• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Maloklusi Pada Siswa - Siswi SDK 6 BPK Penabur Kelompok Usia 11 - 12 Tahun Berdasarkan Klasifikasi Angle dan Klasifikasi Proffit-Ackerman.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Maloklusi Pada Siswa - Siswi SDK 6 BPK Penabur Kelompok Usia 11 - 12 Tahun Berdasarkan Klasifikasi Angle dan Klasifikasi Proffit-Ackerman."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

iv

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

GAMBARAN MALOKLUSI PADA SISWA – SISWI SDK 6 BPK PENABUR KELOMPOK USIA 11 – 12 TAHUN BERDASARKAN KLASIFIKASI ANGLE DAN KLASIFIKASI PROFFIT-ACKERMAN

Arnold Kyoto, 2011

Pembimbing 1 : Susiana, drg., Sp.Ort

Pembimbing 2 : Winny Suwindere, drg., MS.

Pada zaman modern ini, maloklusi terjadi pada sebagian besar populasi. Maloklusi merupakan penyimpangan dari oklusi ideal yang nantinya akan berdampak pada ketidakpuasan dalam segi estetik. Sistem klasifikasi yang paling umum digunakan adalah klasifikasi Angle dan klasifikasi Proffit-Ackerman merupakan penyempurnaan dari klasifikasi Angle. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran maloklusi yang terdapat pada siswa – siswi SDK 6 BPK Penabur kelompok usia 11 – 12 tahun berdasarkan klasifikasi Angle dan klasifikasi Proffit – Ackerman.

Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 54 orang terdiri dari 31 orang laki – laki dan 23 orang perempuan. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan pencetakan rahang atas dan rahang bawah sehingga didapatkan model studi, kemudian mengambil foto profil wajah dari arah lateral.

Hasil yang didapatkan maloklusi kelas I Angle sebesar 40,74%, dimana tipe 1 sebesar 22,73%, tipe 2 sebesar 0%, tipe 3 sebesar 0%, tipe 4 sebesar 9,09%, tipe 5 sebesar 0%, kombinasi tipe 1 dan tipe 2 sebesar 31,82%, kombinasi tipe 1 dan tipe 3 sebesar 31,82%, dan kombinasi tipe 1, tipe 3 dan tipe 4 sebesar 4,55%. Maloklusi kelas II Angle sebesar 40,74%, dimana divisi I sebesar 63,64%, divisi II sebesar 0%, dan subdivisi sebesar 36,36%. Maloklusi kelas III Angle sebesar 18,52%, dimana tipe 1 sebesar 10%, tipe 2 sebesar 70%, dan tipe 3 sebesar 20%. Untuk hasil dari klasifikasi Proffit-Ackerman didapatkan profil wajah cembung 57,4%, profil wajah datar 33,3%, profil wajah cekung 9,3%. Keadaan gigi berjejal 85,2% dan spacing 14,8%. Keadaan gigitan bersilang posterior 16,7%, gigitan bersilang anterior 27,8%, overjet yang berlebih 29,6%, gigitan dalam anterior 42,6%.

Kesimpulan penelitian ini maloklusi kelas III Angle memiliki jumlah yang paling sedikit dan dari analisis klasifikasi Proffit-Ackerman keadaan gigi berjejal memiliki persentase yang paling besar.

(2)

v

Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

PREVIEW OF MALOCCLUSION IN SDK 6 BPK PENABUR STUDENTS AGED 11 – 12 YEARS BASED ON ANGLE CLASSIFICATION AND

PROFFIT – ACKERMAN CLASSIFICATION

In this modern age, malocclusion occurs in most populations. Malocclusion is a deviation from ideal occlusion that would impact on dissatisfaction in aesthetic terms. The most common classification system used were the Angle classification and Proffit-Ackerman classification, which is the completion of the Angle classification. The purpose of this study is to determine malocclusion occurs in SDK 6 BPK Penabur students, age 11-12 years based on Angle classification and Proffit – Ackerman classification.

This study took a sample of 54 students, 31 people were boys and 23 people were girls. This study was done by casting the upper jaw and lower jaw to obtain the study model, then a photo was taken in lateral facial profile.

The results obtained malocclusion Angle class I was 40.74%, in which type 1 was 22.73%, type 2 was 0%, type 3 was 0%, type 4 was 9.09%, type 5 was 0%, combination type 1 and type 2 was 31.82%, combination of type 1 and type 3 was 31.82%, while combination of type 1, type 3, and type 4 was 4.55%. Malocclusion Angle class II was 40.74%, in which division I was 63.64%, division II was 0%, and subdivision was 36.36%. Malocclusion Angle class III was 18.52%, in which type 1 was 10%, type 2 was 70%, type 3 was 20%. From Proffit-Ackerman classification, result obtain are: convex facial profile 57.4%, straight facial profile 33.3%, and concave facial profile 9.3%; crowding as much as 85.2% and spacing as much as 14.8%; posterior crossbite as much as 16.7%, anterior crossbites as much as 27.8% and excessive overjet as much as 29.6%; and deep bite found as much as 42.6%.

