• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM UPAYA PELESTARIAN HUTAN RAKYAT DI DESA KARANGREJO KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM UPAYA PELESTARIAN HUTAN RAKYAT DI DESA KARANGREJO KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM UPAYA PELESTARIAN HUTAN

RAKYAT DI DESA KARANGREJO

KECAMATAN LOANO KABUPATEN

PURWOREJO

Wakhidah Heny Suryaningsih

1

, Hartuti Purnaweni

2

,

Munifatul Izzati

3

1Magister Ilmu Lingkungan Undip 2Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Undip

3Fakultas Sains dan Matematika Undip

Abstrak

Pelestarian hutan rakyat agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya tidak lepas dari persepsi dan perilaku masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji persepsi dan perilaku masyarakat dalam pelestarian hutan rakyat serta mengidentiikasi faktor pendu -kung dan penghambat di Desa Karangrejo Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo.

Hasil penelitian tentang persepsi menunjukkan bahwa masyarakat mengetahui tentang hutan rakyat, fungsi dan Undang-Undang yang mengaturnya serta menganggap keberadaannya perlu dijaga dan dipertahankan.

Perilaku masyarakat berkaitan dengan aspek ekologi, ekonomi, sosial dan budaya di -antaranya adalah menjaga keberlangsungan hutan rakyat dengan menanam, memeli -hara, serta tidak melakukan kegiatan yang merusak hutan. Secara ekonomi hutan rakyat hasil hutan rakyat dapat memenuhi kebutuhan sendiri dan dipasarkan. Aspek Secara sosial adanya partisipasi aktif masyarakat, kelembagaan, kerjasama dengan instansi terkait,peran wanita dan norma yang berlaku. Secara budaya muncul yaitu perilaku menanam,berkumpul dan tebang butuh.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah persepsi dan perilaku masyarakat di Desa Karangrejo Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo secara ekologi,ekonomi, sosial, dan budaya mendukung upaya pelestarian hutan rakyat.

Rekomendasi yang disarankan adalah merumuskan rancangan dengan me -libatkan pihak terkait tentang pengelolaan hutan rakyat dengan melakukan identiika -si dan inventarisa-si poten-si, peluang, dan kendala dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kata Kunci: Persepsi, Perilaku, Hutan Rakyat, Desa Karangrejo, SWOT

(2)

Pendahuluan

Indonesia memiliki hutan tropis dengan luas ketiga di dunia setelah Bra-zil dan Zaire, yang perlu dipertahankan keberadaannya. Permalasahan kehutanan yang muncul adalah adanya degradasi la -han dan deforestasi. Pemerintah melalui Kementerian Kehutanan telah meluncur -kan program-program rehabilitasi hutan dan lahan.

Salah satu pola rehabilitasi lahan kritis secara vegetasi adalah dengan membangun hutan rakyat. Melalui pembangunan hutan rakyat akan terjadi peningkatan produk-tivitas lahan serta menunjang konservasi tanah dan air (Andayani, 1995) Karakter hutan rakyat di Jawa dapat dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu Hutan rakyat yang murni di -tanami kayu-kayuan; Hutan rakyat yang ditanami kayu dan buah-buahan; dan Hutan rakyat yang ditanami kayu, buah-buahan dan empon-empon.(Jariyah dan Wahyuningrum,2008)

Hutan rakyat memiliki peluang dan potensi yang sangat besar dalam memajukan industri kehutanan, meningkatkan kes -ejahteraan masyarakat oleh yang berkeadilan, memperbaiki kuali -tas lahan, kesuburan tanah dan tata air.(Priyambodo,2010) Hutan rakyat juga memiliki fung -si ekonomi yaitu peningkatan pendapatan masyarakat. Hasil penelitian Kusumedi dan Jariyah (2010) menunjukkan bahwa hasil dari kedua produk hutan rakyat mem -berikan sumbangan pendapatan untuk jangka pendek (harian) atau jangka pan -jang (tabungan) atau berkelanjutan. Oleh karenanya keberadaan hutan rakyat perlu dilestarikan agar dapat berfungsi secara ekologi, ekonomi, maupun sosial.

Masyarakat Desa Karangrejo te -lah mengembangkan hutan rakyat secara wadaya sejak tahun 1964. Keberadaan hu -tan rakyat tersebut masih tetap dijaga hing

-ga saat ini sehing-ga perlu dikaji ba-gaimana persepsi dan perilaku masyarakat dalam melestarikannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji persepsi dan perilaku masyarakat dalam upaya pelestarian hutan rakyat serta mengidentiikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat

Bahan dan Metode

Tipe penelitian ini deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2012. Lokasi penelitian adalah Desa Karan -grejo Kecamatan Loano Kabupaten Pur -worejo. Lokasi ini dipilih dengan alasan karena masyarakat desa Karangrejo telah membangun hutan rakyat sejak tahun 1964 dan tetap melestarikannya hingga kini. Data yang dikumpulkan adalah data primer melalui wawancara mendalam dan observasi. Adapun data sekunder dengan mengkaji naskah, laporan, monograi, dan dokumen. Teknik analisis data adalah deskriptif kualitatif dan SWOT. Fokus penelitian ini dapat dilihat pada tabel fenomena dan indikator penelitian.

