• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDEKS PENULIS WIDYAPARWA VOLUME 45, NOMOR 1, JUNI 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "INDEKS PENULIS WIDYAPARWA VOLUME 45, NOMOR 1, JUNI 2017"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

INDEKS PENULIS WIDYAPARWA VOLUME 45, NOMOR 1, JUNI 2017

1. Wahyu Widodo, Dany Ardhian, Muh. Fatoni Rohman

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya, Indonesia

[email protected], [email protected], [email protected] 2. Dhanu Priyo Prabowo

Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta

Jalan I Dewa Nyoman Oka 34, Yogyakarta, Indonesia [email protected]

3. Wahyu Damayanti

Balai Bahasa Kalimantan Barat

Jalan Ahmad Yani, Pontianak, Indonesia [email protected]

4. Firman A.D.

Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Jalan Haluoleo, Kompleks Bumi Praja Anduonohu, Kendari, Indonesia [email protected]

5. Lustantini Septiningsih

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Jalan Daksinapati Barat IV, Rawamangun, Jakarta Timur, Indonesia [email protected]

6. Foriyani Subiyatningsih Balai Bahasa Jawa Timur

Jalan Siwalanpanji, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia [email protected]

7. Restu Sukesti

Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Jalan I Dewa Nyoman Oka 34, Yogyakarta, Indonesia

[email protected]

(2)

INDEKS PENULIS WIDYAPARWA VOLUME 45, NOMOR 2, DESEMBER 2017

1. Yulitin Sungkowati Balai Bahasa Jawa Timur

Jalan Siwalanpanji II No. 1, Siwalanpanji, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia

[email protected] 2. Suyono Suyatno

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Jalan Daksinapati Barat IV Rawamangun, JakartaTimur, Indonesia

[email protected] 3. Wening Handri Purnami

Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta

Jalan I Dewa Nyoman Oka No. 34 Yogyakarta, Indonesia [email protected]

4. Novita Sumarlin Putri, M.R Nababan, Djatmika Universitas Sebelas Maret

Jalan Ir. Sutami 36A, Surakarta, Indonesia

[email protected], [email protected], [email protected] 5. Sri Nardiati

Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta

Jalan I Dewa Nyoman Oka 34, Yogyakarta, Indonesia

[email protected]

(3)

INDEKS ABSTRAK WIDYAPARWA VOLUME 45, NO. 1, TAHUN 2017

BUNYICEMPALA YANG KEHILANGAN GAUNG

(PEMAHAMAN GENERASI MUDA JAWA ATAS RAGAM PANGGUNG BAHASA JAWA) THE LOST OF CEMPALA REVERBERATION

(UNDERSTANDING OF JAVANESE YOUNG SPEAKERS IN A PERFORMANCE VARIANT OF JAVANESE)

Wahyu Widodo, Dany Ardhian, Muh. Fatoni Rohman

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya [email protected], [email protected], [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pemahaman generasi muda Jawa atas ragam panggung bahasa Jawa (RPBJ). Instrumen yang dibuat untuk penelitian ini berupa pertunjukan wayang kulit dalam dua adegan. Adegan pertama menggambarkan deskripsi pertapaan (kandha) dan adegan kedua memuat pemberian wejangan Dewa Ruci kepada Werkudara (ginem). Kedua adegan tersebut diperagakan oleh dalang Ki Purbo Asmara. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Responden penelitian sejumlah 100 responden, yang diambil dari dua kampus: mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya (FIB-UB) dan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang (FS-UM), yang tentu saja memenuhi kriteria sebagai responden penelitian. Teknik wawancara mendalam dilakukan untuk mengungkap keinginan dan tanggapan generasi muda Jawa atas RPBJ. Selain itu, digunakan juga dua responden yang mampu menguasai RPBJ dengan baik, sebagai contoh ideal penggunaan RPBJ (bench-mark). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman generasi muda Jawa atas RPBJ: kategori baik 2%, kategori cukup 7%, kategori kurang 5%, dan kategori sangat kurang sejumlah 86%. Hasil tersebut mengisyaratkan bahwa RPBJ sangat asing bagi generasi muda Jawa dan keadaan ini akan menuntun RPBJ mengalami status keterancaman bahasa, yakni berpotensi rawan punah (Seriously endangered). Keadaan seperti itu mendesak untuk dilakukan revitalisasi bahasa melalui serangkaian program rekayasa kebijakan bahasa.