From this study it can be concluded that malocclusion Angle class III had the lowest number and analysist from classification Proffit-Ackerman showed crowding condition had the largest percentage.

(3)

vi

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN PEMBIMBING …..... ii

PERNYATAAN MAHASISWA ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR GRAFIK ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1 Manfaat Akademis ... 3

1.4.2 Manfaat Praktis ... 3

1.5 Kerangka Pemikiran ………...…... 4

1.6 Metode Penelitian ... 6

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Ortodontik ………... 8

2.1.1 Definisi …………... 9

2.1.2 Tujuan Perawatan Ortodontik ... 9

(4)

vii

Universitas Kristen Maranatha

2.2.1 Etiologi Maloklusi ... 13

2.3 Tujuan Klasifikasi Maloklusi ... 24

2.4 Macam – macam Klasifikasi ... 24

2.4.1 Klasifikasi Angle ... 25

2.4.1.1 Kelas 1 (Neutroclusion) ... 26

2.4.1.2 Kelas II (Distoclusion) ... 27

2.4.1.3 Kelas III (Mesioclusion) ... 29

2.4.2 Klasifikasi Proffit-Ackerman ... 31

2.4.3 Klasifikasi Simon ... 33

2.4.4 Klasifikasi Berdasarkan Etiologi ... 34

2.4.5 Klasifikasi Kaninus ... 37

2.4.6 Klasifikasi Insisif ... 38

BAB III METODE DAN BAHAN PENELITIAN .………….………....... 40

3.1 Jenis Penelitian ... 40

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 40

3.3 Variabel Penelitian ... 41

3.4 Definisi Operasional ... 46

3.5 Alat dan Bahan Penelitian ... 47

3.5.1 Alat yang digunakan ... 47

3.5.2 Bahan yang digunakan ... 50

3.6 Prosedur Penelitian ... 51

3.7 Alur Penelitian ... 53

3.8 Penyajian data ... 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 55

4.1 Hasil Penelitian ... 55

4.2 Pembahasan ... 70

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 72

5.1 Simpulan ... 72

5.2 Saran ... 72

(5)

viii

Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN ... 77

(6)

ix

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

Tabel 4.1 Klasifikasi Maloklusi Angle ... 55

Tabel 4.2 Klasifikasi Maloklusi Angle Kelas I (neutroclusion) ... 57

Tabel 4.3 Klasifikasi Maloklusi Angle Kelas II (distoclusion) ... 58

Tabel 4.4 Klasifikasi Maloklusi Angle Kelas III (mesioclusion) ... 60

Tabel 4.5 Klasifikasi Proffit-Ackerman Mengenai Evaluasi Proporsi Wajah dan Estetik (Profil wajah) ... 61

Tabel 4.6 Klasifikasi Proffit-Ackerman Mengenai Evaluasi Susunan Gigi dan Kesimetrisan ... 63

Tabel 4.7 Klasifikasi Proffit-Ackerman Mengenai Evaluasi Relasi Skeletal dan Dental dalam Arah Transversal ... 64

Tabel 4.8 Klasifikasi Proffit-Ackerman Mengenai Evaluasi Relasi Skeletal dan Dental dalam Arah Anteroposterior ... 66

(7)

x

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

Gambar 2.1 Edward H. Angle ... 9

Gambar 2.2 Macroglossia ... 15

Gambar 2.3 Makrodontia pada gigi 45 ... 16

Gambar 2.4 Mikrodontia pada Gigi 12, 13, 22, 23, 31, 32, 41, 42 ...16

Gambar 2.5 Gigi supernumerary ... 17

Gambar 2.6 Fusion gigi molar pertama mandibula dengan premolar kedua mandibula ... 17

Gambar 2.7 Ankyloglossia ... 18

Gambar 2.8 Profil Pasien Mouth Breathing ... 19

Gambar 2.9 Fraktur mandibula ... 21

Gambar 2.10 Profil wajah pada pasien akromegali ... 22

Gambar 2.11 Trauma dentoalveolar ... 23

Gambar 2.12 Hubungan molar pertama pada kelas I Angle ... 27

Gambar 2.13 Profil wajah pasien pada kelas I Angle ... 27

Gambar 2.14 Hubungan molar pertama pada kelas II Angle ... 28

Gambar 2.15 Profil wajah pasien pada kelas II Angle ... 29

Gambar 2.16 Hubungan molar pertama pada kelas III Angle ... 30

Gambar 2.17 Profil wajah pasien pada kelas III Angle ... 31

Gambar 2.18 Diagram sistem klasifikasi Proffit-Ackerman ... 32

Gambar 2.19 Tiga bidang dalam sistem klasifikasi Simon ... 34

(8)

xi

Universitas Kristen Maranatha

Gambar 3.2 Gambaran maloklusi kelas II Angle ... 43

Gambar 3.3 Gambaran maloklusi kelas III Angle ... 43

Gambar 3.4 Profil wajah ... 44

Gambar 3.5 Kesimetrisan lengkung rahang ...44

Gambar 3.6 Hubungan gigi dalam arah transversal ...45

Gambar 3.7 Gigitan Bersilang Anterior ... 45

Gambar 3.8 Hubungan dalam arah vertikal ...46

Gambar 3.9 Handscoen ...47

Gambar 3.10 Masker ...47

Gambar 3.11 Kaca Mulut ...48

Gambar 3.12 Sendok cetak ...48

Gambar 3.13 Rubber bowl dan spatel alginat ...48

Gambar 3.14 Model studi ...49

Gambar 3.15 Kertas ...49

Gambar 3.16 Bolpoin ...49

Gambar 3.17 Kamera digital ...50

Gambar 3.18 Foto ekstra oral dari lateral ...50

Gambar 3.19 Alginat ...50

Gambar 3.20 Air ...51

Gambar 3.21 Gips batu ...51

(9)

xii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Persetujuan Komisi Etik ………..…. 77

