• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN ADVOKAT DALAM MENANGANI PERKARA DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA (TINJAUAN UU NO 18 TAHUN 2003 DAN KODE ETIK TENTANG ADVOKAT) - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERANAN ADVOKAT DALAM MENANGANI PERKARA DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA (TINJAUAN UU NO 18 TAHUN 2003 DAN KODE ETIK TENTANG ADVOKAT) - Test Repository"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN ADVOKAT DALAM MENANGANI PERKARA

DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA

(TINJAUAN UU NO 18 TAHUN 2003 DAN KODE ETIK TENTANG ADVOKAT)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban Dan Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam

Oleh:

MUSTHOFIAH

211 06 007

JURUSAN SYARI’AH

PROGRAM STUDI AL-AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Musthofiah

NIM : 21106007

Jurusan : Syari’ah

Program Studi : Al Ahwal Al Syakhsiyyah

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 26 Januari 2011 Penulis

(5)

MOTTO

DO’A DAN USAHA ADALAH KUNCI UTAMA DALAM MENUJU SEBUAH KEBERHASILAN

PERSEMBAHAN

1. Bapak dan ibu (Purnomo dan Tasmiyah) tercinta yang telah memerah pengorbanan baik jasmani maupun rohani sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi di STAIN Salatiga dengan lancar.

2. Ibu Heni Satar Nurhaida, M.Si selaku pembimbing dalam penulisan skripsi ini dengan kesabaran dan ketelatenannya sejak awal hingga akhir sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak dan ibu dossen yang telah membimbing dan memberikan ilmu kepada penulis 4. MazQ yang selalu memberikan motivasi dalam penulisan skripsi ini

5. Teman-teman AHS 06 yang tersayang khususnya Titik, Ema, Hanik, Fahrudin, dan lain-lain yang telah memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 6. Teman-teman kos Sitol, Pipit, Sari, Lutfi, Mb Evi dan Eki yang selalu memberikan

(6)

Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan umat Nabi Muhammad SAW yang memberikan rahmat dan syafa’atnya.

Berkat rahmat dan pertolongan dari Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memperoleh gelar sarjana hukum islam di STAIN Salatiga.

Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan serta bimbingan dari para pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga

2. Bapak Illya Muhsin, M.Si selaku ketua program studi Al-Ahwal Al Syakhsiyah

3. Ibu Heni Satar Nurhaida, M.Si yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan dukungan dalam penulisan skipsi ini.

4. Bapak dan ibu dossen yang telah membimbing dan memberikan ilmu kepada penulis 5. Kedua orang tuaku yang telah memberikan segenap perhatian dan kasih sayangnya

sehingga penulisan skipsi ini berjalan dengan lancar.

6. MazQ yang selalu setia menemani dan memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini

(7)

harapkan. Akhirnya, atas segala keikhlasan dan jasa-jasa beliau di atas penulis hanya bisa berdo’a kepada Allah SWT supaya skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin

Penulis

(8)

ABSTRAK

Musthofiah. 2011. Peranan Advokat Dalam Menangani Perkara Di Pengadilan Agama Salatiga (Tinjauan UU No 18 Tahun 2003 dan Kode Etik Advokat). Skripsi. Jurusan Syari’ah.

Program Studi Al-Ahwal Al Syakhsiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Heni Star Nurhaida, M.Si

Kata Kunci: Peranan, Advokat, Perkara dan Pengadilan Agama.

Penelitian ini merupakan upaya untuk meminimalkan pendapat negatif masyarakat tentang peranan Advokat. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah peranan Advokat dalam menyelesaikan perkara di Pengadilan Agama Salatiga? dan (2) Faktor-faktor apa yang melatarbelakangi masyarakat menggunakan dan tidak menggunakan jasa Advokat? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka penelitian ini menggunakan pendekatan normatif dan pendekatan sosiologis.

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa Peranan Advokat dalam memberikan jasa hukum untuk kepentingan kliennya sangat penting dalam penegakan hukum, kebenaran dan keadilan. Peranan tersebut berupa mewakili klien jika berhalangan hadir, mendampingi di dalam persidangan, dan juga memberikan pemahaman hukum yang berkaitan dengan perkara yang dihadapi.

(9)
(10)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penetilian ... 7

D. Kegunaan Penelitian ... 7

E. Penegasan Istilah ... 7

F. Metode Penelitian ... 8

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 8

2. Lokasi Penelitian ... 9

3. Sumber Data ... 9

4. Prosedur Pengumpulan Data ... 10

5. Analisis Data ... 11

(11)

7. Tahap-tahap Penelitian ... 12

G. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II KAJIAN TENTANG PERANAN ADVOKAT A. Devinisi Advokat ... 15

B. Advokat Dalam Perspektif Islam ... 16

C. Peranan Advokat Dalam UU No 18 Tahun 2003 ... 21

D. Peranan Advokat Dalam Kode Etik Advokat ... 25

E. Peranan Advokat Di Pengadilan Agama Salatiga ... 28

BAB III PERANAN ADVOKAT DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA A. Profil Pengadilan Agama Salatiga ... 34

B. Data perkara Pengadilan Agama Salatiga ... 37

C. Peranan Advokat Dalam Menangani Perkara ... 47

D. Faktor Penggunaan Jasa Advokat ... 58

BAB IV ANALISIS TERHADAP PERANAN ADVOKAT DALAM MENANGANI PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA A. Analisis Terhadap Peranan Advokat Dalam Menangani Perkara di Pengadilan Agama Salatiga ... 62

B. Analisis Terhadap Faktor-Faktor Penggunaan Jasa Advokat .. 66

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 70

(12)

DAFTAR PUSTAKA ………. 73 LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 perkara bulan September tahun 2010 Tabel 1.2 perkara bulan Oktober tahun 2010

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkara merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari, karena sering kali datang secara tak diduga dan akhirnya memang harus menjadi bagian dalam kehidupan manusia yang selalu penuh dengan sengketa. Perkara dapat timbul dari berbagai sebab dan alasan, mulai dari hubungan antar individu, kelompok, masyarakat, bahkan sampai antar negara.

Untuk menyelesaikan suatu perkara, ada beberapa cara dan proses yang dapat digunakan, tetapi tentunya dengan pertimbangan yang baik dan harus hati-hati. Cara dan proses yang digunakan dalam suatu penyelesaian perkara sering kali meninggalkan trauma, pengalaman bahkan mimpi buruk bagi pihak-pihak yang terlibat dalam perkara tersebut. Hal ini disebabkan tidak tepatnya cara atau proses yang digunakan dalam penyelesaian perkara tersebut.

Telah banyak pengalaman yang mengakibatkan seseorang menerima suatu putusan perkara di Pengadilan, dinilaikan tidak sesuai dengan rasa keadilan khususnya dalam perkara perceraian. Hal tersebut sering terjadi disebabkan ia tidak mampu mendapatkan seseorang yang dapat memberikan bantuan hukum terhadap keadilan yang diperjuangkan atau tidak memiliki kecakapan dalam membela suatu perkara. Meskipun ia mempunyai bukti dan fakta yang dapat menunjukkan kebenaran dalam perkara itu.

(14)

mendambakan bahwa segala aspek kehidupan di dalam masyarakat dapat diatur dengan Undang-Undang dan persoalan-persoalan yang timbul dapat diselesaikan secara hukum baik melalui Pengadilan maupun melalui Negosiasi dan Mediasi sehingga semua persoalan diharapkan dapat diselesaikan secara adil berdasarkan landasan hukum yang menyertainya (Rambe, 2001:8).

Manusia memang mempunyai keterbatasan dan kelemahan seperti kekhilafan, kekeliruan, dan kesalahan. Maka dari itu, tidak mustahil bila terjadi penyimpangan atau pelanggaran terhadap kaidah sosial yang menimbulkan keadaan tidak tertib dan tidak stabil yang perlu dipulihkan kembali. Untuk menegakkan ketertiban dan kestabilan keadaan diperlukan sebuah sarana pendukung seperti organisasi masyarakat dan organisasi negara. Melalui organisasi tersebut diharapkan dapat memulihkan keadaan dalam masyarakat.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat membuat kebutuhan akan jasa hukum semakin meningkat khususnya jasa hukum dari Kepolisian, Kejaksaan, Kehakiman, Notaris, dan Advokat. Dalam hal ini, peran seorang Advokat sangatlah penting dalam memberikan bantuan hukum di dalam Pengadilan seperti mendampingi, mewakili, membela/menjalankan kuasa demi kepentingan kliennya. Selain itu, Advokat juga memberikan bantuan hukum di luar Pengadilan seperti konsultasi hukum kepada orang yang membutuhkannya.

(15)

menjalankan profesi Advokat dilarang membedakan perlakuan terhadap klien berdasarkan jenis kelamin, agama, politik, keturunan, rasa tau latar belakang, sosial dan budaya.

Hal ini diperkuat oleh Kode Etik Advokat dalam pasal 3 (a) yang berbunyi: “Advokat

dapat menolak untuk memberi nasihat dan bantuan hukum kepada setiap orang yang memerlukan jasa dan/ bantuan hukum dengan pertimbangan karena tidak sesuai dengan keahliannya dan bertentangan dengan hati nuraninya, tetapi tidak dapat menolak dengan alasan karena perbedaan agama, kepercayaan, suku, keturunan, jenis kelamin, keyakinan politik dan kedudukan sosialnya.”