Hasil dan Pembahasan

Gambaran umum Wilayah Penelitian

Desa Karangrejo terletak di Ke-camatan Loano Kabupaten Purworejo Jawa Tengah. Wilayah desa berbatasan langsung dengan Sungai Bogowonto di sebelah barat. Luas wilayah desa men-capai 268,7 ha terdiri dari persawahan 77 ha, hutan rakyat 171 ha, pemukiman 22,68, fasilitas umum 1 ha, pekarangan 12 ha, ladang/tegalan 25 ha dan areal penggunaan lainnya 48,6 ha.

Mata pencaharian masyarakat may-oritas sebagai petani yaitu 392 KK. Sedan-gkan tingkat pendidikan masyarakat se-bagian besar (61,5%) tamat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama.

(3)

Hutan rakyat Desa Karangrejo ter-letak di kawasan perbukitan dan luasnya mencapai 171 ha. Tanaman yang terdapat dalam hutan rakyat terdiri dari tanaman kayu, MPTS (Multiple Purposes Trees Species), dan tanaman bawah tegakan. Tanaman kayu adalah jenis Mahoni, Jati, Akasia, Albizia, dan Sonokeling. Tanaman MPTS yaitu Bambu, Pete, Durian, Bambu,

Cengkeh, Rambutan, Pisang dan Melinjo. Sedangkan tanaman bawah tegakan men-cakup empon-empon yaitu temulawak, lengkuas, kapulaga, kunyit, sereh dan tana-man pangan (umbi-umbian) seperti sing-kong, talas, suweg.

Persepsi Masyarakat tentang Hutan 1.1

Rakyat

Fenomena Indikator Metode

Persepsi Masyarakat tentang Hutan Rakyat

Hutan Rakyat •

Urgensi Hutan Rakyat

• Wawan-cara

Persepsi Masyarakat Tentang Kebijakan Pengelolaan Hutan Rakyat

Peraturan tentang Hutan • Rakyat Penyuluhan/sosialiasasi Hutan • Rakyat Wawan-cara, Doku-men Perilaku Masyarakat Berkaitan dengan Aspek ekologi dalam upaya pelestarian Hutan Rakyat

Hutan Rakyat Berkelanjutan • Perencanaan Pengelolaan • Hutan Rakyat Wawan-cara, Observa-si, Doku-men Perilaku Masyarakat Berkaitan dengan Aspek ekonomi da -lam upaya pelestar -ian Hutan Rakyat

Hasil Hutan Rakyat •

Keberlanjutan ekonomi

• Wawan-cara

Perilaku Masyarakat Berkaitan dengan Aspek Sosial dalam upaya pelestarian Hutan Rakyat

Partisipasi masyarakat dalam •

kelembagaan Hutan Rakyat Kerjasama dengan pihak •

terkait

Peran wanita dalam Pengelo-•

laan Hutan Rakyat

Nilai/Norma berkenaan peles -•

tarian Hutan Rakyat

Wawan-cara, Observa-si

Perilaku Masyarakat Berkaitan dengan As-pek Budaya dalam upaya pelestarian Hutan Rakyat

Kearifan lokal yang dianut •

masyarakat

Budaya yang dianut masyarakat •

berkaitan dengan hutan rakyat

Wawan-cara, doku-men Tabel 1. Fenomena dan Indikator Penelitian

(4)

Persepsi merupakan pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyim -pulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi setiap individu dapat sangat ber -beda walaupun yang diamati benar-benar sama (Rakhmat,2003) Persepsi masyarakat tentang hutan rakyat dapat diketahui melalui bagaimana pengetahuan mereka tentang hutan dan fungsi hutan tersebut bagi kehidupan mereka. Dari 25 informan masyarakat desa Karangrejo, 88% menge -tahui tentang hutan rakyat dan 12% yang tidak tahu. Pengetahuan tentang hutan rakyat mereka dapat dari kegiatan penyulu -han oleh instansi pemerintah atau penyuluh kehutanan yaitu 68 % dan dari pengurus kelompok tani 32 %.

Masyarakat juga mengetahui fungsi-fungsi hutan rakyat secara ekologi, ekonomi, dan sosial. Menurut informan, hutan rakyat Desa Karangrejo memi -liki fungsi ekologis diantaranya menga -tasi lahan kritis, memunculkan sumber air, mencegah bencana banjir dan tanah long -sor dan konservasi tanah. Fungsi hutan rakyat menurut informan yaitu mengatasi lahan kritis (28%), sumber mata air (20%), Mencegah bencana banjir (20%), mence -gah longsor (16%) dan untuk konservasi tanah atau penahan erosi (16%)

Fungsi hutan rakyat secara ekonomi menurut hasil wawancara den -gan informan, sebanyak 48% mengatakan hutan rakyat dapat meningkatkan penda -patan masyarakat, 32% menjawab hasil hutan rakyat sebagai tabungan, 12 untuk memenuhi/mencukupi kebutuhan sendiri, dan 8% mendatangkan kesempatan dan pe -luang untuk berusaha.

