TINJAUAN
KEBIJAKAN MONETER
Untuk informasi lebih lanjut hubungi:
Divisi Koordinasi dan Komunikasi Kebijakan Moneter Grup Kebijakan Moneter
Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter
Telp : +62 21 2981 6836/5726
Fax : +62 21 345 2489
Email : gkm_komunikasi@bi.go.id Website : http://www.bi.go.id
Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Maret, April, Juni, Juli, September, Oktober dan Desember. Laporan ini dimaksudkan sebagai media bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi moneter terkini atas asesmen dan prakiraan perekonomian Indonesia serta respons kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan Kebijakan Moneter (LKM) secara triwulanan pada setiap bulan Februari, Mei, Agustus, dan November. Secara rinci, TKM menyampaikan hasil evaluasi atas perkembangan terkini mengenai inflasi, nilai tukar, dan kondisi moneter selama bulan laporan, serta keputusan respons kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.
Tinjauan Kebijakan Moneter
Juni 2017
Dewan Gubernur
AGus D.W. MArToWArDoJoGubernur
MirzA ADiTyAsWArA Deputi Gubernur Senior Perry WArJiyo Deputi Gubernur erWiN riJANTo Deputi Gubernur suGeNG Deputi Gubernur rosMAyA HADi Deputi Gubernur
Daftar isi
1. Statement Kebijakan Moneter
2. Perkembangan Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Perkembangan Ekonomi DuniaPertumbuhan Ekonomi
Neraca Pembayaran Indonesia Nilai Tukar Rupiah
Inflasi
Perkembangan Moneter
Perkembangan Sektor Keuangan Perbankan Pasar Saham Pasar SBN Pembiayaan Nonbank 06 09 13 15 16 19 21 21 22 24 25
03
06
1
statement
Kebijakan Moneter
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 14-15 Juni 2017 memutuskan untuk
mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7-day RR Rate) tetap sebesar 4,75%, dengan
suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 4,00% dan Lending Facility tetap sebesar 5,50%,
berlaku efektif sejak 16 Juni 2017. Keputusan tersebut konsisten dengan upaya Bank Indonesia menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta mendukung keberlanjutan pemulihan ekonomi domestik. Bank Indonesia tetap mewaspadai sejumlah risiko, baik yang bersumber dari global maupun domestik. Dari sisi global, kenaikan lebih
lanjut Fed Fund Rate (FFR) dan rencana penurunan besaran neraca bank sentral AS, hasil
Pemilu di Inggris, serta potensi menurunnya harga komoditas khususnya minyak dunia merupakan risiko yang tetap perlu diwaspadai. Dari sisi domestik, beberapa risiko yang tetap perlu dicermati adalah dampak penyesuaian administered prices terhadap inflasi serta masih berlanjutnya konsolidasi korporasi dan perbankan. Untuk itu, Bank Indonesia terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran guna menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Bank Indonesia juga terus mempererat koordinasi bersama Pemerintah dalam rangka pengendalian inflasi agar tetap berada pada kisaran sasaran dan mendorong kelanjutan reformasi struktural agar dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.
Pertumbuhan ekonomi dunia membaik sesuai perkiraan, namun beberapa risiko tetap perlu dicermati. Prospek ekonomi dunia membaik sejalan dengan perkembangan ekonomi AS, Tiongkok, Eropa, dan Jepang. Perbaikan perekonomian AS ditopang terutama oleh konsumsi dan investasi yang menguat serta indikator ketenagakerjaan yang membaik. Di Tiongkok, ekspansi perekonomian terutama ditopang oleh pertumbuhan investasi pemerintah dan swasta. Di Eropa dan Jepang, pertumbuhan ekonomi membaik didukung oleh meningkatnya kinerja ekspor dan permintaan domestik. Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dunia, volume perdagangan dunia juga meningkat. Sementara itu, harga komoditas global diperkirakan masih tetap tinggi, namun ke depan berpotensi bias ke bawah terkait pasokan yang berlebih di tengah permintaan yang terbatas. Bank Indonesia memandang bahwa kenaikan FFR tanggal 14 Juni 2017 telah diantisipasi sehingga pasar keuangan Indonesia tetap kondusif didukung oleh persepsi positif terhadap pengelolaan makroekonomi dan kondisi fundamental Indonesia. Ke depan, sejumlah risiko terhadap perekonomian global tetap perlu diwaspadai, antara lain kenaikan FFR lebih lanjut dan rencana penurunan besaran neraca bank sentral AS, serta perkembangan geopolitik di beberapa kawasan.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II 2017 diperkirakan membaik didukung oleh tumbuhnya ekspor, meningkatnya investasi, dan tetap kuatnya konsumsi Rumah Tangga (RT). Ekspor tumbuh cukup baik sejalan dengan berlanjutnya perbaikan ekonomi global dan kenaikan harga beberapa komoditas global. Investasi mengalami peningkatan didorong oleh investasi bangunan, baik terkait proyek infrastruktur pemerintah maupun sektor properti swasta, serta perbaikan investasi nonbangunan pada aktivitas sektor
berbasis komoditas dan konstruksi. Sementara itu, konsumsi RT diperkirakan tetap kuat didorong oleh penyaluran Tunjangan Hari Raya (THR). Ke depan, Bank Indonesia memperkirakan perekonomian Indonesia pada 2017 tumbuh dalam kisaran 5,0-5,4% (yoy). Prospek perbaikan ekonomi tersebut terutama ditopang oleh ekspor dan investasi yang terus meningkat, serta konsumsi RT yang tetap kuat.
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan II 2017 diperkirakan tetap mencatat surplus, ditopang oleh surplus transaksi modal dan finansial. Sementara itu, defisit transaksi berjalan diperkirakan tetap terjaga pada level yang sehat. Besarnya surplus transaksi modal dan finansial didukung oleh perkiraan meningkatnya aliran masuk modal portofolio dan investasi langsung seiring dengan positifnya keyakinan investor terhadap
prospek perekonomian Indonesia. Persepsi positif investor didukung oleh sovereign
credit rating Indonesia menjadi investment grade oleh ketiga lembaga rating utama dunia. Aliran masuk modal asing ke pasar keuangan Indonesia sampai dengan akhir Mei 2017 mencapai 9,0 miliar dolar AS (ytd). Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir Mei 2017 tercatat 124,95 miliar dolar AS, meningkat dari posisi akhir April 2017 sebesar 123,25 miliar dolar AS. Jumlah tersebut cukup untuk membiayai 8,9 bulan impor atau 8,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Nilai tukar rupiah bergerak relatif stabil dan cenderung menguat, seiring dengan berlanjutnya aliran masuk modal asing pada Mei 2017. Nilai tukar rupiah, secara bulanan
point to point (ptp), tercatat menguat sebesar 0,05% ke level Rp13.323 per dolar AS. Pergerakan rupiah relatif stabil tercermin dari volatilitas rupiah yang rendah. Stabilitas nilai tukar rupiah didukung oleh besarnya aliran masuk modal asing dan semakin dalamnya pasar keuangan Indonesia. Ke depan, aliran masuk modal asing baik dalam bentuk FDI maupun investasi portofolio diperkirakan akan berlanjut seiring dengan kebijakan reformasi struktural pemerintah dan keyakinan investor terhadap prospek perekonomian Indonesia. Bank Indonesia akan tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi untuk mendorong nilai tukar yang sesuai nilai fundamentalnya dengan tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar.
Inflasi tetap terkendali dalam kisaran sasaran inflasi 2017 yaitu 4±1%, meskipun meningkat di bulan Mei 2017. Indeks Harga Konsumen (IHK) Mei 2017 mencatat inflasi sebesar 0,39% (mtm) atau 4,33% (yoy), meningkat dibandingkan bulan lalu yang mengalami inflasi sebesar 0,09% (mtm) atau 4,17% (yoy). Inflasi IHK terutama disumbang
oleh inflasi komponen volatile food dan administered prices. Peningkatan inflasi volatile
food dipengaruhi naiknya permintaan beberapa komoditas seiring dengan datangnya
bulan Ramadhan di minggu ke-IV bulan Mei. Sementara itu, inflasi administered prices
masih cukup tinggi tercatat 0,69% (mtm), meskipun turun dari bulan sebelumnya yakni 1,27% (mtm). Di sisi lain, inflasi inti cukup rendah sebesar 0,16% (mtm), meskipun sedikit meningkat dari bulan sebelumnya sebesar 0,13% (mtm). Ke depan, inflasi tetap diarahkan berada pada sasaran inflasi 2017, yaitu 4±1%. Untuk itu, koordinasi kebijakan Pemerintah di pusat dan daerah dengan Bank Indonesia dalam pengendalian inflasi
perlu terus diperkuat dalam menghadapi kenaikan harga volatile food selama bulan
Stabilitas sistem keuangan tetap kuat didukung oleh ketahanan industri perbankan dan
pasar keuangan yang terjaga. Pada April 2017, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy
Ratio/CAR) perbankan tercatat 22,6%, dan rasio likuiditas (AL/DPK) berada pada level
21,6%. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) tercatat 3,1%
(gross) atau 1,4% (net). Transmisi pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial terus berlanjut meski belum optimal sejalan dengan kehati-hatian bank dalam mengelola risiko kredit. Pertumbuhan kredit April 2017 tercatat 9,5% (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya 9,2% (yoy) didorong oleh kredit infrastruktur, konsumsi dan jasa sosial. Di sisi lain, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada April 2017 tercatat 9,9% (yoy), sedikit menurun dibandingkan dengan bulan sebelumnya 10,0% (yoy). Sejalan dengan perkiraan meningkatnya kegiatan ekonomi dan masih berlanjutnya dampak pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial yang telah dilakukan sebelumnya, pertumbuhan kredit dan DPK pada tahun 2017 diperkirakan lebih tinggi, masing-masing berada dalam kisaran 10-12% dan 9-11%.
