• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ICARE (INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, REFLECT AND EXTEND) DAN TUTORIAL BASED INSTRUCTION TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MTS HASYIM ASY’ARI KALIPUCANG WETAN WELAHAN JEPARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ICARE (INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, REFLECT AND EXTEND) DAN TUTORIAL BASED INSTRUCTION TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MTS HASYIM ASY’ARI KALIPUCANG WETAN WELAHAN JEPARA "

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

10

INSTRUCTION TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN FIQIH

A. Deskripsi Teori

1. Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik pada Mata Pelajaran

Fiqih

a. Kemampuan Berpikir Kritis Fiqih

Kemampuan (ability) merupakan keterampilan melakukan suatu tugas tertentu yang diperoleh dengan cara berlatih terus-menerus. Berpikir adalah melatih ide-ide, dengan cara yang tepat dan seksama, yang dimulai dengan adanya masalah. Berpikir merupakan sebuah proses dimana representasi mental baru dibentuk melalui transformasi informasi dengan interaksi yang kompleks atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, logika, imaginasi, dan pemecahan masalah.1 Dengan demikian, kemampuan berpikir adalah suatu proses keterampilan yang diperoleh dengan adanya melatih ide-ide yang dimulai dengan adanya masalah.

Kemampuan berpikir menggunakan alat yaitu akal, dan melalui proses-proses seperti berikut.2

1) Pembentukan pengertian. Pengertian ini harus mempunyai isi yang tepat. Kalau perlu dibantu dengan hal-hal yang nyata. Ada tiga macam pengertian dalam hal ini adalah pengalaman, kepercayaan dan pengertian logis.

2) Pembentukan pendapat. Di sini pikiran kita menggabungkan beberapa pengertian, yang menjadi tanda khas.

3) Pembentukan keputusan.

1

Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm. 103.

2

(2)

4) Pembentukan kesimpulan. Dari keputusan-keputusan dapat diambil suatu kesimpulan. Ada tiga kesimpulan:3

a) Induksi : kesimpulan yang ditarik dari keputusan yang khusus untuk memperoleh pengertian yang umum

b) Deduksi : kesimpulan yang ditarik dari keputusan yang umum untuk memperoleh pengertian yang khusus

c) Analogi : kesimpulan yang ada kesamaannya.

Dapat peneliti simpulkan bahwa kemampuan berpikir dilakukan dengan melalui proses pembentukan pengertian, pendapat, keputusan, dan pembentukan kesimpulan yang mana menggunakan induksi, deduksi serta analogi.

Sebagaimana firman Allah SWT QS Q.S. Asy-Syu’ara: 28 terkait akal manusia sebagai kegiatan atau proses berpikir (tafakkur).







































Artinya : Musa berkata: Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya: (Itulah Tuhanmu) jika kamu mempergunakan akal.4

Ayat tersebut menjelaskan bahwa jika kita menggunakan akal untuk berpikir kita bisa mengetahui bahwa Allah adalah Rab (pengatur) timur dan barat dan yang ada diantara keduanya.

Berdasarkan uraian ini jelaslah bahwa peran akal manusia itu terkait dengan kemampuan berpikir dan memikirkan sesuatu secara mendalam. Jadi peneliti menyimpulkan dari beberapa pengertian diatas bahwa kemampuan berpikir Fiqih adalah suatu keterampilan atau proses aktivitas akal yang menghubungkan satu pengertian dengan pengertian yang lain dalam pikiran individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam hidupnya terhadap penerimaan informasi, seperti membentuk konsep, terlibat dalam

3

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2001, hlm. 57.

4

(3)

pemecahan masalah, melakukan penalaran, dan membuat keputusan yang terdapat dalam mata pelajaran Fiqih.

Terdapat enam pola berpikir, yaitu:5

a) Berpikir konkret, yaitu berpikir dalam dimensi ruang-waktu-tempat tertentu

b) Berpikir abstrak, yaitu berpikir dalam ketidakberhinggaan, sebab bisa dibesarkan atau disempurnakan keluasannya

c) Berpikir klarifikasi, yaitu berpikir mengenal klasifikasi atau pengaturan menurut kelas-kelas tingkat tertentu

d) Berpikir analogis, yaitu berpikir untuk mencari hubungan antar peristiwa atas dasar kemiripannya

e) Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas, dengan pengertian yang lebih kompleks disertai pembuktian-pembuktian f) Berpikir pendek, yaitu lawan berpikir ilmiah yang terjadi secara

lebih cepat, lebih dangkal, dan seringkali tidak logis.

Dari uraian tersebut, berpikir yang dimaksud peneliti disini adalah berpikir ilmiah yang bisa disebut dengan berpikir kritis yang menjelaskan pengertian yang lebih kompleks disertai pembuktian-pembuktian.

Kritis merupakan cara pandang yang mampu mengkritisi apa yang dipahami, yang kemudian dengan adanya kritis inilah akan lahir sebuah perubahan struktur pengetahuan yang lebih baik dari sebelumnya.6 Dalam perspektif deskriptif, berpikir kritis merupakan analisis situasi masalah melalui evaluasi potensi, pemecahan masalah, dan sintesis informasi untuk menentukan keputusan. Keputusan dilakukan secara parsial dengan cara membuat daftar isian informasi yang selanjutnya dievaluasi, disintesis dan pemecahan masalah yang

5

Nyayu Khodijah, Terdapat enam pola berpikir Fiqih, Op. Cit., hlm. 104.

6

(4)

akhirnya menjadi sebuah keputusan.7 Berpikir kritis merupakan proses mental yang terorganisasi dengan baik dan berperan dalam proses mengambil keputusan untuk memecahkan masalah.8 Oleh karena itu, berpikir kritis merupakan cara mengambil keputusan dalam kehidupan dengan menganalisis data dalam kegiatan inkuiri ilmiah.

Kemampuan berpikir kritis merupakan berpikir reflektif yang berfokus pada memutuskan adanya sesuatu yang kritis, yang menggalakkan individu dalam menganalisis pernyataan dengan berhati-hati, mencari bukti yang sah sebelum membuat kesimpulan.9 Dengan demikian, kemampuan berpikir kritis Fiqih merupakan suatu proses keterampilan yang diperoleh dengan adanya melatih ide-ide dan kemampuan peserta didik untuk menggunakan alasan yang tepat, untuk memecahkan masalah dan menjawab berbagai pertanyaan, menganalisis data dalam kegiatan inkuiri ilmiah yang terdapat dalam mata pelajaran Fiqih.

Terdapat enam unsur dasar dalam berpikir kritis, yang disingkat dengan FRISCO, yaitu Focus (fokus), Reason (alasan), Inference (menyimpulkan), Situation (situasi), Clarity (kejelasan), dan Overview (pandangan menyeluruh). Hal ini sangat berkaitan dengan lima kunci dalam berpikir kritis, yaitu : praktis, reflektif, masuk akal, keyakinan, dan tindakan.10 Maka dari itu, berpikir kritis Fiqih dapat dilakukan dengan mengaplikasikan rasional, berpikir yang tinggi meliputi menganalisis materi haji tentang pengertian, hukum, larangan-larangan dan lain-lain, mengenal permasalahan yang terjadi ketika haji dan hingga mengevaluasi materi haji.

7

Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Kognitif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2012, hlm. 19.

8

Eti Nurhayati, Psikologi Pendidikan Inovatif, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2011, hlm. 67.

9

Rusdiana dan Yeti Heryati, Pendidikan Profesi Keguruan (Menjadi Guru Inspiratif dan Inovatif), CV Pustaka Setia, Bandung, 2015, hlm. 54.

