• Tidak ada hasil yang ditemukan

USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT BAGI PARA KATEKIS SUKARELA DI PAROKI KELUARGA SUCI TERING KEUSKUPAN AGUNG SAMARINDA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT BAGI PARA KATEKIS SUKARELA DI PAROKI KELUARGA SUCI TERING KEUSKUPAN AGUNG SAMARINDA SKRIPSI"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

i

USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT BAGI PARA KATEKIS SUKARELA

DI PAROKI KELUARGA SUCI TERING KEUSKUPAN AGUNG SAMARINDA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh: Hermas Hului NIM: 061124047

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk orang-orang tercinta di hati: Bapak dan ibuku (Petrus Liah, Yuliana Siti),

saudara-saudaraku (Simon Meleng, Ingai dan Stefanus Lawing)

di desa Tering Lama, Kecamatan Tering, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur.

(5)

v MOTTO

“Jagalah hati kita terhadap kebencian, supaya kita tidak hidup dalam kegelapan”

(6)
(7)
(8)

viii ABSTRAK

Skripsi ini berjudul USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT BAGI PARA KATEKIS SUKARELA DI PAROKI KELUARGA SUCI TERING KEUSKUPAN AGUNG SAMARINDA. Judul skripsi ini dipilih berdasarkan fakta bahwa pelaksanaan katekese umat orang dewasa di Paroki Keluarga Suci Tering sangat memprihatinkan. Ini disebabkan oleh katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering belum mendapat pendidikan yang memadai di bidang kateketik. Selama proses pelaksanaan katekese umat para peserta cenderung pasif dan hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh katekis. Bertitik tolak dari kenyataan ini penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk membantu para katekis sukarela dalam berkatekese umat di Paroki Keluarga Suci Tering. Untuk itu perlu diadakan pendampingan guna menambah pengetahuan dan wawasan katekis sukarela dalam berkatekese umat yang dialogal partisipatif.

Persoalan yang mendasar dalam skripsi ini adalah keprihatinan katekis sukarela dalam melaksanakan proses berkatekese bekaitan dengan keterbatasan wawasan maupun metode dalam berkatekese umat yang dialogal partisipatif. Oleh karena itu penelitian dengan menyebarkan angket kepada para katekis sukarela di Paroki Keluarga Suci Tering, telah dilaksanakan. Kemudian studi pustaka diperlukan untuk memperoleh pemikiran-pemikiran dan gagasan-gagasan yang dapat dipergunakan untuk memahami katekese umat dengan model Shared Christian Praxis sebagai sumbangan katekese bagi para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering.

Katekis adalah orang beriman yang secara khusus dipanggil oleh Gereja untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan kemampuan yang memadai khususnya kemampuan dalam berkatekese umat yang dialogal partisipatif. Katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering tidak dididik secara khusus di bidang katekese, khususnya katekese yang melibatkan umat, sehingga proses pelaksanaan katekese umat selama ini di Paroki Keluarga Suci Tering sangat memperihatinkan karena katekese yang melibatkan umat kurang diperhatikan oleh para katekis sukarela selaku penggerak umat.

(9)

ix ABSTRACT

This thesis entitled AN ATTEMPT TO INCREASE THE ABILITY OF CATECHESIS OF THE FAITHFUL TO THE VOLUNTARY CATECHISTS IN THE PARISH OF HOLY FAMILY IN TERING, ARCHDIOCE THE OF SAMARINDA. The title of this thesis was chosen based on the fact that the performance of adults catechesis in the Parish of Holy Family in Tering is really miserable. This fact is caused by voluntary catechists in the Parish of Holy Family who have not got adequate education in catechesis. During the process of catechesis, the audiences tend to be passive and only listen to what the catechist is talking about. Based on this fact, this thesis is intended to help voluntary catechists in catechesis in the Parish of Holy Family in Tering. Thus it needs to conduct the assistance in order to add the knowledge and perception of voluntary catechists in dialogical participative catechesis.

The main problem in this thesis is the apprehension of voluntary catechesis in implementing catechism process relating to the limitation of perception or method in catechesis of the faithful dialogical participative. Thus this research had distributed questionnaire to the voluntary catechists in the Parish of Holy Family in Tering. Then the literatures are needed to have considerations and concepts which can be used to know the community catechesis of the faithful by Shared Christian Praxis model as catechesis contribution to the voluntary catechists of the Parish of Holy Family in Tering.

Catechist is a faithful person who is specifically called by the Church to convey the values of the Kingdom of God and involved in Church life. The task assigned to them needs the sufficient competence in particularly catechesis of the faithful. The process of community catechesis of the faithful up to now in the Parish of Holy in Tering is very poor because the catechesis of the faithful has not been applied by the voluntary catechist as the community activator.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa karena berkat kasih-Nya penulis dapat menyelsaikan skripsi yang berjudul USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT BAGI PARA KATEKIS SUKARELA DI PAROKI KELUARGA SUCI TERING KEUSKUPAN AGUNG SAMARINDA.

Penyusunan skripsi ini dengan suatu keprihatinan dan harapan penulis terhadap kenyataan hidup menggereja secara khusus dalam pelaksanaan karya katekese di mana para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering kurang mendapat pengetahuan dan pendidikan yang memadai berkaitan dengan tugas mereka sebagai penggerak umat khususnya dalam pelaksanaan karya katekese yang dialogal partisipatif. Selain itu di Paroki Keluarga Suci Tering tidak ada tenaga ahli dalam bidang katekese sehingga pembinaan para katekis sukarela tidak pernah diadakan. Oleh karena itu, maksud penyusunan skripsi untuk membantu memberikan sumbangan pemikiran dan pengetahuan serta wawasan kepada para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering selaku penggerak umat sehingga mereka mampu mengembangkan dan meningkatkan karya katekese yang dialogal partisipatif. Selain itu, skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Pada kesempatan ini dengan tulus hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

(11)

xi

memberikan masukan dan kritik-kritikan sehingga penulis dapat lebih termotivasi dalam menuangkan gagasan-gagasn dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini. 2. Dr. B. Agus Rukiyanto, S.J., selaku dosen wali, yang terus mendampingi penulis

sampai akhir penulisan skripsi ini.

3. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd. selaku dosen penguji, yang dengan sabar mendampingi penulis dari awal sampai akhir penulisan skripsi ini.

4. Segenap Staf Dosen Prodi IPPAK-JIP, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan membimbing penulis selama belajar sampai selesainya skripsi ini.

5. Segenap Staf Sekretariat dan Perpustakaan Prodi IPPAK, dan seluruh karyawan bagian lain, yang telah memberikan dukungan dalam penulisan skripsi ini.

6. Para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering, yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis dengan memberikan masukan informasi untuk melangkapi materi skripsi ini.

7. Gregorius Syamsudin MSF, selaku pastor Paroki Keluarga Suci Tering, yang atas kesediannya menerima dan membantu penulis selama mengadakan penelitian dan observasi lapangan.

8. Bupati Kutai Barat Bapak Ismail Thomas dan Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Barat, yang sudah membantu dan memberikan beasiswa dari awal studi di Prodi IPPAK-FKIP-USD Yogyakarta sampai akhir skripsi ini.

9. Bapak, ibu, dan saudara-saudaraku, yang memberikan semangat dan dukungan moral, material, dan spiritual selama penulis menempuh studi di Yogyakarta. 10.Agatha Eka Setya Wardani, yang selalu mendukung dan memberikan semangat,

(12)
(13)

xiii

BAB II. GAMBARAN UMUM KEMAMPUAN PARA KATEKIS SUKARE- LA DALAM BERKATEKESE UMAT DI PAROKI KELUARGA

B. Penelitian Mengenai Kemampuan Katekis Sukarela di Paroki Keluarga Suci Tering ... 12

1. Jenis dan metode penelitian ... 13

(14)

xiv

d. Kesulitan/permasalahan yang dihadapi oleh katekis dalam berkatekese ... 32

e. Harapan katekis sukarela ... 35

7. Rangkuman hasil penelitian ... 37

a. Permasalahan pokok ... 37

b. Harapan ... 39

BAB III. KEMAMPUAN KATEKIS DALAM BERKATEKESE UMAT ... 42

(15)

xv

B.Shared Christian Praxis: Alternatif Katekese Umat Model Pengalam-

an Hidup ... 66

e. Langkah IV : Menerapkan iman Kristiani dalam situasi peserta konkrit ... 77

C.Kemampuan yang Dibutuhkan oleh Katekis dalam Berkatekese Umat. ... 85

1. Spiritualitas katekis ... 86

2. Kemampuan katekis dalam berkomunikasi ... 88

3. Kemampuan katekis dalam berefleksi ... 90

4. Kemampuan katekis dalam berkatekese umat ... 90

BAB IV. USULAN PROGRAM PENDAMPINGAN UNTUK PARA KATE- KIS SUKARELA DENGAN KATEKESE MODEL SCP ... 93

A.Latar Belakang Pemilihan Program ... 93

B.Alasan Pemilihan Tema/Tujuan ... 94

(16)

xvi

D.Penjabaran Program Pendampingan ... 96

E.Petunjuk Pelaksanaan Program ... 100

F. Contoh Persiapan ... 100

BAB V. PENUTUP ... 117

A. Kesimpulan ... 117

B. Saran ... 120

1. Bagi Paroki Keluarga Suci Tering ... 120

2. Bagi katekis Profesional ... 120

3. Bagi katekis sukarela ... 121

DAFTAR PUSTAKA ... 122

LAMPIRAN ... 124

Lampiran 1: Daftar kuesioner ... (1)

Lampiran 2: Pedoman wawancara ... (6)

Lampiran 3: Hasil wawancara ... (7)

(17)

xvii

DAFTAR SINGKATAN

A.Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat (Dipersembahkan kepada Umat Katolik oleh Dirjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, h. 8.

