• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori - ADE NURHIKMAH BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori - ADE NURHIKMAH BAB II"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Lembar Kerja Siswa (LKS) a. Pengertian LKS

LKS menurut Prastowo (2014: 269) merupakan materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa sehingga siswa diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri. LKS biasanya berupa lembar-lembar kertas yang berisi ringkasan materi, dan petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang dikerjakan siswa sesuai kompetensi dasar yang harus dicapai. LKS menurut Sumantri (2015: 333) merupakan lembar-lembar berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Tugas yang diberikan dalam LKS harus dilengkapi referensi yang terkait dengan materi.

Lembar kerja menurut Trianto (2009:222) adalah panduan siswa untuk digunakan dalam kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. LKS dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun semua aspek pembelajaran. LKS menurut Widjajanti Endang (2008: 1):

LKS merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dikembangkan oleh guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. LKS yang disusun dapat dirancang dan dikembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatan pembelajaran yang akan dihadapi.

(2)

ringkasan materi dan soal-soal yang dikemas sedemikian rupa. LKS juga dapat digunakan sebagai panduan siswa dalam melakukan penyelidikan dan pemecahan masalah sehingga siswa dapat belajar secara mandiri.

b. Tujuan penyusunan LKS

Tujuan penyusunan LKS menurut Prastowo (2012: 270), diantaranya sebagai berikut:

1) Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan. bahan ajar yang disajikan dengan tampilan menarik dan mudah dipahami akan mendorong siswa untuk membaca.

2) Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan peserta didik terhadap materi yang diberikan. Tugas yang disajikan dalam bahan ajar harus sesuai dengan materi yang diberikan.

3) Melatih kemandirian belajar peserta didik. LKS disusun dan dirancang sedemikian rupa agar dapat melatih siswa untuk belajar secara mandiri.

4) Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta didik. Guru dapat memanfaatkan LKS untuk memberikan tugas kepada peserta didik untuk dikerjakan secara mandiri tanpa bergantung pada guru.

Terdapat empat tujuan penyusunan LKS yaitu LKS disusun untuk memudahkan siswa dalam mempelajari materi, menyajikan tugas-tugas untuk meningkatkan penguasaan materi, melatih kemandirian siswa, dan memudahkan guru memberi tugas kepada siswa. Tujuan penyusunan LKS menurut prastowo dapat dijadikan pedoman dalam pengembangan LKS sehingga LKS dapat tersusun dengan baik dan mencapai tujuan penyusunan.

(3)

Terdapat beberapa fungsi LKS menurut Widjajanti (2008: 1-2) sebagai berikut:

1) Menjadi alternatif bagi guru untuk mengarahkan pengajaran atau memperkenalkan suatu kegiatan tertentu sebagai kegiatan belajar mengajar.

2) Digunakan untuk mempercepat proses pengajaran dan menghemat waktu penyajian suatu topik.

3) Untuk mengetahui seberapa jauh materi yang telah dikuasai siswa.

4) Mengoptimalkan alat bantu pengajaran yang terbatas. 5) Membantu siswa dapat lebih aktif dalam proses belajar

mengajar.

6) Membangkitkan minat siswa jika LKS disusun secara rapi, sistematis, dan mudah dipahami oleh siswa sehingga mudah menarik perhatian siswa.

7) Menumbuhkan kepercayaan pada diri siswa dan meningkatkan motivasi belajar dan rasa ingin tahu.

8) Mempermudah penyelesaian tugas perorangan, kelompok atau klasikal karena siswa dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan kecepatan belajarnya.

9) Digunakan untuk melatih siswa menggunakan waktu seefektif mungkin.

10) Meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.