Dalam menjalankan profesinya seorang Advokat harus memperjuangkan Hak Asasi Manusia dalam negara hukum Indonesia seperti yang tertuang dalam pasal 3 (c). Dalam pasal 7 (h) disebutkan bahwa Advokat mempunyai kewajiban untuk memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma (prodeo) bagi orang yang tidak mampu.

Dikaitkan dengan realita yang terjadi sekarang, ternyata di Jakarta, ada Advokat yang mengucapkan kata “bangsat kamu!” dalam persidangan kasus korupsi Dana Nonbujuter

Badan Urusan Logistik. Padahal dalam Kode Etik Advokat pasal 5 (b) disebutkan bahwa Advokat jika membicarakan teman sejawat/jika berhadapan satu sama lain dalam sidang pengadilan, hendaknya tidak menggunakan kata-kata tidak sopan baik secara lisan maupun tulisan. (www. fashionprivate.com, diakses tanggal 2 agustus 2010)

(16)

pengadilan di Indonesia harus lebih terbuka, sehingga seorang Advokat yang curang dalam proses peradilan bisa diketahui oleh masyarakat. (www. fashionprivate.com, diakses tanggal 2 agustus 2010)

Dalam penelitian awal di Pengadilan Agama Salatiga, peneliti menemukan bahwa ada Advokat yang dalam persidangan hanya diam saja saat para klien saling ngotot dan tidak mau mengalah dalam perkara pembagian harta bersama. Kedua Advokat dari Penggugat dan Tergugat itu ditegur oleh majlis hakim. Hakim tersebut berkata “ kalian itu dibayar mahal -mahal untuk membantu kliennya malah diam saja, kalau begini caranya persidangan tidak akan selesai-selesai”. Akan tetapi setelah ditegur oleh majlis hakim, kedua Advokat itu hanya diam dan keduanya hanya tersenyum saja sehingga sidang harus ditunda lagi.

Selama ini memang banyak sekali kesan pro dan kontra dalam masyarakat terhadap peran Advokat yang berpraktek di Pengadilan. Bagi yang kontra memberi kesan yang negatif dan yang pro memberikan kesan positif. Kesan negatif itu menyatakan bahwa untuk mendapatkan jasa hukum sekarang memerlukan biaya yang tinggi dan membuat rumit masalah yang dianggap sederhana, sehingga penyelesaiannya lambat. Akan tetapi, kesan positif masyarakat menyatakan bahwa untuk berperkara di Pengadilan dengan menggunakan jasa Advokat, dapat memudahkan pengurusan administratif dan juga memberikan kepuasan serta dapat memenuhi rasa keadilan sekalipun dalam posisi kalah. (Rosyadi, 2003:63)

Kejujuran adalah kunci utama dalam hubungan antara klien dan Advokat. Suatu dosa terbesar yang dilakukan oleh seorang Advokat apabila melakukan persengkokolan dengan pihak lawan, dan sengaja mengalah dalam pengadilan. (Soebekti, 1997:103)

(17)

pekerjaannya. Seorang Advokat harus mampu memberikan pelayanan yang terbaik bagi kliennya, sehingga klien dapat menilai dan percaya akan kwalitas kerja si Advokat. Akan tetapi, perlu kehati-hatian dan ketelitian klien dalam memilih dan menentukan jasa Advokat.

Melihat kenyataan yang terjadi di lapangan, penulis ingin mengkaji tentang Peranan Advokat Dalam Menangani Perkara Khususnya Perceraian Di Pengadilan Agama Salatiga, dengan harapan penulisan ini dapat memberikan jalan keluar bagi orang-orang yang akan menggunakan jasa Advokat.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan adalah

1. Bagaimanakah peranan Advokat dalam menyelesaikan perkara di Pengadilan Agama Salatiga?

2. Faktor-faktor apa yang melatarbelakangi masyarakat menggunakan dan tidak menggunakan jasa advokat?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dimaksudkan untuk memberikan arah yang tepat dalam proses dan pelaksanaan penelitian, agar penelitian tersebut berjalan sesuai dengan apa yang hendak dicapai. Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui peranan Advokat dalam menyelesaikan perkara di Pengadilan Agama Salatiga?

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi masyarakat menggunakan dan tidak menggunakan jasa advokat?

D. Kegunaan Penelitian

(18)

Kegunaan teoritik yaitu untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai peran advokat yang berkaitan dengan UU NO 18 Tahun 2003 dan juga Kode Etik Advokat. Selain itu, agar masyarakat tahu tentang penggunaan Advokat secara nyata dan sekaligus dapat dijadikan sebagai pedoman jika terjadi calo perkara.

2. Kegunaan Praktis a. Bagi Progdi AHS

Sebagai masukan agar progdi dapat memilih tenaga pengajar dalam mata kuliah advokasi yang benar-benar mahir dalam bidang advokasi.

b.Bagi Pengadilan

Membantu memberikan masukan bagi pengadilan khususnya Pengadilan Agama agar berhati-hati terhadap calo perkara dan mafia peradilan demi menegakkan hukum. c. Bagi Advokat

Dapat dipergunakan sebagai masukan, karena betapa penting jasanya bagi masyarakat dalam menemukan keadilan.

d.Bagi Masyarakat

untuk membantu dalam pemilihan jasa Advokat yang benar-benar dapat memberikan jasanya sesuai dengan ketentuan UU No 18 Tahun 2003 dan Kode Etik Advokat.

E. Penegasan Istilah

Peranan adalah tindakan yang dilakukan oleh suatu organisasi dalam suatu lembaga. (Fajri, hal:641)

(19)

Perkara adalah urusan yang harus dikerjakan. (Poerwadarmita, 2006:8777)

Pengadilan Agama merupakan pengadilan tingkat pertama untuk menyelesaikan, memutuskan perkara-perkara antara orang-orang islam di bidang kewarisan, perkawinan, wasiat, hibah, wakaf, shodaqoh berdasarkan hukum islam (Depag RI, 1996:119). Di Pengadilan Agama ini peneliti mencoba menggali tentang peranan Advokat dalam proses beracara dalam perkara perceraian, dari pengurusan administrasi hingga mendampingi klien dalam ruang sidang sampai putusan majelis hakim di Pengadilan.

F. Metodologi Penelitian

Suatu penelitian agar menghasilkan data-data yang akurat dan tidak meragukan mesti dilakukan secara sistematis, sehingga penentuan metode yang akan dipakai merupakan langkah awal dalam penelitian. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif dan pendekatan sosiologis. Pendekatan normatif yaitu cara mendekati masalah yang sedang diteliti apakah sesuatu itu baik/buruk, benar/salah berdasarkan norma yang berlaku (Sumitro, 1990:54). Pendekatan sosiologis adalah melakukan penyelidikan dengan cara melihat fenomena masyarakat atau peristiwa sosial, politik dan budaya untuk memahami hukum yang berlaku di masyarakat. (Soekanto,1988:4-5)

Jenis penelian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu penelitian untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku dan tindakan (Moleong, 2007:6)

(20)

Penelitian ini dilakukan di Pengadilan Agama Salatiga tepatnya di Jalan Lingkar Selatan Desa Cebongan Kecamatan Tingkir Kota Salatiga.

3. Sumber Data

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer yakni bahan pustaka yang berisikan pengetahuan ilmiah yang baru/mutakhir ataupun pengertian baru tentang fakta yang diketahui maupun mengenai suatu gagasan/ide, yakni mencakup undang-undang, buku, dll (Soekanto & Namudji, 1985:13).

Bahan yang dipakai dalam penelitian ini adalah UU No 18 tahun 2003 tentang advokat, kode etik advokat, serta buku-buku yang berhubungan dengan advokat.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah bahan pustaka yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, antara lain rancangan undang-undang, hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum, dll (Soekanto & Namudji, 1985:13).

Penulis menjadikan hasil wawancara terhadap advokat, hakim, panitera serta klien sebagai sumber data sekunder, karena wawancara tersebut yang menjadi pendukung/penjelas dari sumber data primer.

4. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: a. Wawancara

(21)

yaitu wawancara yang di dalamnya terdapat pengarahan atau struktur tertentu, yaitu : rencana pelaksanaan, mengatur daftar pertanyaan dan membatasi jawaban, memperhatikan karakteristik yang diwawancarai, membatasi aspek-aspek yang di periksa. Biasanya wawancara terarah mempergunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan (Soemitro, 1988:60).

Wawancara dilakukan terhadap para responden/subjek penelitian yaitu beberapa hakim, beberapa panitera, para pihak yang berperkara dan advokat yang berpraktek di Pengadilan Agama Salatiga. Metode ini digunakan untuk menggali data tentang peranan advokat di Pengadilan Agama Salatiga dalam membantu klien menemukan keadilan.

b. Observasi

Observasi adalah melihat dan mengamati kondisi kasus dan orang-orang yang terlibat di dalamnya tanpa mengajukan pertanyaan-pertanyaan (Sumanto, 1995:88-90). Observasi ini digunakan untuk menggali data yang berhubungan dengan peranan para Advokat dengan melihat tingkah laku Advokat saat berada di Pengadilan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu alat pengumpulan data melalui data tertulis (Soekanto, 1984:21). Data tertulis tersebut berupa buku-buku, surat kabar, jurnal, dan buku register pengadilan baik bulana maupun tahunan.