B.Singkatan Dokumen Resmi Gereja

AG : Ad Gentes, Dekrit Konsili Vatikan II tentang kegiatan Missioner Gereja, Desember 1965.

CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979.

GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang Gereja di dunia dewasa ini, 7 Desember 1965.

C.Singkatan Lain Art : Artikel Ay : Ayat H : Halaman

IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Kan : Kanon

(18)

xviii Komkat : Komisi Kateketik

KSPB : Kitab Suci Perjanjian Baru KSPL : Kitab Suci Perjanjian Lama KWI : Konferensi Waligereja Indonesia Lamp : Lampiran

LBI : Lembaga Biblika Indonesia

MB : Madah Bakti (Buku Doa dan Nyanyian Umum) Mgr : Monsinyur

MSF : Missionarii Sanctae Familiae No : Nomor

PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia SCP : Shared Christian Praxis

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tahun 2009 Paroki Keluarga Suci Tering terdiri dari 3.926 umat yang

digembalakan oleh pastor Gregorius Syamsudin MSF dibantu oleh bruder dan para

suster yang bertugas di Paroki Keluarga Suci Tering. Dalam karya pastoral Gereja,

para penggerak, seperti katekis sukarela, suster dan guru agama menjadi wakil

pastor dalam membantu melayani umat di stasi-stasi atau di lingkungan sekitar

pusat paroki. Dalam melaksanakan tugas sebagai pewarta, mereka dengan rendah

hati dan penuh rasa persaudaraan melayani umat setempat. Tetapi sebagian besar

para katekis tidak dididik secara khusus di bidang katekese untuk mewartakan

nilai-nilai Kerajaan Allah serta mengembangkan iman umat. Dalam proses berkatekese

para katekis belum menggunakan metode katekese yang menarik untuk melibatkan

para peserta. Kenyataan katekese yang dilaksanakan selama ini hanya terbatas pada

penerimaan sakramen-sakramen yang dilaksanakan umat cenderung pasif dan tidak

dilibatkan. Katekese melibatkan para peserta cenderung kurang diperhatikan oleh

para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering selaku penggerak umat.

Katekis adalah seorang awam yang dipilih secara khusus oleh Gereja sesuai

dengan kebutuhan setempat, untuk memperkenalkan Kristus, bagi mereka yang

belum mengenal-Nya. Katekis, sebagai pewarta kabar gembira, diharapkan mampu

menjadi pewarta yang berkualitas demi perkembangan iman umat semakin

mengenal dan mengikuti Yesus Kristus yang menyelamatkan (Komkat KWI, 1997:

(20)

situasi konkrit umat. Para katekis harus benar-benar dipersiapkan agar semakin

mampu melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Katekese umat yang

dilaksanakan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan atau situasi konkrit yang

terjadi di tengah umat, bukan pemikiran dan ajaran yang abstrak, melainkan situasi

nyata yang benar-benar terjadi di dalam masyarakat.

Berdasarkan latar belakang di atas, pendampingan berupa kaderisasi/kursus

bagi para katekis sukarela diperlukan dalam upaya memperluas pengetahuan dan

wawasan mereka mengenai katekese umat yang melibatkan para peserta. Melihat

permasalahan di atas, penulis merasa terpanggil untuk ambil bagian dalam

membantu para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering untuk meningkatkan

kemampuan berkatekese umat yang dialogal partisipatif.

Penulis melihat katekese umat model Shared Christian Praxis (SCP) sangat cocok karena sesuai dengan kebutuhan para katekis sukarela sebagai penggerak

umat. Katekese merupakan alternatif untuk meningkatkan karya pastoral para

katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering selaku penggerak umat. Untuk itu

penulis memilih judul skripsi USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN

BERKATEKESE UMAT BAGI PARA KATEKIS SUKARELA DI PAROKI

KELUARGA SUCI TERING KEUSKUPAN AGUNG SAMARINDA. Katekese

umat model SCP dipilih sebagai alternatif untuk membantu para katekis sukarela

Paroki Keluarga Suci Tering agar mampu berkatekese yang melibatkan para

peserta.

Katekese umat model SCP merupakan salah satu bentuk katekese umat

dialogal partisipatif yang bermaksud mendorong para peserta untuk terlibat, baik

(21)

keputusan demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam kehidupan setiap

manusia yang terlibat dalam dunia (Sumarno Ds, 2009: 14).

Langkah-langkah katekese model SCP merupakan satu kesatuan yang

menyeluruh, bukan langkah-langkah yang terlepas. Katekese model SCP bertujuan

untuk mendorong para peserta agar menemukan nilai-nilai Kerajaan Allah dalam

kehidupan mereka sehari-hari. Maka katekese umat model SCP dirasa sangat cocok

untuk membantu para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering, selaku

penggerak umat, dalam meningkatkan pengetahuan dan wawasan serta kemampuan

berkatekese umat yang melibatkan para peserta.

B. Rumusan Permasalahan

Permasalahan yang dialami katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering

dalam berkatekese umat, antara lain berkaitan dengan keterampilan dan

pengetahuan serta wawasan mengenai katekese umat yang dialogal partisipatif.

Bertitik tolak dari permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka ditemukan

beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Kesulitan apa saja yang dihadapi dan dialami para katekis sukarela dalam

melaksanakan kegiatan katekese umat di Paroki Keluarga Suci Tering?

2. Model dan metode katekese macam apa yang dapat dilakukan dalam berkatekese

umat agar para peserta semakin terlibat?

3. Sejauh mana katekese umat model SCP bisa membantu katekis sukarela Paroki

Keluarga Suci Tering dalam upaya mengembangkan katekese umat yang

(22)

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang hendak dicapai lewat skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui permasalahan-permasalahan yang terjadi/dihadapi katekis sukarela

Paroki Keluarga Suci Tering dalam pelaksanaan kegiatan katekese.

2. Memberi masukan kepada para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering

selaku penggerak umat berupa sumbangan pemikiran yang meliputi metode dan

model-model katekese umat yang melibatkan para peserta, sehingga mereka

mampu mencari jalan pemecahan untuk mengembangkan katekese umat yang

dialogal partisipatif.

3. Mengusulkan katekese model SCP sebagai salah satu cara membantu para

katekis sukarela dalam melaksanakan proses katekese umat yang dialogal

partisipatif.

4. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Sarjana Strata 1 Program Studi Ilmu

Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

- Semakin memiliki pengetahuan, wawasan dan ketrampilan tentang katekese

umat model SCP.

- Semakin trampil dalam melaksanakan proses katekese umat yang dialogal

partisipatif.

- Mampu menggunakan katekese umat model SCP dengan baik sesuai dengan

(23)

2. Bagi Gereja

- Mengetahui model katekese umat yang dapat melibatkan para peserta dalam

proses berkatekese umat.

- Mengembangkan katekese umat yang dialogal partisipatif, dengan demikian

mampu membantu para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering dalam

berkatekese umat yang melibatkan peserta.

- Semakin mampu memperkembangkan iman umat melalui katekese umat yang

dialogal partisipatif.

3. Bagi Katekis

- Mendapat pengetahuan baru di bidang katekese umat yang dialogal

partisipatif.

- Menambah pengetahuan serta ketrampilan para katekis dalam menggunakan

SCP sebagai penggerak umat di Paroki Keluarga Suci Tering.

- Mampu melaksanakan katekese yang dialogal partisipatif, dengan demikian

nilai-nilai Kerajaan Allah dapat diwujudkan di tengah kehidupan umat.

E. Metode Penulisan

Berhubungan dengan masalah yang dipaparkan di atas, dalam penulisan

skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis dengan memanfaatkan

studi pustaka. Supaya mengetahui permasalahan/kesulitan yang dialami oleh para

katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering selaku penggerak umat, penulis

mengadakan penelitian sederhana melalui observasi lapangan dengan menyebarkan

(24)

penulis mendatangi langsung setiap rumah para katekis sukarela Paroki Keluarga

Suci Tering.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini berlangsung sebagai berikut:

Bab I berisikan pendahuluan yang meliputi latar belakang penulisan,

rumusan permasalahan, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika

penulisan.