10

(5)

Kemampuan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran Fiqih dapat dilihat dari perubahan yang terjadi dalam diri peserta didik ketika mengikuti pembelajaran Fiqih, apakah melalui pembelajaran peserta didik mampu untuk menganalisis, mengenal permasalahan materi pelajaran Fiqih yang telah disampaikan pendidik, bahkan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila peserta didik mampu melakukan itu semua maka peserta didik dapat dikatakan berpikir kritis dalam materi Fiqih.

b. Klasifikasi Kemampuan Berpikir Kritis Fiqih

Klasifikasi kemampuan berpikir kritis Fiqih dibagi ke dalam dua bagian, yaitu aspek umum dan aspek yang berkaitan dengan materi pelajaran Fiqih. Pertama, yang berkaitan dengan umum, terdiri atas:11 1) Aspek kemampuan (abilities), yang meliputi: (a) memfokuskan

pada suatu isu spesifik; memfokuskan materi tentang haji; (b) menyimpan maksud utama dalam pikiran (apa itu haji, hukumnya bagaimana); (c) mengklasifikasi dengan pertanyaan-pertanyaan (pengertian, dalil haji, tata cara pelaksanaan, dan menyebutkan syarat dan rukun haji); (d) menjelaskan pertanyaan-pertanyaan yang dimaksud, (e) memerhatikan pendapat peserta didik, baik salah maupun benar dan mendiskusikannya; jika peserta didik yang satu dengan yang lain ada presentasi maka harus diperhatikan dan mengeluarkan pendapat mengenai larangan-larangan ketika berhaji (f) mengkoneksikan pengetahuan sebelumnya dengan yang baru; menghubungkan materi haji dengan materi sebelumnya (g) secara tepat menggunakan pernyataan dan simbol; jika bertanya maupun menjawab berdasarkan sumber yang jelas (h) menyediakan informasi dalam suatu cara yang sistematis, menekankan pada urutan logis; jawaban tentang haji disusun secara sistematis dan

11

(6)

dicermati benar untuk menghasilkan informasi yang lebih akurat dan (i) kekonsistenan dalam pertanyaan-pertanyaan.

2) Aspek disposisi (disposition), yang meliputi: (a) menekankan kebutuhan mengidentifikasi tujuan dan apa yang harus dikerjakan sebelum menjawab; dengan cara menyiapkan pertanyaan-pertanyaan tentang haji (b) menekankan kebutuhan untuk mengidentifikasi informasi yang diberikan sebelum menjawab; (c) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari informasi yang diperlukan; (d) memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menguji solusi yang diperoleh; dan (e) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan informasi dengan menggunakan tabel, grafik, dan lain-lain.

Pada aspek disposisi ini, penerapan kemampuan berpikir kritis Fiqih dilakukan dengan cara menyiapkan sejumlah pertanyaan haji yang belum pernah ditanyakan, jenis dam (denda) yang harus dibayar saat melanggar.

Kedua, aspek yang berkaitan dengan materi pelajaran,

dalam hal ini adalah materi pelajaran Fiqih tentang haji yang meliputi: konsep, generalisasi, dan algoritme, serta pemecahan masalah. Berikut merupakan indikator-indikator masing-masing aspek, yaitu:12

1) Memberikan penjelasan sederhana bab haji, yang meliputi: a) Memfokuskan pertanyaan tentang pengertian, hukum dan

dalil tentang haji

b) Menganalisis pertanyaan tentang pengertian haji apakah sudah sesuai dengan realita atau tidak

c) Bertanya dan menjawab tentang suatu penjelasan atau tantangan yang berkaitan dengan dalil haji

2) Membangun keterampilan dasar, yang meliputi:

12

(7)

a) Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya. Sumber berasal dari buku atau dalil-dalil Al-Qur’an dan As -sunnah.

b) Mengamati dan mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi. Ketika peserta didik mempraktikkan manasik haji maka diamati lalu dianalisis

3) Menyimpulkan pelajaran bab haji, yang meliputi: a) Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi b) Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi, dan c) Membuat dan menentukan nilai pertimbangan

4) Memberikan penjelasan lanjut, yang meliputi:

Mengidentifikasi asumsi dengan bahasa peserta didik yang lebih mudah tentang haji.

5) Mengatur strategi dan taktik, yang meliputi: a) Menentukan tindakan setelah belajar bab haji

a) Berinteraksi dengan orang lain yang ahli dalam masalah haji.

Dapat peneliti simpulkan bahwa aspek yang berkaitan dengan mata pelajaran Fiqih adalah aspek memberikan penjelasan dasar seperti tanya jawab di kelas tentang haji, membangun keterampilan dasar seperti mengamati laporan observasi peserta didik ketika telah melakukan suatu observasi/pengamatan manasik haji. Aspek menyimpulkan dan memberi penjelasan lanjut misalnya ketika pelajaran Fiqih di akhir pembelajaran, memberikan penjelasan yang sekiranya belum dimengerti peserta didik lalu menyimpulkannya. Dan aspek mengatur strategik dan taktik seperti interaksi peserta didik di kelas saat diskusi maupun kerja kelompok atau kegiatan bertanya dengan orang yang ahli dalam masalah haji.

(8)

Al-Qur’an dan As-sunnah dan dalil-dalil syar’i lain.13 Secara etimologis, fiqih artinya memahami sesuatu secara mendalam. Adapun secara terminologis fiqih adalah hukum-hukum syara’ yang bersifat praktis

(amaliyah) yang diperoleh dari dalil-dalil yang rinci.14 Fiqih

merupakan sebuah ilmu yang diderivasi dari Al-Quran dan As-sunnah dengan menggunakan kerangka sebuah metode yang disebut usul fiqih. Obyek kajian fiqih adalah perilaku orang mukallaf. Perilaku mencakup perilaku hati, seperti niat, mencakup perkataan seperti bacaan dan mencakup tindakan. Perilaku mukallaf di sini bisa berarti

perilaku yang berlandaskan syara’ baik berupa kewajiban atau anjuran

untuk melakukan (wajib dan mandub), kewajiban atau anjuran untuk meninggalkan (haram dan makruh) ataupun yang bersifat pilihan, boleh melakukan atau meninggalkan (mubah).15 Fiqih adalah pengetahuan atau pemahaman terhadap hukum-hukum syara’ yang sifatnya amaliyah. Pengetahuan tersebut diperoleh melalui dalil yang sudah terperinci atau yang tidak bersifat global.

Para ulama membagi fiqih sesuai ruang lingkup bahasan menjadi dua bagian besar, yaitu : fiqih ibadah dan fiqih muamalah.16 1) Fiqih ibadah : norma-norma ajaran agama Allah yang mengatur

hubungan manusia dengan Tuhannya (vertikal).

Fiqih ibadah dibagi menjadi dua, yaitu ibadah mahzhah dan ibadah ghairu mahzhah. Ibadah mahzhah adalah ajaran agama yang mengatur perbuatan-perbuatan manusia yang murni mencerminkan hubungan manusia itu dengan Allah. Sedangkan ibadah ghairu mahzhah adalah ajaran agama yang mengatur perbuatan antar manusia itu sendiri.

13

Yasin dan Solikhul Hadi, Buku Daros; Fiqh Ibadah, DIPA STAIN, Kudus, 2008, hlm. 6.

14

Ahmad Falah, Buku Daros: Materi dan Pembelajaran Fiqih MTs-MA, STAIN, Kudus, 2009, hlm. 2.

15

Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah Kontemporer, Kaukaba Dipantara, Yogyakarta, 2015, hlm. 4.