Perkembangan ekonomi
dan Kebijakan Moneter
PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA
Pertumbuhan ekonomi dunia membaik sesuai perkiraan, namun beberapa risiko tetap perlu dicermati. Prospek ekonomi dunia membaik sejalan dengan perkembangan ekonomi AS, Tiongkok,
Eropa, dan Jepang. Perbaikan perekonomian
AS ditopang terutama oleh konsumsi dan investasi yang menguat serta indikator ketenagakerjaan yang membaik. Di Tiongkok, ekspansi perekonomian terutama ditopang oleh pertumbuhan investasi pemerintah dan swasta. Di Eropa dan Jepang, pertumbuhan ekonomi membaik didukung oleh meningkatnya kinerja ekspor dan permintaan domestik. Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dunia, volume perdagangan dunia juga meningkat. Sementara itu, harga komoditas global diperkirakan masih tetap tinggi, namun ke depan berpotensi bias ke bawah terkait pasokan yang berlebih di tengah permintaan yang terbatas. Bank Indonesia memandang bahwa kenaikan FFR tanggal 14 Juni 2017 telah diantisipasi sehingga pasar keuangan Indonesia tetap kondusif didukung oleh persepsi positif terhadap pengelolaan makroekonomi dan kondisi fundamental Indonesia. Ke depan, sejumlah risiko terhadap perekonomian global tetap perlu diwaspadai, antara lain kenaikan FFR lebih lanjut dan rencana penurunan besaran neraca bank sentral AS, serta perkembangan geopolitik di beberapa kawasan.
Perbaikan perekonomian AS ditopang terutama oleh investasi yang menguat dan kondisi ketenagakerjaan yang membaik.
Menguatnya investasi AS tercermin dari fixed
investment yang meningkat signifikan, terutama didorong oleh investasi nonresidensial,
2
Investasi Nonresiden AS Grafik 2.1 2 0 -2 12 4 8 0 -4‘13‘14‘15‘16I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I-2nd2013 2014 2015 2016 2017
% %
0,430,760,27 -0,07
Investasi Nonresidensial (Kontribusi Tahunan) Investasi Nonresidensial (Kontribusi) Investasi Nonresidensial (yoy)
Sumber: FRED, Bloomberg, diolah
Investasi Residensial AS Grafik 2.2 2 0 20 15 10 5 0 -5
‘13‘14‘15‘16I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV2013 2014 2015 2016 2017I-2nd 0,33 0,39
0,11 0,18
Invmnt. Residential (Annual Contr.) Invmnt. Residential (Contr.) Invmnt. Residential (yoy)
Sumber: FRED, Bloomberg, diolah
Tingkat Pengangguran dan NAIRU
Grafik 2.3 12 10 8 6 4 2 0 5 4 3 2 1 -1 0 -2 % %
Sep Apr Nov Jun Jan Ags Mar Okt Mei Des Jul Feb Sep Apr Nov Jun Jan Ags Mar Okt Mei 200520062007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
U - NAIRU (skala kanan) Tingkat Pengangguran NAIRU
sementara perbaikan residensial terbatas (Grafik 2.1 dan 2.2). Indikator terkini mengindikasikan tetap solidnya investasi nonresidensial pada tahun 2017, terutama dari sektor energi seiring dengan harga minyak yg diperkirakan
masih tinggi dan aspek teknikal base effect
2016 yang rendah. Sementara itu, kenaikan investasi residensial lebih terbatas, terkait dengan kebijakan kenaikan FFR. Di sisi lain, membaiknya kondisi ketenagakerjaan juga turut menopang perbaikan ekonomi AS. Perbaikan ketenagakerjaan tersebut tercermin dari tingkat pengangguran yang terus menurun (Grafik 2.3) dan upah yang meningkat. Tingkat pengangguran pada April 2017 tercatat 4,4%, atau turun dibandingkan Maret 2017 sebesar 4,5%. Tingkat penganguran pada triwulan I 2017 tersebut di bawah NAIRU yang sebesar 4,7%. Hal ini menunjukkan bahwa sektor tenaga kerja semakin mendekati kondisi maximum employment. Selain itu, perbaikan sektor tenaga kerja juga ditunjukkan oleh
penambahan nonfarm-payrolls (NFP) yang
cukup berkelanjutan dengan rata-rata sepanjang Januari hingga April 2017 tercatat sebesar 185 ribu (Grafik 2.4).
Di Tiongkok, ekspansi perekonomian terutama ditopang oleh pertumbuhan
investasi pemerintah dan swasta.
Pertumbuhan investasi Tiongkok pada April 2017 berada pada level yang tetap tinggi, meskipun mengalami sedikit perlambatan dibandingkan Maret 2017. Hal ini tercermin dari indikator
fixed asset investment (FAI) yang tumbuh sejak awal tahun hingga April 2017 sebesar 8,9% (YoY), sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan sejak awal tahun hingga Maret 2017 yang tercatat sebesar 9,2% (YoY) (Grafik 2.5). Perlambatan investasi terjadi pada sektor manufaktur dan pertambangan, sedangkan pertumbuhan investasi infrastruktur relatif stabil dibandingkan sebelumnya. Pertumbuhan pada investasi swasta dan investasi pemerintah juga mengalami konsolidasi dengan tren yang masih sesuai perkiraan (Grafik 2.6). Investasi swasta
Perkembangan Nonfarm Payroll
Grafik 2.4 8 7 6 5 4 3 2 1 0 400 350 300 250 200 150 100 50 0 2013 2014 2015 2016 2017
Jul Sep NovJan MarMeiJul Sep NovJan MarMeiJul Sep NovJan MarMeiJul Sep NovJan MarMei
% Ribu
Tingkat Pengangguran Rata-rata Penghasilan Per Jam
∆Nonfarm Payrolls (skala kanan)
Sumber: FRED, Bloomberg, diolah
Fixed Asset Investment Berdasarkan Sektor
Grafik 2.5 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 2015 2016 2017
Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr
% 23,3 8,9 6,8 -9,5 4,9 5,8
FAI YTD yoy FAI Real Estate YTD yoy FAI Pertambangan YTD yoy FAI Infrastruktur YTD yoy FAI Manufaktur YTD yoy
Sumber: Bloomberg, diolah
Investasi Pemerintah dan Swasta Tiongkok
Grafik 2.6 30 25 20 15 10 5 0 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr %
13,6 13,8
7,7 6,9 Investasi Swasta YTD yoy
Investasi Pemerintah YTD yoy
pada April 2017 tumbuh sedikit melambat dibandingkan pada Maret 2017. Meskipun demikian, pertumbuhan investasi swasta pada April 2017 masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata Triwulan I 2016, yaitu periode sebelum pelemahan sektor swasta (rata-rata Triwulan I 2016: 6,5%). Sementara itu, investasi pemerintah pada April 2017 mengalami peningkatan dari sebelumnya. Hal itu mengindikasikan mulai terjadinya konsolidasi dari tren yang menurun sejak pertengahan tahun 2016.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Eropa membaik didukung oleh meningkatnya kinerja ekspor dan permintaan domestik.
Ekspor pada Maret 2017 tercatat tumbuh sebesar 13,1% (yoy) (Grafik 2.7). Kinerja ekspor Eropa terus meningkat dengan neraca perdagangan yang mengalami surplus. Tren pemulihan ekspor berlanjut selama triwulan I 2017, terutama didorong oleh cukup kuatnya permintaan global. Membaiknya pertumbuhan ekonomi Eropa juga didorong oleh permintaan domestik. Hal ini di antaranya tercermin dari konsumsi yang melanjutkan tren penguatan gradual selama triwulan I 2017. Penguatan konsumsi Eropa antara lain terindikasi dari meningkatnya penjualan ritel yang tumbuh lebih tinggi pada bulan Maret 2017 sebesar 2,3% (yoy) dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 1,7% (yoy) (Grafik 2.8). Peningkatan aktivitas konsumsi diperkirakan berlanjut pada triwulan II 2017. Hal ini tercermin dari Markit Retail PMI yang kembali berada pada level ekspansi (indeks 52,7) setelah bulan sebelumnya sempat berada di level kontraksi.