Bab II memaparkan gambaran umum kemampuan para katekis sukarela

dalam berkatekese umat di Paroki Keluarga Suci Tering yang diuraikan dalam dua

bagian yaitu, pertama gambaran umum Paroki Keluarga Suci Tering, keadaan geografis, situasi umat dan situasi katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering,

sedangkan pada bagian kedua penulis mengadakan penelitian mengenai kemampuan katekis suka rela yang meliputi jenis dan metode penelitian, tempat dan

waktu penelitian, tujuan penelitian, responden, variable penelitian, hasil penelitian

dan rangkuman.

Bab III memaparkan kegiatan katekese dan kemampuan katekis dalam

berkatekese umat, yang diuraikan dalam tiga bagian. Pertama katekese umat dalam Gereja yang meliputi gambaran umum katekese, pengertian katekese umat, model

katekese umat. Kedua SCP sebagai alternatif katekese umat model pengalaman hidup yang meliputi pengertian Shared Christian Praxis, langkah-langkah SCP, refleksi atas kekuatan dan kelemahan katekese umat model SCP dan peranan

(25)

katekis dalam berkomunikasi, kemampuan katekis dalam berefleksi, kemampuan

katekis dalam berkatekese umat.

Bab IV membahas usulan program pendampingan bagi para katekis

sukarela dengan katekese model SCP yang terdiri dari latar belakang pemilihan

program, alasan pemilihan tema/tujuan, rumusan tujuan, penjabaran program

pendampingan, petunjuk pelaksanaan program, contoh persiapan.

Bab V akan ditutup dengan membuat kesimpulan berdasarkan uraian-uraian

yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya. Selanjutnya penulis memberi

catatan penting berupa saran-saran yang ditujukan pada penggerak umat dan

(26)

BAB II

GAMBARAN UMUM KEMAMPUAN

PARA KATEKIS SUKARELA DALAM BERKATEKESE UMAT

DI PAROKI KELUARGA SUCI TERING

Kemampuan yang dibutuhkan oleh seorang pembina katekese umat dalam

melaksanakan proses berkatekese umat adalah kemampuan berkomunikasi yang

berfungsi untuk mengumpulkan, menyatukan, mengungkapkan diri untuk berbicara

dan mendengarkan, menciptakan suasana yang memudahkan peserta untuk

mengungkapkan diri dan mendengar pendapat orang lain. Selain kemampuan

berkomunikasi katekis juga harus memiliki kemampuan berefleksi yang berfungsi

untuk menemukan nilai-nilai manusiawi dari pengalaman dan Kitab Suci kemudian

memadukannya dengan pengalaman hidup sehari-hari yang dialami secara nyata

(Lalu, 2005: 121).

A. Gambaran Umum Paroki Keluarga Suci Tering

Tahun 1928 desa Tering dibuka sebagai Stasi pusat Misi di wilayah bantaran

sungai Mahakam. Sepanjang sejarah perkembangannya mengalami pertambahan

penduduk yang semakin pesat seiring tingginya laju urbanisasi yang terjadi di

Tering (Steenbrink, 2006: 515).

Mgr. Florentinus Sului MSF Uskup Keuskupan Agung Samarinda

memaparkan sejarah singkat perpindahan Misi dalam buku Kenangan 90 tahun

Gereja Katolik Kalimantan Timur yang ditulis oleh Pastor Yan Suir. Desa Laham

(27)

sulit dijangkau, para misionaris cenderung memilih Tering sebuah kampung di hilir

Long Iram yang cukup banyak umatnya dan tempatnya sangat strategis menjadi

tempat baru karya misi. Maka pada tahun 1928 seorang Pastor dan seorang Bruder

yang namanya Icid menetap di Tering untuk mendirikan pos misi permanen kedua

di Tering, 15 km sebelah Timur Long Iram di bantaran sungai Mahakam. Pada

tahun 1933 pusat misi dipindahkan dari Laham ke Tering setelah Gereja, Pastoran,

Asrama putra dan putri serta susteran selesai dibangun (Steenbrink, 2006: 515).

Tering dipilih menjadi pusat misi karena keadaan geografis desa Tering sangat

mendukung untuk pusat karya pastoral, tempatnya mudah dijangkau karena

berdekatan dengan pinggiran sungai Mahakam. Pinggiran sungai Mahakam

merupakan jalur alternatif yang menghubungkan daerah satu dengan daerah lain.

1. Keadaan geografis Paroki Keluarga Suci Tering

Gereja Paroki Keluarga Suci Tering berada di desa Tering, Kecamatan

Tering, Kabupaten Kutai Barat, Propinsi Kalimantan Timur. Wilayah Paroki

Keluarga Suci Tering merupakan wilayah dataran rendah berada di pinggiran

sungai Mahakam. Air yang menjulur di sepanjang sungai Mahakam merupakan

jalur jalan raya utama yang menghubungkan daerah satu dengan daerah yang lain.

Transport utama yang digunakan masyarakat setempat Kapal Motor, Speed Boat

dan Sampan [Lampiran 3:(8)].

Wilayah Paroki Keluarga Suci Tering di bagian utara berbatasan dengan

Paroki Melapeh, Paroki Barong Tongkok. Sedangkan di bagian barat Paroki

keluarga Suci Tering berbatasan dengan Paroki Long Hubung Paroki Laham dan

(28)

Paroki Keluarga Suci Tering memiliki delapan stasi, kedelapan stasi tersebut

adalah Jelemuq, Kelubaq, Muara Mujan, Muyud Aked, Tering Pasar, Tukul,

Kelian, Dali. Pada hari Minggu di setiap stasi selalu dilayani seorang pastor dalam

merayakan Ekaristi. Di stasi-stasi yang tidak sempat dilayani oleh pastor, selalu

diambil alih oleh para katekis sukarela dalam merayakan ibadat sabda [Lampiran 3:

(8)].

2. Situasi umat Paroki Keluarga Suci Tering  

Menurut statistik keadaan Paroki Keluarga Suci Tering tahun 2009 terdiri

dari 3.926 umat yang digembalakan oleh seorang pastor Gregorius Syamsudin MSF 

dibantu oleh bruder, suster yang bertugas di Paroki Keluarga Suci Tering. Demikian

pula Dewan Pastoral Paroki berperan membantu mensukseskan kegiatan-kegiatan

yang ada di paroki. Tetapi yang menjadi ujung tombak pelaksanaan kerasulan di

tengah umat adalah katekis sukarela (ketua lingkungan). Mereka bekerja di

lingkungan-lingkungan basis secara sukarela guna membantu sesama umat beriman

dalam menemukan nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam kehidupan mereka

sehari-hari.

Paroki Keluarga Suci Tering merupakan daerah yang banyak dihuni suku

dayak, relasi antara sesama bisa dikatakan sangat akrab, hal ini bisa dilihat ketika

ada kegiatan gotong royong semua warga terlibat aktif. Tetapi keaktifan umat

Paroki Keluarga Suci Tering dalam merayakan perayaan sakramen-sakramen sangat

rendah, hal ini dapat dilihat dari keaktifan umat yang sangat kurang dalam

menghadiri perayaan sakramen-sakramen seperti Ekaristi, pengakuan dosa serta

(29)

3. Situasi katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering

Katekis dalam tugas pastoralnya mengajar agama, serta mempersiapkan

pembabtisan dan komuni pertama serta menggerakan kelompok-kelompok lain

untuk dapat mengembangkan imannya secara baik dan mendalam sehingga

nilai-nilai Kerajaan Allah terwujud dalam kehidupan bersama. Dalam kegiatan hidup

menggereja katekis harus tunduk pada hirarki serta setia dalam melaksanakan

tugas-tugas yang telah dipercayakan kepadanya. Sikap yang harus dimiliki sebagai

seorang pewarta terbuka terhadap Kristus dan menyerahkan diri sepenuhnya dalam

iman serta mampu menghayati imannya dengan sebaik-baiknya. Pada dasarnya

tugas seorang katekis adalah mewartakan dan menyampaikan sabda Tuhan kepada

sesama umat beriman, oleh karena itu, sikap rohani yang paling dasar adalah

keterbukaan terhadap sabda, yang terkandung dalam wahyu, diwartakan oleh

Gereja, dirayakan dalam liturgi dan dihayati. Sikap ini selalu berarti perjumpaan

dengan Kristus, yang bersemayam dalam sabda, dalam Ekaristi dan dalam

saudara-saudari kita. Terbuka terhadap sabda berarti terbuka terhadap Tuhan, Gereja dan

dunia (Komkat KWI, 1997: 23).

Di Paroki Keluarga Suci Tering jumlah katekis sukarela yang bertugas 30

orang, mereka dipilih secara khusus oleh Gereja untuk memperkenalkan Kristus

kepada umat. Pendidikan formal katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering

rata-rata SMP dan SMA. Sebagian besar pekerjaan katekis sukarela Paroki Keluarga

Suci Tering adalah sebagai petani dan nelayan. Pekerjaan sebagai petani dan

nelayan kadang membuat katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering enggan

terlibat dalam hidup menggereja karena sibuk dengan pekerjaan mereka sehari-hari

(30)

mengalami hambatan dan kesulitan untuk melibatkan para peserta, faktor yang

menghambat perkembangan kearah keterlibatan umat adalah sebagian besar para

katekis kurang mengetahui metode berkatekese umat yang dialogal partisipatif,

sehingga dalam melaksanakan proses berkatekese keterlibatan para peserta kurang

diperhatikan. Selain itu di Paroki Keluarga Suci Tering tidak ada tenaga ahli dalam

bidang katekese, hal ini tentu menghambat para katekis dalam mewartakan

nilai-nilai Kerajan Allah di tengah umat.