Hutan rakyat juga memiliki fung -si so-sial yaitu membuka lapangan kerja, ekowisata, kesempatan berusaha, dan ker -jasama. Fungsi sosial hutan rakyat menurut informan adalah 44% menjawab bahwa ke -beradaan hutan rakyat dapat dapat diben -tuk ekowisata hutan rakyat, 32% mengata

-kan adanya peningkatan kerjasama dengan pihak terkait, 24% membuka lapangan kerja dengan munculnya usaha kerajinan kayu , dan 4% hutan rakyat dapat dijadikan hutan percontohan atau pendidikan ling-kungan terutama bagi anak-anak usia dini atau Sekolah Dasar.

Keberadaan hutan rakyat di desa Karangrejo menurut masyarakat sudah da -pat berfungsi sebagai mana mestinya, yaitu ekologi, ekonomi, dan sosial. Berdasarkan analisis data primer, 88% informan men -ganggap hutan rakyat telah berfungsi dan keberadaannya sangat bermanfaat dalam mendukung kehidupan mereka. Hal ini dikarenakan :

Masyarakat melihat fakta pada lahan-lahan mereka yang dulunya kritis, gersang, gundul dan tandus telah berubah menjadi hijau.

Dengan dikembangkannya hutan rakyat masyarakat tidak kesulitan air bersih terutama pada musim kemarau, sehingga fungsi hutan dalam menjamin ketersediaan air sudah dapat dirasakan mereka.

Kebutuhan masyarakat akan kayu baik sebagai bahan bangunan, kayu bakar, dan bahan kerajinan untuk perabotan ru -mah tangga juga tercukupi.

Sebagian besar masyarakat men -ganggap hutan rakyat sudah berfungsi karena sudah terbukti bahwa hutan rakyat desa Karangrejo sering mendapat penghar -gaan dan menjadi juara lomba penghijauan baik tingkat kabupaten Purworejo maupun provinsi Jawa Tengah.

Persepsi Masyarakat tentang Kebi -jakan Pengelolaan Hutan Rakyat

Kebijakan pengelolaan hutan rakyat yang menyangkut kebijakan khusus -nya Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Di dalam UU pasal 1 tersebut menyatakan bahwa hutan hak (lebih dikenal dengan hutan rakyat) adalah hutan yang berada pada tanah yang dibe -bani hak atas tanah.

(5)

mengetahui isi dari UU tersebut dan selebihnya tidak tahu. Masyarakat menge -tahui UU tersebut melalui penyuluhan, me -dia massa, pengurus kelompok tani mau -pun pelatihan-pelatihan yang dilakukan instansi kehutanan dan pihak universitas. Penyuluhan dilakukan oleh penyuluh keg-iatan setempat setiap 35 hari sekali.

Informan mengakui bahwa kegiatan penyuluhan tentang hutan rakyat tersebut sangat bermanfaat, penting untuk diketa -hui masyarakat, dan relevan dengan keg -iatan hutan rakyat yang mereka kembang -kan. Dengan kegiatan penyuluhan ini maka masyarakat menjadi lebih memahami arti penting keberadaan hutan rakyat di de -sanya. Materi dari penyuluhan selain men -genai peraturan tentang hutan rakyat dian-taranya yaitu tentang pembibitan, manfaat hutan rakyat, pentingnya ketersediaan air, pelestarian hutan dan konservasi. Penyuluh Kehutanan serta PKSM (Penyuluh Kehu -tanan Swadaya Masyarakat) yang terdiri dari Kepala Desa, Kelompok Tani di desa Karangrejo. Penyuluh kehutanan mengaku kesulitan menyampaiakn materi dan mem -berikan penjelasan, karena keterbatasan tingkat pendidikan masyarakat. Materi harus disampaikan secara berulang-ulang sampai masyarakat memahaminya.

Perilaku Masyarakat terkait Aspek Ekologi

Perilaku merupakan respon manusia berkenaan dengan persepsi dan kepribadi -annya dalam proses interaksi dengan ling -kungannya (Umar,2010)

Hutan rakyat berfungsi secara ekologi yaitu bahwa hutan rakyat sebagai habitat tumbuhan dan hewan baik yang bermanfaat maupun yang belum diman -faatkan oleh masyarakat harus tetap ber -jalan. Beragamnya tanaman hutan rakyat akan mempertinggi penyerapan karbon yang diakumulasikan dalam biomassa, baik pada pepohonan, tanaman semusim maupun pada tumbuhan bawah.

Perilaku masyarakat berkaitan den

-gan aspek ekologi diantaranya menanam dan memelihara pohon, memanen hasil hu -tan, serta tidak melakukan kegiatan yang merusak hutan seperti mengambil satwa, menebang pohon sembarangan dan mem -bakar di kawasan hutan.

Penanaman pohon dilakukan pada lahan-lahan yang masih kosong. Masyarakat mulai menanam pada lahan kering atau tegalan karena kawasan hutan rakyat seluas 171 ha luasannya tetap dari tahun ke tahun.