Lampiran 2 Surat Permohonan Penelitian …………...…...………. 78

Lampiran 3 Surat Keterangan Penelitian ……….….. 79

Lampiran 4 Tabel Klasifikasi Maloklusi Angle ………... 80

Lampiran 5 Tabel Klasifikasi Maloklusi Angle Kelas I (neutroclusion) …….. 82

Lampiran 6 Tabel Klasifikasi Maloklusi Angle Kelas II (distoclusion) ……... 83

Lampiran 7 Tabel Klasifikasi Maloklusi Angle Kelas III (mesioclusion) ..….. 84

(10)

xiii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GRAFIK

No. Teks Halaman

Grafik 4.1 Klasifikasi Maloklusi Angle ... 56

Grafik 4.2 Klasifikasi Maloklusi Angle Berdasarkan Jenis Kelamin ... 56

Grafik 4.3 Maloklusi Kelas I Angle ... 58

Grafik 4.4 Maloklusi Kelas I Angle Berdasarkan Jenis Kelamin ... 58

Grafik 4.5 Klasifikasi Maloklusi kelas II Angle ... 59

Grafik 4.6 Klasifikasi Maloklusi kelas II Angle Berdasarkan Jenis Kelamin 59 Grafik 4.7 Maloklusi Kelas III Angle ... 60

Grafik 4.8 Maloklusi Kelas III Angle Berdasarkan Jenis Kelamin ... 61

Grafik 4.9 Klasifikasi Proffit-Ackerman Mengenai Evaluasi Proporsi Wajah dan Estetik (Profil wajah) ... 62

Grafik 4.10 Klasifikasi Proffit-Ackerman Mengenai Evaluasi Proporsi Wajah dan Estetik (Profil wajah) Berdasarkan Jenis Kelamin ... 62

Grafik 4.11 Klasifikasi Proffit-Ackerman Mengenai Evaluasi Susunan Gigi dan Kesimetrisan ... 63

Grafik 4.12 Klasifikasi Proffit-Ackerman Mengenai Evaluasi Susunan Gigi dan Kesimetrisan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 64

Grafik 4.13 Klasifikasi Proffit-Ackerman Mengenai Evaluasi Relasi Skeletal dan Dental dalam Arah Transversal ... 65

Grafik 4.14 Klasifikasi Proffit-Ackerman Mengenai Evaluasi Relasi Skeletal dan Dental dalam Arah Transversal Berdasarkan Jenis Kelamin. 65 Grafik 4.15 Klasifikasi Proffit-Ackerman Mengenai Evaluasi Relasi Skeletal dan Dental dalam Arah Anteroposterior ... 66

(11)

xiv

Universitas Kristen Maranatha Grafik 4.17 Klasifikasi Proffit-Ackerman Mengenai Evaluasi Relasi Skeletal

dan Dental dalam Arah Vertikal ... 68

(12)

77

Universitas Kristen Maranatha Lampiran 1

(13)

78

Universitas Kristen Maranatha Lampiran 2

(14)

79

Universitas Kristen Maranatha Lampiran 3

(15)

80

Universitas Kristen Maranatha Lampiran 4

Tabel Klasifikasi Maloklusi Angle

No Jenis kelamin Maloklusi Angle 1 Laki-Laki kelas I

(16)

81

Universitas Kristen Maranatha 38 Perempuan kelas I

(17)

82

Universitas Kristen Maranatha Lampiran 5

Tabel Klasifikasi Maloklusi Angle Kelas I (neutroclusion)

No Jenis kelamin Maloklusi Angle Kelas I 1 Laki-Laki kelas I tipe 1 dan 3 2 Perempuan kelas I tipe 1 dan 2 3 Perempuan kelas I tipe 1 dan 2 4 Laki-Laki kelas I tipe 1 dan 3 5 Laki-Laki kelas I tipe 1 dan 2 6 Perempuan kelas I tipe 1 7 Laki-Laki kelas I tipe 1 dan 3 8 Perempuan kelas I tipe 1 dan 2 9 Perempuan kelas I tipe 4 10 Laki-Laki kelas I tipe 1

11 Laki-Laki kelas I tipe 1, 3 dan 4 12 Perempuan kelas I tipe 1

(18)

83

Universitas Kristen Maranatha Lampiran 6

Tabel Klasifikasi Maloklusi Angle Kelas II (distoclusion)