Di Jepang, perbaikan ekonomi juga ditopang oleh kinerja ekspor dan permintaan
domestik. Ekonomi Jepang pada triwulan I
2017 tumbuh sebesar 1,6% (YoY), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu 0,5% (YoY) (Grafik 2.9). Pemulihan kinerja ekspor berlanjut, ditandai oleh berlanjutnya surplus neraca perdagangan (Grafik 2.10). Selain itu, permintaan domestik juga meningkat, dipengaruhi oleh mulai berdampaknya stimulus
Perkembangan Ekspor dan Impor Kawasan Euro (Bulanan)
Grafik 2.7 250 200 150 100 50 0 -50 20 15 10 5 0 5 -10 -15 Neraca Perdagangan Nilai Ekspor
Nilai Impor
Impor (yoy) Ekspor (yoy)
Miliar Euro %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2015 2016 2017
Penjualan Ritel dan Markit Retail PMI Kawasan Euro
Grafik 2.8 5 4 3 2 1 0 -1 60 55 50 45 40 % (yoy) Indeks 52,7 2,3 0,3
Apr Jun Ags Okt DesFebAprJun Ags Okt DesFebAprJun Ags Okt DesFebApr
2014 2015 2016 2017
Markit Eurozone Retail PMI (skala kanan) Penjualan Ritel (yoy) Penjualan Ritel (mom)
Pertumbuhan Triwulanan PDB Jepang
Grafik 2.9 6 5 4 3 2 1 0 -1 -2 -3 -4 % 0,5 0,91,0 1,71,6 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Konsumsi Swasta
Investasi Swasta Nonresidensial Perubahan Investasi Publik
Konsumsi Pemerintah Perubahan Inventori Swasta
Net Ekspor Investasi Swasta Residensial
Investasi Publik PDB
Perkembangan Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Jepang
Grafik 2.10 30 20 10 0 -10 -20 -30 2.500 0 500 1.000 1.500 2.000 -500 -1.000 -1.500 -2.000 -2.500 Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep JanMei SepJan
2012 2013 2014 2015 2016 2017
%, yoy Miliar JPY
Neraca Perdagangan (skala kanan) Ekspor (yoy)
fiskal melalui program “Investment for future” yang telah dimulai sejak tahun lalu. Sementara itu, aktivitas investasi mulai terlihat pada triwulan I 2017, seiring dengan pembangunan berbagai proyek pemerintah terkait penyelenggaraan Asian Games 2020.
Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dunia, volume perdagangan dunia juga meningkat (Grafik 2.11). Potensi
perbaikan volume perdagangan dunia (world
trade volume/WTV) yang lebih tinggi didorong membaiknya perdagangan Tiongkok. Sejalan dengan korelasi positif perdagangan Tiongkok dan pertumbuhan WTV, perbaikan ekspor dan impor Tiongkok mendorong pertumbuhan volume perdagangan dunia pada triwulan I 2017 (Grafik 2.12).
Sementara itu, harga komoditas global diperkirakan tetap tinggi, namun ke depan berpotensi bias ke bawah terkait pasokan yang berlebih di tengah permintaan
yang terbatas. Hal tersebut didukung oleh
peningkatan harga logam yang diperkirakan terus berlanjut (Grafik 2.13). Harga tembaga kembali naik, didorong oleh adanya gangguan produksi di tengah jumlah permintaan dari Tiongkok yang relatif stabil. Sementara itu, harga timah mulai meningkat perlahan didorong oleh kondisi net demand. Namun, harga nikel diperkirakan terus menurun seiring peningkatan pasokan. Di sisi lain, harga CPO berada dalam tren turun sejalan dengan pasokan yang mengalami pertumbuhan positif (Grafik 2.14). Hal ini tercermin dari produksi CPO Malaysia yang meningkat hingga 20%. Ke depan, produksi CPO diperkirakan akan terus membaik, terutama pada pertengahan 2017 saat musim panen dan akan berlanjut hingga 2018.
PERTUMBUHAN EKONOMI
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II 2017 diperkirakan membaik didukung oleh investasi yang meningkat,
Perkembangan PDB Dunia dan Volume Perdagangan Dunia
Grafik 2.11 20 15 10 5 0 -5 -10 -15 -20 4 3 2 1 0 -1 -2 -3 -4 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 %, yoy %, yoy PDB Dunia WTV CPB WTV/PDB (Skala Kanan)
Sumber: Bloomberg, CPB, diolah Data per Rilis CPB Mei 2017
Volume Perdagangan Dunia dan Ekspor-Impor Tiongkok
Grafik 2.12 80 60 40 20 0 -20 -40 20 15 10 5 0 -10 -5 -15 -20 2017 2015 2013 2011 2009 2007 2005 2003 2001 Ekspor Tiongkok Impor Tiongkok WTV (Skala Kanan) Korelasi WTV-Ekspor : 0,82 Korelasi WTC-Impor : 0,76 Sumber : Bloomberg, CPB
Perkembangan Harga Logam
Grafik 2.13 25.000 23.000 21.000 19.000 17.000 15.000 13.000 11.000 9.000 7.000 7.500 6.500 5.500 4.500 3.500 2.500 1.500 500 USD/MT USD/MT
Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr
2014 2015 2016 2017 Data s.d. 29 Mei 2017
Nikel Timah Tembaga (Skala Kanan)
Sumber: Bloomberg
Perkembangan Produksi CPO Malaysia
Grafik 2.14 8.000 8.000 6.000 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 0 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% -40% Mar Okt Mei DesJul Feb Sep Apr Nov Jun Jan AgsMar Okt Mei Des
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
El Nino La Nina Produksi CPO Malaysia El Nino
Pertumbuhan (Skala Kanan)
Ribu Ton yoy
konsumsi rumah tangga dan ekspor yang tetap kuat. Investasi diperkirakan meningkat didorong oleh investasi bangunan terkait proyek infrastruktur pemerintah, serta mulai meningkatnya peran swasta. Investasi nonbangunan juga menunjukkan perbaikan dengan masih terfokus pada aktivitas sektor berbasis komoditas dan konstruksi. Sementara itu, konsumsi RT diperkirakan tetap kuat didukung oleh Tunjangan Hari Raya (THR). Ekspor diperkirakan tumbuh cukup baik sejalan dengan berlanjutnya perbaikan ekonomi global dan perkembangan harga beberapa komoditas yang masih tinggi.
Konsumsi rumah tangga diperkirakan tetap kuat, didukung oleh optimisme konsumen dan pendapatan konsumen dari tunjangan hari raya (THR). Perkiraan tetap terjaganya konsumsi rumah tangga didukung oleh optimisme konsumen yang terus meningkat sebagaimana tercermin dari indeks keyakinan konsumen (IKK) Bank Indonesia yang terus meningkat, mencapai level tertinggi (Grafik 2.15). IKK Danareksa juga menunjukkan optimisme konsumen yang terus meningkat. Optimisme tersebut terutama bersumber dari keyakinan terhadap perekonomian ke depan yang membaik, termasuk ekspektasi pendapatan konsumen. Keyakinan atas kondisi ekonomi saat ini juga meningkat, ditopang oleh keyakinan atas ketersediaan lapangan pekerjaan. Selain itu, konsumsi rumah tangga diperkirakan meningkat sejalan dengan meningkatnya pendapatan khususnya terkait pendapatan dari tunjangan hari raya (THR). Relatif terjaganya harga barang-barang kebutuhan pokok menjelang hari raya keagamaan (Idul Fitri) turut menopang daya beli konsumen.
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga didukung indikator penjualan eceran yang
membaik. Penjualan eceran pada Mei 2017
tumbuh 4,5% (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 4,2% (yoy) (Grafik 2.16). Perbaikan tersebut didukung oleh penjualan kelompok makanan, minuman dan
Indeks Keyakinan Konsumen
Grafik 2.15 140 130 120 110 100 90 80
I II III IV I II III IV I II* 1 2 3 4 5
2015 2016 2017 2017
Indeks
Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Keyakinan Saat Ini Indeks Ekspektasi Konsumen
Sumber: Bank Indonesia; *data sampai dengan Mei 2017
Penjualan Eceran Grafik 2.16 40 30 20 10 0 -10 -20 2015 2016 2017 2017
I II III IV I II III IV I II* 1 2 3 4 5
%, yoy
Total
Peralatan Informasi dan Komunikasi Sandang Suku Cadang dan Aksesori Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya Makanan, Minuman & Tembakau
tembakau yang meningkat sejalan dengan pola musiman terkait hari raya keagamaan (Idul Fitri). Penjualan sepeda motor juga meningkat pada Mei 2017, setelah bulan sebelumnya mengalami kontraksi. Namun, penjualan mobil sedikit menurun pada April 2017.
Konsumsi Pemerintah pada triwulan II 2017 diperkirakan tumbuh lebih rendah dari
triwulan sebelumnya. Prakiraan tersebut
sejalan dengan realisasi belanja pemerintah hingga Mei 2017. Belanja barang tumbuh terbatas, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, seiring dengan program penyerapan belanja yang lebih tepat sasaran. Kondisi yang sama pada belanja pegawai yang tumbuh terbatas hingga Mei 2017.
Investasi pada triwulan II 2017 diperkirakan tumbuh membaik bersumber dari berlanjutnya perbaikan investasi bangunan.
Investasi bangunan terus menguat sejalan dengan realisasi proyek pemerintah, terutama di infrastruktur jalan dan pembangkit listrik, yang tercermin dari meningkatnya realisasi belanja modal pemerintah hingga Mei 2017. Investasi bangunan juga turut didukung oleh sektor swasta yang kembali menguat setelah selama beberapa triwulan sebelumnya mengalami stagnasi. Sejumlah proyek swasta yang turut mendukung meningkatnya investasi bangunan, diantaranya adalah proyek pertokoan dan perumahan. Perbaikan investasi bangunan juga dikonfirmasi dari penjualan semen yang tumbuh 12,3% (yoy) pada triwulan II 2017, meningkat dari 0,5% (yoy) di triwulan I 2017 (Grafik 2.17).