5. Analisis Data

(22)

yang penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisis data tersebut dapat memberikan arti dan makna yang berguna untuk menyelesaikan masalah penelitian.

Dalam analisis data ini penulis menggunakan analisis data deskriptif kualitatif. Deskriptif yaitu penyelidikan yang menuturkan, menggambarkan, menganalisa, dan mengklasifikasikan penyelidikan dengan teknik survey, interview dan observasi. (Surakhmad, 1990:139)

Kualitatif adalah penelitian yang tidak menggunakan statistik (Moleong, 2007:6). Dalam melaksanakan analisa, peneliti bergerak diantara tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan yang aktivitasnya berbentuk interaksi dengan proses pengumpulan data sebagai proses siklus.

Dalam menyusun data, penulis tidak menggunakan rumus-rumus statistik, akan tetapi menggunakan bentuk tabulasi yaitu penyusunan dalam bentuk tabel. Lewat tabulasi data lapangan akan tampak ringkas dan tersusun ke dalam satu tabel yang baik, data dapat dibaca dengan mudah serta makna akan mudah dipahami. (Kuentjaraningrat, 1994:280)

6. Pengecekan Keabsahan Data

(23)

dengan buku yang berhubungan dengan penelitian (Moleong,1989:195). Tujuan dari pengecekan keabsahan data tersebut yaitu supaya memperoleh data yang valid.

7. Tahap-Tahap Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, penulis menentukan tema yang cocok untuk diteliti serta mengumpulkan data-data yang sesuai dengan tema. Setelah itu, penulis mencari permasalahan yang menarik untuk diteliti dan menentukan judul yang sesuai dengan permasalahan.

Kemudian penulis melakukan observasi yang dilanjutkan dengan wawancara kepada subjek penelitian yang bersangkutan di lapangan. Hasil dari observasi dan wawancara dibandingkan dengan data-data lain, supaya tahu sesuai tidaknya data-data yang ada dengan kenyataan yang telah terjadi di lapangan. Setelah semua data terkumpul, langkah selanjutnya adalah penyusunan hasil penelitian ke dalam sebuah laporan penelitian.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Dalam rangka mempermudah proses pembahasan dan pencapaian ide dan tema dalam penelitian ini, maka penulis merangkai dan merancang sistematika pembahasan ke dalam lima bab, yaitu sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

(24)

Bab III berisi tentang profil Pengadilan Agama Salatiga, data-data para klien yang menggunakan Advokat dan yang tidak menggunakan Advokat, peranan Advokat di Pengadilan Agama Salatiga dan faktor-faktor yang melatarbelakangi masyarakat menggunakan dan tidak menggunakan jasa Advokat.

Bab IV Analisis Terhadap peranan Advokat di Pengadilan Agama Salatiga dan analisis terhadap faktor yang melatarbelakangi masyarakat menggunakan dan tidak menggunakan jasa Advokat.

(25)

BAB II

KAJIAN TENTANG PERANAN ADVOKAT

Advokat sebagai pemberi bantuan hukum atau jasa hukum kepada masyarakat atau klien yang menghadapi masalah hukum keberadaannya sangat dibutuhkan. Masalah pemberian jasa hukum oleh Advokat ternyata bukan sesuatu yang baru sekarang dilakukan. Pemberian jasa hukum merupakan kebutuhan masyarakat untuk menyelesaikan perselisihan di antara mereka. Advokat dapat berperan sebagai pendamping, pemberi nasehat hukum, atau menjadi kuasa hukum untuk dan atas nama kliennya (Rosyadi, 2003:17).

Kajian tentang peranan Advokat adalah sebagai berikut:

A. Definisi Advokat

Kegiatan advokasi adalah kegiatan atau upaya yang dilakukan oleh seorang Advokat atau penasehat hukum yang melaksanakan asas kebenaran, persamaan dihadapan hukum, asas kepastian berdasarkan hukum, guna memperjuangkan hak-hak dan kewajiban pihak yang didampingi dalam rangka mewujudkan kesetaraan hak-hak kewajiban masing-masing pihak (Gofar, 2003:13).

Advokat berasal dari bahasa Latin yaitu “Advocatus” mengandung arti seorang

ahli hukum yang memberikan bantuan atau pertolongan dalam soal-soal hukum. Bantuan atau pertolongan ini bersifat memberi nasehat-nasehat sebagai jasa-jasa baik, dalam perkembangannya kemudian dapat diminta oleh siapapun yang memerlukan, membutuhkannya untuk beracara dalam hukum (Wlas, 1989:2).

(26)

hukum berdasarkan surat kuasa yang diberikan untuk pembelaan atau penuntutan pada acara persidangan di Pengadilan atau beracara di Pengadilan. Advokat adalah termasuk Penasehat Hukum, Pengacara dan para konsultan hukum (Pandu, 2001: 76).

Secara etimologi, Advokat berasal dari kata Advocate yang artinya penyokong atau penganjur. Sedangkan secara terminologi tugas Advokat adalah melaksanakan kegiatan advokasi yaitu suatu kegiatan atau upaya yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang untuk menfasilitasi dan memperjuangkan hak-hak maupun kewajiban klien seseorang atau kelompok berdasarkan aturan hukum yang berlaku (Mimbar hukum, 2003:13).

Di dalam UU No 18 Tahun 2003 Tentang Advokat diterangkan bahwa Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar Pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan undang-undang ini.

B. Advokat Dalam Perspektif Islam

1. Sejarah Pemberian Jasa Hukum Dalam Islam

Pada dasarnya, pemberian jasa hukum kepada para pihak yang bersengketa telah berlangsung sejak lama. Dalam catatan sejarah peradilan Islam, praktek pemberian jasa hukum telah dikenal sejak zaman pra-Islam. Pada saat itu, meskipun belum terdapat system peradilan yang terorganisir, setiap ada perssengketaan mengenai hak milik, hak waris, dan hak-hak lainnya sering kali diselesaikan melalui bantuan juru damai atau wasit yang ditunjuk oleh masing-masing pihak yang berselisih.

(27)

dan memiliki kekuatan supranatural. Atas dasar persyaratan tadi, pada umumnya pemberi jasa hukum itu terdiri atas ahli nujum. Karena itu dalam pemeriksaan dan penyelesaian persengketaan dikalangan mereka lebih banyak menggunakan kekuatan firasat daripada alat-alat bukti, seperti saksi atau pengakuan. (Rosyadi, 2003:36)

Pada waktu Islam datang dan berkembang yang dibawa oleh Nabi Muhammad, praktek pemberian jasa hukum terus berjalan dan dikembangkan sebagai alternatif penyelesaian sengketa dengan memodifikasi yang pernah berlaku pada masa pra-Islam. Hal-hal yang bersifat takhayul dan syirik mulai dieliminir secara bertahap dan disesuaikan dengan al-qur’an dan as-sunah. Pada awal perkembangan Islam, tradisi pemberian bantuan jasa hukum lebih berkembang pada masyarakat Makkah sebagai pusat perdagangan untuk menyelesaikan sengketa bisnis diantara mereka (Rosyadi, 2003:37).

Perkembangan pemberian jasa hukum lebih berkembang pada masa Umar bin Khattab yang mulai melimpahkan wewenang peradilan kepada pihak lain yang memiliki otoritas. Umar bin Khattab mulai membenahi lembaga peradilan untuk memulihkan kepercayaan umat terhadap lembaga peradilan.

Pembicaraan Advokat dalam perspektif sejarah Islam tidak bisa dilepaskan dengan perkembangan hukum Islam itu sendiri yang mengikuti geraknya masyarakat pada waktu itu. Nabi Muhammad SAW, sebagai figure tunggal yang sangat dipercaya telah memberikan contoh bagi umat, tentang bagaimana beliau menyelesaikan sengketa dengan cara yang dapat diterima oleh semua pihak tanpa menimbulkan keraguan dan penyesalan (Rosyadi, 2003:38).

(28)

Profesi jasa hukum dalam perspektif Islam ada tiga kategori yaitu hakam, mufti, dan mashalaih-alaih. Fungsi mereka sama halnya seperti advokat, pengacara,

konsultan hukum atau penasehat hukum yang berperan sebagai pemberi jasa hukum (Rosyadi, 2003: 39).

a. Hakam

Hakam adalah orang yang ditunjuk sebagai penengah dalam

menyelesaikan sengketa.

Sumber hukumnya adalah firman Allah QS. An-Nisa’: 35 yaitu :

(29)

Artinya:

“Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka kirimlah

seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.

Tugas dan Fungsi Hakam:

1. Tugas hakam yaitu memberikan bantuan, nasehat mengenai perkara yang ditanganinya sesuai dengan hukum yang ada.

2. Fungsi hakam adalah berusaha mendamaikan para pihak yang bersengketa, supaya menyelesaikan masalahnya secara damai atau kekeluargaan.

b. Mufti

Mufti adalah orang yang memberi fatwa. Fatwa pada dasarnya sama

(30)

Artinya :

mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah) Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, Maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, Maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan perempuan, Maka bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

Tugas dan fungsi Mufti yaitu memberikan putusan hukum dalam masalah tertentu, tetapi bersifat tidak mengikat bagi yang meminta fatwa. (Rosyadi, 2003:47)

c. Mushalih-Alaih

Mushalih-Alaih adalah suatu jenis aqad (perjanjian) untuk mengakhiri perlawanan

antara dua orang yang berlawanan. (Rosyadi, 2003:51)

Sumber hukum Mushalih-Alaih yaitu QS.AL-Hujarat ayat 9 yaitu:

(31)

Artinya:

”Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah

kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil”.