16

(9)

2) Fiqih muamalah : norma-norma ajaran agama Allah yang mengatur hubungan manusia dengan sesama dan lingkungannya (horizontal). Fiqih muamalah terbagi ke dalam banyak bidang, yaitu:17

a) Fiqih munakahat adalah pengetahuan tentang norma-norma ajaran Islam yang mengurai tentang pernikahan sejak dari norma tentang melihat calon suami/istri, tata cara melamar

(khitbah), mas kawin, akad nikah, wali, saksi, pencatatan nikah

dan lain-lain.

b) Fiqih Jinayat adalah pengetahuan tentang norma-norma ajaran Islam yang mengatur mengenai tindak pidana yang dilakukan seseorang terhadap orang atau lembaga lain, seperti melukai orang lain, memfitnah, mencuri, meminum minuman keras atau membunuh.

c) Fiqih Siyasat adalah pengetahuan yang membicarakan ajaran Islam yang berkaitan dengan pemerintahan, misalnya tata cara pemilihan presiden, pemilihan anggota legislatif dll.

d) Fiqih muamalat adalah pengetahuan yang membicarakan norma-norma ajaran Islam yang berkaitan dengan transaksi yang dilakukan masyarakat manusia, baik itu jual beli, hutang piutang, sewa menyewa, pinjam meminjam dll.

Al-Ghayah al-Maqshudah (tujuan yang ingin dicapai) ilmu fiqih

pada hakikatnya adalah terimplementasinya norma-norma hukum

syara’ oleh manusia baik dalam perilaku atau pun ucapannya.

Berkenaan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran Fiqih, maka diperlukan sarana khusus agar kemampuan berpikir kritis peserta didik tersebut bisa berjalan sesuai yang diharapkan. Adapun langkah atau cara yang dapat ditempuh diantaranya yaitu melalui suatu pembelajaran, khususnya pada pembelajaran Fiqih. Maka dari itu, kemampuan berpikir kritis

17

(10)

merupakan hal penting yang harus dimiliki peserta didik karena dengan peserta didik berpikir kritis mengenai materi yang diberikan oleh pendidik akan menjadi bekal dalam hidupnya nanti.

Untuk mengajarkan atau melatih peserta didik agar mampu berpikir kritis Fiqih harus ditempuh melalui beberapa tahapan. Tahapan-tahapan ini adalah sebagai berikut: 18

1) Keterampilan menganalisis materi Fiqih, yaitu suatu keterampilan menguraikan sebuah struktur ke dalam komponen-komponen agar mengetahui pengorganisasian struktur tersebut. Kata-kata operasional yang mengindikasikan keterampilan berpikir analitis, di antaranya: menguraikan, mengidentifikasi, menggambarkan, menghubungkan dan memerinci materi Fiqih bab haji, hukum, dalil, sunah-sunah hingga tata cara mengerjakan haji.

2) Keterampilan mengenal dan memecahkan masalah merupakan keterampilan aplikatif konsep kepada beberapa pengertian baru. Tujuannya adalah agar pembaca mampu memahami dan menerapkan konsep-konsep ke dalam permasalahan atau ruang lingkup baru. Peserta didik mampu mengaplikasikan apabila sudah belajar dan memahami haji.

3) Keterampilan menyimpulkan, yaitu kegiatan akal pikiran manusia berdasarkan penegertian atau pengetahuan yang dimilikinya, dapat beranjak mencapai pengertian atau pengetahuan (kebenaran) baru yang lain. Setelah peserta didik memhami pelajaran haji maka di akhir pembelajaran, peserta didik menyimpulkan dengan bahasa mereka sendiri agar mudah dipahami.

4) Keterampilan mengevaluasi atau menilai. Keterampilan ini yang menuntut pemikiran yang matang dalam mennetukan nilai sesuatu dengan berbagai kriteria yang ada.

18

(11)

Dengan adanya tahapan-tahapan tersebut, yang perlu diperhatikan dalam keterampilan berpikir kritis pada Fiqih ini adalah bahwa keterampilan tersebut harus dilakukan melalui latihan yang sesuai dengan tahapan perkembangan kognitif anak. Pada saat pembelajaran Fiqih pendidik bukan hanya memberi informasi saja tetapi juga memberi petunjuk agar peserta didik dapat berpikir secara kritis sehingga mereka mampu menyelesaikan setiap permasalahannya dengan melalui tahapan-tahapan keterampilan berpikir kritis.

2. Model Pembelajaran ICARE (Introduction, Connect, Apply, Reflect, and Extend)

a. Model Pembelajaran ICARE (Introduction, Connect, Apply, Reflect, and Extend)

Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membangun kurikulum, untuk merancang bahan pembelajaran yang diperlukan serta untuk memandu pengajaran di dalam kelas atau pada situasi pembelajaran yang lain.19 Dengan demikian, model pembelajaran adalah tentang bagaimana cara setiap individu dapat belajar.

ICARE (Introduction, Connect, Apply, Reflect, and Extend) diadopsi dari Sistem pembelajaran “ICARE” yang pernah dikembangkan oleh Department of Educational Technology, San Diago State University (SDSU) Amerika Serikat.20

Secara digramatik, model pembelajaran ICARE ini adalah sebagai berikut:

19

Suyono dan Hariyanto, Implementasi Belajar dan Pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2015, hlm. 148.

20

(12)

Gambar 2.1 Pemikiran model pembelajaran ICARE

I C A R E

Sesuai dengan namanya, “ICARE”, pembelajaran ini

merupakan singkatan dari lima kata, yaitu: 1) Introduction (pengenalan), 2) Connect (menghubungkan); 3) Apply (menerapkan dan mempraktikkan); 4) Reflect (merefleksikan), dan 5) Extend (memperluas dan evaluasi).21

Jadi, dapat peneliti simpulkan bahwa model pembelajaran ICARE adalah cara yang dilakukan oleh pendidik dalam suatu pembelajaran melalui berbagai tahapan yakni pengenalan, menghubungkan, mengaplikasikan, merefleksikan, dan melanjutkan/mengevaluasi.

Model pembelajaran ICARE ini tertuang dalam firman Allah SWT:























































































































Artinya: Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar! Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Q.S.

Al-Baqarah : 31-32)22

21 Tim Pengembang MKDP, Sesuai dengan namanya, “ICARE”,Op. Cit.,

hlm. 252.

22

(13)

Allah mengajarkan kepadanya nama-nama benda yang ada di alam ini sehingga Adam beserta anak cucunya dapat memahami dan mengenal segala sesuatu yang diciptakan Allah di atas bumi dan di alam ini serta mampu membentuk pengalaman dan penalarannya menjadi suatu ilmu pengetahuan.23

Berdasarkan uraian di atas dapat peneliti simpulkan ayat di atas menunjukkan bahwa menganjurkan kepada pendidik untuk menyampaikan apa yang akan dipelajari dengan memperkenalkan materinya dahulu, memahaminya, lalu mengenalnya dengan mempraktikan materi yang telah disampaikan, dilanjutkan untuk bertanya apabila dalam pembelajaran ada yang kurang paham. Apabila dikaitkan dengan model pembelajaran ICARE hal ini sangat tepat, karena dalam pembelajaran khususnya mata pelajaran Fiqih dilalui dengan berbagai tahapan agar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai harapan.

b. Tahapan Model Pembelajaran ICARE (Introduction, Connect, Apply, Reflect, and Extend)

Sesuai dengan kata kuncinya, maka model pembelajaran ini memiliki tahapan-tahapan sebagai berikut:

1) Tahap pertama, Introduction (pengenalan)

Pada tahap pengenalan ini ada dua hal penting, yaitu: pertama, menginformasikan rumusan tujuan (objective) yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan pembelajaran. Kedua, menginformasikan bagaimana bahan yang akan disajikan sesuai dengan bahan secara keseluruhan (context). Pada tahap pengantar ini sangat penting sebagai langkah awal keberhasilan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai selain juga dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana pemahaman dan minat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran yang akan di berikan.