Kinerja investasi yang membaik juga didukung oleh investasi nonbangunan yang
tetap kuat. Indikasi membaiknya investasi
nonbangunan terlihat dari Purchasing Manager Index (PMI) Markit pada Mei 2017 yang tetap berada pada fase ekspansi di level 50,6, bersumber dari bisnis ekspor baru yang naik pada level terkuat sejak bulan September 2016, serta terkendalinya tekanan inflasi. Indikasi membaiknya kinerja investasi nonbangunan
Penjualan Semen Grafik 2.17 15 10 5 0 -5 -10 %, yoy 2014 2015 2016 2017
I II III IV I II III IV I II III IV I II*
Penjualan Semen
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia; *data sampai dengan Mei 2017
Impor Kendaraan dan Suku Cadang
Grafik 2.18 75 50 25 0 -25 -50 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2* 2015 2016 2017 %, yoy -5,0 -6,2 6,8 7,3 -0,2 5,2 14,8 27,4 25,4 Investasi Nonbangunan (alat angkut)
Impor Mobil Penumpang
Impor Suku Cadang dan Peralatan untuk Alat Angkut Penjualan Mobil Niaga
Sumber: BPS, CEIC, Data CMA3; *data sampai dengan Mei 2017
Penjualan Alat Berat United Tractors
Grafik 2.19
Sumber: United Tractors, diolah Unit 2015 2016 2017 ... 2016 2017 50 -100 200 150 250 300 350
400 Pertambangan Pertanian Konstruksi Kehutanan
85 31 76 62 35 75 33 61 26 56 24 36 33 50 13 12 35 26 80 26 45 101 8 25 56 78 15 35 88 74 25 17 58 36 116 72 22 33 72 92 90 20 25 61 41 16 10 130 100 16 49 105 108 34 66 55 141 56 59 56 214 31 24 71
juga tampak dari berlanjutnya perbaikan impor suku cadang dan perlengkapan baik barang modal maupun alat angkutan. Sejalan dengan itu, impor barang modal, kecuali alat angkutan, juga tumbuh tinggi setelah pada bulan sebelumnya mengalami kontraksi. Di sisi alat angkutan, impor suku cadang dan perlengkapan alat angkutan tumbuh meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami kontraksi (Grafik 2.18). Selain itu, Penjualan alat berat pada April 2017 meningkat terutama terjadi pada kelompok pertambangan dan konstruksi (Grafik 2.19). Hal ini didukung oleh masih berlanjutnya perbaikan harga komoditas yang mempengaruhi kelanjutan peremajaan armada pertambangan dan berlanjutnya proyek infrastruktur pemerintah.
Di sisi eksternal, ekspor pada triwulan II 2017 diperkirakan tumbuh membaik didukung oleh berlanjutnya pemulihan pertumbuhan ekonomi dunia di tengah harga komoditas yang masih tinggi. Setelah sedikit mengalami koreksi pada bulan April 2017, ekspor kembali tumbuh positif pada Mei 2017 terutama ditopang oleh perbaikan ekspor produk pertanian (Grafik 2.20). Pertumbuhan ekspor produk pertanian utamanya didorong oleh ekspor CPO. Sementara itu, ekspor manufaktur membaik dibandingkan bulan sebelumnya, meskipun masih mengalami kontraksi. Sementara itu, ekspor pertambangan masih positif meski melambat dibandingkan bulan sebelumnya.
Perbaikan harga komoditas masih terus
berlanjut pada triwulan II 2017. Perbaikan
harga tersebut didukung oleh harga komoditas pertambangan yang tetap tinggi pada Mei 2017, terutama pada harga komoditas batubara (Grafik 2.21). Namun, harga komoditas pertanian pada Mei 2017 tumbuh lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya, disebabkan oleh koreksi harga CPO, terkait melimpahnya pasokan CPO sebagai dampak panen raya kelapa sawit di Malaysia pada Mei 2017.
Perkembangan Ekspor Riil
Grafik 2.20 40 30 20 10 0 -10 -20 -30
I II III IV I II III IV I II III IV I II* 1 2 3 4 5
2014 2015 2016 2017 2017
%, yoy Total
Manufaktur PDB EksporPertanian Pertambangan
Sumber: Bank Indonesia; *data sampai dengan Mei 2017
Indeks Harga Ekspor
Grafik 2.21 60 50 40 30 20 10 0 -10 -20 -30
I II III IV I II III IV I II* 1 2 3 4 5
2015 2016 2017 2017
%, yoy
Total Manufaktur Pertambangan Pertanian
Dengan perkembangan tersebut, untuk keseluruhan tahun 2017, perekonomian Indonesia diperkirakan dapat tumbuh pada kisaran 5,0-5,4% (yoy). Pada tahun 2017, fase pemulihan ekonomi diperkirakan terus berlanjut terutama didorong oleh membaiknya kinerja ekspor, dan mulai menggeliatnya investasi yang didukung oleh terus berlanjutnya kenaikan harga komoditas. Sementara itu, pertumbuhan konsumsi rumah tangga diperkirakan masih cukup stabil. Ke depan, peran stimulus fiskal diharapkan dapat tetap terjaga dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
NERACA PEMBAYARAN INDONESIA
Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatat surplus pada Mei 2017, didukung oleh surplus neraca perdagangan nonmigas (Grafik 2.22). Surplus neraca perdagangan Mei 2017 tercatat 0,47 miliar dolar AS, lebih rendah dibandingkan dengan surplus April 2017 sebesar 1,33 miliar dolar AS. Surplus yang lebih rendah secara bulanan tersebut dipengaruhi oleh turunnya surplus neraca perdagangan nonmigas yang melebihi penurunan defisit neraca migas. Secara kumulatif Januari-Mei 2017, surplus neraca perdagangan tercatat 5,90 miliar dolar AS, lebih besar dibanding periode yang sama tahun 2016 yang sebesar 3,02 miliar dolar AS.
Surplus neraca perdagangan nonmigas pada Mei 2017 tercatat 1,03 miliar dolar AS, lebih rendah dibandingkan dengan surplus bulan sebelumnya sebesar 1,94 miliar dolar
AS. Menurunnya surplus neraca perdagangan
nonmigas tersebut dipengaruhi oleh peningkatan impor nonmigas sebesar 1,69 miliar dolar AS (mtm), lebih besar dari peningkatan ekspor nonmigas sebesar 0,78 miliar dolar AS (mtm). Peningkatan impor nonmigas terutama bersumber dari meningkatnya impor mesin dan peralatan mekanik, mesin dan peralatan listrik, plastik dan barang dari plastik, besi dan baja, serta serealia. Sementara itu, peningkatan
3 2 1 0 -1 -2 Miliar Dolar AS 2017 2016 2015
2014 JanMarMei Jul Sep NovJanMarMei Jul Sep NovJanMarMei Mei Jul Sep Nov
Mar Jan
Nonmigas Migas Total
Sumber: BPS, diolah
Neraca Perdagangan
ekspor nonmigas terutama didorong oleh kenaikan ekspor mesin/peralatan listrik, kendaraan dan bagiannya, mesin/pesawat mekanik, barang-barang rajutan, serta besi dan baja. Dengan perkembangan tersebut, surplus neraca perdagangan nonmigas secara kumulatif Januari-Mei 2017 tercatat mencapai 9,66 miliar dolar AS, jauh lebih baik dibandingkan surplus pada periode yang sama tahun 2016 yang sebesar 4,64 miliar dolar AS.
Di sisi migas, defisit neraca perdagangan migas turun dari 0,61 miliar dolar AS pada April 2017 menjadi 0,55 miliar dolar AS
pada Mei 2017. Penurunan defisit neraca
perdagangan migas tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya ekspor migas sebesar 0,23 miliar dolar AS (mtm) yang melebihi peningkatan impor migas 0,17 miliar dolar AS (mtm). Secara kumulatif, defisit neraca perdagangan migas sepanjang periode Januari-Mei 2017 tercatat 3,76 miliar dolar AS, lebih besar dibanding periode yang sama tahun 2016 yang sebesar 1,62 miliar dolar AS.
Sementara itu, sampai dengan bulan Mei 2017 aliran dana masuk nonresiden masih terus berlanjut (Grafik 2.23). Investor nonresiden meningkatkan kepemilikan aset domestik pada instrumen SUN, SBI, dan SBSN masing-masing menjadi sebesar 631 juta dolar AS, 154 juta dolar AS, dan 103 juta dolar AS. Jumlah aliran dana masuk nonresiden pada Mei 2017 tercatat 841 juta dolar AS dan secara kumulatif aliran masuk modal asing ke pasar keuangan Indonesia mencapai 9,0 miliar dolar AS. Meningkatnya aliran dana masuk tersebut terutama terjadi pada akhir bulan Mei 2017
paska kenaikan rating Indonesia oleh Standard
& Poor’s.
Secara keseluruhan, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan II 2017 diperkirakan tetap mencatat surplus, ditopang oleh
surplus transaksi modal dan finansial.