Fungsi LKS antara lain menjadi alternatif guru mengajar, mempercepat proses pengajaran, mengecek pemahaman siswa, membuat siswa lebih aktif, membangkitkan minat belajar siswa, memotivasi siswa, dll. Disimpulkan bahawa fungsi LKS adalah sebagai alat bantu untuk guru mengajar dan membantu siswa untuk aktif.

d. Karakteristik LKS yang baik menurut Sungkono (2009) adalah sabagai berikut:

1) LKS memiliki soal-soal yang harus dikerjakan siswa, dan kegiatan-kegiatan seperti percobaan yang harus siswa lakukan.

(4)

3) Materi yang disajikan merupakan rangkuman yang tidak terlalu luas pembahasannya tetapi sudah mencakup apa yang akan dikerjakan atau dilakukan siswa.

4) Memiliki komponen-komponen seperti kata pengantar, pendahuluan, daftar isi, dan lain-lain.

Karakteristik LKS dapat digunakan sebagai pedoman untuk mengembangkan sebuah LKS. LKS yang dikembangkan harus memperhatikan dan disesuaikan dengan karakteristik LKS yang baik agar produk LKS yang dikembangkan menjadikan produk yang baik. e. Langkah-langkah menyusun LKS

Langkah-langkah dalam penyusunan LKS menurut Prastowo (2012: 275) sebagai berikut:

1) Melakukan analisis kurikulum. Analisis dilakukan untuk menentukan materi apa yang memerlukan bahan ajar berupa LKS. Cara menentukannya dengan melihat materi pokok, pengalaman belajar serta materi yang akan diajarkan.

2) Menyusun peta kebutuhan LKS. Peta kebutuhan LKS diperlukan untuk mengetahui jumlah LKS yang akan dibuat dan mengetahui urutan LKS.

3) Menentukan judul LKS. Judul LKS ditentukan atas dasar kompetensi dasar, materi pokok dan juga pengalaman belajar.

4) Penulisan LKS

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penulisan LKS yaitu sebagai berikut:

a) Merumuskan kompetensi dasar. Rumusan kompetensi dasar dapat diturnkan langsung dari kurikulum yang berlaku yaitu kurikulum KTSP.

b) Menentukan alat penilaian. Suatu penilaian dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja peserta didik. Alat penilaian disesuaikan dengan pendekatan pembelajaran yang digunakan.

c) Menyusun materi. Penyusunan materi atau isi LKS harus memperhatikan kompetensi dasar yang akan dicapai. Tugas-tugas yang diberikan pada LKS juga harus ditulis dengan jelas agar siswa dapat memahami apa yang diinstruksikan.

(5)

kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas-tugas dan langkah-langkah kerja, serta penilaian. Apabila suatu LKS tidak memenuhi keenam komponen tersebut maka tidak dapat disebut sebaga LKS.

Terdapat 4 langkah dalam penyusunan LKS, yaitu melakukan analisis kurikulum, menyusun peta kebutuhan LKS, menentukan judul, kemudian penulisan LKS. Langkah-langkah penyusunan LKS digunakan sebagai pedoman ketika akan mengembangankan sebuah produk LKS.

2. TeoriVan Hiele

Teori Van Hiele dikembangkan oleh Van Hiele seorang pengajar matematika di Belanda yang telah melakukan penelitian di lapangan, melalui observasi dan tanya jawab. Penelitian yang dilakukan oleh Van Hiele melahirkan beberapa kesimpulan mengenai tahap-tahap perkembangan kognitif anak dalam memahami geometri. Van Hiele (Aisyah, 2008) menyatakan bahwa terdapat 5 tahap pemahaman geometri yaitu : Tahap Pengenalan, Analisis, Pengurutan, Deduksi, dan Keakuratan.

a. Tahap Pengenalan

(6)

siswa tidak dapat memahami dan menentukan sifat geometri dan karakteristik bangun yang ditunjukkan.