Pemeliharaan pohon dilakukan den -gan memupuk , memangkas dahan dan daun serta memberantas hama. Pemupukan dilakukan masyarakat sekali dalam satu ta -hun pada awal musim penghujan, dan dua kali dalam setahun yaitu pada awal dan akhir musim hujan. Pemberantasan hama dilakukan pada awal musim penghujan yaitu ketika mulai muncul hama ulat dan menggunakan obat-obat kimia. Pemang -kasan dilakukan sewaktu-waktu bahkan tidak dipangkas. Mereka berpendapat bah -wa daun-daun yang jatuh dibiarkan agar menjadi kompos. Hasil pangkasan seperti dahan digunakan untuk kayu bakar, sedan -gkan daun untuk pakan ternak.

Pemanenan kayu dilakukan pada waktu ada kebutuhan atau lebih dikenal dengan istilah tebang butuh. Tanaman MPTS dipanen pada musimnya, dan tana -man bawah tegakan dipanen selai atau dua kali dalam setahun.

Secara ekologi, kondisi isik hutan rakyat desa Karangrejo sudah mendukung upaya konservasi tanah dan air. Tanaman di bawah tegakan yang diupayakan warga membentuk ground cover. Pemanfaatan lahan dengan menanam campuran antara tanaman keras ( pohon mahoni, sengon, dan sebagainya) dengan tanaman bawah tegakan (seperti empon-empon, umbi-um -bian) merupakan upaya mengoptimalkan ruang tumbuh pada hutan rakyat. Penana -man pola campuran berbagai jenis tana-man ini menyebabkan lapisan loor forest tebal

(6)

akan seresah. Adanya penutupan lahan ini juga mengakibatkan alang-alang dan iser-iser tidak mampu tumbuh di bawah pohon lagi. Tanaman Alang-alang mau -pun iser-iser tidak dibutuhkan masyarakat bahkan apabila tanaman ini tumbuh akan mengakibatkan lahan menjadi tidak subur (PKHR,2005)

Keberlanjutan hutan rakyat dapat dilihat pada upaya pelestariannya dan ke-sadaran masyarakat akan pentingnya ke -beradaan hutan tersebut. Masyarakat men -gaku sudah merasakan fungsi keberadaan hutan rakyat terutama untuk menahan longsor, mengurangi bencana banjir, kon -servasi tanah, iklim yang baik serta keterse -diaan air. Sebelum dibangun hutan rakyat, masyarakat sering mengalami kekeringan dan kekurangan air pada musim kemarau. Namun saat ini, hal itu tidak dialami lagi. Mata air yang ada di wilayah desa semula berjumlah 4 buah, saat ini sudah bertambah menjadi 13 buah. Mata air tersebut diman -faatkan warga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan menyalurkannya meng -gunakan selang.

Masyarakat juga tidak melakukan kegiatan yang merusak hutan yaitu men -ebang pohon secara sembarangan seperti pada areal pemakaman atau di sekitar mata air, tidak mengambil material dan satwa dari hutan rakyat serta tidak melakukan pembakaran pada kawasan hutan rakyat. Upaya pelestarian ini didukung dengan adanya Peraturan Desa yang mengatur ten -tang pelestarian hutan dan lingkungan.

Perilaku Masyarakat terkait Aspek Ekonomi

Salah satu fungsi hutan menurut Su -parmoko (1997) adalah menyediakan hasil yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Hasil hutan termasuk hutan rakyat yaitu kayu dan non kayu. Kayu yang dihasilkan dapat dimanfatkan sendiri untuk bahan ban -gunan, kayu bakar ataupun di jual sehingga menjadi penghasilan masyarakat. Selain kayu, hasil hutan rakyat seperti buah-buah

-an, melinjo, empon-empon, maupun umbi-umbian selain digunakan untuk mencukupi kebutuhan keluarga, juga dapat dijual dan menjadi pendapatan masyarakat. Hasil kayu dijual dan mendapatkan keuntungan dalam jangka panjang (tahunan) sedang -kan tanaman lainnya dapat dipanen dalam jangka waktu yang lebih cepat (mingguan atau bulanan) .

Hutan rakyat Desa Karangrejo menghasilkan kayu, durian, empon-em -pon, melinjo, dan singkong. Hasil kayu hutan rakyat desa Karangrejo mencapai 150 juta per tahun. (Data Statistik Desa Karangrejo Tahun 2011) Hasil dari hutan rakyat terutama kayu merupakan produk yang menjanjikan dan mendatangkan pendapatan bagi masyarakat meskipun perlu waktu yang lama atau lebih dari 5 (lima) tahun. Namun produk kayu tersebut diakui warga sebagai pendapatan sampin -gan artinya lebih kepada untuk tabun-gan, investasi, mencukupi kebutuhan akan kayu (baik kayu bakar maupun kayu untuk ba -han bangunan/kerajinan). Hasil kayu lebih banyak dipakai masyarakat untuk men -cukupi kebutuhan yang mendesak seperti untuk biaya sekolah maupun ketika punya hajat yang dikenal dengan istilah tebang butuh. Pendapatan dari hasil kayu ini di -akui masyarakat hanya sebesar 6,16 % dari total pendapatan (Hanung,2007)