Besarnya surplus transaksi modal dan finansial terutama bersumber dari meningkatnya aliran masuk modal portofolio dan investasi
Aliran Dana Nonresiden Pada Aset Rupiah
Grafik 2.23 4.000 3.000 2.000 1.000 0 -1.000 -2.000 -3.000 -4.000 Juta Dolar AS 2017 2016
2015 Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan MarMei
Mei Jul Sep Nov Mar
Jan
Data s.d. 31 Mei 2017
SBSN Saham SUN SBI
langsung seiring dengan positifnya keyakinan investor terhadap prospek perekonomian Indonesia. Persepsi positif investor didukung
oleh sovereign credit rating Indonesia menjadi
investment grade oleh ketiga lembaga rating utama dunia. Sementara itu, defisit transaksi berjalan diperkirakan tetap terjaga pada level yang sehat.
Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir Mei 2017 tercatat 124,95 miliar dolar AS, meningkat dari posisi akhir April 2017 sebesar 123,25 miliar dolar AS (Grafik 2.24). Peningkatan cadangan devisa terutama dipengaruhi oleh penerimaan devisa, antara lain berasal dari penerimaan pajak dan devisa ekspor migas bagian pemerintah serta hasil lelang Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) valas. Penerimaan devisa tersebut melampaui kebutuhan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan SBBI valas jatuh tempo. Posisi cadangan devisa pada bulan Mei 2017 tersebut cukup untuk membiayai 8,9 bulan impor atau 8,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
NILAI TUKAR RUPIAH
Nilai tukar rupiah bergerak relatif stabil dan cenderung menguat, seiring dengan berlanjutnya aliran masuk modal asing pada Mei 2017. Secara point-to-point, rupiah pada Mei 2017 tercatat menguat sebesar 0,05% ke level Rp13.323 per dolar AS (Grafik 2.25). Rupiah tercatat telah menguat sebesar 1,13% (ytd) hingga akhir Mei 2017 (Grafik 2.26). Penguatan rupiah didorong oleh sentimen positif investor
sebagai dampak dari kenaikan rating Indonesia
menjadi investment grade oleh S&P.
Penguatan rupiah ditopang perkembangan makroekonomi domestik yang cukup positif
dan terjaganya risiko eksternal. Sentimen
positif di sisi domestik, antara lain terkait dengan inflasi yang relatif masih terjaga di dalam target
Cadangan Devisa
Grafik 2.24
2017 2016 2015
2014 JanMarMei Jul Sep NovJanMarMei Jul Sep NovJanMarMei Mei Jul Sep Nov
Mar Jan 120 100 80 60 40 20 0 9 8 7 6 5 4
Miliar Dolar AS Bulan
Cadangan Devisa Bulan Impor dan Pembayaran Utang Pemerintah (Skala kanan) 125
Pergerakan Nilai Tukar Rupiah
Grafik 2.25 13.500 13.450 13.400 13.350 13.300 13.250 13.200 13.361 13.338 13.345 13.304 13.321 13.323 13.348 13.310 13.310
Jan Feb Mar Apr Mei
3 8 13182328 2 7 12172227 2 9 14192429 3 8 13182328 3 8 13182328 Rupiah per Dolar AS
Data s.d. 31 Mei-17 IDR/USDRata-rata bulanan Rata-rata triwulanan
Sumber: Reuters
Nilai Tukar Kawasan
Grafik 2.26 Sumber: Bloomberg YTD 2017 vs 2016 TRY PHP IDR MYR EUR THB INR BRL ZAR KRW -17,41 -6,04 -4,89 -3,02 -0,23 1,18 1,40 1,74 10,40 10,65 % -15 -20 -10 -5 0 5 10 15 Rata-rata point-to-point data s.d 31 Mei 2017 4,79 -0,18 -0,44 6,21 1,13 5,25 7,70 5,30 0,87 5,07
Bank Indonesia dan posisi cadangan devisa
yang cukup tinggi. Kenaikan rating S&P menjadi
investment grade turut berpengaruh cukup besar terhadap aliran modal masuk maupun penguatan Rupiah sepanjang Mei 2017.
Risiko eksternal cenderung stabil sepanjang
bulan Mei 2017. Penurunan risiko eksternal
tercermin pada VIX yang lebih rendah dari sebelumnya. Hal tersebut antara lain dipengaruhi oleh hasil pemilu di Perancis. Selain itu, risiko eksternal yang mereda sejalan dengan data ekonomi AS yang membaik. Meskipun, perkembangan politik AS dan teror yang terjadi di Inggris juga memengaruhi risiko global.
Volatilitas rupiah mengalami penurunan
pada Mei 2017. Volatilitas Rupiah sedikit
mengalami peningkatan pada pertengahan bulan Mei 2017 akibat meningkatnya risiko politik domestik, namun pada akhir bulan volatilitas rupiah kembali stabil, seiring kembali
terjaganya risiko domestik. Volatilitas rupiah
hingga akhir Mei 2017 masih lebih rendah
dibandingkan rata-rata negara peers dan lebih
rendah dibandingkan Lira (Turki), Rand (Afrika Selatan), Real (Brazil), Won (Korea Selatan), Bath (Thailand), Rupee (India), Dolar Singapura (Singapura), Ringgit (Malaysia), dan Peso (Filipina) (Grafik 2.27).
INFLASI
Inflasi tetap terkendali dalam kisaran sasaran inflasi 2017 yaitu 4±1% meskipun meningkat di bulan Mei 2017. Realisasi inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan Mei 2017 tercatat 0,39% (mtm), meningkat dibandingkan bulan lalu yang sebesar 0,09% (mtm) atau 4,17% (yoy). Inflasi inti berada pada level yang rendah, sementara kenaikan inflasi
volatile food dan administered prices masih cukup terkendali. Dengan demikian, inflasi IHK sampai dengan akhir Mei 2017 tercatat sebesar 1,67% (ytd) atau secara tahunan tercatat sebesar 4,33% (yoy) dan berada dalam kisaran
Volatilitas Nilai Tukar – Peers Group
Grafik 2.27 Sumber: Bloomberg 0 5 10 15 20 25 30 % 2016 YTD 2017 Rata-rata YTD 2017 Data s.d 31 Mei-17
TRY ZAR BRL KRW THB SGD INR MYR PHP IDR
Perkembangan Inflasi Grafik 2.28 Sumber: BPS, diolah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 34 56 7 8 9 1011121 2 34 5 2015 2016 2017 -4 4 0 8 12 16 20 %, yoy 9,14 3,20 3,26 4,33 IHK Inti
Volatile Food Administered Princes
Inflasi Inti Grafik 2.29 Sumber: BPS, diolah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 121 2 34 5 6 7 8 9 10 11 121 2 3 4 5 2015 2016 2017 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0
Inti Core traded Core Non-Traded
sasaran inflasi Bank Indonesia, yaitu sebesar 4±1% (yoy) - (Grafik 2.28).
Inflasi inti bulan Mei 2017 tercatat masih berada pada level yang cukup rendah. Inflasi inti pada bulan Mei 2017 tercatat sebesar 0,16% (mtm), sedikit di atas bulan sebelumnya yang sebesar 0,13% (mtm), dan secara tahunan menjadi sebesar 3,20% (yoy). Meski demikian, realisasi inflasi inti pada bulan Mei 2017 tersebut masih lebih rendah dari historisnya. Inflasi inti pada bulan ini dipengaruhi baik oleh
kelompok traded maupun nontraded (Grafik
2.29). Peningkatan inflasi inti traded sejalan
dengan kenaikan harga komoditas global dan seiring meningkatnya permintaan menjelang Ramadhan. Demikian halnya dengan komponen
inti nontraded yang lebih tinggi dibanding
bulan sebelumnya terutama pada beberapa komoditas seperti nasi dengan lauk, tarif rumah sakit, dan upah pembantu rumah tangga . Sementara itu, ekspektasi inflasi pedagang eceran dan konsumen secara umum mengalami peningkatan yang terutama dipengaruhi oleh masuknya masa Ramadhan dan liburan. (Grafik 2.30 dan Grafik 2.31).
Kelompok volatile food (VF) pada bulan Mei 2017 tercatat mengalami inflasi setelah tiga bulan sebelumnya mengalami deflasi. Inflasi kelompok VF pada Mei 2017 tercatat sebesar 0,91% (mtm), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatat deflasi sebesar 1,26% (mtm), sehingga secara tahunan inflasi VF tercatat sebesar 3,26% (yoy) (Grafik 2.32).
Peningkatan inflasi volatile food dipengaruhi
naiknya permintaan beberapa komoditas seiring dengan datangnya bulan Ramadan di minggu ke-IV bulan Mei. Komoditas penyumbang utama inflasi VF bulan Mei 2017adalah bawang putih, telur ayam ras, daging ayam ras, cabai merah, daging sapi, dan beras. Laju inflasi VF tertahan oleh turunnya harga cabai rawit dan bawang merah (Tabel 2.1).