Kata Kunci:pemahaman, ragam bahasa panggung, generasi muda Jawa Abstract

This research aims to reveal the understanding of Javanese young speakers in a performance variant of Javanese (PVJ). A research instrument are two performance scenes of Javanese shadow puppet. The first scene portrays hermitage (pertapan) (kandha) and the second scene describes pontificate of Dewa Ruci to Werkudara (ginem) performed by Ki Purba Asmara as shadow puppeteer (dalang). This research uses quantitative descriptive methods. The respondents of this research are 100 undergraduate students taken from two Universities: faculty of cultural science from Brawijaya University and faculty of letters from state university of Malang. They are selected based on some of criteria. In-depth interview techniques is employed to reveal aspiration and response of Javanese young speakers on PVJ. Furthermore, two respondents who master the performance variant of Javanese (PJV) well are chosen as ideal model or bench- mark of PVJ. The finding shows that Javanese young speakers’ understanding on PJV as follows: good criteria amounted to 2%, sufficient criteria amounted to 7%, poor criteria amounted to 7%, and very poor amounted to 86%. This result indicates that Javanese young speakers is very unfamiliar with PJV and this situation leads to vulnerability of language, which is going to seriously endangered. Such circumstance is urgent to revitalize the language through a series of language policy engineering program.

Keywords: understanding, a performance variant of Javanese (PVJ), Javanese young generations

(4)

SEMANGAT AGRARIS DALAM ANTOLOGIGEGURITAN ALAM SAWEGUNG KARYA SUDI YATMANA

AGRARIAN SPIRIT IN ALAM SAWEGUNG GEGURITAN ANTOLOGY WORKS BY SUDI YATMANA

Dhanu Priyo Prabowo

Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta Jalan I Dewa Nyoman Oka 34, Yogyakarta, Indonesia

[email protected] Abstrak

Penelitian ini difokuskan pada geguritan-geguritan di dalam buku antologi berjudul Alam Sawegung (2010) karya Sudi Yatmana. Geguritan-geguritan yang dipilih dari antologi tersebut berupa tiga geguritan berjudul “Paman Tani Jawa Purwa” (Paman Tani Jawa Kuna), “Nandur Pari Jero” (Menanam Padi Jero), dan “Panen” (Panen). Dari hasil kajian pustaka yang relevan dengan penelitian ini, ketiga geguritan itu sama sekali belum pernah dilakukan. Puisi-puisi itu diteliti karena memiliki kekuatan dan keunikan di dalam mengungkapkan masalah kejawaan yang berkaitan dengan budaya dunia pertanian (padi) di Jawa. Dalam realitas kehidupan masa kini, budaya tani tersebut mengalami tantangan berupa pergeseran orientasi akibat perkembangan zaman. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengungkapkan gambaran perubahan orientasi dunia petani Jawa di tengah arus perkembangan zaman melalui tiga geguritan tersebut.

Teori yang digunakan adalah teori semitiok dari Riffaterre yang memandang puisi dari makna (signifiacane) dan arti (meaning) dan teori ekokritik ‘ecocriticism’ yang memandang puisi sebagai representasi dari kesadaran terhadap lingkungan dan budaya. Penelitian sastra adalah riset pustaka. Oleh karena itu, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sejajar dengan teori yang dipilih untuk mengungkapkan makna dan arti ketiga geguritan tersebut sehingga diketahui bahwa geguritan-geguritan yang diteliti sebagai ruang mental/kebudayaan. Dengan langkah tersebut, dapat ditemukan jawabahan dari tujuan penelitian ini.

Kata Kunci: petani, padi, kebudayaan, orientasi, zaman.

Abstract

This study focuses on geguritans in the anthology titled Alam Sawegung (2010), by Sudi Yatmana. Geguritans are selected from three anthologies titled "Paman Tani Jawa Purwa"

(Old Javanese Uncle Farmer), "Nandur Pari Jero" (Planting Rice Jero), and "Panen"

(Harvest). The result of relevant literature review to this study shows that a study of three geguritans has not done yet.The poems are studied because they have strength and uniqueness in revealing Javanese issues related to agriculture culture (rice) in Java. In today life reality, the peasant culture faces challenge of orientation shift due to era changing. Therefore, this research aims to reveal the picture of Javanese farmer’s orientation changing world in the midst of the times in the three geguritans. Riffaterre semiotics theory viewing poetry of significance and meaning is used in this research. Ecocriticism theory of literature viewing poetry as representation of envirionmental and cultural conciosness is also used in this study. The study of literature is a research library. The research method used is parallel to the chosen theory in order to express meaning and significance of the three geguritans. Therefore, it can be found out that geguritans as a mental space/culture. Through these steps, the answer of research aim can be fulfilled.

Keywords: farmer, paddy, culture, orientation, age.

