• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berangkat dari permasalahan di atas, dalam melakukan pembangunan infrastruktur ataupun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Berangkat dari permasalahan di atas, dalam melakukan pembangunan infrastruktur ataupun"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

pembangunan infrastruktur ataupun investasi bisnis lainnya tertunda hingga menimbulkan kerugian di banyak pihak dan pada saat yang bersamaan kelestarian lingkungan hidup pun

Berangkat dari permasalahan di atas, dalam melakukan pembangunan infrastruktur ataupun

diatur dalam peraturan yang ada, namun pada praktiknya investor masih menemui berbagai

Pedoman investor ini disusun sebagai acuan bagi para pemangku kepentingan terkait diharapkan dapat memberikan informasi yang komprehensif kepada investor terkait tata

Dr. Sofyan A. Djalil

(4)
(5)

Implementation (Phase II) yang didanai oleh Japan International Cooperation Agency (JICA) sebagai dukungan kepada Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian hendak memberikan apresiasi kepada

dapat berkontribusi dalam percepatan penyediaan pembangunan infrastruktur dan investasi di masa yang akan datang dengan tetap memperhatikan kelestarian

Pengarah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, telah mengadakan

untuk memahami isu-isu penting dan hambatan dalam berinvestasi sebagai acuan

Bidang Perekonomian hendak mengucapkan terima kasih kepada masing-masing

yang diberikan:

Penanaman Modal (BKPM)]

(6)
(7)
(8)

BAB 1 Pendahuluan

BAB 2

Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) 2011 – 2030

BAB 3

Kebijakan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Di Indonesia

BAB 4

Perubahan Status Hukum Kawasan Hutan

BAB 2

Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) 2011 – 2030

BAB 3

Kebijakan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Di Indonesia

BAB 4

Perubahan Status Hukum Kawasan Hutan

(9)

1.1 KATEGORI LAHAN DI

INDONESIA

1.2 KLASIFIKASI FUNGSI

KAWASAN HUTAN

masyarakat lokal, serta bagi perekonomian daerah dan

Fungsi Pokok

Peruntukan Fungsi

Produksi

Produksi hasil hutan kayu dan non-kayu melalui sistem silvikultur

Produksi hasil hutan kayu dan non-kayu, dapat melalui sistem

Produksi hasil hutan kayu dan non-kayu, tetapi secara spasial

- Perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur

mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara

(KK)

Perlindungan sistem pendukung kehidupan, melestarikan biodiversitas dan kesinambungan utilisasi sumber daya alam dan

(10)

BAB 1 Pendahuluan

BAB 2

Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) 2011 – 2030

BAB 3

Kebijakan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Di Indonesia

BAB 4

Perubahan Status Hukum Kawasan Hutan

Kawasan Hutan

(Juta Ha)

Persentase

Hutan Produksi Terbatas (HPT)

27,68

22 %

Hutan Produksi Tetap (HP)

28,89

23 %

Hutan Produksi yang dapat Dikonversi (HPK)

15,52

13 %

Hutan Lindung (HL)

29,91

24 %

Hutan Konservasi (KK)*

21,99

18 %

Total

123,99

100%

*hanya daratan, tidak mencakup perairan

No Provinsi Total Penggunaan Produksi Terbatas Produksi Produksi

yang dapat Konservasi

(KK) 1 2 3 4 Riau 5 Kepulauan Riau 6 Jambi Bengkulu Bangka Belitung -10 Lampung -11 Jakarta - -12 -13 Banten -14 -15 -

(11)

-Nusa Tenggara Timur 20 Kalimantan Barat 21 Kalimantan Tengah 22 Kalimantan Timur 23 24 25 26 30 Maluku 31 32 Papua 33 Papua Barat Total No Provinsi Total Penggunaan Produksi Terbatas Produksi Produksi

yang dapat Konservasi

(12)

BAB 1 Pendahuluan

BAB 2

Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) 2011 – 2030

BAB 4

Perubahan Status Hukum Kawasan Hutan BAB 3

Kebijakan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Di Indonesia

(13)

2.1 RENCANA KEHUTANAN

TINGKAT NASIONAL 2011 – 2030

Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN)

perencanaan indikatif makro yang digunakan sebagai acuan untuk membangun prasarana, investasi, dan

diharapkan dapat menghasilkan transformasi institusi yang terencana dan terstruktur dengan baik untuk

dimaksudkan untuk memberi panduan pengelolaan hutan melalui penggunaan sumber daya hutan yang adil dan berkesinambungan, potensi multifungsi hutan

perbaikan produktivitas dan nilai sumber daya hutan, partisipasi komunitas lokal dalam pengelolaan hutan, pengembangan riset dan teknologi kehutanan, institusi

serta optimalisasi keunggulan komparatif kehutanan

RKTN memiliki 6 kriteria fungsi makro spasial: (1)

Tabel 4. Kriteria Penentuan Arahan Spasial RKTN dan Pemanfaatan Kawasan Hutan Indonesia

No

Arahan

Spasial

Kriteria

Pemanfaatan

1

Konservasi

tetap mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan serta mempertimbangkan aspek

2

Perlindungan

Mangrove

yang merupakan area gambut dengan kedalaman 2 meter atau lebih, yang tidak

melindungi ekosistem hutan alam dan gambut serta

3

(14)

