• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN INTRAPESONAL ANAK KELOMPOK B DI TK NEGERI PEMBINA KIHADJAR DEWANTORO KOTA SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN INTRAPESONAL ANAK KELOMPOK B DI TK NEGERI PEMBINA KIHADJAR DEWANTORO KOTA SELATAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN INTRAPESONAL ANAK KELOMPOK B DI TK NEGERI PEMBINA

KIHADJAR DEWANTORO KOTA SELATAN Nurjana B. Giasi

Haris Mahmud, Rapi Us. Djuko

Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana Peran Guru Dalam Mengembangkan Kecerdasan Intrapersonal Pada Anak kelompok B. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang “Peran Guru Dalam Mengembangkan Kecerdasan Intrapersonal Anak Kelompok B Di TK Negeri Pembina Kihadjar Dewantoro Kota Selatan”. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan memperoleh data hasil wawancara langsung dengan guru sebagai objek penelitian dan anak sebagai subjek penelitian. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasanya, maka peneliti dapat menyimpulkan Di TK Negeri Pembina Kota Selatan terdapat anak yang belum memiliki kecerdasan Intrapersonal. Hal ini dikarenakan bahwa peran guru dalam mengembangkan kecerdasan intrapersonal pada anak mengalami kendala karena sebagian anak sulit diajak berkomunikasi hal ini dikarenakan anak yang belum lancar dalam berbicara dan malu pada saat berbicara dengan guru dan juga karakter anak yang berbeda-beda terlebih lagi adanya anak yang tidak mau mendengarkan apa yang dikatakan guru. Anak yang sulit menerima pembelajaran karena adanya masalah dengan teman sebaya seperti menangis saat berebut mainan serta rasa egois yang tinggi pada anak menjadi kendala yang dihadapi guru.Pada bagian akhir ini diberikan kesimpulan bahwa guru sebagai pengajar harus lebih memberikan perhatian yang lebih terhadap anak agar perkembangan kecerdasan diri mereka dapat berkembang dengan baik.

Kata Kunci : Peran Guru, Kecerdasan Intrapersonal PENDAHULUAN

Pendidikan adalah salah satu bagian terpenting yang harus dilalui oleh setiap orang agar terciptanya pribadi yang sejahtra serta memiliki kehidupan yang menjamin pada masa depan agar terwujudnya generasi penerus bangsa yang kaya akan ilmu pengetahuan. Hal ini diharapkan oleh semua orang sehingga terciptanya pendidikan yang di tempatkan di jalur formal yang biasa disebut dengan sekolah. Semua orang diwajibkan untuk mengikuti pendidikan di sekolah termasuk Anak Usia Dini hal ini ditegaskan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa PAUD adalah suatu upaya pembinaan

(2)

2

yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam UU tersebut jelas dinyatakan bahwa pendidikan formal wajib di lakukan agar anak memiliki kesiapan dalam pendidikan lebih lanjut. Dalam hal ini guru memiliki peran penting dalam pendidikan karena guru sebagai pendidik harus mampu mengembangkan semua aspek-aspek perkembangan yang ada dalam diri anak.

Guru sebagai fasilitator harusnya mampu menguasai aspek-aspek perkembangan yang ada dalam diri anak. Agar perkembangan anak bisa terstimulus dengan baik, harusnya guru mengamati perkembangan anak setiap hari agar bisa mengamati berbagai macam perkembangan yang dimiliki setiap anak. Saat guru berada dalam kelas perhatian tetap terarah pada anak karena setiap perilaku anak menunjukan seberapa besar perkembangan yang mereka miliki salah satunya yakni perkembangan kecerdasan Intrapersonal.

Perkembangan kecerdasan Intrapersonal adalah salah satu perkembangan kecerdasan yang ada dalam diri anak, perkembangan ini lebih mengarah pada diri anak seperti anak dapat mengendalikan perasaan negatif, percaya diri, serta mandiri. Seperti yang dinyatakan oleh Thomas Armstrong dalam bukunya Multiple Intelligences (2004:4) Kecerdasan Intrapersonal merupakan kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Kecerdasan ini meliputi kemampuan memahami diri sendiri yang akurat (kekuatan dan keterbatasan diri), kesadaran akan suasana hati, maksud, motivasi, tempramen, dan keinginan, serta kemampuan berdisiplin diri, memahami dan menghargai diri.

