnya
seperti sinar UV, X-rays, γ-rays, temperatur ekstrim, atau reaksi bahan kimia yang
tinggi seperti nitrogen dan sulfur bubuk, epoksida, peroksida, penol dan alkaloid
(Agrios, 2005).
Sinar ultaviolet mempunyai panjang gelombang 4 nm hingga 400 nm
dengan efisiensi tertinggi untuk pengendalian mikroorganisme adalah 365 nm.
Ultraviolet mempunyai efek letal terhadap sel-sel mikroorganisme, maka radiasi
ultraviolet sering dipakai di tempat-tempat yang menuntut kondisiaseptik seperti di
laboratorium, ruang operasi rumah sakit, dan ruang produksi makanan dan
minuman serta farmasi (Srigede & Siti, 2014)
Sinar ultraviolet mempunyai kemampuan dalam menonaktifkan
mikroorganisme. Absorpsi terhadap radiasi ultraviolet oleh protein, RNA dan DNA
dapat menyebabkan kematian dan mutasi sel. Oleh karena itu, sinar ultraviolet
dapat digunakan sebagai disinfektan (Cahyonugroho, 2010)
Pengaruh radiasi sinar UV pada proses mutagenesis disebabkan oleh
kemampuan sinar UV dalam menginduksi perubahan secara genetis pada patogen,
sehingga dapat mengubah patogen menjadi nonpatogenik. Mekanisme yang
menyebabkan patogen berubah menjadi nonpatogenik ini, disebabkan oleh adanya
perubahan biokimia pada strain nonpatogenik tersebut, yaitu berkurangnya
produksi enzim pectik lyase ekstraseluler, menurunnya aktifitas polygalacturonase,
dan terjadinya defisensi sekresi enzim ekstraseluler (Susanti et al., 2009).
Mutasi dikatakan berhasil bila keturunan dari individu yang dimutasi
menunjukkan perbedaan karakter morfologi atau fisiologi dari individu sebelumnya
(turunannya). Mutasi lebih mudah untuk dilihat dari kebanyakan reproduksi
aseksualnya, karena ketika mereka melakukan reproduksi seksual maka akan
menunjukkan keragaman yang berbeda dari sifat keturunannya sebagai akibat dari
rekombinasi genetika. Frekuensi dari keragaman mutasi sangat besar terhadap
ada pada frekuensi yang diberikannya kepada jenis karakteristik (seperti warna,