23

(14)

Kegiatan ini meliputi pemberitahuan tujuan, ruang lingkup materi (jika perlu dibuatkan bagan atau peta konsep yang menggambarkan struktur atau jalinan antar materi), manfaat atau kegunaan mempelajari suatu topik baik untuk keperluan belajar sekarang maupun belajar di kemudian hari, dan sebagainya.24 Dalam mata pelajaran Fiqih, pendidik mengenalkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, manfaat mempelajarinya, dan menginformasikan bahan materi pelajaran.

2) Tahap kedua: Connect (menghubungkan)

Pada tahap ini menghubungkan informasi dan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik dengan informasi yang akan disajikan atau informasi baru. Model ini memfokuskan dengan membuat hubungan-hubungan secara eksplisit di dalam setiap wilayah mata pelajaran, hubungan satu topik dengan yang lainnya, hubungan satu keterampilan dengan keterampilan lainnya, hubungan sekarang dengan yang akan datang.25

Ada empat langkah agar informasi baru mata pelajaran Fiqih yang akan diajarkan bisa secara mudah dipahami oleh peserta didik. Pertama, information chunking (potongan informasi). Yaitu membagi/mengelompokkan bahan atau materi yang akan disajikan dalam sub-sub topik. Suatu konsep dapat dibagi dalam beberapa subbagian. Melalui tahapan penyajian materi tersebut akan mempermudah proses pembelajaran kepada peserta didik. Peserta didik dapat memahami informasi baru yang diberikan secara lebih bermakna dan dapat dicerna secara lebih mudah. Kedua,

contextulize. Yaitu menghubungkan materi yang akan diajarkan

dengan kegiatan nyata yang bisa dipahami oleh peserta didik sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Ketiga, prior knowledge, yaitu

24

Dewi Salma Prawiradilaga dan Eveline Siregar, Mozaik Teknologi Pendidikan, Prenada Media, Jakarta, 2004, hlm. 21.

25

(15)

bagaimana pendidik dapat mengetahui sampai sejauhmana pengetahuan awal peserta didik, dan kemudian memfasilitasi mereka dengan informasi secara bertahap dan berkesinambungan sehingga merupakan rangkaian pengalaman belajar yang bermakna

(meaningfull learning experience). Keempat, accomodate learners,

yaitu menyajikan bahan yang akan diberikan secara lebih menyenangkan dengan ragam pendekatan dan ragam media sehingga peserta didik dapat memahami konsep atau bahan baru tersebut secara lebih menyeluruh.26

Keunggulan model ini adalah konsep-konsep utama saling terhubung, mengarah pada pengulangan (review), rekonseptualisasi, dan asimilasi gagasan dalam suatu disiplin. Sedangkan, kelemahannya adalah disiplin-disiplin ilmu yang tidak berkaitan dan konten tetap berfokus pada satu disiplin.27

Dengan berbagai tahapan tersebut, agar dalam pembelajaran Fiqih berjalan efektif, maka tahapan tersebut harus disesuaikan dengan kondisi peserta didik. Yang pada intinya pendidik menghubungkan informasi dan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik dengan informasi yang akan disajikan atau informasi baru.

3) Tahap ketiga: Apply (mengaplikasikan)28

Pada tahap ini pembelajaran dilakukan dengan interaktif dan mengaplikasikan bahan/materi yang diajarkan dengan persoalan-persoalan nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

4) Tahap keempat: Reflect (refleksi) yaitu bagaimana membantu peserta didik mengorganisasikan pikiran dan pemahaman bahan yang telah dicapainya dengan memberi kesempatan untuk memperluas informasi yang telah diperoleh. Waktu reflektif ini

26

Tim Pengembang MKDP, Keempat, accomodate learners, yaitu menyajikan bahan yang akan diberikan secara lebih menyenangkan, Op. Cit., hlm. 253.

27

Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik, Diva Press, Yogyakarta, 2013, hlm. 110.

28

(16)

memberikan peserta didik kesempatan mengekspresikan secara verbal pengetahuan mereka.29

Kegiatan refleksi ini terdapat beberapa tahapan yakni:30 a) Tahap menghadirkan kembali pengalaman

b) Tahap mengelola perasaan

c) Tahap mengevaluasi kembali pengalaman

Pada tahap refleksi ini, peserta didik di beri kesempatan untuk bertanya pada mata pelajaran Fiqih, maupun mengekspresikan apa yang ingin dilakukan dalam pembelajaran tersebut. sehingga dalam tahap ini pendidik perlu menghadirkan kembali pengalaman yang dimiliki peserta didik.

5) Tahap kelima: Extend (melanjutkan)

Ada dua kegiatan utama dalam tahap akhir ini. Pertama, pendidik melakukan serangkaian pengalaman belajar tambahan yang bisa memperkaya pengetahuan yang telah dicapai peserta didik

(enrichment), terutama bagi peserta didik yang diyakini telah

menguasai bahan/materi yang telah diajarkan. Pada tahap ini, para peserta didik diberi kesempatan menerapkan pengetahuan barunya dan secara berkesinambungan melakukan eksplorasi dari implikasi ini.31 Sedangkan bagi kelompok peserta didik yang diyakini masih memiliki kesulitan dan belum menguasai bahan secara penuh, tahap ini bisa dianggap sebagai kegiatan remedial. Kedua, sebagai bentuk kegiatan evaluasi, yaitu sampai sejauhmana para peserta didik dapat menguasai bahan yang telah diajarkan.32 Selain itu, pendidik pun bisa mengevaluasi sampai sejauhmana bahan yang disiapkan bisa dilaksanakan dengan baik, dan bila diperlukan hasil

29

Nanik Rubiyanto dan Dany Haryanto, Strategi Pembelajaran Holistik di Sekolah, Prestasi Pustakaraya, Jakarta, 2010, hlm. 48.

30

Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, hlm. 63.

31

Warsono dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2012, hlm. 101.

32

(17)

evaluasi ini bisa dianggap sebagai dasar revisi bahan/materi yang akan diajarkan.

c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran ICARE

(Introduction, Connect, Apply, Reflect, and Extend)

Kelebihan dari model pembelajaran ICARE adalah sebagai berikut:33 1) Peserta didik dapat memperoleh gambaran yang luas sebagaimana

suatu bidang studi yang terfokus pada suatu aspek tertentu

2) Peserta didik dapat mengembangkan konsep-konsep kunci secara terus-menerus sehingga terjadilah proses internalisasi

3) Peserta didik dapat mengkaji, mengonseptualisasi, memperbaiki serta mengasimilasi ide-ide sehingga memudahkan terjadinya proses transfer ide-ide dalam memecahkan masalah.

4) Pendidik hanya sebagai fasilitator dan motivator yang menstimulasi peserta didik.

5) Penilaian dilakukan selama dan akhir proses pembelajaran untuk mengetahui sejauhmana peserta didik membangun suatu pengetahuan.34

Berdasarkan beberapa kelebihan di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa model pembelajaran ICARE (Introduction,

Connect, Apply, Reflect, and Extend) ini memiliki kelebihan yaitu

peserta didik menjadi aktif, mengajarkan peserta didik untuk berpikir kritis, menganalisis sebuah masalah dan peserta didik menjadi lebih percaya diri.

Sedangkan kelemahannya adalah:

1) Dalam memadukan ide-ide pada satu bidang studi, maka usaha untuk mengembangkan keterhubungan antar bidang studi menjadi terabaikan.35

33

Sunaryo Kartadinata, Idrus Affandi, dkk., Pendidikan Kedamaian, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2015, hlm. 132.

34

Abdul Majid, Penilaian dilakukan selama dan akhir proses pembelajaran, Op. Cit., hlm. 67.