Sesuai hasil pengamatan di lapangan bahwa perkembangan kecerdasan intrapersonal di sekolah ini sudah ada, namun belum semua anak memiliki perkembangan kecerdasan Intrapersonal dengan baik. Kendala yang sering ditemui oleh guru dalam menerapkan kecerdasan Intrapersonal ini diduga disebabkan oleh : ketersediaan waktu pembelajaran, karena dari sekian banyak

(3)

3

siswa, guru harus mengamati masing-masing individu dan harus memberikan perhatian agar kecerdasan Intrapersonal anak akan berkembang dengan baik.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk membahas permasalahan ini melalui kajian ilmiah dengan memformulasikan judul ”Peran Guru Dalam Mengembangkan Kecerdasan Intrapersonal (Anak Kelompok B Di TK Pembina Kihadjar Dewantoro Kelompok B Kota Selatan)”.

Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan gambaran tentang “Peran Guru Dalam Mengembangkan Kecerdasan Intrapersonal Anak Kelompok B Di TK Negeri Pembina Kihadjar Dewantoro Kota Selatan”. Manfaat penelitian secara teoritis memperkaya khazanah pengetahuan dalam dunia pendidikan anak usia dini tentang perkembangan kecerdasan Intrapersonal pada anak. Secara praktis yakni bagi guru untuk mengembangkan potensi dalam menguasai strategi pengembangan kecerdasan Intrapersonal pada anak. Bagi sekolah sebagai apresiasi dalam mengembangkan kecerdasan intrapesonal pada anak agar terbentuknya masa depan yang cerdas. Bagi peneliti yakni menambah wawasan dan pengetahuan dalam dunia pendidikan anak usia dini khususnya kecerdasan intrapersonal anak.

TINJAUAN TEORI

Menurut usman (2008:13) yakni peran guru dari segi dirinya sendiri (self oriented), seorang guru harus berperan sebagai berikut. a) Petugas sosial, yang harus membantu untuk kepentingan masyarakat. Dalam kegiatan-kegiatan masyarakat guru senantiasa merupakan petugas-petugas yang dapat dipercaya untuk berpartisipasi di dalamnya. b) Dalam berbagai cara setiap guru senantiasa belajar untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. c) Orang tua yaitu mewakili orang tua murid di sekolah dalam pendidikan anaknya. Sekolah merupakan lembaga pendidikan sesudah keluarga, sehingga dalam arti luas sekolah merupakan keluarga, guru berperan sebagai orang tua yang bagi siswa-siswanya. d) Pencari teladan, yaitu yang senantiasa mencarikan teladan yang baik untuk siswa bukan untuk seluruh masyarakat. Guru menjadikan ukuran bagi norma-norma tingkah laku. e) Pencari keamanan, yaitu yang senantiasa

(4)

4

mencarikan rasa aman bagi siswa. Guru menjadi tempat berlindung bagi siswa-siswa untuk memperoleh rasa aman dan puas di dalamnya.

Menurut Djamarah (2005:43) banyak peran yang diperlukan dari guru sebagai pendidik, atau siapa saja yang telah menerjunkan diri menjadi guru. Semua peranan yang diharapkan dari guru seperti diuraikan di bawah ini. a) Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk. Kedua yang berbeda ini harus betul-betul dipahami dalam kehidupan di masyarakat. Kedua nilai ini mungkin telah anak didik miliki dan mungkin pula telah mempengaruhinya sebelum anak didik masuk sekolah. b) Sebagai Inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar anak didik. c) Sebagai informator, guru harus dapat memberiakan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum. d) Sebagai organisator, dalam bidang ini guru memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik, dan sebagainya. e) Sebagai motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar. f) dalam perannya sebagai inisiator, guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. g) Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan belajar anak didik. h) Sebagai pembimbing, peran ini harus dipentingkan, karena kehadiran guru di sekolah adalah untuk membimbing anak didik menjadi manusia dewasa susila yang cakap. i) Sebagai demonstrator, untuk pelajaran yang sukar dipahami anak didik, guru harus berusaha dengan membantunya, dengan cara memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis, sehingga apa yang anak guru inginkan sejalan dengan pemahaman anak didik, tidak terjadi kesalahan pengertian antara guru dan anak didik. j) Sebagai mediator, keterampilan menggunakan semua media itu diharapkan dari guru yang disesuaikan dengan pencapaian tujuan pengajaran. k) Sebagai supervisor, dengan semua kelebihan yang dimiliki, ia dapat melihat, menilai dan mengadakan pengawasan terhadap orang atau sesuatu yang disupervisi. l) Sebagai evaluator,

(5)

5

guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang baik dan jujur, dengan memberikan penilaian yang menyentuh aspek ekstrinsik dan intrinsik.