C. Peranan Advokat Dalam UU No 18 Tahun 2003

Pasal 24 ayat 1 UUD 1945 menyatakan bahwa kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Oleh karena itu, selain pelaku kekuasaan kehakiman yaitu mahkamah agung dan mahkamah konstitusi, badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman juga harus mendukung terlaksananya kekuasaan kehakiman yang merdeka. Salah satunya adalah profesi Advokat yang bebas, mandiri dan bertanggung jawab yang selanjutnya diatur dalam UU No 18 Tahun 2003.

Dalam menjalankan profesinya, peranan yang harus diberikan seorang Advokat adalah

1. Memberikan konsultasi hukum 2. Memberikan bantuan hukum 3. Menjalankan kuasa atas nama klien 4. Mewakili klien

(32)

6. Membela klien

7. Melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum klien

Melalui jasa hukum yang diberikan, Advokat menjalankan tugas profesinya demi tegaknya keadilan berdasarkan hukum untuk kepentingan masyarakat pencari keadilan baik di dalam maupun di luar Peradilan (UU Advokat, 2003:23).

Dalam UU ini diatur secara komprehensif berbagai ketentuan penting yang melingkupi profesi Advokat, dengan tetap mempertahankan prinsip kebebasan dan kemandirian Advokat seperti dalam pengangkatan, pengawasan, dan penindakan serta ketentuan bagi pengembangan organisasi Advokat yang kuat dimasa mendatang. Di samping itu diatur pula berbagai prinsip dalam penyelenggaraan tugas profesi Advokat khususnya dalam peranannya dalam menegakkan keadilan serta terwujudnya prinsip-prinsip negara hukum pada umumnya.

Dalam pasal 4 ayat (1) sebelum menjalankan profesinya, Advokat wajib bersumpah menurut agamanya atau janji dengan sungguh-sungguh di sidang terbuka Pengadilan Tinggi di wilayah domisili hukumnya.

(33)

atau tidak tergantung kepada profesi Advokat dan organisasi Advokat yang telah dijamin kemerdekaan dan kebebasannya dalam Undang-Undang Advokat.

Untuk mewujudkan profesinya, Advokat juga berfungsi sebagai penegak hukum dan keadilan juga ditentukan oleh Organisasi Advokat. Undang-Undang Advokat telah memberikan aturan tentang pengawasan, tindakan-tindakan terhadap pelanggaran, dan pemberhentian Advokat yang pelaksanaannya dijalankan oleh Advokat. Dalam pasal 6 UU No 18 Tahun 2003 seorang Advokat dapat dikenai tindakan dengan alasan:

a.Mengabaikan atau menelantarkan kepentingan kliennya

b. Berbuat atau bertingkah laku yang tidak patut terhadap lawan atau rekan seprofesinya c. Bersikap, bertingkah laku, bertutur kata, atau mengeluarkan pernyataan yang

menunjukkan sikap tidak hormat terhadap hukum, peraturan perundang-undangan, atau peradilan

d. Berbuat hal-hal yang bertentangan dengan kewajiban, kehormatan, atau harkat dan martabat profesinya

e. Melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan dan atau perbuatan tercela

f. Melanggar sumpah atau janji Advokat dan/atau kode etik profesi Advokat

Dalam pasal 7 ayat (1) dijelaskan bahwa jenis tindakan yang dikenakan terhadap Advokat dapat berupa teguran lisan, teguran tertulis, pemberhentian sementara dari profesinya selama 3 (tiga) sampai (12 dua belas) bulan, dan pemberhentian tetap dari profesinya.

(34)

keturunan, ras, atau latar belakang sosial dan budaya. Dalam bab VI tentang bantuan hukum cuma-cuma pada pasal 22 dijelaskan bahwa Advokat wajib memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu. Ketentuan mengenai persyaratan dan tatacara pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Dalam menjalankan peranannya, seorang Advokat wajib tunduk dan mematuhi Kode Etik Profesi Advokat dan Ketentuan Kehormatan Organisasi Advokat.

D. Peranan Advokat Dalam Kode Etik Advokat

Kode Etik ini bersifat mengikat serta wajib dipatuhi oleh mereka yang menjalankan profesi Advokat/Penasehat Hukum sebagai pekerjaannya (sebagai mata pencaharian-nya) maupun oleh mereka yang bukan Advokat/Penasehat Hukum akan tetapi menjalankan fungsi sebagai Advokat/Penasehat Hukum atas dasar kuasa insidentil atau yang dengan diberikan izin secara insidentil dari pengadilan setempat (www.makalahdanskripsi, diakses tanggal 7 oktober 2010).

Kode etik pada pokoknya mengatur tentang hal kepribadian Advokat, hubungan dengan klien, hubungan dengan teman sejawat, cara bertindak dalam menangani perkara dan memuat ketentuan-ketentuan lainnya (Wlas, 1989:12).

(35)

Indonesia.

Pada dasarnya, Kode Etik Advokat dan Undang-Undang Advokat mengatur tentang hubungan Advokat dengan Klien dan Hubungan Advokat dengan teman sejawat. Hubungan antara Advokat dengan klien diatur di dalam Pasal 4 Kode Etik Advokat, yaitu:

a. Advokat dalam perkara-perkara perdata harus mengutamakan penyelesaian dengan jalan damai.

b. Advokat tidak dibenarkan memberikan keterangan yang dapat menyesatkan klien mengenai perkara yang sedang diurusnya.

c. Advokat tidak dibenarkan menjamin kepada kliennya bahwa perkara yang ditanganinya akan menang.

d. Dalam menentukan besarnya honorarium Advokat wajib mempertimbangkan kemampuan klien.

e. Advokat tidak dibenarkan membebani klien dengan biaya-biaya yang tidak perlu. f. Advokat dalam mengurus perkara cuma-cuma harus memberikan perhatian yang

sama seperti terhadap perkara untuk mana ia menerima uang jasa.

g. Advokat harus menolak mengurus perkara yang menurut keyakinannya tidak ada dasar hukumnya.

h. Advokat wajib memegang rahasia jabatan tentang hal-hal yang diberitahukan oleh klien secara kepercayaan dan wajib tetap menjaga rahasia itu setelah berakhirnya hubungan antara Advokat dan klien itu.

(36)

menimbulkan kerugian yang tidak dapat diperbaiki lagi bagi klien yang bersangkutan, dengan tidak mengurangi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf (a).

Hubungan antara Advokat dengan klien sangat erat kaitannya dengan pekerjaan utama Advokat sebagai profesi seperti: pemberian nasihat hukum kepada masyarakat yang memerlukannya, pembelaan kepentingan masyarakat, membuat draf kontrak (perjanjian) bagi kepentingan para pihak yang berminat untuk mengadakan hubungan dagang atau hubungan kerja, memfasilitasi kepentingan masyarakat yang menjadi kliennya dalam suatu proses perundingan guna menyelesaikan perselisihan hukum dan lain-lain.

Adapun bentuk peranan Advokat yang tertian dalam Kode Etik Advokat yaitu 1. Memperjuangkan Hak Asasi Manusia dalam Negara Hukum Indonesia

2. Melaksanakan Kode Etik Advokat

3. Memegang teguh sumpah Advokat dalam rangka menegakkan hukum, keadilan dan kebenaran

4. Menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan Advokat terhadap masyarakat 5. Menangani perkara-perkara sesuai Kode Etik Advokat

6. Membela klien dengan cara jujur dan bertanggung jawab

7. Menjaga hubungan baik dengan klien maupun dengan teman sejawat antara sesama Advokat yang didasarkan pada kejujuran, kerahasiaan dan keterbukaan serta saling menghargai dan mempercayai

(37)

10.Membela kepentingan hukum 11.Mewakili klien dimuka pengadilan

12.Memberikan bantuan hukum dengan cuma-cuma kepada rakyat yang lemah dan tidak mampu (Rambe, 2001:29).

Di dalam pelaksanaan Kode Etik Advokat, sering sekali terjadi pelanggaran terhadap Kode Etik yang dilakukan oleh para Advokat. Terhadap pelanggaran-pelanggaran Kode Etik Advokat tersebut, Kode Etik Advokat telah mengatur mengenai hukum acara pelanggaran Kode Etik yang dilakukan oleh Advokat.

Dengan adanya pelanggaran-pelanggaran, seorang Advokat dapat dikenai sanksi seperti yang tertuang dalam pasal 16 ayat 1 yaitu hukuman yang diberikan dalam keputusan Majelis Dewan Kehormatan dapat berupa:

1. Peringatan biasa 2. Peringatan keras

3. Pemberhentian sementara untuk waktu tertentu 4. Pemecatan dari keanggotaan organisasi profesi

E. Peranan Advokat Di Pengadilan Agama

(38)

dimaksud dengan pemberian jasa hukum yang dilakukan Advokat adalah mendampingi, menjadi kuasa, memberikan bantuan hukum kepada kliennya bersifat sosial. (Rosyadi, 2003:64)

Dalam menjalankan profesinya seorang Advokat harus memegang teguh sumpah Advokat dalam rangka menegakkan hukum , keadilan, dan kebenaran. Advokat adalah profesi yang bebas, yang tidak tunduk pada hirarki jabatan dan tidak tunduk pada perintah atasan, dan hanya menerima perintah atau order atau kuasa dari klien berdasarkan perjanjian yang bebas, baik yang tertulis maupun tidak tertulis, yang tunduk pada kode etik profesi Advokat dan tidak tunduk pada kekuasaan publik (Rambe, 2001:33).