No Jenis kelamin Maloklusi Angle kelas II 1 Laki-Laki kelas II divisi 1

2 Laki-Laki kelas II divisi subdivisi 3 Perempuan kelas II divisi 1

4 Perempuan kelas II divisi 1 5 Perempuan kelas II divisi 1

6 Perempuan kelas II divisi subdivisi 7 Perempuan kelas II divisi subdivisi 8 Perempuan kelas II divisi subdivisi 9 Laki-Laki kelas II divisi subdivisi 10 Laki-Laki kelas II divisi 1

11 Laki-Laki kelas II divisi 1

12 Perempuan kelas II divisi subdivisi 13 Laki-Laki kelas II divisi 1

14 Laki-Laki kelas II divisi 1 15 Laki-Laki kelas II divisi 1 16 Laki-Laki kelas II divisi 1 17 Perempuan kelas II divisi 1

18 Laki-Laki kelas II divisi subdivisi 19 Laki-Laki kelas II divisi 1

20 Perempuan kelas II divisi subdivisi 21 Laki-Laki kelas II divisi 1

(19)

84

Universitas Kristen Maranatha Lampiran 7

Tabel Klasifikasi Maloklusi Angle Kelas III (mesioclusion)

No Jenis kelamin Maloklusi Angle kelas III 1 Laki-Laki kelas III tipe 3

(20)

85

Universitas Kristen Maranatha Lampiran 8

Tabel Klasifikasi Proffit-Ackerman

No Jenis

kelamin Profil wajah overjet overbite

Crossbite anterior Crossbite posterior open bite anterior open bite posterior Crowding atau spacing

1 Laki-Laki cembung 3 mm 3 mm gigi 12/42 tidak ada tidak ada tidak ada crowding

2 Laki-Laki cekung 2 mm 3 mm

seluruh gigi anterior regio

1, 21/31 tidak ada tidak ada tidak ada crowding

3 Laki-Laki cembung 4 mm 3 mm tidak ada gigi 14/44 tidak ada tidak ada

spacing ec erupsi belum sempurna

4 Laki-Laki cembung 7 mm 5 mm tidak ada gigi 26/36 tidak ada tidak ada crowding

5 Perempuan cembung 5 mm 3 mm tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada crowding

6 Laki-Laki cembung 3 mm 4 mm tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada crowding

7 Perempuan cembung 3 mm 4 mm tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada crowding

8 Laki-Laki datar 2 mm 4 mm gigi 23/33 tidak ada tidak ada tidak ada crowding

9 Laki-Laki cembung 5 mm 4 mm tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada crowding

10 Perempuan cembung 3 mm 5 mm tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada crowding

11 Perempuan cembung 4 mm 4 mm tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada crowding

12 Perempuan cembung 5 mm- 1 mm gigi 23/33 tidak ada tidak ada tidak ada

central diastema

13 Perempuan cembung 2 mm 6 mm tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada crowding

14 Perempuan datar 3 mm 1 mm tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

(21)

86

Universitas Kristen Maranatha

15 Perempuan cekung 4mm 4 mm tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

crowding spacing

16 Laki-Laki datar 3 mm 3 mm tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada crowding

17 Laki-Laki datar 1 mm 1 mm gigi 11/ 41 gigi 15/45 tidak ada tidak ada crowding

18 Perempuan cembung 9 mm 4 mm tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada crowding

19 Laki-Laki datar 3 mm 2 mm gigi 22/33 tidak ada tidak ada tidak ada crowding

20 Laki-Laki cembung 2 mm 2 mm gigi 22/32 tidak ada tidak ada tidak ada crowding

21 Laki-Laki cembung 3 mm 3 mm tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada crowding

22 Perempuan datar 3 mm 2 mm tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada crowding

23 Laki-Laki cembung 11 mm 4 mm tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada crowding

24 Perempuan datar 2 mm 3 mm tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada crowding

25 Perempuan datar 2 mm 7 mm tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada crowding

26 Perempuan datar 2 mm 2 mm

gigi 12/42 dan 23/33 dan 13/43

semua gigi

posterior tidak ada tidak ada crowding

27 Laki-Laki cembung 5 mm 4 mm

gigi 53/83

dan 63/73 tidak ada tidak ada tidak ada

spacing ec erupsi belum sempurna

28 Laki-Laki datar 3 mm 2 mm tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada crowding

29 Perempuan cembung 1 mm 3 mm tidak ada gigi 15/45 tidak ada tidak ada crowding

30 Perempuan cekung 1 mm 2 mm tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada 31-32-33 1mm

31 Laki-Laki datar 3 mm 3 mm tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada crowding

32 Laki-Laki cembung 4 mm 3 mm tidak ada

gigi 16/46 dan

26/36 tidak ada tidak ada crowding

33 Laki-Laki datar 4 mm 4 mm tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

spacing ec erupsi belum sempurna

(22)