Masyarakat di Desa Karangrejo menanami hutan rakyat dengan pola cam -puran atau tumpang sari dengan meng -kombinasikan tanaman keras/kayu-kayuan dengan tanaman pangan(umbi-umbian), buah-buahan dan empon-empon. Dengan demikian masyarakat dapat memperoleh keuntungan ganda dari hasil kayu dan tan-aman pangan tersebut. Pola percampuran berbagai jenis tanaman dalam satu lahan (mix plantation) memiliki nilai lebih bagi petani. Pola ini untuk menyikapi dan men -gantisipasi ketidakstabilan produk-produk pertanian. Jika salah satu produk harganya jatuh maka akan tertutupi harga produk

(7)

lain yang stabil atau bahkan meningkat harganya. Aneka jenis tanaman dan musim panen yang berbeda-beda juga mencer -minkan prinsip kelestarian hasil (Jariyah dan Wahyuningrum, 2008)

Perilaku Masyarakat terkait Aspek Sosial

Aspek sosial dalam pelestarian hu -tan rakyat dapat dilihat dari antar anggota interaksi masyarakat maupun dengan pihak terkait. Dari interaksi sosial yang terjalin, muncul kelembagaan hutan rakyat, ker -jasama dengan stake holder dalam men -gelola dan memajukan hutan rakyat, peran wanita dalam kegiatan hutan rakyat serta norma-norma yang berlaku dan mengatur interaksi masyarakat dengan lingkungan -nya

Perilaku masyarakat ini dapat di -lihat pada partisipasi masyarakat dalam kegiatan hutan rakyat, kerjsama dengan pihak terkait, peran wanita dan norma yang berlaku. Partisipasi masyarakat mencakup kehadiran pada pertemuan kelompok tani (84%) dan keikutsertaan dalam kegiatan pengelolaan hutan rakyat (79%).

Pelestarian hutan rakyat di desa Karangrejo tidak lepas dari peran perem -puan. Dukungan ibu-ibu ini dapat dilihat pada keikutsertaan mereka dari tahap awal seperti penanaman, pemeliharaan hingga pemasaran hasil hutan rakyat. Pada awal -nya mereka membantu menanam bibit, melakukan pembibitan, serta menanam tanaman di bawah tegakan (empon-empon, singkong, dan umbi-umbian) Pada tahap pemeliharaan, perempuan juga aktif dalam merawat tanaman, melakukan pemang -kasan serta pemupukan tanaman. Dan hasil dari hutan rakyat terutama empon-empon, mereka jual ke pasar. Keterlibatan ini di -dominasi pada penanaman, pemeliharaan dan pemasaran tanaman bawah tegakan.

Norma yang dianut masyarakat berkaitan dengan pelestarian lingkungan termasuk di dalamnya hutan rakyat yaitu pelarangan mengambil material dan satwa

dari kawasan hutan. Pelarangan ini dimak -sudkan untuk melindungi keberadaan sat -wa khususnya burung yang ada di ka-wasan hutan rakyat serta mencegah longsor. Nor -ma-norma di atas disahkan melalui Pera -turan Desa No. 15/DS/03/I/2008 tentang Pelestarian Lingkungan Hidup. Pada pasal 7 yang berisi Ketentuan Larangan ayat 1.c. yang berbunyi :

‘Setiap warga masyarakat dilarang menangkap berbagai jenis burung dengan cara apapun di kawasan hutan dan per-sawahan’

Serta Peraturan Desa No. 210/ DS/03/VIII/2007 tentang Pelestarian Sum -berdaya Alam yaitu terdapat pada pasal 8 tentang Ketentuan, Larangan dan Sanksi pada ayat 8 yang berbunyi ‘.

‘Larangan Mengambil batu/pasir/ material lain pada lingkungan kawasan hutan rakyat, tanpa melalui prosedur yang jelas’.

Norma tersebut bertujuan agar fungsi hutan sebagai tempat/ habitat hidup tanaman dan satwa serta mencegah tanah longsor dapat terjaga.

Perilaku Masyarakat berkaitan den -gan Aspek Budaya

Kearifan lokal merupakan nilai-nilai yang dimiliki masyarakat dalam ber -interaksi lingkungannya. Menurut Keraf (2002) kearifan lokal adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis. Semua bentuk kearifan lokal ini dihayati, dipraktekkan, diajarkan dan diwariskan dari generasi ke generasi sekaligus mem -bentuk pola perilaku manusia terhadap sesama manusia, alam maupun gaib.

Masyarakat Desa Karangrejo memi -liki kearifan lokal yang dianut warganya dan menjadi peraturan adat serta budaya masyarakat. Bentuk kearifan lokal yaitu pelarangan terhadap penebangan pohon pada areal pemakaman atau di dekat mata

(8)

air.

Adapun bentuk kearifan lokal tersebut di -antaranya :

Larangan penebangan pohon pada

lahan pemakaman kecuali melalui musyawarah

Larangan penebangan pohon pada ling

-•

kungan sumber-sumber mata air Himbauan dari para leluhur bahwa set

-•

elah menebang pohon segera melaku -kan penanaman sebagai tanaman peng -ganti.