Selama ini terdapat kesan pro dan kontra di masyarakat terhadap peran Advokat yang berpraktek di Pengadilan. Oleh karena itu, seorang Advokat yang akan melakukan praktek di Pengadilan Agama untuk mendampingi kliennya atau menjadi kuasa atas nama kliennya agar mendapat simpatik dari masyarakat tentu harus mengikuti hukum acara yang berlaku di lingkungan Peradilan Agama. Dengan mengikuti aturan ini dapat meminimalkan praktek yang menyimpang, sehingga dapat dipertanggungjawabkan prosedurnya. Prosedur mendapatkan jasa hukum Advokat adalah berkaitan dengan aturan baku yang ditetapkan hukum acara di lingkungan Peradilan Agama maupun aturan kepengacaraan yang berlaku (Rosyadi, 2003:65).

Hukum acara yang berlaku di Pengadilan Agama diatur dalam Bab IV UU No. 7 Tahun 1989 mulai pasal 54-105. pasal 54 menyatakan:

“Hukum acara yang berlaku pada pengadilan dalam lingkungan peradilan agama adalah

hukum acara perdata yang berlaku pada pengadilan dalam lingkungan peradilan umum,

(39)

Hukum acara perdata adalah rangkaian peraturan-peraturan yang memuat cara bagaimana orang harus bertindak terhadap dan di muka pengadilan dan cara bagaimana pengadilan itu harus bertindak satu sama lain untuk melaksanakan berjalannya peraturan hukum perdata (Projodikoro, 1978:13).

Perkara perdata yang menjadi kekuasaan absolut peradilan agama mengenai perkara-perkara tertentu antara orang-orang yang beragama islam adalah seperti yang diatur pada pasal 49 yaitu perkawinan, wasiat dan hibah yang dilakukan berdasarkan hukum islam, wakaf dan shadaqoh. Perkara-perkara yang diajukan oleh para pihak yang bersengketa kepada pihak Pengadilan Agama, bagian terbesar adalah masalah perkawinan yang berkaitan dengan perceraian dengan segala akibat hukumnya. Prosedur acara bidang perkawinan, bila terjadi persengketaan atau masalah yang timbul dari para pihak untuk mengajukan gugatan: perkara cerai talak diatur melalui pasal 66-72, perkara cerai gugat diatur melalui pasal 73-86 dan perkara cerai dengan alasan zina diatur melalui pasal 87-88. Keberadaan Advokat untuk berperan dalam memberikan jasa hukum kepada pihak-pihak yang bersengketa dalam perkawinan, khususnya perceraian diatur melalui pasal 73 ayat 1 yaitu:

“Gugatan perceraian diajukan oleh istri atau kuasanya kepada pengadilan yang daerah

hukumnya meliputi tempat kediaman tergugat, kecuali apabila penggugat dengan sengaja

meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa izin tergugat.”

(40)

klien dan advokat. Tanpa surat kuasa dari para pihak, maka Advokat tidak mempunyai wewenang untuk melakukan tindakan hukum apapun yang mengatasnamakan para pihak dalam menyelesaikan perkara. Surat kuasa dilakukan dalam bentuk kontrak antara pihak pemberi kuasa (klien) kepada yang menerima kuasa (Advokat). (rosyadi, 2003:66)

Peran Advokat dalam memberi jasa hukum kepada pihak-pihak yang bersengketa, terlebih dahulu mendamaikan melalui berbagai cara. Misalnya dengan menhubungi pihak suami-istri, pihak keluarga masing-masing,dan lain-lain. Apabila perceraian sudah terjadi di Pengadilan, maka para pihak harus siap menerima segala putusan pengadilan dengan segala resiko. Peran Advokat dalam hal ini adalah memberikan kekuatan moril dengan menjelaskan segala kesalahan, kekurangan dan kelemahan kliennya agar dapat menerima putusan itu secara ikhlas (Rosyadi, 2003:68).

Peran Advokat yang berpraktek di Pengadilan Agama dalam memberikan jasa hukum dianggap positif bagi pencari kebenaran dan penegakan keadilan. Peran positif Advokat berupa:

1) Mempercepat penyelesaian administrasi, baik permohonan cerai talak maupun gugatan cerai bagi kelancaran persidangan di pengadilan

2) Membantu menghadirkan para pihak yang berperkara di pengadilan sesuai dengan jadual persidangan

3) Memberikan pemahaman hukumyang berkaitan dengan duduk perkara dan posisinya, terhadap para pihak dalam menyampaikan permohonan atau gugatan atau menerima putusan pengadilan agama

(41)

5) Mewakili para pihak yang tidak dapat hadir dalam proses persidangan lanjutan, sehingga memperlancar proses persidangannya

6) Dalam memberikan bantuan hukum, sebagai Advokat professional, tetap menjunjung tinggi sumpah Advokat, kode etik profesi dalam menjalankan peran sesuai dengan tugas dan fungsinya. (Rosyadi, 2003:70)

Keuntungan menggunakan Advokat ini, mulai dari proses administrasi sampai pendaftaran pengajuan gugatan pihak penggugat selalu didampingi Advokat. Kemudian di dalam persidangan mereka hanya mengikuti satu kali saja pada saat persidangan pendahuluan. Setelah itu mereka tidak mengikuti lagi, karena proses selanjutnya diserahkan kepada pengacaranya sampai selesai dan terjadi putusan oleh pihak pengadilan mereka datang lagi untuk mendengarkan langsung dan terkadang hanya menerima surat putusan saja. Dalam proses ini dapat dikatakan selama persidangan yang banyak terlibat justru antara pihak Advokat dengan Advokat bersama hakim di Pengadilan.

(42)

BAB III

PERAN ADVOKAT DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA

A. Profil Pengadilan Agama Salatiga

Pengadilan Agama memiliki peran penting dalam penyelesaian masalah yang berkaitan dengan umat muslim, khususnya masalah Perdata Islam. Jadi segala perkara Perdata Islam yang menyangkut kehidupan umat muslim, penyelesaiannya adalah menjadi wewenang Pengadilan Agama. Ketentuan ini tertulis dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan pasal 63 ayat 1 yang berbunyi: “Yang dimaksud dengan Pengadilan dalam Undang-Undang ini adalah Pengadilan Agama bagi mereka yang beragama Islam, Pengadilan Umum bagi lainnya.”. Wewenang Pengadilan Agama tersebut dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Kewenangan Absolut

Kewenangan Absolut yaitu kewenangan Pengadilan untuk mengadili berdasarkan materi hukum (hukum materiil). (Musthofa,2005:9). perkara-perkara yang boleh ditangani Pengadilan Agama, yaitu:

a. Pencegahan Perkawinan b. Perwalian

c. Cerai Talak d. Pengesahan anak e. Dispensasi Kawin f. Waris

(43)

h. Harta Bersama i. Hibah

j. Cerai Gugat k. Wakaf l. Wasiat

m. Penguasaan Anak 2. Kewenangan Relatif

Kewenangan Relatif yaitu yaitu kekuasaan mengadili berdasarkan wilayah atau daerah. Kewenangan ini berdasarkan tempat atau kedudukannya. Pengadilan Agama berkedudukan di kota atau di ibu kota kabupaten maka daerah hukumnya meliputi wilayah Kota atau Kabupaten. (Musthofa,2005:11)

Pengadilan Agama Salatiga membawahi daerah hukum meliputi seluruh wilayah Kota Salatiga dan beberapa Kecamatan yang secara adiministrasi termasuk wilayah Kabupaten. Wilayah tersebut meliputi:

a. Wilayah Kota Salatiga 1) Kecamatan Sidorejo 2) Kecamatan Sidomukti 3) Kecamatan Tingkir 4) Kecamatan Argomulyo

(44)

3) Kecamatan Susukan 4) Kecamatan Pabelan 5) Kecamatan Suruh 6) Kecamatan Beringin 7) Kecamatan Getasan

Pengadilan Agama Salatiga dilaksanakan melalui lembaga-lembaga di bawah pimpinan Ketua. Berikut ini struktur organisasi Pengadilan Agama Salatiga:

B. Data Perkara Di Pengadilan Agama Salatiga

Seperti telah ditulis sebelumnya, bahwa kewenangan Pengadilan Agama sangat banyak, namun kebanyakan perkara yang masuk adalah perkara perceraian. Oleh karena itu,

(45)

penggunaan jasa Advokat hanya terjadi dalam perkara perceraian, baik cerai gugat maupun cerai talak.

Di bawah ini penulis akan menyajikan data perkara yang telah masuk ke Pengadilan Agama Salatiga dari bulan september sampai bulan oktober tahun 2010. perkara tersebut meliputi perkara gugatan maupun permohonan. Jumlah perkara yang masuk dari bulan sebtember hingga Oktober tahun 2010 adalah 166 perkara. Perkara yang menggunakan jasa Advokat dari bulan September hingga Oktober tahun 2010 adalah 20 perkara. Di bawah ini penulis menyajikan data dalam bentuk tabel.