(5)

MAKIAN DALAM BAHASA MELAYU DIALEK SELIMBAU KAPUAS HULU SWEARING IN MALAY LANGUAGE OF SELIMBAU KAPUAS HULU DIALECT

Wahyu Damayanti Balai Bahasa Kalimantan Barat Jalan Ahmad Yani, Pontianak, Indonesia

[email protected] Abstrak

Fenomena makian di setiap daerah merupakan hal tabu. Makian di setiap daerah memiliki keunikan dan kecirikhasan tersendiri. Ungkapan makian merupakan bentuk pelampiasan perasaan yang terpendam dalam hati karena situasi yang tidak menyenangkan. Bahasa Melayu dialek Selimbau Kapuas Hulu juga memiliki ung-kapan makian yang unik dan berciri khas tersendiri. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan bentuk makian bahasa Melayu dialek Selimbau Kapuas Hulu dan mendeskripsikan referensi makian. Metode dalam penelitian ini ialah metode kualitatif deskriptif. Tahap penelitian meliputi (1) penyediaan data; (2) penganalisisan data, dan (3) penyajian hasil analisis data. Data diperoleh melalui teknik pustaka dan wawancara langsung dengan teknik libat cakap catat.

Data diklasifikasikan berdasarkan permasalahan yang ada. Data diperoleh dari beberapa informan bahasa Melayu dialek Selimbau, Kapuas Hulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk makian bahasa Melayu dialek Selimbau Kapuas Hulu adalah makian berbentuk kata (kata dasar dan kata jadian), frasa, dan klausa. Referensi makian yang ditemukan mengacu pada keadaan, binatang, makhluk halus, bagian tubuh, kekerabatan, aktivitas, dan profesi.

Kata Kunci: makian, Melayu, Selimbau

Abstract

The phenomenon of swearing in each region is taboo, in fact swearing in each region has its own uniqueness and characteristic. Swearing expression is a form of impingement that is hidden in the heart because of an unpleasant situation. The Malay dialect Selimbau Kapuas Hulu also has a unique and distinctive swearing expression. The objective of the study is to describe the form and reference of Malay dialect Selimbau Kapuas Hulu dialect swearing. The method in this research is descriptive qualitative method. The research process covers (1) data collection; (2) data analysis, and (3) data presentation of data analysis result. Data are obtained through library technique and direct interview with participation and noting technique. Data are recorded and classified based on existing problems.

The data are obtained from several Malay language informants in Selimbau dialect, Kapuas Hulu. The result shows that the swearing form of Malay dialect Selimbau Kapuas Hulu dialect is word (base word and derivative word), phrase, and clause. Swearing references found in the data refer to state, animal, spirit, body part, kinship, activity, and profession.

Keywords: swearing, Malay, Selimbau

(6)

MORFOFONEMIK DALAM AFIKSASI BAHASA MORONENE MORPHOPHONEMIC IN AFFIXATION OF MORONENE LANGUAGE

Firman A.D.

Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Jalan Haluoleo, Kompleks Bumi Praja Anduonohu, Kendari, Indonesia [email protected]

Abstrak

Penelitian ini mengangkat masalah morfofonemik dalam afiksasi bahasa Moronene. Tujuan penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan proses morfofonemik bahasa Moronene sehingga dapat diuraikan beberapa alomorf yang muncul dalam afiksasi. Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif yang menguraikan berbagai perubahan dan variasi bentuk yang terjadi dalam proses morfofonemik afiksasi. Dalam melakukan analisis data digunakan teknik perluas dan teknik baca markah melalui pemilahan atau pengklasifikasian berdasarkan ciri, sifat, dan gambaran data. Bukti-bukti morfofenemik dalam afiksasi didefinisikan dan dibandingkan untuk melihat pola-polanya sehingga dapat dikategorikan variasi bentuk afiks. Berdasarkan hasil analisis data, morfofonemis afiksasi bahasa Moronene hanya terjadi pada proses prefiks dan afiks rangkap. Alomorf dari {moN-}: {moø- }, {mo?-}, {mon-}, {moG-}, dan {mom-}. Alomorf dari {poN-}: {poø-}, {po?-}, {pon-}, {poG-}, dan {pom-}. Alomorf dari {te-} yaitu {te?-}. Variasi dari {poN-...-i}: {poø-...-i}, {po?-...-ri}, {po?-...- ?i}, {poø-...-ti}, {pon-...-ni}, {poø-...- hi}, {pon-...-ri}, {poG-...-ri}, {poø-...-ni}, {poø-...-si}, {poG-...-hi}, {pon-...-hi}, {pon-...-wi}, {pon-...-hi}, dan {pon-...-mi}. Alomorf dari {poN-...-a}: {po-...-?a}, {po?- ...- ?a}, {poø-...-ya}, {po?-...-ya}, {poø-...-wa}, {poG-...-?a}, {poG-...-ya}, {pon-...-?a}, {pon-...-wa}, {pon-...-ya}, {pon-...-?a}, {pom-...-ya}, {pom-...-wa}, {poø-...-ha}, {po?-...-ha}, {pon-...-ha}, dan {poG-...-ha}. Variasi dari {pe-...-a}: {pe-...-?a}, {pe?-...- ?a}, {pe-...-wa}, {pe-...-ya}, {po?-...-ha}, {pe-...- ha}, {po?-...-ra}, {pe-...-kiya}, dan {pe-...-?iya}.