b. Tahap Analisis

Pada tahap ini siswa sudah tampak adanya analisis terhadap konsep dan sudah dapat memahami sifat-sifat dari bangun-bangun geometri. Pada tahap ini siswa sudah mengenal sifat-sifat geometri, seperti persegi panjang memiliki dua pasang sisi yang sejajar dimana sisi-sisi yang berhadapan sama panjang, setiap sudutnya siku-siku, memiliki dua buah diagonal yang sama panjang dan saling berpotongan di titik pusat persegi panjang, memiliki 2 sumbu simetri yaitu vertikal dan horisontal.

c. Tahap Pengurutan

Pada tahap ini siswa sudah mampu mengetahui hubungan yang terkait antara suatu bangun geometri dengan bangun geometri lainnya. Misalnya, siswa sudah mengetahui jajargenjang itu trapesium, belah ketupat adalah layang-layang. Pada tahap ini siswa sudah mampu untuk melakukan penarikan kesimpulan tetapi karena masih tahap awal siswa masih belum mampu untuk menjelaskan secara rinci.

d. Tahap Deduksi

(7)

dengan menggunakan prinsip kesejajaran. Pembuktian secara induktif yaitu dengan memotong-motong sudut-sudut benda jajargenjang, kemudian setelah itu ditunjukkan semua sudutnya membentuk sudut satu putaran penuh atau 360° belum tuntas dan belum tentu tepat. e. Tahap Keakuratan

Pada tahap ini siswa sudah memahami betapa pentingnya ketepatan dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian. Siswa pada tahap ini sudah memahami mengapa sesuatu itu dijadikan dalil atau patokan. Tahap keakuratan merupakan tahap tertinggi dalam memahami geometri. Pada tahap ini memerlukan tahap berpikir yang kompleks dan rumit.

Pembelajaran menggunakan teori Van Hiele dalam pemahaman geometri memperhatikan perkembangan kognitif siswa dan memiliki tahap-tahap pemahaman seperti tahap pengenalan, tahap analisis, tahap pengurutan, tahap deduksi, dan tahap keakuratan. Setiap tahapan menunjukkan proses berpikir yang digunakan siswa dalam belajar. Dilihat dari perkembangan kognitif siswa tahapan yang sesuai dengan siswa kelas V sudah pada tahap pengurutan. Kegiatan belajar mengajar pada setiap tahapan mengacu pada lima fase pembelajaran teoriVan Hiele.Lima fase pembelajaran menurutVan Hiele(Aisyah, 2008) sebagai berikut:

a. Fase Informasi

Guru dan siswa melakukan tanya-jawab atau berdiskusi, guru mengidentifikasi apa yang sudah diketahui siswa mengenai sebuah topik dan siswa menjadi berorientasi pada topik baru itu. b. Fase Orientasi

(8)

tugas-tugas yang distrukturkan secara cermat seperti pelipatan, pengukuran, atau pengkonstruksian.

c. Fase Eksplisitasi/ Penjelasan

Siswa menggambarkan apa yang telah mereka pelajari mengenai topik dengan kata-kata mereka. Guru sesedikit mungkin dalam membantu siswa menggunakan bahasa yang tepat dan akurat.

d. Fase Orientasi Bebas

Siswa menghadapi tugas-tugas yang lebih kompleks berupa tugas yang memerlukan banyak langkah, tugas yang dilengkapi dengan banyak cara, dan tugas yangopen-ended.

e. Fase Integrasi

Siswa meninjau kembali dan meringkas apa yang telah dipelajari. Pada akhir fase ini siswa mencapai tahap berpikir yang baru.

Terdapat 5 Fase pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran Van Hieleyaitu fase informasi, orientasi, eksplisitasi/penjelasan, orientasi bebas, dan integrasi. Fase pembelajaran tersebut digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan pelaksanaan pembelajaran dan pengembangan lembar kerja siswa.

3. Pemahaman Konsep

(9)

rumus dalam perhitungan sederhana. Adapun pemahaman relasional, termuat skema atau struktur yang dapat digunakan pada penyelesaian masalah yang lebih luas, dapat mengaitkan suatu konsep atau prinsip dengan konsep lainnya dan sifat pemakaiannya lebih bermakna.