Melakukan acara ritual yang kepada

Tuhan Yang Maha Esa di kawasan hu -tan, agar terhindar dari segala bencana, dilaksanakan 1 (satu) kali setiap tahun Melakukan acara Merti Desa diikuti

oleh seluruh warga masyarakat, memo -hon kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar segala tanaman yang tumbuh di bumi Karangrejo membawa kemamuran

Bentuk kearifan lokal seperti laran-gan menebang pohon sembaranlaran-gan, acara ritual Merti Desa dan doa bersama ang -gota masyarakat ini sejalan dengan prinsip interaksi manusia dengan lingkungannya (Keraf,2002) yaitu prinsip hormat terhadap alam, prinsip no harm, prinsip tanggung jawab.

Budaya yang muncul seiring dengan pengembangan hutan rakyat di Desa Karangrejo diantaranya :

Perilaku menanam dan membudidaya-a.

kan menanam melalui pendidikan ling-kungan pada anak Sekolah Dasar serta pesan lingkungan yang disampaikan pada perkumpulan PKK, pertemuan kelompok tani atau pengajian.

Perilaku berkumpul dan berorganisasi b.

yaitu aktif dalam kelompok tani dan Wanita Tani sebagai tempat untuk ber-interaksi dan berdiskusi masyarakat Perilaku tebang butuh yang meng-c.

haruskan masyarakat panen sewaktu-waktu karena tuntutan kebutuhan yang mendesak seperti pernikahan, pendidi-kan anak-anak, kesehatan (biaya rumah sakit)

Faktor pendukung dan Penghambat 1.2

upaya Masyarakat dalm Pelestarian Hutan Rakyat

Berdasarkan kajian persepsi dan perilaku masyarakat di atas, dapat diketahui faktor-faktor pendukung dan penghambat upaya pelestarian hutan rakyat di Desa Karangre -jo Kecamatan Loano Kabupaten Purwore -jo. Faktor-faktor tersebut adalah :

3.8.1. Faktor Pendukung Budaya dan kearifan lokal

a.

Budaya dan kearifan lokal masyarakat berperan dalam mendukung pelestar -ian hutan rakyat desa Karangrejo. Bu -daya menanam masyarakat dan sudah menjadi falsafah hidup masyarakat Karangrejo bahwa menanam menjadi kewajiban orang yang hidup menjadi -kan kegiatan penanaman tidak pernah berhenti. Pohon yang ditanam jumlah -nya lebih ba-nyak daripada pohon yang ditebang. Larangan menebang pohon sembarangan yang merupakan keari -fan masyarakat desa Karangrejo juga mendukung pelestarian hutan rakyat, karena dengan larangan ini masyarakat menjadi lebih peduli dan memperhati -kan lingkungan.

Kerjasama pihak terkait

b.

Menjalin kerjasama dengan pihak terkait dalam pengelolaan sumber daya alam merupakan salah satu misi Desa Karangrejo. Kerjasama ini dilakukan dengan instansi pemerintah dan Per -guruan Tinggi. Dari hasil kerjasama tersebut, masyarakat lebih mengetahui potensi dari sumber daya alam khusus -nya hutan rakyat yang menjadi potensi utama desa.

Partisipasi masyarakat

(9)

Masyarakat Desa Karangrejo mendu -kung dan berperan dalam upaya peles -tarian hutan rakyat, hal ini dikarenakan keberadaan hutan rakyat disadari sangat penting bagi kehidupan mereka. Upaya penanaman dan pemeliharaan tanaman terus mereka lakukan agar hutan rakyat tetap terjaga dan berfungsi optimal. Kelembagaan mantap

d.

Kelompok tani yang merupakan wa -dah bagi anggota masyarakat, meru -pakan salah satu bentuk kelembagaan hutan rakyat berfungsi sebagai sarana berdiskusi, penyuluhan dan pembi -naan tentang hutan rakyat. Keberadaan kelompok tani meningkatkan penge -tahuan dan ketrampilan masyarakat dalam mengelola dan melestarikan hutan rakyat. Di samping kelompok tani, juga ada Wanita Tani, Sentra Pe -nyuluhan Kehutanan Pedesaan (SPKP) dan Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat (PKSM)

Pendampingan oleh stakeholder

e.

Peran penyuluh kehutanan baik dari in -stansi kehutanan maupun PKSM sangat dominan dalam upaya pelestarian hutan rakyat. Peran tersebut diantaranya men -ingkatan pengetahuan masyarakat dan menggali permasalahan yang muncul dalam upaya pelestarian hutan rakyat sehingga hutan rakyat Desa Karangrejo tetap ada. Selain penyuluh, hutan rakyat Desa Karangrejo merupakan salah satu binaan dari Pusat Kajian Hutan Rakyat (PKHR) UGM yang mendampingi dan melaksanakan kegiatan berkenaan den -gan kegiatan pengelolaan hutan rakyat. 3.8.2. Faktor Penghambat

Fungsi ekonomi kurang

a.

Fungsi hutan rakyat secara ekono-mi dirasakan masyarakat masih kurang. Pendapatan dari hasil hutan rakyat meru -pakan pendapatan pendukung, sedangkan yang utama mereka masih menggantung -kan hidupnya pada pertanian sawah, buruh

atau berdagang.