Kata Kunci: bahasa Moronene, morfofonemik, alomorf, afiks rangkap Abstract

The problem of this research is morphophonemic in Moronene language affixation. This research is aimed to describe morphophonemic process that can explain some allomorphs appeared in affixation.

This research is qualitative descriptive that expounds various forms and changes occured in affixation morphophonemic process. Data analysis uses expansion and read-marker technique through sorting or classification based on features, characteristics, and description of the data. The morphophenemic evidences in affixation are defined and compared to see their pattern so that can be categorized into affix form variation. According to the data analysis, morphophonemic in Moronene language affixation only occurs in prefix and affix combination process. Alomorph of {moN-}: {moø-}, {mo?-}, {mon-}, {mo

G

-}, and {mom-}. Alomorph of {poN-}: {poø-}, {po?-}, {pon-}, {po

G

-}, and {pom-}. Alomorph of {te-} is {te?-}. Variation of {poN-...-i}: {poø-...-i}, {po?-...-ri}, {po?-...- ?i}, {poø-...-ti}, {pon-...-ni}, {poø-...- hi}, {pon-...-ri}, {po

G

-...-ri}, {poø-...-ni}, {poø-...-si}, {po

G

-...-hi}, {pon-...-hi}, {pon-...-wi}, {pon-...-hi}, and {pon-...-mi}. Alomorph of {poN-...-a}: {poø-...-?a}, {po?-...- ?a}, {poø-...-ya}, {po?-...-ya}, {poø-...-wa}, {po

G

- ...-?a}, {po

G

-...-ya}, {pon-...-?a}, {pon-...-wa}, {pon-...-ya}, {pon-...-?a}, {pom-...-ya}, {pom-...-wa}, {poø-...- ha}, {po?-...-ha}, {pon-...-ha}, and {po

G

-...-ha}. Variation of {pe-...-a}: {pe-...-?a}, {pe?-...- ?a}, {pe-...-wa}, {pe-...-ya}, {po?-...-ha}, {pe-...-ha}, {po?-...-ra}, {pe-...-kiya}, and {pe-...-?iya}.

Keywords: Moronene language, morphophonemic, allomorph, affix combination

(7)

KEDWIBAHASAAN DALAM NOVELKENANGA KARYA OKA RUSMINI THE BILINGUALISM IN KENANGA NOVEL BY OKA RUSMINI

Lustantini Septiningsih

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Jalan Daksinapati Barat IV, Rawamangun, Jakarta Timur, Indonesia [email protected]

Abstrak

Penggunaan bahasa daerah dalam karya sastra tidak selalu mengganggu pemahaman pembaca atas suatu karya. Hal itu bergantung pada bagaimana pengarang mengeks- presikan bahasa daerah itu. Kenanga karya Oka Rusmini merupakan novel dwibahasa karena adanya penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Masalah dalam penelitian ini ialah bagaimana dwibahasa itu digunakan pengarang akan dikaji. Tujuannya ialah mendiskripsikan dwibahasa yang digunakan dalam novel tersebut. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Pendekatan yang akan dilakukan dengan cara menganalisis karya sastra dari aspek bahasa dan masyarakat. Metode penelitian ini ialah metode diskriptif, yaitu penelitian dilakukan atas dasar fakta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan dwibahasa dalam Kenanga berkaitan dengan faktor nonkebahasaan. Faktor nonkebahsaan itu ialah kehidupan tokoh yang berkasta Brahmana dan yang berkasta Sudra, adat yang ada di Bali, dan agama Hindu yang dianut tokohnya. Faktor nonkebahasaan itu memengaruhi pengungkapan gagasan, pikiran, dan perasaan tokohnya. Untuk memudahkan pemaham atas penggunanan bahasa Bali, pengarang memberikan kata bahasa Indonesianya, baik di dekatnya maupun di catatan kaki. Dengan demikian, pembaca tidak mengalami banyak kesulitan untuk memahami novel Kenanga.

Kata kunci: dwibahasa, nonkebahasaan, masyarakat, bahasa Bali, diskriptif Abstract

The use of local language in literary is not an obstacle for readers to understand a piece of literary works. It depends on how the author expresses the local language into his work. Kenanga novel by Oka Rusmini is a bilingual novel because it uses Indonesian and local language. The research problem is how bilingualism is used by the author. The research aims to describe the bilingualism used in the novel. This research is a qualitative research. The approach used in the research is by analyzing language and society aspect of the novel. This research uses descriptive method, i.e. a research is carried out on the basis of facts. The results of this study indicate that bilingualism in Kenanga relating to non-linguistic factors. Non-linguistic factors are life of Brahmin and Sudra caste, custom of Bali, Hinduism adhered by the characters. Non-linguistics factors influence characters’ expression of ideas, thoughts, and feelings. To ease understanding of Balinese language, the author gives the Indonesian language word, either nearby the Balinese word or in footnotes. Therefore, readers do not find much difficulty in understanding Kenanga novel.