Inflasi administered prices (AP) pada Mei 2017 mengalami penurunan setelah pada bulan
Ekspektasi Inflasi Pedagang Eceran
Grafik 2.30
Sumber: Bank Indonesia, diolah
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 2015 2014 2016 2017 120 100 140 160 180 200 20 15 10 5 0
Inflasi IHK aktual (skala kanan) Indeks Ekspektasi Harga Pedagang 3 bln yad Indeks Ekspektasi Harga Pedagang 6 bln yad
Indeks %, yoy
Ekspektasi Inflasi Konsumen
Grafik 2.31
Sumber: Bank Indonesia, diolah
2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 1012 2 4 6 810 2015 2014 2016 2017 160 150 140 130 120 170 180 190 200 20 15 10 5 0
Inflasi IHK aktual (skala kanan) Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 3 bln yad Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 6 bln yad
Indeks %, yoy
Inflasi Volatile food
Grafik 2.32 4 2 0 -2 %, mtm
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Inflasi VF 2015 Inflasi VF 2016
Inflasi VF 2017 Rata-rata 2010-2012
sebelumnya mengalami peningkatan (Grafik
2.33). Inflasi kelompok AP pada Mei 2017
tercatat sebesar 0,69% (mtm) atau lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya (1,27%). Meski demikian, secara tahun inflasi AP masih berada pada level yang cukup tinggi yakni mencapai 9,14% (yoy) (Grafik 2.28). Inflasi pada kelompok AP terutama bersumber dari kenaikan tarif listrik terkait penyesuaian tarif listrik tahap ketiga untuk pelanggan prabayar 900 VA nonsubsidi, adanya kenaikan harga bahan bakar khusus (BBK) Pertalite, serta kenaikan cukai rokok. Di samping itu, kenaikan inflasi AP juga bersumber dari kenaikan tarif angkutan udara karena meningkatnya permintaan pada masa liburan di bulan Mei (Tabel 2.2).
Secara spasial, seluruh wilayah tercatat mengalami inflasi pada bulan Mei 2017 (Gambar 2.1). Secara berurutan, inflasi tertinggi terjadi di Jawa (0,49%, mtm), Sumatera (0,34%, mtm), dan KTI (0,14%, mtm). Inflasi di Jawa terutama dipengaruhi tingginya inflasi di Jawa Tengah, Banten, dan Jakarta. Inflasi di Jawa terutama dipengaruhi tingginya inflasi di Jawa Tengah (0,58%), Banten (0,53%), dan Jakarta (0,49%). Sementara itu, tertahannya inflasi di pulau Sumatera dan wilayah KTI disebabkan oleh deflasi yang terjadi di Kepulauan Bangka Belitung (-0,29%), Sumatera Barat (-0,09%), Sulawesi Utara (-1,13%), Sulawesi Selatan (-0,24%), Papua (-0,06%) dan NTT (-0,01%).
Penyumbang Inflasi/Deflasi Volatile food
Tabel 2.1
No. Komoditas Inflasi/Deflasi
(% mtm) Sumbangan(%) 1 2 3 4 5 1 2 3 Bawang putih Telur ayam ras Daging ayam ras Cabai merah Daging sapi Cabai rawit Bawang merah Tomat Sayur Sumber: BPS, diolah 23,47 8,27 3,58 2,36 1,47 -14,66 -3,46 -3,75 0,08 0,05 0,04 0,01 0,01 -0,04 -0,02 -0,01 INFLASI DEFLASI
Inflasi Administered Price
Grafik 2.33 Sumber: BPS, diolah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 23 4 5 6 7 8 9 10 11 121 2 3 4 5 2015 2016 2017 -2 -4 2 0 6 4 10 8 % % -5 -10 0 5 10 15 Administered Prices (%, mtm)
Administered Prices (%, yoy)-skala kanan
Penyumbang Inflasi/Deflasi Administered Price
Tabel 2.2
No. Komoditas Inflasi/Deflasi
(% mtm) Sumbangan(%) 1 2 3 4 5 Tarif listrik Bensin Angkutan udara Rokok kretek filter
Rokok kretek Sumber: BPS, diolah 1,43 0,99 2,25 0,62 0,89 0,06 0,03 0,02 0,01 0,01 INFLASI
PERKEMBANGAN MONETER
Transmisi pelonggaran kebijakan moneter terus berlanjut, baik melalui jalur suku
bunga maupun jalur kredit. Pada Mei 2017
ini, transmisi melalui jalur suku bunga tercermin dari suku bunga deposito yang masih berada dalam tren menurun. Di sisi lain, suku bunga kredit sedikit meningkat karena didorong oleh penyesuaian yang terjadi di beberapa bank. Sementara itu, transmisi melalui jalur kredit kembali menunjukkan perbaikan seperti yang ditunjukkan oleh pertumbuhan kredit yang meningkat sejalan dengan bergulirnya aktivitas ekonomi. Likuiditas perekonomian dalam arti luas (M2) juga tumbuh meningkat seiring kenaikan cadangan devisa. Di pasar keuangan, pasar saham dan pasar obligasi negara menguat didorong oleh sentimen domestik. Pembiayaan nonbank juga terus dalam tren meningkat.
Suku bunga PUAB O/N mengalami sedikit penurunan dan masih konsisten dalam koridor suku bunga. Pada Mei 2017, rata-rata harian suku bunga PUAB O/N tercatat 4,35%, turun 3 bps dari bulan sebelumnya yang sebesar 4,38%. Penurunan ini meredam tren kenaikan PUAB O/N yang terjadi sejak awal tahun 2017. Namun, rata-rata tertimbang (RRT)
Peta Inflasi Daerah Mei 2017 (%, mtm)
Gambar 2.1
Sumber: BPS, diolah
0,5% < Inf < 1,0% 0% < Inf < 0,5% Inf < 0% 1,0% < Inf < 2,0% 2,0% < Inf < 3,0% Inf > 3,0% ACEH 0,77 SUMUT 0,07 SUMBAR -0,09 RIAU 0,16 JAMBI 0,29 SUMSEL 0,63 BENGKULU 0,56 LAMPUNG 0,88 KEP. RIAU 0,54 KEP. BABEL -0,29 BANTEN 0,53 DKI JAKARTA 0,49 JABAR 0,45 JATENG 0,58 DIY 0,33 JATIM0,48 BALI 0,16 KALBAR 0,3 KALTENG 0,53 KALSEL0,29 KALTIM 0,36 NTB 0,52 NTT -0,01 SULUT -1,13 GORONTALO -0,12 SULTENG 0,81 SULSEL -0,24 SULBAR 0,27 SULTRA 0,54 MALUT 0,2 MALUKU 0,27 PAPBAR -0,24 PAPUA -0,06 Inflasi Nasional: 0,39%, mtm
BI 7DRR, DF Rate dan Suku Bunga PUAB O/N
Grafik 2.34 rPUAB O/N 7Days RR (Stlh 19/08/16) DF Rate LF Rate BI Rate 5,25 4,74 4,25 3,75 6,25 5,75 7,25 6,75 8,25 7,75 5,50 5,00 4,50 4,00 6,50 6,00 7,50 7,00 8,00 % 27 10 24 9 23 6 20 4 18 1 15 29 13 27 10 24 7 21 5 19 2 16 30 14 28 11 25 8 22 8 22 5 19 3 17 31 JanFeb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei
PUAB O/N sempat mengalami peningkatan hingga 4,60% pada 12 Mei 2017 karena dipicu tingginya kebutuhan likuiditas swasta untuk bertransaksi dengan Pemerintah, terutama untuk pembayaran pajak dan penyelesaian pembelian (settlement) SUN, serta kebutuhan penarikan uang kartal di akhir pekan (Grafik 2.34).
Likuiditas di PUAB secara umum masih terjaga dan tidak terdapat faktor tekanan yang spesifik. Pada Mei 2017, rata-rata volume PUAB O/N adalah sebesar Rp13,22 triliun, relatif stabil dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar Rp13,40 triliun (Grafik 2.35). Likuiditas yang terjaga juga tercermin dari spread min-max PUAB O/N pada Mei 2017 yang turun
menjadi 17 bps dari sebelumnya 23 bps.
Penurunan suku bunga deposito terus berlanjut, sementara suku bunga kredit
mengalami sedikit peningkatan. Pada April
2017, rata-rata tertimbang suku bunga deposito kembali turun sebesar 5 bps menjadi 6,56%. Sejak penurunan suku bunga kebijakan pada Januari 2016 sampai dengan Oktober 2016 (akumulasi sebesar 150 bps), penurunan suku bunga deposito sudah mencapai 138 bps. Selain penurunan suku bunga kebijakan, membaiknya likuiditas pada triwulan I 2017 masih menjadi faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan suku bunga deposito. Penurunan suku bunga deposito didominasi oleh tenor jangka pendek dan terjadi hampir merata pada semua kelompok bank. Di sisi lain, suku bunga kredit pada April 2017 sedikit mengalami peningkatan yakni sebesar sebesar 2 bps dibanding bulan sebelumnya yakni menjadi 11,92% (Grafik 2.36). Kenaikan suku bunga terjadi pada jenis Kredit Investasi sebesar 3 bps dan Kredit Modal Kerja sebesar 1 bps, sementara Kredit Konsumsi (KK) masih stabil. Sejak Januari 2016, suku bunga kredit secara agregat telah turun sebanyak 91 bps. Dengan perkembangan ini, maka selisih suku bunga deposito-kredit kembali melebar pada April 2017 menjadi 536 bps atau naik 7 bps dari bulan sebelumnya (Grafik 2.37).
Suku Bunga PUAB O/N & Vol DF O/N
Grafik 2.35
Sumber: Bank Indonesia
Vol DF (Skala kanan) Vol PUAB ON (Skala kanan) rPUAB ON
rDF BI Rate 7 Days RR % Rp Triliun -20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 3 4 5 6 7 8 9 10 11 2013 2014 2015 2016 2017
Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov JanMar Mei Jul Sep NovJanMar Mei 2017:
Rata-rata PUAB O/N: 4,35% Rata-rata Posisi DF: 50,4T Rata-rata Posisi PUAB: 13,22T
Suku Bunga KMK, KI dan KK
Grafik 2.36 Sumber: LBU % 13,48 11,92 11,20 11,10 11,0 11,5 12,0 12,5 13,0 13,5 14,0 14,5 rKMK rKI rKK RRT Sb Kredit 2013 2014 2015 2016 2017
Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun AgsOkt Des FebApr Jun Ags Okt DesFebApr
Selisih Suku Bunga Perbankan
Grafik 2.37
Sumber: LBU
BI Rate RRT Sb Depo
Spread Kredit - Depo (Skala kanan) LF Rate
7 Days RR
RRT Sb Kredit 11,92
6,56
Selisih rKredit - rDepo: 536 bps
% % 0 1 2 3 4 5 6 7 2013 2014 2015 2016 2017 Apr
Feb Jun Ags Okt DesFebAprJun Ags Okt DesFebAprJun Ags Okt DesFebAprJun Ags Okt DesFeb Apr
4,5 5,5 6,5 7,5 8,5 9,5 10,5 11,5 12,5 13,5
Pertumbuhan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2)
meningkat. Pada April 2017, uang beredar
dalam arti luas (M2) tumbuh 10,2% (yoy), lebih tinggi dari 10,0% (yoy) pada bulan sebelumnya. Peningkatan pertumbuhan M2 bersumber dari komponen Uang Kuasi yang tumbuh 8,7% (yoy), lebih tinggi dari 8,6% (yoy) pada bulan sebelumnya (Grafik 2.38). Sementara
itu, berdasarkan faktor yang memengaruhi,
meningkatnya M2 disumbang oleh peningkatan
pertumbuhan Aktiva Luar Negeri Bersih (Net
Foreign Assets/NFA).Pada April 2017, Aktiva Luar Negeri Bersih mencapai posisi Rp1.423,1 triliun atau tumbuh 20,5% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan bulan Maret 2017 yang sebesar 17,6% (yoy). Kenaikan pertumbuhan tersebut sejalan dengan kenaikan cadangan devisa pada bulan April 2017 (Grafik 2.39).
PERKEMBANGAN SEKTOR KEUANGAN Perbankan
Ketahanan industri perbankan tetap kuat didukung oleh memadainya rasio kecukupan modal dan terkendalinya risiko kredit. Pada April 2017, rasio likuiditas (AL/DPK) berada pada
level 21,6% dan rasio kecukupan modal (Capital
Adequacy Ratio/CAR) tercatat sebesar 22,6%, jauh di atas ketentuan minimum 8%. Kondisi ini mencerminkan tetap tingginya resiliensi perbankan terhadap tekanan dan gejolak di perekonomian. Sementara itu, rasio kredit
bermasalah (Non Performing Loan/NPL) tercatat
sebesar 3,1% (gross) atau 1,4% (net).
Pertumbuhan kredit membaik. Pada April
2017, kredit tumbuh sebesar 9,5% (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 9,2% (yoy). Peningkatan tersebut khususnya terjadi pada Kredit Konsumsi dan Kredit Modal Kerja sementara Kredit Investasi sedikit melambat (Grafik 2.40). Perbaikan pertumbuhan kredit juga didukung oleh ekspansi kredit valas yang terus membaik sejak Januari 2017. Pada April 2017, kredit valas tumbuh 8,3% (yoy) kurs
Pertumbuhan M2 dan Komponennya
Grafik 2.38 25 20 15 10 5 0 14,53 10,16 8,72 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr
Kuasi M1 M2
%
Pertumbuhan M2 dan Faktor yang Mempengaruhi
Grafik 2.39 60 50 40 30 20 10 0 -10 -20 -30 20,5 10,16 8,1 -23,4
NFA NDA - NCG NDA - Kredit M2
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr %
berlaku atau 7,2% (yoy) kurs konstan. Di sisi lain, kredit rupiah tumbuh stabil pada level 9,7% (yoy).
Secara sektoral, perbaikan pertumbuhan kredit pada April 2017 didukung oleh penyaluran kredit pada beberapa sektor
ekonomi utama. Kredit Sektor Perdagangan
mencatat perbaikan pertumbuhan menjadi 7,9% (yoy) dari 7,3% (yoy) pada bulan sebelumnya. Kredit Sektor Industri juga meningkat menjadi sebesar 4,0% (yoy) dari bulan sebelumnya sebesar 3,7% (yoy). Selain itu, kredit Sektor Pertambangan masih melanjutkan tren pertumbuhan positif menjadi 6,1% (yoy), meningkat signifikan dibandingkan bulan sebelumnya (3,3%, yoy). Di sisi lain, kredit Sektor Konstruksi sedikit melambat dari 26,4% (yoy) menjadi 25,6% (yoy) (Grafik 2.41).
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK)
mengalami sedikit perlambatan. DPK
tumbuh 9,9% (yoy) pada April 2017, melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 10,0% (yoy). Perlambatan DPK khususnya terjadi pada jenis Tabungan yang tumbuh 10,26% (yoy) dari 12,32% (yoy) pada bulan sebelumnya. Sementara itu, Giro dan Deposito masing-masing tumbuh 10,72% (yoy) dan 9,2% (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 10,00% (yoy) dan 8,57% (yoy) (Grafik 2.42). Meningkatnya pertumbuhan Deposito sejak akhir 2016 pada gilirannya semakin mendorong perbaikan struktur DPK menjadi berjangka lebih panjang.
Pasar Saham
Pasar saham domestik pada Mei 2017 menguat dibanding bulan sebelumnya, terutama dipengaruhi oleh sentimen domestik. Meski sempat diwarnai aksi profit taking, IHSG tumbuh positif dengan ditutup di level 5.738,16 (31 Mei 2017) atau naik 53 poin (0,93%, mtm). IHSG sempat kembali
mencatatkan rekor tertinggi baru (all time high)
di level 5.791,88 (19 Mei 2017) memecahkan
Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan
Grafik 2.40 0 5 10 15 20 25 30 35 40 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Total KMK KI KK %
Pertumbuhan Kredit Menurut Sektor Ekonomi
Grafik 2.41 7,29 8,41 3,72 -2,75 26,41 12,27 14,75 17,49 3,34 40,15 7,91 8,72 4,00 -2,84 25,66 10,85 16,95 15,16 6,13 33,98 -10 0 10 20 30 40 50 Perdagangan Lain-lain Industri Pengangkutan Konstruksi Pertanian Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Pertambangan Listrik Apr-17 Mar-17 % Pertumbuhan DPK Grafik 2.42 -5 0 5 10 15 20 25 30 35
Giro Tab Dep
%
2013
2012 Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr2014 2015 2016 2017 Jun Ags Okt Des
rekor sebelumnya di level 5.726,53 (26 April 2017). Kinerja positif IHSG ini terutama dipengaruhi oleh oleh sentimen positif domestik pasca rilis beberapa indikator ekonomi yang menunjukkan bahwa fundamental ekonomi domestik masih cukup solid, seperti inflasi Mei yang terjaga dan neraca perdagangan April yang mencatat surplus. Optimisme juga muncul
dari keputusan S&P untuk menaikkan credit
rating Indonesia menjadi investment grade.
Sementara itu, sentimen eksternal
cenderung mixed. Sentimen eksternal yang
bersifat positif berasal dari harga minyak dunia yang kembali ditutup menguat pada akhir Mei 2017 setelah sebelumnya sempat turun hingga lebih rendah dari USD50/barrel. Di sisi lain, sentimen eksternal negatif bersumber dari
concern investor terkait kemungkinan kenaikan FFR pasca FOMC Juni dan meningkatnya risiko politik AS pasca berbagai kebijakan kontroversial Presiden Trump. Selain itu, rilis beberapa indikator ekonomi Tiongkok juga kurang menggembirakan, antara lain data manufaktur yang lebih rendah dari ekspektasi pasar, data pertumbuhan ekspor-impor April 2017 yang memburuk, dan penurunan peringkat utang Tiongkok oleh Moody’s. Berbagai sentimen negatif ini meningkatkan ketidakpastian global yang kemudian menahan penguatan IHSG lebih lanjut.
Mayoritas bursa saham global bergerak positif. Pada Mei 2017, sebagian besar bursa saham global mencatat kinerja positif (Grafik 2.43). Sejalan dengan itu, kinerja IHSG juga tercatat menguat sebesar 0,93% (mtm). Kinerja IHSG ini masih lebih rendah dibandingkan bursa negara kawasan seperti Hongkong (4,2%), Vietnam (2,8%) dan Filipina (2,3%). Penguatan bursa regional didorong antara lain oleh meredanya kekhawatiran akan adanya kenaikan FFR setelah rilis beberapa indikator ekonomi AS yang kurang menggembirakan.
Kinerja IHSG secara sektoral cenderung mixed.