Kualitas sumber daya manusia relatif rendah yang ditandai dengan ren-dahnya tingkat pendidikan masyarakat. Hal ini berdampak pada kesulitan mener -ima pengetahuan, informasi, dan teknologi yang diberikan penyuluh maupun instansi terkait lainnya.

Analisis SWOT

Analisis SWOT dilakukan untuk mengetahui kelemahan, kekuatan, peluang, dan ancaman dalam rangka mewujudkan pengelolaan hutan rakyat berkelanjutan di Desa Karangrejo Kecamatan Loano Kabu -paten Purworejo. Analisis SWOT dimulai dengan mengidentiikasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) yang dimiliki masyarakat serta faktor eksternal (peluang dan acaman), kemudian menetukan strate -gi-strategi yang dapat diterapkan.

Faktor internal Kekuatan (Strength)

Adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian hutan rakyat; Kelembagaan yang mantap, meliputi Kel -ompok Tani, Sentra Penyuluh Kehutanan Pedesaan (SPKP), Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat (PKSM), dan Apara -tur Desa; Partisipasi aktif masyarakat da -lam kegiatan penyuluhan maupun penghi -jauan hutan rakyat; Adanya kearifan lokal yang dianut masyarakat berkaitan dengan pelestarian lingkungan; Budaya gotong royong, kebersamaan, dan menanam yang tinggi serta pendidikan dan pesan lingkun-gan yang diterapkan sejak dini.

Kelemahan (Weakness)

Kurangnya koordinasi antar stakeholders ; Keterbatasan sumber daya manusia yang berkualitas; Kondisi pereko -nomian masyarakat dengan tingkat penda -patan rendah; Hasil hutan rakyat belum bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara signiikan.

(10)

Faktor eksternal Peluang (Opportunity)

Sertiikasi hasil kayu hutan rakyat ; Potensi hasil kayu hutan rakyat yang me -madai; Adanya potensi tanaman di bawah tegakan atau hasil hutan non kayu. ;Stake-holders yang terlibat dalam pengelolaan hutan rakyat cukup banyak; Peluang hutan rakyat menjadi kawasan wanawisata dan hutan pendidikan

Tantangan (Threat)

Akses masuk wilayah desa kurang memadai ; Letak desa yang rawan banjir dan longsor ; Terbatasnya lahan untuk hu -tan rakyat

Strategi yang didapat dari keempat faktor tesebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

Strategi SO (Strenght Opportunity) Dukungan pihak stakeholders (khususnya instansi kehutanan) dalam merekomendasikan sertiikasi kayu hasil hutan rakyat

Dilakukan identiikasi dan inventa -risasi potensi hasil hutan rakyat baik kayu maupun non kayu

Dukungan stakeholders dalam mer -ekomendasikan dan merumuskan perenca -naan pasrtisipasif tentang wanawisata atau hutan pendidikan.

Strategi WO (Weakness Opportunity Koordinasi antar stakeholder dalam merumuskan kebijakan terkait pengemban -gan potensi hutan rakyat Desa Karangrejo

Adanya upaya pembinaan dan pelatihan secara terus menerus kepada masyarakat untuk meningkatkan kemam -puan SDM dalam mengelola dan meman -faatkan hasil hutan rakyat

Pengembangan dan pengolahan po -tensi hasil hutan kayu dan non kayu seh-ingga bernilai jual tinggi dan dapat men

-ingkatkan pendapatan masyarakat serta akses pasar.

Strategi ST (Strenght Threat)

Koordinasi dengan stake holder da -lam merumuskan dan memetakan wilayah rawan bencana serta upaya mitigasi dalam mengantisipasi bencana

Pemanfaatan lahan hutan rakyat se -cara optimal dengan mengembangkan tan -aman bawah tegakan dan koordinasi den -gan pihak terkait untuk melakukan upaya pembinaan dan pelatihan dalam mengolah hasil hutan non kayu

Strategi WT (Weakness Threat)

Adanya keterpaduan dan koordinasi antar stakkeholders dalam menyusun ran -cangan pengelolaan hutan rakyat untuk 5 (lima) tahun

Memanfaatkan kelembagaan yang ada untuk merumuskan atau mengusulkan kepada instansi terkait (Kehutanan) untuk menyusun altrenatif kegiatan dalam menin -gkatkan pendapatan masyarakat diantaran -ya mengembangkan industri kecil rak-yat berbasis home industry seperti kerajinan kayu dan bambu, jam instant, keripik sing -kong dan talas, dodol durian dan tape serta Aneka Usaha Kehutanan seperti budidaya lebah madu.

Berdasarkan asumsi di atas dapat dirumuskan strategi yang dapat diambil dalam mendukung upaya pelestarian hu -tan rakyat dan pengelolaan hu-tan rakyat berkelanjutan adalah sebagai berikut :

Menyusun rancangan pengelolaan hutan rakyat yang melibatkan stakeholder selama 5 (lima) tahun mendatang. Ran -cangan tersebut mencakup kondisi sosial ekonomi, kondisi bioisik, potensi hutan rakyat, peluang dan permasalahan yang ada, dan target yang akan dicapai.