Keywords: bilingualism, non-linguistics, society, Balinese language, descriptive

(8)

PRINSIP KELAKAR DAN PRINSIP DAYA TARIK DALAM WACANA CAKCUK

JOKE AND ATTRACTION PRINCIPLES IN CAKCUK DISCOURSE

Foriyani Subiyatningsih Balai Bahasa Jawa Timur

Jalan Siwalanpanji, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia [email protected]

Abstrak

Masalah penelitian ini ialah bagaimanakah penerapan prinsip kelakar dan prinsip daya tarik pada karya desain CakCuk. Kajian ini bertujuan mendeskripsikan penerapan prinsip kelakar dan prinsip daya tarik dalam karya desain CakCuk. Sesuai tujuan dan masalah itu, kajian ini menggunakan teori pragmatik yang berkaitan dengan prinsip kelakar dan prinsip daya tarik. Kajian ini bersifat deskriptif kualitatif. Sumber data berupa suvenir CakCuk yang memuat adanya pemakaian bahasa. Data diperoleh dengan menggunakan metode simak. Analisis data menggunakan metode agih, komparasi, dan padan kontekstual. Hasil kajian ini, pertama, penerapan prinsip kelakar dalam wacana CakCuk.

Prinsip kelakar, yakni berupa tumpuan simpulan dibuat tidak benar dan simpulan juga dibuat tidak benar; pelanggaran terhadap maksim-maksim dari prinsip-prinsip sopan santun secara sengaja; dan pengungkapan hal-hal tabu di dalam tuturan. Kedua, penerapan prinsip daya tarik dalam wacana CakCuk. Prinsip daya tarik memiliki dua komponen, yaitu stilistik teks dan pesan teks. Stilistik teks dibangun melalui tuturan harafiah berupa bentuk metafora dan plesetan. Pesan teks, menyangkut keadaan dan perilaku sosial yang buruk di dalam masyarakat, heroisme dan patriotisme, budaya, serta kuliner.

Kata Kunci: pragmatik, CakCuk, prinsip kelakar, prinsip daya tarik Abstract

Research problem is how to apply jokes and attraction principle on CakCuk design. Objective of the research is to describe application of joke and attraction principle on CakCuk design. According to the objective and the problem, the research uses pragmatic theory relating to joke and attraction principle.

The research is qualitative descriptive. The data source comes from CakCuk souvenir which contains language usage. Data are collected by using scrutinize method. Data analysis uses distributional, comparison, and contextual equation. This research result as follows. Firstly, joke principle has been applied on CakCuk discourse. Joke principles, namely conclusion base and conclusion are made incorrect. Violence of maxims on politeness principles are used intentionally. Utilization of taboo are delivered. Secondly, attraction principle on CakCuk discourse has been applied. Attractiveness principle has two components, namely stylistic text and message text. Stylistic text is arranged by using literal words in form of metaphor and spoof. Message text represents bad situation and social behavior in society, heroism and patriotism, culture, and culinary.

Keywords: pragmatic, CakCuk, joke principle, attractiveness principle

(9)

LANGKAH AWAL PENGKAJIAN PERKEMBANGAN BAHASA PADA NOVEL INDONESIA: KEKHASAN BENTUK KALIMAT DALAM NOVELSITI NURBAJA

A PRELIMINARY STEP IN LANGUAGE DEVELOPMENT STUDY IN INDONESIA NOVEL: THE UNIQUENESS OF SENTENCE FORM IN SITI NURBAJA NOVEL

Restu Sukesti

Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Jalan I Dewa Nyoman Oka 34, Yogyakarta, Indonesia

[email protected] Abstrak

Karya sastra Indonesia, khususnya novel, mengalami perkembangan dan perubahan kekhasannya sehingga muncul periodisasi sastra. Seiring dengan itu pula, bahasa Indonesia yang digunakan pun mengalami perkembangan yang signifikan yang dapat mencerminkan kekhasan. Untuk itu, kajian perkembangan bahasa pada karya sastra, khususnya novel perlu dilakukan dengan tidak untuk “melawan” atau mengubah periodisasi satra yang sudah ada, tetapi untuk memberikan “pendampingan” warna kekhasan periodisasi sastra (novel) Indonesia. Untuk itu, sebagai langkah awal, dalam makalah ini, dengan metode deskriptif kualitatif dan dengan teori perubahan bahasa disajikan pemakaian bahasa Indonesia dalam novel Siti Nurbaja, dengan aspek kajian pada pemakaian bentuk kalimat.

Pengkajian bentuk kalimat itu difokuskan pada kalimat inversi, kalimat pasif, kalimat majemuk, serta kesejajaran intrakalimat yang semuanya dianggap dominan dalam novel Siti Nurbaja dan dianggap menjadi kekhasan dalam novel tersebut. Selain itu, pada pembahasan ini juga dilihat perbandingannya dengan novel sesudahnya agar tampak ada perkembangan yang signifikan meskipun kajian ini bukan perbandingan bahasa. Hasilnya ialah ada signifikansi perbedaan yang menjadi kekhasan novel Siti Nurbaja. Dengan itu, kajian seperti ini dapat digunakan sebagai penyumbang aspek periodisasi sastra Indonesia.

Kata Kunci: kalimat inversi, kalimat pasif, kalimat majemuk, kesejajaran intrakalimat Abstract

Indonesian literary works, especially novels, have evolved and changed their peculiarities so that the period of literature arise. Along with that, Indonesian language use also experienced a significant development that can reflect uniqueness. Therefore, the study of language development in literary works, especially novels, is necessary to be done by not to "fight" or change the existing of Indonesian literary periodization, but to provide "accompaniment" of the uniqueness of Indonesian literary periodization. For that, as the first step, this paper, with qualitative descriptive method and theory of language change, is presented the use of Indonesian language in Siti Nurbaja novel, with aspects of study on use of sentence form. The study of sentence form is focused on inversion sentence, passive sentence, compound sentence, and intra-sentence parallelism which are considered dominant in Siti Nurbaja novel and it is considered as uniqueness of the novel. In addition, the discussion is also seen its comparison with afterwards novel in order to come up the existence of significant development.

Although, this study is not a comparison of language. The result shows there are significance differences that become the peculiarities of Siti Nurbaja novel. Thus, such studies can be used as contributors to the aspect of Indonesian literary periodization.

Keywords: inversion sentence, passive sentence, compound sentence, intrasentence parallelism.

(10)

INDEKS ABSTRAK WIDYAPARWA VOLUME 45, NO. 2, TAHUN 2017

PEREMPUAN JAWA, DAYAK, TIONGHOA, DAN JEPANG DALAM NOVEL-NOVEL LAN FANG

JAVANESE, DAYAK, CHINESE, AND JAPANESE WOMEN IN LAN FANG NOVELS Yulitin Sungkowati

Balai Bahasa Jawa Timur

JalanSiwalanpanji II No. 1, Siwalanpanji, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mengungkap dan mendeskripsikan gambaran perempuan Jawa, Dayak, Tionghoa, dan Jepang dalam novel-novel Lan Fang dengan perspektif feminis.

Masalah yang menjadi fokus penelitian ialah bagaimanakah perempuan Jawa, Dayak, Tionghoa, dan Jepang digambarkan oleh Lan Fang dalam novel-novelnya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan pengumpulan datanya dengan teknik baca (secara berulang-ulang) dan catat pada kartu data. Sumber datanya adalah novel Perempuan Kembang Jepun, Reinkarnasi, Kembang Gunung Purei, Pai Yin, Lelakon, dan Ciuman di Bawah Hujan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perempuan dalam novel-novel Lan Fang tidak digambarkan dengan citra yang sama. Perempuan Jawa digambarkan paling negatif, sedangkan perempuan Tionghoa digambarkan dengan citra yang paling positif. Di antara keduanya ada perempuan Dayak yang gambarannya cenderung negatif dan perempuan Jepang yang citranya cenderung positif. Hal itu menunjukkan keberpihakan Lan Fang yang berasal dari latar belakang Tionghoa pada perempuan kelompok etniknya.

Kata Kunci: perempuan, etnis, citra

Abstract

The research aims to reveal and describe the images of Javanese, Dayak, Chinese, and Japanese in Lan Fang novels through feminism perspective. The problem formulation of this research is how Javanese, Dayak, Chinese, and Japanese women are described by Lan Fang in her novels. This research was conducted using qualitative-descritive method and the data was collected using reading (repeatedly) and recording on data card. The data are Perempuan Kembang Jepun, Reinkarnasi, Kembang Gunung Purei, Pai Yin, and Ciuman di Bawah Hujan novel. The result shows that the women in Lan Fang novels were not described in same images. Javanese woman are portrayed in the most negative images, whereas Chinese women are portrayed in most positive images. Between them there are Dayak women who tend to be portrayed more negative and Japanese women to be more positive images. It shows that Lan Fang who is originally from Tionghoa background and tends to stand with women of her ethnical group.

Keywords: women, ethnic, image

(11)

EKSPRESI ESTETIK POSMODERNIS DALAM

MUSEUM PENGHANCUR DOKUMEN KARYA AFRIZAL MALNA

POSTMODERNIST AESTHETIC EXPRESSION IN AFRIZAL MALNA’S MUSEUM PENGHANCUR DOKUMEN

Suyono Suyatno

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Jalan Daksinapati Barat IV Rawamangun, JakartaTimur, Indonesia

[email protected] Abstrak

Penelitian ini bertujuan mengungkap jenis ekspresi estetik posmodernis dalam kumpulan sajak Afrizal Malna Museum Penghancur Dokumen. Masalah yang dibahas adalah jenis-jenis ekspresi estetik posmodernis dan jenis ekspresi estetik posmodernis yang dominan dalam Museum Penghancur Dokumen karya Afrizal Malna tersebut. Teori yang digunakan dalam penelitian ini ialah teori posmodernisme. Metode yang digunakan ialah metode kualitatif dengan pendekatan hermeneutik. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa skizofrenia merupakan jenis ekspresi estetik posmodernis yang dominan dalam Museum Penghancur Dokumen; selain itu, juga terdapat pastiche dan parodi. Simpulan penelitian ini adalah dominannya skizofrenia secara langsung dan tidak langsung merefleksikan kondisi sosiokultural dan politis masyarakat yang secara umum tengah mengidap skizofrenia, yakni kepribadian terbelah dengan orientasi ganda.

Kata Kunci: posmodernis, skizofrenia, pastiche, parodi Abstract

This research aims to reveal the type of postmodernist aesthetic expression in the poems anthology by Afrizal Malna, Museum Penghancur Dokumen. The problem discussed are the types of postmodernist aesthetic expression contained in Museum Penghancur Dokumen and the dominant type of posmodernist aesthetic expression in AfrizalMalna's poem. The theory used in this research is postmodernism theory. The method uses qualitative method with hermeneutic approach. The result shows that schizophrenia is a dominant type of postmodernist aesthetic expression in Museum Penghancur Dokumen; besides, there are also pastiche and parody. The conclusion shows that the dominance of schizophrenia directly and indirectly reflects socio cultural and political condition of society who commonly suffered from schizophrenia, a split personality with doubled orientation.

Keywords: postmodernist, schizophrenia, pastiche, parody

(12)

KAJIAN WACANA IKLAN JASA BOGA DALAM MEDIA LUAR RUANG

DISCOURSE STUDY OF FOOD SERVICE ADVERTISEMENT IN OUTDOOR MEDIA

Wening Handri Purnami

Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta Jalan I Dewa Nyoman Oka No. 34 Yogyakarta, Indonesia

[email protected] Abstrak

Kajian ini membahas wacana iklan jasa boga dalam media luar ruang. Iklan merupakan sebuah sarana yang dipandang efektif dalam menyampaikan informasi. Iklan jasa boga menarik untuk dikaji karena memperlihatkan kekhasan dalam pemakaian bahasa. Kajian bertujuan mendeskripsikan slot-slot wacana jasa boga dan strategi pembentuk slot atau pengisi slot pada iklan jasa boga di media luar ruang. Kajian ini menggunakan pendekatan struktural dan bersifat deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan metode observasi.

Peneliti mengamati secara langsung iklan-iklan media luar ruang di DIY. Observasi menerapkan teknik simak dan rekam visual. Metode dan teknik analisis yang digunakan untuk menjawab permasalahan ialah metode agih dengan teknik sisip dan balik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wacana iklan boga menghasilkan empat jenis slot. Slot nama dapat berbentuk (1) akronim, (2) singkatan, (2) nama diri, dan (4) nama lokasi. Slot spesifikasi dapat bersifat menyangatkan atau mengedepankan kekhasan daerah. Slot atribusi menyiratkan bentuk slogan. Slot alamat berisi keterangan alamat rumah dan nomor telepon. Aspek permainan bahasa berkenaan dengan penyimpangan ejaan, yaitu pemakaian huruf kapital dan penulisan kata.

Kata Kunci: iklan jasa boga, pemakaian, slot Abstract

This study discusses about food service advertisement discourse on outdoor media. Advertisement is one of effective facility in delivering information. The advertisement is interesting to study for its particularity in language use. The study aims to describe discourse plots on food service and strategy to form plot or plot insert on advertisement of food service on outdoor media. This study uses structural and qualitative descriptive approach. This study uses observation mode by observing directly to outdoor advertisement media in DIY. The observation uses listening and visual recording. Method and analysis technique to answer the problem is distributional using inserting and reversing technique.

The result shows that food service discourse produces four types of slots as (1) acronym, (2) abbreviation, (3) self name, and (4) location name. Specification slot emphasizes locality particularity.

Atritributive slot shows slogan form. Address slot contains description of house address and telephone number. Language playing aspect is dealing with spelling split, that is alphabetical use and word writing.