Konsep menurut Robert M. Gagne (Sumiati dan Asra, 2008: 53) merupakan simbol berpikir. Hal ini diperoleh dari hasil membuat tafsiran terhadap fakta atau realita, dan hubungan antara berbagai fakta sehingga suatu konsep dapat menggolongkan sesuatu menurut ciri-ciri khusus. Suyono (2014: 146-147) menyatakan bahwa konsep merupakan segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang dapat timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti/isi dan sebagainya.

(10)

Pemahaman menurut Carin & Sund (Susanto, 2014: 7) dikategorikan kepada beberapa aspek, dengan kriteria-kriteria sebagai berikut:

a. Pemahaman merupakan kemampuan untuk menerangkan dan menginterpretasikan sesuatu. Seseorang yang telah memahami sesuatu akan mampu menerangkan atau menjelaskan kembali apa yang telah ia terima melalui tafsiran yang luas.

b. Pemahaman bukan sekedar mengetahui. Biasanya dalam pemahaman ini bukan hanya sebatas seseorang mengingat kembali pengalaman dan memproduksi apa yang pernah dipelajari, namun seseorang dapat memberikan gambaran atau contoh dan penjelasan yang lebih luas.

c. Pemahaman lebih dari sekedar mengetahui. Pemahaman melibatkan proses mental yang dinamis, dengan memahami ia akan mampu memberikan uraian dan penjelas yang lebih kreatif serta mampu memberikan gambaran yang lebih luas.

d. Pemahaman merupakan suatu proses bertahap yang masing-masing tahap mempunyai kemampuan tersendiri. Seseorang dikatakan paham ketika mampu menerjemahkan, menginterpretasikan, ekstrapolasi, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

(11)

Indikator pemahaman konsep matematika menurut Salim (Susanto, 2013: 209) dapat dilihat dari kemampuan siswa sebagai berikut:

1. Menyatakan konsep secara lisan dan tulisan. Siswa dapat menyatakan atau menjelaskan sebuah konsep dengan kalimat sendiri secara lisan atau tertulis.

2. Membuat contoh dan noncontoh. Siswa dapat menyebutkan contoh dan bukan contoh dari suatu materi yang diberikan. 3. Menyajikan konsep dengan model, diagram, dan simbol.

Siswa dapat menyajikan suatu konsep dengan menggunakan model, diagram, dan simbol.

4. Mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk lain. Siswa dapat mewujudkan atau menggambarkan suatu konsep ke bentuk yang berbeda seperti memaparkan dengan bentuk gambar, grafik, atau tabel.

5. Mengenal berbagai makna dan tafsiran konsep. Siswa mampu mengenal dan memahami berbagai makna dan tafsiran konsep. 6. Menentukan sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat yang menentukan suatu konsep. Siswa dapat mengelompokkan objek sesuai dengan sifat-sifat yang dipelajari, menentukan suatu konsep berdasarkan sifat-sifat tertentu.

7. Membandingkan dan membedakan konsep-konsep. Siswa dapat membandingkan dan membedakan konsep-konsep yang dipelajari.

Indikator pemahaman tersebut dapat mempermudah dalam mengetahui kemampuan pemahaman konsep siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Siswa dapat dikatakan paham terhadap konsep matematika jika memenuhi beberapa indikator yang telah disebutkan di atas.

4. Matematika

a. Pengertian Matematika

(12)

dalam penyelesaian masalah sehari-hari maupun dalam dunia kerja dan memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari pola dari struktur, perubahan dan ruang yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir. Matematika juga merupakan ilmu yang memberika kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari.

b. Tujuan Mata Pelajaran Matematika

Tujuan mata pelajaran Matematika di sekolah dasar menurut Depdiknas ( Susanto, 2013: 190) sebagai berikut:

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam

kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

(13)

yang meliputi kemampuan memahami masalah, mengominikasikan gagasan dengan simbol dll, memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.