35

(18)

2) Membutuhkan waktu yang agak lama

3) Pendidik harus benar-benar melakukan persiapan dengan matang 4) Tidak semua peserta didik terampil bertanya.36

Berdasarkan beberapa kelemahan di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa ini model pembelajaran ICARE (Introduction,

Connect, Apply, Reflect, and Extend) memiliki kelemahan yaitu

membutuhkan waktu yang lama sehingga pembelajaran kurang efektif, tidak semua peserta didik berani untuk mengungkapkan pertanyaan dari apa yang belum dipahaminya.

3. Tutorial Based Instruction

a. Pengertian ModelTutorial Based Instruction

Model ini merupakan temuan dari tim peneliti Jurusan Kurikulum, dan Tekmologi Pendidikan. Model ini merupakan redesain dari model pembelajaran berbasis komputer yang ditujukan untuk mempelajari dan mengembangkan pembelajaran berbasis komputer itu sendiri. Alur atau tahapan pembelajaran dari model ini berisi tahapan tutorial yang didesain dengan petunjuk-petunjuk belajar secara audio-visual.37 Model tutorial berbentuk pemberian bahan belajar yang telah dikembangkan untuk dipelajari peserta didik secara mandiri dan kesempatan berkonsultasi secara periodik tentang kemajuan dan masalah yang dialaminya.38

Sebagaimana firman Allah SWT QS. Yunus : 57.





























































36

M. Thobroni, Belajar Dan Pembelajaran Teori Dan Praktik, Ar-Ruzzmedia, Yogyakarta, 2015, hlm. 287.

37

Tim Pengembang MKDP, Alur atau tahapan pembelajaran dari model ini berisi tahapan tutorial, Op. Cit., hlm. 255.

38

(19)

Artinya: Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang

yang beriman.39

Penjelasan ayat tersebut adalah bahwa Al-Qur’an diturunkan untuk membimbing dan menasehati manusia sehingga dapat memperoleh kehidupan batin yang tenang, sehat serta bebas dari segala konflik kejiwaan. Dengan model ini manusia akan mampu mengatasi segala bentuk kesulitan hidup yang dihadapi atas dasar iman dan taqwanya kepada Yang Maha Menjadikan.40

Peneliti dapat menyimpulkan bahwa model tutorial pada dasarnya sama dengan program bimbingan yang bertujuan memberikan bantuan kepada peserta didik agar dapat mencapai hasil belajar secara optimal. Tutorial adalah bimbingan pembelajaran dalam bentuk pemberian arahan, bantuan, petunjuk, dan motivasi agar para peserta didik belajar secara efisien dan efektif.

Fungsi Tutorial Based Instruction adalah sebagai berikut: 1)

kurikuler, yakni sebagai pelaksana kurikulum sebagaimana telah

dibutuhkan bagi masing-masing modul dan mengomunikasikannya kepada peserta didik; 2) pembelajaran, yakni melaksanakan proses pembelajaran agar aktif belajar mandiri melalui program interaktif yang telah dirancang dan ditetapkan; 3) diagnosis-bimbingan, yakni membantu para peserta didik yang mengalami kesalahan, kekeliruan, kelambanan, masalah dalam mempelajari berbasis komputer, dll. 4)

administratif, yakni melaksanakan pencatatan, pelaporan, penilaian,

dan teknis administratif lainnya; 5) personal, yakni memberikan keteladanan kepada peserta didik seperti penguasaan mengorganisasikan materi, cara belajar, sikap, dan perilaku yang

39

Departemen Agama, Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu, Op. Cit., hlm. 215.

40

(20)

secara tak langsung menggugah motivasi belajar mandiri dan motif berprestasi yang tinggi.

Sedangkan tujuan pembelajaran tutorial, yaitu: 1) untuk meningkatkan penguasaan pengetahuan para peserta didik sesuai dengan yang dimuat dalam software pembelajaran; 2) untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan tentang cara memecahkan masalah, mangatasi kesulitan, dll. 3) untuk meningkatkan kemampuan peserta didik tentang cara belajar mandiri.41 Dengan demikian Tutorial dalam program pembelajaran berbasis komputer ditujukan sebagai pengganti sumber belajar yang proses pembelajarannya diberikan lewat teks, grafik, animasi, audio yang tampak pada monitor yang menyediakan pengorganisasian materi, soal-soal latihan, dan pemecahan masalah.

b. Tahapan atau langkah-langkah model Tutorial Based Instruction Tahapan model tutorial adalah sebagai berikut:42

1) Penyajian informasi (presentation of information), yaitu berupa materi pelajaran yang akan dipelajari peserta didik

2) Pertanyaan dan respons (question of responses), yaitu berupa soal-soal latihan yang harus dikerjakan peserta didik

3) Penilaian respon (judging of responses), yaitu komputer akan memberikan respons terhadap kinerja dan jawaban peserta didik 4) Pemberian balikan respons (providing feedback about responses),

yaitu setelah selesai, program akan memerikan balikan. Apakah telah sukses/berhasil atau harus mengulang

5) Pengulangan (remediation)

6) Segmen pengaturan pelajaran (sequencing lesson segment)

41

Rusman, Manajemen Kurikulum, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 291.

42

(21)

Gambar 2.2 Tahapan Tutorial Based Instruction

Introduction Section present information question&response

Closing feedback & remediation judge response

Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pembelajaran tutorial bertujuan untuk memberikan kepuasan/pemahaman secara tuntas kepada peserta didik mengenai materi atau bahan pelajaran yang sedang dipelajarinya. Terdapat beberapa hal yang menjadi identitas dari tutorial, yaitu:43

1) Pengenalan

2) Penyajian informasi 3) Pertanyaan dan respons

Adanya pertanyaan dalam program tutorial dimaksudkan agar siswa selalu memperhatikan materi yang dipelajarinya, serta untuk menilai sejauhmana kemampuan siswa untuk mengingat dan memahami pelajaran tersebut.44

4) Pemberian feedback tentang respons 5) Pembetulan

6) Segmen pengaturan pengajaran, dan 7) Penutup

Dalam model tutorial ini pola dasarnya mengikuti pelajaran berprogram tipe bercabang di mana informasi/mata pelajaran disajikan dalam unit-unit kecil, lalu disusul dengan pertanyaan. Respons peserta didik dianalisis dan disajikan umpan balik.45

43

Ishak Abdulhak dan Deni Darmawan, Teknologi Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2015, hlm. 237.

44

Deni Darnawan, Teknologi Pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 148.

45

(22)

Secara tekniknya model Tutorial Based Instruction dapat membantu peserta didik belajar di setiap mata pelajaran, khususnya mata pelajaran Fiqih dimana peserta didik dikenalkan dengan materinya bisa dibagi menjadi kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari tiga orang, lalu peserta didik bersama dengan kelompoknya masing-masing berdiskusi tentang pertanyaan yang diajukan oleh guru, setiap kelompok perwakilan satu untuk mengemukakan jawaban atau solusi dari pertanyaan tadi secara bergantian sampai semua kelompok memiliki kesempatan untuk mengemukakan jawabannya, selanjutnya semua kelompok menganalisis jawaban-jawaban tadi mana yang lebih benar dan efektif, pemberian balikan respons (providing feedback about

responses), yaitu setelah selesai, program akan memberikan balikan.

apakah telah sukses/berhasil atau harus mengulang. Jika peserta didik belum berhasil maka akan diadakan pengulangan (remediation). Setelah itu bersama dengan pendidik, peserta didik menyimpulkan atas apa yang dipelajari, untuk menguji sampai mana pemahaman peserta didik atas pelajaran tadi guru memberikan tugas individu yang berisi pertanyaan-pertanyaan seputar apa yang telah dipelajari. Dengan adanya identitas dari tutorial akan membuat kemudahan tersendiri bagi pendidik dalam menerapkan model tutorial dalam pelajaran Fiqih sehingga sudah jelas dan dapat dipahami.

c. Kelebihan dan kekurangan tutorial based instruction:46 Kelebihan:

1) Bekerja mandiri. Para peserta didik bisa bekerja mandiri mengenai materi baru dan menerima umpan balik tentang kemajuan mereka 2) Menakar sendiri kemajuan. Para peserta didik bisa bekerja berdasar

tingkat kemajuan mereka sendiri, mengulang informasi jika mereka harus menelaahnya sebelum berlanjut ke bagian materi berikutnya.