87

Universitas Kristen Maranatha 26/36

35 Laki-Laki cembung 3 mm 5 mm tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada spacing 21-23

36 Perempuan datar 2 mm 4 mm tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada spacing 11-21

37 Perempuan cembung 2 mm 1 mm tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada crowding

38 Perempuan cembung 4 mm 6 mm tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada crowding

39 Perempuan cembung 6 mm 3 mm tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada crowding

40 Laki-Laki cembung 3 mm 4 mm tidak ada

gigi 15/45 dan

16/46 tidak ada tidak ada crowding

41 Laki-Laki cembung 5 mm 2 mm tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada crowding

42 Laki-Laki cembung 4 mm 3 mm gigi 12/82 tidak ada tidak ada tidak ada crowding

43 Perempuan datar 2 mm 2 mm gigi 63/75 tidak ada tidak ada tidak ada crowding

44 Laki-Laki cembung 1 mm 2 mm

gigi 12/42 dan 53/83

dan 22/32 tidak ada tidak ada tidak ada crowding

45 Perempuan cembung 2 mm 3 mm tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada crowding

46 Laki-Laki datar 3 mm 1 mm tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

spacing ec erupsi belum sempurna

47 Perempuan cembung 2 mm 2 mm gigi 22/33 tidak ada tidak ada tidak ada crowding

48 Laki-Laki cekung 2,5 mm 3 mm tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada crowding

49 Laki-Laki datar 3 mm 4 mm gigi 12/42 tidak ada tidak ada tidak ada crowding

50 Perempuan cembung 2 mm 1 mm tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada crowding

51 Laki-Laki datar 4 mm 4 mm tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada crowding

52 Laki-Laki cekung 5 mm 4 mm tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada crowding

53 Laki-Laki cembung 6,5mm 4 mm tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada crowding

(23)

88

RIWAYAT HIDUP

Nama : Arnold Kyoto

NRP : 0812006

Tempat dan tanggal lahir : Bandung, 4 Januari 1990

Alamat : Jalan Saritem no. 12 Bandung

Riwayat Pendidikan : Tahun 2002 lulus dari SDK Trimulia Bandung

Tahun 2005 lulus dari SMP Waringin Bandung

Tahun 2008 lulus dari SMA Trinitas Bandung

Tahun 2008 sampai sekarang mengikuti pendidikan di

(24)
(25)

1

Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Maloklusi adalah suatu kondisi yang tidak dapat diwakilkan oleh suatu

keadaan yang tunggal tetapi merupakan jumlah atau kumpulan dari sifat oklusi

yang multifaktorial.1 Keadaan ini merupakan kumpulan dari berbagai masalah,

terdiri dari berbagai macam penyebab dan salah satunya karena hasil dari suatu

pertumbuhan dan perkembangan yang abnormal.2

Keadaan maloklusi merupakan penyimpangan dari oklusi yang ideal dan

dapat dianggap sebagai suatu keadaan yang tidak estetis. Kondisi ini dipengaruhi

oleh ketidakseimbangan ukuran dan posisi gigi, tulang wajah, dan jaringan lunak

(bibir, pipi dan lidah).3

Maloklusi bervariasi dari satu negara ke negara lainnya juga dari satu ras ke

ras lainnya.2 Permintaan perawatan ortodontik meningkat di kebanyakan negara,

hal ini menunjukkan bahwa pentingnya studi epidemiologi untuk memperoleh

pengetahuan tentang pola dari berbagai jenis maloklusi dan kebutuhan untuk

perawatan ortodontik.2 Studi epidemiologi mengenai maloklusi tidak hanya

membantu dalam rencana perawatan ortodontik tetapi juga membantu

mengevaluasi pelayanan kesehatan gigi.3

Klasifikasi maloklusi berdasarkan Angle merupakan suatu langkah penting

yang dibuat dalam dunia ortodontik. Angle membagi maloklusi kedalam 3 tipe

(26)

2

Universitas Kristen Maranatha oleh para ortodontis untuk mempelajari oklusi. Selain penggunaannya cukup

mudah, klasifikasi maloklusi yang dibuat oleh Angle ini dapat diterima secara

luas.4

Sistem klasifikasi maloklusi berdasarkan Angle hanya mampu menilai

hubungan anteroposterior pada rahang. Maka dari itu sistem klasifikasi ini tidak

mampu menilai derajat protusi dari gigi, kesimetrisan lengkung gigi termasuk

crowding dan spacing, juga mengetahui hubungan dalam arah transversal dan

vertikal. Sehingga pada tahun 1960-an Proffit dan Ackerman menyempurnakan

sistem klasifikasi Angle dengan membuat sistem klasifikasi baru yang dapat

menganalisa lima karakteristik utama dari maloklusi.5,6

Kepentingan untuk memiliki pengetahuan tentang maloklusi ini, akan

membantu dalam menyediakan perawatan ortodontik sehingga dapat menjaga

kesehatan gigi juga menjaga fungsi estetik dan fungsional rongga mulut, seperti :

mengunyah, berbicara, bernafas dan menelan.3 Oleh karena itu penelitian ini akan

memberikan informasi yang luas kepada masyarakat mengenai gambaran

maloklusi yang terjadi.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat

diidentifikasikan masalah sebagai berikut adalah bagaimana gambaran maloklusi

pada populasi siswa – siswi SDK 6 BPK Penabur usia 11 – 12 tahun berdasarkan

(27)

3

Universitas Kristen Maranatha 1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran maloklusi yang

terdapat pada siswa – siswi SDK 6 BPK Penabur kelompok usia 11 – 12 tahun

berdasarkan klasifikasi Angle dan klasifikasi Proffit - Ackerman.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Akademis

Manfaat akademis dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan informasi kepada fakultas mengenai gambaran maloklusi pada

siswa – siswi SDK 6 BPK Penabur usia 11 – 12 tahun.