B. Penelitian yang Relevan

1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hj. Epon Nur’aeni dengan judul “Pengembangan Kemampuan Komunikasi Geometris Siswa

Sekolah Dasar Melalui Pembelajaran Berbasis Teori Van Hiele” berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa kemampuan komunikasi geometris siswa sekolah dasar dapat dikembangkan melalui pembelajaran berbasis teori Van Hiele dengan lima tahap dalam pembelajaran : 1 ) Informasi, 2) Orientasi terarah/terpadu, 3) Eksplisitasi, 4) Orientasi Bebas, 5) Integrasi. Simpulan dalam penelitian ini adalah mengajar geometri di Sekolah Dasar yang memperhatikan tingkat berpikir geometri siswa akan lebih mempermudah siswa dalam kemampuan komunikasi geometri siswa sehingga dapat membantu pemahaman konsep dasar geometri.

2. Berdasarkan penelitian yang dilakukan olehChew Cheng Meng dengan judul “Enhancing Students' Geometric Thinking Through Phase-Based

Instruction Using Geometer’s Sketchpad: A Case Study” dari hasil

(14)

alat yang tepat, dan bimbingan guru, siswa dapat mempelajari konsep geometris padat yang penting dengan pemahaman yang meningkat. 3. Berdasarkan penelitian yang dilakukan olehHsiu-Lan Ma, De-Chih Lee

& Szu-Hsing Lin, danDer-Bang Wudengan judul “A Study of Van Hiele of Geometric Thinking among 1st through 6th Hsiu-Lan Ma Graders” dari hasil penelitian diperoleh bahwa penelitian ini memberi bukti pendukung hirarki tingkat Van Hiele, siswa pada tingkat yang berbeda memiliki konsep yang berbeda, dan untuk siswa sekolah dasar tingkat kelulusan anak laki-laki dan perempuan tidak memiliki perbedaan signifikan dalam tingkat pemikiran geometrisVan Hiele. Simpulan dari penelitian ini bahwa setiap tingkat memiliki konsep yang berbeda dan tingkat pemikiran Van Hiele terhadap tingkat kelulusan anak laki-laki dan perempuan tidak memiliki perbedaan signifikan.

4. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurhayana, E, Nyoman Dantes, Made Candiasa dengan judul “ Pengaruh Pembelajaran Berbasis Model Van Hiele terhadap pemahaman konsep Geometri ditinjau dari Kemampuan Visualisasi Spasial pada Siswa Kelas V di Gugus II Kecamatan Buleleng”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

pembelajaran berbasis model Van Hiele dengan ditinjau kemampuan visualisasi spasial berpengaruh secara signifikan terhadap pemahaman konsep geometri siswa kelas V SD di Gugus II Kecamatan Buleleng.

(15)

berbeda-beda. Model Van Hiele dapat meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi siswa dengan perencanaan kegiatan yang tepat.

Tabel. 2.1

Perbedaan Produk yang Dikembangkan dengan Penelitian yang Relevan No. Perbedaan Produk yang

dikembangkan Produk hasil penelitian yang relevan 1. Bahan yang

dikembang kan

Lembar Kerja Siswa (LKS)

1. Hj. Epon N; Model Pembelajaran.

2.Chew Cheng Meng; Model Pembelajaran 3.Hsiu-Lan Ma, De-Chih Lee & Szu-Hsing

Lin, dan Der-Bang Wu; Model

Matematika 1. Hj. Epon N; Matematika

2.Chew Cheng Meng; Matematika

3.Hsiu-Lan Ma, De-Chih Lee & Szu-Hsing Lin, danDer-Bang Wu; Matematika 4. Nurhayana, E, Nyoman Dantes, Made