46

(23)

3) Individualisasi. Tutorial yang berbasis komputer bisa merespons masukan (input) para peserta didik dan mengarahkan proses belajar mereka menuju topik baru untuk meneruskan proses belajar mereka 4) Meningkatkan pengembangan pemahaman peserta didik terhadap

materi yang disajikan

5) Peserta didik mendapat pengalaman yang bersifat konkrit, retensi peserta didik meningkat

6) Menyediakan presentasi yang menarik dengan animasi

Berdasarkan penjelasan dari beberapa kelebihan di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa model Tutorial Based Instruction memiliki kelebihan yaitu peserta didik bisa bekerja berdasar tingkat kemajuan mereka sendiri, mengulang informasi jika mereka harus menelaahnya sebelum berlanjut ke bagian materi berikutnya.selain itu peserta didik memiliki berbagai cara dalam menanggapi pertanyaan dengan kemampuan masing-masing peserta didik, dengan melihat cara yang digunakan dari masing-masing peserta didik membuat banyak pengalaman dalam menjawab permasalahan.

Kekurangan:

1) Berpotensi membosankan. Pengulangan bisa menjadi membosankan jika penyajian materi hanya dilakukan satu pola. 2) Berpotensi membuat frustasi. Para peserta didik bisa menjadi

frustasi jika mereka merasa tidak menghasilkan kemajuan saat terus berupaya dalam tutorial tersebut.

3) Berpotensi kekurangan panduan. Kurangnya panduan pendidik saat bekerja bisa berarti bahwa seorang peserta didik tidak menguasai materi tersebut secara efektif.

4) Jika tampilan fisik isi pembelajaran tidak dirancang dengan baik maka pembelajaran tidak akan mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik.47

47

(24)

Berdasarkan penjelasan dari beberapa kekurangan di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa model Tutorial Based Instruction memiliki kekurangan yaitu jika tampilan fisik isi pembelajaran tidak dirancang dengan baik maka pembelajaran tidak akan mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

4. PengaruhModel Pembelajaran ICARE (Introduction, Connect, Apply, Reflect, and Extend) dan Tutorial Based Instruction terhadap Kemampuan Berpikir Kritis

Usaha-usaha pendidik dalam membelajarkan peserta didik merupakan bagian yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan. Oleh karena itu, pemilihan berbagai komponen pembelajaran termasuk model pembelajaran merupakan suatu hal yang utama. Jika model pembelajaran yang digunakan sudah tepat dan sesuai dengan materi yang diajarkan maka hasilnya pun akan maksimal. Seperti halnya yang jadi fokus penelitian ini, model pembelajaran berpengaruh pada kemampuan berpikir kritis Fiqih. Adapun dasar dari pengaruh model pembelajaran model pembelajaran ICARE (Introduction, Connect, Apply, Reflect, and Extend) dan Tutorial

Based Instruction terhadap kemampuan berpikir kritis materi Fiqih,

peneliti paparkan dibawah ini:

a. Model pembelajaran ICARE (Introduction, Connect, Apply, Reflect,

and Extend) menjadi model pembelajaran dimana dengan salah

satunya adalah peserta didik mengorganisasikan pikiran dan pemahaman bahan yang telah dicapainya dengan memberi kesempatan untuk memperluas informasi yang telah diperoleh.48 Jadi dapat dikatakan model pembelajaran ICARE (Introduction, Connect,

Apply, Reflect, and Extend) adalah dengan adanya pemahaman secara

luas atau mendalami tersebut dapat melatih peserta didik dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.

48

(25)

Penerapan model pembelajaran ICARE (Introduction,

Connect, Apply, Reflect, and Extend) dalam pembelajaran Fiqih yaitu

melatih semua peserta didik untuk ikut berperan aktif dalam pembelajaran dan dituntut untuk bertanya. Dalam hal ini peserta didik mengambil waktu untuk memikirkan suatu masalah secara mendalam, menganalisis semua komponennya sambil menimbang dengan cermat tiap kemungkinan tindakan yang dapat diambil.49 Dalam pembelajaran ICARE, peserta didik memberikan kebebasan berpikir dan keleluasaan bertindak kepada peserta didik dalam memahami pengetahuan serta dalam menyelesaikan masalahnya. Pendidik tidak lagi mendoktrin peserta didik untuk menyelesaikan masalah hanya dengan cara yang telah ia ajarkan, namun juga memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk menemukan cara-cara baru. Dalam hal ini, peserta didik diberi kesempatan untuk mengkonstruksi pengetahuan oleh dirinya sendiri, tidak hanya menunggu transfer dari pendidik. Seperti halnya dalam materi Fiqih. Pada prinsipnya, peserta didik yang mampu berpikir kritis adalah yang tidak begitu saja menerima atau menolak sesuatu. Mereka akan mencermati teori bab ibadah haji, menganalisis, dan mengevaluasi informasi sebelum menentukan apakah mereka akan menerima atau menolak informasi. Jika sudah memiliki cukup pengetahuan maka mereka akan menerapkan teori tersebut ke dalam sebuah kegiatan praktik. Setelah itu, pendidik melakukan refleksi terhadap peserta didik untuk memperluas informasi, kemudian pendidik melakukan pengalaman belajar tambahan dan remdial jika dirasa perlu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran ICARE

(Introduction, Connect, Apply, Reflect, and Extend) itu berpengaruh

terhadap kemampuan berpikir kritis materi Fiqih.

b. Model Tutorial Based Instruction yang menjadi dasar model ini salah satunya adalah untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan

49

(26)

tentang cara memecahkan masalah, mangatasi kesulitan.50 Pembelajaran ini dilakukan agar peserta didik mampu menyelesaikan permasalahan dan akan membuat peserta didik memahami materi Fiqih.

Berdasarkan pelaksanaannya model Tutorial Based Instruction adalah peserta didik dibagi kelompok kecil dimana masing-masing kelompok terdiri dari tiga orang, lalu peserta didik bersama dengan kelompoknya masing-masing berdiskusi tentang pertanyaan yang diajukan oleh guru, setiap kelompok perwakilan satu untuk mengemukakan jawaban atau solusi dari pertanyaan tadi secara bergantian sampai semua kelompok memiliki kesempatan untuk mengemukakan jawabannya, selanjutnya semua kelompok menganalisis jawaban-jawaban tadi mana yang lebih benar dan efektif, pemberian balikan respons (providing feedback about

responses), yaitu setelah selesai, program akan memberikan balikan.

apakah telah sukses/berhasil atau harus mengulang. Jika peserta didik belum berhasil maka akan diadakan pengulangan (remediation).

Setelah itu bersama dengan pendidik, peserta didik menyimpulkan atas apa yang dipelajari, untuk menguji sampai mana pemahaman peserta didik atas pelajaran tadi guru memberikan tugas individu yang berisi pertanyaan-pertanyaan seputar apa yang telah dipelajari. Dengan adanya kegiatan tersebut yang terdapat bimbingan atau tutorial di dalamnya maka kemampuan berpikir kritis peserta didik materi Fiqih akan terbangun dengan adanya menganalisis pertanyaan, memecahkan masalah hingga mengevaluasi.

c. Kemampuan berpikir kritis, aspek ini berhubungan dengan kemampuan memecahkan masalah.51 Sehingga untuk mencapai tujuan dalam tingkatan kemampuan berpikir kritis ini dituntut untuk

50

Rusman, Model Tutorial Based Instruction yang menjadi dasar model ini salah satunya adalah untuk meningkatkan, Op. Cit., hlm. 291.