2. Sebagai data awal untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dikemudian hari

oleh mahasiswa kedokteran gigi yang lainnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan gambaran kepada masyarakat khususnya pada orang tua murid

SDK 6 BPK Penabur usia 11 – 12 tahun mengenai gambaran maloklusi yang

terjadi.

2. Diharapkan sekolah SDK 6 BPK Penabur dapat mengadakan kegiatan

penyuluhan kesehatan gigi dan mulut bagi para orang tua murid dan

(28)

4

Universitas Kristen Maranatha 1.5 Kerangka Pemikiran

Sistem klasifikasi adalah pengelompokan kasus secara klinis yang

mempunyai kesamaan gambaran untuk penanganan yang lebih mudah, metode

untuk menentukan prognosis, atau jalan untuk menentukan perawatan. Alasan

untuk dibuatkan sistem klasifikasi supaya setiap gambaran maloklusi dapat mudah

dimengerti. Tentu saja lebih mudah untuk menyebutkan kasus maloklusi kelas III

daripada menyebutkan lebih detail mengenai gambaran kraniofasial dari

prognatism mandibula. Praktisi kesehatan yaitu dokter gigi juga akan mempunyai

gambaran kasar dari kasus maloklusi kelas III walaupun tidak mengetahui

mengenai etiologi, prognosis juga prosedur perawatan terbaik yang dilakukan.

Klasifikasi dibuat untuk memudahkan komunikasi dengan dokter lain juga untuk

perbandingan.5

Ada banyak metode yang digunakan untuk mengklasifikasikan maloklusi,

tetapi metode yang paling umum digunakan secara luas, yaitu sistem klasifikasi

berdasarkan Angle. Sistem klasifikasi berdasarkan Angle didasarkan pada

hubungan anteroposterior pada rahang. Metode klasifikasi Angle merupakan

metode klasifikasi yang paling tradisional, paling praktis untuk digunakan, dan

paling populer sampai saat ini. Sistem klasifikasi ini memperhatikan hubungan

molar pertama permanen rahang atas dengan molar pertama permanen

mandibula.5 Dibagi menjadi 3 kelas yaitu, maloklusi kelas 1, maloklusi kelas 2,

dan maloklusi kelas 3.1

Di tahun 1960-an, Profitt dan Ackerman menyempurnakan sistem klasifikasi

(29)

5

Universitas Kristen Maranatha lima karakteristik utama dari maloklusi untuk digambarkan secara sistematis pada

klasifikasi yang dibuatnya. Klasifikasi yang dibuat Proffit – Ackerman meliputi

evaluasi proporsi wajah dan estetik, evaluasi susunan gigi dan kesimetrisan dalam

lengkung gigi, evaluasi relasi skeletal dan dental dalam arah transversal, evaluasi

relasi skeletal dan dental dalam arah anteroposterior, juga evaluasi relasi skeletal

dan dental dalam arah vertikal.1,5,6

Dari hasil penelitian pada tahun 1993 menggunakan sistem klasifikasi Angle

terhadap 1050 anak etnis China 12 – 14 tahun di Australia menunjukkan 7,1%

terdapat oklusi yang normal, 58,8% menunjukkan maloklusi kelas 1, 21,5%

menunjukkan maloklusi kelas II, dan 12,6% menunjukkan maloklusi kelas III.6

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Helm tahun 1968 pada 1700 anak –

anak dan remaja Belanda berumur 9 – 18 tahun didapatkan 14% mempunyai

oklusi yang normal, 58% mempunyai maloklusi kelas I, 24% mempunyai

maloklusi kelas 2, dan sekitar 4% mempunyai maloklusi kelas III. Hasil

penelitian pada tahun 1951 terhadap 2349 anak – anak Norwegia berumur 7 – 8

tahun didapatkan : oklusi normal (41,3%), kelas I (30,1%), kelas II (21,3%), dan

kelas III (7,3%). Dari hasil penelitian pada tahun 1972 terhadap 3087 anak muda

Hungaria berumur 15 – 20 tahun didapatkan hasil : oklusi normal (52%), kelas I

(35,9%), kelas II (13%), dan kelas III (1,1%). Dari hasil penelitian pada tahun

1957 terhadap 592 anak dan remaja di Yunani menunjukkan : oklusi normal

(38,2%), kelas I (36,3%), kelas II (23%), dan kelas III (2,5%).6

Hasil penelitian pada tahun 1956 terhadap 335 orang Polinesia berumur 12

(30)

6

Universitas Kristen Maranatha dan kelas III (14,4%). Dari hasil penelitian pada tahun 1959 terhadap 3289 orang

kulit hitam di Amerika Serikat berumur 12 – 14 tahun menunjukkan hasil : oklusi

normal (16,5%), kelas I (66,4%), kelas II (12,1%), dan kelas III (5%). Dari hasil

penelitian yang dilakukan oleh Emrich tahun 1965 pada 13.475 orang kulit putih

di Amerika Serikat berumur 12 – 14 tahun didapatkan hasil sebagai berikut :

oklusi normal (54%), kelas 1 (30%), kelas II (15%), dan kelas III (1%).6

Beberapa metode klasifikasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai

keadaan maloklusi di suatu populasi. Ternyata metode klasifikasi yang paling

sering digunakan untuk mengumpulkan data adalah klasifikasi Angle. Sebelum

Angle memperkenalkan sistem klasifikasi maloklusi yang dibuatnya, banyak

metode yang digunakan oleh dokter gigi yang terlalu rumit dan kompleks.5,6

Maka dari itu, penelitian ini menggunakan klasifikasi Angle karena klasifikasi ini

paling banyak dipakai dan paling banyak dimengerti oleh para dokter gigi. Akan

tetapi, klasifikasi Angle memiliki keterbatasan karena hanya menilai berdasarkan

hubungan anteroposterior, tidak bisa menilai hubungan gigi baik secara vertikal

maupun transversal.6 Oleh karena alasan itulah sistem klasifikasi

Proffit-Ackerman ditambahan dalam penelitian ini agar dapat melihat keadaan maloklusi

dengan baik secara keseluruhan.

1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif observasional dengan

memperlihatkan gambaran keadaan gigi – gigi pada rahang atas dan rahang

(31)

7

Universitas Kristen Maranatha 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini sendiri akan dilakukan di Unit Kesehatan Gigi dan

Mulut (UKGS) SDK 6 BPK Penabur. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan

(32)

72

Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian di SDK 6 BPK Penabur

Bandung adalah sebagai berikut :

1. Gambaran maloklusi pada siswa – siswi SDK 6 BPK Penabur Bandung

menurut klasifikasi Angle adalah maloklusi kelas I Angle memiliki jumlah

yang sama dengan maloklusi kelas II Angle yaitu sebesar 40,74%. Maloklusi

kelas III Angle memiliki jumlah yang paling sedikit yaitu sebesar 18,52%.

2. Gambaran maloklusi pada siswa – siswi SDK 6 BPK Penabur Bandung

menurut klasifikasi Proffit-Ackerman maloklusi yang terjadi yaitu keadaan

gigi berjejal sebanyak 85,2%, keadaan gigitan bersilang posterior sebesar

16,7%, gigitan bersilang anterior sebanyak 27,8% dan overjet yang berlebih

sebanyak 29,6%, gigitan dalam anterior ditemukan sebanyak 42,6%.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan penanganan dan perawatan secepat mungkin bagi siswa –

siswi SDK 6 BPK Penabur Bandung yang memiliki keadaan maloklusi untuk

mencegah maloklusi bertambah parah.

2. Meningkatkan fungsi Unit Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) supaya kesehatan

(33)

73

Universitas Kristen Maranatha mengadakan pemeriksaan gigi secara berkala, dan adanya kegiatan

penyuluhan kepada orang tua murid mengenai cara memelihara kesehatan

(34)

74

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

1. Cobourne, T. Martin., Dibiase, T. Andrew. Handbook of Orthodontic. Edinburgh: Mosby Elsevier. 2009.

2. Hasan, Al-Ibrahim, Hani, Telfah, Ayman. Frequency of Maloclusion in an Orthodontically Referred Jordanian Population. Journal of the Royal Medical Services. [serial online] 2010 [cited 2011 April 8]; 17(4):19-23.

Available from : URL :

http://jrms.gov.jo/Portals/1/Journal/2010/pdf%20dec%202010/24-08%20Al-Ibrahim.pdf

3. Hasan, Rahimah. Occlusion, Maloclusion and Method of Measurement. Archives of Orofacial Sciences. [serial online] 2007 [cited 2011 April 8]; 2,

3-9. Available from : URL :

http://www.dental.usm.my/ver2/images/stories/AOS/Vol_2/0309_rozita_occ lusion.pdf

4. Saleh, F.K. Prevalence of Malocclusion in a Sample of Lebanese Schoolchildren. Eastern Mediterranean Health Journal. [serial online] 1999 [cited 2011 Apr 8]; 5(2):337-343. Available from : URL : http://www.emro.who.int/publications/emhj/0502/16.htm

5. Moyers, R. E. Handbook of Orthodontics. 4th ed. Chicago: Year Book Medical Publisher Inc. 1988.

6. Bishara, SE. Text of Orthodontics. Philadelphia: WB. Saunders Co. 2001.

7. Rakosi, Thomas., Jonas, Irmtrud., Graber, T. M. Color Atlas of Dental

Medicine Orthodontic – Diagnosis. New York: Thieme Medical Publisher

Inc. 1993.