Kenaikan tertinggi terjadi pada sektor konsumsi
IHSG dan Indeks Bursa Global
Grafik 2.43
Sumber: Bloomberg
Indonesia (IHSG)Vietnam Thailand (SET)Philippine Kuala Lumpur (KLCI)Strait Times (STI) Shanghai (SHCOMP) Hong Kong (Hang Seng)India (SENSEX) England (FTSE)Japan (Nikkei) US (Dow Jones)EM ASIA World -2 -1 0 1 2 3 4 5 1,3 4,0 4,4 0,3 2,4 -1,2 4,1 4,2 1,1 -0,1 2,3 -0,3 2,8 0,93 %
Indeks Sektoral Mei 2017
Grafik 2.44 Sumber: Bloomberg IHSG Infrastruktur Pertambangan Keuangan Industri Dasar Aneka Industri Konsumsi Perdagangan Pertanian Properti 0,93 -0,7 -8,6 3,1 2,4 -1,9 3,4 0,3 -2,7 0,0 -10 -5 0 5 %
yang tumbuh 3,4% (mtm), dipengaruhi oleh kenaikan saham sejumlah perusahaan rokok
setelah mengalami rating upgrade oleh salah
satu perusahaan sekuritas. Di sisi lain, sektor pertambangan tercatat mengalami koreksi paling besar yaitu -8,6% (mtm) akibat kembali melemahnya saham-saham pertambangan yang dipicu oleh penurunan harga komoditas. Sektor properti juga tercatat mengalami koreksi -2,7% (mtm) yang dipengaruhi oleh rilis laporan keuangan emiten sektor konstruksi yang buruk (Grafik 2.44).
Pada Mei 2017, investor nonresiden tercatat membukukan net jual di pasar saham.
Investor nonresiden melakukan net jual sebesar Rp0,62 triliun pada Mei 2017 (Grafik 2.45). Aksi
jual ini dipengaruhi oleh profit taking investor
memanfaatkan kenaikan tajam IHSG yang terjadi
pasca upgrade S&P terhadap sovereign rating
Indonesia. Hingga Mei 2017, dana nonresiden yang masuk ke pasar saham domestik mencapai Rp22,32 triliun. Dengan perkembangan tersebut, porsi investor nonresiden di pasar saham tercatat meningkat menjadi 41,58% (Grafik 2.46).
Pasar SBN
Sejalan dengan kinerja pasar saham, kinerja pasar SBN juga menguat. Pada Mei 2017, yield
SBN secara keseluruhan turun 4 bps dari 7,02%
menjadi 6,98% (mtm). Yield jangka pendek naik
2 bps dari 6,54% menjadi 6,56%. Sementara itu,
yield jangka menengah dan panjang masing-masing turun sebesar 5 bps dan 9 bps menjadi
6,95% dan 7,63%. Adapunyield benchmark 10
tahun turun 9 bps ke level 6,95% (Grafik 2.47). Meski menguat, kinerja pasar SBN pada Mei 2017 tercatat lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Kondisi ini dipengaruhi oleh kekhawatiran akan adanya kenaikan FFR pada FOMC Juni 2017 dan rilis beberapa indikator ekonomi Tiongkok yang melemah. Selain itu, hasil pertemuan OPEC tentang pemotongan produksi yang mempengaruhi volatilitas
Kinerja IHSG dan Net Beli/Jual Asing
Grafik 2.45 Sumber: Bloomberg 2013 2014 2015 2016 2017 -21 -16 -11 -6 -1 4 9 14 Indeks Rp T 4.100 4.300 4.500 4.700 4.900 5.100 5.300 5.500 5.700
Jan MarMei Jul SepNov Jan MarMei Jul SepNov Jan MarMei Jul SepNov Jan MarMei Jul SepNovJan MarMei Net Beli/Jual Asing,
Skala kanan IHSG
Porsi Kepemilikan Saham Asing
Grafik 2.46 Sumber: Bloomberg 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 %
Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan MarMeiJul Sep NovJan MarMei
2013 2014 2015 2016 2017
41,58
Residen Non-Residen
harga minyak juga masih menjadi sumber kekhawatiran investor. Berbagai dinamika global tersebut menyebabkan investor cenderung
wait and see dan mengambil sikap berhati-hati. Namun demikian, sentimen investor dalam jangka menengah-panjang terhadap ekonomi domestik secara umum masih cukup baik.
Investor nonresiden tercatat melakukan net beli SBN. Pada Mei 2017, investor nonresiden tercatat melakukan net beli sebesar sebesar Rp10,34 triliun di pasar SBN atau turun dibandingkan net beli bulan sebelumnya yang mencapai Rp22,85 triliun. Penurunan ini dipengaruhi oleh sikap berhati-hati investor mewaspadai kemungkinan adanya kenaikan FFR pada bulan Juni 2017 kendati beberapa indikator perekonomian AS diumumkan lebih buruk dari ekspektasi pasar. Penurunan juga
dipengaruhi oleh aksi profit taking investor
seiring tren penguatan SBN yang berlanjut. Dengan perkembangan tersebut, kepemilikan investor nonresiden di pasar SBN pada Mei 2017 tercatat naik menjadi 38,29% dari sebelumnya 38,23% (Grafik 2.48).
Pembiayaan Nonbank
Pembiayaan ekonomi nonbank terus meningkat. Hingga Mei 2017, total pembiayaan melalui penerbitan saham perdana (IPO),
rights issue, obligasi korporasi, medium term notes (MTN), Negotiable Certificate Of Deposit
(NCD) dan instrumen keuangan lainnya secara kumulatif (ytd) mencapai Rp74,9 triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2016 sebesar Rp64,0 triliun (Tabel 2.4). Angka ini bahkan merupakan capaian tertinggi dalam 7 (tujuh) tahun terakhir, setelah rekor sebelumnya terjadi pada tahun 2013 sebesar Rp48,9 triliun. Secara tahunan (yoy), pertumbuhan pembiayaan nonbank pada Mei 2017 tercatat sebesar 12,0%, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya akibat pengaruh base effect tahun
lalu yang sudah tinggi. Hingga Mei 2017, emiten
Yield SBN dan Net Jual/Beli Asing
Grafik 2.47 Sumber: Bloomberg -25 -15 -5 5 15 25 35 45 4 5 6 7 8 9 10 2013 2014 2015 2016 2017
Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan MarMeiJul Sep NovJan MarMei Net Beli Jual Asing - Skala kanan
10YR
Rp T %
Perubahan Kepemilikan SBN Asing
Grafik 2.48
Total Asing Total SBN Pangsa Asing - Skala kanan
Sumber: Bloomberg, BI
2013 2014 2015 2016 2017
Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan MarMeiJul Sep NovJan MarMei
0 500 1.000 1.500 2.000 2.500 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Rp T %
sektor keuangan masih mendominasi dengan menguasai porsi 67% dari total pembiayaan melalui pasar keuangan.
Obligasi korporasi masih mendominasi pembiayaan melalui pasar keuangan. Hingga Mei
2017, total dana yang dihimpun melalui penerbitan obligasi korporasi mencapai Rp46,7 triliun
atau tumbuh 35,3% (yoy). Namun, sebagian dana tersebut digunakan untuk kebutuhan refinancing
obligasi yang jatuh tempo sebesar Rp22,8 triliun. Dengan demikian, net penerbitan obligasi
korporasi hingga Mei 2017 adalah sebesar Rp24,0 triliun. Selain untuk refinancing, maraknya
penerbitan obligasi korporasi di sepanjang tahun 2017 juga didorong oleh faktor suku bunga. Rata-rata tertimbang suku bunga obligasi korporasi yang diterbitkan oleh emiten sektor keuangan, bank dan non sektor keuangan pada Mei 2017 adalah berturut-turut 8,93%, 8,12% dan 8,63%. Suku bunga tersebut lebih kecil dibandingkan rata-rata tertimbang suku bunga kredit Mei 2017 yang sebesar 11,83%.
Pembiayaan Nonbank
Tabel 2.3
Total Pembayaran Non Bank
Total o/w Emiten Sektor Keuangan
Saham
o/w Emiten Sektor Keuangan
Obligasi
o/w Emiten Sektor Keuangan
MTN dan Promissory Notes + NCD
o/w Emiten Sektor Keuangan
Sumber: OJK, diolah
Rp Triliun
2016 2017
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Total Jan Feb Mar Apr Mei Total
6,0 12,3 5,9 3,5 36,3 45,9 3,6 14,9 31,9 11,9 44,2 11,7 228,1 4,3 14,9 24,1 6,3 25,4 74,9 5,7 11,9 5,0 2,4 22,3 20,0 3,1 9,5 11,8 9,5 14,7 5,6 121,6 3,6 11,9 15,9 4,1 15,0 50,5 0,3 0,1 0,4 0,5 19,4 21,6 0,6 0,4 13,1 2,1 18,9 2,8 80,3 0,0 1,5 8,6 0,3 3,7 14,1 0,3 0,0 0,0 0,4 6,2 3,5 0,6 0,0 1,7 0,0 2,1 0,0 14,9 0,0 0,7 1,6 0,0 3,1 5,4 5,4 8,1 4,4 0,7 16,1 18,4 2,1 10,5 13,4 7,4 19,0 3,5 108,8 3,2 10,1 12,1 4,5 16,9 46,7 5,4 8,1 4,4 0,2 16,1 10,8 2,0 7,3 10,1 7,2 9,2 0,8 81,4 3,2 8,4 11,2 3,8 7,9 34,4 0,3 4,1 1,2 2,4 0,9 5,9 0,8 4,0 5,5 2,4 6,4 5,4 39,0 1,1 3,3 3,4 1,5 4,8 14,1 0,0 3,9 0,7 1,9 0,0 5,7 0,5 2,2 0,0 2,4 3,3 4,8 25,3 0,4 2,8 3,1 0,3 4,1 10,7