51

(27)

mengembangkan empat pendekatan yaitu kemampuan berpikir kreatif, kritis, memecahkan masalah dan mengambil keputisan.52 Jadi penggunaan model pembelajaran ICARE (Introduction, Connect,

Apply, Reflect, and Extend) dan Tutorial Based Instruction sangatlah

tepat digunakan dalam meningkatkan kemampuan peserta didik karena kedua model ini menuntut banyak peserta didik untuk aktif dalam bertanya dan menyelesaikan persoalan.

Selain itu kedua model ini juga menumbuhkan respon dari peserta didik untuk berkomunikasi dengan peserta didik lainya dalam mencapai tujuan yaitu terciptanya kemampuan berpikir kritis pada mata pelajaran Fiqih dengan cara bertanya apabila ada yang kurang dipahami, menganalisis, memecahkan masalah dan mengevaluasi maka akan tercapai tujuan dalam kemampuan berpikir kritis pada mata pelajaran Fiqih.

Model pembelajaran ICARE merupakan model pemrosesan informasi. Dikatakan seperti itu, dikarenakan dalam tahapan model ICARE membutuhkan pengumpulan informasi-informasi lebih lanjut agar berkesinambungan. Dasar temuan mengenai kecepatan berpikir dengan stimulus berupa tutorial yang dikemas dalam program-program komputer atau model-model pemrosesan informasi dapat dijadikan dasar dalam membantu peserta didik untuk memunculkan suatu langkah pemikiran baru selama belajarnya. Dengan begitu dapat membantu kecepatan dan melatih berpikir kritis peserta didik dan dapat memberikan pengalaman berpikir kritis dalam pengembangan stimulus-stimulus pembelajaran.53

Berdasarkan hal di atas, maka diharapkan dalam proses pembelajaran pendidik berperan penting untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik di dalam kelas. Peserta didik

52

Ahmad Susanto, Sehingga untuk mencapai tujuan dalam tingkatan kemampuan berpikir kritis, Ibid, hlm. 129.

53

(28)

diharuskan untuk mampu berinteraksi dengan teman dan kelompoknya untuk saling tukar pendapat atau pikiran tentang materi Fiqih yang telah dibahasnya.

Melalui penerapan model pembelajaran ICARE (Introduction,

Connect, Apply, Reflect, and Extend) dan Tutorial Based Instruction

guna membantu peserta didik untuk turut terlibat secara langsung dan aktif berpartisipasi dalam pembelajaran di kelas sehingga dapat memunculkan kemampuan menganalisis, mengumpulkan data, memecahkan masalah dan mengambil keputusan tentang materi tentang materi belum dipahami antar peserta didik dan peserta didik juga akan termotivasi untuk saling membantu menyelesaikan masalah maka dapat menjadikan peserta didik berpikir kritis pada pembelajaran Fiqih. Dengan peserta didik mampu menganalisis, mengumpulkan data, memecahkan masalah dan mengambil keputusan inilah dapat menjadikan tingkat kemampuan berpikir kritis peserta didik.54 Dengan demikian, dalam proses pembelajaran Fiqih dapat dijadikan sarana yang tepat dalam menumbuhkan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Karena dalam pembelajaran Fiqih banyak konsep atau masalah yang ada di lingkungan peserta didik, sehingga dapat dijadikan suatu objek untuk dapat menumbuhkan cara berpikir kritis peserta didik.

Berdasarkan paparan diatas, apabila pendidik dapat menggunakan model pembelajaran ICARE (Introduction, Connect,

Apply, Reflect, and Extend) dan Tutorial Based Instruction dengan

baik dan benar, maka akan mempengaruhi kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam mata pelajaran Fiqih.

54

(29)

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang peneliti temukan, peneliti belum menemukan judul yang sama akan tetapi peneliti mendapatkan suatu karya yang ada relevansinya sama dengan judul penelitian ini. Adapun karya tersebut antara lain:

Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang peneliti teliti diantaranya yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Khoirotul Wahidah dengan judul

(30)

MI NU Miftahul Huda 02 Sudimoro Karangmalang Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015. Sehingga variabel pengaruhnya adalah sebesar 16,89 %, dari (0,411)2 x 100 % = 0,168921 x 100 % sedangkan sisanya 100 % - 16,89 % = 83,11 % adalah pengaruh variabel lain yang belum diteliti oleh peneliti.55

2. Penelitian yang berjudul “Model Pembelajaran ICARE pada Kurikulum Mata Pelajaran TIK di SMP (ICARE based Instructional Model on ICT

Curriculum in Yunior Secondary School), 2011, Dinn Wahyudin.

Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model-model pembelajaran TIK melalui model ICARE memberikan efek positif dan dapat dikembangkan menjadi pembelajaran yang lebih bermakna dan menyenangkan. Merujuk pada test statistic 0,05 (tingkat signifikansi 95%) dan perbandingan hasil pre-test serta post-test, penelitian ini membuktikan model ICARE berpengaruh pada penguasaan materi. Test validasi pada tingkat signifikansi yang sama menunjukkan bahwa di sekolah pedesaan, sekolah perbatasan antar kota dan di sekolah yang berada di perkotaan, model pembelajarn ICARE lebih efektif daripada model lain yang sudah dipraktekkan oleh pendidik.56

3. Penelitian yang dilakukan oleh Nofitri dengan judul “Penerapan Pembelajaran Berbasis Komputer Model Tutorial untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa : Studi Pada Mata Pelajaran IPA (Biologi) di MTs

Swasta Kota Bandung”, 2009.

Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah kualitatif. Hasil dalam penelitian ini adalah bahwa : a) model pembelajaran tutorial dapat meningkatkan hasil belajar siswa apabila diiringi dengan motivasi

55Siti Khoirotul Wahidah, “Pengaruh Metode Maieutic (Seminar Socrates) Terhadap

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MI NU Miftahul Huda 02 Sudimoro Karangmalang Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015”, Fakultas Tarbiyah STAIN Kudus, Kudus, 2015.

56Dinn Wahyudin “Model Pembelajaran ICARE pada Kurikulum Mata Pelajaran TIK di

(31)

yang kuat dan kemampuan mengoperasikan komputer, b) keberhasilan pembelajaran tutorial disebabkan karena faktor-faktor yang mendukung keberhasilan pembelajaran berbasis komputer telah terpenuhi dengan baik, baik dari segi sarana prasarana, kemampuan guru dan siswanya, c) pembelajaran berbasis tutorial efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa apabila faktor penghambat, kendala dan kelemahan dari pembelajaran berbasis komputer tersebut dapat diatasi dengan cara melengkapi sarana prasarana, memberikan pelatihan komputer untuk guru yang terorganisir dengan baik.57

Selanjutnya, hasil dari penelitian terdahulu ini dijadikan acuan peneliti, dalam melakukan penelitian ini. Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

Adapun persamaannya, adalah sebagai berikut :

Pembelajarannya mengupayakan kemampuan berpikir kritis pada peserta didik yang dilaksanakan sama-sama melalui pembelajaran di sekolahan. Sedangkan, perbedaannya dari penelitian skripsi tersebut adalah sebagai berikut :

a. Pelaksanaannya diterapkan pada jenjang sekolah yang berbeda.

b. Penelitian yang dilakukan peneliti menitikberatkan pada penerapan penerapan model pembelajaran ICARE dan Tutorial Based

Instruction terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam

materi Fiqih.

c. Bidikan dari pembelajaran yang dilakukan adalah kemampuan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran Fiqih dengan menggunakan model pembelajaran ICARE dan Tutorial Based Instruction

57Nofitri, “

Penerapan Pembelajaran Berbasis Komputer Model Tutorial untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa : Studi Pada Mata Pelajaran IPA (Biologi) di MTs Swasta Kota Bandung”,

(32)

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.58 Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan variabel independen dan dependen.