BAB 1 Pendahuluan

BAB 2

Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) 2011 – 2030

BAB 4

Perubahan Status Hukum Kawasan Hutan BAB 3

Kebijakan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Di Indonesia

No

Arahan

Spasial

Kriteria

Pemanfaatan

4

Pengusahaan

Besar

Produksi dengan penutupan

pengusahaan hutan skala besar (korporasi) dengan

5

Pengusahaan

Kecil

pengusahaan hutan skala kecil (masyarakat) dengan

diharapkan peran serta dan akses masyarakat terhadap

6

hutan dikonversi dengan penutupan

dari 2 meter, serta tidak dibebani

hutan rakyat dan untuk memenuhi kebutuhan sektor

Tabel 5. Analisa Arahan Pemanfaatan Kawasan Hutan

Arahan Spasial

Total

HPT

HP

HPK

HL

KK

- - - - 23,20 23,20

dan lahan gambut

0,61 1,45 3,42

-2,23 4,14 3,62 13,52

Analisis Kawasan Hutan (Arahan

Pemanfaatan) pada 2011

Kementerian Kehutanan mengembangkan analisis spasial yang menghasilkan luas arahan indikatif rencana kehutanan tingkat nasional, seperti

(15)

Rasionalisasi Kawasan Hutan Pada

Tahun 2030

Kementerian Kehutanan telah melakukan proyeksi

tahun 2030 dengan membuat skenario kebutuhan

(transmigrasi, perkebunan, pertanian, dsb), hutan

dikelola dan dimanfaatkan dengan baik mencapai

hutan tahun 2030:

Tabel 6. Analisa Arahan Spasial Kawasan Hutan

Arahan Spasial

Total

HPT

HP

HPK

HL

KK

- - - - 23,20 23,20 lahan gambut 0,61 -arahan 3,32 3,62 11,53 besar 16,14 arahan - - 43,63 1,15 arahan 1,44 -- 112,34 - - - -

(16)

-BAB 3

Kebijakan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Di Indonesia

BAB 1 Pendahuluan

BAB 2

Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) 2011 – 2030

BAB 4

Perubahan Status Hukum Kawasan Hutan

BAB 1 Pendahuluan

BAB 2

Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) 2011 – 2030

BAB 4

Perubahan Status Hukum Kawasan Hutan

(17)

3.1 HIRARKI KEBIJAKAN

STATUS KAWASAN HUTAN DI

INDONESIA

kegiatan, lahan yang ditargetkan terkadang tumpang

ini akan ditekankan pada ruang lingkup yang kedua,

tata ruang mengacu pada bagaimana pemerintah mengelola penyebaran penduduk dan aktivitas dalam beberapa skala peruntukan ruang/space, termasuk

akan berdampak kepada pertumbuhan ekonomi

melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah

dan regulasi terkait proses perubahan peruntukan

masing-masing undang-undang dan regulasi

Peraturan Pemerintah No. 26 / 2008 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional UU No. 26 / 2007 tentang Penataan Ruang KOT AK 2 KOT AK 1

Peraturan Pemerintah No. 27 / 2012 tentang Izin Lingkungan

UU No. 32 / 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 11/PRT/M/2009 tentang Pedoman

Persetujuan Substansi Dalam Penetapan Rancangan Peraturan

Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, Beserta Rencana

Rincinya

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 9 / 2011 tentang Pedoman Umum Kajian

Lingkungan Hidup Strategis Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 16 /

2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 / 2012 tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan yang Wajib

Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

Peraturan Pemerintah No. 10 / 2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan

dan Fungsi Kawasan Hutan UU No. 41 / 1999 tentang Kehutanan

Peraturan Menteri Kehutanan No. P. 32/Menhut-II/2010 tentang Tukar Menukar

Kawasan Hutan Peraturan Menteri Kehutanan No. P. 33/Menhut-II/2010 tentang Tata Cara Pelepasan Kawasan Hutan Produksi yang

Dapat Dikonversi Peraturan Menteri Kehutnan No. P.

36/Menhut-II/2010 tentang Tim Terpadu Dalam Rangka Penelitian Perubahan Peruntukan dan Fungsi

Kawasan Hutan

(18)

BAB 3

Kebijakan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Di Indonesia

BAB 1 Pendahuluan

BAB 2

Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) 2011 – 2030

BAB 4

Perubahan Status Hukum Kawasan Hutan

3.2 UNDANG-UNDANG NO.

RUANG

Ruang, ada tiga level rencana tata ruang berdasarkan area administratif dengan urutan sebagai berikut:

rencana tata ruang harus mengacu pada rencana tata

rencana tata ruang provinsi harus mengacu pada rencana tata ruang nasional, sedangkan rencana ruang kabupaten/kota harus mengacu pada rencana

dan Rencana Tata Ruang Pulau, yang penyusunannya

kebutuhan untuk menyesuaikan rencana tata ruang

rencana tata ruang nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkesinambungan berdasarkan

utama perencanaan tata ruang berdasarkan daerah

hutan konservasi, lahan gambut, dan daerah aliran sungai, sedangkan area budidaya mencakup hutan

Peraturan Pemerintah tentang rencana tata ruang nasional harus disesuaikan paling lambat 1 tahun

tata ruang harus dipersiapkan dan disesuaikan paling lambat 2 tahun setelah undang-undang ini

tata ruang kabupaten/kota harus disesuaikan paling lambat 3 tahun setelah undang-undang ini

rencana tata ruang, dan mengusulkan perubahan

hutan yang telah ditetapkan harus diintegrasikan dalam rencana pola ruang Rencana Tata Ruang

3.3 UNDANG-UNDANG

PERLINDUNGAN DAN

PENGELOLAAN LINGKUNGAN

HIDUP

Pada dasarnya, setiap kegiatan yang dilakukan

perlindungan fungsi lingkungan hidup, prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

melaksanakan upaya pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup seperti yang diatur dalam

dan kerusakan lingkungan hidup diantaranya terdiri

dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu

(19)