Tabel 1.1 Perkara Bulan September Tahun 2010

NO

NOMOR

PERKARA

JENIS

PERKARA

(46)

13 0650/G/2010 Cerai Gugat 14 0651/G/2010 Cerai Gugat 15 0630/G/2010 Dispensasi Nikah 16 0652/G/2010 Cerai Gugat 17 0653/G/2010 Cerai Talak 18 0654/G/2010 Cerai Talak 19 0655/G/2010 Cerai Talak 20 0656/G/2010 Cerai Gugat 21 0631/G/2010 Penetapan Waris 22 0632/G/2010 Pengangkatan Anak 23 0657/G/2010 Cerai Gugat

(47)
(48)

59 0693/G/2010 Cerai Talak 60 0694/G/2010 Cerai Gugat 61 0695/G/2010 Cerai Gugat 62 0696/G/2010 Cerai Talak 63 0697/G/2010 Cerai Gugat 64 0698/G/2010 Cerai Gugat 65 0699/G/2010 Cerai Talak 66 0700/G/2010 Cerai Gugat 67 0701/G/2010 Cerai Talak 68 0702/G/2010 Cerai Gugat 69 0703/G/2010 Cerai Gugat 70 0704/G/2010 Cerai Gugat 71 0033/G/2010 Dispensasi Nikah 72 0705/G/2010 Cerai Talak 73 0706/G/2010 Cerai Gugat 74 0707/G/2010 Cerai Gugat 75 0708/G/2010 Cerai Talak 76 0709/G/2010 Cerai Gugat 77 0710/G/2010 Cerai Gugat 78 0711/G/2010 Cerai Gugat 79 0712/G/2010 Cerai Talak

(49)

NO

NOMOR

PERKARA

JENIS

PERKARA

1 0713/G/2010 Cerai Talak

2 0714/G/2010 Cerai Talak

3 0715/G/2010 Cerai Gugat

4 0716/G/2010 Cerai Talak

5 0717/G/2010 Cerai Gugat

6 0718/G/2010 Cerai Talak

7 0719/G/2010 Cerai Talak

8 0720/G/2010 Cerai Gugat

9 0721/G/2010 Cerai Talak

10 0722/G/2010 Cerai Gugat

11 0723/G/2010 Cerai Gugat

12 0724/G/2010 Cerai Gugat

13 0034/G/2010 Pengasuhan Anak

14 0725/G/2010 Cerai Gugat

15 0726/G/2010 Cerai Gugat

16 0727/G/2010 Cerai Talak

17 0728/G/2010 Cerai Gugat

18 0729/G/2010 Cerai Gugat

19 0730/G/2010 Cerai Gugat

20 0731/G/2010 Cerai Gugat

(50)

22 0733/G/2010 Cerai Gugat

23 0734/G/2010 Cerai Gugat

24 0735/G/2010 Cerai Gugat

25 0736/G/2010 Cerai Talak 26 0737/G/2010 Cerai Talak

27 0738/G/2010 Cerai Gugat

28 0739/G/2010 Cerai Gugat

29 0740/G/2010 Cerai Gugat

30 0741/G/2010 Cerai Gugat

31 0742/G/2010 Cerai Talak

32 0743/G/2010 Cerai Gugat

33 0744/G/2010 Cerai Talak 34 0745/G/2010 Cerai Talak 35 0746/G/2010 Cerai Talak 36 0747/G/2010 Cerai Talak

37 0748/G/2010 Cerai Gugat

38 0749/G/2010 Cerai Talak

39 0750/G/2010 Cerai Gugat

40 0751/G/2010 Cerai Talak

41 0752/G/2010 Cerai Gugat

42 0753/G/2010 Cerai Gugat

43 0754/G/2010 Cerai Talak

(51)

45 0756/G/2010 Cerai Gugat

46 0757/G/2010 Cerai Gugat

47 0758/G/2010 Cerai Gugat

48 0759/G/2010 Cerai Gugat

49 0760/G/2010 Cerai Gugat

50 0761/G/2010 Poligami

51 0762/G/2010 Cerai Gugat

52 0763/G/2010 Cerai Talak 53 0764/G/2010 Cerai Talak 54 0765/G/2010 Cerai Talak

55 0766/G/2010 Cerai Gugat

56 0767/G/2010 Cerai Gugat

57 0768/G/2010 Cerai Gugat

58 0769/G/2010 Cerai Talak 59 0770/G/2010 Cerai Talak 60 0771/G/2010 Cerai Talak 61 0772/G/2010 Cerai Talak

62 0773/G/2010 Cerai Gugat

63 0774/G/2010 Cerai Talak

64 0775/G/2010 Cerai Gugat

65 0776/G/2010 Cerai Gugat

66 0777/G/2010 Cerai Talak

(52)

68 0779/G/2010 Cerai Gugat

69 0780/G/2010 Cerai Gugat

70 0781/G/2010 Cerai Gugat

71 0782/G/2010 Cerai Gugat

72 0783/G/2010 Cerai Talak 73 0784/G/2010 Cerai Talak 74 0785/G/2010 Cerai Talak 75 0786/G/2010 Cerai Talak 76 0787/G/2010 Cerai Talak

77 0788/G/2010 Cerai Gugat

78 0789/G/2010 Cerai Gugat

79 0790/G/2010 Cerai Talak 80 0791/G/2010 Cerai Talak 81 0792/G/2010 Cerai Talak

82 0793/G/2010 Cerai Gugat

83 0794/G/2010 Cerai Talak

84 0795/G/2010 Cerai Gugat

85 0796/G/2010 Cerai Talak 86 0797/G/2010 Cerai Talak 87 0798/G/2010 Cerai Talak

(53)

NO

(54)

8 0751/G/2010 Cerai Talak

9 0753/G/2010 Cerai Gugat

10 0758/G/2010 Cerai Gugat

11 0767/G/2010 Cerai Gugat

12 0768/G/2010 Cerai Gugat

C. Peranan Advokat Dalam Menangani Perkara Di Pengadilan Agama Salatiga

1. Prosedur Berperkara (Perceraian) Di Pengadilan Agama Salatiga a. Prosedur Berperkara Tanpa Menggunakan Jasa Advokat

(55)

Kemudian di meja II petugas memasukkan berkas perkara ke buku register, memberikan salinan berkas kepada Penggugat/Pemohon dan Wakil Panitera. Wakil Panitera mencatat berkas ke buku pantauan dan menyerahkan kepada Panitera. Panitera menyampaikan berkas perkara kepada Ketua Pengadilan. Selanjunya Ketua Pengadilan menunjuk Hakim Ketua Majlis dan anggotanya untuk menangani perkara tersebut dan mengembalikan berkas kepada Panitera, lalu Panitera menunjuk Panitera Pengganti dan menyerahkan berkas kepada Hakim Ketua Majlis yang telah ditunjuk Ketua Pengadilan. Setelah berkas perkara diterima, Hakim Ketua Majlis menetapkan hari sidang dan memberitahu hakim anggotanya, kemudian memerintahkan Juru Sita untuk memanggil para pihak. Pemanggilan oleh Juru Sita/Juru Sita Pengganti dilakukan sekurang-kurangnya tiga hari sebelum hari sidang.

Pada hari yang telah ditentukan yaitu sidang pertama, ketua majlis terlebih dahulu memeriksa para pihak yang berperkara dan menganjurkan upaya damai/mediasi, jika gagal sidang dilanjutkan dengan pembacaan gugatan/permohonan pada sidang kedua dan pada sidang ketiga dilanjutkan dengan pemberian jawaban dari Tergugat/Termohon secara langsung.

(56)

oleh Penggugat/Pemohon dan Tergugat/Termohon secara langsung. Setelah kesimpulan pada sidang ketujuh, sidang dilanjutkan dengan musyawarah Hakim dan pembacaan putusan oleh Majlis Hakim.

b. Prosedur Berperkara Dengan Menggunakan Jasa Advokat

Prosedur berperkara di Pengadilan Agama adalah pertama-tama Penggugat/Pemohon atau melalui kuasa hukumnya (Advokat) mengajukan surat gugatan/permohonan yang dilengkapi dengan Surat Kuasa Advokat yang sudah dilegalisir ke meja I untuk ditaksir biaya perkaranya dan dibuatkan SKUM (Surat Keterangan Untuk Membayar) rangkap tiga yang sudah dipertimbangkan jarak dan kondisi daerah tempat tinggal para pihak, kemudian dikembalikan kepada penggugat/pemohon atau kuasanya. Penggugat/Pwemohon atau kuasa hukumnya membayar panjar biaya perkara dibagian kasir dan menyerahkan berkas gugatan/permohonan yang sudah dilengkapi SKUM dan juga surat kuasa Advokat yang mendampinginya. Bagian kasir menerakan nomor perkara sesuai nomor SKUM, menandatangani SKUM, memberi cap pembayaran, memasukkan perkara ke dalam jurnal dan menyerahkan kepada meja II.

(57)

Hakim Ketua Majlis yang telah ditunjuk Ketua Pengadilan. Setelah berkas diterima, Hakim Ketua Majlis menetapkan hari sidang dan memberitahu hakim anggotanya yang kemudian memerintahkan Juru Sita untuk memanggil para pihak. Pemanggilan oleh Juru Sita/Juru Sita pengganti dilakukan sekurang-kurangnya tiga hari sebelum hari sidang.