1. Hj. Epon N; Geometri

2.Chew Cheng Meng; Geometri

3.Hsiu-Lan Ma, De-Chih Lee & Szu-Hsing Lin, danDer-Bang Wu; Geometri

4. Nurhayana, E, Nyoman Dantes, Made geometri Van Hiele berasaskan fasa menggunakan GSP.

3.Hsiu-Lan Ma, De-Chih Lee & Szu-Hsing Lin, danDer-Bang Wu; Pembuktian yang mendukung hierarki tingkatVan Hiele. 4. Nurhayana, E, Nyoman Dantes, Made

(16)

C. Kerangka Pikir

Matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit dan tidak disukai oleh kebanyakan siswa dikarenakan pelajaran matematika menekankan pada penalaran yang biasanya berhubungan dengan ide, proses, dan pengalaman. Salah satu bagian terbesar yang diajarkan pada mata pelajaran matematika adalah geometri. Pembelajaran pada materi geometri, siswa tidak cukup hanya menghafal namun harus ikut serta mencoba dan menemukan ide-ide dalam memahami suatu konsep. LKS perlu digunakan terutama pada mata pelajaran matematika untuk memancing siswa aktif dalam proses pembelajaran. Siswa yang aktif dalam pembelajaran akan membantu siswa untuk memahami konsep dan mengatasi kesulitan dalam belajar matematika.

Berdasarkan hasil lapangan dan wawancara yang dilakukan pada tanggal 27 februari 2018 mengenai permasalahan dalam kegiatan belajar mengajar pada pembelajaran matematika yaitu masih kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep matematika yang diajarkan. LKS digunakan guru sebagai penunjang dalam proses pembelajaran yang dilakukan di kelas. Hasil analisis LKS yang digunakan guru menunjukkan perlu adanya perbaikan terhadap tujuan dan penyajian dalam LKS agar sesuai dengan tujuan pembelajaran dan dapat disajikan dengan lebih menarik.

(17)

LKS diperlukan sebagai penunjang keberhasilan proses pembelajaran. Pengembangan LKS dengan teoriVan Hielemateri sifat kesebangunan dan simetri diharapkan dapat membantu siswa untuk memahami materi yang diajarkan. Dalam teori Van Hiele mengajukan lima tahap pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan berpikir siswa pada materi geometri. Penerapan teori pembelajaran Van Hiele diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi sifat kesebangunan dan simetri.

Agar lebih jelas disusun bagan kerangka berpikir sebagai berikut :

Bagan 2.2 Kerangka Pikir

Pengembangan Lembar Kerja Siswa dengan teoriVan Hiele diharapkan dapat membantu siswa untuk memahami materi yang diajarkan

Pengembangan LKS dengan teoriVan Hielemateri sifat kesebangunan dan simetri di kelas V SD diharapkan dapat

meningkatkan pemahaman konsep siswa.

Penunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran adalah penggunaan lembar kerja siswa.

Gambar

Tabel. 2.1

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian mengenai pengaruh gelombang mikro terhadap tubuh manusia menyatakan bahwa untuk daya sampai dengan 10 mW/cm2 masih termasuk dalam nilai ambang batas aman

Taksonomi dapat diartikan sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan) tertentu. Di mana taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum dan

Selain pembagian ini, terdapat juga kamus bantu untuk buku pelajaran, kamus digital (software) dan kamus online (laman web). Perkembangan ilmu pengetahuan yang kemudian

Abdullah bin Mubarok berkata, “Sungguh mengembalikan satu dirham yang berasal dari harta yang syubhat lebih baik bagiku daripada bersedeqah dengan seratus ribu dirham”..

Penerapan media poster untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

12 Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis sampaikan pula terima kasih kepada semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu baik

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kekuatan geser pelekatan resin komposit packable dengan intermediate layer resin komposit flowable menggunakan

Hasil studi ini menunjukan bahwa kepemilikan institusional memberikan pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility, dewan