Peningkatan pendapatan masyarakat dilakukan dengan memanfaatan hasil hutan kayu dan non kayu yang optimal dengan melakukan pembinaan, pelatihan ketrampi

(11)

-lan kepada masyarakat dalam mengolah hasil hutan tersebut serta kemudahan akses memasarkannya.

Identiikasi dan inventarisasi po -tensi hutan rakyat, pemetaan wilayah raw -an benc-ana, serta pemeta-an kawas-an hut-an rakyat.

Mengupayakan sertiikasi kayu ha -sil hutan rakyat agar mendapat pengakuan tentang legalitas kayu, meningkatkan kual -itas dan memiliki daya jual tinggi.

Penentuan pilihan strategi upaya pelestarian hutan rakyat Desa Karangrejo Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo didasarkan pada analisis total skor fak-tor internal dan eksternal maka diketahui strategi yang utama yaitu merumuskan rancangan pengelolaan hutan rakyat den-gan melakukan identiikasi dan inventa -risasi potensi, peluang, dan kendala yang ada dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kesimpulan

Masyarakat Desa Karangrejo memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang hutan rakyat, dan mereka menya -dari keberadaan hutan rakyat memiliki fungsi-fungsi ekologi, sosial dan ekonomi dan berpendapat bahwa hutan rakyat terse -but harus dijaga dan dilestarikan agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Hutan rakyat tersebut menurut masyarakat sudah berfungsi sebagaimana mestinya, dikar -enakan masyarakat melihat fakta bahwa lahan yang dulu gersang kini menjadi hi -jau, kebutuhan ar tercukupi sehingga tidak mengalami kekeringan lagi pada musim kemarau, kebutuhan kayu terpenuhi, dan keberhasilan dalam memenangkan perlom -baan bidang penghijauan.

Secara umum perilaku masyarakat setempat yang mencakup aspek ekologi, ekonomi, sosial dan budaya sudah men -dukung upaya pelestarian hutan rakyat. Namun masih ada kendala yang dihadapi diantaranya kualitas SDM yang rendah se

-hingga berdampak pada minimnya penge -tahuan tentang pemanfaatan dan pengo -lahan hasil hutan rakyat secara optimal, pemanfaatan hasil hutan non kayu yang belum maksimal, kontribusi hutan rakyat terhadap pendapatan masyarakat kurang dan akses masuk wilayah desa yang kurang memadai.

Saran

Koordinasi dengan pihak terkait seperti instansi kehutanan, pariwisata, ling-kungan hidup, LSM dan Perguruan Tinggi dalam rangka pengelolaan hutan rakyat

Peningkatan ekonomi masyarakat dengan melaksanakan alternatif kegiatan seperti pengembangan home industry yang mengolah hasil hutan bawah tegakan dan aneka usaha kehutanan seperti budidaya lebah madu.

Perbaikan akses masuk wilayah desa untuk mempermudah akses pemasaran ha -sil hutan rakyat dan sebagai salah satu pen -dukung pengembangan wanawisata.

Peningkatan kualitas SDM dengan mengadakan pelatihan dan pembinaan oleh instansi terkait.

Ucapan Terimakasih

Secara khusus diucapkan terima kasih kepada Bappenas yang telah mem -berikan beasiswa dan kepada Kementerian Kehutanan yang telah memberikan kesem -patan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian ini.

Daftar Pustaka

Andayani, Wahyu. 1995. Hutan Rakyat dan Peranannya dalam Pembangunan Daerah. Majalah Kehutanan Indo -nesia. No.6.p: 32-46.

Jariyah, Nur Ainun dan Wahyuningrum, Nining, 2008. Karakteristik Hutan Rakyat di Jawa. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan, Vol % No. 1, Maret 2008 hal.43-56

(12)

Keraf, Sonny.A. 2002. Etika Lingkungan. Penerbit Buku Kompas. Jakarta Nurhandayani, Dyah, 2008. Evaluasi

Ke-lestarian Hutan Rakyat Berbasis Partisipasi Masyarakat (Studi Ka-sus Desa Putat, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul), Tesis, UGM, Yogyakarta

PKHR UGM, 2005. Hasil survei Pen -gelolaan HR di Desa Karangrejo Kecamatan Loano Kabupaten Pur -worejo, Rekam proses workshop pembangun visi bersama dalam pengelolaan Hutan Rakyat Priyambodo,2010. Hutan Rakyat Jawa

pasok 40% Kebutuhan Kayu. diu-pload http//www.antaranews.com, tanggal 4 Januari 2012

Rakhmat, Jalalludin, 2003. Psikologi Ko-munikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung

Suparmoko, Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Penerbit BPFE YOGYAKARTA,1997 Yogyakarta Widianto,Hanung,2007. Kontribusi Hu -tan Rakyat terhadap Pendapa-tan Masyarakat (Studi Kasus Desa Karangrejo, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Skripsi, UGM.

Gambar

Tabel 1. Fenomena dan Indikator Penelitian

Referensi

Dokumen terkait