Banyaknya model pembelajaran yang diterapkan dalam proses belajar mengajar oleh pendidik terhadap peserta didik. Dimana setiap model memiliki tujuan dan hasil tertentu terhadap peserta didik. Misalnya, dalam mata pelajaran Fiqih yang kebanyakan dari pendidik menggunakan model tradisional sehingga pendidik harus mengganti model pembelajaran yang dapat membuat peserta didik aktif dan dapat berpikir kritis.

Pembelajaran seperti model ICARE (Introduction, Connect, Apply,

Reflect, and Extend) dan Tutorial Based Instruction merupakan model

pembelajaran yang diterapkan dalam mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah yang bertujuan untuk mengetahui hasil dan pengaruh dalam menggunakan pembelajaran model tersebut, dalam hal ini yang peneliti maksud adalah pengaruh model pembelajaran ICARE (Introduction, Connect,

Apply, Reflect, and Extend) dan Tutorial Based Instruction terhadap

kemampuan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran Fiqih.

Peserta didik yang berada di dalam sekolah diasumsikan telah memiliki keinginan yang kuat dan kemauan yang besar dalam belajar, sehingga kemampuan mereka untuk berpikir kritis pada suatu masalah yang terjadi bahkan yang akan terjadi sangatlah kuat.

Kemampuan berpikir kritis peserta didik sangat perlu dikembangkan demi keberhasilan mereka dalam pendidikan dan dalam kehidupan bermasyarakat. Kemampuan berpikir kritis dapat dikembangkan atau diperkuat melalui proses pembelajaran. Artinya, di samping pembelajaran mengembangkan kemampuan kognitif untuk suatu mata pelajaran tertentu, juga dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Tidak

58

(33)

semua proses pembelajaran secara otomatis akan mengembangkan kemampuan berpikir kritis, hanya proses pembelajaran yang mendorong keaktifan dalam berargumen, mendorong kerjasama dalam mengkaji dan menemukan pengetahuan, refleksi diri, dan mengembangkan tanggungjawab, yang akan mengembangkan berpikir kritis peserta didik.

Kemampuan dalam berpikir kritis akan memberikan arahan yang lebih tepat dalam berpikir, bekerja, dan membantu lebih akurat dalam menentukan keterkaitan sesuatu dengan lainnya. Oleh sebab itu, kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan dalam pemecahan masalah atau pencarian solusi. Kemampuan berpikir kritis merupakan integrasi berbagai komponen seperti pengamatan, analisis, penalaran, penilaian, pengambilan keputusan, dan persuasi.

Oleh karena itu, kemampuan berpikir kritis peserta didik dikembangkan dengan menggunakan model pembelajaran ICARE (Introduction, Connect,

Apply, Reflect, and Extend) dan Tutorial Based Instruction pada mata

pelajaran Fiqih agar peserta didik dapat lebih memahami ilmu agama secara

mendalam khususnya pada mata pelajaran Fiqih di MTs Hasyim Asy’ari

Jepara. Karena persoalan agama yang ada dalam kehidupan sehari-hari (sosial) erat kaitannya dengan fiqih disamping persoalan yang berhubungan dengan Allah.

Adapun gambaran kerangka berfikir dari penelitian tentang “Pengaruh model pembelajaran ICARE (Introduction, Connect, Apply, Reflect, and

Extend) dan Tutorial Based Instruction terhadap Kemampuan berpikir kritis

(34)

Gambar 2.3

Kerangka Penelitian

Keterangan :

: Secara Parsial : Secara Simultan

Uraian di atas memberikan pemahaman bahwa adanya kemampuan berpikir kritis peserta didik umumnya dipengaruhi oleh penggunaan model ICARE dan model Tutorial Based Instruction dalam berlangsungnya suatu proses pembelajaran, maka proses pembelajaran peserta didik dalam mata pelajaran Fiqih di MTs Hasyim Asy’ari Kalipucang Wetan Welahan Jepara akan berlangsung dengan baik.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Secara keseluruhan hipotesis adalah kebenaran yang masih berada dibawah (belum tentu benar) dan baru dapat diangkat menjadi suatu kebenaran jika memang telah dianalisis dengan menggunakan bukti yang sesuai.59 Agar penelitian yang menggunakan analisa statistik dapat terarah maka perumusan hipotesis sangat perlu ditempuh.

59

Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 2002, hlm. 110.

Model ICARE

(X1)

Tutorial Based Instruction (X2)

(35)

Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian itu telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.60 Jadi, hipotesis merupakan kesimpulan yang belum final artinya masih harus dibuktikan lagi kebenarannya atau dengan kata lain hipotesis adalah jawaban atau dugaan yang yang dianggap benar kemungkinannya untuk menjadi jawaban yang benar.

Adapun hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini adalah: 1. Hipotesis pertama

Penerapan model pembelajaran ICARE (Introduction, Connect, Apply,

Reflect, and Extend), Tutorial Based Instruction dan kemampuan berpikir

kritis peserta didik pada mata pelajaran Fiqih di MTs Hasyim Asy’ari

Kalipucang Wetan Welahan Jepara tahun pelajaran 2016/2017 dinyatakan dalam kategori baik.

2. Hipotesis kedua

Penerapan model pembelajaran ICARE (Introduction, Connect, Apply,

Reflect, and Extend) berpengaruh signifikan terhadap kemampuan berpikir

kritis peserta didik pada mata pelajaran Fiqih di MTs Hasyim Asy’ari Kalipucang Wetan Welahan Jepara tahun pelajaran 2016/2017 dinyatakan dalam kategori baik.

3. Hipotesis ketiga

Penerapan model pembelajaran Tutorial Based Instruction berpengaruh signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik di MTs

Hasyim Asy’ari Kalipucang Wetan Welahan Jepara tahun pelajaran 2016/2017.

60

(36)

4. Hipotesis keempat

Model pembelajaran ICARE (Introduction, Connect, Apply, Reflect, and

Extend) dan Tutorial Based Instruction secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik di MTs

Gambar

Gambar 2.1 Pemikiran model pembelajaran ICARE
Gambar 2.2 Tahapan Tutorial Based Instruction
Gambar 2.3 Kerangka Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Resilience Dividend Valuation Model (RDVM) A dynamic, systems-based approach to estimating the resilience dividend that maps changes in the flow of goods and services from a

Dengan bantuan, bimbingan, serta arahan dari berbagai pihak, maka penulisan Konsep Karya Tugas Akhir dengan judul PERANCANGAN ANIMASI ILUSTRASI KULINER KOTA SOLO

Kalau melihat persyaratan di atas selektor harus memiliki pengetahuan yang luas.Untuk itu, di Perpustakaan khusus atau perguruan tinggi biasanya mengusahakan agar

Analisis data dalam penelitian kualitatif adalah proses mencari dan mengatur secara sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan- bahan yang lain yang telah

the seed viability, plant height, fresh and dry weight of tomato compared to control, but also they did not have harmful effects to the tomato plants. The characteristics of

dengan unit usaha pesaing, melakukan suatu yang lebih baik dari unit. usaha

"ltulah Nak, Nenek diminta Aghunte-ghunteli untuk menyampaikan ini padamu," Nenek Kamomono berkata sambil menyerahkan telur kepada Putri Bungsu.. Kanda

The teacher proceeded to a speaking activity to make the students use the present perfect form?. The students had to ask one another about their