3.4 UNDANG-UNDANG NO.

hutan untuk penyesuaian rencana tata ruang provinsi, diharuskan untuk mengikuti proses seperti yang diatur

ditetapkan oleh Pemerintah dengan didasarkan

Perubahan hutan pada paragraf (1) yang memiliki dampak penting, cakupan yang luas, dan

dan fungsi hutan seperti pada paragraf (1) dan (2)

Berdasarkan peraturan tersebut, diatur perubahan

secara parsial, perubahan peruntukan dan fungsi

(20)

BAB 1 Pendahuluan

BAB 2

Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) 2011 – 2030

BAB 4

Perubahan Status Hukum Kawasan Hutan

BAB 3

Kebijakan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Di Indonesia

BAB 1 Pendahuluan

BAB 2

Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) 2011 – 2030

BAB 3

Kebijakan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Di Indonesia

(21)

Proporsi kawasan hutan dengan DAS < 30% Kawasan hutan berkurang sampai <30%

Prioritas pertama DAS kritis :

- Dominasi lereng <45% - Mudah terjadi erosi 1. 2. 3. 1. 2. 3. Perubahan Kawasan Hutan Perubahan Kawasan Hutan Dataran tinggi/ Daerah Aliran Sungai (DAS) (HPT,HP) Dataran rendah/ delta (HP,HPK) Pulau terpencil (HPT, HP, HPK) 1. Daerah Rawa 2. Bakau 3. Lahan gambut 4. Forest area berkurang sampai <30%

Dominasi lereng <45% Forest area berkurang sampai <30% Presentase kawasan hutan dan tutupan vegetasi di provinsi tersebut <30%

4.1 PERATURAN PEMERINTAH

CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN

DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

peraturan tersebut adalah untuk mengatur perubahan

mengoptimalkan penyaluran fungsi, manfaat, dan

mempertahankan keseimbangan manfaat lingkungan,

Berdasarkan peraturan, tata cara perubahan status

penataan ruang dari pemerintah untuk seluruh

dengan penelitian dari tim terpadu yang terdiri dari instansi pemerintah dan pemangku kepentingan yang memiliki keahlian seperti diatur di Peraturan

non kehutanan merupakan bagian dari perencanaan

(22)

BAB 1 Pendahuluan

BAB 2

Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) 2011 – 2030

BAB 4

Perubahan Status Hukum Kawasan Hutan

BAB 3

Kebijakan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Di Indonesia

Faktor

PERUBAHAN PERUNTUKAN KAWASAN HUTAN

Parsial

Tukar Menukar

Pelepasan

dapat dikonversi

Pemohon

Pimpinan badan

Kegiatan yang diperbolehkan

Pembangunan di luar kegiatan kehutanan yang bersifat permanen, yaitu, penempatan korban

pemakaman, fasilitas pendidikan, fasilitas

keselamatan umum, rumah sakit umum dan pusat kesehatan masyarakat, kantor Pemerintah dan/ atau kantor pemerintah daerah, permukiman dan/ atau perumahan sederhana, transmigrasi, bangunan industri, pelabuhan, bandar udara, stasiun kereta api, terminal, pasar umum, pengembangan/

budidaya pertanian, perkebunan, perikanan,

Menghilangkan enclave dalam rangka memudahkan

hutan dilakukan untuk kepentingan pembangunan di luar

(23)

Faktor

Parsial

Tukar Menukar

Pelepasan

Persyaratan

sungai, pulau, dan/atau provinsi dengan sebaran

(tiga puluh perseratus) dari luas daerah aliran sungai, pulau, dan/atau provinsi dengan sebaran

dilakukan dengan ratio paling sedikit 1:2, kecuali

korban bencana alam dan untuk kepentingan umum terbatas dapat dilakukan dengan ratio paling sedikit

puluh perseratus) dari luas daerah aliran sungai, pulau, dan/atau provinsi dengan sebaran yang

Lahan pengganti harus memenuhi persyaratan:

Terletak dalam daerah aliran sungai, pulau, dan/

Mendapat rekomendasi dari gubernur dan bupati/

yang dapat dikonversi tidak dapat diproses pelepasannya pada provinsi yang luas

puluh perseratus), kecuali dengan cara

perubahan peruntukan hutan untuk provinsi diintegrasikan oleh gubernur dalam revisi rencana tata dalam usulan perubahan peruntukan melakukan konsultasi teknis dengan Ketentuan mengenai tata cara konsultasi teknis diatur dengan peraturan Masa berlaku

(24)

-BAB 1 Pendahuluan

BAB 2

Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) 2011 – 2030

BAB 4

Perubahan Status Hukum Kawasan Hutan

BAB 3

Kebijakan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Di Indonesia

4.2 PERUBAHAN KAWASAN

HUTAN SECARA PARSIAL

4.2.1 TUKAR MENUKAR KAWASAN

HUTAN

No Langkah Pemangku

Kepentingan

1)

Persyaratan dokumen administrasi meliputi:

pengganti pada peta dasar dengan skala minimal

pengganti pada peta dasar dengan skala minimal

pengganti sebagaimana dimaksud pada memuat

dengan memperhatikan pertimbangan teknis Kepala

(25)

No Langkah Pemangku Kepentingan v.

yang dimohon kepada pihak lain dan kesanggupan untuk memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan dalam bentuk surat pernyataan tersendiri bagi pemohon

vi.