Melihat permasalahan di atas, penulis merasa terdorong untuk meneliti

terlebih dahulu proses pelaksanaan katekese di Paroki Keluarga Suci Tering,

khususnya karya katekese umat yang dilaksanakan. Dari hasil pengamatan tersebut

akan dicari jalan pemecahannya untuk menjadi sebuah sumbangan pemikiran bagi

katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering selaku penggerak umat.

B. Penelitian Mengenai Kemampuan Katekis Sukarela di Paroki Keluarga

Suci Tering

Penelitian mengenai kemampuan katekis sukarela di Paroki Keluarga Suci

Tering, pertama-tama dengan menghadap dosen pembimbing skripsi untuk

diadakan penelitian. Kemudian mengajukan proposal penelitian untuk menyatakan

apa saja yang akan dilakukan dalam penelitian, jenis dan metode penelitian, tempat

dan waktu penelitian, tujuan penelitian, responden, variable penelitian serta hasil

penelitian. Setelah disetujui proposal yang ditulis, maka penulis membuat kuesioner

untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan katekis mengenai katekese umat,

kemudian penulis mengedarkan kuesioner kepada para katekis sukarela di Paroki

(31)

1. Jenis dan metode penelitian

Penulisan skripsi ini menggunakan jenis penelitian terapan yang

diselenggarakan untuk mengungkapkan masalah yang terjadi sebagaimana adanya

dan merupakan penyikapan fakta dalam proses pelaksanaan katekese sehingga

mencari sesuatu yang lebih baik (Hermawan Wasito, 1992:10).

Metode penelitian yang akan penulis gunakan adalah metode deskriptif

analisis berdasarkan penelitian sederhana yaitu melalui observasi lapangan dengan

menyebarkan kuesioner/angket dan melakukan wawancara.

2. Tempat dan waktu penelitian

Tempat yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah di Paroki

Keluarga Suci Tering Keuskupan Agung Samarinda. Waktu penelitian sekitar 2

(dua) bulan, pada bulan Juni-Juli 2010. Pada tanggal 23 Agustus 2010 memeriksa,

menghitung data yang terkumpul.

3. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah ingin:

a. Mengetahui metode dan model-model katekese yang digunakan selama ini,

serta kesulitan/permasalahan apa saja yang dialami katekis sukarela Paroki

Keluarga Suci Tering dalam berkatekese umat.

b. Mengetahui sejauh mana kemampuan katekis sukarela dalam berkatekese umat

di Paroki Keluarga Suci Tering.

(32)

4. Responden

Responden dalam penelitian ini adalah para katekis sukarela. Sedangkan

penelitian ini dilaksanakan di Paroki Keluarga Suci Tering, jumlah keseluruhan

katekis sukarela yang ada di Paroki Keluarga Suci Tering adalah 30 orang, ini

termasuk katekis sukarela yang ada di stasi-stasi sekitar maupun lingkungan.

Penelitian dilakukan terhadap para katekis sukarela, karena merekalah yang

menjadi sasaran utama dalam skripsi ini, setelah melihat sejauh mana kemampuan

dan kesulitan katekis sukarela dalam berkatekese umat, penulis menawarkan

katekese umat model SCP sebagai usaha meningkatkan kemampuan para katekis

sukarela Paroki Keluarga Suci Tering dalam berkatekse umat yang melibatkan

peserta.

5. Variable penelitian

Variable adalah suatu dimensi konsep yang dapat diukur (Hagidorn, 1982:

29).

a. Variable tersebut dapat dilihat dalam sebuah tabel berikut:

No Variable No Item Jumlah

(1) (2) (3) (4)

1 Identitas responden. 1, 2, 3, 4 4

2 Pengetahuan katekis sukarela tentang katekese.

5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14 11

3 Kemampuan katekis dalam

berkatekese.

15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24

10

4 Kesulitan/permasalahan yang dihadapi oleh katekis dalam berkatekese.

25, 26, 27 2

5 Harapan katekis sukarela. 28, 29, 30 3

Jumlah 30

Pengolahan data menggunakan tabel distribusi frequensi relatif yang

(33)

seluruh responden, kemudian dikalikan dengan seratus (F: N x 100). F menunjukkan frequensi dan N menunjukkan jumlah responden.

6. Hasil penelitian

Penelitian ini dapat berjalan dengan baik karena setiap katekis sukarela yang

ada di Paroki Keluarga Suci Tering, baik mereka yang di pusat paroki/gereja

maupun di stasi-stasi dapat dihubungi/ditemui untuk mengisi kuesioner yang

penulis bagikan. Dari hasil yang sudah terkumpul penulis akan melaporkan hasil

data frequensi jawaban yang diberikan oleh responden terhadap setiap pertanyaan

yang penulis buat. Di sini penulis akan mencoba untuk menganalisis dan

menafsirkan serta mengungkapkan fakta yang diperoleh di lapangan. Penulis akan

menyimpulkan data yang sudah terkumpul, tujuannya adalah untuk melihat sejauh

mana pelaksanaan, kemampuan, kesulitan/permasalahan yang dialami katekis

sukarela di Paroki Keluarga Suci Tering selama ini dalam berkatekese umat.

Setelah melihat permasalahan yang dialami, penulis menawarkan katekese umat

model SCP untuk membantu para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering

dalam melaksanakan proses katekese umat yang dialogal partisipatif.

a. Identitas responden

Tabel 1: Identitas responden

(34)

(1) (2) (4) (5) 3 Pendidikan terakhir:

a. SD. b. SMP. c. SMA.

d. Perguruan Tinggi.

5 4 Lama menjadi katekis sukarela:

a. 1-5 tahun.

Dari tabel 1 no. item 1 memperlihatkan katekis sukarela yang berusia kurang

dari 30 tahun, berjumlah 2 orang (6,67%) yang berusia 30-40 tahun, berjumlah 10

orang (33,33%), disusul dengan katekis sukarela yang berusia 41-50 tahun 11 orang

(37,67%). Katekis yang berusia di atas 50 tahun, berjumlah 7 orang (23,33%). Bisa

dikatakan sebagian besar para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering berusia

antara 41-50 tahun dengan jumlah 11 orang (36,67%), langsung diikuti oleh mereka

yang berusia 30-40 tahun, sebanyak 10 orang (33,33%) dengan selisih satu

responden. Tampak di sini bahwa para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci

Tering didominasi dari mereka yang berusia 41-51 tahun dan diikuti oleh mereka

yang berusia 30-40 tahun, sedangkan dari kalangan generasi muda yang berusia di

bawah 30 tahun jumlahnya sangat terbatas yang menjadi katekis sukarela Paroki

Keluarga Suci Tering.

Melihat tabel 1 no. item 2 di atas katekis sukarela pria, berjumlah 23 orang

(76,67%) dan wanita, berjumlah 7 orang (23,33%). Hal ini menunjukkan di Paroki

Keluarga Suci Tering, pelayan katekis lebih banyak dilaksanakan oleh kaum pria.

Status pendidikan terakhir yang ditempuh oleh katekis sukarela Paroki Keluarga

(35)

berpendidikan SMP, berjumlah 13 orang katekis (43,33%) dan yang berpendidikan

SMA, berjumlah 9 orang katekis (30,00%). Hampir dikatakan tidak terlalu

menyolok bagi mereka yang berpendidikan di perguruan tinggi, sebanyak 3 orang

katekis (10,00%), sedangkan SD sebanyak dan 5 orang katekis (16,67%). Sebagian

besar katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering berpendidikan SMP dan SMA,

sedangkan bagi mereka yang berpendidikan di perguruan tinggi jumlahnya sangat

terbatas.

Tabel 1 no. item 4 memperlihatkan sebagian besar para katekis sukarela

Paroki Keluarga Suci Tering sudah berkarya 5-9 tahun, sebanyak 13 orang katekis

(43,33%), sedangkan 10-14 tahun, sebanyak 9 orang katekis (30,00%), katekis

sukarela yang sudah mengabdi di atas 15 tahun, berjumlah 7 orang katekis

(23,33%) dan katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering yang mengabdi 1-5

tahun, berjumlah 2 orang katekis (6,67%).

b. Pengetahuan katekis sukarela tentang katekese

Tabel 2: Pengetahuan katekis sukarela berkaitan dengan katekese

(N=30)

No Aspek yang diungkap Frequensi %

(1) (2) (3) (4)

5 Pengertian katekese: a. Sebagai pengajaran. b. Sebagai pendalaman. c. Sebagai pendidikan 6 Peranan katekese:

a. Membuat umat bahagia dalam kehidupan sehari-hari. b. Membangkitkan semangat umat untuk pergi ke Gereja. c. Mematangkan sikap iman/menumbuhkan kepekaan dan

kesedian umat untuk berserah diri kepada Allah. d. Melibatkan umat dalam hidup menggereja agar

mendapatkan kebahagian dalam relasi dengan sesama.

8

(36)

(1) (2) (3) (4) 7 a. Menyadarkan umat agar tetap mengingat akan kebaikan

Tuhan yang telah diberikan.

b. Membawa umat pada perjumpaan dengan pribadi Kristus untuk mendapat kehidupan yang sejati. c. Mematangkan iman umat agar dapat mencintai Tuhan

dalam kehidupannya sehari-hari.

d. Mengembangkan keberanian umat untuk dapat terlibat dalam setiap kegiatan Gereja.

5

8 Metode katekese:

a. Cara pelayanan yang kreatif agar manusia dapat

bertemu dengan Tuhan dalam kehidupannya sehari-hari. b. Salah satu usaha yang baik untuk dapat mengumpulkan

umat dalam proses berkatekese.

c. Cara membuat umat terlibat dalam proses katekese. d. Agar umat semakin sadar dan mampu untuk melibatkan

diri dalam kehidupan menggereja.

5

9 Pengertian Katekese Umat:

a. Umat bersaksi akan iman Yesus Kristus, pengantara Allah yang bersabda kepada umat agar melakukan pertobatan secara serentak.

b. Bersaksi tentang iman akan Yesus Kristus yang menyelamatkan setiap pribadi manusia.

c. Pelayanan terhadap umat yang melaksanakan proses katekese agar umat semakin berkembang dalam iman. d. Komunikasi iman atau tukar pengalaman iman antar

anggota jemaat melalui kesaksian iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara semakin sempurna.

3

a. Pelayanan Sabda yang diberikan oleh Gereja terhadap umat setempat agar tetap beriman.

b. Supaya dalam terang Injil, iman umat semakin diresapi melalui pengalaman sehari-hari mereka.

c. Dalam proses katekese umat kita bersaksi tentang iman akan Yesus Kristus, pengantara Allah yang bersabda kepada kita menghadapi sabda Allah.

d. Komunikasi iman iman yang dilakukan setiap peserta yang hadir dalam proses katekese umat.

11

11 Suasana dalam proses Katekese Umat:

a. Peserta berdialog dalam suasana yang terbuka, ditandai sikap saling menghargai dan saling mendengarkan, proses terencana ini berjalan terus menerus.

b. Peserta berdialog dengan peserta yang memilki jabatan yang sama dengannya.

c. Setiap peserta dituntut untuk dapat sharing pengalaman imannya agar semua mendapat jatah.

d. Peserta harus saling menanggapi sharing pengalaman iman setiap peserta yang sharing.

2

12 Dalam Katekese Umat kita bersaksi tentang: a. Kegiatan umat sehari-hari dalam Gereja.

b. Iman kita akan Yesus Kristus yang menyelamatkan.

12 4

(37)

(1) (2) (3) (4) c. Kepercayaan kita terhadap Gereja yang menyelamatkan.

d. Kejadian-kejadian yang terjadi dalam masyarakat.

8 6

26,67% 20,00% 13 Tugas pemimpin Katekese Umat:

a. Menentukan siapa yang harus sharing dalam proses Katekese Umat.

b. Mengkritik sharing yang diungkapkan oleh para peserta. c. Sebagai pengkotbah yang harus berbicara terus menerus

dalam proses Katekese Umat.

d. Sebagai fasilitator dan pemudah proses Katekese Umat.

14 14 Manfaat Katekese Umat:

a. Iman peserta semakin diteguhkan dan dihayati secara sempurna sehingga menemukan nilai-nilai Kerajaan Allah.

b. Mengantar umat kepada pertobatan yang sejati dan menemukan kebahagiaan.

c. Menyadarkan umat untuk terlibat dalam hidup menggereja.

d. Iman dan kepercayaan umat semakin berkembang dalam hidup menggereja.

Tabel 2 no. item 5 memperlihatkan sebagian besar katekis sukarela Paroki

Keluarga Suci Tering memahami pengertian katekese sebagai pengajaran, sebanyak

12 orang katekis (40,00%), sebagai pendalaman 9 orang katekis (30,00%), sebagai

persekutuan 8 orang katekis (26,67%) kemudian sebagai pendidikan 1 orang katekis

(3,33%). Pemahaman katekis sukarela mengenai peranan katekese selama ini

merupakan upaya membangkitkan semangat umat pergi ke Gereja sebanyak 10

orang katekis (33,66%) dan 8 orang katekis (26,67%) memahami peranan katekese

sebagai usaha membuat umat bahagia dalam kehidupan sehari-hari, sama dengan

mematangkan sikap iman/menumbuhkan kepekaan dan kesedian umat untuk

berserah diri kepada Allah sebanyak 8 orang katekis (26,67%). Sedangkan 4 orang

katekis (13,33%) memahami peranan katekese sebagai salah satu usaha melibatkan

umat dalam hidup menggereja agar mendapatkan kebahagian melalui relasi dengan

(38)

sukarela Paroki Keluarga Suci Tering memiliki pemahaman yang berbeda-beda

mengenai peranan katekese.

Pemahaman katekis terhadap tujuan katekese terutama untuk mematangkan

iman umat agar mencintai Tuhan dalam kehidupannya sehari-hari, sebanyak 13

orang katekis (43,33%), disusul dengan katekis yang menyatakan tujuan katekese

adalah upaya mengembangkan keberanian umat untuk terlibat dalam setiap

kegiatan Gereja, berjumlah 8 orang katekis (26,67%). Selanjutnya 5 orang katekis

(16,67%) memahami tujuan katekese adalah usaha menyadarkan umat agar tetap

mengingat kebaikan Tuhan. Sebagian kecil saja yang bertujuan membawa umat

pada perjumpaan dengan pribadi Kristus untuk mendapat kehidupan yang sejati,

berjumlah 4 orang katekis (13,33%). Data yang diperoleh dari tabel 2 no. item 7

memperlihatkan pelaksanaan katekese yang dilaksanakan selama ini di Paroki

Keluarga Suci Tering, hanya untuk mematangkan iman umat agar mencintai Tuhan

dalam kehidupannya sehari-hari, jarang katekese yang dilaksanakan untuk

membawa umat pada perjumpaan dengan pribadi Kristus agar mendapat kehidupan

yang sejati.

Dari data yang diperoleh pada tabel 2 no. item 8 sebagian besar katekis

sukarela memahami metode katekese sebagai salah satu usaha mengumpulkan umat

agar mengikuti proses berkatekese umat, sebanyak 10 orang katekis (33,33%), 8

orang katekis (26,67%) memahami metode katekese sebagai usaha membuat umat

terlibat dalam proses katekese umat yang dilaksanakan, disusul 7 orang katekis

(23,33%) memahami metode katekese sebagai upaya yang dilakukan agar umat

semakin sadar dan mampu melibatkan diri dalam hidup menggereja. Sedangkan 5

(39)

kreatif agar manusia dapat bertemu dengan Tuhan dalam kehidupannya sehari-hari.

Metode katekese yang dipahami selama ini tampak hanya dilakukan untuk

mengumpulkan umat agar mengikuti proses berkatekese. Sebagian kecil saja yang

menyatakan metode katekese merupakan cara pelayanan yang kreatif agar manusia

bertemu dengan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.

Dilihat dari data yang ditemukan pada tabel 2 no. item 9, sebagian besar

katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering memahami pengertian katekese umat

sebagai pelayanan yang diberikan kepada umat untuk melaksanakan proses

berkatekese umat sehingga para peserta semakin berkembang dalam iman,

sebanyak 13 orang katekis (43,33%), kita bersaksi tentang iman akan Yesus Kristus

yang menyelamatkan setiap pribadi manusia, sebanyak 8 orang katekis (26,67%).

Sebagian kecil saja yang memahami pengertian katekese umat sebagai komunikasi

iman atau tukar pengalaman iman antar anggota jemaat melalui kesaksian iman

masing-masing diteguhkan dan dihayati secara sempurna, sebanyak 6 orang katekis

(20,00%). Kemudian peserta bersaksi akan iman Yesus Kristus, pengantara Allah

yang bersabda kepada umat agar melakukan pertobatan secara serentak, sebanyak 3

orang katekis (10,00%). Dari data yang diperoleh memperlihatkan sebagian besar

katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering perlu diberikan

pembinaan/pendampingan guna menambah pengetahuan mereka berhubungan

dengan pengertian katekese umat.

Data yang diperoleh pada tabel 2 no. item 10 sebagian katekis sukarela

Paroki Keluarga Suci Tering memahami isi yang ada dalam proses katekese umat

adalah pelayanan sabda yang diberikan oleh Gereja kepada umat setempat agar

(40)

terang Injil iman semakin diresapi melalui pengalaman sehari-hari, sebanyak 8

orang katekis (26,67%). Disusul 7 orang katekis (23,33%) memahami isi katekese

umat sebagai komunikasi iman yang dilakukan setiap peserta yang hadir dalam

proses katekese umat. Sebagian kecil saja katekis yang menyatakan isi yang ada

dalam proses katekese umat kita bersaksi tentang iman akan Yesus Kristus,

pengantara Allah yang bersabda kepada kita, sebanyak 4 orang katekis (13,33%).

Keadaan ini menunjukan bahwa para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering

kurang mengetahui isi yang ada dalam proses katekese umat. Untuk membantu para

katekis yang kurang memiliki pengetahuan mengenai isi katekese umat maka perlu

diadakan pendampingan guna menambah pengetahuan dan wawasan katekis

sukarela dalam berkatekese umat.

Dari data yang diperoleh pada tabel 1 no. item 11 sebagian kecil saja katekis

sukarela Paroki Keluarga Suci Tering yang menyatakan suasana yang dibangun

dalam proses katekese umat peserta berdialog dalam suasana yang terbuka, ditandai

sikap saling menghargai, saling mendengarkan satu dengan yang lain, sebanyak 2

orang katekis (6,67%) dan sebagian katekis menyatakan suasana yang dibangun

dalam proses katekese umat pendamping mengajak para peserta untuk saling

menanggapi sharing pengalaman iman peserta yang lain, sebanyak 13 orang katekis

(43,33%), peserta berdialog dengan sesama peserta yang memilki jabatan yang

sama dengannya, berjumlah 9 orang katekis (30,00%), selanjutnya setiap peserta

dituntut untuk sharing pengalaman imannya agar semua mendapat jatah, sebanyak 6

orang katekis (20,00%).

Data yang diperoleh pada tabel 2 no. item 12 katekis sukarela Paroki

(41)

sehari-hari dalam Gereja, sebanyak 12 orang katekis (40,00%), membahas tentang

kepercayaan terhadap Gereja yang menyelamatkan, sebanyak 8 orang katekis

(26,67%), mengangkat kejadian-kejadian yang terjadi dalam masyarakat, berjumlah

6 orang katekis (20,00%). Hanya 4 orang katekis (13,33%) yang menyatakan dalam

proses katekese umat kita bersaksi tentang iman akan Yesus Kristus yang

menyelamatkan.

Tugas seorang pemimpin katekese umat adalah sebagai fasilitator/ pemudah

yang mengusahakan proses katekese umat berjalan dengan baik, sebanyak 7 orang

katekis (23,33%) dan 14 orang katekis (46,67%) menyatakan tugas pembina

katekese umat adalah menentukan siapa yang harus sharing dalam proses katekese

umat. Hal ini memperlihatkan katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering kurang

memahami tugas mereka sebagai pemimpin katekese umat. Sedangkan 4 orang

katekis (13,33%) menyatakan tugas seorang pemimpin katekese umat adalah

mengkritik sharing yang diungkapkan oleh para peserta katekese umat. Kemudian 5

orang katekis (16,67%) menyatakan tugas seorang pemimpin dalam proses katekese

umat adalah sebagai pengkotbah yang harus berbicara terus menerus dalam proses

pelaksanaan katekese umat. Data yang diperoleh pada tabel 2 no. item 13

mengungkapkan para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering kurang

memahami tugasnya sebagai pembina katekese umat.

Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 2 no. item 14, sebagian besar

para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering memahami manfaat katekese

umat yang dilaksanakan selama ini adalah untuk menyadarkan umat agar terlibat

dalam hidup menggereja, sebanyak 13 orang katekis (43,33%), iman peserta

(42)

Kerajaan Allah, sebanyak 8 orang katekis (26,67%). Sedangkan 6 orang katekis

(20,00%) memahami manfaat katekese umat yang dilaksanakan selama ini

merupakan upaya mengantar umat kepada pertobatan yang sejati untuk menemukan

kebahagian dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian 3 orang katekis (10,00%)

memahami manfaat katekese umat sebagai upaya mengembangkan iman dan

kepercayaan umat agar terlibat dalam hidup menggereja.

c. Kemampuan katekis dalam berkatekese

Tabel 3: Kemampuan katekis dalam melaksanakan katekese umat

(N=30) No

Item

Aspek yang diungkap frequensi %

(1) (2) (3) (4)

15 Langkah yang dilakukan sebelum melaksanakan kegiatan Katekese Umat:

a.Langkah pertama mengamati dan menyadari fonemena tertentu dalam masyarakat yang diangkat dalam tema katekese umat, kedua menyadari dan merefleksikan situasi yang telah dianalisis dalam terang Kitab Suci

dan ketiga memikirkan dan merencanakan aksi untuk

bertindak.

b.Langkah pertama merefleksikan apa yang sudah dilihat dalam masyarakat, kedua memikirkan aksi apa yang hendak dibuat, ketiga menyadari suatu kejadiaan yang terjadi di tengah masyarakat.

c.Langkah pertama menyadari dan merefleksikan kejadian yang terjadi, kedua memikirkan dan merencanakan aksi untuk bertindak, ketiga menyadari dan merefleksikan situasi yang telah dianalisis dalam terang Kitab Suci. d.Langkah pertama melakukan refleksi atas apa

yang terjadi di dalam masyarakat, kedua melaksanakan katekese umat dengan menggunakan Kitab Suci, ketiga merencanakan aksi konkrit untuk pertobatan.

5

16 Dari proses dan langkah Katekese Umat pembina harus menguasai cara-cara:

a.Menganalisa relasi umat dengan sesamanya serta mampu melihat kebiasaan umat setempat.

b.Menganalisa situasi umat dan menafsirkan Kitab Suci serta mampu menyusun rencana tindak lanjut.

(43)

(1) (2) (3) (4) d.Menafsirkan Kitab Suci dan sejauhmana pengetahuan

peserta tentang Tuhan.

7 23,33%

17 Keunggulan Katekese Umat:

a. Dalam Katekese Umat semua peserta terlibat aktif berfikir, berbicara, berkomunikasi, umat yang menjadi subjek dalam berkatekese.

b. Dalam Katekese Umat fasilitator yang menjadi orang yang pertama/utama.

c. Dalam katekese Umat peserta harus sharing dan mengungkapkan pengalaman imannya.

d. Katekese Umat mempunyai susunan yang teratur dan terarah sehingga prosesnya dapat berjalan dengan baik.

2

18 Seorang Pembina Katekese Umat sebagai saksi iman diharapkan:

a. Seorang pribadi yang rela mengumpulkan, menyatukan dan membimbing kelompok umat dasar untuk melaksa- nakan Katekese Umat sebagai suatu proses komunikasi iman semakin berkembang.

b. Seorang pribadi yang berani berjuang demi perkembangan iman umat setempat.

c. Seorang pribadi yang melaksanakan tugasnya demi perkembangan Gereja.

d. Seorang pribadi yang memiliki motivasi untuk terus memperkembangkan Gereja.

19 Kemampuan/keterampilan yang dibutuhkan oleh katekis dalam berkatekese umat:

a. Kemampuan/keterampilan berkomunikasi dan berefleksi.

b. Kemampuan/keterampilan membawa umat untuk bertobat.

c. Kemampuan /keterampilan menyadarkan umat untuk terlibat dalam hidup menggereja.

d. Kemampuan melihat perubahan pada umat.

3

  Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan teks Kitab Suci dalam Katekese Umat: a. Menggunakan teks Kitab Suci yang disenangi oleh umat

agar proses katekese umat dapat berjalan dengan baik dan lancar.

b. Menggunakan teks Kitab Suci sesuai dengan masalah yang terjadi sekarang dan memperhatikan pengalaman iman Kitab Suci yang berkaitan dengan pengalaman peserta Katekese Umat.

c. Menggunakan teks Kitab Suci yang sesuai keinginan umat.

d. Menggunakan teks Kitab Suci dengan cermat dan teliti agar dapat mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah.

4

21 Makna Kitab Suci dalam Katekese Umat:

a. Mengkritik sikap setiap peserta yang hadir dalam pelaksanaan Katekese Umat.

b. Mengkritik sikap kita dan peserta, menegur,

3

7

10,00%

(44)

(1) (2) (3) (4) meneguhkan, memberi banyak kemungkinan,

membuka wawasan dan memberi insprirasi, semangat dalam menjalankan kehidupan yang lebih baik.

c. Mengajari umat untuk dapat mengenal siapa saja tokoh- tokoh yang ada dalam Kitab Suci.

d. Menyadarkan umat untuk dapat melakukan pertobatan dan melibatkan diri dalam hidup menggereja.

9

11

30,00%

36,67%

22 Metode Katekese umat yang sering anda gunakan selama ini:

Tanggapan peserta terhadap sharing dalam proses katekese umat yang pernah anda laksanakan selama ini:

a.Tidak menanggapi.

b.Aktif, terlibat dalam sharing. c.Pasif, tidak terbiasa sharing.

d.Tidak pernah melaksanakan kegiatan sharing.

3 24 Usaha apa yang dilakukan supaya peserta dapat terlibat dan

tertarik dalam kegiatan berkatekese umat: a. Mempersiapkan bahan dengan baik sebelum

melaksanakan katekese.

b. Memberi tugas dengan menghafal doa-doa. c.Melibatkan peserta dengan tanya jawab sharing

pengalaman iman.

Dari data yang diperoleh pada tabel 3 no. item 15, langkah yang banyak

digunakan katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering sebelum melaksanakan

kegiatan katekese umat, pertama menyadari dan merefleksikan kejadian yang terjadi, kemudian memikirkan dan merencanakan aksi untuk bertindak, selanjutnya

menyadari dan merefleksikan situasi yang telah dianalisis dalam terang Kitab Suci,

sebanyak 16 orang katekis (53,33%) dan 7 orang katekis (23,33%) sebelum

melaksanakan katekese umat terlebih dahulu merefleksikan apa yang sudah dilihat

dalam masyarakat dan memikirkan aksi yang hendak dibuat kemudian mencoba

menyadari kejadiaan yang terjadi di tengah masyarakat. 5 orang katekis (16,67%)

(45)

fonemena tertentu dalam masyarakat yang diangkat dalam katekese umat, kemudian

menyadari dan merefleksikan situasi yang telah dianalisis dalam terang Kitab Suci,

setelah itu memikirkan dan merencanakan aksi untuk bertindak. Sedangkan 2 orang

katekis (6,67%) sebelum melaksanakan kegiatan katekese umat terlebih dahulu

melakukan refleksi atas apa yang terjadi di dalam masyarakat kemudian

melaksanakan katekese umat dengan menggunakan Kitab Suci pada akhir

pertemuan merencanakan aksi konkrit untuk pertobatan. Katekis sebagai pembina

katekese umat sebaiknya menguasai cara-cara yang berkaitan dengan proses

katekese umat.

Pada tabel 3 no. item 16, sebagian besar katekis sukarela Paroki Keluarga

Suci Tering menyatakan sebagai pembina katekese umat cara-cara yang harus

dikuasai agar dapat melaksanakan proses katekese umat terlebih dahulu

menganalisa relasi umat dengan sesamanya serta mampu melihat kebiasaan umat

setempat, sebanyak 12 orang katekis (40,00%) dan 6 orang katekis (20.00%)

menyatakan cara-cara yang harus dikuasai oleh pembina katekese umat sebelum

melaksanakan proses katekese umat adalah terlebih dahulu menganalisa situasi

umat dan menafsirkan Kitab Suci serta mampu menyusun rencana tindak lanjut.

Kemudian 5 orang katekis (16,67%) menyatakan cara-cara yang harus dikuasai

sebelum melaksanakan proses katekese umat, seorang katekis harus mampu

menafsirkan apa yang akan terjadi setelah melaksanakan katekese umat. Sedangkan

7 orang katekis (23,33%) menyatakan sebagai pembina katekese umat cara-cara

yang harus dikuasi agar katekese umat dapat berjalan dengan baik, seorang katekis

harus mampu menafsirkan Kitab Suci dan mampu menafsirkan sejauhmana

(46)

katekis (40,00%) sebelum melaksanakan proses katekese umat terlebih dahulu

menganalisa relasi umat dengan sesamanya kemudian melihat kebiasaan umat

setempat. Jarang sekali para katekis sukarela sebelum melaksanakan proses

katekese umat menganalisa terlebih dahulu situasi umat dan menafsirkan Kitab Suci

serta mampu menyusun rencana tindak lanjut. Data yang diperoleh menunjukkan

bahwa katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering kurang mengetahui cara-cara

yang harus dikuasai sebelum melaksanakan proses katekese, untuk membantu para

katekis sukarela yang tidak mendapat pendidikan berhubungan dengan tugas

sebagai pewarta iman maka perlu diadakan pendampingan guna menambah

wawasan dan pengetahuan katekis dalam berkatekese.

Data yang diperoleh pada tabel 3 no. item 17 sebagian besar katekis

menyatakan keunggulan katekese umat terletak pada fasilitator menjadi orang

pertama/utama, sebanyak 16 orang katekis (53,33%) dan 9 orang katekis (30,00%)

menyatakan keunggulan katekese umat peserta harus sharing dan mengungkapkan

pengalaman imannya. Kemudian 3 orang katekis (10,00%) menyatakan keunggulan

katekese umat terletak pada susunannya yang teratur dan terarah sehingga

prosesnya dapat berjalan dengan baik. Hampir sangat kurang katekis sukarela yang

menyatakan keunggulan katekese umat semua peserta terlibat aktif berfikir,

berbicara, berkomunikasi, umat yang menjadi subjek dalam berkatekese, sebanyak

2 orang katekis (6,67%). Data yang diperoleh memperlihatkan katekis sukarela

Paroki Keluarga Suci Tering perlu diberikan pendampingan guna menambah

pengetahuan berkaitan dengan tugas mereka sebagai pembina katekese umat.

Data yang diperoleh pada tabel 3 no. item 18 memperlihatkan sebagian

(47)

seorang pribadi yang melaksanakan tugasnya demi perkembangan Gereja, sebanyak

16 orang katekis (53,33%). Kemudian 7 orang katekis (23,33%) menyatakan

sebagai pembina katekese umat katekis harus memiliki pribadi yang berani

berjuang demi perkembangan iman umat setempat. Diikuti oleh 5 orang katekis

(16,67%) menyatakan sebagai pembina katekese umat seorang katekis dituntut

memiliki pribadi yang rela mengumpulkan, menyatukan dan membimbing

kelompok umat dasar untuk melaksanakan kegiatan katekese sebagai proses

komunikasi iman.

Data yang diperoleh pada tabel 3 no. item 19 memperlihatkan sebagian

besar katekis memiliki pemahaman bahwa kemampuan/keterampilan yang

dibutuhkan seorang pembina katekese umat dalam berkatekese umat adalah

kemampuan/keterampilan membawa umat untuk bertobat, sebanyak 15 orang

katekis (50,00%), kemampuan/keterampilan menyadarkan umat untuk terlibat

dalam hidup menggereja, sebanyak 10 orang katekis (33,33%), sedangkan 3 orang

katekis (10,00%) memiliki pemahaman bahwa kemampuan/keterampilan yang

dibutuhkan dalam berkatekese umat adalah kemampuan/keterampilan

berkomunikasi dan berefleksi. Disusul dengan katekis yang memahami

kemampuan/keterampilan yang dibutuhkan dalam berkatekese umat adalah

kemampuan melihat perubahan yang terjadi pada umat, berjumlah 2 orang katekis

(6,67%).

Dalam proses katekese umat hal-hal yang perlu diperhatikan oleh seorang

katekis dalam menggunakan teks Kitab Suci. Sebagian katekis menyatakan hal

yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan proses katekese umat, teks Kitab Suci

(48)

Kitab Suci harus sesuai dengan masalah yang terjadi sekarang dan memperhatikan

pengalaman iman Kitab Suci yang berhubungan dengan pengalaman para peserta

katekese umat, sebanyak 9 orang katekis (30,00%). Kemudian 4 orang katekis

(13,33%) menggunakan teks Kitab Suci yang disenangi oleh umat agar proses

katekese umat dapat berjalan dengan baik dan 6 orang katekis (20,00%)

menggunakan teks Kitab Suci dengan cermat dan teliti agar dapat mewartakan

nilai-nilai Kerajaan Allah.

Dari data yang diperoleh pada tabel 3 no. item 20 sebagian besar katekis

sukarela Paroki Keluarga Suci Tering memilih menggunakan teks Kitab Suci

dengan melihat apa yang diinginkan oleh umat setempat. Kemudian disusul dengan

9 orang katekis (30,00%) memilih menggunakan teks Kitab Suci sesuai dengan

masalah yang terjadi sekarang dan memperhatikan pengalaman iman Kitab Suci

yang berhubungan dengan pengalaman peserta katekese umat. Jumlah ini

mengungkapkan katekis di Paroki Keluarga Suci Tering dalam memilih teks Kitab

Suci masih berfokus pada keinginan para peserta, dan tidak memperhatikan situasi

konkrit yang terjadi di masyarakat. Maka untuk membantu para katekis sukarela

yang kurang memiliki pengetahuan berkaitan dengan penggunaan Kitab Suci perlu

diadakan pendampingan guna menambah pengetahuan dan wawasan para katekis

sukarela Paroki Keluarga Suci Tering dalam melaksanakan katekese umat.

Data yang diperoleh pada tabel 3 no. item 21 menemukan 11 orang katekis

(36,67%) menyatakan makna Kitab Suci dalam katekese umat merupakan upaya

menyadarkan umat agar melakukan pertobatan dan melibatkan diri dalam hidup

menggereja, kemudian 9 orang katekis (30,00%) mengungkapkan makna Kitab

(49)

dalam Kitab Suci, sedangkan katekis yang menyatakan makna Kitab Suci dalam

proses katekese umat adalah mengkritik sikap setiap peserta yang hadir dalam

pelaksanaan katekese umat, sebanyak 3 orang katekis (10,00%). Hampir sangat

kurang mereka yang menyatakan makna Kitab Suci sebagai upaya mengkritik sikap

kita dan peserta, menegur, meneguhkan, memberi banyak kemungkinan, membuka

wawasan dan memberi inspirasi serta semangat dalam menjalankan kehidupan yang

lebih baik, sebanyak 7 orang katekis (23,33%).

Data yang diperoleh pada tabel 3 no. item 22 metode katekese yang sering

digunakan katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering dalam melaksanakan

proses katekese umat adalah metode ceramah, sebanyak 14 orang katekis (46,67%),

metode menjelaskan, sebanyak 7 orang katekis (23,33%) dan metode dialog,

sebanyak 6 orang katekis (20,00%). Sedangkan metode sharing digunakan 3 orang

katekis (10,00%). Tanggapan para peserta terhadap sharing dalam proses katekese

umat yang pernah dilaksanakan selama ini di Paroki Keluarga Suci Tering, 12

orang katekis (40,00%) menyatakan peserta pasif, tidak terbiasa sharing dan 8

orang katekis (26,67%) tidak pernah melakukan kegiatan sharing dalam proses

berkatekese umat, sedangkan katekis yang menyatakan peserta terlibat dalam

sharing, sebanyak 7 orang katekis (23,33%). Dari data yang diperoleh pada tabel 2

no. item 23, memperlihatkan para peserta kurang terlibat aktif dalam proses

katekese umat, dan untuk membantu para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci

Tering supaya dapat membuat para peserta terlibat aktif dalam proses pelaksanaan

katekese umat, perlu diadakan pendampingan guna membantu para katekis sukarela

agar semakin mampu melibatkan para peserta dalam proses pelaksanaan katekese

(50)

Suci Tering supaya para peserta terlibat aktif dan tertarik dalam proses kegiatan

katekese umat. Sebagian katekis sukarela berusaha memberi tugas kepada para

peserta dengan menghafal doa-doa, sebanyak 14 orang katekis (46,67%) dan 7

orang katekis (23,33%) berusaha melibatkan para peserta dalam proses katekese

umat dengan melakukan tanya jawab dan mengajak para peserta untuk sharing

pengalaman iman, kemudian 6 orang katekis (20,00%) sebelum melaksanakan

proses katekese umat terlebih dahulu mempersiapkan bahan dengan sebaik

mungkin, sedangkan 3 orang katekis menyatakan tidak ada usaha/upaya yang

dilakukan untuk melibatkan para peserta. Data yang ditemukan pada tabel 3 no.

item 24 sebagian besar para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering hanya

memberikan tugas kepada para peserta dan kurang berusaha membuat para peserta

tertarik dengan bahan katekese yang sudah dipersiapkan. Melihat permasalahan di

atas maka perlu diadakan pendampingan guna membantu para katekis sukarela agar

mampu memotivasi para peserta untuk terlibat aktif dalam proses katekese umat.

d. Kesulitan/permasalahan yang dihadapi oleh katekis dalam berkatekese

Tabel 4: Kesulitan yang menghambat katekis dalam berkatekese umat

(N=30) No

Item

Aspek yang diungkap Frequensi %

(1) (2) (3) (4)

25 Permasalahan pokok yang dihadapi oleh katekis sukarela dalam berkatekese umat selama ini:

a. Terlalu sibuk bekerja.

b. Kurangnya pengetahuan akan iman dan proses katekese yang melibatkan peserta.

c. Kurang mengerti bagaimana berkatekese umat yang baik dan benar.

d. Kurang pengalaman tentang katekese umat.

5 26 Hambatan yang membuat katekis sukarela kesulitan

(51)

(1) (2) (3) (4) a. Tidak mendapat pendidikan yang berhubungan

dengan berkatekese umat.

b. Tidak memiliki sarana prasarana yang berkaitan dengan proses katekese umat.

c. Tidak mengetahui bagaimana menggunakan metode katekese yang cocok.

d. Tidak memiliki buku pegangan tentang berkatekese umat.

27 Kesulitan yang paling menghambat para katekis sukarela dalam berkatekese umat:

a. Tidak memiliki ketrampilan yang cukup.

b. Tidak mengetahui katekese yang cocok untuk sekarang c. Tidak memiliki pengetahuan yang memadai.

d. Kurangnya pengetahuan tentang macam-macam metode dan sarana katekese umat.

11

Data yang diperoleh dari tabel 4 no. item 25 memperlihatkan permasalahan

yang dihadapi/dialami oleh katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering dalam

melaksanakan proses katekese umat. 10 orang katekis (33,33%) menyatakan kurang

pengetahuan akan iman dan proses katekese umat yang melibatkan para peserta,

kemudian 8 orang katekis (26,67%) menyatakan permasalahan yang dialami dalam

melaksanakan proses katekese umat kurang pengalaman tentang katekese umat.

Sedangkan 7 orang katekis (23,33%) menyatakan permasalahan yang dihadapi

adalah kurang mengerti bagaimana berkatekese umat yang baik dan benar, disusul

dengan 5 orang katekis (16,67%) menyatakan terlalu sibuk dengan pekerjaan. Data

yang diperoleh sebagian besar katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering

memerlukan pendampingan khusus guna menambah pengetahuan dan wawasan

mereka dalam berkatekese umat yang dialogal partisipatif.

Data yang diperoleh memperlihatkan hambatan yang dialami katekis

sukarela Paroki Keluarga Suci Tering dalam melaksanakan proses katekese umat

selama ini disebabkan oleh para katekis sukarela tidak mendapat pendidikan

(52)

(40,00%). Kemudian 9 orang katekis (30,00%) menyatakan hambatan yang mereka

alami selama ini adalah tidak memiliki buku pegangan yang berhubungan dengan

proses katekese umat dan 7 orang katekis (23,33%) menyatakan hambatan yang

mereka alami ketika melaksanakan katekese umat adalah tidak mengetahui

bagaimana menggunakan metode katekese umat yang cocok untuk jaman sekarang.

Disusul 2 orang katekis (6,67%) menyatakan hambatan yang dialami adalah tidak

memiliki saranaprasarana yang berhubungan dengan proses katekese umat. Dari

data yang diperoleh pada tabel 4 no. item 26 hambatan yang dialami katekis

sukarela Paroki Keluarga Suci Tering dalam melaksanakan proses katekese umat

selama ini disebabkan katekis sukarela tidak mendapat pendidikan yang memadai di

bidang katekese, tidak memiliki buku pegangan yang berhubungan dengan proses

berkatekese umat, kemudian tidak mengetahui metode katekese yang cocok untuk

jaman sekarang. Data yang diperoleh memperlihatkan sebagian besar katekis

sukarela Paroki Keluarga Suci Tering mengalami kesulitan/hambatan dalam

melaksanakan proses katekese umat, hal ini tentu sangat menghambat para katekis

sukarela dalam melaksanakan proses berkatekese umat yang dialogal partisipatif.

Dari data yang diperoleh pada tabel 4 no. item 27, memperlihatkan

kesulitan yang menghambat para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering

dalam berkatekese umat mereka tidak mengetahui katekese yang cocok untuk

jaman sekarang, sebanyak 15 orang katekis (50,00%), tidak memiliki ketrampilan

di bidang katekese umat, sebanyak 11 orang katekis (36,67%), tidak memiliki

pengetahuan mengenai katekese, sebanyak 3 orang katekis (10,00%) disusul 1

orang katekis (3,33%) menyatakan kesulitan yang paling menghambat ketika

(53)

berhubungan dengan proses pelaksanaan katekese umat. Data yang diperoleh

memperlihatkan sebagian besar katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering

mengalami kesulitan dalam melaksanakan proses berkatekese umat, hal ini

disebabkan oleh para katekis sukarela tidak memiliki pengetahuan yang memadai di

bidang katekese, untuk membantu para katekis sukarela yang sebagian besar tidak

mendapat pendidikan, perlu diadakan pendampingan guna menambah pengetahuan

para katekis.

e. Harapan katekis sukarela

Tabel 5: Harapan katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering

(N=30) No

item

Aspek yang diungkap frequensi %

(1) (2) (3) (4)

28 Kaderisasi berhubungan dengan katekese umat yang melibatkan para peserta dirasa:

a. Penting. 29 Pendampingan khusus terhadap katekis sukarela dirasa:

a. Penting. 30 Jika diberikan model katekese umat yang dapat

melibatkan umat:

Dari data ditemukan pada tabel 5 no. item 28, hampir semua katekis

sukarela Paroki Keluarga Suci Tering menyatakan kaderisasi yang berhubungan

dengan katekese umat sangat penting, sebanyak 25 orang katekis (83,33%).

Gambar

Tabel 1: Identitas responden
Tabel 2: Pengetahuan katekis sukarela berkaitan dengan katekese
Tabel 2 no. item 5 memperlihatkan sebagian besar katekis sukarela Paroki
Tabel 3: Kemampuan katekis dalam melaksanakan katekese umat
+3

Referensi

Dokumen terkait