Keywords: food service advertisement, use, slot

(13)

TINGKAT KEAKURATAN DAN KEBERTERIMAAN TERJEMAHAN KALIMAT YANG MENGAKOMODASI TINDAK TUTUR KOMISIF PADA NOVELINSURGENT

THE ACCURACY AND ACCEPTABILITY OF TRANSLATION ON THE SENTENCES WHICH ACCOMODATE COMMISSIVE SPEECH ACT IN THE INSURGENT NOVEL

Novita Sumarlin Putri, M.R Nababan, Djatmika Universitas Sebelas Maret

Jalan Ir. Sutami 36A, Surakarta, Indonesia

[email protected], [email protected], [email protected] Abstrak

Tindak tutur komisif merupakan salah satu aspek pragmatik yang harus diperhatikan oleh penerjemah ketika menerjemahkan teks. Hal itu dilakukan agar menghasilkan terjemahan yang berkualitas dari aspek keakuratan dan keberterimaan. Berdasarkan alasan tersebut, penelitian ini bertujuan mendiskripsikan tingkat keakuratan dan keberterimaan terjemahan kalimat yang mengakomodasi tindak tutur komisif dengan pendekatan pragmatik. Data yang digunakan ialah tuturan komisif dan hasil penilaian kualitas terjemahan. Data bersumber dari novel Insurgent karya Veronica Roth dan informan. Data dikumpulkan dengan cara analisis dokumen, kuesioner dan Focus Group Discussion. Selanjutnya, data dianalisis dengan cara analisis domain, taksonomi, komponensial, dan tema budaya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjemahan dalam novel Insurgent mempunyai nilai keakuratan dan keberterimaan yang cukup tinggi. Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tingkat keakuratan dan keberterimaan pada setiap jenis tindak tutur komisif memiliki dampak terhadap kualitas keseluruhan terjemahan kalimat yang mengandung tindak tutur komisif.

Kata Kunci: keakuratan, keberterimaan, penerjemahan, tindak tutur komisif Abstract

Commissive speech act is one of pragmatic aspects to regard by translator in translating text. It aims to produce qualified translation in regarding accuracy and acceptability aspects. According to the aspects this research aims to describe accuracy and acceptability of translation in sentences which accommodate commissive speech act using pragmatic approach. The data used is commissive speech and qualitative translation value result. The sources of the data are Insurgent novel by Veronica Roth and informants. The data were collected through document analysis, questionnaire, and Focus Group Discussion, then analyzed through domain, taxonomic, componential analysis, and cultural theme.

The result shows that translation in the Insurgent novel has high accuracy and acceptability values.

This research concludes that the accuracy and acceptability level in each commissive speech act has impact to quality of whole translated sentences which contain commissive speech act.

Keywords: accuracy, acceptability, translation, commissive speech act

(14)

KOMPONEN MAKNA LEKSEM

BERKONSEP ‘EMPON-EMPON’ DALAM BAHASA JAWA

MEANING COMPONENT OF LEXEM THAT HAS ‘EMPON-EMPON’ CONCEPT IN JAVANESE

Sri Nardiati

Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta Jalan I Dewa Nyoman Oka 34, Yogyakarta, Indonesia

[email protected] Abstrak

Penelitian ini berjudul “Komponen Makna Leksem Berkonsep ‘Empon-Empon’ dalam Bahasa Jawa”. Teori yang digunakan ialah analisis komponen makna, dengan pendekatan intensional. Metodenya kontras dan komparasi yang didasarkan pada konsep dimensi makna. Leksem yang terliput dalam empon-empon berjumlah empat belas, dikaji berdasarkan dimensi ANATOMI, TUMBUHAN, BATANG, BUNGA, AKAR, KHASIAT, WARNA, dan TEKSTUR. Berdasarkan komponen makna bersama yang dinyatakannya, seperangkat leksem tersebut dapat dikelompokkan menjadi tujuh submedan yang terdiri atas: 1) laos, 2) bengle, puyang; 3) jae emprit, jae gajah, jae sunthi; 4) kunir, temulawak; 5) kencur, temukunci; 6) temugiring, temumangga; dan 7) temuputih, temuireng, dengan leksem empon-empon sebagai superordinatnya.

Kata Kunci: medan leksikal, komponen makna bersama, komponen makna pembeda, superordinat

Abstract

This research is entitled “Meaning Component of Lexem That Has ‘Empon-Empon’ Concept In Javanese language”.The theory used was analysis of meaning components with intentional approach.

The methods were contrast and comparation based on the concept of meaning dimension. The amount of lexems was fourteen, which empon-empon as the superordinat. The lexems were approached based onANATOMY, PLANT, STEM, FLOWER, ROOT, EFFICACY, COLOR, andTEXTUREdimensions. There were seven subfields to explain the class of lexems. The subfields were consist of:1) laos, 2) bengle, puyang;

3) jae emprit, jae gajah, jae sunthi; 4) kunir, temulawak; 5) kencur, temukunci; 6) temugiring, temumangga; and 7) temuputih, temuireng, with the empon-empon as the superordinate.

Keywords: lexical field, common component, diagnostic component, superordinate

Referensi

Dokumen terkait