Melihat pendapat para ahli di atas maka peneliti menyimpulkan peran guru sangtlah banyak seperti menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya serta peran guru sebagai korektor, Inspirator, informator, organisator, motivator, inisiator, fasilitator, demonstrator, didaktis, mediator, supervisor, dan evaluator. Tapi dalam penelitian ini peneliti mengambil beberapa peran sebagai bahan penelitian yakni peran guru sebagai fasilitator, mediator, motivator, dan evaluator. Dalam berbagai cara setiap guru senantiasa belajar untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, guru menjadikan ukuran bagi norma-norma tingkah laku.

Kecerdasan Intrapersonal adalah kemampuan untuk mengerti dirinya sendiri, mampu bekerja mandiri dan mampu memanfaatkan informasi untuk kehidupannya sendiri. Ciri kecerdasan ini adalah mampu berpikir reflektif, tidak banyak bicara, suka menyendiri, tekun, sering merenung, dan mudah menyelesaikan persaan negatif yang dialaminya. Zarkasyi (2011:24).

Menurut Lwin, dkk (2003) dalam Saptorini (2008) kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan mengenai diri sendiri, kecerdasan ini merupakan kemampuan memahami diri sendiri dan bertanggung jawab pada kehidupannya sendiri. Sedangkan menurut Andyda Meliala (2004:81) dalam Saptorini (2008) yang menyebutkan bahwa kecerdasan Intrapersonal merupakan kecerdasan diri sendiri, yaitu suatu kemampuan untuk memahami diri sendiri dan bertanggung jawab atas hidup pribadinya. Orang dengan kecerdasan ini cenderung menjadi pemikir ulung, yang secara teratur mengadakan refleksi diri dan perbaikan diri. Penuh percaya diri dan mandiri merupakan ciri utama pada kecerdasan ini.

Menurut Suryadi (2006:48) dalam Saptorini (2008), berpendapat bahwa kecerdasan Intrapersonal adalah kemampuan diri kita untuk berpikir secara reflektif, yaitu mengacu pada kesadaran reflektif mengenai perasaan dan proses pemikiran diri sendiri. Adapun kegiatan yang mencakup kecerdasan ini adalah berpikir, merancang tujuan, refleksi merenung, membuat jurnal, menilai diri, intropeksi, dan sebagainya.

(6)

6

Kecerdasan intrapersonal dapat dilihat dalam diri anak sesuai dengan tahap perkembanganya adalah menunjukan sikap mandiri dalam kegiatan seperti, mampu bekerja sendiri, mampu mengendalikan perasaan seperti tidak cengeng dan menunjukan rasa percaya diri seperti berani tampil di depan umum. Permen nomor 58 (2009:35).

Melihat beberapa pendapat para ahli di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa kecerdasan Intrapersonal adalah kecerdasan yang dimiliki yakni Penuh percaya diri dan mandiri mampu berpikir reflektif, tidak banyak bicara, suka menyendiri, tekun, sering merenung, dan mudah menyelesaikan persaan negatif yang dialaminya dan kecerdasan ini meliputi kemampuan memahami diri sendiri dan bertanggung jawab pada kehidupannya sendiri. Menunjukan sikap mandiri dalam kegiatan seperti, mampu bekerja sendiri, mampu mengendalikan perasaan seperti tidak cengeng dan menunjukan rasa percaya diri seperti berani tampil di depan umum. Dari bebrapa teori di atas peneliti memakai beberapa kecerdasan intrapersonal yang berkaitan dengan anak usia dini yakni mudah menyelesaikan perasaan negatif, percaya diri dan mandiri hal ini dilihat dalam diri anak

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi penelitian di TK Negeri Pembina Kota Selatan khususnya di kelompok B (Melati). Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang Peran Guru Dalam Mengembangkan Kecerdasan Intrapersonal pada Anak. Alasan penulis memilih tempat tersebut adalah berdasarkan pertimbangan sangat relevan dengan permasalahan melihat peran guru yang ada di sekolah tersebut.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, penelitian sebagaimana menurut Bogdan (Sugiyono, 2011:19) “Proses penelitian kualitatif dilakukan dengan cara membaca berbagai informasi tertulis, gambar-gambar, berfikir dan melihat objek serta aktivitas orang yang ada disekelilingnya dan melakukan wawancara”.

Observasi

Nasution dalam Sugiyono (2011:226) “Menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan”. Observasi dalam penelitian kualitatif

(7)

7

dilakukan dengan tidak berstruktur karena fokus penelitian belum jelas. Observasi ini dilakukan untuk melihat kondisi Peran Guru Dalam Mengembangkan Kecerdasan Intrapersonal pada anak.

Wawancara

Esterberg dalam Sugiono (2011:231) mendefinisikan sebagai berikut : “wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstrusikan makna dalam suatu topik tertentu ”. Dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.

Dalam penelitian ini, yang akan diwawancarai adalah guru dari sekolah tempat penelitian dan orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi sesuai dengan apa yang diharapkan. sehingga peneliti mendapatkan informasi yang lebih jelas.

Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambaran, atau karya-karya monumental dari seseorang, “Studi dokumentasi merupakan dari pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif ” Sugiyono (2011 : 240). Yang menjadi obyek dokumentasi yakni guru serta semua yang menyangkut kegiatan yang di sekolah.

Pengecekan Keabsahan Data

Untuk mengadakan pengecekan terhadap keabsahan data dapat dilakukan dengan peningkatan ketekunan kemudian menyesuaikan apakah data sudah sesuai dengan hasil yang diharapkan. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan (Sugiyono,2011 : 245). Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data di lapangan model Miles dan Hubermen. Dalam hal ini Miles dan Hubermen (Sugiyono, 2011 : 246) “mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus

(8)

8

menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jauh”. Aktivitas dalam analisis data yaitu data relaction, data displey, dan conclusion drawing/verification. Tahap-tahap Penelitian

Moleong (2008 : 126-148) mengemukakan bahwa pelaksanaan penelitian ada 4 tahap yaitu Tahap sebelum kelapangan meliputi menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian. Tahap pekerjaan lapangan meliputi memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data. Tahap analisis data meliputi analisis data yang diperoleh melaluaia wawancara, kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti, selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data. Tahap penulisan laporan meliputi kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data, setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan saran- saran demi kesempurnaan skripsi .

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di TK Negeri Pembina Kihadjar Dewantoro Kota Selatan, ketika guru menjadi objek penelitian dan sebagai sumber informasi melalui wawancara dan angket dengan pertanyaan yang diajukan maka peneliti dapat menemui hasil yakni bahwa guru sebagai motivator selalu mendorong anak untuk datang ke sekolah dengan melalui pujian, dan memberikan hadiah sebagai bentuk menghargai pekerjaan anak serta mendekati anak agar terbiasa dengan lingkungan sekolah. Guru sebagai motivator, mendorong anak agar mau mengikuti pembelajaran yang diberikan berupa mengupayakan agar anak tidak bosan berada di dalam kelas seperti memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi anak. Guru selalu menyediakan alat peraga yang menarik perhatian anak, hal ini dibuat agar anak tetap aktif dalam pembelajaran yang diberikan. Selanjutnya guru sebagai Fasilitator, dalam mengembangkan rasa percaya diri anak, guru menyediakan media pembelajaran

(9)

9

berupa mewarnai gambar hal ini dibuat karena dengan menggambar anak bisa memperlihatkan hasil karyanya sehingga rasa percaya diri anak bisa berkembang. Meski dalam penuturan guru tetap ada anak yang menemui kendala dalam menggunakan media yang diberikan guru. Selanjutnya guru sebagai Pembimbing, membantu anak yang sulit menerima pelajaran dengan cara membimbing anak dan melakukan pendekatan, hal ini bertujuan untuk mengetahui masalah yang dialami anak tapi sesuai penuturan informan bahwa dalam hal ini yang menjadi kendala adalah anak yang bicaranya kurang lancar sehingga komunikasi antara guru dan anak kurang dan guru harus memberikan perhatian yang lebih keanak selain dari pada itu yang menjadi kendala yakni sifat egois yang ada dalam diri anak. Guru sebagai Evaluator, yakni menilai seberapa besar anak bisa menjaga perasaanya, dengan cara melakukan pendekatan dan mengajak anak bermain bersama dalam hal ini guru menemui kendala seperti anak masih malu berbicara dengan guru dan rasa egois pada anak yang ingin menang sendiri.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran guru dalam mengembangkan kecerdasan intrapersonal pada anak mengalami kendala karena sebagian anak sulit diajak berkomunikasi hal ini dikarenakan anak yang belum lancar dalam berbicara dan malu pada saat berbicara dengan guru dan juga karakter anak yang berbeda-beda terlebih lagi adanya anak yang tidak mau mendengarkan apa yang dikatakan guru. Anak yang sulit menerima pembelajaran karena adanya masalah dengan teman sebaya seperti menangis saat berebut mainan serta rasa egois yang tinggi pada anak menjadi kendala yang dihadapi guru. Selanjutnya hasil penelitian juga menunjukan bahwa kurang berkembangnya kecerdasan intrapersonal pada anak karena guru sulit melakukan pembelajaran pada anak karena apabila ada anak yang bermasalah dari rumah menjadi satu kendala, sebab kemauan anak untuk mengikuti pembelajaran yang diberikan guru menjadi terganggu. Kecerdasan dalam diri anak sudah berkembang apabila anak tersebut bisa mengendalikan emosi, serta memiliki rasa percaya diri dan mandiri saat melakukan pekerjaan yang diberikan tanpa bantuan orang lain. Hal ini di dukung oleh Zarkasyi (2011:24) yang menyatakan bahwa kecerdasan Intrapersonal adalah kemampuan untuk mengerti dirinya sendiri, mampu bekerja mandiri dan mampu

(10)

10

memanfaatkan informasi untuk kehidupannya sendiri. Ciri kecerdasan ini adalah mampu berpikir reflektif, tidak banyak bicara, suka menyendiri, tekun, sering merenung, dan mudah menyelesaikan persaan negatif yang dialaminya.

Dengan demikian dapat ditarik hasil kesimpulan dengan informan bahwa di TK Kihadjar Dewantoro pada kelompok B (Melati), Dari 35 orang anak terdapat 10 anak yang belum memiliki kecerdasan intrapersonal. Hal ini dilihat dari guru yang masih menemui kendala dalam menghadapi anak, hal ini dikarenakan karakter anak yang berbeda-beda, sehingga guru harus memberikan perhatian yang lebih pada anak lainya.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa di kelompok B (Anggrek) terdapat sebagian anak yang belum memiliki kecerdasan intrapersonal dengan baik. Masih ada anak yang belum percaya diri, adanya anak yang belum tau mengendalikan perasaan seperti cepat menangis dan adanya anak yang belum mandiri.

Hal ini yang ditemui guru dalam memberikan pembelajaran, guru jelas menemui kendala dalam membantu anak pada perkembangan kecerdasan intrapesonalnya hal ini dikarenakan adanya anak yang tidak mau berkomunikasi dengan guru, malu berbicara dengan guru serta sulit dalam berbicara dan juga anak yang ingin menang sendiri serta rasa egois dalam diri anak. Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan di atas, maka peneliti memberikan saran kepada guru sebagai orang yang berkewajiban membantu anak dalam mengembangkan kecerdasan intrapersonal anak yakni :

Diharapkan guru dapat membantu anak dalam perkembangan ini sebab perkembangan kecerdasan intrapersonal sangat penting dimasa depan anak. Mereka dituntut memiliki diri yang cerdas sehingga menjadi panutan bagi bangsa dan negara.

(11)

11

Djamarah Bahri Syaiful. 2005. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoritis Psikologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Maleong. 2008. MetodologiPenelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Pomalingo Nelson, dkk. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Gorontalo: UNG Press

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2009, 2010. Standar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Menteri Pendidikan Nasional

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabet

Usman Uzer Moh. 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Zarkasyi Firdaus. 2011. Jadikan Anak Anda Sang Juara. Surabaya: Indah Surabaya.

Saptorini. 2008. Kecerdasan Intrapersonal. (Online).

http://saptorini.blogspot.com/2008/10/kecerdasan-intrapersonal.html Catarts. 2012. Hakikat Dan Fungsi Guru. (Online).

Referensi

Dokumen terkait

Ledakan populasi hama Promecotheca cumingii Baly (= nucifera Maul.) (Coleoptera : Chrysomelidae) di Sulawesi Utara, pertama kali terjadi pada tahun 2015 di Kecamatan

Perubahan penggunaan lahan yang terjadi di dalam kawasan TNGMb dan di daerah penyangganya perlu dikendalikan agar keberadaan TNGMb dapat terus terjaga serta agar Rencana

Berdasarkan hasil pengisian angket evaluasi, diperoleh informasi bahwa: (1) pelatihan menulis artikel ilmiah menambah pengetahuan dan wawasan peserta mengenai tata

Analisis ini dilakukan untuk menguji hipotesis dari penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya, yaitu untuk mengetahui apakah ada pengaruh, antara variabel

Dari hasil wawancara yang dilakukan pada mahasiswa tiap-tiap prodi yang memiliki prosentase masalah tertinggi dari bidang yang tertinggi dapat diketahui bahwa enam dari

Berdasarkan proses analisis yang dilakukan dalam penelitian ini maka dapat ditemukan bahwa permasalahan kualitas kawasan permukiman kerantil/ kampung seng

Ketiga, Peraturan DKI Jakarta untuk Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di Wilayah I Nomor 23 Tahun 2017 yang dinyatakan dalam Pasal 2d bahwa dalam rangka meningkatkan layanan

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengukur tingkat pengetahuan masyarakat Desa Praihambuli Kecamatan Nggoa Kabupaten Sumba Timur terhadap gejala malaria,