yang dimohon kepada pihak lain dan kesanggupan untuk memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan dalam bentuk akta notaris bagi pemohon badan usaha

vii.

yayasan tedapat penambahan persyaratan:

Laporan keuangan 2 (dua) tahun terakhir yang

Persyaratan dokumen teknis meliputi:

i. Proposal, rencana teknis atau rencana induk termasuk

ii.

iii.

iv.

penempatan korban bencana alam tidak perlu hasil

2)

Planologi Kehutanan melakukan penelaahan terhadap persyaratan

15

(26)

BAB 1 Pendahuluan

BAB 2

Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) 2011 – 2030

BAB 4

Perubahan Status Hukum Kawasan Hutan

BAB 3

Kebijakan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Di Indonesia

No Langkah Pemangku

Kepentingan 3)

Planologi Kehutanan melakukan penelaahan terhadap:

30

Planologi Kehutanan

4)

Jenderal Planologi Kehutanan atas nama Menteri menerbitkan Planologi Kehutanan (atas nama Menteri)

5)

Jenderal

6)

ditetapkannnya tim melakukan penelitian dan menyampaikan

Tim Terpadu dan Tim Tukar Menukar

Penerimaan Rekomendasi oleh Menteri Menteri

Kehutanan untuk:

dan rekomendasi Tim Terpadu atau Tim Tukar Menukar

hasil penelitian dan rekomendasi Tim Terpadu atau Tim

10

(27)

No Langkah Pemangku Kepentingan 11)

cakupan luas serta bernilai strategis, Menteri menyampaikan surat

10 Menteri

12)

penelitian dan rekomendasi Tim Terpadu dan menyampaikan

Tidak

diatur Rakyat

13)

Jenderal Planologi Kehutanan akan:

10

Planologi Kehutanan

14)

15) Menteri

(28)

-BAB 1 Pendahuluan

BAB 2

Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) 2011 – 2030

BAB 4

Perubahan Status Hukum Kawasan Hutan

BAB 3

Kebijakan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Di Indonesia

No Langkah Pemangku

Kepentingan

Membuat dan menyerahkan pernyataan berbentuk akta notaris berisi:

Menyediakan biaya dan melaksanakan reboisasi serta

Menyerahkan garansi bank dari Bank Pemerintah

pemeliharaannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan kecuali pemohon Pemerintah dan/

hutan yang dimohon sesuai ketentuan peraturan

terdapat cacat tersembunyi bersedia untuk mengganti lahan

Tidak diatur Pemohon

Persyaratan clear and clean harus memenuhi ketentuan:

Terhadap tanah-tanah hak untuk usulan lahan pengganti, baik yang terdaftar maupun yang belum terdaftar, dilakukan

Terhadap tanah-tanah hak untuk usulan lahan pengganti yang sudah terdaftar dilakukan pencoretan di buku tanah dan

Terhadap tanah-tanah hak usulan lahan pengganti yang belum terdaftar (leter c/girik) dilakukan pencoretan di buku dan peta desa, serta harus ada keterangan dari instansi

(29)

-No Langkah Pemangku Kepentingan

Menteri dengan tembusan disampaikan kepada:

- Pemohon 20) 5 21) 30 Kehutanan Provinsi 22) 10 23) 10 Planologi Kehutanan 24) 25) Menteri 26)

Planologi Kehutanan atas nama Menteri bersama pemohon

30

Planologi Kehutanan (atas nama Menteri) bersama pemohon

(30)

BAB 1 Pendahuluan

BAB 2

Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) 2011 – 2030

BAB 4

Perubahan Status Hukum Kawasan Hutan

BAB 3

Kebijakan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Di Indonesia

No Langkah Pemangku

Kepentingan

hutan yang dimohon dan lahan pengganti yang telah

Menyediakan biaya dan melaksanakan reboisasi serta pemeliharaan tanaman terhadap lahan

inventarisasi sesuai dengan ketentuan peraturan

Kehutanan menyampaikan usulan penerbitan Keputusan Menteri

30

Planologi Kehutanan

30) Menteri

31)

Penyelenggaran tata batas meliputi:

Kegiatan tata batas dilaksanakan oleh Panitia Tata Batas

(31)

No Langkah Pemangku Kepentingan 32) Tidak diatur Kehutanan Provinsi/ Kabupaten/Kota atau 33)

yang tata cara penghitungannya sesuai dengan ketentuan

Tidak diatur Pemohon

Tata Batas Lahan Pengganti dan Reboisasi 34)

Kegiatan tata batas dilaksanakan oleh Panitia Tata Batas

Pelaksanaan tata batas secara teknis dapat dilakukan oleh konsultan yang mempunyai kompetensi di bidang pengukuran dan pemetaan dengan supervisi dari Kepala

prinsip,Panitia Tata

(32)

BAB 1 Pendahuluan

BAB 2

Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) 2011 – 2030

BAB 4

Perubahan Status Hukum Kawasan Hutan

BAB 3

Kebijakan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Di Indonesia

No Langkah Pemangku

Kepentingan 36)

sama dengan badan usaha yang mempunyai kompetensi di bidang reboisasi antara lain badan usaha milik negara di bidang

Tidak diatur Pemohon/pihak ketiga

-prinsip

menyerahkan garansi bank dari Bank Pemerintah sebesar biaya

Tidak diatur

prinsip

Evaluasi dan penilaian keberhasilan reboisasi dilakukan

Pelaksanaan Teknis Kementerian Kehutanan yang membidangi

Tidak diatur

Pelaksanaan Teknis Kementerian Kehutanan 40)

melaksanakan dan/atau tidak berhasil melaksanakan reboisasi

dapat memerintahkan bank untuk mencairkan garansi bank dan

Tidak diatur Planologi Kehutanan 41) Kepala Balai 42) 30 Planologi Kehutanan 43)

(33)

Penerbitan Persetujuan Prinsip

Tidak berdampak penting dan cakupan luas serta bernilai strategis

Berdampak penting dan cakupan luas serta bernilai strategis

303 hari

Perpanjangan Persetujuan Prinsip

Penerbitan Keputusan Menteri (setelah pemenuhan kewajiban)

305 hari

No Langkah Pemangku

(34)

BAB 1 Pendahuluan

BAB 2

Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) 2011 – 2030

BAB 4

Perubahan Status Hukum Kawasan Hutan BAB 3

Kebijakan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Di Indonesia

Tim Terpadu atau

Tim Tukar Menukar

Disetujui ?

Direktur Jenderal

Planologi Kehutanan

(DJPK)

Menteri

Sekretaris Jenderal

(SJ)

Pemohon

Melaksanakan telaahan teknis dan

administratif (45 hari)

Mengajukan permohonan

(35)

Tim Terpadu atau

Tim Tukar Menukar

Ya Disetujui ? Kawasan hutan lebih dari 2 ha?

Direktur Jenderal

Planologi Kehutanan

(DJPK)

Sekretaris Jenderal

(SJ)

Pemohon

Melaksanakan telaahan teknis dan

administratif (45 hari)

Membentuk Tim Tukar Menukar atas

nama Menteri (37 hari)

Menteri membentuk

Melakukan penelitian dan menyampaikan hasil penelitian dan rekomendasi kepada Menteri (180 hari) Menerbitkan surat penolakan atas nama Menteri (7 hari) Mengajukan permohonan

Keterangan :

Jangka waktu tidak diatur dalam regulasi

Tidak

Tidak

(36)

BAB 1 Pendahuluan

BAB 2

Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) 2011 – 2030

BAB 4

Perubahan Status Hukum Kawasan Hutan BAB 3

Kebijakan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Di Indonesia

Diterima ?

Tidak Direktur Jenderal Planologi Kehutanan (DJPK) Tim Terpadu atau Tim Tukar Menukar Sekretaris Jenderal (SJ) Menteri Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Menerbitkan Surat penolakan atas nama Menteri (10 hari)

Rekomendasi

Tim Terpadu

Menerima

Rekomendasi

(7 hari)

DPCLS ?

Ya Ya Tidak

(37)

Diterima ?

Tidak Tidak Ya Direktur Jenderal Planologi Kehutanan (DJPK) Tim Terpadu atau Tim Tukar Menukar Sekretaris Jenderal (SJ) Menteri Dewan Perwakilan Menerbitkan Surat penolakan atas nama Menteri (10 hari) Menerbitkan Surat penolakan permohonan tukar menukar kawasan hutan (10 hari) Menyampaikan usulan penerbitan surat persertujuan prinsip (10 hari) Menyampaikan konsep surat persetujuan prinsip kepada Menteri (7 hari) Menerbitkan surat persetujuan prinsip tukar menukar kawasan hutan (7 hari) Mengirimkan surat permohonan ke DPR untuk meminta persetujuan (10 hari) Melakukan penelaahan

Rekomendasi

Tim Terpadu

Menerima

Rekomendasi

(7 hari)

DPCLS ?

Ya Ya

Keterangan :

Jangka waktu tidak diatur dalam regulasi

(38)

BAB 1 Pendahuluan

BAB 2

Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) 2011 – 2030

BAB 4

Perubahan Status Hukum Kawasan Hutan

BAB 3

Kebijakan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Di Indonesia

Sekretaris

Jenderal

Kepala Balai

Pemantapan

Kawasan Hutan

Menteri

Direktur Jenderal

Planologi

Kehutanan

Pemohon

Menandatangani Berita AcaraTukar Menukar (BATM) atas

nama Menteri (30 hari) Memenuhi kewajiban Mengajukan usulan Keputusan Menteri terkait penetapan lahan pengganti yang diusulkan (30 hari) Menyelesaikan tata batas dan investarisasi di kawasan hutan yang dimohon (180 hari) Melakukan kajian hukum dan melaporkan konsep Keputusan Menteri (7 hari) Menerbitkan Keputusan Menteri terkait penetapan lahan pengganti yang diusulkan (7 hari)

(39)

Menyampaikan usulan penerbitan Keputusan Menteri tentang penetapan Kawasan Hutan yang berasal

dari lahan pengganti dan pelepasan kawasan hutan

yang dimohon (30 hari) Menyelesaikan tata batas dan investarisasi di lahan pengganti (180 hari) Melakukan kajian hukum dan melaporkan konsep Keputusan Menteri (7 hari) Menerbitkan Keputusan Menteri tentang penetapan kawasan hutan

yang berasal dari lahan pengganti dan pelepasan

Keterangan :

Jangka waktu tidak diatur dalam regulasi

Menyampaikan BATB dan peta hasil tata batas

(40)

BAB 1 Pendahuluan

BAB 2

Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) 2011 – 2030

BAB 4

Perubahan Status Hukum Kawasan Hutan

BAB 3

Kebijakan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Di Indonesia

4.2.2 PELEPASAN KAWASAN

HUTAN

No

Langkah

Hari

Pemangku

Kepentingan

1)

Persyaratan dokumen administrasi meliputi:

i.

ii.

iii.

iv.

hutan yang dimohon pada peta dasar dengan skala minimal

sesuai dengan permohonan, dengan memperhatikan pertimbangan

v.

permohonan oleh Pemerintah, untuk:

(41)

No

Langkah

Hari

Pemangku

Kepentingan

vi.

tedapat penambahan persyaratan:

Laporan keuangan 2 (dua) tahun terakhir yang diaudit oleh

Persyaratan dokumen teknis meliputi:

i. Proposal, rencana teknis dan/atau rencana induk yang

ii.

oleh unsur instansi yang membidangi urusan kehutanan di provinsi dan kabupaten/kota, instansi terkait diprovinsi dan

iii.

Pemohon

2)

Kehutanan melakukan penelaahan terhadap persyaratan administrasi dan

15 Planologi Kehutanan 3) 30 Planologi Kehutanan 4)

(42)

BAB 1 Pendahuluan

BAB 2

Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) 2011 – 2030

BAB 4

Perubahan Status Hukum Kawasan Hutan

BAB 3

Kebijakan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Di Indonesia

No

Langkah

Hari

Pemangku

Kepentingan

5) Planologi Kehutanan 6) Jenderal Menteri - -1 tahun kalender Pemegang prinsip Tata Batas 10)

Kehutanan menerbitkan surat pemberitahuan untuk pelaksanaan tata batas Planologi

Kehutanan 11)

dilakukan oleh konsultan yang mempunyai kompetensi di bidang pengukuran dan pemetaan yang secara teknis disupervisi oleh Kepala

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

1 tahun kalender Pemegang prinsip, Panitia Tata Batas Kepala Balai Pemantapan 12) Kepala Balai Pemantapan 13) - Pemegang

(43)

No

Langkah

Hari

Pemangku

Kepentingan

14) Kepala Balai Pemantapan 15) atau 15 Planologi Kehutanan

16) Menteri akan: Menteri

30 Planologi Kehutanan Jenderal Menteri Penerbitan Persetujuan Prinsip Perpanjangan Persetujuan Prinsip Pemenuhan kewajiban 1 tahun kalender

Penerbitan Keputusan Menteri (setelah pemohon mengajukan

(44)

BAB 1 Pendahuluan

BAB 2

Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) 2011 – 2030

BAB 4

Perubahan Status Hukum Kawasan Hutan

BAB 3

Kebijakan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Di Indonesia

Sekretaris

Jenderal

Menteri

Kepala Balai

Pemantapan

Kawasan Hutan

Direktur Jenderal

Planologi

Kehutanan

Pemohon

Menerima Permohonan Melakukan penelaahan terhadap persyaratan administrasi dan teknis (15 hari) Menerbitkan surat penolakan atas nama

Menteri (7 hari) Melakukan penelaahan terhadap (fungsi, peruntukkan, perizinan) (30 hari) Pengajuan Permohonan Sesuai persyaratan ? Ya Tidak Tidak Ya Sesuai persyaratan ?

(45)

Sekretaris

Jenderal

Menteri

Kepala Balai

Pemantapan

Kawasan Hutan

Direktur Jenderal

Planologi

Kehutanan

Pemohon

Menerima Permohonan Menerbitkan surat peretujuan prinsip pelepasan kawasan hutan (7 hari) Menyampaikan konsep persetujuan prinsip kepada Menteri (7 hari) Menyampaikan konsep Keputusan (7 hari) Menerbitkan Keputusan (7 hari) Melakukan penelaahan terhadap persyaratan administrasi dan teknis (15 hari) Menerbitkan surat penolakan atas nama

Menteri (7 hari)

Menerbitkan surat pemberitahuan untuk pelaksanaan tata batas

(7 hari) Penyelenggaraan tata

batas (1 tahun kalender)

Mengajukan Berita Acara Tata Batas (BATB) dan

peta ke Kepala Balai Pemantapan Kawasan

Hutan (7 hari)

Menyampaikan BATB dari peta ke Sekretaris

Jenderal (30 hari)

Menyampaikan BATB dan peta ke Direktur Jenderal Planologi Melakukan penelaahan terhadap (fungsi, peruntukkan, perizinan) (30 hari) Pengajuan Permohonan Menyampaikan usulan penerbitan surat persetujuan prinsip kepada Sekretaris Jenderal Sesuai persyaratan ? Ya Tidak Tidak Ya Sesuai persyaratan ?

Keterangan :

Jangka waktu tidak diatur dalam regulasi

(46)

BAB 1 Pendahuluan

BAB 2

Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) 2011 – 2030

BAB 4

Perubahan Status Hukum Kawasan Hutan

BAB 3

Kebijakan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Di Indonesia

4.3 PERUBAHAN PERUNTUKAN

KAWASAN HUTAN UNTUK

WILAYAH PROVINSI

dalam Rangka Penelitian Perubahan Peruntukan dan

No

Langkah

Hari

Pemangku

Kepentingan

1)

a.

dengan:

didasarkan pada peta skala terbesar yang tersedia, dan

b.

c.

(47)

No

Langkah

Hari

Pemangku

Kepentingan

e.

i.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah

ii.

hutan yang diusulkan

Perubahan peruntukan dan fungsinya, yaitu:

Lokasi pemukiman/tanah milik masyarakat baik yang telah mempunyai titel hak maupun

Lokasi areal pemanfaatan tambak,

pelabuhan, perikanan, dan areal usaha

iii.

ketebalan gambut dan penutupan lahan hasil

- Pemohon

2) Tidak diatur Menteri

3) 10

Planologi Kehutanan

(48)

BAB 1 Pendahuluan

BAB 2

Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) 2011 – 2030

BAB 4

Perubahan Status Hukum Kawasan Hutan

BAB 3

Kebijakan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Di Indonesia

No

Langkah

Hari

Pemangku

Kepentingan

6) Tim Terpadu melakukan penelitian dan menyampaikan paparan hasil Tim Terpadu

Laporan yang berisi rekomendasi yang telah dibahas disampaikan oleh Tidak diatur Tim Terpadu

30 Menteri

- Pemohon

10) Tidak diatur Menteri

11) Tidak diatur

Rakyat Republik

12)

atas rancangan peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang

10

(49)

No

Langkah

Hari

Pemangku

Kepentingan

13)

14) Menteri menerbitkan:

atau

Konservasi Perairan Provinsi

Menteri

15) - Pemohon

(50)

BAB 1 Pendahuluan

BAB 2

Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) 2011 – 2030

BAB 4

Perubahan Status Hukum Kawasan Hutan

BAB 3

Kebijakan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Di Indonesia

Tim Terpadu Tim Teknis Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Menteri Sekretaris Jenderal Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Pemohon Melakukan telaahan teknis dan menyampaikan hasil penelitian kepada Menteri

(180 hari) Membentuk Tim Terpadu (7 hari) Menerbitkan keputusan tentang Pembentukan Tim Teknis (10 hari) Melakukan telaahan Menerima hasil telaahan teknis Menerima hasil telaahan teknis Mengajukan permohonan Melakukan telaahan teknis

(51)

Apakah perubahan peruntukan memiliki potensi DPCLS? Tim Terpadu Tim Teknis Dewan Perwakilan Rakyat Menteri Sekretaris Jenderal Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Pemohon Melakukan telaahan teknis dan menyampaikan hasil penelitian kepada Menteri

(180 hari) Membentuk Tim Terpadu (7 hari) Menerbitkan keputusan tentang Pembentukan Tim Teknis (10 hari) Melakukan telaahan Menerima hasil telaahan teknis Menerima hasil telaahan teknis Melakukan pembahasan akhir hasil penelitian tim terpadu (30 hari) Menerima surat dari DPR Menerbitkan surat persetujuan substansi atau Keputusan (7 hari) Menyampaikan konsep Keputusan Menteri (7 hari) Menyampaikan konsep surat

persetujuan substansi atas rancangan perda tentang RTRW prvinsi

(10 hari) Menyampaikan konsep Keputusan Menteri (10 hari) Mengajukan permohonan Mengintegrasikan Keputusan Menteri ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah

Provinsi untuk ditetapkan dalam Perda Melakukan telaahan teknis Menyampaikan hasil penelitian Tim

Terpadu ke DPR untuk mendapat persetujuan Melakukan telaahan terhadap hasil penelitian Ya Tidak

Jangka waktu tidak diatur dalam regulasi

(52)

BAB 1 Pendahuluan

BAB 2

Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) 2011 – 2030

BAB 4

Perubahan Status Hukum Kawasan Hutan BAB 3

Kebijakan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Di Indonesia

BAB 1 Pendahuluan

BAB 2

Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) 2011 – 2030

(53)

5.1 PERUBAHAN KAWASAN

HUTAN SECARA PARSIAL

a. Tukar Menukar Kawasan Hutan

Studi Kasus 1: PT. A (pabrik semen) di

Rembang, Jawa Tengah

Kehutanan untuk menukar status hutan produksi

Fase 1 – Pengajuan aplikasi

Fase 2 – Penerbitan persetujuan prinsip

Paparan hasil penelitian dan rekomendasi

Jan 2012 2 bulan 11 bulan Sep 2012 Apr 2013 Jun 2013 Mei 2014

Total: 2 tahun 4 bulan

Kehutanan atas Menteri Kehutanan tentang

Keputusan Menteri Kehutanan tentang

STUDI KASUS 2: PT. B (perusahaan

semen) di Tuban, Jawa Timur

area pertambangan batu kapur seluas 400

Fase 1 – Pengajuan aplikasi

Fase 2 – Penerbitan persetujuan prinsip

-Apr 1991 Jan 2003 Okt 2013 Total: 22 tahun 6 bulan (tidak termasuk masa pengajuan aplikasi)

(54)

BAB 1 Pendahuluan

BAB 2

Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) 2011 – 2030

BAB 4

Perubahan Status Hukum Kawasan Hutan BAB 3

Kebijakan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Di Indonesia

STUDI KASUS 2: PT. E (perkebunan

Sumatera Selatan

Fase 1 – Pengajuan aplikasi

Fase 2 – Penerbitan persetujuan prinsip

Fase 3 – Pemenuhan kewajiban

Fase 4 – Penerbitan keputusan mengenai perubahan peruntukan kawasan hutan

Penerbitan surat keputusan Menteri Kehutanan atas Menteri Kehutanan tentang

Keputusan Menteri Kehutanan tentang

b. Pelepasan kawasan hutan

STUDI KASUS 1: PT. D (perusahaan

perkebunan), Sumatera Selatan

Fase 1 – Pengajuan aplikasi

Fase 2 –Penerbitan persetujuan prinsip

Fase 3 – Pemenuhan kewajiban

Des 2010 3 bulan 3 bulan 3 bulan Mar 2011 Jun 2011 Jan 2012 Apr 2012

Total: 1 tahun 4 bulan

Jul 2010 -5 bulan 2 tahun 2 bulan 5 bulan Jul 2010 Sep 2012 Feb 2013 Jul 2013 Total: 3 tahun

(55)

Pengajuan perubahan

peruntukan kawasan hutan

Luas (ha)

bukan hutan

25

KK

KK

Perubahan fungsi hutan

5.2 PERUBAHAN KAWASAN

HUTAN PROVINSI

Jan 2006 4 tahun 11 bulan 6 bulan Des 2014 Aug 2014 Feb 2014

Total: 8 tahun 1 bulan

Fase I – Pengajuan perubahan kawasan hutan

2006

November 2010

non-DPCLS

Fase 3 – Persetujuan oleh DPR untuk potensi DPCLS

Perubahan kawasan hutan

Luas (ha)

25

(56)

BAB 1 Pendahuluan

BAB 2

Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) 2011 – 2030

BAB 4

Perubahan Status Hukum Kawasan Hutan BAB 3

Kebijakan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Di Indonesia

diajukan

Luas (ha)

bukan hutan

Perubahan fungsi hutan

KK

Fase I - Pengajuan perubahan kawasan hutan

non-DPCLS

Pemeriksaan data dan lapangan oleh Tim

Pemaparan hasil analisis ke Menteri dan

Phase 3 – Persetujuan oleh DPR untuk potensi DPCLS

Phase 4 – Penerbitan persetujuan Penerbitan keputusan oleh Menteri

Des 2008 4 bulan 6 bulan Apr 2009 Okt 2009 -Mei 2010

(57)

disetujui

Luas

(ha)

bukan hutan

KK

Perubahan fungsi hutan

(58)

BAB 1 Pendahuluan

BAB 2

Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) 2011 – 2030

BAB 4

Perubahan Status Hukum Kawasan Hutan BAB 3

Kebijakan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Di Indonesia

(59)

6.1 PERUBAHAN KAWASAN

HUTAN PARSIAL

Komunikasi

proyek, pemerintah daerah dan Kementerian Kehutanan sangat penting, terutama sebelum

Komitmen

komitmen yang kuat untuk menyelesaikan

memperlihatkan inisiatif yang kuat dalam mempersiapkan dokumen ataupun lahan

Anggaran

pengganti, penentuan tata batas, biaya inventaris,

terutama untuk pemohon dari pemerintah daerah

Lahan pengganti

lahan pengganti untuk dapat mengubah status

dikarenakan banyaknya pemukiman di sebagian

lahan sering kali menciptakan masalah sosial

itu, sebaiknya pemohon mencalonkan lahan pengganti, dimana pemohon sudah mendapatkan

pengadaan tanahbisa di realisasi dengan cepat

Dokumen aplikasi

memperoleh informasi terbaru mengenai dokumen

Terdapat ketidakpastian keberlanjutan proses dikarenakan adanya perubahan kepala daerah.

Peraturan

Pemerintah dapat memperlambat proses, seperti

Kehutanan harus menunda semua aplikasi

6.2 PERUBAHAN KAWASAN

HUTAN PROVINSI

Komitmen

contohnya dalam mencari solusi saat aplikasi

Pengajuan aplikasi

Dokumen aplikasi

terutama rencana induk/dokumen perencanaan,

dan harus disinkronisasi dengan Rencana

Anggaran

pada tingkat regional saat revisi tahunan

(60)

BAB 1 Pendahuluan

BAB 2

Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) 2011 – 2030

BAB 4

Perubahan Status Hukum Kawasan Hutan BAB 3

Kebijakan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Di Indonesia

BAB 1 Pendahuluan

BAB 2

Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) 2011 – 2030

BAB 4

Perubahan Status Hukum Kawasan Hutan BAB 3

Kebijakan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Di Indonesia

(61)

Kementerian Kehutanan

No

Nama

Alamat

No Telp& Fax

1

Planologi Kehutanan Bogor 16123

Telepon : (0251) 313412

(62)

Glosarium

: : : : : : : : : : : : : : : : : : : : Tanaman : Restorasi Ekosistem KK : : : : PP Peraturan Pemerintah :

RKTN : Rencana Kehutanan Tingkat Nasional

RPJM : Rencana Pembangunan Jangka Menengah

: : : : :

(63)

Gambar

Tabel 4. Kriteria Penentuan Arahan Spasial RKTN dan Pemanfaatan Kawasan Hutan Indonesia
Tabel 5. Analisa Arahan Pemanfaatan Kawasan Hutan
Tabel 6. Analisa Arahan Spasial Kawasan Hutan

Referensi

Dokumen terkait

KAJIAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAMPENYULUHAN PERTANIAN MELALUI PROGRAM “PA’TANI” DI DESA RANCABANGO KECAMATAN PATOKBEUSI KABUPATEN SUBANG.. Universitas Pendidikan Indonesia

Pengaruh Jumlah Sadapan Terhadap Produksi Getah Pinus merkusii Dengan Metode Koakan Di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi Jawa Barat.. Skripsi Mahasiswa

Mengingat pentingnya masalah program promosi melalui personal selling dan image perusahaan dalam mempengaruhi proses keputusan pembelian konsumen pada AUTO 2000 Bandung,

Shih, dkk (2008) juga menunjukkan bahwa skor pada perilaku terhadap uang khususnya faktor pengelolaan/pengangggaran (maintenance-budget) lebih tinggi pada murid yang mempunyai

4 http://moeljadi.multiply.com/journal.. dan atau kemampuan pendukung lainnya sehingga akan meningkatkan kualitas pelayanan prima. Personel yang telah

Template Dokumen ini adalah milik Direktorat Pendidikan - ITB Dokumen ini adalah milik Program Studi Rekayasa Kehutanan ITB. Dilarang untuk me-reproduksi dokumen ini tanpa

Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression) menunjukkan hasil signifikansi 0,006 &lt; 0,05 yang berarti bahwa Profitabilitas, Likuiditas dan