Pada hari yang telah ditentukan yaitu pada sidang pertama, Ketua Majlis terlebih dahulu memeriksa para pihak beserta Advokat yang mendampinginya dan menganjurkan upaya damai/mediasi. Jika mediasi gagal, dilanjutkan dengan sidang kedua yaitu pembacaan gugatan/permohonan oleh Penggugat/pemohon oleh Advokat yang mendampinginya. Pada persidangan ketiga, dilanjutkan dengan pemberian jawaban dari Tergugat/Termohon atau replik dari Advokat yang mendampinginya secara tertulis yang dibuat oleh Advokat tersebut. Jawaban yang berupa tulisan yang dibuat oleh Advokat diserahkan kepada Ketua Majlis dan Penggugat/Pemohon atau kuasa hukumnya akan mendapatkan satu kopian jawaban tersebut. Sebelum jawaban diajukan ke persidangan, maka dimusyawarahkan terlebih dahulu dengan pemberi kuasa.

(58)

keterangan disumpah oleh Hakim. Setelah itu, sidang ditunda untuk kesimpulan oleh Penggugat/Pemohon dan Tergugat/Termohon atau Advokat yang mendampinginya secara tertulis di sidang ketujuh. Setelah kesimpulan, sidang dilanjutkan dengan pembacaan putusan oleh Majlis Hakim.

2. Peranan Advokat Di Pengadilan Agama Salatiga

Dalam menjalankan profesinya seorang Advokat harus memegang teguh sumpah Advokat dalam rangka menegakkan hukum, keadilan, dan kebenaran. Banyak orang yang membutuhkan jasa Advokat, akan tetapi tidak semua bisa membayar jasanya/memberikan honorarium atas jasa tersebut. Peranan para Advokat dalam membantu kliennya telah diatur dalam UU No 18 Tahun 2003 Tentang Advokat dan juga dalam Kode Etik Advokat. Peraturan tersebut meliputi Sumpah, Penindakan, Pemberhentian, Hak dan Kewajiban Advokat, Honorarium, Bantuan Hukum Cuma-Cuma, Organisasi Advokat, dan lain sebagainya.

Dalam menjalankan peranannya di Pengadilan Agama Salatiga Advokat harus memenuhi persyaratannya seperti yang diutarakan oleh bapak Sakir, SH.SHI selaku ketua panitera di Pengadilan Agama Salatiga, beliau menerangkan bahwa seorang Advokat yang beracara di Pengadilan Agama Salatiga mempunyai 2 (dua) syarat yaitu:

(59)

b. Harus membawa surat kuasa yang telah ditandatangani oleh para pihak dan kemudian ditandatangani oleh panitera dan harus ada materai sebesar Rp. 6.000,00 dan distempel oleh Pengadilan (Wawancara panitera, Tanggal 25 oktober 2010).

Bapak Nur Hadi selaku hakim di Pengadilan Agama Salatiga, beliau mengutarakan bahwa seorang Advokat harus sepenuhnya menjiwai permasalahan yang diajukan. Di Pengadilan Agama Salatiga pernah ada kasus yaitu klien dari seorang Advokat mau diajak oleh suaminya melakukan hubungan suami istri yang dilakukan pada salah satu hotel di Kopeng, padahal mereka dalam tahap perceraian. Saat dalam persidangan, suaminya itu mengutarakan semua kejadian yang ia lakukan dengan istrinya. Akan tetapi istrinya yang tidak lain adalah klien dari Advokat tersebut tidak hadir waktu persidangan. Hakim menanyakan kebenaran itu, tetapi Advokat itu tidak tahu dan berkata kepada hakim bahwa “Coba nanti saya tanyakan dengan klien saya”.

Seharusnya Advokat itu harus menjiwai permasalahan untuk menemukan kebenaran, karena Advokat adalah patner hakim dalam menemukan kebenaran dan keadilan. Selain itu Advokat juga harus menguasai hukum formil sehingga membantu menemukan kebenaran dan keadilan (Wawancara Hakim, Tanggal 19 Oktober 2010).

Peran Advokat dalam memberikan jasa hukum di Pengadilan, pada dasarnya harus diartikan sebagai upaya memberikan bantuan hukum kapada orang yang sedang beracara di Pengadilan. Hal itu dimaksudkan agar pemeriksaan dan peradilan dapat berjalan dengan tertib, baik dan lancar sesuai dengan hukum acara yang berlaku. Dimaksudkan juga untuk mewujudkan keadilan secara nyata berdasarkan hukum materiil yang berlaku, sehubungan dengan perkara yang sedang diperiksa.

(60)

Salatiga, beliau mengutarakan bahwa jika ada klien yang membutuhkan jasanya, tetapi ia tidak mampu memberikan honorarium maka dia akan membantunya tanpa biaya (gratis). Beliau juga menjelaskan bahwa di dalam UU No 18 Tahun 2003 pasal 22 ayat 1 dan 2 tentang bantuan hukum cuma-cuma yang wajib diberikan Advokat kepada pencari keadilan yang tidak mampu. Kemudian diterangkan bahwa untuk melakukan pembelaan secara hukum sekalipun tidak ada uang, apabila sudah menerima kuasa maka harus dijalankan sebagaimana mestinya. Advokat membantu kliennya menangani perkara perceraian dilakukan dengan cara mendampingi klien dipersidangan dan memberikan nasehat secara hukum (Wawancara Advokat, Tanggal 15 November 2010).

Peran Advokat juga dijelaskan oleh Bapak Soetopo dan bapak Muhammad Sofyan yang berprofesi sebagai Advokat mengutarakan bahwa dalam membela dan membantu kliennya dalam perkara perceraian, hal yang paling utama dilakukan yaitu memberi nasehat agar klien menggagalkan perceraiannya. Advokat akan membantu menyelesaikan perkara-perkara kliennya semaksimal mungkin sesuai dengan Kode Etik dan UU No. 18 Tahun 2003 (Wawancara Advokat, Tanggal 21 Oktober 2010).

Peranan Advokat yang berpraktek di Pengadilan Agama dalam memberikan jasa hukum dapat juga dianggap negatif bagi pencari kebenaran dan penegakan keadilan. Peran negatif Advokat itu berupa upah atas jasanya sangat mahal dan menambah masalah menjadi rumit selain itu juga Advokat adalah makelar hukum atau calo perkara. Hal tersebut sesuai dengan penuturan ibu Sri Mulyani yang menganggap bahwa jasa Advokat itu mahal dan harus mengeluarkan uang berjuta-juta.(Wawancara klien, Tanggal 1 November 2010)

(61)

telah diutarakan oleh bapak Agus Pramono bahwa dia menerima honorarium dari kliennya dari awal menjalankan profesinya hingga sekarang sebesar Rp. 3.000.000,00. hal tersebut diperkuat pendapat dari bapak Khomaruddin Nur yang mengutarakan bahwa beliau menerima honorarium paling sedikit 2 juta, bahkan terkadang beliau mendapatkan honorarium sebanyak 7,5 juta (Wawancara Advokat, Tanggal 21 Oktober 2010).

Ibu Masruroh tidak menggunakan jasa Advokat selain honorariumnya mahal juga karena adanya anggapan Advokat adalah makelar hukum/calo perkara (Wawancara Klien, Tanggal 21 Oktober 2010. )Hal itu terbukti dengan penuturan seorang Advokat yang berinisial D. dia menawari suatu pekerjaan yang mana jika bisa membawakan suatu kasus atau perkara baik itu perkara perdata maupun perkara pidana kepadanya, maka akan mendapat 30% dari honorarium yang diberikan kliennya dan jika klien itu kaya maka honornya akan tinggi. (Wawancara Advokat, 22 Oktober 2010)

Dalam menjalankan profesinya seorang Advokat mempunyai tujuan tertentu dalam membantu kliennya, seperti yang diutarakan oleh bapak Agus Pramono dan M Sofyan yang menyatakan bahwa tujuan mereka membantu kliennya selain karena profesinya adalah untuk menyenangkan hati para klien dan agar permasalahan yang dihadapi klien dapat terselesaikan secara tuntas. Tujuan-tujuan tersebut diperkuat oleh bapak Komaruddin bahwa tujuan beliau membantu kliennya adalah karena amanat dari UU yang harus dilaksanakan dan membantu orang merupakan profesi yang mulia (Wawancara Advokat, Tanggal 21 Oktober 2010).

Cara para Advokat membantu kliennya dalam menangani perkara perceraian adalah a. Klien datang ke kantor Advokat

(62)

c. Memberi nasehat dan solusi tentang masalah yang dihadapi d. Biaya tergantung kesepakatan dan kemampuan klien e. Tanda tangan surat kuasa

f. Membuat surat gugatan untuk diajukan ke Pengadilan Agama

g. Membantu dan mendampingi klien di Pengadilan. (Wawancara Advokat, 21 Oktober 2010)

Peranan seorang Advokat yang berpraktek di Pengadilan Agama dalam memberikan jasa hukum dianggap positif bagi pencari kebenaran dan penegakan keadilan khususnya dalam perkara perceraian. Peran positif Advokat itu adalah

a. Perkara yang dihadapi menjadi lebih ringan

b. Memberikan pemahaman hukum yang berkaitan dengan perkara yang dihadapi c. Mewakili pihak-pihak jika berhalangan hadir

d. Mendampingi para pihak dalam persidangan sehingga rasa takut dan malu dapat berkurang. (Wawancara Klien, 1 November 2010)

(63)

Hal ini diperkuat dengan pendapat dari ibu Saltami bahwa ia merasa tenang kalau didampingi oleh Advokat saat persidangan. Masalah yang dihadapi menjadi tidak begitu sulit, karena Advokat yang mendampinginya selalu memberikan pemahaman hukum tentang perkara yang dihadapinya dan juga selalu diberi nasehat-nasehat. Bapak Bejo Slamet juga berpendapat bahwa menggunakan jasa Advokat dapat meringankan beban yang dihadapinya, karena jika dia sibuk dengan pekerjaannya maka dapat diwakilkan oleh Advokat yang mendampinginya (Wawancara Klien, Tanggal 1 November 2010).