8. Ajayi, Emmanuel O. Prevalence of Malocclusion among Schoolchildren in Benin City, Nigeria. Journal of Medicine and Biomedical Research. [serial online] 2008 [cited 2011 Apr 8]; 7(1-2):5-11. Available from : URL : http://www.ajol.info/index.php/jmbr/article/viewFile/44566/28070

9. Harry, D. Roberts, Sandy, J. Orthodontics. British Dental Journal [serial online] 2003 [cited 2011 Jul 16]; 195:433-437. Available from : URL : http://www.nature.com/bdj/journal/v195/n8/abs/4810592a.html

10. Mitchell, Laura. An Introduction of Orthodontics. 2nd ed. Oxford University Press. 2001.

(35)

75

Universitas Kristen Maranatha Community Medicine & Primary Health Care [serial online] 2004 [cited 2011 Jul 16]; 16(2):43-46. Available from : URL : http://www.ajol.info/index.php/jcmphc/article/viewFile/32413/6080

12. Kaselo, E., Voog, U. Malocclusion and the Need for Orthodontic Treatment in Patient with Temporomandibular Dysfunction. Baltic Dental and Maxillofacial Journal [serial online] 2007 [cited 2011 Jul 16]; 9:79-85. Available from : URL : http://www.sbdmj.com/073/073-03.pdf

13. Proffit, W.R., Fields, H.W., Sarver, D.M. Contemporary Orthodontics. 4th ed. Canada: Mosby Elsevier. 2007.

14. Asbell, Milton B., Hill, Cherry. A Brief History of Orthodontics. American Journal of Orthodontics and Dentofacial Orthopedics [serial online] 1990 [cited 2011 Okt 10]; 98(3):206-213. Available from : URL : http://www.orthodontics.com.br/Conteudo/orthodentails/ASBELL%20M %20A%20brief%20history%20of%20orthodontics%20AJODO%20v%20 98%20n%203%20p206_.pdf

15. Jena, A. K., Duggal, R., Mathur, V. P., Parkash H. Class III - Malocclusion : Genetics or Environment? A Twins Study. Journal of Indian Society of Pedodontics and Preventive Dentistry [serial online] 2005 [cited 2011 Okt 10]; 23(1):27-30. Available from : URL :

http://www.jisppd.comarticle.aspissn=0970-4388%3byear=2005%3bvolume=23%3bissue=1%3bspage=27%3bepage= 30%3baulast=Jena.htm

16. Dhir, V., Shukla, S., Haroon, N., Chowhan, A. K., Aggarwal, A. Arthritis and Macroglossia. Journal of the New Zealand Medical Association [serial online] 2007 [cited 2011 Nov 10]; 120:1254. Available from : URL : http://journal.nzma.org.nz/journal/120-1254/2534/

17. Byahatti, S. M. The Concomitant Occurrence of Hypodontia and Microdontia in a Single Case. Journal of Clinical and Diagnostic Research [serial online] 2010 [cited 2011 Nov 10]; 4:3632-3638. Available from : URL : http://www.jcdr.in/article_fulltext.asp?issn=0973- 709x&year=2010&volume=4&issue=6&page=3627-3638&issn=0973-709x&id=822

18. Fuentes, R., Borie, E. Bilateral Macrodontia of Mandibular Second Premolar. Dentistry Department, Universidad de la Frontera, Temuco, Chile. [serial online] 2011 [cited 2011 Nov 10]; 28(3):212-215. Available from : URL : http://jms.org.br/PDF/v28n3a15.pdf

(36)

76

Universitas Kristen Maranatha http://digital.library.adelaide.edu.au/dspace/bitstream/2440/1443/1/Schein er.pdf

20. Tsesis, I., Steinbock, N., Rosenberg, E., Kaufman, A. Y. Endodontic Treatment of Developmental Anomalies in Posterior Teeth: Treatment of Germinated/Fused Teeth-report of Two Cases. International Endodontic Journal [serial online] 2003 [cited 2011 Nov 10]; 36:372-379. Available from : URL : http://www.endotreatment.gr/media/files/ROOT-CANAL-ANATOMY/case-report-3.pdf

21. Alhaddad, S. J., Alnoori, Mohammed., Alnoori, Manar. Ankyloglossia in a Pseudo-class III Malocclusion: A Case Report. Smile Dental Journal [serial online] 2011 [cited 2011 Nov 10]; 6(2):13. Available from : URL : http://www.smiledentaljournal.com/images/stories/Volume_6_Issue_2/Art icles/PDF/Ankyloglossia_in_a_Pseudo_Class_III.pdf

22. Flutter, J. The Negative Effect of Mouth Breathing on the Body and Development of the Child. Dental Surgeon Journal [serial online] 2006 [cited 2011 Nov 10]; 8(3):7. Available from : URL : http://www.buteyko.ie/mouth%20breathing%20and%20crooked%20teeth. pdf

23. Peterson, Ellis, Hupp, Tucker. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. 2nd ed. St. Louis: Mosby Elsevier. 2003.

Gambar

Tabel Klasifikasi Maloklusi Angle
Tabel Klasifikasi Maloklusi Angle Kelas I (neutroclusion)
Tabel Klasifikasi Maloklusi Angle Kelas II (distoclusion)
Tabel Klasifikasi Maloklusi Angle Kelas III (mesioclusion)
+2

Referensi

Dokumen terkait