• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA ENREKANG KABUPATEN ENREKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "EVALUASI PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA ENREKANG KABUPATEN ENREKANG"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA ENREKANG KABUPATEN ENREKANG

SKRIPSI

Oleh

RIZKY RIFALDY R.S NIM 45 15 042 010

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2020

(2)

EVALUASI PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA ENREKANG KABUPATEN ENREKANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk memenuhi Salah satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S.T)

OLEH

RIZKY RIFALDY NIM 45 15 042 010

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR 2020

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Rezky Rifaldy R.S, 2020 “EVALUASI PENGELOAAN PERSAMPAHAN DI KOTA ENREKANG KABUPATEN ENREKANG”. Dibimbing oleh Dr. Ir. Syafri, M.Si dan Ilham Yahya, ST, M.SP.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui serta evaluasi penegelolaan persampahan yang berada di Kota Enrekang Kabupaten Enrekang.

Variabel yang digunakan terdiri dari 5 diantaranya: (X1) Pewadahan; (X2) Pengumpulan; (X3) Pengangkutan; (X4) Pembuangan Akhir; (Y) Teknik Operasional. Metode analisis yang digunakan berupa analisis dekriptif, dengan menggambarkan atau menguraikan secara jelas kondisi yang terjadi dilokasi penelitian berdasarkan ketentuan-ketentuan teknik pengelolaan sampah yang ada.

Diketahui bahwa beberapa variabel sumber pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, penmbuangan akhir (TPA). Dimana dari hasil analisis yang diperoleh dimana terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya pengeloaan persampahan di Kota Enrekang dari aspek operasinal karena kondisi pengelolaan persampahan di Kota Enrekang dari segi kualitas dan kuantitas infratsruktur serta segi aspek non infrastruktur masih belum memadai, hal ini disebabkan karena kondisi wilayah Kota Enrekang yang cukup luas dengan kondisi geografis yang bergunung sehingga sangat sulit untuk mengelolah persampahan

Kata Kunci : Pengelolaan, Persampahan, Kota Enrekang.

(7)

i

KATA PENGANTAR

Allahamdulillahi Rabbil’alamin. Segala puji syukur tak terhingga penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang maha Tunggal, Pencipta Alam semesta beserta isinya dan tempat berlindung bagi umat- Nya. Shalawat serta salam kami limpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat hingga akhir zaman.

Atas limpah rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul “Analisis pengelolaan persampahan di Kota Enrekang Kabupaten Enrekang”, penelitian ini berisikan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pengelolaan sampah di Kota Enrekang dan mengevaluasi hasil dari kinerja pengelolaan sampah yang masih belum optimal.

Penghargaan dan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Ibunda tercinta Suriyana dan Ayahanda Abd Rasyid yang telah mencurahkan segenap cinta dan kasih sayangnya serta perhatian moril dan materilnya.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat, kesehatan, karunia dan keberkahan di dunia dan di akhirat atas segala didikan serta budi baik dan pengorbanan yang diberikan kepada penulis.

(8)

ii Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Olehnya dengan segala kerendahan hati dan ketulusan penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Ridwan, ST., M.Si selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar.

2. Bapak Ir. Rudi Latief, M.Si selaku Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Bosowa Makassar dan Dosen Penguji.

3. Dr. Ir. Syafri., M.Si selaku Pembimbing pertama yang telah bersedia membimbing dan mengarahkan penulis demi kesempurnaan dan penyelesaian skripsi ini.

4. Ilham Yahya., ST., MSP selaku pembimbing kedua yang telah bersedia membimbing dan mengarahkan penulis demi kesempurnaan dan penyelesaian skripsi ini.

5. Ilham Yahya ., ST., MSP selaku Penasihat Akademik dan Dosen Penguji yang setiap semester selalu memberikan arahan akademik kepada penulis.

6. Kepada seluruh sahabat dan saudara-saudaraku seperjuangan PWK 2015 (GIS 015), utamanya Aldy Thamrin, Fadli sahnan, Rendi Pratama, Ainuls, Syahrul, Ade, Giandre, Taqwa, Muumin, yang selalu memberikan semangat, kritik dan dukungan dalam kehidupan

(9)
(10)

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PENERIMAAN HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Tujuan ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ... 8

F. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Tinjauan Umum Sampah ... 10

1. Pengertian Sampah ... 10

2. Sumber Sampah ... 12

3. Jenis-jenis Sampah... 14

4. Bentuk Sampah... 17

5. Dampak Negatif Sampah Yang Tidak Dikelolah ... 18

B. Pengelolaan Sampah ... 19

C. Tinjauan Kebijkan Pengelolaan Sampah Kota Enrekang ... 21

1. Pengelolaan Sampah Menurut Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008. ... 21

(11)

v 2. Pengelolaan Sampah Menurut Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2018 ... 23

D. Kerangka Pikir ... 25

BAB III. METODE PENELITIAN ... 26

A. Lokasi Penelitian ... 26

B. Waktu Penelitian ... 27

C. Jenis dan Sumber Data ... 27

1. Jenis Data ... 27

2. Sumber Data ... 28

D. Metode Pengumpulan Data ... 28

1. Teknik Pengumpulan Data Primer ... 29

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder ... 29

3. Kepustakaan ... 30

E. Populasi dan Sampel ... 30

1. Populasi ... 30

2. Sampel ... 30

F. Variabel Penelitian ... 32

G. Metode Analisis ... 33

H. Definisi Operasional ... 34

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Hasil ... 36

1. Gambaran Umum Kabupaten Enrekang ... 36

a. Aspek Fisik Dasar ... 36

1) Letak Geo-Administratif ... 36

2) Tofografi dan Kemiringan Lereng ... 39

3) Hidrologi ... 40

4) Klimatologi ... 41

5) Geologi ... 41

(12)

vi

b. Kependudukan ... 42

1) Jumlah penduduk... 43

2) Laju Pertumbuhan Penduduk ... 45

c. Penggunaan Lahan ... 46

d. Persampahan ... 51

2. Gambaran Umum Kota Enrekang ... 53

a. Letak Geo- Administratif ... 53

b. Kependudukan ... 53

c. Pendidikan dan Kesehatan ... 54

B. Pembahasan ... 57

1. Karakteristik responden ... 57

a. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 57

b. Responden Berdasarkan Usia ... 58

c. Responden Berdasarkan Lama Bermukim ... 59

d. Responden Berdasarkan Mata Pencaharian ... 59

2. Deskriptif Jumlah Timbulan Sampah ... 60

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pengelolaan Sampah Dari Aspek Operasional di Kota Enrekang... 63

a. Pewadahan ... 63

b. Pengumpulan ... 64

c. Pengangkutan ... 65

d. Pembuangan Akhir ... 67

BAB V. PENUTUP ... 69

A. Kesimpulan ... 69

B. Saran... 70 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(13)

vii DAFTAR TABEL

3.1. Variabel Penelitian ... 32 4.1 Jumlah dan Luas Wilayah tiap-tiap Kecamatan di Kabupaten Enrekang Tahun

2017 ... 37 4.2. Kondisi Kemiringan Lereng Wilayah

Kabupaten Enrekang ... 39 4.3 Ketinggian Tanah di Kabupaten Enrekang ... 40 4.4 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan

Di Kabupaten Enrekang Tahun 2010, 2016, dan 2017 ... 44 4.5 Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan

Di Kabupaten Enrekang Tahun 2010, 2016, dan 2017 ... 45 4.6. Tutupan Lahan Kabupaten Enrekang Tahun 2017 ... 48 4.7 Jumlah Keluarga, Penduduk, Luas dan Kepadatan Penduduk Menurut

Desa/Kelurahan di Kecamatan Enrekang Tahun 2017 ... 52 4.8 Jumlah TK, SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA Desa/Kelurahan

Di Kecamatan Enrekang Tahun 2017 ... 54 4.9 Jumlah Sarana Kesehatan menurut Desa/Kelurahan

Di Kecamatan Enrekang Tahun 2017 ... 54

4.10 Jumlah Responden Pada Lokasi Penelitian Dirinci Berdasarkan Jenis Kelamin 55 4. 11 Jumlah Responden Pada Lokasi Penelitian Dirinci Berdasarkan Usia ... 56

4.12. Jumlah Responden Pada Lokasi Penelitian Dirinci Berdasarkan Lama Bermukim 57

(14)

viii 4.13 Jumlah Responden Pada Lokasi Penelitian Dirinci Berdasarkan Mata

Pencaharian ... 58 4.14 Volume Sampah di Kota Enrekang Tahun 2015-2017 ... 59

(15)

ix DAFTAR GAMBAR

4.1. Peta Administrasi Kabupaten Enrekang ... 38 4.2. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Di Kabupaten Enrekang

Tahun 2010, 2016, dan 2017 ... 44 4.3. Peta Penggulahan Lahan Kabupaten Enrekang ... 50 4.4. Peta Sampah Di Kota Enrekang ... 52

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sepanjang sejarah, kemajuan manusia secara intrinsik terkait dengan pengelolaan sampah karena pengaruhnya terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan. Pengelolaan sampah memiliki sejarah yang panjang dan berbelit-belit (Nathanson, 2015). Sampah adalah sisa dari aktivitas manusia. Faktor pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dan diikuti dengan gaya hidup konsumtif diduga menjadi penyebab tingginya volume sampah. Budaya konsumtif masyarakat saat ini berperan besar dalam meningkatkan jenis dan kualitas sampah (Pramitaningrum, 2014).

Permasalahan dalam pengelolaan sampah perkotaan terjadi karena ketidakseimbangan antara produksi dan kemampuan pengelolaannya;

volume sampah terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk, perubahan kualitas hidup dan dinamika aktivitas masyarakat. Masalah sampah berkaitan dengan masalah pembangunan lainnya seperti kependudukan, urbanisasi, sosial, ekonomi dan pembebasan lahan. Masalah-masalah ini akan berdampak besar pada kesehatan, ketertiban dan keamanan publik, dan lainnya. Oleh karena itu, penyelenggaraan pengelolaan sampah harus terintegrasi dengan isu-isu pembangunan lainnya (Purristiyana, 2011).

(17)

2 Sampah merupakan problem pada daerah perkotaan yang memerlukan penanganan dan pengelolaan sampah yang professional.

Pengelolaan sampah yang professional dan baik akan menyebabkan terkelolanya sampah sehingga kondisi kota semakin sehat dan baik. Di banyak daerah perkotaan, pemerintah dan pemangku kepentingan lokal bertanggung jawab atas pengelolaan sistem persampahan kota dari titik awal pengumpulan hingga tujuan akhir (Pradhan et al., 2012).

Praktik pengelolaan sampah kota saat ini biasanya melibatkan pengumpulan dan pembuangan berikutnya, dengan sebagian atau tanpa pengolahan / pengolahan (Pradhan et al., 2012). Namun, sebagian besar pemerintah daerah gagal memberikan layanan yang baik karena beberapa alasan. Hal ini dapat mengakibatkan konsekuensi seperti polusi dan kerugian ekonomi karena kegagalan dalam daur ulang dan pengomposan komponen berharga dari limbah padat kota (Damghani et al., 2008). Selain itu, praktik pengumpulan dan pengelolaan sampah yang tidak sesuai juga dapat mengakibatkan masalah perkotaan, sanitasi dan lingkungan yang serius seperti bau yang tidak sedap, perkembangbiakan serangga, kontaminasi air tanah (Mor et al., 2006) dan juga mengakibatkan aktivitas pemulung di daerah perkotaan dan di TPA.

Pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah (UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan

(18)

3 Sampah). Penyaluran sampah yang banyak ditemui terdiri dari proses pengumpulan sampah dari permukiman atau sumber sampah lain, pengangkutan sampah untuk dibuang di Tempat Penampungan Sementara (TPS), dan proses terakhir yaitu pembuangan di Tempat Pemrosesan Akhir. Permasalahan pengelolaan sampah yang ada di Indonesia dapat dilihat dari beberapa faktor yaitu tingginya jumlah sampah yang dihasilkan, tingkat pengelolaan pelayanan masih rendah, TPA yang terbatas jumlahnya, institusi pengelola sampah dan masalah pembiayaan. Kesadaran masyarakat akan sampah dan pentingnya menjaga lingkungan juga masih rendah sehingga dapat membawa masalah seperti banjir.

Kegiatan pengelolaan persampahan akan melibatkan penggunaan dan pemanfaatan berbagai prasarana dan sarana persampahan yang meliputi pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan maupun pembuangan akhir. Masalah sampah berkaitan erat dengan dengan pola hidup serta budaya masyarakat itu sendiri.

Oleh karena itu penanggulangan sampah bukan hanya urusan pemerintah semata akan tetapi penanganannya membutuhkan partisipasi masyarakat secara luas. Jumlah sampah ini setiap tahun terus meningkat sejalan dan seiring meningkatnya jumlah penduduk dan kualitas kehidupan masyarakat atau manusianya dan disertai juga kemajuan ilmu pengetahuan teknologi yang menghasilkan pula pergeseran pola hidup masyarakat yang cenderung konsumtif.

(19)

4 Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar didunia urutan keempat sebanyak 255.993.674 jiwa (CIA The World Factbook, 2015). Jumlah penduduk yang besar dengan berbagai aktivitas berdampak pada timbulan sampah yang ikut meningkat.

Seiring dengan pertambahan penduduk perubahan pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat ikut meningkatkan jumlah timbulan sampah, jenis dan keberagaman karakterisitik sampah. Hingga tahun 2015 jumlah peningkatan timbulan sampah di Indonesia telah mencapai 175.000 ton/hari atau setara 64 juta ton/tahun (Kementerian Lingkungan Hidup).

Demikian, persoalan persampahan turut ikut serta bagi Provinsi Sulawesi Selatan dengan jumlah timbulan sampah 1000 ton/hari, yang berasal dari berbagai tempat seperti Kantor, Pasar tradisional, Pusat perniagaan, Fasilitas publik, dan beberapa tempat lainnya dengan jenis sampah yang beragam. Hal ini tentunya juga dipengaruhi oleh meningkat serta berkembangnya wilayah-wilayah di Sulawesi Selatan itu sendiri apabila tidak ditangani secara baik maka akan berdampak pada kerusakan lingkungan.

Kabupaten Enrekang sebagai salah satu Kabupaten yang ada di Propinsi Sulawesi Selatan memiliki beberapa permasalahan. Salah satunya adalah permasalahan lingkungan menyangkut pengelolaan persampahan. Permasalahan tersebut tidak lepas dari persoalan kurang pemahaman dan kepedulian serta kemiskinan yang mempunyai

(20)

5 kaitan erat dengan persoalan persampahan. Berdasarkan data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kabupaten Enrekang menghasilkan timbulan sampah sekitar 24 ton/hari mengharuskan dapat mengoptimalkan pengelolaannya secara berkesinambungan. Pengelolaan persampahan di Kabupaten Enrekang saat ini difokuskan pada ibukota kabupaten yaitu Kota Enrekang.

Kota Enrekang adalah salah satu kota yang mengalami pertumbuhan penduduk dan ekonomi yang cukup memicu meningkaknya kegiatan jasa, industri, bisnis dan sebagainya di wilayah Kabupaten Enrekang sehingga akan memicu meningkatnya produksi limbah buangan atau sampah. Timbunan sampah tersebut dapat menjadi tempat perkembangan penyakit dan menurunkan kualitas lingkungan serta menimbulkan gangguan estetika bila tidak ditangani dengan baik.

Kota Enrekang dengan jumlah penduduk mencapai 32.667 jiwa pada tahun 2018, juga telah mengalami permasalahan pengelolaan persampahan yakni masalah pengangkutan sampah, berdasarkan data bahwa jumlah ketersediaan sarana berdasarkan data dari dinas lingkungan hidup Kabupaten Enrekang dimana armada pengangkutan hanya berjumlah 7 unit sedangkan sampah di kabupaten Enrekang berasal dari buangan kegiatan produksi dan konsumsi manusia baik dalam bentuk padat kering, dan basah yang berasal dari permukiman,

(21)

6 perkantoran, sarana pendidikan, sarana kesehatan, pasar, pertokoan dan sapuan jalan. Volume timbulan sampah di Kabupaten Enrekang cenderung meningkat. Pada tahun 2014 volume timbulan sampah 10, 47 m3/hari, tahun 2015 mencapai 14 m3/hari, dan pada tahun 2018 telah mencapai 23,7 m3/hari. Hal ini menunjukan bahwa harus adanya optimalisasi penanganan sampah di Kota Enrekang ditunjang dengan aktifitas perkotaan didalamnnya.

Berdasarkan uraian diatas memberikan gambaran kondisi persampahan di Kota Enrekang masih belum optimal dan memprihatinkan, serta dari hasil observasi awal, di pusat Kota Enrekang yang aktifitasnya cukup beragam seperti perdagangan dan jasa terdapat beberapa titik tumpukan sampah di bahu jalan. Kondisi tersebut jika dibiarkan begitu saja akan mencemari lingkungan disekitarnya misalkan bau yang tidak sedap, sumber penyakit, dan merusak estetika perkotaan.

Sistem operasional sampah yang dilakukan oleh petugas kebersihan perlu dikaji kambali karena masih terdapatnya beberapa titik pembuangan sampah, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai rendahnya pengelolaan sampah yang ada di Kota Enrekang, sehingga mampu meningkatkan kualitas lingkungan yang nyaman dan bersih.

(22)

7 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa yang mempengaruhi rendahnya pengelolaan sampah ditinjau dari aspek operasional di Kota Enrekang Kabupaten Enrekang.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini yaitu untuk menegetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi rendahnya pengelolaan sampah dari aspek operasional di Kota Enrekang Kabupaten Enrekang.

D. Manfaat Penelitian

Terdapat manfaat yang akan ditujukan dari penelitian ini diantaranya:

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian diharapkan dapat menambah serta memberikan kontribusi pada ilmu pengetahuan di dalam mengevaluasi pengelolaan sampah di Kota Enrekang.

2. Manfaat Praktis

Sebagai sumber rujukan bagi pemerintah daerah mengenai implementasi pengelolaan sampah, sehingga pemerintah dapat mengatasi hambatan yang terjadi dalam implementasi pengelolaan sampah itu sendiri.

(23)

8 E. Ruang Lingkup Wilayah Penelitian

1. Ruang Lingkup Wilayah

Wilayah penelitian dilakukan di Kota Enrekang, Kabupaten Enrekang yang merupakan kawasan perkotaan dengan aktifitas pekotaan yang terus meningkat hingga pegelolaanya sampah harus diamati.

2. Ruang Lingkup Substansi

Ruang lingkup substansi merupakan pembatasan materi berupa pembahasan yang menjaga koridor pokok pembahasan. Dalam penelitian ini ruang lingkup subsatansi dibatasi pada pembahasan mengenai operasionalisasi pengelolaan sampah di Kota Enrekang Kabupaten Enrekang.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini merupakan tahapan- tahapan dalam proses penyusunan laporan dengan tujuan agar pembaca dapat dengan mudah mengenal dan memahami substansi dalam penelitian ini. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan menjelaskan tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, ruang lingkup dan sistematika penulisan laporan penelitian.

(24)

9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tentang tinjauan-tinjauan terhadap teori yang memiliki relevansi terhadap peneltian yang berupa tinjauan umum sampah, tinjauan pengelolaan sampah, tinjauan kebijakan pengelolaan sampah di Kabupaten Enrekang, dan kerang fikir penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini membahas tentang lokasi penelitian, waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengambilan data, variabel penelitian, metode analisis dan definisi operasional.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat tentang gambaran umum Kabupaten Enrekang dan spesifik lokasi penelitian yaitu di Kota Enrekang, jumlah timbulan sampah serta faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pengelolaan sampah dari aspek operasional di Kota Enrekang.

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan penutup penulisan menguraikan kesimpulan dan saran.

(25)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Sampah 1. Pengertian Sampah

Sampah adalah istilah umum yang sering digunakan untuk menyatakan limbah padat. Sampah adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan baik karena telah sudah diambil bagian utamanya, atau karena pengelolaan, atau karena sudah tidak ada manfaatnya yang ditinjau dari segi sosial ekonomis tidak ada harganya dan dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan terhadap lingkungan hidup.

Menurut Kementrian Lingkungan Hidup tahun 2005, sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau cacat dalam pembuatan manufaktur atau materi berlebihan atau ditolak atau buangan. Dalam undang-undang No.

18 tentang Pengelolaan Sampah dinyatakan definisi sampah sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat.

Sedangkan menurut Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2007, pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang

(26)

11 dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Pemerintah bertanggung jawab dalam pengumpulan ulang dan pembuangan sampah dari pemukiman secara memadai. Namun karena terdapat hal lain yang harus diprioritaskan dalam pembangunan di daerah serta kurangnya dana penunjang untuk oprasionalisasi pengolahan persampahan, menjadikan beberapa daerah kegiatan pengelolaan sampah ini tidak seperti yang diharapkan.

Menurut Azwar, 1990 (dalam Hartanto, 2006), Sampah adalah sesuatu yang tidak dipergunakan lagi, yang tidak dapat dipakai lagi, yang tidak disenangi dan harus dibuang, maka sampah tentu saja harus dikelola dengan sebaik-baiknya, sedemikian rupa sehingga halhal yang negatif bagi kehidupan tidak sampai terjadi.

Kemudian menurut, Sidik et al pada tahun 1985 mengemukakan dua proses pembuangan akhir, yaitu : open dumping (pembuangan secara terbuka) dan sanitary landfill (pembuangan secara sehat).

Pada sistem open dumping, sampah ditimbun di areal tertentu tanpa membutuhkan tanah penutup, sedangkan sanitary landfill sampah ditimbun secara berselang seling antara lapisan sampah dan lapisan tanah sebagai penutup. Dalam Draf Naskah Akademis Rancangan Undang-Undang Pengelolaan sampah oleh Japan International Cooperation Agency (JICA) disebut bahwa proses sanitary landfill (pembuangan secara sehat) adalah pembuangan

(27)

12 sampah yang didesain, dibangun, dioperasikan dan dipelihara dengan cara menggunakan pengendalian teknis terhadap potensi dampak lingkungan yang timbul dari pengembangan operasional fasilitas pengelolaan sampah.

Metode sanitary landfill ini merupakan salah satu metode pengelolaan sampah terkontrol dengan sistem sanitasi yang baik.

Sampah dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Kemudian sampah dipadatkan dengan traktor dan selanjutnya ditutup dengan tanah. Cara ini menghilangkan polusi udara. Pada bagian besar tempat tersebut dilengkapi sistem saluran leachate yang berfungsi sebagai limbah cair sampah atau lingkungan. Pada metode sanitary landfill disebut juga dipasang pipa gas untuk mengalirkan gas hasil aktifitas penguraian sampah.

2. Sumber Sampah

Sampah berasal dari kegiatan penghasil sampah seperti pasar, rumah tangga, perkotaan (kegiatan komersial/

perdagangan), penyapuan jalan, taman, atau tempat umum lainnya, dan kegiatan lain seperti dari industri dengan limbah yang sejenis sampah. Sumber dari sampah di masyarakat pada umumnya, berkaitan erat dengan penggunaan lahan dan penempatan.

Menurut Gelbert dkk (2011), Beberapa sumber sampah dapat diklasifikasikan menjadi antara lain: perumahan, komersil, institusi, konstruksi dan pembongkaran, pelayanan perkotaan, unit

(28)

13 pengolahan, industri, dan pertanian. Adapun uraian sumber sampah sebagai berikut:

a. Sampah permukiman, yaitu sampah rumah tangga berupa sisa pengolahan makanan, perlengkapan rumah tangga bekas, kertas, kardus, gelas, kain, sampah kebun/ halaman, dan lain- lain.

b. Sampah pertanian dan perkebunan, sampah kegiatan pertanian tergolong bahan organik, seperti jerami dan sejenisnya.

Sebagian besar sampah yang dihasilkan selama musim panen dibakar atau dimanfaatkan untuk pupuk. Untuk sampah bahan kimia seperti pestisida dan pupuk buatan perlu perlakuan khusus agar tidak mencemari lingkungan. Sampah pertanian lainnya adalah lembaran plastik penutup tempat tumbuh-tumbuhan yang berfungsi untuk mengurangi penguapan dan penghambat pertumbuhan gulma, namun plastik ini bisa di daur ulang.

c. Sampah dari sisa bangunan dan konstruksi gedung. Sampah yang berasal dari kegiatan pembangunan dan pemugaran gedung ini bisa berupa bahan organik maupun anorganik.

Sampah organik, misalnya: kayu, bambu, triplek. Sampah anorganik, misalnya: semen, pasir, spesi, batu bata, ubin, besi dan baja, kaca dan kaleng.

d. Sampah dari perdagangan dan perkantoran. Sampah yang berasal dari daerah perdagangan seperti: toko, pasar tradisional,

(29)

14 warung, pasar swalayan ini terdiri dari kardus, pembungkus, kertas, dan bahan organik termasuk sampah makanan dan restoran. Sampah yang berasal dari lembaga pendidikan, kantor pemerintah dan swasta biasanya terdiri dari kertas, alat tulis menulis (bolpoint, pensil, spidol dan lain-lain), toner foto copy, pita printer, kotak printer, baterai, bahan kimia dari laboratorium, pita mesin ketik, klise film, komputer rusak, dan lain-lain. Baterai bekas dan limbah bahan kimia haurs dikumpulkan secara terpisah dan harus memperoleh perlakuan khusus karena berbahaya dan beracun

e. Sampah industri, yaitiu sampah yang berasal dari seluruh rangkaian proses produksi berupa bahan-bahan kimia serpihan atau potongan. bahan, serta perlakuan dan pengemasan produk berupa kertas, kayu, plastik, atau lap yang jenuh dengan pelarut untuk pembersihan.

3. Jenis-jenis Sampah

Berdasarkan bahan asalnya sampah dibagi menjadi dua jenis yaitu sampah organik dan anorganik.

a. Sampah Organik

Sampah organik yaitu buangan sisa makanan misalnya daging, buah, sayuran dan sebagainya.

Contoh sampah dari zat anorganik adalah: potongan- potongan/ pelat-pelat dari logam, berbagai jenis batu-batuan,

(30)

15 pecahan-pecahan gelas, tulang,belulang, dan lain-lain. Sampah jenis ini, melihat fisiknya keras maka baik untuk peninggian tanah rendah atau dapat pula untuk memperluas jalan setapak.

Tetapi bila rajin mengusahakannya sampah dari logam dapat kembali dilebur untuk dijadikan barang yang berguna, batu- batuan untuk mengurung tanah yang rendah atau memperkeras jalan setapak, pecahan gelas dapat dilebur kembali dan dijadikan barangbarang berguna, dan tulang-belulang bila dihaluskan (dan diproses) dapat untuk pupuk dan lain-lain.

b. Sampah anorganik

Sampah anorganik yaitu sisa material sintetis misalnya plastik, kertas, logam, kaca, keramik dan sebagainya.

Melihat proses penghancurannya oleh jasad-jasak mikroba, maka sampah zat organik terdiri atas:

1) Zat organik dari bahan plastik

Dengan perkembangnya Ilmu Pengetahuan dan disertai berkembangnya Industri, maka banyak barang- barang atau perkakas dibuat dari bahan plastik. Bahan- bahan plastik termasuk zat organik. Kita ketahui semua zat organik dapat dihancurkan oleh jasad-jasad mikroba, akan tetapi zat plastik tidak dapat. Bila dibuang sembarangan maka zat plastik ini hancurnya memakan waktu lama, yaitu antara 40 – 50 tahun, sehingga dikhawatirkan akan

(31)

16 bertimbuntimbun sampah dari plastik. Salah satu usaha yang dapat menghancurkan zat plastik adalah sinar ultraviolet dari matahari. Inipun akan memakan waktu yang lama juga, dibandingkan dengan penghancuran zat organik lainnya oleh mikroba-mikroba. Jalan tercepat menghancurkan plastik dapat dimanfaatkan kembali bersama sampah lainnya dapat pula untuk mengurung tanah yang lebih rendah.

2) Zat organik non-plastik

Sampah zat organik bukan dari plastik banyak sekali macamnya, misalnya: kayu, kertas, bekas pakaian, karet, sisa-sisa daging, dana lain-lain. Semua sampah zat organik dapat diuraikan oleh mikroba-mikroba hingga menjadi bahan mineral. Bahan mineral-mineral hasil penguraian ini baik sekali untuk pupuk.

Buangan bahan berbahaya dan beracun (B3), yaitu buangan yang memiliki karakteristik mudah terbakar, korosif, reaktif, dan beracun. B3 kebanyak merupakan buangan dari industri, namun ada juga sebagian kecil merupakan buangan dari aktifitas masyarakat kota atau desa misalnya baterai, aki, disinfektan dan sebagainya.

(32)

17 4. Bentuk sampah

a. Sampah padat

Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik merupakan sampah yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan organic, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari peralatan rumah tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada waktu pembersihan kebun dan sebagainya.

Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability), maka dapat dibagi lagi menjadi:

1) Biodegradable adalah sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses biologi baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa hewan, sampah pertanian dan perkebunan.

2) Non-biodegradable adalah sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi. Dapat dibagi menjadi :

a) Recyclable : sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.

(33)

18 b) Non-recyclabel: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal dan lain-lain.

b. Sampah cair

Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.

5. Dampak Negatif Sampah Yang Tidak Dikelolah

Apabila pengelolaan sampah yang tidak dilakukan secara sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan maka akan dapat menimbulkan berbagai dampak negatif. Dampak-dampak tersebut adalah sebagai berikut:

1) Dampak terhadap kesehatan: tempat berkembang biak organisme yang dapat menimbulkan berbagai penyakit, meracuni hewan dan tumbuhan yang dikonsumsi oleh manusia.

2) Dampak terhadap lingkungan: mati atau punahnya flora dan fauna serta menyebabkan kerusakan pada unsur-unsur alam seperti terumbu karang, tanah, perairan hingga lapisan ozon.

3) Dampak terhadap sosial ekonomi: menyebabkan bau busuk, pemandangan buruk yang sekaligus berdampak negatif pada pariwisata secara bencana seperti banjir.

(34)

19 B. Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan dalam menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Secara garis besar, kegiatan di dalam pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, transfer dan transport, pengolahan dan pembuangan akhir.

Aboejoewono (1985), mengambarkan secara sederhana tahapan- tahapan dari proses kegiatan dalam pengelolaan sampah di perkotaan dilakukan melalui 3 tahan kegiatan, yaitu: pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir. Secara sederhana tahapan-tahapan dari proses kegiatan dalam pengelolaan sampah sebagai berikut:

1) Pengumpulan diartikan sebagai pengelolaan sampah dari tempat asalnya sampai ke tempat pembuangan sementara sebelum menuju tahapan berikutnya. Pada tahapan ini digunakan sarana bantuan berupa tong sampah, bak sampah, peti kemas sampah, gerobak dorong maupun tempat pembuangan sementara. Untuk melakukan pengumpulan, umumnya melibatkan sejumlah tenaga yang mengumpulkan sampah setiap periode waktu tertentu.

2) Tahapan pengangkutan dilakukan dengan menggunakan sarana bantuan berupa alat transportasi tertentu menuju ke tempat pembuangan akhir pengolahan. Pada tahapan ini juga melibatkan tenaga yang pada periode waktu tertentu mengangkut sampah dari tempat pembuangan sementara ke tempat pembuangan akhir.

(35)

20 3) pembuangan akhir pengolahan, sampah akan mengalami pemrosesan baik secara fisik, kimia maupun biologis sedemikian hingga tuntas penyelesaian seluruh proses. Pengelolaan sampah, terutama di kawasan sekolahan, dewasa ini dihadapkan kepada berbagai permasalahan yang cukup kompleks.

Permasalahanpermasalahan tersebut meliputi tinggi laju timbulan sampah yang tinggi, kepedulian warga sekolah teruma siswa yang masih sangat rendah serta masalah pada kegiatan pembuangan akhir sampah (final disposal) yang selalu menimbulkan permasalahan tersendiri.

Bergantung dan jenis komposisinya, sampah dapat diolah. Berbagai alternative yang tersedia dalam pengelolaan sampah, diantaranya adalah:

1) Transformasi Fisik, meliputi pemisahan komponen sampah (shorting) dan pemadatan (compacting).

2) Pembakaran (incinerate) merupakan teknik pengelolaan sampah yang dapat mengubah sampah menjadi bentuk gas, sehingga volumenya dapat berkurang hingga 90-95%.

3) Pembuatan kompos (composting), yaitu mengubah sampah melalui proses mikrobiologi menjadi produk lain yang dapat dipergunakan.

4) Energy recovery, yaitu transformasi sampah menjadi energi, baik energi panas maupun energi listrik.

(36)

21 Dalam psasal 12 (1) UUPS, setiap orang diwajibkan melakukan pengelolaan atau memilah sampah dengan cara atau metode yang berwawasan lingkungan metode tersebut adalah 3R, yaitu:

1) Reduce (mengurangi sampah) dalam arti tidak membiarkan tumpukan sampah yang berlebihan.

2) Reuse (menggunakan kembali sisa sampah yang bisa digunakan).

3) Recycle (mendaur ulang).

C. Tinjauan Kebijakan Pengelolaan Sampah Kota Enrekang

1. Pengelolaan Sampah Menurut Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008.

Defenisi sampah, sebagaimana yang tertulis dalam Undang- undang Nomor 18 Tahun 2008, adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat. Yang termasuk jenis sampah adalah sampah rumah tangga (tidak termasuk tinja. Sampah sejenis sampah rumah tangga yang bersal dari kawasan komersial. Kawasan industri, kawasan Khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum dan fasilitas lainnya serta sampah plastik. Yang terakhir ini adalah sampah yang mengandung bahan yang berbahaya dan beracun dan bahan limbah, bahan berbahaya, serta sampah yang timbul akibat bencana.

Pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah ditujukan untuk meningkatkan kesehatan

(37)

22 masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Pengurangan sampah dapat dilakukan melalui pembatasan timbulan sampah (reduse), pemanfataan kembali sampah (reuse), dan pendauran ulang sampah (recycle).

Kegiatan penanganan sampah meliputi:

1) Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis dan sifat sampah.

2) Pengumpula dalam bentuk pengambilan danpemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolohan sampah terpadu.

3) Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber atau dari tempat penampungan sementara tu dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir.

4) Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah.

5) Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengambilan sampah atau residu hasil pengolahan ssebelumnya ke media lingkungan secara aman. Sementara untuk pengolahan sampah spesifik menjadi tanggung jawab pemerinyah yang diatur dalam Peraturan Pemerintah (Sejati,2009).

Dalam Undang-ndang pengolahan sampah ini juga disebutkan larangan bagi setiap orang untuk memasukkan sampah ke dalam

(38)

23 wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengimpor sampah, mencampur sampah dengan limbah berbahaya dan beracun, mengelola sampah yang menyebabkanpencemaran dan perusakan lingkungan, membuang sampah tidak pada tempatnya yang telah ditentukan dan disediakan. Melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di tempoat pemrosesan akhir serta membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis pengolahan sampah.. dalam hal ini, suatu daerah masih menggunakan sistem pembuangan terbuka dalam pengelolaan tempat pembauangan akhir (TPA) sampahnya. Maka pihak Pemerintah Daerah tersebut harus membuat perencanaan penutupan tempat pemrosesan akhir sampah dan harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah tersebut paling lama 5 tahun terhitung sejak berlakunya Undang-undang ini tersebut (Sejati, 2009).

2. Pengelolaan Sampah Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2018.

Sampah yang dimaksud adalah sampah rumah tangga berdasarkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2018, yang tertuang dalam Peraturan Bupati Enrekang Tentang Kebijakan Dan Strategi Kabupaten Enrekang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga. Sampah sejenis sampah ruma tangga yang berasal dari kawasan komersil, kawasan

(39)

24 industri, kawasam khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum dan serta fasilitas lainnya. Dimana sumber sampah tersebut berasal dari timbulan sampah.

Kebijakan dan strategi daerah pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah sejenis sampah rumah tangga yang memuat arah kebijakan dan strategi dalam pengurangan dan penanganan smpah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga tingkat daerah kabupaten/kota yang terpadu dan berkelanjutan. Kebijakan dan strategi Kabupaten/Kota harus dibuat dengan mengacu kebijakan Provinsi, yang harus dibuat dengan mengacu kebijakan nasional. Terlihat bahwa pemerintah pusat dan pemerintah provinsi lebih berperan dalam memandu pemerintah kabupaten/kota dalam pengelolaan sampah. Pelaksanaan kewenangan terkait kebijakan dan strategi ini berkaitan erat pula dengan kegiatan pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam pengurangan sampah yang terdiri dari:

1) penetapan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka waktu tertentu.

2) fasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan.

3) fasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan.

Dalam penyelenggara kebijakan dan strategi pengelolaan sampah kabupaten atau kota, dimana melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan sampah itu sendiri.

(40)

25 D. Kerangka Fikir

Pengelolaan Persampahan di Kota Enrekang

Pengumpulan

Pewadahan Pengangkutan Tempat Pembuangan

Akhir (TPA)

METODE PENELITIAN Deskriptif Kualitatif

EKSISTING

Meningkatnya aktifitas perkotaan yang menciptakan timbulan sampah dan tidak terkelola

Sumber: Hasil Olahan Penulis, Tahun 2020.

Menurut Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2018 Kab. Enrekang

RUMUSAN MASALAH

faktor-faktor apa yang mempengaruhi rendahnya pengelolaan sampah ditinjau dari aspek operasional di Kota Enrekang

TINJAUAN PUSTAKA

Aboejoewono (1985), mengambarkan secara sederhana tahapan-tahapan dari proses kegiatan dalam pengelolaan sampah di perkotaan dilakukan melalui 3 tahan

kegiatan, yaitu: pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir.

VARIABEL PENELITIAN

KESIMPULAN

(41)

26 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Enrekang, tepatnya di Kota Enrekang. Secara georafis adalah Kabupaten yang terletak di sebelah utara Propinsi Sulawesi Selatan dengan jarak ± 240 Km yang berupa wilayah pegunungan dataran tinggi, dengan luas wilayah 1.786,01 Km2 (lebih kurang 2,86 % dari luas Provinsi Sulawesi Selatan). Secara Administrasi, Kabupaten Enrekang adalah sebagai berikut :

• Sebelah Utara : Kabupaten Tana Toraja

• Sebelah Timur : Kabupaten Luwu

• Sebelah Selatan : Kabupaten Sidrap

• Sebelah Barat : Kabupaten Pinrang

Dengan pertimbangan pemilihan lokasi, dimana Kota Enrekang adalah salah satu kota yang mengalami pertumbuhan penduduk dan ekonomi yang cukup memicu meningkaknya kegiatan jasa, industri, bisnis dan sebagainya di wilayah Kabupaten Enrekang sehingga akan memicu meningkatnya produksi limbah buangan atau sampah.

Kota Enrekang mengalami permasalahan pengelolaan persampahan berupa ketersediaan sarana dan prasarana yang menghambat proses pengelolaan sampah di Kota Enrekang, apabila

(42)

27 tidak terkelola dengan baik maka berdampak pada kualitas lingkungan Kota Enrekang itu sendiri.

B. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan diantaranya tahapan survei, kemudian dilakukan kegiatan olah data dan penyusunan laporan. Adapun waktu yang dibutuhkan dalam penelitian Evaluasi Pengelolaan Sampah di Kota Enekang dilakukan setelah disetujuinya judul dari skripsi ini.

C. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data

Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan yaitu data kuantitatif dan kualitatif, yaitu:

a. Data Kuantitatif merupakan data yang berbentuk numerik atau angka. Data yang termasuk didalamnya yaitu lokasi penelitian, jumlah penduduk atau demografi, serta data lainya yang berkaitan dengan angka.

b. Data kualitatif adalah jenis data yang tidak berupa angka tetapi berupa kondisi kualitatif objek dalam ruang lingkup penelitian baik dalam bentuk uraian kalimat maupun penjelasan. yang meliputi data batas dan ruang lingkup lokasi penelitian.

(43)

28 2. Sumber Data

Kemudian untuk sumber data peneliti menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder.

a. Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganninya. Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelituan ini dilakukan. Data ini diperoleh dari hasil observasi, wawancara menggunakan quisioner yang diberikan kepada responden (masyarakat Kota Enrekang) di Kabupaten Enrekang untuk memperoleh data yang terkait dengan pengelolaan sampah Kota Enrekang.

b. Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, data ini dapat ditemukan dengan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah literatur, artikel, jurnal serta situs internet yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data disesuaikan dengan jenis data yang akan diperlukan dalam penelitian ini, yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

(44)

29 1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Observasi Lapangan dan wawancara quisioener yaitu merupakan suatu teknik penyaringan data melalui pengamatan dan wawancara yang dilakukan langsung ditujukan kepada objek yang menjadi sasaran penelitian untuk memahami kondisi dan potensi objek tersebut yang dapat dikembangkan (Data Primer) yang meliputi pengamatan, wawancara, dokumentasi.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder merupakan metode pengumpulan data yang berasal dari instansi terkait, metode ini sangat di perlukan dalam penelitian ini, dengan adanya data instansi akan melengkapi data data yang telah di peroleh dari observasi serta wawancara.

Daftar kantor instansi yang dituju diantaranya:

• Kantor Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Enrekang.

• Kantor Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Enrekang.

• Kantor Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Enrekang.

• Petugas Lapangan yang terdiri Petugas Kebersihan Kota Enrekang

• Unsur Masyarakat.

(45)

30 3. Kepustakaan

Kepustakaan, cara pengumpulan data dan informasi dengan jalan membaca atau mengambil literature, laporan, karya tulis ilmiah, dan buku.

E. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi atau universe adalah jumlah keseluruhan dari satuan-satuan atau individu-individu yang karakteristiknya hendak diteliti. Dan satuan-satuan tersebut dinamakan unit analisis, dan dapat berupa orang-orang, institusi-institusi, benda- benda dan lainnya (Diawranto,1994:420). Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan yaitu seluruh masyarakat yang bermukim di Kota Enrekang, Kabupaten Enrekang dengan jumlah 32.667 jiwa.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti. Pada prinsipnya penggunaan rumus-rumus penarikan sampel penelitian digunakan untuk mempermudah teknis penelitian. Sebagai misal, bila populasi penelitian terbilang sangat banyak atau mencapai jumlah ribuan atau wilayah populasi terlalu luas, maka penggunaan rumus pengambilan sampel tertentu dimaksudkan untuk memperkecil jumlah

(46)

31 pengambilan sampel atau mempersempit wilayah populasi agar teknis penelitian menjadi lancar dan efisien.

Adapun penelitian ini menggunakan rumus Slovin karena dalam penarikan sampel, jumlahnya harus representative agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan dan perhitungannya pun tidak memerlukan tabel jumlah sampel, namun dapat dilakukan dengan rumus dan perhitungan sederhana

Teknik Slovin menurut Sugiyono (2011:87) menetapkan rumus Slovin untuk menentukan sampel adalah sebagai berikut :

Keterangan :

n = Ukuran sampel/jumlah responden N = Ukuran populasi

e = Taraf signifikansi.

Dalam penelitian ini untuk tingkat kesalahan dalam penarikan sampel akan digunakan dengan taraf signifikansi 0,1 dan untuk lebih jelasnya mengenai jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

n = N / ( 1 + N.(e)2)

n = 32667 / (1 + 32667. (0,1)2) n = 32667 / 327,67

n = 99,69. Dibulatkan menjadi 100 sampel.

(47)

32 Dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagai perwakilan dari keseluruhan populasi adalah sebanyak 100 jiwa penduduk.

Pengambilan sampel juga dilakukan dengan teknik insindental, seperti yang dikemukakan Sugiyono (2011:85), bahwa sampling insindental adalah penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insindental bertemu dengan peneliti maka dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.

F. Variabel Penelitian

Variabel adalah gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati yang dapat diukur secara kualitatif. Variabel dipakai dalam proses identifikasi, ditentukan berdasarkan kajian teori yang dipakai.

Mengenai variabel penelitian yang digunakan dari hasil kajian pustaka yang dilakukan untuk melihat faktor yang mempengaruhi rendahnya pengelolaan sampah di Kota Enrekang dari beberapa pustaka yang telah penulis baca adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Variabel Penelitian

Tinjauan Teori Variabel Penelitian Aboejoewono (1985),

mengambarkan secara sederhana tahapan-tahapan

X1 Pewadahan

X2 Pengumpulan

(48)

33 Tinjauan Teori Variabel Penelitian

dari proses kegiatan dalam pengelolaan sampah di perkotaan dilakukan melalui 3 tahapan kegiatan, yaitu:

pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir.

X3 Pengangkutan

X4 Pembuangan Akhir (TPA)

Y Teknik Operasional Sumber: Hasil Pengolahan Tahun 2020

G. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan analisis deskriptif kualitatif untuk melihat faktor yang menggambarkan kondisi teknik pengolahan persampahan di Kota Enrekang. Analisis deskriptif adalah analisis dengan menggambarkan atau menguraikan secara jelas kondisi yang terjadi dilokasi penelitian berdasarkan ketentuan-ketentuan teknik pengelolaan sampah yang ada. Analisis deskriptif kualititatif digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Analisis ini hanya berupa akumulasi data dasar dalam bentuk semata dalam arti tidak mencari atau menerangkan saling hubungan, menguji hipotesis, membuat ramalan, atau melakukan penarikan kesimpulan. Teknik analisis ini biasa digunakan untuk penelitian-penelitian yang bersifat eksplorasi.

(49)

34 H. Defenisi Operasional

Defenisi operasional perlu untuk memberikan pemahaman mengenai topik opersional yang dilakukan sesuai objek yang ingin diteliti. Beberapa defenisi penelitian yang penting diuraikan adalah sebagai berikut:

1. Pewadahan

Yaitu aktivitas menampung sampah sementara yang dilakukan oleh penghasil sampah (sumber sampah) dengan menggunakan tempat sampah yang besarnya disesuaikan dengan tingkat volume sampah yang dihasilkan masing-masing sumber sampah.

2. Pengumpulan

Yaitu cara atau proses pengambilan sampah mulai dari tempat pewadahan/penampungan sampah dari sumber timbulan sampah sampai ketempat pengumpulan semantara/stasiun pamindahan atau sakaligus ke tempat pembuangan akhir (TPA).

3. Pengangkutan

Yaitu suatu sistem yang bersasaran membawa sampah dari lokasi pemindahan atau dari sumber sampah secara langsung menuju tempat pemerosesan akhir.

4. Pembuangan Akhir

Yaitu tempat untuk menimbun sampah dan merupakan bentuk tertua perlakuan sampah. Tujuannya adalah untuk

(50)

35 memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan.

(51)

36 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. Gambaran Umum Kabupaten Enrekang a. Aspek Fisik Dasar

1) Letak Geo-Administratif

Kabupaten Enrekang secara georafis adalah Kabupaten yang terletak di sebelah utara Propinsi Sulawesi Selatan dengan jarak ± 240 Km yang berupa wilayah pegunungan dataran tinggi, dengan luas wilayah 1.786,01 Km2 (lebih kurang 2,86 % dari luas Propinsi Sulawesi Selatan). Kabupaten Enrekang terdiri dari 24 Kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, dimana Kabupaten Enrekang terletak antara 3014’36’’– 3050’0’’Lintang Selatan dan antara 119040’53’’ 12006’33’’ Bujur Timur.

Secara administrasi, batas wilayah Kabupaten Enrekang adalah sebagai berikut :

▪ Sebelah Utara : Kabupaten Tana Toraja.

▪ Sebelah Timur : Kabupaten Luwu.

▪ Sebelah Selatan: Kabupaten Sidenreng Rappang.

▪ Sebelah Barat : Kabupaten Pinrang.

Luas wilayah kabupaten Enrekang adalah 1.786,01 km2 atau sebesar 2,83 persen dari luas Propinsi Sulawesi Selatan.

Wilayah ini terbagi menjadi 12 kecamatan dan secara

(52)

37 keseluruhan terbagi lagi dalam satuan wilayah yang lebih kecil yaitu terdiri dari 129 wilayah desa/kelurahan. Luas masing- masing kecamatan yaitu Maiwa (392,87 Km2), Bungin (236.84 Km2), Enrekang (291.19 Km2, Cendana (91.01 Km2), Baraka (159.15 Km2, Buntu Batu (126.65 Km2), Anggeraja (125.34 Km2), Malua (40.36 Km2), Alla (34.66 Km2), Curio (178.51 Km2), Masalle (68.35 Km2), dan Baroko (41.08 Km2). Adapun luas wilayah kecamatan terluas yaitu Kecamatan Maiwa dan kecamatan dengan jumlah luas wilayah paling kecil yaitu Kecamatan Alla. Untuk lebih jelasnya sebagaimana pada tabel berikut :

Tabel 4.1. Jumlah dan Luas Wilayah tiap-tiap Kecamatan di Kabupaten Enrekang Tahun 2017

No Kecamatan LuasArea

(Km2) Persentase

1 Maiwa 392,87 21,99

2 Bungin 236,84 13,26

3 Enrekang 291,19 16,30

4 Cendana 91,01 5,10

5 Baraka 159,15 8,91

6 Buntu Batu 126,65 7,09

7 Anggeraja 125,34 7,02

8 Malua 40,36 2,26

9 Alla 34,66 1,94

10 Curio 178,51 9,99

11 Masalle 68,35 3,83

12 Baroko 41,08 2,30

Jumlah 1786,01 100,00

Sumber:BPS KabupatenEnrekangTahun 2018

(53)

38 Gambar 4.1. Peta Administrasi Kabupaten Enrekang

(54)

39 2) Topografi dan Kemiringan Lereng

Kondisi Topografi wilayah Kabupaten Enrekang bervariasi mulai dari datar (0 –2 %) hingga sangat curam (> 40 %). Kemiringan lereng yang paling dominan adalah 15-40% meliputi sebagian besar wilayah Kabupaten Enrekang. Sedangkan untuk kemiringan > 40%

merupakan wilayah terkecil. Sebaran kondisi ini hampir merata pada seluruh bagian kecamatan di Wilayah Kabupaten Enrekang.

Berdasarkan kondisi kemiringan wilayah di Kabupaten Enrekang, Kecamatan Anggeraja, Baraka, Baroko, Bungin, Buntu Batu, Malua dan Masalle, tidak memiliki kemiringan wilayah kisaran 0-2 %.

Sedangkan wilaah kecamatan yang tidak memiliki kemiringan wilayah 2-5 % yaitu Kecamatan Alla, Anggeraja, Bungin, Buntu Batu dan Curio. Untuk lebih jelasnya kondisi kemiringan lereng wilayah sebagaimana pada tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2 Kondisi Kemiringan Lereng Wilayah Kabupaten Enrekang

Kecamatan Kemiringan Lereng

Total (0-2) (2-5) (5-15) (15-30) (30-40) (>40)

Kec. Alla 15,24 2.536,85 2.056,58 89,49 98,24 4.796,40

Kec. Anggeraja 2.991,74 6.176,88 1.839,09 2.361,47 13.369,19

Kec. Baraka 35,88 3.059,53 6.668,66 1.545,13 3.121,05 14.430,25

Kec. Baroko 3,14 2.254,00 1.204,74 67,55 75,10 3.604,53

Kec. Bungin 853,96 9.829,89 5.550,22 10.164,8

1

26.398,88

Kec. Buntu Batu 623,13 5.515,38 2.715,04 6.227,29 15.080,84

Kec. Cendana 1.809,93 1.906,67 4.884,44 612,07 110,39 282,42 9.605,91

Kec. Curio 9,97 4.694,36 7.202,63 1.623,03 6.303,55 19.833,54

Kec. Enrekang 880,94 479,68 5.931,87 11.905,3 6

2.854,81 3.855,27 25.907,93 Kec. Maiwa 8.037,05 6.803,35 8.834,44 9.266,19 2.243,80 2.714,43 37.899,25

Kec. Malua 80,52 1.728,52 2.095,95 190,59 105,30 4.200,88

Kec. Masalle 33,86 592,25 4.563,57 1.128,11 894,37 7.212,16

(55)

40

Kecamatan Kemiringan Lereng

Total (0-2) (2-5) (5-15) (15-30) (30-40) (>40)

Total 10.753,1 2

9.343,11 38.985,09 67.097,8 8

19.957,2 4

36.203,3 2

182.339,76 Sumber : Hasil Digitasi Peta, 2018

Adapun ketinggian tanah/elevasi disetiap Kecamatan Kabupaten Enrekang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3Ketinggian Tanah di Kabupaten Enrekang

Kecamatan

Elevasi

Total 0-500 500-1000 1000-1500 1500-2000 2000-

2500

2500- 3000

>3000

Kec. Alla 5,26 3.807,09 957,35 26,71 4.796,40

Kec. Anggeraja 3.577,17 8.378,25 1.413,29 0,46 13.369,18

Kec. Baraka 785,32 6.104,64 3.517,94 1.545,72 1.346,13 8.34,95 295,55 14.430,25

Kec. Baroko 109,39 3.167,25 327,88 3.604,52

Kec. Bungin 2.014,46 6.633,56 5.686,84 3.978,01 4.517,79 3.121,59 446,61 26.398,87 Kec. Buntu Batu 61,69 3.468,97 4.713,21 4.769,62 1.432,76 570,22 64,35 15.080,84

Kec. Cendana 9.511,14 94,77 9.605,91

Kec. Curio 9.301,11 3.736,46 3.270,24 2.147,59 1.237,57 140,56 19.833,54

Kec. Enrekang 17.595,58 6.940,71 1.352,81 18,84 25.907,93

Kec. Maiwa 32.620,10 5.089,68 189,46 37.899,25

Kec. Malua 834,45 3.221,30 145,12 4.200,87

Kec. Masalle 0,65 893,85 4.343,42 1.896,40 77,83 7.212,16

Total 67.005,84 54.043,36 29.223,15 15.833,88 9.522,10 5.764,34 947,08 182.339,76 Sumber : Hasil Digitasi Peta, 2018

3) Hidrologi

Secara umum kondisi hidrologi yang ada di Kabupaten Enrekang adalah dengan air permukaan, meskipun ada beberapa daerah mempunyai potensi dengan memakai mata air bawah tanah dengan memanfaatkan aliran sungai. Khusus untuk daerah Kecamatan Curio dan Kecamatan Maiwa sebagian besar masih menggunakan sistem pemboran dengan memakai mesin bor jenis rotari.

(56)

41 Daerah Aliran Sungai yang ada di Kabupaten Enrekang adalah DAS Saddang dan DAS Bila di tambah dengan sungai sungai yang mengalir dari daerah perbukitan/pegunungan yang tersusun dari berbagai formasi geologi antara lain batuan sedimen, batuan beku, batuan volkan dan batuan malihan. Sungai-sungai di Kabupaten Enrekang mengalir dengan perbedaan gradient yang rendah sehingga terbentuk sungai-sungai yang berkelok-kelok.

4) Klimatologi

Meskipun kondisi iklim dan curah hujan bisa berubah setiap saat tetapi secara umum curah hujan yang ada di Kabupaten Enrekang di bagi tiga kategori. Curah hujan hujan yang paling tinggi terjadi di Kecamatan Maiwa, sementara daerah di Kecamatan Baroko, Kecamatan Masalle, Kecamatan Alla, sebagian Kecamatan Anggeraja dan Kecamatan Baraka mempunyai curah hujan yang rendah. Khusus Kecamatan Curio, Kecamatan Malua, Kecamatan Buntu Batu, Kecamatan Bungin, Kecamatan Enrekang, Kecamatan Cendana, sebagaian Kecamatan Maiwa, Kecamatan Anggeraja mempunyai curah hujan kategori sedang.

5) Geologi

Struktur geologi Kabupaten Enrekang memiliki karakteristik yang kompleks dicirikan oleh morfologi wilayah yang bervariasi.

Berdasarkan morfologinya, maka wilayah Kabupaten Enrekang dapat dibagi menjadi 9 (Sembilan) yaitu: Brown Farest Soil yang

(57)

42 banyak terdapat di Kecamatan Cendana, Mediterian Coklat kekelabu-labuan banyak terdapat di wilayah Kecamatan Alla, Kecamatan Anggeraja, Kecamatan Baraka dan Kecamatan Enrekang, Mediteran Coklat banyak terdapat di Kecamatan Anggeraka dan Kecamatan Alla, Podsolik Coklat banyak terdapat di Kecamatan Enrekang, Kecamatan Maiwa, Kecamatan Anggeraja dan Kecamatan Baraka, Podsolik Kekuningan banyak terdapat di Kecamatan Maiwa, Kecamatan Baraka dan Kecamatan Alla, Podsolik Violet terdapat di Kecamatan Baraka dan Kecamatan Alla.

b. Kependudukan

Penduduk Kabupaten Enrekang berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2017 sebanyak 201.614 jiwa yang terdiri atas 101.197 jiwa penduduk laki-laki dan 100.417 jiwa penduduk perempuan. Dibandingkan dengan proyeksi jumlah penduduk tahun 2016, penduduk kabupaten Enrekang mengalami pertumbuhan sebesar 0,8 persen. Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2017 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 100,8.

Kepadatan penduduk di Kabupaten Enrekang tahun 2017 mencapai 112,9 jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga 4,5 orang. Kepadatan Penduduk di 12 kecamatan cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di

(58)

43 kecamatan Alla dengan kepadatan sebesar 640,5 jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan Bungin sebesar 18,8 jiwa/Km2.

1) Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk adalah jumlah manusia yang bertempat tinggal/berdomisili pada suatu wilayah atau daerah dan memiliki mata pencaharian tetap di daerah itu serta tercatat secara sah berdasarkan peraturan yang berlaku di daerah tersebut. pencatatan atau peng-kategorian seseorang sebagai penduduk biasanya berdasarkan usia yang telah ditetapkan.

Berdasarkan survei penduduk antar sensus (Supas) 2015 jumlah penduduk Indonesia pada 2019 diproyeksikan mencapai 266,91 juta jiwa. Menurut jenis kelamin, jumlah tersebut terdiri atas 134 juta jiwa laki-laki dan 132,89 juta jiwa perempuan. Indonesia saat ini sedang menikmati masa bonus demografi di mana jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dari usia tidak produktif, yakni lebih dari 68% dari total populasi.

Jumlah penduduk Kabupaten Enrekang menurut BPS pada tahun 2017 adalah sebanyak 203.320 jiwa, yang terdiri dari 102.117 jiwa penduduk laki-laki dan 101.203 jiwa penduduk perempuan. Jika dibandingkan dengan proyeksi jumlah penduduk tahun 2016, penduduk Kabupaten Enrekang mengalami pertumbuhan sebesar 0,85 %. Sementara itu, besarnya angka laju pertumbuhan penduduk tahun 2010-2017

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini dibutuhkan data proyeksi jumlah penduduk Kota Jambi sebelum menghitung timbulan dan komposisi sampah tempat pemrosesan akhir (TPA) Talang

Untuk meningkatkan fungsi TPS sebagai tempat pengelolaan sampah terpadu pemerintah telah membangunan beberapa Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) di beberapa

pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah. terpadu menuju ke tempat

residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman. Pemrosesan akhir sampah dilakukan di lokasi tempat pemrosesan akhir sampah. Sedangkan pengoperasian tempat

Tempat Pemrosesan Akhir Sampah ( TPA ) Klotok berada tidak jauh dari lingkungan perumahan, tempat wisata Goa Selomangleng dan Universitas Kadiri, dan pada musim

dengan truk sampah dan membuangnya ke tempat pembuangan akhir(TPA). B.Kepemilikan Tempat Sampah

Dalam kaitannya dengan penentuan lokasi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah faktor penduduk akan berkaitan dengan volume sampah yang ditimbulkan di Kota Kediri sedangkan

Selain itu dalam perencanaan pembuatan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah harus didapat data yang akurat mengenai jumlah penduduk dan timbulan sampah yang dihasilkan agar