Namun ada juga yang berpendapat lain mengenai efektifitas penggunaan jasa Advokat seperti ibu Sri Mulyani dan bapak Agus Joko P yang mengemukakan mengemukakan bahwa pemakaian jasa Advokat hanya akan membuat masalah perceraiannya menjadi ruwet dan panjang. (Wawancara Klien, Tanggal 20 Oktober 2010)

D. Faktor Penggunaan Jasa Advokat

1. Faktor-faktor Para Klien Tidak Menggunakan Jasa Advokat

(64)

Sepaham dengan pendapat tersebut ialah bapak Heru selaku Penggugat yang beralamat di Pengilon Kota Salatiga, dia tidak menggunakan jasa Advokat karena perkara perceraian itu perkara yang gampang diatasi tidak seperti perkara pidana misalnya korupsi, pembunuhan, asusila, dan lain sebagainya. Selain itu juga memakai jasa Advokat malah membuat masalah tambah panjang (Wawancara Klien, Tanggal 21 Oktober 2010).

Mayoritas dari orang yang berperkara di Pengadilan Agama tidak menggunakan jasa Advokat karena ketidakmampuan untuk memberikan honorarium atas jasa Advokat tersebut. Ibu Lilik Rahmawati, dia tidak menggunakan jasa Advokat karena uang yang dia miliki hanya cukup untuk membayar biaya perkara. Dia mengatakan bahwa “biaya

cerai saja sudah mahal apa lagi kalau memakai jasa Advokat, pasti biayanya mahal sekali”. Penggunaan jasa advokat dapat membuat ribet dan membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan perkara perceraian seperti yang disampaikan oleh ibu Silvia dan bapak Nahrowi (Wawancara Klien, Tanggal 1 November 2010).

Alasan-alasan para pihak yang tidak menggunakan jasa Advokat, diperjelas dengan pendapat dari Bapak Nur Hadi selaku Hakim Pengadilan Agama Salatiga, beliau menerangkan bahwa memakai jasa Advokat relatife panjang/lama karena setiap tahapan baik Replik (alasan gugatan) maupun Duplik (jawaban gugatan) harus dibuat secara tertulis dan harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan pemberi kuasa. Selain itu ada uang yang harus dibayarkan kepada Advokat yang tidak ada standarnya (Wawancara Hakim, tanggal 19 Oktober 2010).

(65)

Pramono selaku Advokat yang beralamat di Jl. Jendral Sudirman 286 Salatiga, menjelaskan bahwa ada bantuan cuma-cuma yang ia berikan kepada klien yang benar-benar tidak mampu memberikan honorarium demi mencari kebenar-benaran dan keadilan. Adanya bantuan hukum cuma-cuma yang dikemukakan oleh bapak Khomaruddin Nur yang juga sebagai Advokat, asalkan klien mampu membayar administrasi Pengadilan Agama meskipun tidak mampu memberikan honorarium atas jasa Advokat, beliau mampu membantunya (Wawancara Advokat, Tanggal 21 Oktober 2010).

2. Faktor-Faktor Para Klien Menggunakan Jasa Advokat

Penggunaan jasa Advokat oleh masyarakat disebabkan karena tidak paham tentang hukum, karena malu datang ke persidangan secara mandiri, karena kesibukan dan masalah yang dihadapi terlalu berat sehingga tidak mampu untuk mengatasinya sendiri.

Hal tersebut diperkuat dengan pendapat dari ibu Marsiyem yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga, dia menjelaskan bahwa dia memakai jasa Advokat karena disuruh oleh majikannya yang anaknya tidak lain adalah seorang Advokat. Karena dia tidak tau tentang masalah hukum khususnya dalam perceraian yang dihadapinya, maka dia menggunakan jasa Advokat tersebut (Wawancara Klien, 20 Oktober 2010).

(66)

dari pernikahan mereka, karena dia tidak melakukan perselingkuhan di belakang suaminya dan menganggap orang yang memboncengkannya hanya sebatas teman biasa. (Wawancara Klien, Tanggal 25 Oktober 2010).

Malu datang ke Pengadilan Agama Salatiga dan tidak berani memasuki ruang persidangan termasuk salah satu faktor ibu Titik menggunakan jasa Advokat.. Selain ibu Titik, bapak Jarwo dan bapak Bejo Slamet juga menggunakan jasa Advokat karena dia sibuk dengan pekerjaan yang dijalaninya. Sehingga jika dia tidak ada waktu untuk datang ke persidangan bisa diwakilkan oleh Advokat.

(67)

BAB IV

ANALISIS TERHADAP PERANAN ADVOKAT DALAM MENANGANI PERKARA DI

PENGADILAN AGAMA SALATIGA

A. Analisis Terhadap Peranan Advokat Di Pengadilan Agama Salatiga

Peranan Advokat dalam memberikan jasa hukum untuk kepentingan klien dengan tujuan untuk melakukan islah bagi para pihak yang bersengketa sangat menentukan. Maksudnya dengan peran disini adalah bagaimana ia dapat menjalankan profesinya sesuai dengan tugas dan fungsinya serta Kode Etik dan Sumpah Advokat. Sedangkan yang dimaksud dengan pemberian jasa hukum yang dilakukan Advokat adalah mendampingi, menjadi kuasa, memberikan bantuan hukum kepada kliennya (Rosyadi, 2003:64).

Selama ini terdapat kesan yang pro dan kontra dimasyarakat terhadap peran Advokat yang berpraktek di Pengadilan Agama. Bagi yang kontra memberikan kesan negatif dan yang pro memberikan kesan positif terhadap peran Advokat di Pengadilan Agama. Sehingga seorang Advokat yang akan menjalankan profesinya di Pengadilan Agama baik untuk mendampingi ataupun menjadi kuasa atas nama kliennya harus mengikuti hukum acara Peradilan Agama yang berlaku, agar mendapat simpatik dari masyarakat. Dengan mengikuti peraturan Pengadilan Agama, akan dapat meminimalkan praktek yang menyimpang dan dapat dipertanggungjawabkan prosedurnya.

Di Pengadilan Agama Salatiga terdapat 2 (dua) syarat utama seorang Advokat dapat menjalankan profesinya, yaitu:

(68)

2. Advokat harus membawa surat kuasa yang telah ditandatangani oleh Pemberi Kuasa dan disetujui oleh Panitera (wawancara Panitera, Tanggal 25 oktober 2010).

Tanpa kedua syarat diatas, Advokat tidak dapat menjalankan profesinya. Maka Advokat harus mempunyai kedua syarat tersebut di atas. Seorang Advokat harus memperpanjang tanda pengenalnya jika sudah habis masa berlakunya, karena jika sudah habis masa berlakunya Advokat tersebut tidak akan bisa menjalankan profesinya di Pengadilan Agama.

Gambar

Tabel 1.1 Perkara Bulan September Tahun 2010
Tabel 1.2 Perkara Bulan Oktober Tahun 2010
Tabel 1.3 Perkara Yang Menggunakan Jasa Advokat
Tabel 1.4 Perkara Yang Menggunakan Jasa Advokat

Referensi

Dokumen terkait

Unit pengolahan air payau menjadi air minum terdiri dari proses koagulasi, sedimentasi, oksidasi (reaktor) dan filtrasi bertingkat yang terdiri dari filter pasir,

j umlah tenaga Fasilitator Masyarakat (FM) Reguler Baru dalam melaksanakan tugas pendampingan pada desa sasaran di kabupaten/kota Program Pamsimas, maka dengan ini kami mohon

Pelanggaran oleh petugas parkir yang sering ditemui adalah petugas tidak memberikan karcis kepada pengguna jasa parkir sebagai bukti pembayaran retribusi sebagaimana

Berangkat dari transformasi dari menggambar Teknik Scribble kaligrafi pada saat itu, Khoirul Anwar masih terbawa dengan corat-coretan yang penuh ketika menggambar objek

Oleh yang demikian, dalam usaha untuk merapatkan jurang kajian berkenaan, maka makalah ini diusahakan untuk menganalisis aspek komunikasi bukan lisan dalam adat dan ritual

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui, baik simultan maupun parsial besarnya pengaruh indeks harga saham bursa global, yang terdiri

Hasil evaluasi menunjukkan bahwa DD, perpanjangan putus, dan tegangan putus film kitosan cenderung menurun dengan meningkatnya dosis iradiasi yang disertai

Kejadian yang banyak terjadi pada usia anak sekolah antara SD sampai SMP ialah kesalahan sikap atau postur tubuh dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar